Penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup injili masa sekarang, para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar - USD Repository

   U PARA S

  uhi Salah Sa arjana Pendi ususan Pend

  LIK KAN USIA

  ama Katolik

  DIDIKAN MA KATOL KAN PENDIDIK ARMA AN ARANG, SANTA LU

  atu Syarat idikan didikan Aga

  ISI ASA SEKA NSISKAN S TAR

  1 PELAYANA

  : Sibatuara 124027 MU PEND AN AGAM PENDIDIK AN ILMU NATA DHA ARTA

  INJILI MA TER FRAN ANGSIANT PSI

  Progr

  

2011

UALITAS P SKUS ASS

  

Oleh

urniwaty S NIM: 0711 STUDI ILM PENDIDIKA AN ILMU P URUAN DA SITAS SAN YOGYAKA

  uk Memenu eh Gelar Sa dikan Kekhu

  Mu ROGRAM USUSAN P JURUSA TAS KEGU UNIVERS Y N SPIRITU O FRANSIS N HIDUP I GASI SUST PEMATA

SKRIP

  ajukan untu Memperol lmu Pendid

  PR KEKHU FAKULT HAYATAN SANTO ESAKSIAN KONGREG (KSFL)

  Dia ram Studi I

  PENGH UNTUK KE SUSTER K

  k

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yang Penuh Kasih yang selalu memberkati dan memberi yang terbaik bagi saya. Untuk seluruh anggota Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar.

  Saudari-saudara angkatan 2007 dan juga untuk almamater tercinta.

  MOTTO

  “Bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, melainkan rasa syukur kitalah yang membuat kita bahagia.”

  “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah menguraapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku.” (Lukas 4: 18)

  “Keheningan memberi kepada kita pandangan yang baru, Atas segala sesuatu.” “Yesus ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”.

  (Lukas 23: 42).

  

ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah PENGHAYATAN SPIRITUALITAS

  

PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN

HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER KONGREGASI

SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL) PEMATANGSIANTAR.

  Judul ini dipilih berdasarkan pengalaman yang terjadi bahwa pelaksanaan pelayanan para suster KSFL kurang menjiwai semangat pelayanan St. Fransiskus Assisi. Maka para suster diajak dan sangat perlu untuk mendalami Konstitusi sebagai sumber inspirasi dan dasar pelayanan. Setiap orang hendaknya dan seharusnya memiliki Roh atau spirit yang senantiasa menyemangati hidupnya. Mendalami dan menghayati Konstitusi antara lain akan semakin mengenal dan tahu apa Visi dan Misi Kongregasi.

  Adapun isi dari skripsi ini adalah antara lain: Pendalaman spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi, kesaksian hidup Injili para suster KSFL zaman sekarang dan juga cara untuk mewujudkan penghayatan spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi dalam kesaksian hidup Injili zaman sekarang. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah kurangnya penghayatan hidup dan pemberian diri yang maksimal dalam karya pelayanan. Hal ini dikarenakan juga akan kurangnya pemahaman dan penghayatan para suster akan Visi dan Misi dalam pelayanan. Maka dari keprihatinan ini penulis ingin dan mau membantu para suster dalam penghayatan spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi. Maka para suster diajak dan sangat perlu memahami dan setia untuk menghidupi spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi dalam karya pelayanan setiap saat. Para suster KSFL akan terbantu dan lebih mudah untuk memahami dan menghidupinya dengan adanya arahan penghayatan spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi berdasarkan Konstitusi, kapitel-kapitel, dan Dokumen Gereja.

  Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis memakai metode analisis deskriftif. Analisis deskriftif dimaksudkan untuk menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga menemukan cara mengatasinya. Selain hal ini juga, penulis mengembangkannya dengan refleksi pribadi dan membaca buku-buku yang sangat mendukung penulisan skripsi ini.

  Spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi sangat perlu dihayati dan diwujudnyatakan pada zaman sekarang ini. Maka para suster KSFL sangat diharapkan dan seharusnya berusaha menghayati dan menghidupi spiritualitas pelayanan St. Fransiskus Assisi yang melayani semua orang dengan kasih dan pengorbanan serta menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara. Sebagai usaha untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan akan spiritualitas pelayanan ini, maka penulis menawarkan suatu program katekese model biblis dengan proses pelaksanaannya.

  

ABSTRACT

  The title of this thesis is THE IMPLEMENTATION OF MINISTRY SPIRITUALITY OF SAINT FRANCIS ASSISI TO THE EVANGELICAL LIFE WITNESSING IN PRESENT TIME BY THE PEMATANGSIANTAR SISTERS OF SAINT FRANCIS KONGREGATION (KSFL). This title is chosen based on the reality that KSFL sisters do not live according to the ministry spirit of St.

  Francis of Assisi faithfully. Therefore, the sisters are urged to focus on the constitution as the source of inspiration and the stand point of ministry. Everyone should have spirit that motivates his or her life. If every KSFL sister focus on and live according to the constitution, the vision and mission of the congregation will be implemented well.

