MANFAAT FISIOLOGIS DAN PSIKOlOGIS DONOR
MANFAAT FISIOLOGIS DAN PSIKOlOGIS DONOR DARAH
SUKARELA BAGI KESEHATAN
Syania Rahma Dhea Arifin
D-III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
[email protected]
Abstrak. Kegiatan donor darah merupakan pengambilan darah
dalam jumlah yang sudah ditentukan dari seseorang secara
sukarela untuk keperluan medis. Darah darah pendonor
dihimpun oleh PMI untuk kegiatan transfusi darah. Tujuan
penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan manfaat
manfaat donor darah bagi tubuh sang pendonor, baik manfaat
fisiologis maupun psikologis. Hasilnya yaitu donor darah
memiliki banyak manfaat bagi resipien dan pendonor, pendonor
akan kehilangan resiko penyakit kardiovaskuler, membantu
meghilangkan profil lipid dalam tubuh, serta produksi sel darah
merah meningkat. Manfaat psikologis dari donor darah bagi
pendonor yaitu keadaan psikologis lebih stabil dan memiliki
kepekaan sosial yang tinggi. Banyak sekali manfaat yang
didapat dari donor darah, namun kurangnya promosi dan
penyuluhan dari pihak PMI menyebabkan ketidakseimbangan
dari pendonor dan resipien.
Kata Kunci: donor darah, profil lipid, sel darah, psikologi
Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem organ yang mengangkut zat zat
metabolisme dari dan ke dalam sel (Wkipedia 2017). Sistem kardiovaskuler
berfungsi untuk transportasi zat nutrisi, garam mineral, gas, hormon, enzim dan
zat lain yang dibawa darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Irnaningtyas (2014)
mengemukakan bahwa sistem kardiovaskuler terdiri atas darah, jantung, dan
pembuluh darah. Semuanya berperan penting dalam sistem ini. Darah yang terdiri
atas sel sel darah, keping darah, dan plasmadarah berfungsi melindungi tubuh
terhadap cedera dan invasi benda asing.
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke seluruh
jaringan melalui pengikatan oksigen oleh hemoglobin (Pearce 2010: 159).
Hemoglobin mengikat oksigen sehingga menjadi oksihemoglobin. Pearce (2010)
juga menyatakan bahwa erittrosit berfungsi untuk membawa karbon dioksida ke
paru paru. Hemoglbin berikatan dengan karbon dioksida di bagian asam amino
pada globin, sehingga disebut karbaminohemoglobin.Pembentukkan eritrosit
terjadi di sumsum merah tulang, terutama tulang pendek, piph, dan sternum
(Irnaningtyas 2014). Syarifudin (2006: 79) menyatakan bahwa faktor jumlah
makanan yang dikonsumsi yang dapat memengaruhi produksi eritrosit yaitu
1. Zat besi yang disimpan di berbagai jaringan terutama hati, karena hati
merupakan tempat menyintesis hemoglobin.
2. Vitamin, yaitu asam folat,vitamin C, dan vitamin B12.
1
3. Tembaga, bagian essensial dari protein yang mengubah besi feri (Fe 3+)
menjadi fero (Fe2+)
Organ yang tak kalah penting dalam sistem kardiovaskuler adalah jantung.
Jantung merupakan organ berupa otot berongga. Fungsi utama jantung adalah
untuk memompa darah untuk dialirkan ataudiedarkan ke seluruh tubuh.
Irnanigtyas (2014) berpendapat bahwa sel sel jantung mengalami modifikasi dan
membentuk sistem penghantar rangsang yang mengatur denyut jantung. Otot
jantung akan berkontraksi secara ritmis dan terus menerus memompakan darah
melalui sistem sirkulasi yang diatur oleh saraf tidak sadar (saraf otonom) yang
meliputi saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Pembuluh darah merupakan serangkaian tabung (saluran) tertutup an bercabang,
yang berfungsi membawa darah dari jantung ke jaringan, dan kembali ke jantung.
