Program Kepala Sekola Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP Negeri 1 Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository

  

PROGRAM KEPALA SEKOLAH UNTUK

MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI SMP N 1

KEDUNGJATI KECAMATAN KEDUNGJATI

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

  

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

MIFTAKHUN NURUL JANNAH

  

NIM 111 11 011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2016

  

MOTTO

            

  

    

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

  

( AL AHZAB : 21 )

  

PERSEMBAHAN

  Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Bambang Wiryanto dan Ibu Trismiyati, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku bisa bangkit dari rasa malas demi meraih masa depan dan cita- cita.

  2. Adikku Syifa Fitri Choirullah yang selalu mendukungku dan selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Simbah kakung H. Samsi yang sudah menanti-nanti cucunya untuk bisa menyelesaikan tugas akhir kuliyahnya demi meraih masa depan yang sukses.

  4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum yang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Sahabatku Siti Nina Nur Anisa, Nurus Sa’adah, Arifah Wulandari, Dewi Uswatun Khasanah, Setya Ayu Arizka, Nafiatul Khasanah, Luluil Hidayah dan Khairus sa’adah , yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

  6. Seseorang yang selalu menemani dan memotivasi dalam setiap langkahku 7.

  Pengasuh PP. Al-Hasan (KH. Ichsanuddin) serta para Ustadz-Ustadz yang senantiasa mendo’akan dan membimbing dalam menuntut ilmu.

  8. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Kampus yaitu kelas PAI A angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya di

  IAIN Salatiga yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam hal apapun serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat.

KATA PENGANTAR

  Asslamu’alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

  4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum., selaku pembimbing akademik.

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Jannah, Miftakhun Nurul. 2016. Program Kepala Sekola Untuk Menciptakan

  Suasana Religius di SMP Negeri 1 Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum.

  Kata kunci: Kepala Sekolah Menciptakan Suasana Religius Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius itu perlu dukungan dari

berbagai pihak baik dari guru ,karyawan maupun para peserta didik demi terciptanya

suasana religius di sekolah. Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat

berkorban, semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia

lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi sholat

berjamaah, gemar bersedekah, rajin belajar dan perilaku yang mulia lainnya. Adapun

fokus penelitian ini adalah: (1) Apa upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana

religius di SMP N 1 Kedungjati ? (2) Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang

keberhasilan menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

  Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah ingin menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya . Tehnik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Studi kasus ini melibatkan berbagai pihak, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum, guru.

  Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius perlu dukungan dari semua warga sekolah, untuk menciptakan suasana religius sekolah mengadakan pembiasaan kegiatan yang berbau keagamaan (2) a) Faktor pendukungnya antara lain: kepemimpinan kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik b) Sedangkan faktor

  Kurangnya kesadaran baik dari guru maupun murid untuk ikut

  penghambatnya adalah:

  

serta dalam kegiatan yang menunjang terciptanya suasana religius sekolah, Tempat

fasilitas mushalla yang belum memadai untuk melakukan ibadah secara berjamaah, air

tidak cukup saat musim kemarau, Kurang ketegasan dari pimpinan

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v MOTTO .......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

Daftar Lampiran …………………………………………………………… xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8 C.

Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

D.

Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

E.

Penegasan Istilah ........................................................................................... 9

F. Metode Penelitian ......................................................................................... 13 G. Metode Analisis Data………………………………………………… 16 H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 18

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Upaya Kepala Sekolah .................................................................................... 20 B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas ............................................................................ 22 2. Dimensi-dimensi Religius ......................................................................... 25 3. Fungsi Religiusitas .................................................................................... 28 4. Wujud Budaya Religius di Sekolah ........................................................... 30 5. Bentuk-bentuk Religiusitas………………………………………. 37 6. Menerapkan Strategi Suasana Religius…………………………... 49 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Lokasi Penelitian…………........................................................... 54 2. Identitas Sekolah........................................................................... 54 3. Visi dan Misi................................................................................ 55 4. Tujuan Sekolah....................................................................... ….. 58 5. Data Guru dan Karyawan………………………………………… 64 6. Data Siswa……………………………………………………….. 68 7. Sarana dan Prasarana.................................................................... 70 8. Ekstrakurikuler.............................................................................. 71 B. Upaya Menciptakan Suasana Religius ……………………………… 72 C. Faktor Pendorong dan Penghambat…………………………………. 75

  BAB IV PEMBAHASAN A. Upaya Kepala Sekolah Menciptakan Suasana Religius .................................. 80 B. Upaya Penciptaan Suasana Religius ............................................................... 83 C. Faktor Pendorong dan Penghambat .............................................................. 84 D. Proses Menciptakan Suasana Religius……………………………… 86 E. Hasil Menciptakan Suasana Religius…………………………………. 89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................... 87 B. Saran .............................................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I Data Guru