  The main focus of this thesis is the intensification of St. Francis Assisi ministry spirituality, evangelical witness of KSFL sisters in present time and the way how to implement the ministry spirituality of St. Francis Assisi in evangelical witness in present time. The main problem in this thesis is the lack of life implementation and maximal self giving in the work ministry.

  The reason of this is the lack of comprehension and implementation of the sisters on vision and mission in the ministry. Based on this reality the author wants to help the sisters in implementing the ministry spirituality of St. Francis Assisi. The sisters are invited and need to know how to live the ministry spirituality of St. Francis Assisi faithfully in work ministry every time.

  The KSFL sisters will be helped to understand easier the ministry spirituality and to implement it by the guidance on ministry spirituality implementation of St. Francis Assisi based on constitution congregation, chapters and Church document.

  To analyze the problem, the author use descriptive analysis method. Descriptive analysis is intended to describe and to analyze the problem in other to find the way to solve it. Besides, the author also analyzes it based on self reflection and reading related books that are useful to write this thesis.

  Ministry spirituality of St. Francis Assisi is very important to be implemented in present time. That is why the KSFL sisters are invited and need to implement the ministry spirituality of St. Francis Assisi who serves everyone with love and sacrifices and calles everyone as brothers and sisters. As the effort to maximize the comprehension and implementation of this ministry spirituality, the author offers one Biblical model catechetical program and its process.  

KATA PENGANTAR

  Syukur dan pujian kepada Allah Bapa atas kasih dan rahmat-Nya yang senantiasa membimbing, menyertai, mengarahkan dan selalu mendahului setiap langkah penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik adanya. Adapun judul skripsi ini adalah: PENGHAYATAN SPIRITUALITAS

  

PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN

HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER KONGREGASI

SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL) PEMATANGSIANTAR.

  Skripsi ini memuat mengenai pembahasan Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL.

  Pada zaman sekarang ini Spiritualitas pelayanan sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Oleh karena itu Spiritualitas pelayanan diharapkan dan seharusnya tetap dihidupi dan dikembangkan, sehingga lebih mudah untuk mewujudnyatakannya dalam karya pelayanan. Untuk meningkatkan Spiritualitas pelayanan ini, maka penulis membuat usulan antara lain kegiatan katekese model biblis. Harapannya bahwa dengan kegiatan katekese ini, Spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi semakin menjiwai pelayanan para suster KSFL setiap hari untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang.

  Selain hal itu, penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Berbagai perasaan, hambatan, dan kesulitan yang mewarnai dalam penulisan skripsi ini serta adanya perhatian, dukungan dari berbagai pihak yang memberi sumbangan pemikiran dengan caranya masing-masing baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik adanya. Atas kerja sama yang baik dari berbagai pihak, penulis dengan setulus hati menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

  1. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar dan bijaksana membimbing penulis selama kuliah sampai selesai di Kampus IPPAK-Kotabaru Yogyakarta.

  2. Dr. J. Darminta, S.J., selaku pembimbing utama skripsi yang telah berkenan dan rela meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan yang sangat membangun sehingga penulis lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan mulai dari awal penulisan sampai selesainya skripsi ini.

  3. Bapak F. X. Dapiyanta SFK, M.Pd., selaku Dosen pembimbing akademik dan sebagai Dosen penguji skripsi yang dengan rela dan bijaksana membimbing, mendidik, mengajar, dan membantu penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran selama kuliah di kampus USD-IPPAK Kotabaru Yogyakarta.

  4. Dr. A. Rukiyanto, S.J., selaku Dosen penguji skripsi yang telah rela, sabar, dan bijaksana untuk membimbing, mengajar, dan mendidik penulis selama kuliah di kampus USD IPPAK Kotabaru Yogyakarta.

  5. Segenap Staf Dosen USD Prodi IPPAK yang telah mendidik dan membimbing penulis yang memberi dukungan dan perhatian dengan cara masing-masing selama belajar sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, Kolsani Kotabaru, Biara Saudara OFM Papringan, Komunitas SFD Rajawali, Komunitas OSF Sibolga Demangan Baru dan karyawan bagian lain yang dengan murah hati dan mempermudah penulis dengan meminjamkan buku-buku yang penulis gunakan dan memberi perhatian dengan cara masing-masing kepada penulis selama penulisan skripsi ini sampai selesai.

  7. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2007/2008 yang turut berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi pewarta kabar gembira di zaman yang penuh tantangan ini.

  8. Bapak, ibu dan adik-adikku yang senantiasa mendoakan, memberikan sapaan, semangat, perhatian dan memotivasi penulis dengan cara mereka masing- masing mulai dari awal perkuliahan sampai selesainya di kampus IPPAK Kotabaru Yogyakarta.

