PENGOLAHAN KEDEWASAAN BERKOMUNIKASI SEBAGAI SARANA HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS SKRIPSI

  PENGOLAHAN KEDEWASAAN BERKOMUNIKASI SEBAGAI SARANA HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Agnes Suswindarti NIM: 081124029

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini dipersembahkan kepada: Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Bapa Yosef melalui tubuh Kongregasi Biarawati Abdi Kristus.

  MOTTO

  “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.

  Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (Luk 1:46b-48).

  ABSTRAK Judul karya tulis ini ialah PENGOLAHAN KEDEWASAAN

BERKOMUNIKASI SEBAGAI SARANA HIDUP BERKOMUNITAS PARA

SUSTER ABDI KRISTUS, dipilih berdasarkan situasi dan kenyataan adanya upaya

  mewujudkan kerinduan para suster Abdi Kristus untuk membangun komunitas yang hidup, baik secara personal maupun bersama namun belum terprogram dengan baik sehingga kurang efektif dan berdaya guna. Komunitas yang hidup yang diharapkan oleh para suster Abdi Kristus adalah komunitas yang dipenuhi oleh kasih dan kegembiraan dalam Roh seturut teladan Bunda Maria pelindung pertama Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Upaya yang kurang efektif dan berdaya guna tersebut tampak dalam refleksi para suster Abdi Kristus yang secara umum menemukan sulitnya hidup bersama dalam komunitas karena masing-masing pribadi belum mempunyai kesadaran untuk mengolah diri sehingga dalam sikap hidup terutama cara berkomunikasi tidak menampakkan kualitas hidup yang matang. Kenyataan yang terjadi dalam hidup berkomunitas adalah saling mendiamkan, masalah senioritas, krisis kepercayaan dan keteladanan, kesalahpahaman dan konflik yang tidak terselesaikan, egois dll. Bertitik tolak dari situasi dan kenyataan tersebut, karya tulis ini dimaksudkan untuk membantu para suster Abdi Kristus mengolah kedewasaan berkomunikasi sebagai sarana hidup berkomunitas melalui rekoleksi sebagai salah satu program pengolahan hidup terus menerus.

  Karya tulis ini merupakan kajian tentang kedewasaan berkomunikasi dan hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus. Tulisan ini mendukung Kongregasi Abdi Kristus dalam upaya peningkatan kualitas hidup para suster Abdi Kristus yang hidup dalam komunitas-komunitas melalui pengolahan hidup terus-menerus yang dikemas dalam rekoleksi menyambut Hari Raya Bunda Maria Menerima Kabar Sukacita dan pembaharuan kaul Tri Prasetya para suster Abdi Kristus. Buah dari pengolahan hidup yang dirindukan adalah terciptanya komunitas kasih yang penuh kegembiraan dalam Roh seturut teladan Bunda Maria yang memang harus diupayakan terus-menerus baik secara personal maupun bersama.

  

ABSTRACT

  The title of this paper is THE FORMATION OF MATURATION IN

  

COMMUNICATION AS MEDIUM IN COMMUNITY LIFE FOR THE ABDI

KRISTUS (CHRIST’S SERVANT) SISTERS. It is chosen based on the situation

  and reality that there has been an effort to manifest the longing of the Abdi Kristus sisters to build a life community, both personal and communal but it has not been done and programmed well so it is not effective and efficient. The ideal community of the Abdi Kristus sisters is the community that is full of love and happiness in Spirit according to the example of Mother Mary, the first patron of the Abdi Kristus Congregation. That uneffectivity and unefficience effort is shown in the reflection of the Abdi Kristus sisters that generally shows difficulties of community life because of each person has not been aware of their own formation therefore their attitudes, especially in the way of communication, do not show the maturation of life quality. The reality in community life: they do not speak to each other, seniority problems, crisis in confidence and example, misunderstanding and unfinish conflict, selfish etc. Based on these situation and realities, this paper is written to help the Abdi Kristus sisters in formation of maturation in communication as medium in community life through recollection, one of the ongoing formation programmes.

  This paper talks about the maturation of communication and the community life of the Abdi Kristus sisters. This paper support the Abdi Kristus Congregation in effort of increasing the quality of the Abdi Kristus sisters in community life through a recollection in celebrating the Annunciation and renewing of the vows of the Abdi Kristus sisters. The goal of this ongoing formation is building the community of love that is full of happiness in Spirit according to the example of Mother Mary which must be implemented both personally and communally.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa atas kasih karunia dan rahmat-Nya yang berlimpah sehingga penulis bersama Bunda Maria mengalami kegembiraan yang mendalam karena dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul PENGOLAHAN KEDEWASAAN BERKOMUNIKASI SEBAGAI

  

SARANA HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS ditulis

  sebagai wujud kepedulian penulis dalam meningkatkan kualitas iman dan pribadi para suster Abdi Kristus, khususnya dalam berkomunikasi.