  ………………………………………………………….. 64 Tabel II Data Karyawan ……………………………………………………. 64 Tabel III Data Siswa ………………………………………………………… 68 Tabel IV Sarana dan Prasarana

  ………………………………………………. 70 Tabel V Daftar Kegiatan Ekstra Kurikuler…………………………………. 71

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Riwayat Hidup Penulis 3. Lembar Konsultasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk

  meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mencetak generasi muda yang berprestasi. Pendidikan itu sangat berperan penting dalam kehidupan, dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan. Pendidikan akan samakin berkembang pesat apabila orang- orang disekitar peduli akan pendidikan, terutama peran orang tua dan keluarga dalam mendidik anaknya itu sangatlah berpengaruh dan masyarakat sebagai motivasi untuk meraih cita-cita dalam mewujudkan perubahan terhadap kemajuan zaman yang semakin canggih dan modern, terutama peran tenaga pendidik yang selalu sabar dan ikhlas dalam membimbing peserta didiknya untuk memperoleh pendidikan.

  Menurut Zamroni dalam Mulyasa (2007: 5-6) menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup dan sikap dalam hidup, agar kelak ia dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya di tengah-tenagh masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.

  Pendidikan dapat diartikan segala proses, usaha dan tekat yang dilakukan seseorang untuk mencapai perkembangan yang sangat pesat bagi dirinya maupun bagi lingkungan sekitar, karena pendidikan itu perlu diterapkan kepada anak mulai sejak dini. Salah satu keberhasilan pendidikan itu pasti ada campur tangannya dengan para tenaga pendidik contohnya di lembaga pendidikan sekolah merupakan sarana yang paling penting untuk menunjang proses belajar mengajar bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan. Upaya sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan pasti ada peran kepala sekolah demi mewujudkan pendidikan.

  Usaha sekolah dalam mewujudkan budaya religius sekolah tidak akan tercapai secara optimal bila tidak didukung oleh semua komponen sekolah seperti guru, karyawan, siswa bahkan para orangtua siswa. Mereka dalam bahasa manajemen disebut sebagai pelanggan internal pendidikan.

  Secara lebih rinci, Salis membagi dua kelompok, yaitu: internal customer (pelanggan internal) meliputi : pegawai, pelajar, dan orangtua pelajar; dan

  

external customer (pelanggan eksternal) meliputi : perguruan tinggi, dunia

bisnis, militer dan masyarakat luas.

  Semua jenis pelanggan tersebut adalah hal penting yang harus dikenali oleh lembaga pendidikan atau kepala sekolah untuk kerjasama antara supervisor (penyelia) dan pelanggan pendidikan agar menghasilkan lulusan yang dapat memuaskan para pelanggan pendidikan.

  Kepala sekolah yang dalam hal ini berperan sebagai seorang manajer harus menarapkan perilaku yang berbeda dalam melibatkan mereka dalam aktivitas pendidikan, yaitu kepala sekolah harus mampu menggerakkan para guru, karyawan dan semua siswa untuk berperan secara maksimal sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

  Strategi dapat dilakukan untuk menggerakkan beberapa komponen tersebut antara lain:

  1. Motivating (memberi motivasi) Motivasi adalah daya dorong yang dimiliki seseorang pegawai baik yang bersifat intrisik maupun ekstrinsik yang membuatnya mau dan rela bekerja sekuat tenaga dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

  Untuk membangkitkan motivasi guru dan karyawan, maka kepala sekolah harus jeli dalam melihat setiap harapan, keinginan dan kebutuhan mereka. Seseorang yang terpenuhi kebutuhannya, maka dia akan menunjukkan komitmen kerja yang tinggi, sebaliknya seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhannya maka akan cenderung menunjukkan resistance (perlawanan) yang akan menghambat tercapainya tujuan lembaga.

  2. Developing (mengembangkan) Dalam mengembangkan (developing), salah satu perilaku yang sering dilakukan adalah memberi latihan (coaching) dan bimbingan (montoring).

  3. Supporting (memberi dukungan) Memberi dukungan adalah perilaku kepemimpinan yang diwujudkan dalam bentuk memberi pertimbangan

  (consideration) dan perhatian (attention) terhadap kebutuhan dan keinginan para bawahan.

