INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (18)

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

INTEGRASI TASAWUF

AKHLAK TASAWUF
INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

DISUSUN OLEH:
SAHDINAL ADI
NIM:0705162001

PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TA.2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAN MASALAH
Dalam sejarah intelektual islam klasik,budaya integrasi keilmuan telah dikenal dan
dikembangkan dengan canggih. Dalam sejarah islam ditemukan seorang ahli astronomi,ahli

biologi,ahli matematika,dan ahli arsitektur yang mampu dalam bidang ilmu-ilmu keislaman
seperti tauhid,fikih,tafsir,hadis,dan tasawuf.

B. RUMUSAN MASALAH
1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS?

C. TUJUAN
1. MENGETAHUI BAGIAN-BAGIAN DARI INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS

BAB II
PEMBAHASAN
A. Integrasi dalam sejarah islam
Dalam sejarah islam ditemukan seorang ahli astronomi,ahli biologi,ahli
matematika,dan ahliarsitekturyang mampu dalam bidang ilmu-ilmu keislaman seperti
tauhid,fikih,tafsir,hadits,dan tasawuf.1[1]
Para filsuf dari mazhab paripatetik merupakan pemikiryang berhasil mengintegrasikan
filsafat Yunani dengan ajaran islam yang bersumberkan kepada Al-quran dan hadits, lantaran
tema-tema filsafat Yunani diislamisasikan dan disesuaikan dengan paradigma islam. Aljahiz(w.869)
adalah
ahli

dalam
bidang
sastra
arab,biologi,zoologi,sejarah,filsafat,psikologi,teologi,dan
politik.AL-kindi(w.873
M)
mengusa seluruh cabang filsafat seperti metafisika,etika,logika.
Psikologi,kedokteran,farmakologi,matematika,astrologi,optik,zoologi,dan meteorologi. Alrazi(w.925)adalah ahli dalam bidang filsafat,kimia,matematika,sastra,kedokteran. Alfarabi(w.950)menguasa berbagai cabang filsafat antarlainmetafisika,etika,logika,matematika,
Musik dan politik. Ibn bajjah(w.1138) adalah tokoh yang dikenal sebagai seorang
astronom,filsuf,musisi,dokter,fisikawan,psikolog,dan botanis. Ibn thufail(w.1185) juga
seorang ahli filsafat,kedokteran,dan hukum islam. Al-ghazali(w.1111) adalah seorang
teolog,filsuf,dan sufi. Umar khayyam(w1131) adalah matematikawan,astronom,dan sufi.
Ikhwan al-shafa(abad 10 masehi) adlah kelompok filsuf yang menguasai
filsafat,psikologi,biologi,dan fisika. Ibn al-haitsam(w.10390 merupakan tokoh dalam bidang
falak,matematika,geometri,pengobatan,dan
filsafat.
Al-biruni(w.1048)
merupakan
matematikawan,astronom,fisikawan,filsuf,sejarawan,ahli
farmasi,matematikawan,dan

kedokteran. Ibn rusyd(w.1198) adalah pakar kedokteran,hukum islam,matematika,dan
filsafat.
Ibn
sina(w.1037)
menguasai
filsafat,kedokteran,astronomi,kimia,geografi,geologi,psikologi,lgika,matematika,fisika dan
puisi. Fakhr al-din al-razi(w.1209) dikenal sebagi ahli filsafat,tasawuf,kedokteran,tafsir dan
fikih. Diantara prestasi besar mereka sebagai ilmuwan muslim adalah kemampuan mereka
menguasai dan mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional,ilmu-ilmu empirik,dan ilmu-ilmu
kewahyuan. Secara keilmuan,mereka menguasai banyak disiplin ilmu,dan secara personal
mereka berperan sebagai seorang saintis muslim yang berpola hidup religius dan sufistik.
Kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu religius adalah dampak dari keyakinan bahwa
ilmu-ilmu religius merupakan ilmu-ilmu fardh al-ain yang wajib dikuasai dan diamalkan
setiap muslim apapun profesi mereka. Sedangkan kemampuan mereka menguasai ilmu-ilmu
rasional dan empirik adalah bahwa semua ilmu tersebut dikategorikan sebagai ilmu fardh alkifayah yang diwajibkan kepada sebagian muslim,atau kemungkinan tidak lebih dari sekedar
profesi dan minat mereka untuk menguasai dan mengembangkannya atas dasar perintah
agama.
Keberadaan para filsuf dari mazhab isyraqiyah dan mazhab hikmah al-muta’aliyah yang
sukses mengintegrasikan ilmu-ilmu rasional dengan ilmu-ilmu kewahyua. Diantara mereka
adalahsuhrawardi(w.1191) yang dikenal ahli filsafat,tasawuf,zoroastrianisme,dan platonisme.

Nashr al-din al-thusi(w.1274) merupakan pakar dalam bidang
astronomi,biologi,kimia,matematika,filsafat,fisika,teologi,tasawuf,dan hukum islam. Qothb al
–din al-syirazi(w.1311) cukup dikenal sebagai ahli dalam bidang
astronomi,matematika,kedokteran,fisika,musik,filsafat,tasawuf. Mulla shadra(w.1640) adalah
seorang pakar teologi,hukum islam,tafsir,dan hadits,selain menguasai filsafat dan tasawuf.
1[1][1] Dr.Ja’far MA.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana publishing.