  Mengingat pentingnya pengolahan hidup secara terus-menerus, terlebih dalam berkomunikasi sebagai sarana hidup berkomunitas menentukan kelangsungan suatu kongregasi, maka penulis mencoba turut memikirkan salah satu usulan program pengolahan hidup terus-menerus yang dikemas dalam rekoleksi menyambut Hari Raya Maria Menerima Kabar Suka Cita dan pembaharuan Tri Prasetya para suster Abdi Kristus. Rekoleksi ini mengajak para suster Abdi Kristus, baik yunior, medior maupun senior untuk memperbaharui diri bersama Bunda Maria terutama dalam cara berkomunikasi sebagai sarana hidup berkomunitas sehingga terciptalah komunitas kasih penuh kegembiraan dalam Roh seperti yang dirindukan oleh para suster Abdi Kristus.

  Dalam menyusun dan menyelasaikan skripsi ini, penulis sungguh menyadari akan peran serta banyak pribadi yang penulis yakini sebagai tangan-tangan Tuhan sendiri untuk terlibat dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar. Atas segala bantuan yang penulis terima dan rasakan, dengan tulus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Rm. Drs. H. J. Suhardiyanto, S. J. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan dukungan dalam seluruh proses menyelesaikan skripsi ini.

  2. Rm. Dr. B. Agus Rukiyanto, S. J. selaku dosen pembimbing utama yang selalu mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tulus hati dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y. M., Hum. selaku dosen pembimbing Akademik sekaligus dosen penguji kedua yang telah memberikan perhatian dan mendukung seluruh perjalanan belajar penulis di Prodi IPPAK.

  4. Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S. J., M. A. selaku dosen penguji ketiga yang senantiasa menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.

  5. Sr. M. Lissieux, A. K. sebagai Pemimpin Umum Kongregasi Abdi Kristus yang telah memberi kesempatan, kepercayaan dan peneguhan kepada penulis untuk menjalani studi di IPPAK. Terimakasih atas doa, kasih dan dukungan yang selalu penulis terima, rasakan sehingga penulis bersemangat menyelesaikan skripsi.

  6. Sr. M. Bertha, A. K. yang telah bersusah payah mengumpulkan data-data dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi.

  7. Sr. M. Lizbeth, A. K. yang telah menyalurkan dana untuk memenuhi kebutuhan studi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan lancar dan tepat

  8. Para suster sekomunitas, Sr. Marcellina, A. K., Sr. M. Scholastika, A. K., Sr.

  M. Clementia, A. K., Sr. M. Benidikta, A. K., Sr. M. Diana, A. K., Sr. M. Chayetien, A. K. yang telah memberikan doa, kasih dan dukungannya selama studi dan menyelesaikan skripsi.

  9. Para suster Abdi Kristus dimanapun berada atas doa-doanya, sumbang saran yang dapat mendukung saya selama studi dan penyelesaian skripsi ini.

  10. Segenap Bapak, Ibu, Romo dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang secara langsung dan tidak langsung selalu memberikan dorongan kepada penulis.

  11. Keluarga tercinta, Bapak Y. Suwandar, Ibu M. Sumiyati, kakak-kakak dan adik- adik yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan perkuliahan.

  12. Rm. Ag. Sudarisman, Pr., yang dengan setia menemani dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi.

  13. Oktivia Astuti, teman seangkatan yang selalu mendorong dan memberikan bantuan dan belajar bersama selama proses belajar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan penuh kegembiraan dan kelancaran.

  14. Teman-teman angkatan 2008 untuk kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin selama studi sehingga penulis mengalami kegembiraan selama menjalani perkuliahan.

  15. Staf perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru dan Perpustakaan Prodi IPPAK yang telah begitu bermurah hati mengizinkan penulis menggunakan berbagai buku yang sangat penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv MOTTO ...................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. viii

  ABSTRACT ................................................................................................. ix

  KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xix

  BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... … 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................. 1 B. RUMUSAN MASALAH ................................................................. 5 C. TUJUAN PENULISAN ............................................................... 5 D. MANFAAT PENULISAN .............................................................. 6 E. METODE PENULISAN ................................................................. 7 F. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................... 7 BAB II. KEDEWASAAN DALAM BERKOMUNIKASI ...................... 11 A. KEDEWASAAN ............................................................................. 11

  1. Pengertian Kedewasaan dan Orang Dewasa .............................. 11

  2. Unsur-unsur Kedewasaan ........................................................... 12

  a. Telah mencapai suatu kesatuan fundamental dalam kepribadiannya ........................................................................ . 12 b. Sudah berkembang melampaui antusiasme sementara dan kini hidup sesuai dengan keyakinannya .........................................

  12

  c. Sadar bahwa ia bertanggungjawab atas tiap segi kehidupannya

  19 f. Sikap realistis ..........................................................................

  24 c. Asertif ......................................................................................

  24 b. Agresif .....................................................................................

  24 a. Non-asertif ..............................................................................

  24 3. Perilaku yang Mempengaruhi Komunikasi ................................

  23 b. Proses komunikasi secara sekunder ........................................

  23 a. Proses komunikasi secara primer ............................................

  22 2. Proses Komunikasi .....................................................................

  21 1. Pengertian Komunikasi ..............................................................

  21 B. KOMUNIKASI ..............................................................................

  20 j. Mampu membatinkan nilai panggilan .....................................

  20 i. Relasi sosial yang berciri dependibility ...................................

  20 h. Memiliki kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri .........

  19 g. Mampu mempercayai orang lain ............................................

  19 e. Memiliki cinta yang tidak egois ..............................................

