PANAS BUMI DAN LOMPATAN BESAR DALAM MENG

LOMBA ESSAY NASIONAL ONLINE FS2T AND FOSMAN
ESSAY COMPETITION
(F2EC) 2016

PANAS BUMI DAN LOMPATAN BESAR DALAM MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Diusulkan oleh:
Wahyu Kusdyantono

12/335275/PA/15075

UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

(2012)

BASA-BASI DALAM MEMBANGUN KELISTRIKAN NASIONAL
Adalah panas bumi, potensi energi terbesar di Indonesia yang masih dapat
dieksplorasi dan dieksploitasi secara mendalam sebagai upaya dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat terhadap listrik. Tidak bermaksud mengecilkan hati minyak
dan gas alam, namun data Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral memang
telah berbicara demikian. Data menyebutkan bahwa potensi energi panas bumi yang
dimiliki oleh Indonesia mencapai sekitar 28.000 MW dengan potensi sumberdaya
13.440 MW dan reserves 14.473 MW tersebar di 265 lokasi di seluruh Indonesia.
Dibalik angka mencengangkan yang disebutkan, memang baru 4% dari seluruh
potensi yang ada telah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.
Basa-basi dalam membicarakan potensi yang besar memang sudah acap kali
didengar, tetapi pada faktanya tidak seluruh wilayah di negeri ini telah terjamah
oleh infrastruktur yang bernama listrik. Di wilayah Indonesia Timur misalnya,
bukanlah sesuatu yang ganjal bila pemadaman listrik telah berlangsung setiap hari
dengan durasi pemadaman yang juga tidak sebentar. Humaam Abdullah Lubis
(2014, komunikasi personal) memaparkan bahwa di Balikpapan, adalah sesuatu
yang normal bila terjadi pemadaman listrik dengan durasi selama empat jam sehari.
Klise memang, mengingat Kalimantan Timur memiliki cadangan energi terbesar
dari minyak dan gas alamnya (Blok Mahakam) serta pertambangan batubaranya
yang melimpah. Pun demikian dengan apa yang terjadi di Gorontalo. Pengalaman
dua bulan hidup selama masa Kuliah Kerja Nyata di Gorontalo, kondisi mati listrik
selama 4-7 jam sehari adalah sesuatu yang wajar. Bahkan menjadi ganjil bila tidak
ada pemadaman listrik selama sehari.

Melihat fakta yang ada, memang tepat bila Kurtubi, Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi VII mengungkapkan bahwa Indonesia Timur
telah memasuki darurat listrik. Berangkat dari permasalahan tersebut, pemerintah
mencoba menjawabnya dengan kebijakan percepatan pembangunan pembangkit
tenaga listrik dengan capaian 35.000 MW yang tertuang dalam peraturan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2013. Sama
sekali tidak bermaksud skeptis, tetapi apakah program tersebut akan benar-benar
menjawab permasalahan yang ada?

1

Pemerhati Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Indonesia, Tiar Pandapotan
Purba (2012) menjawab bahwa proyek 35.000 MW dalam masa lima tahun
mendatang dengan melihat banyak aspek seperti RUPTL PLN1, target pemerintah,
kemampuan keuangan PLN, kemampuan pendanaan pemerintah, dan dinamika
investasi asing/dalam negeri merupakan keniscayaan yang sulit diraih mengingat
gap antara target tahunan kapasitas yang harus dicapai dan investasi yang harus

dicapai (baik ddi2 dan fdi3), sementara dinamika investasi dalam dan luar negeri
yang masuk ke sektor kelistrikan tidak sebesar target yang diharapkan.