  9. Semua suster KSFL di manapun berada, secara khusus anggota komunitas KSFL St. Lusia Jln. Cendani III/1 Papringan Yogyakarta: Sr. Johana. N, KSFL, Sr. Ezra. Lg, KSFL, Sr. Gabriela. S. KSFL, Sr. Everdine. M, KSFL, Sr. Gemmadina. S, KSFL, dan Sr. Marcellina. S, KSFL yang turut serta mendoakan, memberi dukungan, semangat, sapaan kepada penulis dengan cara mereka masing-masing selama menyelusuri perutusan studi sampai selesai.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................... x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xviii

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................

  1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1

  B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

  C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 6

  D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 7

  E. Metode Penulisan ............................................................................ 7

  F. Sistemetika Penulisan ..................................................................... 8

  BAB II. SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI DAN PELAYANAN PARA SUSTER KSFL ...............

  10 A. Pengertian Spiritualitas Pelayanan .............................................. 10 1.

  Pengertian Spiritualitas Secara Dasariah ..................................... 10 2. Spiritualitas Pelayanan ................................................................ 13

  B. Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi ........................ 15

  1. Gerak tumbuhnya Spiritualitas Pelayanan pada

  2. Arah Pelayanan Kembali ke Hidup Injili .................................... 23

  3. Pokok-pokok penting Spiritualitas Pelayanan ............................. 25

  C. Spiritualitas Pelayanan KSFL ...................................................... 29

  1. Gerak Pelayanan Ibu Pendiri ..................................................... 30

  2. Arah Pelayanan KSFL ............................................................... 32

  3. Pokok-pokok penting Spiritualitas Pelayanan KSFL berinspirasikan Santo Frasiskus Assisi ...................................... 36

  BAB III. ARAHAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS PELAYANAN BERDASARKAN KONSTITUSI, KAPITEL - KAPITEL DAN DOKUMEN GEREJA ............

  43 A. Gerakan Dari Awal Berdirinya KSFL ......................................... 43

  1. Seruan dan Jeritan Kemanusiaan .............................................. 43

  2. Lusia Dierckx ............................................................................. 46

  3. Berdirinya KSFL Secara Kanonik ............................................. 48

  4. Jiwa dan Semangat KSFL ......................................................... 50

  5. Vsi dan Misi KSFL .................................................................. 51 B.

   Visi dan Misi KSFL dalam Gerak Pelayanan Rasuli Sekarang .........................................................................................

  52 1. VisiKSFL .....................................................................................

  52 2. MisiKSFL ....................................................................................

  54

  3. FokusKSFL ................................................................................. 56 C.

   Karya-Karya KSFL ....................................................................... 56 1. Karya Pendidikan .................................................................... 58

  a. Visi KSFL dalam Karya Pendidikan .......................................... 58

  b. Misi KSFL dalam Karya Pendidikan ......................................... 59

  c. Fokus KSFL dalam Karya Pendidikan ..................................... 61 2.

   Karya Sosial ............................................................................. 63

  a. Visi KSFL dalam Karya Sosial .................................................. 63

  b. Misi KSFL dalam Karya Sosial ................................................. 64

  c. Fokus KSFL dalam Karya Sosial ............................................... 65

  3. Karya Pastoral ........................................................................ 66

   Diundang menuju Kesetiaan Kreatif ........................................... 82

  4. Pendalaman Pengalaman Hidup ..................................................... 91

  3. Pendalaman Kitab Suci atau Tradisi ............................................... 90

  2. Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi ................................................ 90

  1. Doa Pembukaan atau Nyanyian Pembukaan .................................. 90

   Model Katekese ............................................................................. 89

  3. Isi Katekese .................................................................................... 88 B.

  2. Tujuan Katekese ............................................................................. 86

  1. Pengertian Katekese ....................................................................... 85

  84 A. Gambaran Umum Katekese ........................................................ 85

  BAB IV.SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENDALAMI SPRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRASISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA ...............................................................................

  4. Perlunya Belajar Terus-menerus ................................................ 81 F.

  a. Visi KSFL dalam Karya Pastoral ............................................... 66

  3. Perlunya Perencanaan ................................................................ 80

  2. Perlunya Manajemen ................................................................. 77

  1. Karya yang Responsif ................................................................ 76

   Karakter Pelayanan ...................................................................... 75

  3. Menuju ke Perwujudan Pelayanan secara Baru ......................... 73 E.

  2. Pergulatan Cara Kerja ............................................................... 71

  1. Pergulatan Nilai ........................................................................ 69

   Pergulatan Yang Diisyaratkan dalam Konstitusi ...................... 69

  c. Fokus KSFL dalam Karya Pastoral ............................................ 68 D.

  b. Misi KSFL dalam Karya Pastoral .............................................. 67

  5. Penerapan dalam Hidup Peserta ..................................................... 91

  C. Usulan Program Katekese ........................................................... 92

  1. Pengertian Program Katekese ......................................................... 92

  2. Tujuan Program Katekese .............................................................. 93

  3. Pemikiran Dasar Program Katekese ............................................... 94

  4. Usulan Tema ................................................................................... 96 5. Penjabaran Program ........................................................................