  13 d. Sadar dimensi sosialnya ..........................................................

  d. Tidak cenderung mengurbankan nilai dan prinsip demi suatu pragmatisme ............................................................................

  18

  c. Mengarahkan daya-daya hidupnya untuk menghayati nilai-nilai yang dipeluk dan diwartakannya dalam hidup .......

  18

  17 b. Menerima dan menghayati apa yang bernilai .........................

  4. Arah Kedewasaan Pribadi ........................................................ 17 a. Kemampuan untuk menerima kenyataan ................................

  e. Perwujudan diri ....................................................................... 16

  d. Konfrontasi diri ....................................................................... 16

  c. Sikap respek ............................................................................ 15

  b. Sikap otentik ........................................................................... 15

  a. Sikap empati ............................................................................ 14

  3. Sikap-sikap yang mendasari proses pendewasan diri ................ 14

  13

  13 e. Menyesuaikan dirinya dengan realita hidup ...........................

  25

  1. Ketrampilan Berkomunikasi .......................................................

  25 a. Memahami dan mempercayai .................................................

  26 b. Berkomunikasi secara tepat dan jelas .....................................

  26 c. Menerima dan membantu .......................................................

  27

  d. Mengatasi konflik dan masalah dalam hubungan pribadi secara konstruktif ....................................................................

  27 2. Berkomunikasi yang Bijaksana dan Efektif ...............................

  27

  a. Kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam asertvitas bijaksana dan efektif dalam berkomunikasi ...........................

  28 b. Halangan-halangan berkomunikasi ........................................

  29 D. SPIRITUALITAS KOMUNIKASI ...............................................

  35 1. Keterbukaan kepada Allah .........................................................

  35 2. Keterbukaan kepada Diri Sendiri ...............................................

  36 3. Keterbukaan kepada Orang-orang Lain .....................................

  36 E. KESIMPULAN ..............................................................................

  37 BAB III. HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS BERDASARKAN KONSTITUSI TAREKAT ABDI KRISTUS .........................................................................

  39 A. KOMUNITAS ...............................................................................

  40 1. Pengertian Komunitas ................................................................

  40 2. Komunitas Kaum Religius .........................................................

  40 B. KOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS ........................

  41 1. Gambaran Singkat Kongregasi Biarawati Abdi Kristus .............

  43

  2. Bunda Maria Teladan Hidup Berkomunitas Para Suster Abdi Kristus ...............................................................................

  43

  3. Pribadi Bunda Maria Menjadi Jiwa Komunitas Para Suster Abdi Kristus ...............................................................................

  50 a. Kemiskinan dalam budi ..........................................................

  52 b. Kemiskinan dalam hati ...........................................................

  53 C. RUMAH BIARA ADALAH RUMAH KOMUNITAS KASIH ....

  54 1. Komunitas Kasih yang Penuh Kegembiraan dalam Roh ...........

  54 2. Sabda Allah Dasar Hidup Berkomunitas ....................................

  58

  Abdi Kristus ...............................................................................

  59 D. KOMUNITAS ABDI KRISTUS DALAM GERAKAN

  ONGOING FORMATION DEMI TERWUJUDNYA

  KOMUNITAS KASIH YANG PENUH KEGEMBIRAAN DALAM ROH ................................................................................

  61 1. Pentingnya Ongoing Formation bagi Komunitas Religius .........

  63 a. Aspek kognitif .........................................................................

  65 b. Aspek sosial ...........................................................................

  65 c. Aspek afektif ...........................................................................

  66 d. Aspek rohani ...........................................................................

  66 e. Aspek apostolik .......................................................................

  66 f. Aspek fisik ...............................................................................

  67

  2. Pembinaan Terus-menerus dalam Menumbuhkembangkan Kualitas Hidup Para Suster Abdi Kristus demi Terwujud- nya Komunitas Kasih Penuh Kegembiraan dalam Roh .............

  67 a. Aspek pembinaan terus-menerus ............................................

  68 b. Pembinaan terus menerus para suster Abdi Kristus ...............

  69 E. KESIMPULAN .............................................................................

  74 BAB IV. SITUASI HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS ..........................................................................

  77 A. GAMBARAN SINGKAT KOMUNITAS-KOMUNITAS ABDI KRISTUS ...........................................................................

  77 B. KEDEWASAAN BERKOMUNIKASI PARA SUSTER ABDI KRISTUS DALAM HIDUP BERKOMUNITAS..............

  79 1. Keprihatinan Kualitas Hidup Para Suster Abdi Kristus ............

  80 2. Refleksi Para Suster Abdi Kristus .............................................

  82 a. Refleksi para suster yunior......................................................

  83 b. Refleksi para suster medior ....................................................

  87 c. Refleksi para suster senior ......................................................

  91 BAB V. USULAN PROGRAM PENGOLAHAN KEDEWASAAN BERKOMUNIKASI SEBAGAI SARANA HIDUP BERKOMUNITAS PARA SUSTER ABDI KRISTUS ...........