4. Recognizing (memberi pengakuan)

  Memberi pengakuan (Recognizing) adalah perilaku memberi pujian dan memperlihatkan apresiasi kepada pegawai untuk mencapai kinerja yang efektif. Tujuan pemberian pengakuan ini adalah untuk memperkuat perilaku yang diinginkan serta terciptanya komitmen yang kuat terhadap keberhasilan tugas.

  Adapun beberapa strategi dalam memberi pengakuan yaitu: a.

  Mengakui setiap keberhasilan b.

  Mengakui perbaikan-perbaikan dalam kinerja c. Mengakui usaha pegawai meskipun gagal d.

  Berilah pengakuan tepat pada waktunya e. Gunakan bentuk pengakuan yang cocok 5. Rewarding (memberi imbalan)

  Memberi imbalan (Rewarding) adalah kategori perilaku kepemimpinan menyangkut pemberian manfaat yang berwujud (tangible benefits) kepada pegawai. Imbalan-imbalan tersebut dapat berupa kenaikan gaji, promosi jabatan, beasiswa studi lanjut serta pendelegasian-pendelegaian yang mendidik. Beberapa strategi dalam memberi imbalan yaitu: a.

  Menetapkan prosedur pemberian b.

  Mencari tahu imbalan apa yang menarik c. Sesuaikan dengan standar kerja yang telah dicapai d.

  Berilah imbalan pada waktu yang tepat (Sahlan, 2009 : 56- 60).

  Kepala sekolah merupakan posisi yang sangat penting dalam suatu sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik.

  Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terdapat berbagai dimensi, yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, tempat terjadinya proses belajar mengajar, dan tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Oleh karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. ‘Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.’

  Secara sederhana, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa.

  ‘Kepala sekolah adalah mereka yang banyak menentukan irama bagi sekolah mereka.’ Rumusan tersebut menunjukkan pentingnya peranan kepala sekolah visioner dalam menggerakkan kehidupan sekolah guna mencapai tujuan. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah (Deni dan Halimah, 2008 : 24-25).

  Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius itu perlu dukungan dari berbagai pihak baik dari guru ,karyawan maupun para peserta didik demi terciptanya suasana religius di sekolah.

  Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat berkorban, semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi shalat berjamaah, gemar bersodaqoh, rajin belajar dan perilaku yang mulia lainnya.

  Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagi tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.

  Oleh karena itu, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan (religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui: kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku warga sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta religious culture tersebut dalam lingkungan sekolah.

  Saat ini, usaha penanaman nilai-nilai religius dalam rangka mewujudkan budaya religius sekolah dihadapkan pada berbagai tantangan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan dihadapkan pada keberagamaan siswa, baik dari sisi keyakinan beragama maupun keyakinan dalam satu agama. Lebih dari itu, setiap siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pembelajaran agama diharapkan menerapkan prinsip-prinsip keberagamaan sebagai berikut:

  1. Belajar Hidup dalam Perbedaaan

  2. Membangun Saling Percaya (Multual Trust)

  3. Memelihara Saling Pengertian (Multual Undestanding)

  4. Menjunjung Sikap Saling Menghargai (Mutual Respect)

  5. Terbuka dalam Berfikir

  6. Apresiasi dan Interdependensi 7. Resolusi Konflik (Asmaun, 2010 : 76-77).

  Berawal dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji hal tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul skripsi ‘‘Program Kepala Sekolah Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP

  

N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun

2015”.

B. Rumusan Masalah

  Atas dasar latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang muncul untuk mendapatkan jawaban pada peneliti ini adalah:

1. Apa upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP

  N 1 Kedungjati Kecamatan kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ?

  2. Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang keberhasilan menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ? 3. Bagaimana hasil upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui apa saja upaya kepala sekolah dalam meningkatkan keberhasilan dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015.

  2. Untuk mengetahui faktor apa yang menghambat dan menunjang keberhasilan dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015.

3. Untuk mengetahui hasil apa saja dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Grobogan Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

  Sedangkan manfaat diadakannya penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis a.

  Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi.

  b.

  Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam aspek program kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di sekolah.

2. Secara Praktis a.

  Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan dalam menciptakan suasana religius di sekolah b.

  Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna menciptakan suasana religius di sekolah.

E. Penegasan Istilah 1.

  Upaya Kepala Sekolah a.

  Pengertian Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh, bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Pada saat menjadi guru, tugas pokoknya adalah mengajar dan membimbing siswa untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Adapun kepala sekolah tugas pokoknya adalah

  ‘memimpin’ dan ‘mengelola’ guru beserta stafnya untuk bekerja sebaik-baiknya demi mencapai tujuan sekolah (Deni dan Halimah, 2008 : 67).

2. Religiusitas.

  b.