  97

  6. Contoh Persiapan Katekese ............................................................ 100

  7. Pemikiran Dasar ............................................................................. 101

  8. Pengembangan Langkah-Langkah ................................................. 103

  

BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 112

A. Kesimpulan ...................................................................................... 112 B. Saran ................................................................................................ 115

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 117

LAMPIRAN ................................................................................................ 119

Lampiran 1: .................................................................................................. 120 Lampiran 2: .................................................................................................. 127 Lampiran 3: .................................................................................................. 128 Lampiran 4: .................................................................................................. 129 Lampran 5: .................................................................................................. 130

DAFTAR SINGKATAN A.

   Daftar Singkatan Kitab Suci

  Semua singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti daftar singkatan Lembaga Alkitab Indonesia Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab Katolik Deutrokanonik cetakan tahun 2007. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

B. Daftar Singkatan Lain :

  AD Anggaran Dasar Art : Artikel Bdk : Bandingkan Dll : Dan Lain-Lain Kan : Kanon Konst : Konstitusi KSFL KHK : Kitab Hukum Kanonik KSFL : Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia LHB : Lembaga Hidup Bakti PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Indonesia PSL : Pasal SLB-C : Sekolah Luar Biasa(Cacat Mental).

C. Singkatan Dokumen Gereja

  BSDK : Bertolak Segar Dalam Kristus, Instruksi Kongregasi untuk tarekat hidup bakti dan serikat hidup Apostolik, 19 Mei 2002.

  CT : Catecheisi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese). Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. 16 Oktober 1979.

  VC : Vita Consecrata (Hidup Bakti). Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti bagi para Religius. 25 Maret 1996.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yesus Memanggil Keduabelas Rasul (Lukas 6:12-16). Dalam bacaan ini

  dapat dilihat bahwa Yesus memanggil duabelas rasul untuk melayani umat dengan mewartakan kabar gembira kepada semua orang. Demikian juga halnya Tuhan menganugerahkan rahmat panggilan kepada setiap orang. Salah satu di antaranya adalah panggilan sebagai seorang religius. Setiap orang yang terpanggil sebagai seorang religius haruslah memiliki semangat pelayanan, karena untuk karya pelayananlah mereka dipanggil. Setiap religius haruslah menyadari bahwa mereka adalah anggota dan bagian dari Gereja. Maka tugas para religius juga turut serta untuk ambil bagian dan ikut serta dalam mengembangkan tugas pelayanan Gereja.

  Oleh karena itu setiap religius sangat diharapkan dan seharusnya untuk menghidupi spiritualitas suatu lembaga ataupun tarekat yang dipilihnya dalam mengembangkan karya pelayanan bagi Gereja.

  Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia adalah salah satu tarekat religius yang prihatin dan turut ambil bagian dalam tugas pelayanan Gereja dengan menghayati semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi. Kongregasi ini pada awalnya dimulai oleh tiga gadis dari Leuven Belgia bersama seorang gadis dari Breda pada tahun 1826. Mereka hadir untuk melayani orang-orang sakit dan kemudian muncul lagi keprihatinan melayani orang-orang miskin, panti asuhan,

  2  

  panti jompo dan karya pendidikan (Konst KSFL, 1999: x). Para suster ini menanggapi panggilan Tuhan dengan berani dan rela untuk mewartakan kabar gembira dengan cara melayani orang-orang kecil dan tak berdaya. Semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi menjadi semangat hidup para suster ini dalam setiap karya pelayanan mereka di mana dan ke manapun mereka diutus. Para suster ini berusaha untuk tetap setia dalam menghidupi semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi, sehingga orang-orang yang mereka layani dapat merasakan kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Orang-orang kecil dan tak berdaya yang mereka layani sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan. Kesaksian hidup mereka yang penuh dengan kegembiraan, keramahan, kelemahlembutan, kerendahan hati dan pelayanan yang tulus. Para suster ini sungguh menyadari bahwa mereka adalah utusan Tuhan sendiri, maka mereka selalu berusaha untuk menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan hanyalah untuk Tuhan dan mereka juga sangat mengandalkan Tuhan dan tergantung akan penyertaan serta bimbingan Tuhan dalam hidup mereka.

  Pada zaman sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang sangat canggih, mengakibatkan tantangan baru bagi manusia yakni dengan menawarkan pilihan-pilihan yang cukup menarik. Akhirnya manusiapun terlena untuk memilih hidup serba instan, nyaman, dan praktis. Menghadapai tantangan zaman sekarang ini sangatlah sulit, akan tetapi panggilan sebagai religius haruslah tetap setia pada semangat para pendahulu khususnya pada semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi. Menanggapi panggilan Tuhan berarti berani dan rela untuk mengabdi Tuhan sendiri dan menghadirkan-Nya dalam karya pelayanan. Pelayanan yang

  3  

  dilakukan kepada orang-orang kecil dan menderita hendaknya mencerminkan kehadiran Tuhan. Maka para suster yang menjalankan karya pelayanan ini haruslah menyadari bahwa pelayanan yang mereka lakukan adalah untuk Tuhan sendiri, sehingga para suster ini selalu mengkhususkan Tuhan dalam hidupnya.

