Makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011 - USD Repository
MAKN NA SPIRIT UALITAS C CINTA KA ASIH BAGI PARA SUS STER YUNIOR KONGREG GASI SUST TER CINTA A KASIH PU UTRI MAR RIA DAN YOSEF PROVINS
I INDONES SIA TAHUN N 2011 Skripsi Diajuk kan untuk M Memenuhi S Salah satu S Syarat Mem mperoleh G Gelar Sarjan na Pendidik kan Prog gram Studi B Bimbingan dan Konsel ling Di isusun oleh : Fransisk ka Dian Wid dhowati NIM M : 07 1114 0 001 P PROGRAM M STUDI BI
IMBINGAN N DAN KON NSELING F FAKULTA S KEGURU UAN DAN I
ILMU PEND DIDIKAN UN NIVERSITA AS SANATA A DHARMA A YO GYAKART TA 2011
MAKN NA SPIRIT UALITAS C CINTA KA ASIH BAGI PARA SUS STER YUNIOR KONGREG GASI SUST TER CINTA A KASIH PU UTRI MAR RIA DAN YOSEF PROVINS
I INDONES SIA TAHUN N 2011 Skripsi Diajuk kan untuk M Memenuhi S Salah satu S Syarat Mem mperoleh G Gelar Sarjan na Pendidik kan Prog gram Studi B Bimbingan dan Konsel ling Di isusun oleh : Fransisk ka Dian Wid dhowati NIM M : 07 1114 0 001 PROGRAM P M STUDI BI
IMBINGAN N DAN KON NSELING F FAKULTA S KEGURU UAN DAN I
ILMU PEND DIDIKAN UN NIVERSITA AS SANATA A DHARMA A YO GYAKART TA 2011
MOTTO Peace, Love and Emphaty
& Se o hayami iwa, ni sekaruru takigawa no
Meski hancur sekalipun, saya tidak akan menyerah sampai akhir
PERSEMBAHAN Teriring rasa syukur, dan ucapan terima kasih, skripsi ini saya persembahkan untuk para Suster Kongregasi Suster
Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef di Belanda dan Indonesia Cinta, dan doa-doa merekalah yang memampukan saya menyelesaikan skripsi ini. dan Almarhum kedua orang tua saya,
Ignatius Soetjipto Hadiprasetyo dan Rosmiyati Saya sayang kalian
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmilah.
Klaten, 16 Juni 2011 Penulis
Fransiska Dian Widhowati
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fransiska Dian Widhowati
Nomor Mahasiswa : 071114001 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MAKNA SPIRITUALITAS CINTA KASIH BAGI PARA SUSTER
YUNIOR KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN
YOSEF PROVINSI INDONESIA TAHUN 2011
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 16 Juni 2011 Yang menyatakan (Fransiska Dian Widhowati )
ABSTRAK
MAKNA SPIRITUALITAS CINTA KASIH BAGI PARA SUSTER
YUNIOR KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN
YOSEF PROVINSI INDONESIA TAHUN 2011
Fransiska Dian Widhowati
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
Topik penelitian ini adalah Makna Spiritualitas Cinta Kasih bagi Para Suster Yunior Kongregasi Suster Cinta kasih Putri Maria dan Yosef. Subyek penelitian ini adalah enam suster yunior kongregasi suster cinta kasih Putri Maria dan Yosef yang berusia antara 25 – 39 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef dan mencari cara alternatif yang efektif untuk menanamkan spiritualitas cinta kasih bagi mereka.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, studi dokumentasi, dan wawancara mendalam. Validitas data diuji dengan metode triangulasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa para subyek mengalami jatuh bangun dalam memaknai spiritualitas cinta kasih kongregasi. Hal ini dikarenakan dua faktor utama, faktor dalam dan luar diri. Faktor dominan dalam diri berasal dari pengolahan masa lalu yang belum selesai. Sedangkan faktor luar berasal dari hidup bersama, dunia masyarakat saat ini, dan ketidakkonsistenan dalam praktik cinta kasih di tempat karya.
Mengingat pentingnya memaknai spiritualitas cinta kasih maka para suster yunior membutuhkan dukungan, pendampingan, dan penghargaan positif tanpa syarat agar memotivasi mereka untuk semakin memaknai spiritualitas cinta kasih dalam panggilan hidup membiara.
ABSTRACT
THE MEANING OF CHARITY SPIRITUALITY FOR THE JUNIOR
SISTERS OF SISTERS OF CHARITY DAUGHTERS OF MARY AND
JOSEPH CONGREGATION, INDONESIAN PROVINCE IN 2011
Fransiska Dian Widhowati
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
The topic of this study is the meaning of charity spirituality for the junior sisters of Sisters of Charity Daughters of Mary and Joseph Congregation. The subjects of this study were six junior sisters of the congregation. These subjects were between 25-39 years old. This study aimed to describe the meaning of charity spirituality for the junior sisters of Sisters of Charity Daughters of Mary and Joseph and to find out an effective alternative way to instill spirituality in them.