(Irnaningtyas 2014: 201). Pembuluh darah utama yaitu arteri, kapiler, dan vena.
Arteri berfungsi membawa darah meninggalkan jantung, Kapiler berfungsi untuk
penghubung antara arteri dan vena, mengambil zat zat dari kelenjar, termpat
terjadnya pertukaran antara zat darah dan cairan dalam jaringan, menyerap
makanan dari usus, serta menyaring darah yang terdapat pada ginjal. Sedangkan
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah kembali ke jantung.
Wijaya (2012) berpendapat bahwa donor darah adalah proses pengambilan darah
dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian
dipakai pada transfusi darah. Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah
dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang
dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Mendonorkan
darah sangat penting dalam system kesehatan. Bila tidak ada yang mendonorkan
darah, maka banyak tindakan medis sehari-hari yang tidak dapat dilakukan.
Dokter dan dokter bedah sangat bergantung kepada darah yang didonorkan untuk
dapat melakukan tindakan medis ataupun operasi untuk menyelamatkan jiwa
pasien.
Menurut Sari (2013), tranfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien anemia
berat, pasien dengan kelainan darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan
parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif, pasien yang
mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh
tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana mestinya.
Transfusi darah juga diperlukan untuk menangani kegawatdaruratan melahirkan
dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada anemia berat terutama pada negara
berkembang.1 Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan transfusi
darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan
ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan darah.
Banyak masyarakat awam yang kurang berpengetahuan tentang donor darah,
cenderung ketakutan untuk melakukan prosedur teknis donor darah, anggapan dan
presepsi masyarakat yang salah mengenai donor darah merupakan faktor yang
menyebabkan kurangnya ketersediaan darah. Masyarakat awam perlu diberikan
2
promosi dan penyuluhan tentang pentingnya donor darah untuk sesama manusia
yang membutuhkan, serta manfaatnya bagi kesehatan, baik untuk sang pendonor
maupun resipien.
Penyakit kardiovaskuler dapat disebabkan oleh hipertensi dan aterosklerosis yang
dapat menyebabkan jantung koroner. (Farahdina 2015: 5). Menurut Farahdina
(2015), faktor utama risiko penyakit kardiovaskular yaitu hipertensi dan
hiperkolesterol. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan kadar
kolesterol terutama kolesterol total, Low-density lipoprotein (LDL) dan penurunan
High-density lipoprotein (HDL) mempunyai hubungan dengan meningkatnya
risiko penyakit jantung koroner dan hipertensi. Farahdina (2015) mengemukakan
bahwa mayoritas penyebab penyakit kardiovaskular adalah peningkatan kadar
kolesterol darah, dan tindakan yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah
adalah dengan mendonorkan darah. Pearce (2010) juga berpendapat bahwa
hubungan donor darah dengan penurunan kadar profil lipid serum meliputi
kolerterol total yaitu LDL, HDL, VLDL, serta trigliserda.
Mendonorkan darah berarti tubuh kehilangan volume darah sehingga sel darah
merah dan hemoglobin sebagai pembawa oksigen yang diedarkan ke seluruh
tubuh hilang (Pearce 2010: 160). Namun tubuh secara berkala akan memperbarui
sel sel darah di dalamnya. Terdapat perbedaan terhadap orang yang rutin
melakukan donor darah dengan yang tidak, berkaitan dengan lamanya atau durasi
pembentukan sel baru. Hal ini didukung oleh manfaat.co.id (dalam
https://manfaat.co.id/28-manfaat-donor-darah-bagi-kesehatan/) yang menyatakan
bahwa bagi mereka yang rutin melakukan donor darah, regenerasi sel darah merah
akan lebih cepat, yakni 48 jam pasca donor, dalam selang waktu tersebut, volume
darah yang hilang akan benar benar diganti seluruhnya. Setidaknya 4 hingga 8
minggu, sel darah baru akan terbentuk dan membantu fungsi setiap organ.
