UJI KANDUNGAN FENOL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN GAYAM (Inocarpus fagiferus) SEBAGAI SUMBER BELAJAR - UMM Institutional Repository
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Gayam
Gayam (Inocarpus fagifer) merupakan tumbuhan berbentuk pohon, tinggi mencapai 20 m. Tanaman gayam disebut juga pohon nusantara karena Indonesia merupakan salah satu daerah persebaran tanaman gayam yang hidup pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Tanaman gayam ini biasanya hidup pada daerah rawa-rawa atau kawasan lingkungan yang terdapat sumber air yang melimpah (Heyne, 1987). Berikut akan dijelaskan lebih rinci tentang morfologi, manfaat, distribusi dan kandungan tanaman Inocarpus fagiferus.
2.1.1 Morfologi Tanaman Gayam
Morfologi tanaman gayam menurut (Falanruw, 2015) pohon
Inocarpus fagiferus ini termasuk pohon berkayu dengan batang
ketiput. Tinggi pohon ini bisa sampai 20 m, pohon dewasa memiliki diameter batang mencapai 4-6 m. ranting pohon memiliki pengaturan spiral alternative, sedangkan cabang sekunder menciptakan jaringan cabang dalam kanopi yang padat. Daun Inocarpus fagiferus sederhana, lonjong, warna daun hijau gelap serta kasar saat disentuh, panjang daun mencapai 15-30 cm dengan lebar mencapai 8 sampai 14 cm, ujung daun sedikit meruncing. Tanaman gayam memiliki bunga biasanya ditemukan di puncuk cabang, bang dan ranting, tersusun dari 5 mahkota bunga.
Gambar 2.1 Tanaman Gayam (Inocarpus fagiferus)(Sumber foto: Dokumen Pribadi) Klasifikasi tanaman gayam sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Kelas : Dikotiledon Ordo : Rosales (Sambamurty, 2005) Famili : Fabaceae Genus : Inocapus Spesies : Inocarpus fagiferus Forst. (Allaby, 2012).
Nama daerah Inocarpus edulis di Indonesia antara lain gayang (Maluku), gayam (Jawa), gemu (Sulawesi Utara), bosua (Menado), hayam (Halmahera Utara) (Heyne, 1987).
2.1.2 Manfaat Tanaman Gayam
Inocarpus fagiferus atau lebih dikenal dengan gayam pada
daerah Jawa dan gayang pada daerah Maluku, tumbuhan ini merupakan pohon dari nusantara dengan tinggi samapi 20 m serta tumbuh subur pada ketinggian ±500 m dari permkaan laut. Kayu tanaman gayam ini bayak digunakan untuk perabotan rumah tangga.
Kulit pohon gayam ini dapat digunakan sebagai obat bagi masyarakat yang telah lama menderita murus berdarah, bahan ini banyak digunakan dalam rumah sakit di Ambon. Daun gayam yang memiliki tulang daun yang kaku sehingga tanaman ini merupakan tanaman tropis yang dapat digunakan sebagai tanaman peneduh. Daun tanaman banyak di budidayakan selain untuk diambil kayunya juga di manfaatkan buahnya. Buah yang mentah berwarna hijau dan yang telah masak berwarna kuning, setelah lapisan luar atau kulit buah dibuang kemudian biji di rebus kemudian di konsumsi (Heyne, 1987).
Pohon gayam mulai berbunga pada umur 3-4 tahun, musim berbunga tanaman ini pada bulan November-Desember serta memiliki biji tunggal. Kulit tanaman gayam ini kasar berwarna coklat keau- abuan, warna abu-abu lebih sering terjadi pada tanaman yang tua dan memiliki akar tunggang (Falanruw, 2015).