This qualitative descriptive study applied case study methodology. The data collection methods used were observation, documentation and in-depth interview. The validity of the data was tested using the method of triangulation. The finding of the study showed that the subjects experienced good and bad times in giving meaning to charity spirituality of the congregation. This was due to two main factors, internal factor and external factor. The internal factor was connected to the incomplete processing of the one’s past life experiences, while external factors were connected to life in a community, the current world and society and the inconsistency in the practice of charity in the work place.
Considering the significance of giving meaning to charity spirituality, these junior sisters need support, guidance, and unconditional positive regard to motivate them to give meaning to charity spirituality in the religious life calling.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus untuk kasih dan rahmat yang peneliti alami hingga saat ini. Rahmat ini begitu indah dan kuat sehingga memampukan peneliti menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna Spiritualitas Cinta Kasih bagi Para Suster Yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011”.
Bagi peneliti, skripsi ini bukan sekedar menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan tetapi memuat perjuangan yang panjang dalam menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan suka duka dalam menggali kembali spiritualitas bapa pendiri kongregasi.
Maka dalam rasa syukur, peneliti ingin membagi kebahagiaan atas selesainya proses penyusunan skripsi dengan menghaturkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
3. Dr. CB. Mulyatno Pr, sebagai dosen pembimbing skripsi yang memberikan banyak masukan, pengarahan, dan semangat dalam proses penyusunan skripsi
4. Dr. Gendon Barus, M.Si, yang telah memberikan banyak pengarahan, semangat, dan menjadi teman diskusi dalam proses penyusunan skripsi
5. Br. Yustinus Triyono SJ, S.S, MS, selaku dosen penguji yang berkenan menyediakan waktu dalam pelaksanaan ujian skripsi
6. Drs. T.A Prapanca Hary, M.Si, yang siap sedia memberi masukan dalam proses penyusunan skripsi
7. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma atas pengajaran, bimbingan dan kerja sama selama proses studi
8. Karyawan sekretariat Program Bimbingan dan Konseling yang senantiasa menolong menyediakan surat-surat yang dibutuhkan selama studi dan proses penyusunan skripsi
9. Suster Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef yang telah memberikan kepercayaan, bimbingan, semangat, doa- doa, dan fasilitas yang dibutuhkan penulis
10. Para Suster Kongregasi Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef yang setia mendoakan dan menyemangati dalam proses penyusunan skripsi
11. Sr. Patricia PMY, selaku pendamping yunior yang telah memberikan banyak masukan, dan menjadi teman diskusi selama proses penyusunan skripsi
12. Sr. Crescentiana PMY, sahabat tercinta yang setia mendoakan, mendukung dan mengkoreksi tata bahasa dalam skripsi
13. Para suster yunior Kongregasi Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef yang telah menjawab setiap pertanyaan penelitian dan membantu dalam proses penyusunan skripsi
14. Rm. Sad Budianto CM yang berkenan memberikan masukan dalam bab I –
III skripsi ini
15. Rm. Eko Riyadi Pr yang memberikan masukan tentang St. Yohanes Rasul
16. Beberapa romo yang setia mendoakan dan mendukung : Rm. Endra Wijayanta Pr, Rm. Tejo Kusumantono Pr, Rm. Thomas Kurniawan CM, Rm. Rafael Isharyanto CM, Rm. Augustinus Totok Pr dan Rm. Paulus Susanto Pr
17. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2007 yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama studi
18. Keempat kakak dan bulek saya : Mbak Isti, mbak Keksi, Sr. Agata SFS mbak Lia, dan bulek Endang yang terus memberikan semangat dan doa.
19. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk cinta yang penulis rasakan, Tuhan memberkati Skripsi ini bagaikan mozaik kaca yang perlu terus menerus disempurnakan. Karenanya penulis berharap, semoga hasil karya pemikiran ini berguna dan semakin mendapatkan kepenuhan dari pribadi-pribadi yang membacanya.
Penulis, Fransiska Dian Widhowati
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. iii HALAMAN MOTTO ………………………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. vii ABSTRAK ………………………………………………………….. viii ABSTRACT ………………………………………………………… ix KATA PENGANTAR ……………………………………………… x DAFTAR ISI ………………………………………………………… xiii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………
1 B. Rumusan Masalah …………………………………………..
5 C. Tujuan Penelitian …………………………………………..
6 D. Manfaat Penelitian ………………………………………….
6 E. Batasan Istilah ……………………………………………….
8 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Makna Hidup ……………………………………………….