Sedangkan yang tidak rutin melakukan donor, jika terjadi kehilangan darah, akan
mengalami proses regenerasi sel darah merah yang cukup lama yaitu lebih dari 8
minggu (Pearce 2010: 160-161).
Mendonorkan darah berarti tubuh kehilangan volume darah sehingga sel darah
merah dan hemoglobin sebagai pembawa oksigen yang diedarkan ke seluruh
tubuh hilang (Pearce 2010: 160). Kehilangan volume darah berate keseluruhan
komponen dalam darah pun hilang, termasuk zat nutrisi, hormon, enzim, zat besi,
vitamin, dan tembaga. Besi adalah salah satu komponen essensial dalam tubuh,
terutama dalam pembenukan hemoglobin yang sangat dibutuhkan oleh eritrosit
(Tanamal 2014). Zat besi masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang
dikonsumsi sehari hari, zat besi dapat diperoleh dari bahan pangan seperti nasi,
sayur, daging, kacang-kacangan, bahkan buah, hamper semua bahan pangan
mengandung zat besi. Terdapat beberapa penyakit yang disebabkan oleh
kelebnihan zat besi, antara lain: hepsidin, thalasemia, anemia sideroblastik ,,
anemia diseritopoeik, serta anemia aplastik, kelebihan zat besi juga memicu
kanker serta penyakit jantung.
3
Thalassemia sendiri dapat meyebabkan penderita mengalami gagal jantung, gagal
hati, dan gangguan hormonal yang bisa menyebabkan penderita meninggal.
(Novianti 2017 dalam
https://kumparan.com/andarinovianti/thalassemiapenyakit-kelebihan-zat-besi-yang-menyerang-anak.html).
Tanamal
(2014)
berpendapat bahwa pendonor yang rutin melakukan donor darah akan kehilangan
resiko penyakit yang disebabkan oleh penupukan zat besi yang telah disebutkan di
atas hal ini disebabkan karena saat melakukan transfusi darah, sang pendonor
akan kehilangan darahnya yang secara langsung juga mengalami pengurangan zat
besi dalam darahnya.
Keadaan psikologis seseorang setelah mendonorkan darah akan lebih stabil. Seiap
pendonor akan merasa telah melakukan tuas mulia dalam misi kemanusiaan yakni
menolong sesama dengan mendonorkan darah, satu kantong darah
menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini dibenarkan kumparan (dalam
https://kumparan.com/trending-muslimid/masih-ragu-donor-darah-punya-10manfaat-ini-lho) yang menyatakan bahwa sang pendonor akan mendapatkan
pikiran yang menyehatkan dan akan merasa lebih bahagia pasca donor.
Kemampuan pengelolan stress jugaakan lebih meningkat setelah melakukan donor
darah. Hal tersebut pasti juga akan berdampak pada kemampuan bersosialisasi
dengan lingkugan maupun dengan masalah yang dihadapi.
Simpulan
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem dalam tubuh manusaia yang sangat
krusial, sistem ini terdiri dari jantung, darah, serta pembuluh darah, seluruh
komponen dalam sistem ini berkedudukan sejajar, yang berarti semua essensial,
seluruh komponen memiliki peran, tugas, dan fungsinya masing masing sesuai
sistem dan metabiolise dalam tubuh. Sistem kardiovaskuler merupakan pengantar
untuk lebih mengetahui tentang kegiatan transfuse darah.
Kegiatan donor darah merupakan pengambilan darah dalam jumlah yang sudah
ditentukan dari seseorang secara sukarela untuk keperluan medis. Kegiatan donor
darah dibutuhkan untuk tranfusi darah yang sangat krusial di bidang medis,
tranfusi darah untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelainan
darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak
menjalankan tindakan bedah operatif, pasien yang mengalami penyakit liver
ataupun penyakit lainnya.
