GIZI DAN PERTANIAN MAKALAH docx (1)

“GIZI DAN PERTANIAN”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi
Dosen pengampu : Mardiana S.KM., M. Si

Disusun oleh :
Endah Nurgita Cahyani

6411414059

Wisnu Afandi

6411414077

Vivi Sofyatun

6411414079
Rombel 03

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya, tugas kelompok Ekologi Pangan dan Gizi yang berjudul
“Gizi dan Pertanian” ini dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Dalam makalah ini menjelaskan mengenai ilmu gizi, gizi dan pertanian.
Adapun tujuan utama dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pengampu mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Ilmu Keolahragaan (FIK), Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Kami menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan tugas ini
untuk ke depannya. Mudah-mudahan tugas ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti mata kuliah Ekologi Pangan
dan Gizi.

Semarang, 01 November 2016


Penyusun

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
1.3 TUJUAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 GIZI................................................................................................................3
2.1.1 ILMU GIZI..............................................................................................3
2.1.2 FUNGSI ZAT GIZI DALAM TUBUH...................................................4
2.2 GIZI DAN PERTANIAN...............................................................................4
2.2.1 HUBUNGAN GIZI DENGAN PERTANIAN........................................4
2.2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN PANGAN...5

2.2.3 PENANGANAN PASCA PANEN..........................................................6
2.2.4 DAMPAK KEBIJAKAN/PROGRAM PERTANIAN TERHADAP
KETAHANAN PANGAN................................................................................9
2.2.5 PEMBANGUNAN PERTANIAN.............................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 KESIMPULAN............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau baik besar dan
kecil dengan wilayah daratan dan lautan yang sangat luas serta posisi silang
Indonesia yang sangat strategis membawa implikasi adanya kandungan sumber
kekayaan alam yang berlimpah dan beraneka ragam yang tersebar di seluruh
wilayah nusantara. Dengan melihat kondisi lingkungan geografis Indonesia serta
sebagian besar mata pencaharian utama masyarakat Indonesia yang sebagai

petani, sudah barang tentu hal tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai sektor
penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya
perekonomian bangsa yang mencanangkan masa depan Indonesia menuju era
industrialisasi tentunya tetap dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor
pertanian.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan yang melanda Bangsa Indonesia
mengakibatkan rusaknya sendi-sendi perekonomian negara. Daya beli masyarakat
terhadap bahan pangan sangat menurun, akibatnya masyarakat tidak bisa
mencukupi kebutuhan akan zat gizi. Dampak dari kondisi ini sebagian masyarakat
yang kurang mampu menderika kekurangan gizi. Data statistik pada tahun 2001
menunjukkan bahwa akibat krisis ekonomi sekitar 80 juta penduduk Indonesia
mengalami kemiskinan yang berdampak lanjut pada penyakit kekurangan gizi.
Kondisi demikian menuntut upaya yang serius dari berbagai pihak untuk mencari
jalan pemecahannya. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin potensi zat gizi pada komoditas pertanian di Indonesia
sendiri, mengingat negara kita sebagai negara agraris. Hal ini akan berhasil bila
kita memahami kandungan zat gizi dalam tiap komoditas pertanian dan perannya
bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh serta dampaknya pada tubuh bila
kekurangan dan kelebihan zat gizi tersebut.
1


Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian
Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat
pada sektor tersebut. Untuk mencapai keberhasilan peningkatan pembangunan
sektor pertanian diperlukan adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang
berkecimpung langsung dibidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam
hal ini petani, pemerintah, lembaga peneliti, ilmuwan, innovator, kalangan
akademik maupun pihak swasta sebagai kalangan industry, dengan demikian
diharapkan dengan hal tersebut dapat memecahkan masalah kebuntuan terhadap
masalah pertanian yang dihadapi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
ketahanan pangan nasional. Berdasarkan har tersebut, maka dalam makalah ini
akan dijelaskan keterkaitan antara gizi dan pertanian.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan ilmu gizi?
1.2.2 Bagaimanakah hubungan antara gizi dan pertanian?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan ilmu gizi

1.3.2 Untuk mengetahui hubungan antara gizi dan pertanian

2

1.3.3
1.3.4

BAB II

PEMBAHASAN

1.3.5
1.3.6

2.1 GIZI
1.3.7

Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam Pangan

yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air,

dan komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia.
1.3.8

2.1.1 ILMU GIZI
1.3.9

Ilmu

Gizi

(Nutrition

Science)

adalah

ilmu

yang


mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan optimal. Kata ”gizi” berasal dari bahasa arab ghidza, yang
berarti “makanan”. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di
sisi yang lainnya dengan tubuh manusia.
1.3.10