YANG TERLEWATKAN
Memang tidak akan secepat itu bila membicarakan capaian 35.000 MW
kelistrikan nasional dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Tetapi, mengapa
mesti membahasnya dalam kurun waktu lima tahun mendatang dan adakah yang
terlewatkan? Kita tahu bahwa konsep Masyarakat Ekonomi Asean yang lahir di
Bali pada 2003 silam sebetulnya akan baru dilaksanakan pada akhir 2020, namun
pertemuan internasional pada Januari 2007 di Cebu, Filipina mendorong percepatan
dilaksanakannya MEA, hingga ujung-ujungnya akan dilaksanakan pada akhir 2015.
Aliran bebas barang, jasa, tenaga kerja serta aliran investasi yang lebih deras
merupakan tujuan yang ingin diraih dalam MEA. Tentunya dalam menggapai
semua tujuan tersebut, infrastruktur penunjang seperti listrik adalah nadi yang
mampu menjaga Indonesia untuk terus hidup bersaing dalam sektor industrialisasi
dan menjadi faktor jaminan terhadap terus mengalirnya aliran investasi ke negara
ini.
Hal yang ditakutkan dari MEA sebenarnya adalah dengan sumber daya
manusia dan alam yang melimpah Indonesia hanya menjadi negara ‘penonton’
dalam sebuah pentas perdagangan bebas yang tidak hanya dalam lingkup bilateral.
Mengingat posisi Indonesia menurut World Economic Forum pada 2013 masih
berada di bawah Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura dalam

urusan daya saing ekonomi. Selain itu, tidak bisa dipungkiri bahwa serbuan produk
Cina ke Indonesia telah mendominasi sebagian besar produk kebutuhan yang
membuat produk buatan dalam negeri berada di ambang ruled out. Tentunya di
1

RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik)
DDI (Domestic Direct Investment) atau investasi
langsung dalam negeri
3
FDI (Foreign Direct Investment) atau investasi
langsung luar negeri
2

2

penghujung 2015 nanti tidak hanya produk Cina yang memenuhi pundi-pundi
komoditas dalam negeri, negara-negara ASEAN yang lain pun akan turut
menyesakkan persaingan tersebut. Bukannya menjadi harapan baru, Masyarakat
Ekonomi ASEAN malah bisa menjadi momok antagonis bila industrialisasi dan
UMKM tidak ditunjang dengan infrastruktur dan kebijakan kelistrikan yang tepat.


MENENGOK

JALAN

KEDIGDAYAAN

CINA

SEBAGAI

MODAL

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Saat ini, sudah tidak ada keraguan lagi di mata dunia dalam menganggap
Cina sebagai negara adikuasa dalam urusan perdagangan internasional. Negara
dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia ini dalam kurun waktu lima tahun
terakhir terus menunjukan peningkatan terhadap nilai Gross Domestic Product4
(GDP). Pada tahun 2009, pertumbuhan GDP di Cina mengalami peningkatan
dikarenakan aktivitas ekspor. Mulai dari tahun 2010 hingga 2013, selain giat

menarik investor, Cina juga aktif berinvestasi di dalam negeri maupun di luar
negeri. Investasi langsung di Cina pada 2010 mencapai US$ 105.7 miliar (Mulyono,
2012 dalam Alidyan, 2013). Sehingga pada tahun 2010, berdasarkan data dari Biro
Statistik Cina (NBS), GDP Cina tumbuh 10.3% dari tahun sebelumnya (Hilmy,
2011 dalam Alidyan, 2013).
Dibalik kedigdayaan Cina dalam urusan pasar internasional, terdapat dua
strategi utama yang diterapkan oleh pemerintah Cina itu sendiri, diantaranya: (1)
Untuk menjadi pusat industri di dunia, Cina mengambil kebijakan yang
memprioritaskan penyediaan listrik dengan harga murah. Sebagaiamana kita
ketahui bahwa listrik adalah moda utama dalam majunya industrialisasi modern
suatu negara. Sikap berani Cina dalam menyediakan listrik murah membuat biaya
produksi, bahkan dalam lingkup industri rumah tangga sekalipun, dapat ditekan
serendah mungkin. Selain mencipatakan daya saing di pasar internasional, hal ini
tentunya menciptakan peluang tumbuhnya investasi besar-besaran di Cina. (2)
Dalam kebijakan moneter, Cina berusaha menjaga nilai tukar Yuan dengan strategi
peningkatan daya saing produk industri untuk ekspor (Syafputri, 2012 dalam
Alidyan, 2013).
4
Gross Domestic Product merupakan jumlah seluruh barang dan jasa yang diproduksi
oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing

yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu periode tertentu (Subandi 2009).