  97 A. LATAR BELAKANG USULAN PROGRAM ...........................

  98 B. ALASAN DAN TUJUAN DIADAKAN PROGRAM

  C. RUMUSAN TEMA DAN TUJUAN ............................................ 100

  D. PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ............................... 101

  1. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) .................... 101

  a. Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta .............. 101

  b. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta ................ 102

  c. Langkah III: Menggalai pengalaman Iman Kristiani .............. 102

  d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi peserta konkret .................................................................................... 102 e.Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkret ....................... 103

  2. Susunan Acara........................................................................... 103

  E. PENJABARAN PROGRAM ........................................................ 104

  F. CONTOH SATUAN PELAKSANAAN ...................................... 107

  BAB V. PENUTUP .................................................................................... 125 A. KESIMPULAN ............................................................................. 125 B. SARAN ........................................................................................ 129

  1. Bagi Kaum Religius pada Umumnya ......................................... 129

  2. Bagi Para Suster Abdi Kristus .................................................... 131 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 134 LAMPIRAN ................................................................................................ 136

  Lampiran 1: Cerita Lengkap Film ‘Doubt’ ......................................... (1) Lampiran 2: CD Film ‘Doubt’ ............................................................ (4)

  

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat . (Dipersembahkan kepada

Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV).

  Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

  B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

  KGK : Katekismus Gereja Katolik, disyahkan oleh para Uskup Propinsi Gerejani Ende dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia, diberikan pada hari ulang tahun ketigapuluh pembukaan Konsili Vatikan II, 11 Oktober 1992 oleh Bapa Paus Yohanes II. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja pada 21 November 1964.

  PC : Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang pembaharuan dan penyesuaian hidup religius, 28 Oktober 1965.

  C. SINGKATAN LAIN

  AK : Abdi Kristus DPU : Dewan Pimpinan Umum

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KAS : Keuskupan Agung Semarang

  Komkat : Komisi Kateketik Kons. : Konstitusi Tarekat Abdi Kristus, disyahkan oleh Julius Kardinal Darmoatmojo pada tanggal 25 Oktober 1995 di Semarang.

  KWI : Konferensi Waligereja Indonesia LCD : Liquid Crystal Display Rm. : Romo SCP : Shared Christian Praxis S. J. : Serikat Jesus Sr. : Suster YSMAK : Yayasan St. Maria Abdi Kristus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Komunitas akan hanya menjadi sebuah tempat berkumpulnya orang-orang

  ‘sakit’, jika para penghuninya tidak mau mengolah hidupnya terus menerus, demikian pernyataan seorang formator yang mempunyai kepedulian terhadap pengolahan hidup kaum religius. Yang dimaksud ‘sakit’ adalah adanya kecenderungan pribadi akan pemenuhan berbagai macam kebutuhan psikologis sehingga menjadi penghambat dalam menanggapi panggilan-Nya di dalam komunitas hidup bakti. Pernyataan ini tentu saja menggelitik kaum religius yang dalam kenyataannya hidup dalam komunitas dimana tidak selalu harmonis dalam arti kadang kala terjadi kesalahpahaman yang disebabkan oleh berbagai macam permasalahan pribadi yang belum disadari dan terolah.

  Dalam hidup bersama, meski semua orang berkehendak baik mau mengungkapkan semangat cinta kasih, namun seringkali terjadi konflik, debat sengit, pertengkaran bahkan saling mendiamkan untuk beberapa saat. Diskusi atau pun diskresi yang pada mulanya berjalan amat mulus dapat berakhir dengan saling mencela karena masing-masing pribadi mempunyai kepentingan pribadi yang harus dituruti bukannya melihat kehendak Allah yang berkarya dalam dirinya.

  Dalam Kitab Suci, Tuhan Yesus dengan tegas memperlihatkan kepedulian- Nya pada orang ‘sakit’: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang yang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” (Luk 5:31-32). Kata ‘orang sehat’ sejajar dengan ‘orang benar’, sedangkan kata ‘orang sakit’ sejajar dengan ‘orang berdosa’. Tuhan Yesus memanggil orang berdosa supaya bertobat, artinya Ia memanggil orang yang tidak benar atau ‘sakit’ supaya bertobat, tidak berbuat dosa lagi. Bertitik tolak dari permasalahan dalam kehidupan kaum religius, panggilan Yesus supaya bertobat ini menjadi dasar bagi kaum religius untuk melihat kembali panggilan-Nya yang khas dalam hidup bakti yang pada dasarnya memerlukan proses discernment (diskresi) dalam konteks mau terus-menerus mencari kehendak Allah.

  Menurut pemahaman penulis, banyaknya kaum religius yang kesulitan untuk menjalani hidup berkomunitas salah satunya disebabkan oleh pilihan gaya komunikasi yang tidak tepat antar anggota, yaitu gaya komunikasi yang jika diamati terjadi karena adanya kombinasi masalah-masalah emosional seperti rasa frustasi, takut, dan keinginan balas dendam namun takut dengan konsekuensinya. Masalah emosional yang demikian pasti akan mengganggu proses pendewasaan diri yang dari waktu ke waktu mengendap dan akhirnya membentuk perangai serta watak yang bertentangan dengan hidup religius dan akhirnya tampak dalam tingkah laku, sikap-sikap kurang terpuji yang terus-menerus dilakukan baik disadari maupun tidak disadari. Perangai dan watak yang muncul seringkali menimbulkan kesulitan untuk bergaul dan hidup sosial karena berpengaruh dalam kehidupan konkret yaitu mudahnya melakukan ‘pelecehan emosional’ terhadap lingkungannya seperti suka mencela, menjelek-jelekkan, mengadakan sabotase, diam dan menghukum orang lain. Selain itu karya kerasulan justru menjadi sumber konflik di dalam komunitas karena adanya persaingan tersembunyi. Akibatnya seluruh sistem kehidupan berkomunitas , baik dalam hidup karya, doa dan bersama menjadi tidak harmonis, lebih dikuasai ketegangan antara pemimpin dan anggotanya, antara religius senior dan yunior.