11
1. Kebermaknaan Hidup Menurut Victor Frankl …………
11
2. Kebermaknaan Hidup Menurut Konstitusi Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria & Yosef ……………….
16 B. Pengertian Cinta Kasih
1. Cinta kasih Menurut Pandangan Beberapa Tokoh Humanistik ………………………………………
19
2. Cinta Kasih dalam Pandangan St. Yohanes Rasul ……
22
3. Cinta Kasih Menurut Pendiri Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef …………..
25
4. Cinta Kasih Menurut Konstitusi Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef …………………
29 C. Memaknai Cinta Kasih dalam Panggilan Hidup Membiara
31 D. Proses Pemaknaan Cinta Kasih dalam Panggilan Hidup Membiara …………………………………………………….
38 BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan ……………………………………………….…… 44
B. Tehnik Pengumpulan Data ……………………………………
45 C. Instrumen Penelitian …………………………………………..
47 D. Lokasi penelitian ………………………………………………
51 E. Subyek penelitian ……………………………………………..
51 F. Sumber data ……………………………………………………
51 G. Tehnik analisis data ……………………………………………
52 H. Masukan-masukan ……………………………………………..
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian hasil penelitian 1. Observasi …………………………………………………..
56 2. Wawancara Mendalam …………………………………….
78 B. Pembahasan ……………………………………………………
83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………..
94 B. Saran …………………………………………………………….
95 C. Tindak lanjut …………………………………………………...
96 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
97 LAMPIRAN ……………………………………………………………. 100
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Matriks Wawancara Mendalam dengan Para
Suster Yunior ………………………………… 101 Lampiran 2 : Daftar Kebutuhan Para Suster Yunior ………… 107 Lampiran 3 : Hasil Observasi ………………………………... 108 Lampiran 4 : Hasil Wawancara……………………………… 127 Lampiran 5 : Studi Dokumentasi …………………………… 160
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. A. Latar Belakang Manusia itu unik, dalam arti bahwa manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupannya. Kemampuan untuk menemukan makna hidup secara khas dimiliki oleh manusia
(CB. Mulyatno, 2009:18). Manusia menjadi diri yang unik dalam relasi timbal balik dengan sesama. Ia menghadapi kesendirian, manusia lahir ke dunia sendirian dan meninggal pun sendirian. Tetapi meskipun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam menjadikan hidupnya bermakna (Corey, 1988:55).
Menurut Frankl (Corey, 1988:74), pencarian makna dalam hidup adalah salah satu ciri manusia. Misalnya, bapak dan ibu ingin bermakna bagi anak- anaknya lewat cara mencintai dan memperhatikan anak-anaknya. Demikian juga dengan anak-anak, mereka ingin menjadi anak yang berbakti dengan mencintai maupun dicintai oleh orang tuanya. Dengan mencintai dan dicintai orang lain, seseorang merasa dirinya berarti dan bahagia. Keinginan-keinginan itu
2
menggambarkan hasrat yang paling mendasar dari setiap manusia, yaitu hasrat untuk memiliki hidup yang bermakna (meaningful).
Keinginan untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia yang mendorong setiap orang untuk melakukan kegiatan, seperti bekerja dan berkarya. Hal ini pun dialami dan dirasakan oleh para suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef. Konstitusi kongregasi PMY menuliskan, “Motto kongregasi ialah In Omnibus Caritas – Cinta kasih di dalam segala-galanya” (Konst. PMY hal.8). Ini berarti bahwa para Suster Putri Maria dan Yosef dipanggil untuk terus menerus memaknai hidup panggilan, hidup bersama, pelayanan, dan akan tetap tabah memenangkan segalanya demi Kristus dengan karya-karya cinta kasih (Konst. PMY hal.8). Akan tetapi, bagaimana mereka memaknai panggilan dan spiritualitas cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari ?
Dari beberapa sharing pengalaman di dalam kongregasi, terungkap keprihatinan mengenai panggilan hidup membiara. Beberapa suster dipandang kurang memaknai kehidupannya. Hidup beberapa suster itu seolah-olah mengalir seperti air, tanpa pembatinan nilai-nilai, dan kurang menampakkan cinta kasih.
Nilai-nilai yang telah disampaikan melalui pendampingan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun sepertinya kurang bergema dalam hidup mereka ketika mereka telah mengucapkan kaul kekal atau menduduki jabatan tertentu. Mereka seolah-olah kurang menunjukkan kesaksian sebagai suster-suster cinta kasih.
Tentu hal ini memprihatinkan jika dikaitkan dengan konstitusi kongregasi PMY
3
yang menuliskan bahwa dari tahun ke tahun para suster terus mencoba dengan semangat yang kuat dan cinta kasih yang hangat, mewujudkan cinta Allah pada saat, tempat, dan lingkungan yang menuntut hal itu (bdk. Konst. PMY no.9). Selain itu, rekomendasi dan keputusan Kapitel Umum 2007 dan Kapitel Provinsi Indonesia tahun 2009 menegaskan kembali semangat cinta kasih dalam kehidupan para suster kongregasi PMY.