  Pengertian Religiusitas Apa itu religius? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:

  198) dinyatakan bahwa religius berarti: bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan) (Muhaimin, 2005 : 61-62).

  Agama sebagai salah satu nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dapat membentuk corak dan dinamika kehidupan bermasyarakat, karena agama dapat menjadi sumber inspirasi, pengerak dan juga berperan sebagai pengontrol bagi kelangsungan dan ketentraman hidup suatu kelompok masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya membentuk kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan dilingkungan kehidupan yang masing-masing kelompok memiliki corak dan ciri tersendiri yang membedakan dengan kelompok masyarakat lainnya.

  Demikian pula di sekolah sebagai lembaga sosial yang di dalamnya terjadi upaya pembiasaan atau pembudayaan terhadap nilai-nilai tertentu, termasuk di dalam nilai-nilai agama sebagai acuan moral bagi masyarakat umum. Pembudayaan itu dilakukan melalui proses pembelajaran atau pembimbingan baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas.

  Sekolah merupakan satuan organisasi sosial yang bergerak di bidang pendidikan formal yang di dalamnya berlangsung penanaman nilai-nilai budaya yang diupayakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari sekolah inilah berlangsungnya pembudayaan berbagai macam nilai yang diharapkan dapat membentuk warga masyarakat yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan sebagai bekal hidup peserta didik di masa yang akan datang.

  Budaya sekolah berarti memberi pengertian bahwa sekolah perlu didudukan sebagai suatu organisasi yang di dalamnya terdapat individu-individu yang memiliki hubungan dan tujuan bersama. Tujuan itu diarahkan untuk memenuhi kebutuhan individu-individu atau memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan.

  Menurut Muhaimin (2009: 112-113), budaya sekolah merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan asumsi, pemahaman, dan harapan- harapan yang diyakini oleh warga sekolah serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah (internal dan eksternal) yang mereka hadapi . Dengan kata lain, bahwa budaya sekolah merupakan semangat, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan sekolah atau kebiasaan-kebiasaan warga sekolah secara konsisten dalam menyelesaikan masalah.

  Walupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat namun memiliki ciri-ciri khas sebagai suatu sub-culture.

  Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum.

  Suatu sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga pengembangan watak dan karakter siswa, serta mengacu pada 4 tingkatan kecerdasan yaitu : kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan keserdasan sosial (Muhaimin, 2001 : 112- 113).

  Melatih diri untuk senantiasa hidup bersih lahir batin adalah suatu tuntutan yang harus dijalani. Namun, langkah itu sangat bergantung pada keseriusan dan tekad diri kita sendiri. Pola hidup bersih harus berawal dari diri sendiri. Mulailah berlatih hidup bersih dari hati, lisan, sikap, dan tindakan (Abdullah, 2002 : 47). upaya untuk mewujudkan suasana religius di sekolah bisa diterapkan dengan melatih pola hidup bersih kepada peserta didik mulai sejak dini, karena kebersihan itu ibadah yang paling ringan dikerjakan apabila mengerjakannya dengan ikhlas, agar meningkatkan moral religiusitas peserta didik di sekolah dapat diwujudkan dengan cara ibadah dan muamalah.

  c.

  Pengertian Ibadah Kata ibadah terambil dari akar dari abada yang biasa diartikan antara lain dengan mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan sebagainya. Sehingga tidak heran bila beberapa kamus-kamus bahasa mengemukakan definisi ibadah berdasarkan arti-arti tersebut.

  Sebagaimana perkataan Ibadah ini mempunyai ma’na yang jami’, maka perkataan Ibadah ini mempunyai ma’na yang jami’ pula. Yakni, dapat dimasukkan ke dalam perkataan mu’amalah segala rupa hukum.

  Mu’amalah ditinjau dari jurusan tasawwuf, terbagi dua : 1. Mu’amalah dengan Tuhan yang diciptakan 2. Mu’amalah dengan makhluk (para hamba dan lain-lain) (Hasbi, 1987 : 1-7).

  Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah ketaatan dan keyakinan seseorang di dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Oleh sebab itu pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.

  Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah ingin menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya.

  2. Kehadiran peneliti Sesuai pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna memperoleh makna. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat penting yaitu peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpulan data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian .

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015/2016.

4. Sumber Data

  Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian ini diperoleh. Apabila peneliti misalnya menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan, baik tertulis maupun lisan. Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi: a.

  Data Primer: data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

  b.

  Data Sekunder: Data yang didapat dari catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpulan data (Wiratna, 2014 : 73-74).

5. Teknik Pengumpulan Data

  Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu; a.