6.hal

Baha al-din amili(w.1621) merupakan seorang fakih,ahli hadits,filsuf,matematikawan,dan
arsitek. Menarik disimak bahwa banyak ilmuwan muslim terdahulu yang kehidupan mereka
sangat religius dan sufistik,tetapi mereka menguasai filsafat dengan segala cabangnya seperti
metafisika,matematika,fisika,astronomi,biologi,kedokteran,dan teknologi arsitektur.
B. Integrai dalam ranah ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani,ont yang bermakna keberdaan,dan logos
yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa latin disebut ontologia, sehingga ontologi
bermakna teori keberadaan sebagaimana keberdaan tersebut. Ontologi dapat dimaknai
sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu.2[2]ontologi merupakan bagian dari metafisika
yang merupakan bagian dari filsafat dan membahas teori tentang keberadaan seperti makna
keberadaan dan karakeristik esensial keberadaan.

Dari aspek ini akan dapat dilihat titik singgung antara tasawuf dengan sains sebab tasawuf
bukan hanya membahas tentang bagaimana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Atau
hakikat wujud-Nya tetapi juga memberikan persepektif tasawuf mengenai hakikat alam dan
manusia,sebagaimana sains juga hendak mengkaji dan menelah fenomena-fenomena
alam,terutama berbagi persoalan tentang mineral,tumbuhan,hewan dan manusia. Sejauh ini
visi spiritual kaum sufi seperti Ibn arabi,suhrawardi,dan mulla shadra dan visi intelektual
kaum filsuf rasional seperti al-farabi,ibn sina dan ibn rusyd mengenai dunia fisik kurang
banyak mengilham saintis muslim modern dalam pengembangan ilmu-ilmu kealaman. Sebab
itulah karya-karya monumental mereka perlu dikenalkan kepada para mahasiswa muslim
yang menekuni bidang sains dan teknologi.
Menurut Ibn arabi(w.1240) alam diciptakan Allah SWT melalui proses tajalli(penampakan
diri)-Nya pada alam empiris yang majemuk. Tajalli Allah SWT mengambil dua bentuk tajalli
dzati dalam bentuk penciptaan potensi dan tajalli syuhudi dalam bentuk penampakan diri
dalam citra alam semesta. Alam merupakan bayangan dari wujud Allah SWT. Penampakan
dari nama dan sifat-Nya sedangkan manusia yang telah mencapai kedudukan insanal-kamil
merupakan wadah tajjil-nya selain berkedudukan sebagai khalifah-Nya dan wali
tertinggi(quthb). Teori Ibn arabi tentang alam didasari oleh doktrinya tentang kesatuan
wujud(wahdat al-wujud) dan tajjali.3[3] Ibn sina dari mazhab masysya’iyah suhrawardi yang
mendirikan mazhab isyraqi dan mulla shadra dari mazhab hikmah al-muta’aliyah
memberikan penjelasan bahwa alam material tidak mandiri,melainkan disebabkan oleh wujud

Allah SWT,dan selalu berada dalam pengawasan dan pengatur-Nya. Ibn sina suhrawardi dan
mulla shadra menegaskan bahwa elemen dunia material(mineral,tumbuhan,hewan dan
manusia) adalah akibat dari dunia spiritual yang memiliki jiwa(al-nafs) masing-masing.4[4]
Dari
persepktif
muslim
sebagai
peneliti
alam
empirik(terutama
dunia
mineral,tumbuhan,hewan,dan manusia) harus menyadari bahwa alam merupakan ciptaan dan
manifestasi Allah SWT dan ajaran islam mengajarkan bahwa alam merupakan tanda-tanda
keberadaan dan kekuasaan-Nya sehingga penelitian terhadap alam diharapkan dapat
menumbuhkan dan memperkokoh keimanan terhadap-Nya,bukan menjauhkan manusia dariNya sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuwan-ilmuwan barat-sekular.

2[2][2] Ibid hal 105
3[3][3] Ibid hal 107
4[4][4] Ibid hal 107


C. Integrasi dalam ranah epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani,episteme yang bermakna pengetahuan
dan logos yang bermakna ilmu atau eksplanasi,5[5] sehingga epistemologi berarti teori
pengetahuan.6[6] Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas
pengetahuan dan pembenaran dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan
kemungkinan manusia meraih pengetahuan dan hal-hal yang dapat diketahui.7[7] Runes
menjelaskan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menelusuri
asal(sumber),struktur,metode,dan validitas ilmu pengetahuan. Suriasumantri menyimpulkan
bahwa epistemologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu yang membahas tentang proses
dan prosedur menggali ilmu,metode untuk meraih ilmu yang benar makna dan kriteria
kebenaran,serta sarana yang digunakan untuk mendapatkan ilmu. Dengan demikian
epistemologi adalah ilmu tentang cara mendapatkan ilmu.
Kajian tasawuf mengandalkan metode irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al-nafs.
Meskipun ada perbedaan metode,tetapi kedua metode bisa melengkapi dan mendukung satu
sam lain. Dalam khazanah peradaban islam banyak saintis muslim yang ahli dalam bidang
ilmu-ilmu kealaman juga seorang sufi yang mampu dalam bidang tasawuf. Sebagian sufi
memanfaatkan metode irfani untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai dunia
metafisik dan dunia fisik(mineral,tumbuhan,hewan,dan manusia). Dari pengalaman spiritual
Ibn arabi bisa dilihat manfaat metode irfani dalam kajian ilmu-ilmu intelektual dan ilmu-ilmu
empirik. Dalam kitab-Nya risalah al-anwar fi ma yumnah shahib al-khalwah min al-asrar Ibn