Tentang penghayatan spiritualitas Kapitel Umum Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef tahun 2007 menegaskan bahwa :
Para suster memelihara dan terus menerus mengembangkan spiritualitas kongregasi. Konstitusi menyebut tiga ciri khas dan karakteristik dari spiritualitas: Karisma Pendiri dan generasi pertama. Terinspirasi oleh Vincentius sesuai dengan nama Suster Cinta Kasih dan motto In Omnibus
Caritas , dan berakar pada kitab suci dan Injil, perhatian pada St. Maria, Yosef, dan Yohanes (sesuai dengan nama Putri Maria dan Yosef).
Hal ini semakin digarisbawahi oleh hasil keputusan Kapitel Provinsi Indonesia tahun 2009 yang menyatakan bahwa para suster perlu menggali kembali semangat pendiri (Heeren) dengan perhatian khusus pada semangat Vincentian (Suster- suster Cinta Kasih) dan juga semangat dari Maria, Yosef, dan Yohanes (PMY), agar hasil studi Titus Brandsma itu dipublikasikan dalam seri ‘Penggalian kembali’.
Hasil keputusan Kapitel Umum dan Kapitel Provinsi Indonesia ini menegaskan bahwa para suster PMY hendaknya kembali pada semangat awal yang diletakkan oleh bapa pendiri yaitu semangat cinta kasih. Kembali pada semangat awal ini bertujuan agar identitas sebagai Suster Cinta Kasih Putri Maria
4
dan Yosef semakin jelas di tengah arus jaman yang cenderung mengarah pada budaya kematian.
Berdasarkan keadaan nyata dan hasil rekomendasi kapitel tersebut, peneliti melihat dan merasakan ada sejumlah permasalahan yang mesti diangkat ke permukaan, dicermati dan dicarikan alternatif pemecahannya. Peneliti merasa tertantang untuk menggali makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior PMY tahun 2011 yang telah diwariskan oleh bapa pendiri bersumber dari teladan para orang kudus, secara khusus St. Yohanes. Inilah topik penulisan skripsi ini.
Peneliti memfokuskan penelitian pada pemaknaan spiritualitas cinta kasih dalam diri para suster yunior PMY. Merujuk pada pemikiran Frankl, yang dimaksud dengan makna adalah pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai hidup (bdk.Bastaman, 2007:38). Sedangkan spiritualitas cinta kasih merupakan nilai utama yang dipahami dan dihayati oleh para suster PMY.
Subyek penelitian adalah para suster yunior PMY. Mereka merupakan generasi penerus, dan pewaris spiritualitas PMY. Selain itu, para suster yunior berada pada masa yang penting untuk pembentukan kepribadian sebagai seorang religius. Masa yuniorat adalah saat prinsip-prinsip yang telah diletakkan pada masa novisiat diinternalisasikan dalam hidup, dan dilaksanakan dalam karya mereka. Karenanya, selain menggali makna spiritualitas cinta kasih, peneliti juga ingin menggali cara pendampingan yang dapat membantu para suster yunior agar
5
semakin menginternalisasi nilai-nilai cinta kasih dalam panggilan hidup membiara mereka.
B. Rumusan Masalah
Untuk menelaah topik di atas, penulis akan merumuskan 3 permasalahan pokok yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef memaknai spiritualitas cinta kasih dalam panggilan hidup membiara?
2. Mengapa para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef harus memaknai panggilan hidup membiara dalam spiritualitas cinta kasih ?
3. Kesulitan, hambatan, tantangan apa saja yang ditemui para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef dalam memaknai spiritualitas cinta kasih ? Mengingat empat dari enam suster yunior PMY (67%) menghayati spiritualitas cinta kasih di tengah karya dan hanya dua suster (33%) yang sedang menjalani tugas studi, pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah dan penelitian didesain pertama-tama untuk menggali penghayatan mereka terhadap
6
spiritualitas cinta kasih. Dari rumusan penghayatan itu, peneliti mencoba menganalisa kedalaman pemahaman mereka terhadap spiritualitas cinta kasih.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna spiritualitas cinta kasih dalam diri para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef (PMY) dan mencari cara alternatif yang efektif untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan mereka terhadap spiritualitas cinta kasih di tengah tantangan kehidupan mereka sehari-hari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menggali makna spiritualitas cinta kasih dalam kaitannya dengan pelayanan para suster Cinta Kasih Putri
Maria dan Yosef. Manfaat untuk Program Studi Bimbingan dan Konseling yaitu mencari cara alternatif konseling yang efektif yang membantu pengembangan kualitas pemahaman dan penghayatan spiritualitas.
