TEKNIK PEMERIKSAAN SAMPEL DEBU DAN ANALI

LAPORAN PRATIKUM KIMIA LINGKUNGAN
“TEKNIK PEMERIKSAAN SAMPEL DEBU DAN ANALISIS KIMIA
LOGAM BERAT (Pb) PADA SAMPEL DEBU DI UDARA”

Kelas : 1A
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
AISAH AULIANI

: 151110001

FEBIOLA ALVANESA

: 151110004

HANIF ICHSANDI

: 151110009

INDRIANI ZARA


: 151110011

ISMAUL KHAIRO

: 151110012

LISA WELNI

: 151110015

M. AGIEL ALHAFID : 151110016
MUTIA RAHMAH

: 151110025

REFLI PRAPTIKASARI

: 151110029

SRI RANTI EKA PUTRI


: 151110034

DOSEN PEMBIMBING:
SUKSMERRI, S.Pd, M.Pd, M.Si
INSTRUKTUR:
TIKA SARI, A.MKL

PRODI D-III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PADANG
TAHUN 2016
iv

LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan pratikum ”Teknik Pemeriksaan Debu Dan Analisis Kimia Logam Berat (Pb)
Pada Sampel Debu Di Udara” yang telah di laksanakan di Laboratorim Fisika Poltekkes
Kemenkes Padang pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 11.30 WIB sampai 13.30 WIB
yang telah di periksa dan di setujui oleh:


Dosen Pembimbing

SUKSMERRI, S.Pd, M.Pd, M.Si

Instruktur

Tika Sari, A.MKL

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
kurnianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dan kami berharap
Semoga laporan ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca.
Pratikum ini adalah mata kuliah yang wajib di ikuti oleh Mahasiswa jurusan
Kesehatan Lingkungan prodi Diploma III di Poltekkes Kemenkes Padang. Laporan praktik
ini di susun sebagai pelengkap kerja praktik yang telah di laksanakan pada tanggal 14 Maret
2016 di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang.

Terima Kasih kami ucapkan pada dosen pembimbing dan instruktur yang telah
memberikan pengarahan untuk penulisan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang memberikan motivasi sehingga laporan ini bisa diselesaikan.
Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Padang, Maret 2016

Kelompok 3

3

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Udara ............................................................................................................ 3
2.2 Definisi Debu ................................................................................................................. 3
2.3 Sifat-Sifat Debu ............................................................................................................. 3
2.4 Sumber Debu ................................................................................................................. 4
2.5 Jenis Debu ...................................................................................................................... 4
2.6 Efek Debu Bagi Kesehatan............................................................................................. 5
2.7 Pengertian Logam Berat (Pb).......................................................................................... 5
2.8 Sifat Dan Karakteristik Logam Timbal........................................................................... 5
2.9 Sumber Pencemar Timbal............................................................................................... 6
2.10 Efek Timbal Terhadap Kesehatan.................................................................................. 8
2.11 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.......................................................................................................... 10
BAB III HASIL
3.1 Waktu Dan Tempat .......................................................................................................... 11
3.2 Alat Dan Bahan .......................................................................................................... 11
4


3.2.1 Alat........................................................................................................................... 11
3.2.2 Bahan........................................................................................................................ 11
3.3 Cara Kerja ....................................................................................................................... 12
3.3.1 Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Debu.................................................... 12
3.3.2 Pemeriksaan Logam Berat (Pb) Pada Sampel Udara........................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ................................................................................................................................ 15
4.2 Pembahasan ..................................................................................................................... 15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 16
5.2 Saran................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 17

BAB I
5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah
berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar
sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang
sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti
tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi
tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi dan/
atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran
udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan
pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan
kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung
pada keadaan geografi dan metereologi setempat. Sebagian besar pencemar udara (sekitar
75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama
berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran,
proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

alami atau mekanis seperti pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma‟mur, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan
oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran
kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik. Standar kualitas debu dalam
udaraselama 24 jam adalah 230 μg/Nm3 berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana
dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb), Timbal (Pb) dicampurkan ke dalam bensin
sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar 2,4 gram/gallon. Timbal (Pb)
6

yang digunakan untuk anti knock adalah tetraethyl timbal (C2H5)4. Fungsi penambahan
timbal (Pb) adalah dimaksudkan untuk meningkatkan bilangan oktana. Timbal (Pb) adalah
bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di
dalam tubuh. Timbal (Pb) dapat masuk ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman
serta absorbsi melalui kulit.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan
kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap,
disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting
yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil

Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik
diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb
utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan
tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan
diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh
ukuran partikel-partikelnya. Standar kandungan Pb dalam udara adalah 2,0 μg/Nm3
berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui apa saja alat, fungsi, bahan dan cara pemeriksaan sampel
1.2.2

debu dan cara analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Tujuan Khusus:
 Untuk mengetahui alat yang di gunakan pada pemeriksaan sampel debu dan


analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Untuk mengetahui fungsi alat yang di gunakan pada pemeriksaan sampel debu




dan analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Untuk mengetahui bahan yang di gunakan pada pemeriksaan sampel debu dan



analisis kimia Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.
Untuk mengetahui langkah pada pemeriksaan sampel debu dan analisis kimia
Logam Berat (Pb) pada sampel debu di udara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7

2.1 Pengertian Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi
dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan (Fardiaz, 1992). Udara juga
merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi

kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas,
karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar
ultraviolet.
Udara sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan
kebutuhan utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Oleh
karena itu udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan, pengaturan dan
pembatasan pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang masih diperkenankan bagi
kehidupan.
2.2 Definisi Debu
Debu adalah debu adalah zat kimia padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan
alami atau mekanis seperti pengolahan,penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma‟mur, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan
oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran
kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.
2.3 Sifat-Sifat Debu
Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel
debu di udara mempunyai sifat:
1. Sifat pengendapan
Sifat pengendapan adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap
karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadangkadang debu ini relatif tetap berada di udara.
2. Sifat permukaan basah

8

Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh
lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam
tempat kerja.
3. Sifat penggumpalan
Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel
satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan
pembentukan penggumpalan debu. Kelembaban di bawah saturasi, kecil
pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Kelembaban yang melebihi
tingkat huminitas di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan debu.
Oleh karena itu partikel debu bias merupakan inti dari pada air yang
berkonsentrasi sehingga partikel menjadi besar.
4. Sifat listrik statis
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain
yang berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat
terjadinya proses penggumpalan.
5. Sifat optis
Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan
sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
2.4 Sumber Debu
Debu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite particulate matter
adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap
karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di
udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber-sumber debu dapat berasal dari
udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin.
2.5 Jenis Debu
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan daya larut
dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula.
Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Suma ‟mur
(2009) mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik.
Klasifikasi debu dapat dilihat pada tabel.
2.6 Efek Debu Bagi Kesehatan
9

Banyak jenis debu yang secara tidak sengaja terhirup oleh para pekerja pabrik. Debu
ini lama kelamaan merusak paru dan menimbulkan apa yang disebut dengan penyakit paru
kerja. Dan tergantung dari jenis debunya, maka nama penyakit disesuaikan dengan bahan
penyebabnya.

Antara

lain

seperti

asbestosis,

byssinosis,

silikosis

atau

lainnya.

Ada juga nama penyakit yang tidak menurut aturan. Misalnya "Farmers Lung" atau penyakit
paru yang diderita oleh para petani. Perlu diketahui, Farmer s lung banyak terjangkit di
musim panen. Pada musim itu banyak sisa-sisa batang padi atau gandum hingga berbagai
jamur. Gejalanya ditandai demam/ badan panas, batuk-batuk (kadangkala batuk darah), dan
sesak nafas. Debu organik, dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Ini karena kepekaan dari
saluran

nafas

bagian

bawah

terutama

alveoli

terhadap

debu

meningkat.

2.7 Pengertian Pb ( Timbal )
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan
menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis
atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya
berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang
industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan
dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi
kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang
tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan
tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).
Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar
6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu
timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan
di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua dan
diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.
2.8 Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)
Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna
abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat
kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.
Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada
logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah
10

dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C
(3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb)
termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor
atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Timbal termasuk logam berat ”trace
metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia
senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan
tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme.
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam,
kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan pengantar listrik yang baik.
2.9 Sumber Pencemaran Timbal (Pb)
1.

Sumber Alami
Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan
sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan
terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100
mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di
air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami
timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air
telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal
(Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas
dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam
air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami Pb
juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3.
Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung
Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg
berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah
menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan
11

ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn
(seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya
10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.
2.

Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb)
adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun
bahan penolong, misalnya:
a.

Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan
timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang
berasal dari potongan logam (scrap).

b.

Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal
(Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan
dasarnya.

c.

Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra
methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar,
sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan
merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).

d.

Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk
melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel
mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd,
Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan
makluk hidup.

e.

Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri
ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai
pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan
untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).

3.