Namun terjadi ketidakseimbangan antara ketersediaan darah dan kebutuhan darah,
hal ini disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara pendonor dan
resipien, jumlah resipien lebih banyak dari jumlah pendonor. Pihak PMI perlu
lebih mengoptimalkan promosi dan prenyuluhan mengenai donor darah kepada
masarakat awam yang kurang berpengetahuan terhadap donor darah, disamping
karena kebutuhan akan darah, donor darah meiliki banyak manfaat bagi kesehatan
tubuh.
4
Manfaat dari donor darah selain memberikan kesehatan, menyelamatkan jiwa,
dan membatu proses penyembuhan dari resepien, antara lain: pendonor akan
kehilangan resiko penyakit kardiovaskuler, membantu meghilangkan profil lipid
dalam tubuh, pendonor akan kehilangan resiko penyakit akibat penumpukan zat
besi dan kanker, serta produksi sel darah merah meningkat. Manfaat psikologis
dari donor darah bagi pendonor yaitu keadaan psikologis lebih stabil, pikiran
lebih sehat, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Daftar Pustaka
Abdiwan, M. 2015. Ternyata Donor Darah Bisa Mencegah Sakit Jantung dan
Kanker
(http://bangka.tribunnews.com/2017/01/21/ternyata-donor-darahbisa-mencegah-sakit-jantung-dan-kanker.html.) diakses pada 6 Oktober
2017.
Budioyono, S. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi: Laskar Aksara.
Sari, S. E. (2013). Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Donor Darah
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura Pontianak, 1 (1): 2—
13
Farahdina, Selvia. (2015). Donor Darah dan Fungsi Lipid. Jurnal Mahasiswa
Kedokteran Universitas Lampung, 4 (6): 1—6
Gunawan, L. (2007). Hipertensi, penyakit tekanan darah tinggi. Kanisius.
Irnaningtyas. 2014. Biologi untukSMA/MA Kelas XI Kelompok MIPA.
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Komandoko, G. 2013. Donor Darah Terbukti Turunkan Resiko Penyakit Jantung
dan Stroke. Yogyakarta:Media Presindo.
Novianti, A. 2017.
Thalasemia, Peyakit Kelebihan Zat Besi.(
https://kumparan.com/andarinovianti/thalassemia-penyakit-kelebihan-zatbesi-yang-menyerang-anak.html.) diakses pada 6 Oktober 2017
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan
oleh Sri Yuliani Handoyo. 2013. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
PMI. (2008) .Donor Darah Sukarela. PMI Pusat:Jakarta
Rumyastuti, V. (2015) Analisi Mikrospensi Sistem Peredaran Darah Manusia
dalam Buku Teks Biologi SMA Kelas XI di Kabupaten
Purbalingga.Disertasi Mahasiswa Kedokteran Universitas Negeri
Yogyakarta.
Syarifudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi ke 3.
Jakarta: EGC.
Tanamal, G. 2016. Pengukuran Komponen Zat Besi pada Laki laki Pendonoor
Darah Rutin di Kabupaten Gunung Kidul tahun 2013. Buletin Penelitian
Kesehatan, 44 (1) : 1—6
Teratai,
P.
2012.
Penyakit
Akibat
Kelebihan
Zat
Besi.
(http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.co.id/2012/10/penyakit-penyakitakibat-kelebihan-zat.html.) diakses pada 6 Oktober 2017
Tim Penyusun. (2001). Pedoman Pelayanan Transfusi Darah Modul I. Jakarta:
Unit Tansfusi Darah PMI Pusat
5
Tri Wijaya, Rama. (2012). Donor Darah dapat Menyelamatkan Jiwa,
(http://ramamuare.blogspot.co.id/2012/06/donor-darah-dapatmenyelamatkan-jiwa.html.) diakses pada 29 September 2017
World
Health
Organization.
2014
10
Facts
on
Blood.