  Sebagai seorang religius, meskipun dalam kesibukan apapun harus berani mengambil waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan.

  Berkomunikasi dengan Tuhan berarti mengisi hidup rohani dan menimba kembali kekuatan dari Tuhan. Dengan demikian setiap tindakan, tutur kata dan perbuatan mereka menjadi cerminan dan pancaran kasih Tuhan sendiri.

  Konstitusi KSFL dalam cara mengabdi dan bekerja disebutkan bahwa para suster membaktikan seluruh hidupnya dengan perkataan dan perbuatan demi pelimpahan rahmat. Dengan demikian hendaknya setiap saudara mewujudkan semangat Injili dalam belbagai jenis karya dan pelayanan di dalam dan di luar komunitas (Konst KSFL, 1999: 90).

  Menurut teladan Santo Fransiskus Assisi hendaknya mengerjakan tugas dengan semangat doa dan bakti. Karya pelayanan para suster KSFL khususnya pada zaman sekarang ini. Pelayanan para suster KSFL ini boleh dikatakan masih perlu ditingkatkan cara pelayanannya seperti pelayanan Santo Fransiskus Assisi yang selalu diwarnai dengan damai, sukacita, pertobatan, kerendahan hati, belaskasih, dan persaudaraan bagi orang-orang yang dilayani. Hal ini dapat terlaksana dengan baik karena Santo Fransiskus selalu menjalin relasi dan mengutamakan Tuhan dalam hidupnya, sehingga segala tingkah laku dan

  4  

  semua orang. Dengan relasi yang sangat intim dengan Tuhan, Fransiskus menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara.

  Karya pelayanan yang dilakukan oleh para suster KSFL terkadang karena ketaatan dan juga sebagai tugas perutusan saja. Dengan demikian orang-orang yang dilayani adakalanya kurang merasakan dan mengalami cinta kasih, damai dan sukacita. Adapun karya-karya pelayanan yang dikelola oleh para suster KSFL antara lain: Asrama dan sekolah anak-anak berkebutuhan khusus (cacat mental/SLB-c), poliklinik/rumah bersalin, tenaga pastoral, pendidikan Play

  

group , TK, SMP, dan SMA, asrama putri untuk SMA dan karya sosial untuk

  mendampingi para petani. Masing-masing dari karya pelayanan ini pasti mengharapkan dan merindukan pelayanan yang sungguh mencerminkan pelayanan Tuhan sendiri yakni dengan cinta kasih, damai, kesembuhan dan persaudaraan.

  Para murid yang dilayani di sekolah dapat merasakan kehadiran gurunya sebagai sahabat, para pasien yang dilayani di poliklinik dapat merasakan kehadiran susternya sebagai kegembiraan dan penyembuh, bagi anak-anak berkebutuhan khusus dapat merasakan pelayanan dari susternya sebagai cinta dan kasih sayang, bagi anak-anak asrama yang dilayani dapat merasakan pelayanan sebagai perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Namun pada kenyataannya belumlah demikian dan belum dengan sepenuh hati untuk melaksanakannya karena pelayanan yang dilakukan hanya sebatas senang dan tidak senang, suka dan tidak suka dan bahkan terpaksa untuk melakukannya karena tidak sesuai

  5  

  Dengan adanya keprihatinan yang dialami oleh para suster KSFL ini, tergeraklah hati kami untuk terlibat dan menyumbangkan buah pemikiran. Dengan adanya sumbangan yang sederhana ini besar harapan kami untuk semakin dapat menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, mewujudkan, menghayati, dan memperdalam semangat pelayanan Santo Fransiskus dalam setiap karya perutusan. Dalam karya pelayanan yang dilakukan oleh para suster KSFL, diharapkan untuk semakin menghayati semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi sehingga orang-orang yang dilayani sungguh merasakan cinta kasih, damai, dan sukacita, serta dapat merasakan kehadiran Allah. Namun dalam kenyataannya hal ini sering tidak dapat diwujudnyatakan.

  Penulis tergerak untuk memberi sumbangan untuk semakin menghayati spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi karena pada awal karya pelayanan para suster KSFL, mereka memiliki semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi. Hanya saja terkadang menjadi kabur karena sibuk dengan pelayanan saja tanpa menggali dan menghayati spiritualitas pelayanan yang sudah dihidupi oleh para pendahulu, sehingga kurang memberi kesaksian hidup Injili untuk zaman sekarang. Oleh karena itu sangatlah penting untuk menghayati semangat pelayanan Santo Fransiskus Assisi sehingga dapat mewujudkan kesaksian hidup Injili para suster KSFL.