Sumber dari Transportasi
Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar
terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem
pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam
bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar.
Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak
12

sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL),
selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas
dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga
dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam
bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb)
tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter
bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2
satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu
oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada
bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik.
Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan
bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat
timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya
(Sudarmaji, dkk, 2006).
2.10 Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
1.

Gangguan Neurologi
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh
timbal (Pb) dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma.
Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy
perifer.

2.

Gangguan terhadap fungsi ginjal.
Logam

berat

timbal

(Pb)

dapat

menyebabkan

tidak

berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler,
sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat
menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus
berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3.

Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada
sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin.
Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun terhadap gamet dan
dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap
13

paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang
rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.
4.

Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya
anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya
penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi
disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic
Acid)urine. Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam
darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem
hemopoitik

adalah

CP (Coproporphyrine).

peningkatan
Dapat

dikatakan

ekskresi
bahwa

ALA
gejala

dan
anemia

merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada manusia.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap
terjadinya anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif
yang signifikan antara Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
5.

Gangguan terhadap sistem syaraf.
Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif
pada anak-anak dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis
yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala,
tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya
kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80
μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum
tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada
lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah
tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa
bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada
profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada
umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa
hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada
anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).

2.11 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
14

No.

Parameter Waktu

Mutu

Pengukuran
1

2

Metode

Peralatan

Analisis

TSP

24 Jam

230 ug/Nm3

Gravimetric

Hi - Vol

(Debu)

1 Thn

90 ug/Nm3

Pb

24 Jam

2 ug/Nm3

Gravimetric

Hi – Vol

(Timah

1 Thn

1 ug/Nm3

Ekstraktif

Hitam)
Pengabuan

AAS

BAB III
HASIL

15

3.1 Waktu Dan Tempat Pratikum
Hari/Tanggal : Senin/14 Maret 2016
Pukul

: 8.30 WIB – 11.30 WIB

Tempat

: Laboratorium Fisika Poltekkes Kemenkes Padang

3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Nama Alat

Jumlah

Kertas Saring

2 Buah

Petridish

1 Buah

Oven

1 Buah

Desikator

1 Buah

Pinset

1 Buah

HVAS

1 Buah

Timbangan Analitik

1 Buah

Gelas Kimia 250 ml

1 Buah

Batang Pengaduk

1 Buah

Karet Hisap

1 Buah

Pipet Ukur 10 ml

1 Buah

Corong

1 Buah

Kompor Listrik

1 Buah

Labu ukur 100 ml

1 Buah

Gunting

1 Buah

Bahan
HNO3

Jumlah
secukupnya

3.2.2 Bahan

3.3 Cara Kerja
3.3.1

Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Debu
Pemeriksaan Berat Konstan (W0):
 Persiapan kertas saring dengan ukuran 20x25.
 Lalu letakkan kertas saring didalam petridish menggunakan pinset.

16



Masukkan kertas saring ke dalam oven, kemudian panaskan selama





1 jam dengan suhu 1000C.
Setelah 1 jam, keluarkan kertas saring dari oven.
Lalu dinginkan kertas saring di dalam desikator selama 15 menit
Lakukan penimbangan dengan timbangan analitik, sampai diperoleh



berat yang konstan (W0).
Lalu catat hasil yang di dapatkan
W0

3,257 gr

Cara Kerja Alat:



Letakkan HVAS pada tempat yang terbuka.
Pasang kertas saring ke dalam alat




menggunakan pinset.
Lalu hidupkan alat dengan cara menekan tombol ON.
Lakukan pengukuran selama 1 jam (seharusnya pengambilan




sampel 24 jam).
Setelah 1 jam, matikan alat.
Keluarkan kertas saring yang telah berisi dengan sampel debu



dari alat HVAS.
Lalu letakkan kertas saring didalam petridish.

HVAS

dengan

Pemeriksaan Berat Konstan (W1):



Persiapan kertas saring yang telah berisi sampel debu.
Lalu masukkan kertas saring kedalam oven, kemudian panaskan





selama 1 jam dengan suhu 1000C.
Setelah 1 jam, Keluarkan kertas saring.
Lalu dinginkan didalam desikator selama 15 menit.
Lalu lakukan penimbangan dengan timbangan analitik, sampai



diperoleh berat yang konstan (W1).
Lalu catat dan masukan hasil ke dalam rumus
W1

3,509 gr

Perhitungan Partikel Debu
Rumus Perhitungan Partikel Debu:
Kadar Partikel ( debu )=

W 1−W 0
Debit Udara

17

Keterangan :
W0

= Berat yang diperoleh sebelum berisi sampel debu (gr)

W1

= Berat yang diperoleh sesudah berisi sampel debu (gr)