(http://www.who.int/features/factfiles/blood_transfusion/en/). diakses pada 7
Oktober 2017.
.
6
SUKARELA BAGI KESEHATAN
Syania Rahma Dhea Arifin
D-III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
[email protected]
Abstrak. Kegiatan donor darah merupakan pengambilan darah
dalam jumlah yang sudah ditentukan dari seseorang secara
sukarela untuk keperluan medis. Darah darah pendonor
dihimpun oleh PMI untuk kegiatan transfusi darah. Tujuan
penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan manfaat
manfaat donor darah bagi tubuh sang pendonor, baik manfaat
fisiologis maupun psikologis. Hasilnya yaitu donor darah
memiliki banyak manfaat bagi resipien dan pendonor, pendonor
akan kehilangan resiko penyakit kardiovaskuler, membantu
meghilangkan profil lipid dalam tubuh, serta produksi sel darah
merah meningkat. Manfaat psikologis dari donor darah bagi
pendonor yaitu keadaan psikologis lebih stabil dan memiliki
kepekaan sosial yang tinggi. Banyak sekali manfaat yang
didapat dari donor darah, namun kurangnya promosi dan
penyuluhan dari pihak PMI menyebabkan ketidakseimbangan
dari pendonor dan resipien.
Kata Kunci: donor darah, profil lipid, sel darah, psikologi
Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem organ yang mengangkut zat zat
metabolisme dari dan ke dalam sel (Wkipedia 2017). Sistem kardiovaskuler
berfungsi untuk transportasi zat nutrisi, garam mineral, gas, hormon, enzim dan
zat lain yang dibawa darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Irnaningtyas (2014)
mengemukakan bahwa sistem kardiovaskuler terdiri atas darah, jantung, dan
pembuluh darah. Semuanya berperan penting dalam sistem ini. Darah yang terdiri
atas sel sel darah, keping darah, dan plasmadarah berfungsi melindungi tubuh
terhadap cedera dan invasi benda asing.
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke seluruh
jaringan melalui pengikatan oksigen oleh hemoglobin (Pearce 2010: 159).
Hemoglobin mengikat oksigen sehingga menjadi oksihemoglobin. Pearce (2010)
juga menyatakan bahwa erittrosit berfungsi untuk membawa karbon dioksida ke
paru paru. Hemoglbin berikatan dengan karbon dioksida di bagian asam amino
pada globin, sehingga disebut karbaminohemoglobin.Pembentukkan eritrosit
terjadi di sumsum merah tulang, terutama tulang pendek, piph, dan sternum
(Irnaningtyas 2014). Syarifudin (2006: 79) menyatakan bahwa faktor jumlah
makanan yang dikonsumsi yang dapat memengaruhi produksi eritrosit yaitu
1. Zat besi yang disimpan di berbagai jaringan terutama hati, karena hati
merupakan tempat menyintesis hemoglobin.
2. Vitamin, yaitu asam folat,vitamin C, dan vitamin B12.
1
3. Tembaga, bagian essensial dari protein yang mengubah besi feri (Fe 3+)
menjadi fero (Fe2+)
Organ yang tak kalah penting dalam sistem kardiovaskuler adalah jantung.
Jantung merupakan organ berupa otot berongga. Fungsi utama jantung adalah
untuk memompa darah untuk dialirkan ataudiedarkan ke seluruh tubuh.
Irnanigtyas (2014) berpendapat bahwa sel sel jantung mengalami modifikasi dan
membentuk sistem penghantar rangsang yang mengatur denyut jantung. Otot
jantung akan berkontraksi secara ritmis dan terus menerus memompakan darah
melalui sistem sirkulasi yang diatur oleh saraf tidak sadar (saraf otonom) yang
meliputi saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Pembuluh darah merupakan serangkaian tabung (saluran) tertutup an bercabang,
yang berfungsi membawa darah dari jantung ke jaringan, dan kembali ke jantung.