  Semua permasalahan yang terungkap seperti di atas sangat erat kaitannya dengan permasalahan masing-masing pribadi yang belum terolah dengan semestinya sehingga kedewasaan iman yang mengandaikan adanya kedewasaan manusiawi belum tercapai. Pribadi yang telah mencapai kedewasaan manusiawi dengan sendirinya akan selalu menghidupi gaya komunikasi yang datang kedalaman hidupnya dan tampak dalam kemampuan mengenal diri, memperjuangkan sistem nilai, kepercayaan dan harga diri yang sehat, menegakkan hak-hak pribadinya dengan cara dialog, mengekspresikan keyakinan, perasaan, pikiran yang diungkapkan secara verbal, langsung, jujur, nyaman tanpa mengabaikan hak orang lain.

  Melihat kenyataan yang terjadi dalam dinamika hidup berkomunitas kaum religius yang begitu kompleks maka diperlukan adanya pengolahan hidup terus menerus bagi kaum religius untuk memacu pertumbuhan hidup yang dibaktikan pada Tuhan sedari awal menjalani panggilan sampai akhir hidupnya melalui. Ada dua hal pokok yang diperjuangkan dalam menggapi panggilan-Nya , yaitu terus menerus mempertimbangkan (discernment) demi pertumbuhan disposisi kedewasaan masing-masing pribadi untuk melanjutkan panggilan kongregasi dan proses inkoporasi personal maupun komuniter yang mengandaikan adanya komunikasi bermutu yang bersumber pada kedalaman pribadi dalam hidup berkomunitas kaum religius. Mardi Prasetya (1992b: 210) menyatakan bahwa komunikasi di dalam sebuah komunitas diartikan sebagai jalinan hubungan antara pemimpin dan anggota dan di antara sesama anggota yang menunjukkan mutu yang dapat diandalkan untuk mencapai tujuan, tanggungjawab komunitas, kesatuan, keseimbangan, proses pertumbuhan masing-masing pribadi.

  Berdasarkan pengalaman penulis dalam hidup berkomunitas dan refleksi para suster Abdi Kristus yang kumpulkan dan diolah dalam Kapitel Umum V pada tanggal 2-20 Januari 2008, penulis menemukan adanya kerinduan-kerinduan yang terus menerus diupayakan dan diwujudkan baik secara personal maupun bersama, yaitu kerinduan membangun komunitas yang menghidupi setiap anggotanya seturut teladan Bunda Maria Hamba Allah, pelindung pertama Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Untuk itu perlu adanya kemampuan dan ketrampilan tertentu dalam mengolah hidup sehingga menemukan disposisi kedewasaan diri yang mempengaruhi dalam mengalami, mengerti, menimbang, memutuskan dan bertindak dalam hidup yang berarti juga mempengaruhi kualitas, cara dan bentuk kerjasama dalam menjawab rahmat Tuhan. Masalahnya adalah apakah para suster Abdi Kristus menyadari bahwa dalam perjalanan rohani, tiap- tiap pribadi pasti menghadapi berbagai macam kesulitan dan hambatan entah dalam level intelektual, afeksi maupun kehendak yang disebabkan oleh disposisi real maupun pengaruh lingkungan yang menghambat dan mempengaruhi kemampuan dalam mengambil keputusan? Kemampuan dan ketrampilan macam apa yang perlu diupayakan oleh para suster Abdi Kristus sehingga terjadi komunikasi yang sungguh dewasa sebagai sarana hidup berkomunitas?

  Dari uraian di atas tampak adanya hubungan antara kedewasaan berkomunikasi dengan permasalahan-permasalahan dalam hidup berkomunitas, serta kerinduan para suster Abdi Kristus akan komunitas yang hidup, yaitu komunitas kasih penuh kegembiraan dalam Roh. Dengan melihat persoalan tersebut di atas, penulis mengangkat “PENGOLAHAN KEDEWASAAN

  

BERKOMUNIKASI SEBAGAI SARANA HIDUP BERKOMUNITAS

PARA SUSTER ABDI KRISTUS” sebagai judul skripsi ini.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan permasalahan di atas, masalah dalam karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah yang dimaksud dengan kedewasaan berkomunikasi?

  2. Apakah yang dimaksud dengan hidup berkomunitas kaum religius, khususnya hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus?

  3. Bagaimana kedewasaan berkomunikasi menjadi sarana hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus sehingga tercapai apa yang dirindukan oleh para suster Abdi Kristus untuk membangun komunitas kasih penuh kegembiraan dalam Roh? C.

TUJUAN PENULISAN

  Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

  1. Menemukan makna kedewasaan berkomunikasi dengan menggali sikap-sikap, arah dan kualitas kedewasaan berkomunikasi.

  2. Menemukan makna hidup berkomunitas kaum religius, khususnya komunitas para suster Abdi Kristus dengan menggali dasar, tujuan dan alasan hidup berkomunitas dalam Kongregasi Biarawati Abdi Kristus.