2.1.3 Distribusi Tanaman Gayam
Inocarpus fagiferus adalah tanaman asli bagain Pasifik Selatan
negara (dari Jawa di barat untuk Marquesas di timur). Hal ini ditemukan di negara-negara Melanesia (Solomon Kepulauan, Vanuatu, Fiji dan Papua Nugini) dimana tanaman gayam diyakini sebagai pohon adat. Bagian Polynesia (Samoa, Tonga, Kepulauan Cook dan Polinesia Prancis) dan Mikronesia (Pohnpei, Kepulauan Marshall dan Kiribati), Sepesies Inocarpus fagiferus menjadi Aborigin pengenalan. Telah diperkenalkan ke Filipina, meskipun secara tradisional tidak banyak dibudidayakan (Pauku, 2005).
Distribusi tanaman gayam (Inocarpus fagiferus) yang di gunakan pada penilitian ini yang dapat dilihat dari titik koordinat yaitu
o o
7 28’44’’S 112 33’37’E diukur menggunakan google Earth dan data tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3 Titik Koordinat Tanaman Gayam dibawah ini:
Gambar 2.3 Titik Koordinat Tanaman Gayam (Inocarpus fagiferus) di DesaPonokawan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo (Sumber: Dokumen Pribadi)
2.1.4 Kandungan Kimia Tanaman Gayam
Tanaman gayam mengandung berbagai banyak senyawa kimia diantaranya fenol, steroid, karbohidrat, flafonoid , protein, dan lemak.
Senyawa-senyawa tersebut tersebar pada seluruh bagian tumbuhan tanaman gayam mulai dari kulit, daun, sampai biji tanaman gayam.
Daun tanaman gayam mengandung senyawa fenol dan steroid berdasarkan penelitian sebelumnya. Senyawa-senyawa tersebut sebagian besar adalah senyawa sekunder bagi tanaman tersebut dan dapat digunakan bagi masyarakat.
Menurut Santi (2015) terdapat kandungan fenol pada kulit pohon gayam. Krisna (2014) menyatakan bahwa daun tanaman gayam mengandung sneyawa kimia yaitu steroid dan melakukan uji aktivitas antioksidan dengan mnggunakan metode DPPH menunjukan isolate steroid pada daun gayam dapat digunakan sebagai antioksidan karena memberikan nilai IC
50 pada konsentrasi 4 ppm. Wawo (2011)
menyatakan biji gayam (Inocarpus fagiferus) mengandung karbohidrat, protein, kadar air, lemak, abu dan serat kasar.
2.2 Fenol
Fenol adalah suatu senyawa aromatik yang struktur kimianya diturunkan dari benzene jika satu atau lebih atom hydrogen yang terikat pada inti benzene diganti dengan satu atau lebih gugus hodroksil. Fenol yaitu gugus hidroksil terikat langsung pada inti benzene dan disebut gugus hidroksil fenol (Sumardjono, 2008).
Fenol dapat larut dalam alkohol, air, eter, kloroform dan alkali. Jika dalam keadaan tidak murni fenol akan berubah menjadi warna pink atau merah dan akan mencair jika terkena sinar matahari atau menyerap air dari udara. Sifat kimia fenol dipengaruhi oleh kestabilan resonansi dari fenol dan dalam unsur-unsur ion fenolat. Fenol bereaksi sebagai asam lemah, dengan adanya senyawa-senyawa elektrofilik (meta-indikator) maka sifat kimianya dapat diturunkan (Vermerris, 2007). Fenol merupakan senyawa dimana gugus
- OH terikat ke atom karbon dari cincin aromatik. Anggota yang paling
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung larur didalam air karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987). Fenol terdiri atas bermacam-macam zat yang memiliki kepolaran yang berbeda-beda. Golongan senyawa yang termasuk fenol misalnya flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula sehingga menyebabkan flavonoid bersifat polar, sedangkan senyawa minyak atsiri biasanya cenderung bersifat non polar. Kelarutan senyawa fenol terbanyak tidak selalu terdapat dalam ekstrak polar, tetapi tergantung dari struktur senyawa fenol yang dijumpai (Markham, 1988).