(Irnaningtyas 2014: 201). Pembuluh darah utama yaitu arteri, kapiler, dan vena.
Arteri berfungsi membawa darah meninggalkan jantung, Kapiler berfungsi untuk
penghubung antara arteri dan vena, mengambil zat zat dari kelenjar, termpat
terjadnya pertukaran antara zat darah dan cairan dalam jaringan, menyerap
makanan dari usus, serta menyaring darah yang terdapat pada ginjal. Sedangkan
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah kembali ke jantung.
Wijaya (2012) berpendapat bahwa donor darah adalah proses pengambilan darah
dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian
dipakai pada transfusi darah. Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah
dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang
dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Mendonorkan
darah sangat penting dalam system kesehatan. Bila tidak ada yang mendonorkan
darah, maka banyak tindakan medis sehari-hari yang tidak dapat dilakukan.
Dokter dan dokter bedah sangat bergantung kepada darah yang didonorkan untuk
dapat melakukan tindakan medis ataupun operasi untuk menyelamatkan jiwa
pasien.
Menurut Sari (2013), tranfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien anemia
berat, pasien dengan kelainan darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan
parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif, pasien yang
mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh
tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana mestinya.
Transfusi darah juga diperlukan untuk menangani kegawatdaruratan melahirkan
dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada anemia berat terutama pada negara
berkembang.1 Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan transfusi
darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan
ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan darah.
Banyak masyarakat awam yang kurang berpengetahuan tentang donor darah,
cenderung ketakutan untuk melakukan prosedur teknis donor darah, anggapan dan
presepsi masyarakat yang salah mengenai donor darah merupakan faktor yang
menyebabkan kurangnya ketersediaan darah. Masyarakat awam perlu diberikan
2
promosi dan penyuluhan tentang pentingnya donor darah untuk sesama manusia
yang membutuhkan, serta manfaatnya bagi kesehatan, baik untuk sang pendonor
maupun resipien.
Penyakit kardiovaskuler dapat disebabkan oleh hipertensi dan aterosklerosis yang
dapat menyebabkan jantung koroner. (Farahdina 2015: 5). Menurut Farahdina
(2015), faktor utama risiko penyakit kardiovaskular yaitu hipertensi dan
hiperkolesterol. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan kadar
kolesterol terutama kolesterol total, Low-density lipoprotein (LDL) dan penurunan
High-density lipoprotein (HDL) mempunyai hubungan dengan meningkatnya
risiko penyakit jantung koroner dan hipertensi. Farahdina (2015) mengemukakan
bahwa mayoritas penyebab penyakit kardiovaskular adalah peningkatan kadar
kolesterol darah, dan tindakan yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah
adalah dengan mendonorkan darah. Pearce (2010) juga berpendapat bahwa
hubungan donor darah dengan penurunan kadar profil lipid serum meliputi
kolerterol total yaitu LDL, HDL, VLDL, serta trigliserda.
Mendonorkan darah berarti tubuh kehilangan volume darah sehingga sel darah
merah dan hemoglobin sebagai pembawa oksigen yang diedarkan ke seluruh
tubuh hilang (Pearce 2010: 160). Namun tubuh secara berkala akan memperbarui
sel sel darah di dalamnya. Terdapat perbedaan terhadap orang yang rutin
melakukan donor darah dengan yang tidak, berkaitan dengan lamanya atau durasi
pembentukan sel baru. Hal ini didukung oleh manfaat.co.id (dalam
https://manfaat.co.id/28-manfaat-donor-darah-bagi-kesehatan/) yang menyatakan
bahwa bagi mereka yang rutin melakukan donor darah, regenerasi sel darah merah
akan lebih cepat, yakni 48 jam pasca donor, dalam selang waktu tersebut, volume
darah yang hilang akan benar benar diganti seluruhnya. Setidaknya 4 hingga 8
minggu, sel darah baru akan terbentuk dan membantu fungsi setiap organ.