  3. Mengusahakan bersama kedewasaan berkomunikasi sehingga menjadi sarana hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus dalam upaya membangun komunitas yang penuh kasih kegembiraan dalam Roh.

D. MANFAAT PENULISAN

  Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: 1.

   Bagi Para Biarawan-biarawati

  • Para biarawan-biarawati diharapkan semakin menyadari pentingnya kedewasaan berkomunikasi sehingga menjadi sarana hidup berkomunitas.
  • Para biarawan-biarawati diharapkan mau mengupayakan komunikasi yang mengalir dari kesadaran pribadi sebagai seorang religius yang telah memiliki kedewasaan.
  • Para biarawan-biarawati diharapkan supaya menyadari perannya dalam menjalankan tugas perutusan sebagai seorang religius yang mengedepankan komunikasi untuk membangun komunitas yang penuh kasih baik di dalam maupun di luar kongregasi.

2. Bagi Para Pemimpin Komunitas

  Diharapkan penulisan ini dapat membantu para pemimpin komunitas menyadari peran dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih persaudaraan. Penulisan ini juga diharapkan akan memberi wawasan yang lebih luas bagi pemimpin komunitas dalam mengelola para anggotanya dengan mengedepankan kedewasaan berkomunikasi sebagai sarana dalam hidup berkomunitas. Baik pemimpin komunitas maupun anggotanya diharapkan mampu berkomunikasi yang bijaksana dan efektif. Dengan demikian pemimpin dan anggotanya akan mampu bekerjasama dan penuh persaudaraan membangun komunitas seturut cita-cita dan kharisma kongregasi.

3. Bagi Penulis

  Penulis sebagai suster yang bergabung dalam Kongregasi Biarawati Abdi Kristus diharapkan semakin menemukan kedewasaan diri dalam berkomunikasi sehingga mampu hidup berkomunitas dengan bijaksana. Bersama para suster Abdi Kristus dan seturut teladan Bunda Maria penulis berharap dimampukan turut serta terlibat dalam upaya membangun komunitas kasih penuh kegembiraan dalam Roh.

  E. METODE PENULISAN

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan studi pustaka, yaitu menggambarkan serta menganalisis aspek- aspek kedewasaan manusiawi dalam berkomunikasi dan pengolahannya dengan membaca dan mempelajari buku-buku sumber bacaan, artikel-artikel, tulisan- tulisan yang berkaitan dengan judul skripsi.

  F. SISTEMATIKA PENULISAN

  Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi, berikut ini adalah sistematika penulisannya:

  Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

  Bab II berisi tentang landasan teori dari berbagai buku dan literatur yang akan mendasari pembahasan-pembahasan selanjutnya. Bagian pertama menguraikan tentang kedewasaan yang berisi pengertian kedewasaan dan orang dewasa, unsur-unsur kedewasaan, sikap-sikap yang mendasari proses pendewasaan diri, arah kedewasaan pribadi. Bagian kedua akan menguraikan seputar komunikasi, yaitu pengertian komunikasi, proses komunikasi dan perilaku yang mempengaruhi komunikasi. Bagian ketiga dalam bab ini memaparkan tentang kedewasaan berkomunikasi yang berisi tentang ketrampilan berkomunikasi dan berkomunikasi yang bijaksana dan efektif. Spiritualitas komunikasi sebagai landasan berkomunikasi akan dipaparkan dalam bagian terakhir untuk mendukung terjadinya komunikasi yang semakin dewasa sebagai umat Kristiani.

  Bab III memaparkan hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus berdasarkan Konstitusi Tarekat Abdi Kristus yang diawali dengan pemaparan mengenai pengertian komunitas, komunitas kaum religius dan seputar Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Dengan mengacu pada Kitab Suci dan Konstitusi Tarekat Abdi Kristus dan berbagai buku seputar Bunda Maria serta hidup membiara, penulis akan memaparkan tentang pribadi Bunda Maria Hamba Allah yang menjadi jiwa hidup berkomunitas para Suster Abdi Kristus dan rumah biara sebagai rumah komunitas kasih. Bab ini akan banyak memaparkan persekutuan para suster Abdi Kristus dengan meneladani Bunda Maria yang dikisahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yaitu sejak ia menerima Kabar Gembira hingga peristiwa saat-saat akhir bersama Yesus. Rumah biara yang dicita-citakan oleh para suster sebagai komunitas kasih dalam Roh, didasari oleh Sabda Allah dan komunitas yang dirindukan sebagai ‘oase’ kehidupan para suster Abdi Kristus juga akan dibahas dalam bab III ini. Dalam bagian akhir bab III, penulis akan membahas mengenai komunitas Abdi Kristus dalam gerakan ongoing formation dan upaya pembinaan terus-menerus para suster Abdi Kristus demi terwujudnya komunitas kasih penuh kegembiraan dalam Roh.