7
2. Manfaat praktis
a. Bagi kongregasi suster cinta kasih Putri Maria dan Yosef Hasil penelitian ini berguna sebagai penggalian kembali warisan dan kekayaan bapa pendiri kongregasi untuk pengembangan terus menerus spiritualitas kongregasi.
b. Bagi para suster cinta kasih Putri Maria dan Yosef Para suster semakin memahami dan menghayati spiritualitas cinta kasih dalam meneguhkan panggilan hidup membiara, dan menjadikan para suster terfokus pada nilai-nilai atau semangat batin spiritualitas cinta kasih dalam perilaku kehidupan keseharian mereka.
c. Bagi tim formasio (pembinaan) Hasil penelitian ini berguna untuk mengenali pemahaman dan penghayatan spiritualitas cinta kasih para suster yunior, agar pendampingan secara berangsur-angsur membentuk mereka menjadi suster cinta kasih yang baik, yang hidup sesuai dengan spiritualitas cinta kasih Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef.
d. Bagi peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Program Studi Bimbingan dan Konseling dan menggali lebih dalam semangat yang telah diwariskan oleh bapa pendiri Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef.
8 E.
Batasan Istilah
1. Spiritualitas Cinta Kasih Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef adalah kekhasan atau inti panggilan membiara para suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef (PMY) yang mengalir dari hati yang hangat, mendorong dinamika hidup yang diungkapkan dalam doa dan diwujudkan dalam pelayanan dan kesaksian hidup.
2. Panggilan hidup membiara adalah panggilan untuk hidup sebagai religius yang merupakan anugerah khusus dari rahmat Allah, yang berakar dalam rahmat pembaptisan. Sebagai jawaban atas panggilan Allah, suster-suster cinta kasih mengabdikan diri di dalam Gereja Yesus Kristus dalam suatu cara yang khusus, bagi sesama yang membutuhkan terutama orang-orang yang lanjut usia, anak-anak yang cacat dan berkebutuhan khusus, dan yang lemah dalam masyarakat (Konst. PMY no. 3 dan 8)
3. Makna (kebermaknaan) adalah pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Manusia selalu mendambakan hidupnya bermakna, karena kebermaknaan hidup merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan yang didambakan dan mereka yang berhasil menemukan serta mengembangkannya akan mengalami kebahagiaan.
9 4. St. Yohanes Pengarang Injil adalah murid dan sahabat karib Tuhan Yesus.
Dialah yang pada perjamuan terakhir bersandar di dada Yesus. Kepadanya, Yesus memercayakan ibunya ketika Ia tergantung di kayu salib. Dia menjadi saksi kematian Yesus dan pada hari Paskah berlari mendahului Petrus ke makam Yesus yang bangkit. St. Yohanes sering disebut sebagai rasul cinta kasih, karena di dalam tulisan-tulisannya dia banyak mengisahkan karya cinta kasih Allah melalui Yesus Kristus
5. Suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef adalah suster yang telah mengucapkan kaul pertama dalam kongregasi dengan kaul yang sifatnya sementara, yang akan diperbaharui setiap satu tahun sekali hingga tahun ke-5.
Adapun indikator yang dijadikan tolok ukur dari pemaknaan spiritualitas cinta kasih dalam penelitian ini antara lain :
1. Pemahaman terhadap spiritualitas cinta kasih.
2. Penghayatan spiritualitas cinta kasih yang terungkap dalam berbagai bentuk kegiatan rohani, seperti doa bersama (Konst. PMY no. 31), doa pribadi (Konst. PMY no. 30), meditasi (Konst. PMY no.33), mengikuti perayaan ekaristi (Konst. PMY no. 31), membaca Kitab Suci dan bacaan rohani (Konst. PMY no. 40), menerima Sakramen Tobat (Konst. PMY no.
10
38 -39), doa devosional (Konst. PMY no. 41), retret (Konst. PMY no. 43) dan merayakan hari-hari besar para pelindung kongregasi (Konst. PMY no. 44-45).
3. Penghayatan spiritualitas cinta kasih yang terwujud dalam pelayanan dan kesaksian hidup yang sederhana dan penuh cinta dalam pengajaran dan pendidikan bagi yang cacat fisik dan mental, orang-orang lanjut usia, yang lemah dalam masyarakat (Konst. PMY no. 1, 7, 8 dan 9), dan sikap terbuka dalam menerima tamu (Konst. PMY no. 23).
BAB II KAJIAN TEORITIS Dalam bab ini dibahas landasan teori yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Topik-topik dalam bab ini adalah makna hidup, pengertian cinta kasih dan memaknai cinta kasih dalam panggilan hidup membiara. Spiritualitas cinta kasih yang menjadi nilai tertinggi kehidupan para suster PMY bersumber dari pengajaran Santo Yohanes Rasul yang dijadikan inspirasi bagi bapa pendiri dan penulisan konstitusi kongregasi PMY. Namun uraian bab ini akan diwarnai dengan beberapa pemikiran Victor Frankl, A. Maslow, Erich Fromm dan Rollo May mengenai kebermaknaan hidup dan pengertian cinta kasih. Uraian ini diharapkan membantu untuk membahasakan makna spiritualitas cinta kasih dalam kongregasi PMY secara lebih sederhana.