3

Selain sikap berani yang diambil dalam kebijakan ekonomi dan
pembangunan, faktor kepercayaan terhadap sistem politik juga menentukan maju
atau tidaknya laju investasi terhadap suatu negara. Sikap pemerintah Cina yang
dikenal represif terhadap para koruptor dan konsisten dalam mengembangkan
infrastruktur telah memberikan dampak positif terhadap kepercayaan para investor
untuk terus menginvestasikan dananya di negeri tirai bambu. Alasan-alasan itulah
yang terus membuat Cina tetap berada di pucuk kendali pasar internasional dan
listrik telah menjadi jaminan utama bagi majunya industrialisasi modern di negara
ini.

THE GREAT LEAP

Berkaca dengan Cina, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) Indonesia bukan hanya perlu melangkah, namun lompatan besar diperlukan
untuk dapat melampaui kedigdayaan negara-negara ASEAN lainnya dalam
menghadapi pasar bebas internasional seperti halnya MEA. Namun sebelum itu,

perlu digaris bawahi beberapa akar permasalahan pokok yang harus dijawab secara
seksama. Pertama, alasan mengapa produk dalam negeri kalah saing dalam urusan
harga adalah disebabkan tingginya disparitas harga dikarenakan lemahnya
insfrastruktur dan tingginya biaya transportasi (Faisal Basri, 2010). Kedua, biaya
listrik yang mahal dalam sektor indsutri disebabkan oleh tidak didapatnya pasokan
energi murah dari pemerintah kepada PLN. Biaya listrik yang tinggi membuat
industri dalam negeri kalah saing dengan negara lain dalam urusan menekan biaya
produksi. Selain itu, kekeliruan terbesar Indonesia adalah menjadikan komoditi
batubara dan migas sebagai komoditi dagang ekspor utama kepada negara-negara
industri besar, salah satunya Cina, negara dengan konsumsi batubara terbesar.
Kesalahan besar ini bila diulang terus menerus tentunya dapat membuat negaranegara lain di ASEAN lebih beragam dalam memberikan komoditi manufaktur
kepada Indonesia dibandingkan kita yang hanya menjual produk primer/mentah
kepada negara lain.
Bila ditilik kembali satu persatu dari setiap akar permasalahan, maka upaya
yang dapat dilakukan dapat dibagi kedalam tiga jalan, diantaranya: (1) Tidak lagi

4

memperdagangkan komoditi primer/mentah berupa batubara dan migas kepada
negara-negara lain. Hal ini dimaksudkan agar energi tersebut dapat digunakan

sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Bila tidak, imbasnya tentu saja laju impor
terhadap bahan baku energi akan terus meningkat setiap tahunnya. (2) Melakukan
investasi besar terhadap kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan listrik nasional dalam menunjang kegiatan
industralisasi modern. Laju investasi terhadap pembangunan infrastruktur
pembangkit listrik panas bumi harus dilakukan percepatan mengingat kebutuhan
listrik nasional yang terus meningkat setiap tahunnya. Kokohnya infrastruktur
kelistrikan di Indonesia diharapkan akan tercapai dengan memanfaatkan
sepenuhnya potensi panas bumi yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini tentunya akan menarik banyak investor untuk berbondong-bondong
datang memberikan dana investasinya kepada Indonesia, terutama wilayah
Indonesia Timur yang masih perlu disokong dengan banyak infrastruktur
pembangunan. Tindakan yang demikian tentunya akan menciptakan peluang yang
dapat merubah peta industrialisasi yang terkesan hanya berupsat di wilayah Jawa
dan Sumatera menjadi seimbang di seluruh kawasan Indonesia, baik wilayah Barat
dan Indonesia. (3) Meninjau kembali kebijakan tarif dasar listrik untuk keperluan
industrialisasi. Belajar dari Cina, ada baiknya disusun sebuah kebijakan yang
membuat pemerintah dan PLN mampu menyediakan listrik murah untuk sektor
indsutri. Mengingat peran pemerintah selaku pihak yang berwenang memberi
penugasan pembelian listrik kepada PLN. Selain itu juga, listrik yang telah