  Situasi hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus akan dibahas dalam

  bab IV penulisan ini. Penulis membahas dalam dua bagian. Pada bagian pertama, penulis memaparkan secara singkat gambaran mengenai komunitas-komunitas Abdi Kristus. Pengolahan kedewasaan berkomunikasi para suster Abdi Kristus yang berisi tentang refleksi para suster Abdi Kristus dalam masa yunior, medior dan senior dipaparkan dalam bagian kedua bab ini.

  Pada bab V penulis akan memaparkan sebuah usulan program untuk mendukung proses pelaksanaan rekoleksi menyambut pesta pelindung pertama, yaitu Bunda Maria menerima kabar sukacita dan pembaharuan kaul. Program yang penulis usulkan menggunakan model Shared Christian Praxis dengan tidak meninggalkan tradisi Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dalam rekoleksi bulanan. Bab V ini diawali dengan penjelasan latar belakang dari usulan program, dilanjutkan dengan memaparkan alasan dan tujuan diadakan program pengolahan kedewasaan berkomunikasi Abdi Kristus. Tema rekoleksi yang dijabarkan dalam tiga sub tema akan dipaparkan dalam bagian ini. Bagian berikutnya, penulis memapaparkan petunjuk tentang pelaksanaan program, berisi tentang langkah-langkah model katekese Shared Chritian Praxis (SCP) dan susunan acara rekoleksi. Penjabaran program rekoleksi dan salah satu contoh satuan pelaksanaan rekoleksi komunitas dipaparkan dalam bagian-bagian selanjutnya.

  Dalam bab akhir dari skripsi, yaitu bab penutup, penulis akan membahas kesimpulan dan saran yang dapat diajukan demi terwujudnya kedewasaan berkomunikasi sebagai sarana hidup berkomunitas para suster Abdi Kristus.

  Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini. Penulis mempunyai harapan penulisan tentang pengolahan kedewasaan berkomunikasi sebagai sarana hidup berkomunitas akan membantu para suster Abdi Kristus dalam pengolahan hidupnya. Dengan demikian kerinduan para suster Abdi Kristus membangun komunitas kasih yang penuh kegembiraan dalam Roh seturut teladan Bunda Maria, pelindung Kongregasi Biarawati Abdi Kristus akan terwujud.

BAB II KEDEWASAAN DALAM BERKOMUNIKASI Dalam bab ini, penulis akan membahas kedewasaan dalam berkomunikasi

  yang akan dijabarkan dalam empat bagian, yaitu kedewasaan, komunikasi, kedewasaan berkomunikasi dan spiritualitas komunikasi. Pembahasan masing- masing bagian diperkuat dengan pandangan para ahli dari berbagai sumber yang sekaligus berfungsi sebagai pendukung berbagai gagasan penulis, baik gagasan yang telah dituangkan dalam bab I maupun pada bab-bab berikutnya.

A. KEDEWASAAN

  Pembahasan mengenai kedewasaan dimulai dengan menjelaskan pengertian kedewasaan dan orang dewasa, dilanjutkan dengan pemaparan mengenai unsur- unsur kedewasaan, sikap-sikap yang mendasari proses pendewasaan diri dan arah kedewasaan pribadi.

1. Pengertian Kedewasaan dan Orang Dewasa

  Elizabeth Hurlock B. (1997: 246) mendefinisikan kedewasaan dan orang dewasa dengan melihat istilah adult dari kata kerja latin, seperti juga istilah

  adolescene –adolescere yang berarti tumbuh dalam kedewasaan. Akan tetapi, kata

adult berasal dari bentuk lampau partsipel dari kata kerja adultus yang berarti

  telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran sempurna. Dari definisi kedewasaan tersebut dan kemudian di kaitkan dengan orang yang sudah disebut dewasa,

  Elizabeth Hurlock B (1997:247) menjelaskan lebih lanjut bahwa orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

2. Unsur-unsur Kedewasaan

  (1972: 3-6) dalam buku berjudul Kedewasaan Manusiawi dan

  

Kedewasaan Kristiani menyebutkan unsur-unsur yang harus termasuk dalam

  konsep kedewasaan demikian:

  a. Telah mencapai suatu kesatuan fundamental dalam kepribadiannya Seorang dewasa adalah seseorang yang kesatuan fundamental dan kepribadiannya telah tercapai. Ia tidak lagi dalam proses penemuan serta realisasi diri sendiri seperti halnya para remaja. Seorang dewasa bukan lagi seorang yang sedang berkembang namun sudah berkembang, sudah sepenuhnya menyelami kepribadiannya. Ia telah menemukan segala akal dayanya serta manfaat dari segala bakatnnya, mengerti dirinya sendiri. Ia dapat memusatkan kekuatan- kekuatannya, sehingga dapat mengungkapkan serta memberikan dirinya kepada orang lain dengan suatu perbuatan yang sepenuhnya bebas. Ia telah mencapai keteguhan, kestabilan dalam k , 1972: 3-4).

  b. Sudah berkembang melampaui antusiasme sementara dan kini hidup sesuai dengan keyakinannya Seorang dewasa berarti seseorang yang sudah berkembang melampaui

  

antusiasme-antusiasme yang besifat sementara dan saat ini hidup sesuai dengan keyakinannya. Antusiasme ini ditandai oleh ketulusan hati, tetapi ditandai juga oleh kurang adanya keterlibatan sepenuhnya, refleksi ataupun kebebasan sejati.