A. Makna Hidup 1. Kebermaknaan hidup menurut Victor Frankl
Victor Frankl (Bastaman, 2007) menuliskan bahwa hidup memiliki makna atau arti. Makna hidup tidak hanya terdapat dalam situasi kebahagiaan tetapi juga terdapat dalam situasi penderitaan dan kepedihan. Makna (kebermaknaan) adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup (Bastaman, 2007:38). Makna hidup
12
sungguh-sungguh bersifat khas dan unik bagi manusia yang berbeda dari momen yang satu ke momen berikutnya.
Manusia selalu mendambakan hidupnya bermakna, karena kebermaknaan hidup merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan yang didambakan dan mereka yang berhasil menemukan serta mengembangkannya akan mengalami kebahagiaan (happiness). Lebih lanjut Frankl (Bastaman, 2007:45) menuliskan bahwa setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas untuk menemukan makna hidupnya.
Makna hidup dapat ditemukan dalam pekerjaan atau pelayanan yang dilakukan, dalam keyakinan terhadap harapan, dan kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih. Makna hidup juga ada dalam kehidupan itu sendiri, dalam setiap keadaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, dalam keadaan bahagia atau sedih, dalam penderitaan atau sukacita. Ungkapan “Hikmah dalam Musibah” atau “Blessing in
Disguise ” hendak menunjukkan bahwa dalam penderitaan terberat sekalipun tetap tersembunyi makna hidup yang mesti ditemukan (Bastaman, 2007:46).
Frankl menuliskan (Bastaman, 2007:46) bila hasrat itu dapat dipenuhi, maka kehidupan yang dirasakan berguna, bermakna (meaningful) akan dirasakan, tetapi berbanding terbalik jika hasrat itu tidak terpenuhi maka akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna (meaningless).
Seseorang yang menghayati hidup bermakna menunjukkan corak kehidupan
13
penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki tujuan hidup jangka pendek, menengah maupun panjang yang jelas. Dengan demikian, kegiatan- kegiatan mereka pun menjadi lebih terarah dan dapat dirasakan kemajuan- kemajuan yang didapatkan. Seseorang yang menghayati hidup bermakna mampu pula menemukan aneka ragam pengalaman baru dan hal-hal yang menarik yang akan menambah kekayaan kehidupan mereka. Selain itu mereka juga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya.
Kalaupun pada suatu saat terdapat situasi yang tidak menyenangkan atau berhadapan dengan penderitaan, orang yang menghayati hidup bermakna akan menghadapinya dengan tabah, dan sadar bahwa senantiasa ada hikmah yang tersembunyi di balik penderitaannya.
Kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi dan menemukan makna hidup merupakan hal yang sangat berharga dan tinggi nilainya. Hal ini menantang seseorang untuk mencapainya secara bertanggung jawab. Kemampuan mencintai dan menerima cinta kasih orang lain, serta menyadari cinta kasih merupakan salah satu hal yang menjadikan hidup ini bermakna.
Frankl (Bastaman, 2007:47) mendeskripsikan bahwa dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai- nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya
14
apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai (values) ini adalah creative values, experiential values, dan attitudinal values. Creative atau nilai- nilai daya cipta adalah kegiatan berkarya, bekerja,
values
mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Makna diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang-orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu (Duane Schultz, 2008:155). Tekun dalam suatu pekerjaan dan terus menerus meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha mengerjakannya dengan sebaik-baiknya adalah salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Sementara experiential values atau nilai- nilai pengalaman adalah keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, keimanan, serta cinta kasih (Bastaman, 2007:48). Nilai-nilai pengalaman menyangkut penerimaan dari dunia. Artinya bahwa setiap individu dapat memenuhi makna kehidupan dengan mengalami beberapa segi kehidupan secara intensif, walaupun individu tersebut tidak melakukan suatu tindakan yang positif (Duane Schultz, 2008:155). Misalnya, seorang pecinta musik yang memperhatikan pertunjukkan orkestra yang disukainya. Pada saat itu, orang itu sungguh hanyut dalam pengalaman keindahan alunan musik. Orang tersebut mengalami pengalaman yang oleh A. Maslow disebut sebagai pengalaman
15
puncak (the peak experience). Frankl mengemukakan bahwa satu momen puncak dari nilai pengalaman dapat mengisi seluruh kehidupan seseorang dengan makna (Duane Schultz, 2008:156).