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan

kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan
memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam
tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian yang lebih luas,
yaitu bisa dihubungkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi
berkaitan

dengan

perkembangan

otak,


kemampuan

belajar,

dan

produktivitas kerja.
1.3.11

Ruang lingkup ilmu gizi cukup luas dimulai dari :

 Cara produksi pangan,
 Perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap pasca panen dari mulai
penyediaan pangan
 Distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan,
 Cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan
sehat/sakit.
3


2.1.2 FUNGSI ZAT GIZI DALAM TUBUH
1.3.12

Bila dikelompokan ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh :

a. Memberi energi
1.3.13
Zat gizi yang tergolong ini adalah karbohidrat, lemak dan
protein. Ketiga zat gizi itu terdapat dalam jumlah paling banyak dalam
bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi
tersebut dinamakan zat pembakar.
b. Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh
1.3.14
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh.
Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara,
dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi
tersebut dinamakan zat pembangun.
c. Mengatur metabolisme tubuh
1.3.15
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk

mengatur metabolisme tubuh. Protein mengatur keseimbangan air dalam
sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh
dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat
infektif dan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Mineral dan
vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi
normal syaraf dan otot serta banyak proses lainnya termasuk proses
menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan dalam tubuh,
seperti di dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu
tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa dll. Dalam hal ini protein,
mineral, air, dan vitamin dinamakan zat pengatur.
2.2 GIZI DAN PERTANIAN
1.3.16 2.2.1 HUBUNGAN GIZI DENGAN PERTANIAN
1.3.17
kesehatan

Komoditas pertanian berpengaruh terhadap status gizi dan
penduduk

terutama

melalui

produksi

pangan

yang

dikonsumsinya. Pertanian berpengaruh terutama terhadap gizi melalui
produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. Kinerja produksi pangan
akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika pangan
4

diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan
tadi tersedia di tingkat masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup
uang untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya,
maka masyarakat tidak akan banyak terjadi kurang gizi. Bila pangan cukup
tersedia maka orang akan cenderung mengkonsumsi makanan yang sehat.
Pangan yang dimaksud meliputi pangan nabati (berasal dari tanaman) dan
pangan hewani (berasal dari hewan). Dengan kata lain komoditas
pertanian merupakan sumber pangan bagi manusia yang akan memberikan
zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
1.3.18

Berkaitan dengan fungsinya bagi tubuh, pangan dapat

berperan sebagai sumber zat kalori/energi (karbohidrat, lemak, dan
protein), sumber zat pembangun (protein), dan sumber zat pengatur
(vitamin dan mineral). Oleh karena itu pangan dikatakan mempunyai
fungsi sebagai triguna makanan.
1.3.19

Pada

beberapa

komoditas

pertanian

terdapat

juga

komponen kimia alami yang apabila termakan oleh manusia dapat
mengganggu proses metabolisme dalam tubuh kita. Komponen tersebut
dinamakan zat anti gizi, misalnya antitripsin pada kedelai dapat
mengganggu penyerapan protein pada tubuh kita, HCN (asam sianida)
pada beberapa jenis singkong dapat menimbulkan keracunan bila langsung
dimakan.
1.3.20 2.2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN
PANGAN
a. Beralihnya petani yang menanam tanaman pangan ke tanaman
perdagangan
1.3.21
persoalan

baru

kekurangan

pangan

yaitu

berupa

kecenderungan petani di negara-negara bukan industri beralih ke
tanaman perdagangan padahal penduduk terus bertambah. Petani yang
khusus memproduksi bahan pangan seperti beras, ubi jalar lebih banyak

5

dijual daripada dikonsumsi untuk keluarga sendiri. Banyak petani yag
tidak memiliki cukup lahan untuk mengusahakan pangan dalam jumlah
yang cukup untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu juga
tidak punya banyak uang untuk membeli bahan makanan. Pertambahan
penduduk tidak sebanding dengan pertambahan produksi bahan pangan.
b. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju
peningkatan produksi pangan
1.3.22
Pertambahan penduduk akan berakibat pada ketersediaan
sumber daya dan kelestarian lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan
masyarakat, kesempatan memperoleh pendidikan dan kesempatan
mendapat kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan
kompetisi pemanfaatan lahan pertanian yang subur.
c. Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman
1.3.23
Perkembangan
perkotaan
yang
demikian
pesat
menyebabkan lahan-lahan pertanian yang ada disekitarnya digunakan
untuk pembangunan pusat-pusat perkantoran, pemukiman dan pusat
perbelanjaan. Akibatnya lahan pertanian akan semakin sempit sedangkan
pembukaan lahan pertanian yang baru banyak mendapat kendala.
1.3.24 2.2.3 PENANGANAN PASCA PANEN
1.3.25

