PENGARUH KETELADANAN ORANG TUA TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I D ESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0

  

PENGARUH KETELADANAN ORANG TUA TERHADAP

KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI

DUSUN DOPLANG I D ESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 1 0

  S K R

  I P S

  I Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

  

SUNARTO

NIM: 11408014

  

JURUSAN TAREJYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

  Website:

  . id EmaU:administrasi(a)stainsalati gg. ac. id

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 Eks Hal : Naskah Skripsi

  Saudara Sunarto

  Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di - Salatiga

  A S S A L A M U A L A IK U M , WR. WB

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Sunarto NIM : 11408014 Jurusan : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH KETELADANAN ORANGTUA TERHADAP

  KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I DESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  W A S S A L A M U ’A L A IK U M , W R.fVB

  KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAhi NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

   Eumi\\administrasi(asstainsalatiea.ac.id Website:

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi Saudara : SUNARTO dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408014 yang beijudul: PENGARUH KETELADANAN ORANGTUA TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I DESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam.

  28 Agustus 2010 M Salatiga, ------------------------------

  18 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian

  Sbkretaris Sidang

  m P r r M

Dr. Imam Sutomo, M. J ahmat Ha^ivadi, M.Pd

  19580827 198303 1 19670112 199203 1 005

  Dra. Hi. Woro Retnaningsih, M.Pd Abdul Aziz N.P. I . MM

  NIP. 19681017 199303 2 002 NIP. 19701028 200C 1 001

  NIP. 19670307 199403 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SUNARTO NIM : 11408014

  Judul Skripsi : PENGARUH KETELADANAN ORANGTUA TERHADAP KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ANAK DI DUSUN DOPLANG I DESA PAKIS KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

  Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesaijanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

  Salatiga, 28 Agustus 2010 Yang Menyatakan

  SUNARTO MOTTO

  __ 5 j l a c j\7 J ^ \^ 3 J p !

  JLy

  i tff * •* •*' # r '" 11 " * f i ^ ' ' i / * * * * * ,7 r ' , * u * ' ' ' ' ^

  ^ * b l ^

3 J

  a 3 _yL*» ( J ^ j l 0 ^ = £ - * J ^ s S J l j * X i £ - L j i . ^ ^ * 3 t •»-> - * . ^

  1 TT 7 f / ^ t - - * T T ■ » i - - * f < "> ' ■, ' i- > * 1 * > * " \ oJLxJI Ij lft 4 s « J ) y \ « j u l « ^ s i i J U ^ j ^-=^ j «U)l JLj^j

  p ^ b »UJ j JLA C» ^ jx- <Udl

  

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai

petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan

pembeda . Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka

hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam

perjalanan, maka , sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang

lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran

bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu

mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu

bersyukur.

  (Al Baqarah: 185) PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persem bahkan untuk: 1 . Keluarga tercinta, Istri tercinta, Purw iyati, anak-anak tersayang Pratidina Pum arini, H aru m A m alun Nisa, yang selalu m em bim bing, m endo'akan d an m em berikan segalanya baik m oral m a u p u n sp ritu al bagi kelancaran studiku, sem oga A llah m engabulkan harapannya.

2. R ekan-rekan guru di D inas Pendidikan Kota Salatiga, yang senantiasa

  m em beri m otivasi k epada penulis u n tu k m enyelesaikan stu d i

KATA PENGANTAR

  Puji syuku. Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-l) dalam Program Ilmu Tarbiyah.

  Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Drs. Joko Sutopo, M.Ag, selaku Ketua Program Studi PAI Ekstensi.

  3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini.

  4. Bapak Djumardi, S.Pd, selaku Kepala SD N Mangunsari 06 Salatiga yang telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi.

  5. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga yang senantiasa memberikan motivasi untuk menyelesaikan studi.

  6. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.

  Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

  Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini ifaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya.

  

A m in - am in yarob bal ‘alam in

  Salatiga, 2 8 Agustus 2010 Penulis

  Sunarto ABSTRAK Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di

  Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin

  Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, untuk mengetahui adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel sebanyak 20 orang anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Sedangkan analisisnya menggunakan analisis korelasi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keteladanan orangtua yang berada pada kategori baik mencapai 13,3%, kategori sedaiig 33,3% dan kategori kurang 53,4%, Keberhasilan pendidikan agama yang berada pada kategori baik mencapai 26,6%, kategori sedang 33,4% dan kategori kurang 40%, dan ada pengaruh secara positif dan signifikan antara keteladanan orang tua dengan keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang 1 Desa Pakis Kecamatan Bringin.

  Saran yang disampaikan adalah peningkatan keteladanan orang tua dalam bersikap dan bertingkah laku dihadapan anak sehingga anak mendapatkan contoh yang baik, mengingat orangtua akan menjadi teladan bagi anak dan pendidikan agama perlu ditingkatkan sejak dini melalui lembaga-lembaga pendidikan, termasuk dimulai dalam keluarga

  DAFTAR ISI

  NOTA PEMBIMBING......................................................................... .... ii

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS DATA

  

  

  

  

  

  

   LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  TABEL I Hasil Angket Keteladanan Orangtua TABEL II