  Orang dewasa menyadari bahwa manusia mempunyai nilai selaras dengan nilai hatinya , 1972: 4).

  c. Sadar bahwa ia bertanggung jawab atas tiap segi kehidupannya Seorang dewasa sadar bahwa ia bertanggung jawab atas m

  • , 1972: 5).

  d. Sadar dimensi sosialnya Seorang dewasa sadar bahwa ia berakar dalam masyarakat, berada dengan orang lain. Keanggotaannya dalam keluarga manusia menuntut suatu hubungan pribadi dengan orang lain. Ia tidak lagi berpusat pada dirinya sendiri, tetapi terbuka secara bertanggungjawab terhadap lingkungan

  , 1972: 5).

  e. Menyesuaikan dirinya dengan realita hidup

  • , 1972: 6).

3. Sikap-sikap yang Mendasari Proses Pendewasaan Diri

  J. M. Fuster, SJ (1985: 125-141) dalam bukunya berjudul Teknik

  Mendewasakan Diri menyatakan bahwa sikap-sikap manusia akan mempengaruhi

  dalam bertingkah laku. Sikap negatif terhadap diri membuat manusia menjadi rendah diri, murung, iri, menyendiri dan membuat terhalang untuk mengasihi orang lain dan menerima kasih mereka sehingga sulit untuk bertumbuh. Maka sikap yang perlu dikembangkan untuk lebih siap menanggapi rahmat Allah adalah sikap empati, otentik, respek, konfrontasi dan perwujudan diri. Fuster melihat satu persatu sikap-sikap itu demikian: a. Sikap empati

  Sikap empati berarti kesanggupan untuk merasakan dan mengerti perasaan- perasaan orang lain seolah-olah itu perasaan kita sendiri. Sekarang yang menjadi orang lain adalah diri kita sendiri. Maka sikap empati terhadap diri sendiri berarti kesanggupan untuk merasakan dan mengerti dengan tepat apa yang saya alami dan saya rasakan dan dengan jelas dapat mengungkapkan pengalaman itu. Sikap empati ini efektif untuk mendorong pendewasaan diri dalam Kristus sebab, pertama: setelah menyadari perasaan-perasaan sendiri, orang diringankan dari beban perasaan diri itu. Seolah-olah beban perasaan itu pergi dari pikiran diri dan ia bisa berpikir jernih. Ketakutan dan kekacauan terjadi ketika seseorang mengalami perasaan-perasaan tertentu tetapi tidak dapat menerangkannya Kedua: sikap empati terhadap diri mengembangkan kesadaran diri akan pengalaman- pengalaman dan perasaan-perasaannya. Penyadaran diri yang dalam ini semakin mendorong orang untuk lebih dalam lagi menggali diri (Fuster, 1985: 125-126).

  b. Sikap otentik Otentik berarti asli. Sikap otentik dapat disebut juga jujur, polos, apa adanya. Maka sikap otentik berarti orang mau mengatakan apa yang sungguh- sungguh ada dalam diri sendiri. Dengan jujur mengakui bahwa yang diungkapkan itu milik diri, tetapi juga dengan jujur mau memutuskan untuk meneruskan atau membuang. Sikap ini penting karena membantu seseorang untuk bersikap empati terhadap diri dan membantu seseorang untuk mengerti diri yang sebenarnya. Bila orang mengerti diri sendiri secara obyektif, dapat menyebut perasaan-perasaan dengan tepat, maka ia dapat menyentuh realitas diri dan tahu dimana dirinya berada. Bila orang menipu diri hanya karena takut menatap diri apa adanya, maka ia akan tetap kebingungan dan tidak dapat membantu diri sendiri. Kebingungan yang terjadi terus-menerus ini akan sungguh menghambat proses pendewasaan diri dalam Kristus (Fuster, 1985: 126-128).

  c. Sikap respek Respek berarti menaruh hormat atau menghargai. Sikap hormat terhadap diri berarti mau menerima diri apa adanya dengan penuh cinta karena sadar bahwa seperti apapun keadaan diri, namun tetap bernilai dan memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi lebih baik. Sikap respek terhadap diri membuat orang selalu mensyukuri anugerah-anugerah Allah bagi hidupnya. Sikap respek terhadap diri membuat ia tidak minder, tidak rendah diri, tetapi dengan apa adanya ia merasa cukup mampu berhubungan dengan orang lain dan melaksanakan tugas dengan penuh semangat karena percaya akan karya Allah yang terjadi dalam dirinya dalam keadaan apapun (Fuster, 1985: 128-129).

  d. Konfrontasi diri Konfrontasi berarti saling berhadapan atau bertatapan. Dalam konfrontasi diri, orang mau mencari kekurangan-kekurangan dirinya dan menyadarinya secara penuh. Ia mau mencari kekurangan-kekurangan diri dengan menyelidiki diri, meneliti diri dalam batin tiap hari, rekoleksi bulanan, retret tahunan. Bila orang tidak pernah menyadari kekurangan-kekurangannya, merasa diri segalanya beres dan puas diri maka ia tak akan ada kemajuan dalam hidupnya. Konfrontasi diri membuat orang sadar penuh akan diri yang sebenarnya dan bagaimana kedudukan diri yang sebenarnya di hadapan Allah. Kesadaran ini adalah kerendahan hati.