dihasilkan oleh pembangkit menggunakan panas bumi masih terkendala dengan
harga “yang tidak wajar”. PLN sebagai satu-satunya pembeli akan baru membeli
listrik bila ditugaskan oleh pemerintah (Setiawan, 2012).
Upaya-upaya tersebut bilamana diindahkan secara konsisten akan mampu
mengubah cara pandang investor dalam melihat peta industrialisasi yang ada di
Indonesia. Dengan infrastruktur kelistrikan yang merata di seluruh kawasan karena
pemanfaatan panas bumi yang sepenuhnya di kawasan Indonesia Barat dan Timur,
tidak akan lagi dipandang bahwa hanya Jawa dan Sumatera yang memiliki peran
dalam laju perdagangan intersanional, tetapi kawasan Indonesia Timur juga mampu
memberikan andil dalam cita-cita dan lompatan besar yang akan dilakukan

5

Indonesia demi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan perdaganan
internasional di kawasan lainnya.

INDONESIA, THE MIRACLE OF ASIA 2050

Dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia merupakan
satu-satunya negara yang memiliki kunci pokok kesuksesan dalam sistem

perdagangan internasional, yakni sumberdaya manusia dan sumberdaya alamnya
yang melimpah. Sebagai negara yang ditunjang dengan banyak sumberdaya energi,
seharusnya Indonesia mampu mendobrak segala permasalahan infrastruktur
kelistrikan yang masih dialami sampai dengan saat ini. Dengan potensi panas bumi
yang sangat besar mencapai 40% cadangan panas bumi dunia, Indonesia memiliki
peluang dalam menciptakan jalan keluar bagi permasalahan kelistrikan nasional.
Melakukan investasi dalam negeri terhadap kemajuan infrastruktur kelistrikan di
bidang panas bumi akan mendorong Indonesia untuk semakin kuat dalam
menghadapi era perdagangan internasiional, tidak hanya MEA bahkan dunia.
Bila kita mau sedikit menengok kembali jalan Cina (lepas dari kebijakan
ekonomi dan sistem politik komunismenya) dakam mengambil strategi memajukan
industri dan laju investasi ke negarannya melalui kebijakan kelistrikannya tentunya
kita akan setara bahkan melampaui apa yang sudah Cina capai hingga saat ini dalam
urusan perdagangan internasional. Kedepannya, program pemerintah berupa
pengadaan listrik 35.000 MW bukan lagi menjadi sebuah sikap pesimistis,
melainkan sikap optimistis yang akan mampu membawa Indonesa jauh lebih kuat
dalam menghadapi persaingan global. Tak ayal bila 35 tahun lagi dari sekarang,
dengan konsistensi dan keberanian dalam mengambil setiap kebijakan dalam upaya
memenuhi kebutuhan listrik naisional menggunakan panas bumi, Indonesia akan
mampu menjadi sebuah keajaiban baru dalam peta perdagangan internasional. The
miracle of Asia.

6

REFERENSI
___.2010. Berdagang Untuk Siapa?. Jakarta. Jurnal Sosal Demokrasi.
Alidyan, M. 2013. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat,
Perancis, Jepang, Singapura, India, dan Cina. Global Policy Vol. 1.

Hardiyanto. 2008. Pengembangan Energi Panas Bumi di Indonesia . Badan Geologi
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia.
Launa. 2010. Menengok Jalan Cina. Jakarta. Jurnal Sosial Demokrasi.
Purba, T. 2015. Dapatkah Pemerintah Mencapai Target 35.000 MW untuk
Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik pada 2019?. Tidak dipublikasikan.