  6  

  Penulis mengangkat dan memilih judul berikut ini: “PENGHAYATAN

SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI UNTUK KESAKSIAN HIDUP INJILI MASA SEKARANG, PARA SUSTER

  

KONGREGASI FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL)

PEMATANGSIANTAR.”

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

  1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi?

  2. Bagaimana penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dalam membantu para suster KSFL untuk meningkatkan kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL?

  3. Apa usaha yang dilakukan untuk dapat meningkatkan penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL? C.

TUJUAN PENULISAN

  Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Menggali lebih dalam spiritualitas pelayanan yang dihayati oleh Santo Fransiskus Assisi yang menjadi semangat pelayanan untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL.

  2. Mengetahui bagaimana penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus

  7  

  3. Memberikan sumbangan pemahaman spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi yang dapat membantu untuk kesaksian hidup injili masa sekarang para suster KSFL.

  D. MANFAAT PENULISAN

  Penulisan ini dapat memberi manfaat:

  1. Bagi penulis sendiri semakin memahami spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi dan semakin meningkatkan penghayatan spiritualitas pelayanan untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para suster KSFL.

  2. Supaya para suster KSFL semakin meningkatkan penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus untuk kesaksian hidup Injili.

  3. Memberi sumbangan bagi mereka yang berkarya dalam pelayanan dan siapa saja yang turut serta ambil bagian dalam pelayanan sehingga semakin memiliki semangat pelayanan sehingga semakin meningkatkan kesaksian hidup Injili.

  4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana strata satu (S1) di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  E. METODE PENULISAN

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi analisis dengan studi pustaka, dan juga dengan metode reflektif. Metode reflektif ini untuk mengungkapkan hasil refleksi dalam upaya meningkatkan penghayatan

  8  

  spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injii para suster KSFL. Dengan membaca buku-buku sumber, dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

  Judul yang dipilih oleh penulis dalam skripsi ini adalah:

  

“Penghayatan Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi Untuk

Kesaksian Hidup Injili Masa Sekarang, Para Suster Kongregasi Suster

Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar.”

  Sebagai gambaran umum mengenai hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan ini, maka berikut ini adalah sistematika penulisan dari skripsi ini:

  BAB I. Pendahuluan Bab Pendahuluan ini berisikan gambaran umum tentang skripsi ini, yang meliputi: Latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, kajian pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II. Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi dan Pelayanan Para Suster KSFL. Dalam bab dua ini akan dipaparkan tentang spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi yang terdiri dari: pengertian spiritualitas, kekhasan spiritualitas Santo Fransiskus Assisi, dan bagaimana spiritualitas pelayanan yang dihayati oleh Santo Fransiskus Assisi.

  9  

  BAB III. Penghayatan spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup Injili masa sekarang para Suster KSFL. Dalam bab ini akan dibahas tentang karya pelayanan para suster KSFL, bentuk-bentuk karya pelayanan para suster KSFL dan bagaimana kesaksian hidup Injili para suster KSFL dalam karya pelayanan dalam gerakan hidup dalam Roh. Maka dibahas Visi, Misi dan fokus sebagai dasar kualitas pelayanan.

  BAB IV. Mengenai usulan program “katekese model biblis” bagi para suster KSFL yang mencakup: pengertian katekese, tujuan katekese, isi katekese, model katekese, usulan program katekese, pengertian program katekese, tujuan program katekese dan usulan tema-tema yang lebih mendukung, dan contoh persiapan katekese model biblis.

  BAB V. Sebagai bab terakhir dari penulisan ini, akan membahas kesimpulan dan saran-saran yang dapat membangun.

       

BAB II SPIRITUALITAS PELAYANAN SANTO FRANSISKUS ASSISI DAN PELAYANAN PARA SUSTER KSFL A. Pengertian Spiritualitas Pelayanan Dewasa ini kita sudah biasa mendengar kata Spiritualitas dan Pelayanan. Kedua kata ini memiliki arti yang berbeda-beda. Namun kedua kata ini juga

  memiliki artinya sendiri ketika digabungkan menjadi satu frase. Berikut ini akan dibahas pengertian dari masing-masing istilah tersebut.

1. Pengertian Spiritualitas secara Dasariah

  Kata spiritualitas mempunyai pengertian yang cukup banyak dan sekaligus mengandung arti yang sangat kaya meskipun berbeda. Berikut ini ada beberapa pengertian spiritualitas.

  Kata Spiritualitas ada hubungannya dengan kekuatan atau Roh yang memberi daya tahan kepada seseorang atau kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan, dan mewujudkan kehidupan (Banawiratma, 1990: 57). Spiritualitas ini dapat dimiliki oleh semua orang yang sedang berjuang untuk mencapai tujuan dan juga cita-cita dalam perjalanan hidup sehari-hari. Bisa juga menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi berbagai kesulitan, penderitaan, dan kegagalan untuk mewujudkan cita-cita, tujuan, dan perjuangan hidupnya.