Nilai-nilai kreatif dan nilai-nilai pengalaman berbicara tentang pengalaman manusia yang kaya, penuh, dan positif, yaitu suatu kepenuhan hidup dengan menciptakan atau mengalami. Tetapi, ada kekuatan-kekuatan dan peristiwa-peristiwa di luar kendali manusia yang memaksa kehidupan manusia pun menemukan makna. Di sinilah nilai ke-tiga, attitudinal values atau nilai-nilai sikap mulai berperan. Nilai-nilai sikap adalah kemampuan untuk menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin terelakkan lagi, misalnya pengalaman sakit atau kematian (Bastaman, 2007:49). Pengalaman buruk yang menimbulkan keputusasaan dan tampaknya tidak memiliki harapan, dilihat Frankl sebagai situasi yang memberikan manusia kesempatan untuk menemukan makna dan situasi itu juga sangat menuntut agar makna ditemukan (Duane Schultz, 2008:156).
Dengan memasukkan nilai-nilai sikap sebagai cara memberi makna bagi kehidupan, Frankl memberi sebuah harapan bahwa kehidupan manusia, dalam keadaan buruk, dapat bercirikan makna. Kehidupan manusia mengandung makna sampai momen kehidupan yang terakhir. Karena itu
16
manusia diwajibkan untuk menyadari dan bertanggung jawab akan makna hidupnya (Duane Schultz, 2008:157).
Makna hidup menurut Frankl (Bastaman, 2007:51) memiliki beberapa sifat khusus yaitu : a. Makna hidup bersifat unik, pribadi, dan temporer. Artinya, apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti untuk orang lain serta mungkin pula berubah dari waktu ke waktu.
b. Makna hidup memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan- kegiatan kita sehingga makna hidup menantang dan memanggil kita untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan- kegiatan kita pun menjadi terarah kepada kepenuhan itu.
2. Kebermaknaan hidup menurut Konstitusi Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef
Konstitusi kongregasi PMY tidak secara eksplisit menuliskan kebermaknaan hidup. Peneliti mencoba menggali dari riwayat hidup Rm.
Heeren sebagai pendiri kongregasi Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef, dan maksud dibalik tulisan-tulisan yang termuat dalam konstitusi.
Konstitusi PMY dapat dianalogikan sebagai air sumber hidup yang mengalirkan atau melahirkan visi. Visi ini berguna untuk memberi kualitas,
17
makna dan tujuan yang jelas bagi para suster PMY. Visi mempunyai dasar yang benar yang datang dari firman Allah.
Pada pembahasan mengenai makna hidup ini, peneliti akan memfokuskan pada konstitusi PMY no. 1 – 8, karena nomor-nomor itu memuat dasar dan tujuan kongregasi. Konstitusi PMY no.1 berbunyi :
Kongregasi “Suster-suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef” yang didirikan di kota s’Hertogenbosch adalah kongregasi kepausan. Kita dibangun sebagai persekutuan religius dan tahu bahwa kita telah dipanggil untuk menyediakan diri dalam suatu cara yang khusus, bagi sesama yang membutuhkan, terutama orang-orang yang lanjut usia, anak-anak yang cacat, dan yang lemah dalam masyarakat. Dasar dan inspirasinya kita dapatkan dalam Kabar Gembira Yesus Kristus. Kita menganggap Injil sebagai pedoman hidup kita yang utama.
Konstitusi PMY no.1 menyampaikan bahwa hidup bergerak dari gambaran universal, atau nilai-nilai universal. Ini berarti bahwa para suster PMY harus mampu menerjemahkan dan memaknai nilai-nilai universal, misalnya nilai cinta kasih dalam kesaksian hidup mereka sehari-hari. Dalam nomor ini dimaksudkan juga bahwa para suster PMY hidup dalam persekutuan religius yang sama-sama memiliki ikatan dengan Allah. Ikatan yang mengatasi ikatan darah dan daging. “…,dipanggil untuk menyediakan diri dalam suatu cara yang khusus”, berarti para suster PMY mampu membawa kabar gembira Yesus Kristus; kabar pembebasan bagi mereka
18
yang membutuhkan: orang lanjut usia, anak-anak yang cacat dan lemah dalam masyarakat.
Pada saat pendirian kongregasi, pendiri memberikan nama kepada kongregasi “Suster-suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef” (Konst. PMY no. 2). Nama ini menunjukkan kualitas yang ingin dibangun, kenyataan yang dialami dan identitas diri dihadapan hidup dan Allah. Pendiri mengharapkan bahwa para suster PMY memaknai terus menerus cinta kasih dengan nama Putri Maria dan Yosef.
Harapan Rm.Heeren sebagai pendiri kongregasi terlahir dari pengalaman saat beliau berjumpa dengan banyak orang miskin pada waktu beliau pergi melalui perkampungan dan lorong-lorong kota yang kotor dan kumuh. Banyak anak terlantar dan orang tua miskin berkeliaran di kota, sebagai korban peperangan revolusi Perancis. Melihat kenyataan itu, Rm.Heeren tergerak secara mendalam oleh belaskasih dan beliau berusaha memberikan pertolongan (Konst. PMY hal. 8).