Debit Udara

= flowmeter (l/m) x waktu (menit)

Cara perhitungan:
Kadar Partikel (debu)=

W 1−W 0
Debit Udara

kadar partikel ( debu )=

3,509−3,257
20 x 60

kadar partikel ( debu )=

0,252
1200

Kadar partikel (debu) = 0,00021 mg/Nm3
3.3.2 Pemeriksaan Logam Berat (Pb) Pada Sampel Debu
Analisa destruksi:







Persiapkan kertas saring yang telah berisi sampel debu.
Lalu potong kecil-kecil kertas saring menggunakan gunting.
Kemudian masukkan potongan kertas saring ke dalam gelas kimia.
Lalu tambahkan HNO3 sampai kertas saring terendam.
Lalu tutup gelas kimia menggunakan petridish.
Lalu panaskan sampel menggunakan kompor listrik sampai sampel





tersebut kering.
Lalu tambahkan kembali HNO3 sampai kertas saring terendam.
Lalu panaskan kembali sampai sampel tersebut kering.
Lakukan berulang kali penambahan HNO3 dan pemanasan sampai



kertas saring larut.
Setelah kertas saring larut, lalu masukan sampel kedalam labu ukur




dengan cara di saring menggunakan saringan.
Lalu ukur menggunakan Spektro Serapan Atom.
Lalu catat hasil yang di dapatkan.

18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No.

ANALISIS

HASIL

STANDAR

1.

Debu

0,00021 mg/Nm3

PERMENKES
230 mg/Nm3

4.2 Pembahasan
Dari pratikum pemeriksaan sampel Debu didapatkan hasilnya yaitu 0,0021
mg/Nm3. standar Debu menurut PP No. 41 tahun 1999 = 24 jam adalah 230 mg/l, Jadi
sampel yang diperiksa adalah debu yang memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan
oleh peraturan pemerintah.
Pengambilan sampel debu pada pratikum hanya di lakukan selama 1 jam, Jadi
debu yang di dapatkan hanya sedikit. Seharusnya pengambilan sampel debu di lakukan
selama 24 jam dan harus dikontrol kecepatan, kelembapan dan suhu setiap 5 jam sekali.

19

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Alat yang diperlukan dalam pengambilan sampel dASebu adalah HVAS, kertas saring,
pinset, kertas saring, timbangan analitik dan desikator. Dan alat yang diperlukan dalam
pemeriksaan logam berat (Pb) pada sampel debu adalah gelas kimia,kertas saring yang telah
berisi debu, kompor listrik, saringan dan labu ukur.
Pengambilan sampel debu pada pratikum hanya di lakukan selama 1 jam, Jadi debu
yang di dapatkan hanya sedikit. Seharusnya pengambilan sampel debu di lakukan selama 24
jam dan harus dikontrol kecepatan, kelembapan dan suhu setiap 5 jam sekali.
Dari pratikum pemeriksaan sampel Debu didapatkan hasilnya yaitu 0,0021 mg/Nm 3.
Dan standar Debu menurut PP No. 41 tahun 1999 = 24 jam adalah 230 mg/l, Jadi sampel
yang diperiksa adalah air yang memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan
pemerintah.

5.2 Saran
Dalam pengambilan sampel udara kita harus teliti. Patuhi aturan dan tata cara
praktikum. Bagi masyarakat diharapkan agar menggunakan masker saat menggunakan
kendaraan di jalan raya, agar meminimalisir terjadinya penyakit gangguan pernafasan.
Kepada pemerintah di harapkan dapat mengeluarkan peraturan untuk masyarakat agar
20

mengurangi pemakaian bahan bakar fosil bagi yang mempunyai kendaraan supaya udara
menjadi lebih sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Aprianti, Hermawati W., Osha Ombasta, dan Zahra Mediawaty. Laporan Praktikum :
Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan peralatan High Volume Air Sampler
(HVAS) dengan Metode Gravimetri. 2010. Universitas Indonesia : Depok.
Teguh Prayudi dan Joko Priyatno Susanto. Kualitas Debu dalam Udara Sebagai Dampak
Industri Pengecoran Logam Ceper. 2010. Jurnal Teknologi Lingkungan
Fanji Avrianto. Skripsi : Analisis kadar Particulate Matter 10 (PM10) di Udara dan Keluhan
Gangguan Pernafasan Pada Masyarakat Yang Tinggal di Sepanjang Jalan Raya
Kelurahan Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun 2010. 2011. Universitas
Sumatera Utara : Medan.
U.S. Environmental Protection Agency. Compendium of Methods for the Determination of
Inorganic Compounds in Ambient Air. 1999. United State of America : Cincinnati

21