Sedangkan yang tidak rutin melakukan donor, jika terjadi kehilangan darah, akan
mengalami proses regenerasi sel darah merah yang cukup lama yaitu lebih dari 8
minggu (Pearce 2010: 160-161).
Mendonorkan darah berarti tubuh kehilangan volume darah sehingga sel darah
merah dan hemoglobin sebagai pembawa oksigen yang diedarkan ke seluruh
tubuh hilang (Pearce 2010: 160). Kehilangan volume darah berate keseluruhan
komponen dalam darah pun hilang, termasuk zat nutrisi, hormon, enzim, zat besi,
vitamin, dan tembaga. Besi adalah salah satu komponen essensial dalam tubuh,
terutama dalam pembenukan hemoglobin yang sangat dibutuhkan oleh eritrosit
(Tanamal 2014). Zat besi masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang
dikonsumsi sehari hari, zat besi dapat diperoleh dari bahan pangan seperti nasi,
sayur, daging, kacang-kacangan, bahkan buah, hamper semua bahan pangan
mengandung zat besi. Terdapat beberapa penyakit yang disebabkan oleh
kelebnihan zat besi, antara lain: hepsidin, thalasemia, anemia sideroblastik ,,
anemia diseritopoeik, serta anemia aplastik, kelebihan zat besi juga memicu
kanker serta penyakit jantung.
3
Thalassemia sendiri dapat meyebabkan penderita mengalami gagal jantung, gagal
hati, dan gangguan hormonal yang bisa menyebabkan penderita meninggal.
(Novianti 2017 dalam
https://kumparan.com/andarinovianti/thalassemiapenyakit-kelebihan-zat-besi-yang-menyerang-anak.html).
Tanamal
(2014)
berpendapat bahwa pendonor yang rutin melakukan donor darah akan kehilangan
resiko penyakit yang disebabkan oleh penupukan zat besi yang telah disebutkan di
atas hal ini disebabkan karena saat melakukan transfusi darah, sang pendonor
akan kehilangan darahnya yang secara langsung juga mengalami pengurangan zat
besi dalam darahnya.
Keadaan psikologis seseorang setelah mendonorkan darah akan lebih stabil. Seiap
pendonor akan merasa telah melakukan tuas mulia dalam misi kemanusiaan yakni
menolong sesama dengan mendonorkan darah, satu kantong darah
menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini dibenarkan kumparan (dalam
https://kumparan.com/trending-muslimid/masih-ragu-donor-darah-punya-10manfaat-ini-lho) yang menyatakan bahwa sang pendonor akan mendapatkan
pikiran yang menyehatkan dan akan merasa lebih bahagia pasca donor.
Kemampuan pengelolan stress jugaakan lebih meningkat setelah melakukan donor
darah. Hal tersebut pasti juga akan berdampak pada kemampuan bersosialisasi
dengan lingkugan maupun dengan masalah yang dihadapi.
Simpulan
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem dalam tubuh manusaia yang sangat
krusial, sistem ini terdiri dari jantung, darah, serta pembuluh darah, seluruh
komponen dalam sistem ini berkedudukan sejajar, yang berarti semua essensial,
seluruh komponen memiliki peran, tugas, dan fungsinya masing masing sesuai
sistem dan metabiolise dalam tubuh. Sistem kardiovaskuler merupakan pengantar
untuk lebih mengetahui tentang kegiatan transfuse darah.
Kegiatan donor darah merupakan pengambilan darah dalam jumlah yang sudah
ditentukan dari seseorang secara sukarela untuk keperluan medis. Kegiatan donor
darah dibutuhkan untuk tranfusi darah yang sangat krusial di bidang medis,
tranfusi darah untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelainan
darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak
menjalankan tindakan bedah operatif, pasien yang mengalami penyakit liver
ataupun penyakit lainnya.