Senyawa fenol dan asam fenolat biasanya diidentifikasi bersama-sama pada identifikasi tumbuhan. Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin terikat sebagai ester atau terdapat pada daun di dalam fraksi yang lain dalam etanol. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim (Harborne, 1987). Fenolat tanaman dianggap memiliki peran penting sebagai pertahanan senyawa ketika tekanan lingkungan, seperti cahaya yang tinggi, suhu rendah, infeksi patogen, herbivora, dan kekurangan gizi, dapat menyebabkan peningkatan produksi gratis radikal dan spesies oksidatif lainnya pada tanaman (Vermerris, 2006). Banyak senyawa fenol alami mengandung sekurang-kurangnya satu gugus hidroksil, dan lebih banyak yang membentuk senyawa ester atau eter fenol daam air lebih rendah dari pada senyawa fenolnya, sementara senyawa glikosidanya lebih mudaj larut dalam air. Seseorang meninjau bidang ini mengemukakan bahwa senyawa fenol bebes biasanya terdapat dalam jaringan kayu, sementara senyawa fenol yang terdapat di tempat lain berbentuk glikosida (Robinson, 1995).
Peranan beberapa golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya, lignin sebagai bahan pembangunan dinding sel, antosianin sebagai pigmen bunga), sedangkan peranan senyawa yang termasuk golongan lain masih merupakan hasil dugaan belaka. Flavonoid misalnya tampak penting pada pengaturan pengendalian tumbuhan, flavonoid merupakan faktor pertahanan alam (Harborne, 1987).
2.3 Antioksidan
Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron (electron donors) dan secara biologis antioksidan merupakan senyawa yang mampu mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakan elemen vital sel tubuh. Keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas tubuh, terutama untuk menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun (Winarsih, 2007).
Menurut Sayuti (2015) tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal maka tubuh membentuk antioksidan eksogen. Antioksidan eksogen didapat dari luar tubuh, berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan sitetik.
a.
Antioksidan sintetik, yang sering digunakan adalah senyawa fenol seperti
butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tert-
(TBHQ), propyl gallate, dan lain-lain. Antioksidan
butyl hydroquinone
sintetik utama yang digunakan mempunyai batas penggunaan yaitu 0,02% dari kandungan lemak atau minyak. Antioksidan sintetik telah diuji dengan sangat teliti oleh taksiologi, akan tetapi penggunaan dalam jangka panjang memberikan efek pada tubuh b.
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenol atau polifenol yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan alami poli fenol ini adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet oksigen. Antioksidan alami lebih unggul daripada antioksidan sintetis karena antioksidan alami aman untuk dikonsumsi dan tidak hanya menstabilkan minyak, namun juga menambahkan kandungan nutrisi pada minyak.
Salah satu senyawa pada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami adalah fenol yang merupakan senyawa yang ada pada tumbuhan. Fenol yang terdistribususi pada tumbuhan disebut antioksidan biasanya digunakan untuk mencegah reaksi dari radikal bebas. Dalam industri makanan fenol yang tidak beracun dipakai sebagai radikal inhibitor yang disebut zat pengawet. Fenol efektif sebagai antioksidan karena dapat bereaksi dengan radikal intermediet menghasilkaan radikal fenol yang stabil dan tidak reaktif (Fessenden, 1997).
Berdasarkan mekanisme reaksi dan fungsinya antioksida dibagi menjadi tiga macam, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier: a.
Antioksidan Primer, merupakan zat atau senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan hidrogen. Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau sintetis. Contoh antioksidan primer adalah Butylated hidroxytoluene (BHT). Reaksi antioksidan primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif. Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor hidrogen atau CB- D (Chain breaking donor) dan dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A (Chain breaking acceptor).
b.
Antioksidan Sekunder, disebut juga antioksidan eksogeneus atau non enzimatis. Antioksidan ini menghambat pembentukan senyawa oksigen reatif dengan cara pengelatan metal, atau dirusak pembentukannya. Prinsip kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan menangkap radikal tersebut, sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder diantaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam urat, bilirubin, melatonin dan sebagainya.
c.