Rm.Heeren menganggap cinta kasih Yesus yang memiliki hati seluas samudera menjadi spiritualitas kongregasi yang didirikan (Konst. PMY no. 6). Hati adalah tempat Allah menanam hukum kehidupan, hukum kasih dan tempat untuk membangun kearifan hidup. Hati yang dipenuhi oleh hukum kasih akan selalu bergerak keluar dan mendorong untuk bertindak berdasarkan hukum kehidupan, yaitu memperhatikan orang yang lemah, berdosa, tersingkir, dan miskin. Bertindak dalam hukum kehidupan juga
19
berarti bertindak berdasarkan gerak hati yang terus menerus ditandai oleh kebersatuan dengan Tuhan. Karenanya di dalam semangat kebersatuan hati dengan hati Yesus, dan menurut petunjuk-petunjuk pendiri, para suster PMY menghayati terus menerus cinta kasih Allah dan tetap mengakui Yesus Kristus sebagai satu-satunya dasar (Konst. PMY no. 7). Penghayatan itu diwujudkan dalam kesaksian hidup dan karya-karya kongregasi yaitu mendampingi para lansia, pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, anak-anak cacat, dan yang lemah dalam masyarakat (Konst. PMY no 1 dan 8).
Jadi hidup bermakna menurut konstitusi adalah kemampuan menerjemahkan dan memaknai nilai-nilai universal, misalnya nilai cinta kasih dalam kesaksian hidup sehari-hari. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Frankl yang mengatakan bahwa makna adalah pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
B. Pengertian Cinta Kasih 1. Cinta kasih menurut pandangan beberapa tokoh humanistik a. Abraham Maslow
Cinta (kasih) menurut Abraham Maslow merupakan kebutuhan manusia yang berada di urutan ketiga dalam piramida kebutuhan dasar manusia. Maslow mendefinisikan cinta (yang dia ambil dari rumusan
20
Carl Rogers) dengan “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati”. Maslow (Howard S. Friedman dan Miriam W.
Schustack, 2008) mendeskripsikan dua tipe cinta, being love (disebut B- ) dan deficiency love (disebut D-love). Orang bertipe D-love bersifat
love
memikirkan diri sendiri dan tergantung, sementara orang bertipe B-love lebih teraktualisasi diri dan membantu orang lain untuk mencapai aktualisasi diri.
b. Erich Fromm
Erich Fromm (Gregory Feist, 2008:168-169) mendeskripsikan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan. Komponen positif dari kebutuhan keterhubungan adalah cinta; dan hanya cinta yang dapat menghasilkan kepenuhan autentik. Fromm mengkombinasikan perspektif humanistik (eksistensial) dan psikoanalitik dalam teorinya tentang cinta. Fromm tidak mendeskripsikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis (Duane Schultz, 1991:67), tetapi melihat cinta sebagai sebuah karakteristik yang unik yang memanusiakan pria dan wanita, hasil positif dari perjuangan individu untuk bergabung dengan individu lain, dan suatu kecenderungan untuk mencapai keharmonisan.
Fromm (Gregory Feist, 2008:169) mendeskripsikan bahwa cinta yang produktif bercirikan kepedulian terhadap orang lain, menghargai
21
perkembangan orang lain, dan memiliki pengetahuan akan partnernya.
Dalam cinta yang produktif, diri orang yang mencintai tidak terserap atau hilang dalam cinta terhadap orang lain. Diri dalam cinta yang produktif tidak berkurang tetapi diperluas, dibiarkan terbuka seluasnya (Duane Schultz, 1991:72).
c. Rollo May
Rollo May (Gregory Feist, 2008:307) menjelaskan cinta sebagai kesenangan terhadap kehadiran orang lain karena memiliki penilaian dan cara pandang yang sama. May mengidentifikasikan empat jenis cinta di dalam tradisi Barat yaitu seks, eros, filia dan agape.
1) Seks Seks adalah fungsi biologis yang dapat dipuaskan lewat hubungan kelamin atau peredaan tegangan seksual. May menunjukkan bahwa masyarakat beranjak dari periode dimana melakukan hubungan seks dipenuhi oleh rasa bersalah dan kecemasan menuju periode dimana melakukan hubungan seks tidak mendatangkan rasa bersalah dan kecemasan.
2) Eros Eros adalah hasrat psikologis yang mencari prokreasi atau kreasi melalui sebuah penyatuan kekal dengan pribadi yang dicintai. Eros
22
dibangun di atas perhatian dan kelembutan. Eros menjadi syarat untuk membangun sebuah penyatuan kekal dengan pribadi lain.