Yang dimaksud pasca panen adalah segala upaya untuk

menyiapkan hasil produksi pertanian setelah dipanen. Yang menjadi
pertimbangan perlunya penanganan pasca panen adalah agar kerusakan
pangan dan kehilangan zat gizi dapat terhindar serta untuk meningkatkan
ketersediaan pangan. Tujuan utama upaya penanganan pasca panen adalah
untuk menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan jangka panjang tanpa
mengalami kerusakan terlalu banyak dan dapat dipasarkan dalam kondisi
yang baik.
1.3.26

Ada beberapa penyebab timbulnya kerusakan pangan,

antara lain yaitu :
a. Bakteri, ragi, kapang
1.3.27
Mikroba

jenis

ini

merupakan

penyebab

terjadinya

kebusukan pangan yang biasanya ditemukan di tanah, air, udara,
6

kulit/bulu dan bisa juga pada usus ternak. Mikroba ini juga bisa
menyebabkan terjadinya ketengikan.
b. Enzim
1.3.28
Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi biokimia
serta dapat merubah komposisi pangan.
c. Serangga
1.3.29
Pangan yang permukaannya sudah dilukai oleh serangga
akan mengalami kontaminasi oleh bakteri, ragi dan kapang sehingga
memperparah kerusakan.
d. Suhu
1.3.30
Beberapa jenis pangan akan rusak pada suhu terlalu tinggi/
rendah.
e. Kadar air
1.3.31

Kadar air permukaan pangan dipengaruhi oleh kelembaban

nisbi udara sekitarnya. Jika kadar air rendah, sedang kelembaban nisbi
tinggi, maka terjadi penyerapan air dari udara sehingga pangan menjadi
lembab.
f. Oksigen
1.3.32

Oksigen dapat merusak vitamin A dan vitamin C, merusak

warna pangan, cita rasa dan sarana pertumbuhan kapang. Pada pangan
yang mengandung lemak, oksigen akan menyebabkan ketengikan.
g. Sinar
1.3.33
Sinar/cahaya dapat merusak vitamin A, vitamin C,
Riboflavin dan merusak warna pangan.
h. Waktu penyimpanan
1.3.34
Waktu penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan
kerusakan pangan yang lebih besar.
1.3.35

Ada beberapa upaya penanganan pasca panen di antaranya

adalah : pengeringan, pengangkutan (transportasi), penyimpanan, serta
seleksi dan conditioning
1.3.36
a. Pengeringan
1.3.37
Pada waktu dipanen, biasanya kadar air hasil panen masih
cukup tinggi, yang memungkinkan berlangsungnya berbagai proses

7

kerusakan. Hasil panen tersebut merupakan bagian tanaman yang masih
hidup sel-selnya, jadi masih melangsungkan berbagai reaksi metabolik.
Pada kadar air yang rendah, proses-proses metabolik ini menurun,
bahkan dapat berhenti atau diabaikan. Pada keadaan cukup kering, tidak
terjadi proses autodestruksi (autolysis).
b. Pengangkutan
1.3.38
Berbagai jenis bahan makanan memerlukan cara transpor
tertentu, ada bahan makanan yang ditranspor secara curah, ada yang
dikemas (dalam dos, karung, kaleng, dsb). Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengemasan yaitu pengemasan itu harus memenuhi
syarat sesuai dengan sifat makanan serta tidak terlalu mahal sehingga
barang tersebut dapat terjangkau oleh masyarakat.
c. Penyimpanan
1.3.39
Cara penyimpanan makanan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu terutama bahan makanan yang mudah rusak (perishable food)
seperti bahan makanan hewani. Biji-bijian harus disimpan dalam kondisi
cukup kering. Gudang harus memiliki konstruksi bebas hama, letak
barang harus teratur, tidak bercampur antara bahan makanan yang satu
dengan lainnya.
d. Seleksi dan conditioning, bagi keperluan perdagangan pangan
1.3.40
Penanganan bahan makanan dalam bentuk

seleksi

dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menggabungkan bahan
makanan yang sama kualitasnya dalam rangka memenuhi permintaan
pembeli. Hal ini biasanya dilakukan untuk barang-barang dengan tujuan
ekspor.
1.3.41