Antioksidan Tersier kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-Repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berperan dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya Single dan Double strand baik gugus non-basa maupun basa (Winarsih, 2007).
2.4 Metode pengukuran aktivitas antioksidan
Metode pengujian aktivitas antioksidan dikelompokkan menjadi 3 golongan. Golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer Methods (HAT) misalnya Oxygen Radical Absorbance Capacity Metods (ORAC), golongan kedua adalah Electron Transfer Metods (ET) misalnya 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH), golongan ketida adalah metode lain
seperti Total Oxidant Scavengling Capacity (TOSC) dan Chemiluminescenc (Sayuti, 2015).
Metode yang paling mudah digunakan dan bisa digunakan untuk pengujian antioksidan adalah DPPH. DPPH digunakan merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu ruang. DPPH ini akan menerima electron atau radikal hidrogen, dan akan membentuk molekul diamagnetic yang stabil, interaksi antioksidan dengan DPPH, baik secara transfer electron atau radikal hydrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebeas dari DPPH.
Prosedur dengan DPPH dilakukan dengan membuat larutan DPPH dalam
- 4
metanol dengan konsentrasi 2 X 10 M. serangkaian larutan sampel dari ketiga fraksi ekstrak dengan variasi konsentrasi menggunakan pelarut metanol ditambahkan 2 Ml larutan DPPH, sehingga diperoleh konsentrasi sampel yang berbeda diamkan selama 30 menit kemudian diabsorbansi pada menentukan % inhibisi, dari kurva inhibisi konsentrasi sampel dapat diperoleh nilai IC
50 ekstrak dengan analisis statistic menggunakan regresi
linier, perubahan dapat diukur dengan alat spektrofotometri sejumlah elektron atau atom hydrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Bintang, 2010).
Gambar 2.5 Struktur Kimia Reaksi DPPH dengan Antioksidan(Sayuti, 2015)
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetim bangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan
Jenis - jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: a.
Maserasi Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.
Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa senyawa yang bersifat termolabil.
b.
Perkolasi Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
c.
Soxhlet Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
Menurut Julianto (2016), pelarut sangat mempengaruhi esktraksi. Pemilihan pelart sepengaruhi oleh beberapa faktor: 1.
Selektivitas Pelarut dapat melarutkan zat yang akan diekstrak dengan cepat dan sempurna.
2. Titik didih pelarut
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.
4. Tidak mudah terbakar 5.
Tidak boleh larut dalam air Namun tidak ada pelarut mutlak yang sesuai dengan syarat di atas sehingga dapat saja memilih pelarut yang lebih mendekati beberapa sifat diatas, selain untuk tujuan ekonomis juga harus memikirkan efisiensi pelarut. Metanol dan etanol merupakan senyawa yang bersifat polar dan merupakan pelarut yang universal dimana mampu untuk mengekstrak metabolik sekunder baik yang bersifat polar atau non polar (Saifudin, 2014). Pemilihan metanol sebagai pelarut dalam ekstraksi karena memiliki titik didih yang
o
lebih rendah dari pada metanol yaitu 65 C sedangkan etanol sendiri titik
o
didihnya yaitu 78,5
C, sehingga dari penelitian ini dapat diketahui total fenol yang paling tinggi pada pelarut metnol atau etanol (Fessenden, 1997).
2.6 Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mendukung terjadinya proses belajar, termasuk system pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan. Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat, tetapi juga mencakup tenaga, biaya, dan fasilitas. Dalam kegiatan belajar, sumber belajar dapat digunkan, baik secara terpisah maupun terkombinasi, sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajar atau kompetensi yang harus dicapainya. Secara umum sumber belajar dapat dikategorikan dalam 6 jenis, yaitu: orang, lingkungan, pesan, teknik, alat, bahan. a.
Pesan (massage), yaitu informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.
Contoh: isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.
b.
Orang (person), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengelolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur dan penatar.
c.