arabi menceritakan hasil dari berbagai zikirnya. Melalui zikir ibn arabi mampu menembus
berbagai dunia mulai dari dunia fisik sampai dunia gaib. Pada zikir awal ibn arabi dibawa ke
dunia mineral dan ia diperkenalkan pada berbagai jenis mineral dan manfaat medisnya.
Ketika terus melanjutkan zikirnya Ibn arabi dibawa kedunia tumbuh-tumbuhan dan ia
dikenalkan pada berbagai jenis dan manfaat tumbuhan tersebut. Zikir selanjutnya membawa
Ibn arabi menuju dunia hewan,dunia manusia bahkan 23 jenis dunia gaib,dan ia sendiri
memperoleh banyak sekali pengetahuan tentang berbagai dunia tersebut. Menurut informasi
Ibn sina akan elakukan shalat di mesjid jika menemukan persoalan-persoalan rumit dalam
filsafat dan sains. Dengan demikian, sufi seperti Ibn arabi dan filsuf seperti Ibn sina
memanfaatkan praktik-praktik ibadah yang kerap dilakukan kaum sufi seperti zikir dan salat
untuk mendapatkan ilmu mengenai banyak hal terutama pemahaman terhadap dunia fisik dan
non fisik. Hal itu merupakan wujud ketundukan mereka terhadap Allah SWT sebagi pemilik
dan pemberi ilmu kepada manusia dan harapan terhadap berbagai persoalan rumit yang
dihadapi dalam kegiatan akademiknya. Dari aspek ini,saintis muslim meskipun lebih banyak
mengedepankan metode tajribi(observasi dan eksperimen) dalam mengembangkan ilmu-ilmu
alam tetapi perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran.
Dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyah al-nafs(penyucian jiwa) dengan
melaksanakan berbagai ritual ibadah(al-ibadah)termasuk zikir,serta melakukan praktik
riyadhah dan mujahadah. Dari persepktif islam kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama
untuk memperoleh ilmu secara langsung dari sumber asalnya yaitu Allah SWT yang

diketahui memiliki sifat al-alim.

5[5][5] Ibid hal 107
6[6][6] Ibid hal 107
7[7][7] Ibid hal 108

D. Integrasi dalam ranah aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari bahas yyunani axios yang bermakna nilai dan logos yang
berarti teori. Aksiologi bermakna teori nilai investigasi terhadap asal,kriteria,dan status
metafisik dari nilai tersebut. Menurut Bunnin dan Yu aksiologi adalah studi umum tentang
nilai dan penilaian termasuk karakeristik,dan klasifikasi nilai serta dasar dan karakter
pertimbangan nilai. Sebab itu aksiologi disebut dengan teori nilai. Aksiologi jiga dimaknai
sebagai studi tentang manfaat akhir dari segala sesuatu. Suriasumantri menyimpulkan bahwa
aksiologi sebagai bagian kajian filsafat ilmu membahas tentang kegunaan dan penggunaan
ilmu kaitan antara pengguna ilmu dengan kaedah moral,dan hubungan antara prosedur dan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral dan profesional. Jadi aksiologi
membahs tentang nilai kegunaan ilmu,tujuan pencarian dan pengembangan ilmu dengan
kaedah moral,serta tanggungjawab sosial ilmuwan.8[8] Kajian aksiologi lebih ditujukan
kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu,dan etika akademik ilmuwan.


8[8][8] Ibid hal 110

BAB III
KESIMPULAN
Integrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para ilmuwan Muslim klasik
telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa keemasan islam. Paling tidak,
secara akademik mereka menguasai seluruh disiplin ilmu yang berkembang pesat pada masa
mereka, baik ilmu – ilmu rasional, ilmu – ilmu empirik, maupun ilmu – ilmu kewahyuan.
Mereka bahkan mengintegrasikan kedua jenis ilmu tersebut, dan keduanya saling mendukung
kegiatan akademik mereka. Meskipun mereka seorang filsuf dan saintis, perilaku hidup
mereka merupakan realisasi terhadap teori mereka mengenai filsafat dan sufisme. Dapat
disimpulkan bahw mereka sukses mengintegraasikan antara dua jenis ilmu tersebut, dan
menginteggrasikan keduanya dengan keyakinan dan perilaku hidup mereka sehari – hari.

DAFTAR PUSTAKA
Jafar.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing.2016