  Spiritualitas juga merupakan kesadaran dan sikap hidup manusia untuk tahan uji dan tetap bertahan dalam mewujudkan tujuan hidup dan dalam pengharapan.

  Maka Spiritualitas bisa menjadi suatu kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan sekaligus menerima kenyataan hidup, dengan demikian tetap berusaha untuk menjalani dan memaknai peristiwa hidup.

  Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan “kerohanian” atau’hidup rohani’. Hal ini lebih menekankan kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua yaitu ‘kesalehan’, yang menandakan hubungan seseorang dengan Tuhan. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri secara teratur supaya terbuka dan teratur terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia.

  Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (= Spiritus;

  Lat.) , yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil (Heuken, 2002: 11).

  Kalimat di atas menegaskan bahwa orang yang sangat peka dengan kehadiran Roh Tuhan dalam dirinya selalu juga menyadari kehadiran Tuhan dalam peristiwa hidupnya. Orang yang memiliki spiritualitas dan sungguh menyadari Roh Tuhan hadir dalam dirinya, maka akan selalu berusaha untuk menjalani hidup ini seperti Tuhan menghendakinya. Spirit atau roh tetap berhubungan dengan “semangat jiwa yang dipengaruhi oleh Roh Allah”. Bagi orang-orang Kristiani, kata Spiritus/Roh dapat ditemukan dalam Kitab Suci, misalnya dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, “Roh” sering muncul sebagai “RUAKH”, yang berarti semua yang mendorong; daya aktif, daya hidup, kekuatan yang memberdayakan manusia (Kej 2:7). Jadi, kata spiritualitas adalah Roh Allah yang mampu memotivasi, menyemangati, membimbing, memberikan kekuatan, dan menjiwai serta meneguhkan seseorang dalam menghadapi tantangan dalam hidup sehingga tetap teguh dalam iman dalam melaksanakan setiap karya dan perutusan dengan bertanggungjawab.

  Setiap perutusan pasti membutuhkan spiritualitas ataupun semangat dalam pelayanan, spiritualitas yang dimiliki seseorang akan mencerminkan pelayanan yang melahirkan perdamaian, kerukunan, dan sukacita sehingga mereka yang dilayani akan merasakan kehadiran Tuhan. Maka orang yang sungguh-sungguh memiliki dan menghidupi Spiritualitas, akan selalu menjalin komunikasi yang intim bersama dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan. Hal ini jugalah yang akan dibagikan kepada sesama, terutama mereka yang hidup dalam penderitaan, kebimbangan, dan kesusahan dalam menyelusuri hidup yang diwarnai bermacam- macam tantangan.

  Spiritualitas adalah riak getaran hati yang halus atau cita rasa yang halus tentang yang Ilahi, yang terdapat dalam hati sanubari seseorang (Andar Ismail, 2007: 2). Spiritualitas religius adalah cara hidup manusia yang menghayati hubungan pribadi dengan Allah atau dengan Yang Mutlak (Darminta, 1972: 51).

  Pengertian spiritualitas sangatlah banyak, dan tidak dapat diartikan dengan satu paham atau satu pendapat. Setiap tokoh atau setiap orang pasti mengartikannya dengan kalimat yang berbeda juga. Hal ini tidaklah menjadi masalah. Andar Ismail menjelaskan bahwa spiritualitas adalah getaran hati atau cita rasa yang halus tentang yang Illahi yang ada dalam hati sanubari setiap orang. Dari pengertian spiritualitas yang beraneka ragam maka saya dapat menyimpulkan spiritualitas adalah dorongan dan kekuatan dari dalam hati yang dimiliki dan menggerakkan seseorang untuk bertindak sekaligus sebagai kekuatan dan semangat yang selalu mewarnai hidup manusia untuk mengalami kegembiraan rohani. Spiritualitas yang dimilliki setiap orang hendaknya terwujud dengan tindakan nyata dalam sikap pelayanan.

2. Spiritualitas Pelayanan

  Pelayanan yang dimaksud adalah keterlibatan untuk melanjutkan karya pelayanan Kristus di dunia ini sebagai nabi, imam, dan raja. Selama hidup-Nya di dunia Tuhan Yesus memanggil mereka yang dikehendaki-Nya, supaya mereka menyertai Dia dan Ia mendidik mereka hidup menurut teladan-Nya bagi Bapa dan bagi perutusan yang telah diterimanya dari Bapa. Demikianlah ia memulai keluarga baru dari abad ke abad yang mencakup mereka yang siap sedia untuk mewartakan Kerajaan Allah (VC no. 41). Pelayanan berarti berusaha untuk kerjasama dengan semua pihak yang ikut bertanggungjawab dalam tugas perutusannya.