Selain itu sebelum diseleksi biasanya, bahan makanan

kadang-kadang harus di “conditioning” dahulu agar mempunyai tingkat
kondisi yang memenuhi persyaratan ekspor.
e. Pencucian
1.3.42
Pencucian terhadap suatu jenis bahan pangan dimaksudkan
untuk menghilangkan kotoran, residu pestisida/insektisida serta untuk
memperoleh penampakan yang baik.

8

1.3.43 2.2.4

DAMPAK

KEBIJAKAN/PROGRAM

PERTANIAN

TERHADAP KETAHANAN PANGAN
1.3.44

a.

Dampak

Kebijakan/Program

Pertanian

terhadap

Ketahanan Pangan secara umum :
 Dampak

ketahanan

pangan

dari

kebijakan

pertanian

yang

mempengaruhi harga produk tergantung dari apakah petani adalah
net consumer atau net producer
 Program pertanian yang menyediakan lapangan pekerjaan pada
buruh tani atau mereka yang tidak punya pekerjaan terbukti
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga
 Dampak ketahanan pangan dari produksi cash crop tergantung dari
stabilitas harga produk dan apakah terdapat surplus tenaga kerja dan
lahan
 Dampak program pertanian terhadap ketahanan pangan rumah
tangga lebih nyata bila kegiatannya melibatkan wanita, pola tanam
beragam (tumpangsari, tumpang gilir), mendorong berkembangnya
industri kecil/rumahtangga untuk pengolahan produk, meningkatkan
produksi dan pendapatan tanpa mengurangi bagian yang bisa
dikonsumsi anggota rumahtangga (Pengalaman dibeberapa negara)
 Dampak kebijakan pertanian yang mendorong mekanisasi secara
masif/skala besar yang menekan peggunaan tenaga kerja pertanian
(buruh tani) secara umum berdampak negarif terhadap ketahanan
pangan rumahtangga buruh tani (Saefudin, Y).
1.3.45 b. Dampak Kebijakan/Program Pertanian/ Ketahanan Pangan
terhadap Perbaikan Gizi :
 Pengalaman Rwanda (von Braun J, et al, 2001):
1.3.46 - Peningkatan konsumsi pangan hingga 2 kali lipat
menurunkan prevalensi stunting 25%
1.3.47 - Efek yang sama didapat melalui deworming; efek dua
kali lipat bila ada perbaikan MCK yang memenuhi syarat
kesehatan.
 Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990):

9

1.3.48

Distribusi lahan pada rumahtangga miskin yang tidak

memiliki lahan berdampak posotif pada status gizi anak balita,
namun tidak berdampak pada rumahtangga yang sebelumnya telah
memiliki lahan.
 Pengalaman Bangladesh (Institute of Nutrition and Food Science,
Dhaka University & Tufts University, 2003):
1.3.49 Program Bangladesh Integrated

project

(polikultur

sayurananeka ternak-ikan) berdampak pada:
- peningkatan konsumsi protein hewani anak pra sekolah dan
WUS
- Peningkatan asupan vitamin A
- Menurunkan prevalensi stunted dan wasted
- Meningkatkan BMI WUS
 Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990 ) Distribusi lahan
pada rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan berdampak
positif pada status gizi anak balita, namun tidak berdampak pada
rumahtangga yang sebelumnya telah memiliki lahan
 Pengalaman Mesir (Galal et al, 1987):
1.3.50 Intervensi program peternakan berdampak pada penurunan
prevalensi anemi pada anak sekolah
 Berti P, et al (2004) mereview berbagai intervensi program pertanian
menemukan

bahwa

hanya

kegiatan

home

gardening

yang

memberikan dampak pada intake zat gizi (khususnya vitamin A) dan
status gizi. Efektifitas meningkat bila program ini diikuti
pendampingan/penyuluhan gizi.
 Hagebunata V, et al (1999):
1.3.51 Intervensi program pertanian yang disertai penyuluhan gizi
memberikan dampak gizi jauh lebih baik dibaanding tanpa
penyuluhan gizi.
 Leroy and Frongilo (2004) mereview berbagai intervensi program
pertanian menemukan bahwa kegiatan yang melibatkan wanita
secara aktif dan pendampingan/penyuluhan gizi memberikan
dampak gizi bagi keluarga
c. Kesimpulan Umum Dampak Gizi Program Pertanian/Ketahanan
Pangan dari Pengalaman di Berbagai Negara