Setiawan, S. 2012. Energi Panas Bumi dalam Kerangka MP3EI: Analisis Terhadap
Prospek, Kendala, dan Dukungan Kebijakan. Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan Vol XX (1).
[online] Viva News. 2016. Indonesia Timur Darurat Listrik, Sering Padam.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/731427indonesiatimurdaruratlistrikseringpadam Diakses pada 15 April 2016.

7

PROFESSIONAL EXPERIENCE
Petrology La Work Assista t

September - No ember,

Ca o ate Assista t

As an assistant in the sedimentary carbonate topic. Petrology
Lab Work Assistant held for three months.

Mi roseis i Proje t

May,

A uisitio , P o essi g a d I te p etatio

Wahyu Kusdya to o
Address

: Bli

D-o-B

: Jaka ta, No

Pho e

:+

E ail

:

i gsa i CT IV, DIY
th

This project was led by Dr. Budi Eka Nur Cahya, Geophysics
Lecturer. This project was held at Prambanan, Yogyakarta to
measure peak ground acceleration from there place.





Oasis Mo taj /
Res D I . /
P og ess /
“u fe /

 Matla
/
 Mi osoft Offi e

/

ah u.kusd a to o@ ail.ug .a .id

Orang yang mudah bergaul
dan akrab dengan orang
baru. Senang bekerja di
lingkungan yang kondusif.
Dapat bekerja secara tim
dan dapat bekerja di bawah
tekanan.

FORMAL EDUCATION
Geophysi s
Ba helor Degree

:
:
:
:

@kusd a to o

Isla
O
I do esia
Male

Sept

– No

U i e sitas Gadjah Mada

ORGANI)ATION EXPERIENCES





Religio
Blood Type
Natio ality
Ge der

SKILLS

Chairman of Himpunan Mahasiswa Geofisika UGM, 2015
Public Relationship at Seksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (SM – IAGI) UGM, 2014-2015
External Deputy at Kementerian Riset dan Pengembangan Badan
Eksekutif Mahasiswa – Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) UGM, 2014

EVENT ORGANI)ING EXPERIENCES



Public Relation for Early Warning System Course, Seksi
Mahasiswa – Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 2014
Coordinator of Research for President Election, Kementerian
Riset dan
Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014

Wah u Kusd a to o

Wah u Kusd a to o

Wah u Kusd a to o

COURSE AND WORKSHOP



Ca ee De elop e t Da
Guest Le tu e “ hlu e ge : “eis i fo U o e tio al
Resou es . O ga ized
“EG a d HMGF UGM, “epte e



Honorary Lecture: “eis i “eafloo A uisitio . O ga ized
by SEG, May 2015
Guest Le tu e Mi i g Da : Role of Geoph si ists i Mi i g
I dust . O ga ized HMGF UGM, Ap il



FIELD LAB WORK EXPERIENCES





No “eis i Field La Wo k at Tegalo o, Pa ita ,
Geoph si s E peditio at Kokap, Kulo P ogo,
Geologic Field Lab Work at Karangsambung, Kebumen, 2014
Petrology Field Lab Work at Bayat, Klaten, 2014

ACHIEVEMENTS


Essay Competition. 2016. Geothermal
Desalination, Ketika Panas Bumi dan Air
Laut Memberikan Harapan Hidup yang
Baru bagi Nusa Tenggara Timur.
Geopohysics Workshop and Seminar.
Lampung 2016.
Paer Competition. 2016. Interpretasi Data
Magnetik Pada Lingkungan Pengendapan
Emas Epithermal High Sulfidation Daerah
Tirtayasa, Jambi. Geopohysics Workshop
and Seminar. Lampung 2016.



INTERESTS





@kusd a to o

Mountaining
Hiking
Travelling
Photography

Wah u Kusd a to o

Wah u Kusd a to o

Wah u Kusd a to o