  Hadir di tengah masyarakat ternyata membawa rahmat, yaitu ajakan dan panggilan Allah untuk melayani orang kecil (Harjawiyata, 1993: 67). Hadir di tengah umat, khususnya orang-orang miskin dan orang-orang kecil merupakan pelayanan yang sangat menyentuh hidup mereka. Pelayanan inilah yang sangat diharapkan oleh Allah, sebagaimana Dia telah mengutus Putera-Nya ke dunia ini sebagai manusia lemah. Adapun pelayanan religius berangkat dari pelayanan Yesus.

  Adapun inti dari spiritualitas “pelayan” adalah belajar dari Yesus yang sungguh rela mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba dan bahkan sampai mati di kayu salib (Martasudjita, 2003: 41). Kalimat ini menegaskan kembali, bahwa untuk menjalankan karya pelayanan hendaknya memiliki sikap cinta kasih, kerendahan hati, pemberian diri yang sepenuhnya, dan berkorban demi kegembiraan dan keselamatan orang lain. Dengan demikian tugas pelayanan menjadi sangat berarti dan memberikan sukacita bagi semua orang seperti halnya teladan Yesus Kristus.

  Dalam pelayanan sehari-hari, kaum religius terinspirasi dari pelayanan Kristus sendiri yakni menjadi saudara bagi semua orang secara khusus yang dilayani tanpa membeda-bedakan. Seperti halnya dengan pelayanan terhadap mereka yang berada di ambang kematian , dalam Spiritualitas ibu Teresa merupakan wujud pelayanan kasih yang paling mendasar (Krispurwana Cahyadi, 2003: 163). Ibu Teresa sungguh menyadari bahwa hal yang paling utama yang diperlukan oleh orang-orang yang sungguh menderita dan diambang kematian adalah kasih yang nyata. Untuk mewujudkan kasih yang nyata bukanlah hal yang mudah, namun penuh dengan pengorbanan. Pengorbanan untuk mencintai, menyapa, dan merangkul orang-orang miskin seperti teladan ibu Teresa di Kalkuta.

  Pelayanan yang dimaksud adalah melakukan suatu kegiatan atau menjalankan perutusan dengan rendah hati, rela berkorban, memberikan diri sepenuhnya, bersukacita, membawa damai, dan mendahulukan kepentingan orang lain. Semakin kita lupa akan diri kita karena mengutamakan orang lain, maka Tuhan akan semakin memperhatikan dan memikirkan kita (Krispurwana Cahyadi, 2003: 65).

  Pelayanan adalah sarana untuk memperbaharui, memelihara dan meningkatkan hidup cinta seseorang. Pelayanan adalah cinta dalam aksi, cinta dalam tindakan yang nyata (Ridick, 1987: 128). Kalimat ini mengajak kembali bahwa cinta yang dimiliki setiap orang perlu diwujudnyatakan dengan pelayanan dan cinta yang nyata kepada sesama. Cinta Yesus tidak mengenal batas, bahkan sampai menyerahkan hidupnya dan wafat di kayu salib demi cinta-Nya kepada semua orang. Cinta dapat terwujud dengan siap sedia dan dengan gembira melayani sesama sebagaimana Kristus yang berkenan membasuh kaki para murid- Nya, tanpa menunggu sampai diberi tugas atau diperintah.

B. Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi

  Dalam perkembangan sejarah persaudaraan Fransiskan, cukup banyak penulis yang berbicara dan menguraikan mengenai spiritualitas pelayanan Fransiskan. Namun meskipun demikian bahwa setiap uraian spiritualitas pelayanan Fransiskan tidak boleh melupakan hal yang sangat penting yakni bahwa Spiritualitas dasar Fransiskan adalah menghidupi Injil Tuhan kita Yesus Kristus (Syukur, 2007: 25). Hal inilah yang menjadi awal dari peziarahan hidup rohani para Fransiskan dan sebagai awal dari pertobatan Santo Fransiskus Assisi serta menjadi roh yang menyemangati seluruh kehidupan Santo Fransiskus Assisi.

  Spiritualitas Pelayanan Santo Fransiskus Assisi yang sungguh dirasakan oleh banyak orang adalah persaudaraan, kegembiraan, rendah hati, pembawa damai, dan selalu siap sedia mewartakan Kerajaan Allah, dan menyebut semua ciptaan Tuhan sebagai saudara. Persaudaraan bukanlah juga istilah yang asing bagi kita. Persaudaraan secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu kelompok atau komunitas yang dibentuk berdasarkan suatu Visi dan Misi tertentu. Dengan demikian atas dasar ini, persaudaraan tidak terbentuk berdasarkan hubungan darah, suku, budaya, dan bahasa tertentu. Persaudaraan dimengerti dan dihayati sebagai ciri khas kehidupan religius. Meskipun demikian bahwa para religius menghayati persaudaraan sebagai salah satu ciri khasnya, namun tidaklah semua ordo ataupun tarekat mengambil dan menghayati unsur persaudaraan sebagai Spiritualitasnya yang khusus. Ordo ataupun saudara-saudari dina justru mengambil unsur persaudaraan sebagai spiritualitasnya.