Bahan (material), yaitu sesuatu ujud tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau softwareatau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram, transparansi, film, video tape, pita audio (kaset audio), filmstrip, microfiche dan sebagainya.
d.
Alat (Divice), yaitu suatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Alat ini disebut hardware atau perangkat keras. Contoh: proyektor slide, proyektor film, proyektor filmstrip, proyektor overhead (OHP), monitor televisi, monitor komputer, kaset, dan lain-lain.
e.
Tehnik (Technique), dalam hal ini tehnik diartikan sebagai prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan peralatan, orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran atau materi pelajaran. Contoh: belajar mandiri, belajar jarak jauh, belajar secara kelompok, simulasi, diskusi, ceramah, problem solving, tanya jawab dan sebagainya.
f.
Lingkungan (setting), yaitu situasi di sekitar proses belajar-mengajar terjadi. Latar atau lingkungan ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung, sekolah, perpustakaan, laboratorium, rumah, studio, ruang rapat, musium, taman dan sebagainya. Sedangkan lingkungan non fisik contohnya adalah tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca dan sebagainya (Sudjana, 2007).
Kegitan sumber belajar bila ditijau dari segi fungsinya terdapat beberapa fungsi sumber belajar diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik, karena sumber belajar dapat mempercepat laju belajar dan membantu pendidik menggunakan waktu secara efisien.
2. Informasi yang disajikan oleh pendidik lebih sedikit karena sudah digantikan oleh sumber belajar, sehingga dapat mengurangi beban pendidik karena pendidik hanya membina dan mengembangkan semangat belajar peserta didik.
3. Memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar dengan mandiri sesuai dengan kemampuan.
4. Memberikan dasar yang lebih ilmiah karena program pembelajaran direncanakan lebih sistematis.
6. Memantapkan pembelajaran dengan cara meningkatkan kemampuan manusia dalam hal menggunakan berbagai media komunikasi, penyajian data dan informasi secara kongkrit.
7. Memberikan pengetahuan secara langsung dan mengurangi jurang pemisah antara pelajar yang bersifat verbal, sehingga belajar dapat dilakukan secara sitematis (Sitepu, 2008).
Pengembangan sumber belajar salah satunya dapat berupa artikel ilmia atau karya ilmiah. Artikel ilmiah atau karya ilmiah/karya tulis ilmiah (KTI) merupakan tulisan yang mengungkapkan buah pikiran, yang diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yang disusun menurut metode dan sistematika tertentu, dan yang isi dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Artikel ilmiah merupakan hasil dari penelitian jadi relative lebih mudah penulisannya karena dalam proses penulisannya sudah tersedi bahan yang berupa laporan penelitian, namu demikian bukanlah ringkasan hasil penelitian (Siahaan, 2012).
Beberapa manfaat artikel ilmiah menurut Budiyanto (2012) diantaranya:
1. Sarana Pengembangan Pemikiran Tahap-tahap perkembangan kognitif seseorang membutuhkan dukungan.
Dukungan itu ialah pembiasaan diri untuk menyadari dan membedakan antara pemikiran atau gagasan dengan segala sesuatu tentang dunia nyata tentang peristiwa - peristiwa, tentang berbagai kondisi atau keadaan.
2. Sarana untuk menyimpan, mengorganisasi, dan mensintesiskan gagasan.
Kemampuan pikir untuk mengingat atau menyimpan seluruh pengalaman sangat terbatas. Menulis, kita akan lebih mampu berfokus pada pemikiran-pemikiran kita, sekaligus juga menemukan saling hubungan antar materi (informasi dan gagasan) yang kita tulis. Hal itu akan memunculkan pertanyaan - pertanyaan baru yang berharga untuk dijawab dan membantu kita untuk menemukan cara baru dalam penyelesaian masalah.