Namun terjadi ketidakseimbangan antara ketersediaan darah dan kebutuhan darah,
hal ini disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara pendonor dan
resipien, jumlah resipien lebih banyak dari jumlah pendonor. Pihak PMI perlu
lebih mengoptimalkan promosi dan prenyuluhan mengenai donor darah kepada
masarakat awam yang kurang berpengetahuan terhadap donor darah, disamping
karena kebutuhan akan darah, donor darah meiliki banyak manfaat bagi kesehatan
tubuh.
4
Manfaat dari donor darah selain memberikan kesehatan, menyelamatkan jiwa,
dan membatu proses penyembuhan dari resepien, antara lain: pendonor akan
kehilangan resiko penyakit kardiovaskuler, membantu meghilangkan profil lipid
dalam tubuh, pendonor akan kehilangan resiko penyakit akibat penumpukan zat
besi dan kanker, serta produksi sel darah merah meningkat. Manfaat psikologis
dari donor darah bagi pendonor yaitu keadaan psikologis lebih stabil, pikiran
lebih sehat, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Daftar Pustaka
Abdiwan, M. 2015. Ternyata Donor Darah Bisa Mencegah Sakit Jantung dan
Kanker
(http://bangka.tribunnews.com/2017/01/21/ternyata-donor-darahbisa-mencegah-sakit-jantung-dan-kanker.html.) diakses pada 6 Oktober
2017.
Budioyono, S. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi: Laskar Aksara.
Sari, S. E. (2013). Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Donor Darah
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura Pontianak, 1 (1): 2—
13
Farahdina, Selvia. (2015). Donor Darah dan Fungsi Lipid. Jurnal Mahasiswa
Kedokteran Universitas Lampung, 4 (6): 1—6
Gunawan, L. (2007). Hipertensi, penyakit tekanan darah tinggi. Kanisius.
Irnaningtyas. 2014. Biologi untukSMA/MA Kelas XI Kelompok MIPA.
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Komandoko, G. 2013. Donor Darah Terbukti Turunkan Resiko Penyakit Jantung
dan Stroke. Yogyakarta:Media Presindo.
Novianti, A. 2017.
Thalasemia, Peyakit Kelebihan Zat Besi.(
https://kumparan.com/andarinovianti/thalassemia-penyakit-kelebihan-zatbesi-yang-menyerang-anak.html.) diakses pada 6 Oktober 2017
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan
oleh Sri Yuliani Handoyo. 2013. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
PMI. (2008) .Donor Darah Sukarela. PMI Pusat:Jakarta
Rumyastuti, V. (2015) Analisi Mikrospensi Sistem Peredaran Darah Manusia
dalam Buku Teks Biologi SMA Kelas XI di Kabupaten
Purbalingga.Disertasi Mahasiswa Kedokteran Universitas Negeri
Yogyakarta.
Syarifudin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi ke 3.
Jakarta: EGC.
Tanamal, G. 2016. Pengukuran Komponen Zat Besi pada Laki laki Pendonoor
Darah Rutin di Kabupaten Gunung Kidul tahun 2013. Buletin Penelitian
Kesehatan, 44 (1) : 1—6
Teratai,
P.
2012.
Penyakit
Akibat
Kelebihan
Zat
Besi.
(http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.co.id/2012/10/penyakit-penyakitakibat-kelebihan-zat.html.) diakses pada 6 Oktober 2017
Tim Penyusun. (2001). Pedoman Pelayanan Transfusi Darah Modul I. Jakarta:
Unit Tansfusi Darah PMI Pusat
5
Tri Wijaya, Rama. (2012). Donor Darah dapat Menyelamatkan Jiwa,
(http://ramamuare.blogspot.co.id/2012/06/donor-darah-dapatmenyelamatkan-jiwa.html.) diakses pada 29 September 2017
World
Health
Organization.
2014
10
Facts
on
Blood.
(http://www.who.int/features/factfiles/blood_transfusion/en/). diakses pada 7
Oktober 2017.
.
6