10

1.3.52

Dampak gizi program pertanian/ketahanan pangan muncul

apabila:
- Rumahtangga mengkonsumsi produk yang dihasilkan
- Intervensi pertanian integrasi penyuluhan gizi
- Intervensi terutama berupa peningkatan pemanfaatan pekarangan,
komoditas yang diusahakan beragam dan memiliki kualitas gizi
-

yang tinggi (sumber protein, vitamin, mineral)
Melibatkan secara aktif wanita, namun tidak terlalu intensif agar

tidak mengurangi kualitas pola asuh makan dan kesehatan.
d. Dampak Negatif Program Pertanian terhadap Gizi dan Kesehatan
- Irigasi baru dapat meningkatkan insiden malaria
- Program peternakan memungkinkan menyebarnya zoonosis,
-

penyakit infeksi yang disebarkan oleh binatang ternak
Pelibatan wanita yang terlalu intensif dalam kegiatan pertanian
meningkatkan beban kerja wanita (Kasus Kenya) dan dapat

-

berakibat pada menurunnya pola asuh (makan dan kesehatan)
Keberhasilan pengenalan komoditas baru tidak secara otomatis
meningkatkan konsumsi pangan komoditas tersbut. Perhatian
perlu diberikan terhadap dampak alokasi waktu dan kebutuhan
energi untuk mengolah makanan (Pengalaman introduksi beras di
Mali sebagai pendamping Shorgum).

1.3.53 2.2.5 PEMBANGUNAN PERTANIAN
1.3.54
produksi

pertanian

Suatu proses yang ditujukan menambah
untuk

tiap-tiap

konsumen,

yang

sekaligus

mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan
jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur
tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan
hewani.
1.3.55

Tujuan pembangunan pertanian antara

lain:
a. Meningkatan produksi pangan menuju swasembada karbohidrat non
terigu, sekaligus meningkatkan gizi masyarakat melalui penyediaan
protein, lemak, vitamin dan mineral.

11

b. Meningkatkan tingkat hidup petani melalui peningkatan penghasilan
petani
c. Memperluas lapangan kerja disektor pertanian dalam rangka perataan
pendapatan
d. Meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian
e. Meningkatkan dukungan yang kuat terhadap pembangunan industri
untuk menghasilkan barang jadi atau setengah jadi
f. Memanfaatkan dan memelihara kelestarian sumber alam, serta
memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup
g. Meningkatkan pertumbuhan pembangunan pedesaan secara terpadu dan
serasi dalam kerangka pembangunan daerah
1.3.56
1.3.57
1.3.58
1.3.59
1.3.60
1.3.61 BAB III
1.3.62 PENUTUP
1.3.63
1.3.64 3.1 KESIMPULAN
1.3.65

Komoditas pertanian berpengaruh terhadap status gizi

melalui produksi pangan untuk keperluan rumah tangga.. Komoditas
pertanian merupakan sumber pangan bagi manusia yang akan memberikan
zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Faktor
yang mempengaruhi ketersediaan pangan adalah beralihnya petani yang
menanam tanaman pangan ke tanaman perdagangan dan beralihnya fungsi
lahan dari pertanian ke pemukiman. Dengan adanya pembangunan
pertanian akan meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan
penghasilan para petani, sehingga status gizi masyarakat akan tercukupi.
1.3.66

12

1.3.67

1.3.68

13

1.3.69 DAFTAR PUSTAKA
1.3.70
1.3.71

Departemen Pertanian. 1981. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Biro
Humas.

1.3.72

Hadisapoetro, Soedarsono. 1975. Pembangunan Pertanian. Yogyakarta:
UGM.

1.3.73

Hariadi, Purwiyatno. 2011. Pertanian dan Pangan. Bogor: Yayasan
Omar Taraki.

1.3.74

Irianto, dkk. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Jakarta: Andi Publisher.

1.3.75

Martianto, Drajat. 2015. Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perbaikan
Gizi Ibu dan Anak. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.

1.3.76

Rachmawan, Undang. 2001. Komoditas Pertanian sebagai Sumber Gizi.
Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pembangunan Sistem dan
Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
jakarta.

1.3.77

Sukarjo, dkk. 1985. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.

1.3.78
1.3.79
1.3.80
1.3.81

14