3. Sarana utuk membantu menemukan kesenjangan dalam logika atau pemahaman melalui kegiatan menulis, kita dapat menemukan adanya kesulitan dan atau kekurangan pengetahuan kita tentang berbagai teori atau konsep. Dengan ditemukannya kesulitan atau kekurangan itu, kita dimungkinkan untuk menyadari dan kemudian menemukan alur pemahaman kita terhadap suatu masalah, konsep, atau teori. Setidaknya, kita bisa menyadari adanya berbagai isu yang patut dipikirkan dan mengkajinya melalui pembacaan ulang berbagai teori baru.
4. Sarana untuk membantu mengungkap sikap kita terhadap suatu masalah.
Melalui kegiatan menulis, kita akan memperoleh kejelasan letak atau kedudukan kita di tengah- tengah permasalahan yang dikaji. Melalui kegiatan ini kita dimungkinkan untuk melihat secara objektif kelemahan dan kekuatan dari berbagai perspektif yang berbeda-beda.
5. Sarana untuk berkomunikasi. Melalui kegiatan menulis kita dapat menata
Melalui kegiatan ini kita bisa menyusun konsep, kategori, dan mengorganisasikan berbagai konsepsi yang simpangsiur menjadi pola- pola yang mudah dipahami. Kata - kata sebagai simbol dari pikiran atau emosi dapat kita gunakan untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan memotivasi tindakan.
Penulisan artikel ilmiah terdapat sistematika dalam penyusunannya terutama yang berasal dari hasil penelitian adalah 1) Judul/topik dari artikel ilmiah yang akan dipublikasikan ditulis dengan huruf tebal, langsung di bawah judul artikel dituliskan nama penulisnya (tanpa huruf tebal) disertai dengan tanda*) setelah huruf terakhir nama penulis; 2) Abstrak ditulis 1 spasi dengan jumlah kata sekitar 150-350 kata yang dirumuskan dalam satu alinea dan di bawahnya dituliskan dikemukakan kata-kata kunci (key words) serta di bagian akhir bawah dari halaman yang sama dituliskan identitas penulis; 3) Pendahuluan yang di dalamnya dicakup uraian tentang latar belakang (rasional mengajukan dan membahas topik atau masalah yang akan dibahas, kedalaman dan keluasannya), perumusan masalah, dan apa tujuanpenelitian; 4) Kajian Literatur yang mencakup: kajian teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan; 5) Metodologi yang berisikan rancangan/model, sampel dan data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan dan analisis data; 6) Hasil dan Pembahasan yang mencakup uraian tentang hasil analisis data dan implikasinya (disesuaikan dengan variabel penelitian yang diteliti); 7) Penutup yang berisikan tentang beberapa kesimpulan (didasarkan atas hasil diajukan); 8) Pustaka Acuan (Referensi) yang berisikan semua rujukan atau sumber acuan yang digunakan di dalam tulisan (harus dihindarkan memasukkan acuan yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi) (Siahaan, 2012).
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu
Pernelitian mengenai tentang kandungan kulit gayam yang di lakukan oleh Santi (2015) menyatakan kulit pohon gayam mengandung fenol 14,160%, flavonoid 0,14 %, serta mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi melebihi aktivitas antioksidan, dengan menggunakan ekstrak etanol dengan kloroform, n-butanol, dan air berturut-turut. Daun tanaman gayam mengandung senyawa kimia yaitu steroid menurut Krisna (2014) hasil identifikasi dengan spektoforometer menunjukan adanya isolate steroid, dan dengan metode DPPH menunjukan isolate steroid pada daun gayam dapat digunakan sebagai antioksidan karena memberikan nilai IC pada
50
konsentrasi 4 ppm dengan menggunakan fraksinasi ekstrak kental etanol dengan n-heksana dan kloroform berturut-turut.
2.8 Kerangka Konsep
Tanaman Gayam Metabolik primer
Metabolik sekunder Steroit Minyak atsiri
Saponin Fenol Tani n Alkalod
Daun Gayam Uji Kandungan Fenolik Uji Aktivitas Antioksidan
Sumber belajar biologi berupa artikel ilmiah