  Wawancara Wawancara adalah salah satu instrument yang digunakan untuk menggali data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita mendapatkan data yang valid dan detail (Wiratna, 2014 : 74). Atau secara sederhana wawancara diartikan sebagai alat pengumpulan data dengan mempergunakan Tanya jawab antara pencari informasi dan kepala sekolah.

  Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang : 1)

  Peran kepala sekolah dalam menciptakan suasana relegius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

  2) Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1

  Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

  b.

  Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti (Wiratna, 2014 : 75).

  Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 yang meliputi: wawancara, letak geografis, keadaan siswa.

  c.

  Dokumentasi Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada di SMP N 1 Kedungjati.

G. Metode Analisis Data

  Menurut Miles dan Faisal dalam Wiratna (2014: 34-35) analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah semua data terkumpul dengan teknik analisis model interaktif: Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

  Data yang diperoleh ditulis dalam laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkuman, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilih-milih berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tetang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

  2. Penyajian Data Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

  3. Penyimpulan dan Verivikasi Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap- tahap selanjutnya akan semakin tegas daan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu diverivikasi.

H. Sistematika Penulisan

  Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab-bab yang berdiri sendiri-sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan yang lainnya karena keseluruhan bab merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi beberapa sub bab yang saling berhubungan. Dengan diharapkan terbentuk sistem penulisan dan pembahasan yang sistematis.

  BAB 1 : PENDAHULUAN Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Metode Analisis Data, Sistematika Penulisan Skripsi. BAB 11 : KAJIAN TEORI Berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan landasan teori tentang peran kepala sekolah dan suasana religius di sekolah.

  BAB 111 : HASIL PENELITIAN Berisi paparan data dan gambaran umum SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dan hasil wawancara. BAB 1V : PEMBAHASAN Berisi tentang pembahasan yang merupakan bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang program kepala sekolah untuk menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2015/2016.

  BAB V : PENUTUP Menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, saran- saran dalam penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI A. Upaya Kepala Sekolah Upaya kepala sekolah sangat besar karena kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan yang tertinggi dalam suatu sekolah.

  a.

  Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik) Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. (Mulyasa, 2007 : 98-101).

  b.

  Kepala Sekolah sebagai Manajer Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (Mulyasa, 2007 : 103). c.

  Kepala Sekolah sebagai Administrator Kepala sekolah administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan (Mulyasa, 2007:107).

  d.

  Kepala Sekolah sebagai Supervisor Kependidikan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan (Mulyasa, 2007 : 111).

  e.

  Kepala Sekolah sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader harus memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi (Mulyasa, 2007 : 115).

  f.

  Kepala Sekolah sebagai Innovator Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif (Mulyasa, 2007:118).

B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas.

  Religiusitas Menurut Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Religi : Agama, kepercayaan), ( Religius : Yang bersifat keagamaan) (Sulisman dan Sudarsono, 1994 : 198).

  Religi mencakup kehidupan keagamaan baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian yang mengatur hubungan dengan Yang Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya (Said, 2003 : 177).

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “religius” adalah bersifat religi, yang bersangkut paut dengan religi, sedangkan “religi” merupakan patuh pada ajaran agama, saleh. Agama adalah hal yang paling mendasar dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan, karena agama memberikan dan mengarahkan fitrah manusia, memenuhi kebutuhan batin, menuntun kepada kebahagiaan dan menunjukan kebenaran.

  Keberagamaan atau religiusitas (kata sifat: religius) tidak selalu identik dengan agama. Agama lebih menunjukkan kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan keberagamaan atau religiusitas lebih melihat kepada aspek yang “di dalam lubuk hati nurani” pribadi ( Muhaimin, 2008:288). Oleh karna itu, religiusitas atau sifat religius lebih dalam dari agama yang tampak formal.

  Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragam bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

  Menurut Glock & Stark dalam ( Ancok dan Suroso, 1994: 76) Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Jadi Agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

  Budaya religius sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius (keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam al- Qur’an surat al Baqarah ayat 208

  

         

      

  Artinya:

  “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke

dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah

syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Sahlan,

  2010: 75).

  Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah keagamaan bersifat religi meliputi berbagai macam dimensi, keyakinan seseorang di dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya, perilaku yang tercemin untuk diwujudkan untuk kehidupan manusia sehari-hari dengan simbol dan nilai sebagai adanya makna kepercayaan dalam berbagai agama.

2. Dimensi-dimensi Religiusitas.

  Religiusitas menurut Glock & Stark dalam Ancok dan Suroso (1994: 77-78) ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama

  (ritualistic), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).

  a. dimensi keyakinan

  Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

  b. dimensi praktik agama.