  Nilai Angket Keteladanan Orangtua TABEL III Interval Keteladanan Orangtua TABEL IV Nilai Nominasi Keteladanan Orangtua TABEL V Hasil Angket Keberhasilan Pendidikan Agama TABEL VI Nilai Angket Keberhasilan Pendidikan Agama TABEL VII Interval Keberhasilan Pendidikan Agama TABEL VIII Nilai Nominasi Keberhasilan Pendidikan Agama TABEL IX Tabel Persiapan Korelasi

  DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa DAFTAR LAMPIRAN

  1. Angket

  2. Surat Ijin Penelitian

  3. Surat Keterangan Penelitian

  4. Daftar Riwayat Hidup 5. r Tabel

  B A B I

  

PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan wadah pendidikan yang memiliki pengaruh cukup signifikan bagi perkembangan dan kedewasaan yang dicapai siswa, pendidikan dalam keluarga berlangsung secara kompleks dan multidimensi, baik pendidikan moral, etika, keterampilan. Amstrong mengungkapkan bahwa orang tua hendaknya memberi dukungan positif dan menghargai cahaya yang tersembunyi dengan rasa kesucian, serta memelihara dan tidak memberi rangsangan palsu bagi putra-putri mereka1.

  Keletadanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan- tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari ataupun tidak itu akan tercetak dalam jiwa dan perasaan anak didik.

  Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjuhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, maka pirnya harapan besar anak didik akan tumbuh dan

1 Hamzah B. Uno, 2007. Motivasi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, him. 14

  2 berkembang dalam kejujuran terbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina.

  Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak Allah. Anak didik, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan memilikin moral yang tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk melaksanakan selama pendidik diketahui oleh mereka tidak melaksanakan didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan.

  Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan.Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya.

  3 Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk meneliti seberapa jauh konsep judul: Pengaruh Keteladanan Orangtua terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 2010

B. Rumusan Masalah

  Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?

  2. Bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?

  3. Adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?

  C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimanakah keteladanan orang tua di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

  4

  2. Untuk mengetahui bagaimanakah tingkat keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang T Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

  3. Untuk mengetahui adakah pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

D. Hipotesis

  Hipotesis berasal dari kata "Hypo" yang berarti dibawah dan "thesa" yang artinya kebenaran. Dari duakata tersebut hipotesa dapat diartikan sebagai anggapan dasar yang menjadi teori sementara dan masih bisa di uji kebenarannya2. Dapat disimpulkan bahwa hipotesa adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah.

  Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah "bahwa Terdapat pengaruh yang positif keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin

  Kabupaten Semarang

  E. Kegunaan Penelitian Apabila penelitian tersebut dapat terwujud, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun manfaat praktis sebagai berikut:

2 Sumadi Suryabrata, 1983. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, him, 69

  5

  1. Manfaat akademik Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar.

  2. Manfaat praktis Sebagai masukan bagi orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak-anaknya, terutama dalam pendidikan agama.

F. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenarnya dari judul tersebut, penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk suatu pengertian yang utuh sebagai berikut:

  1. Keteladanan Orangtua Keteladanan merupakan suatu perilaku yang dicontohkan oleh seseorang yang telah memahami terhadap orang yang belum memahami sesuatu3. Adapun indikator keteladanan meliputi:

  a. Keteladanan dalam bidang ibadah seperti sholat, puasa wajib, puasa sunnah, zakat, dan amaliah lain b. Keteladanan dalam bidang muamalah seperti keija bakti, kegiatan musyawarah, yasinan, membantu orang lain dan sebagainya

  2. Pendidikan Agama

3 EM Zulfri, Ratu Aprilia Senja, 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Difa Publizer,

  him. 812

  6 Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah

  al-tarbiyah, al-ta'lim, al-ta'dib dan al-riyadah. Setiap terminologi

  tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum.

  G. Metode Penelitian

  1. Pendekatan Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu penelitian yang menjelaskan pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat serta menguji hipotesis yang diajukan4.

  2. Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilaksanakan di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Waktu penelitian akan dimulai bulan Juni 2010 sampai dengan selesai

3. Populasi dan sampel

  Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang hendak diselidiki5. Adapun yang menjadi populasi adalah anak yang berusia 6- 13 tahun dan bertempat tinggal di Dusun Doplang I Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang sejumlah 50 orang anak.

4 Sugiyono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, him. 56 5 Sutrisno Hadi, 1981.

  Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, Yogyakarta, him 70

  7 Yang dimaksud sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi untuk mewakilinya6. Dalam proposal ini yang menjadi sampel adalah 15 orang anak yang berusia 6-13 tahun di Dusun Doplang I Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

4. Metode Pengumpulan Data (Angket)

  Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan (

  question) atau pernyataan (statement) yang disusun

  secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun keterangan dan/ atau informasi sebagaimana dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis7.

  Metode angket diberikan kepada anak yang menjadi sampel dan digunakan untuk mengumpulkan data yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh keteladanan orang tua terhadap tingkat keberhasilan pendidikan agama.

5. Analisis Data

  Untuk menganalisa data yang telah terkumpul digunakan analisa statistik dengan rumus sebagai berikut: a. Rumusan Prosentase

  jc

  P = — 100%

  N

  6 Ibid, him. 71 Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja

7 Djudju Sudjana, 2001. Rosdakarya, him. 177

  8 P : Angka prosentase yang diberi

  F : Frekuensi dari jawaban N : Jumlah Responden Rumus ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh keteladanan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan agama anak di Dusun Doplang I Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

  b. Rumus korelasi Product Moment Dalam mengolah data, penulis menggunakan analisa data kualitatif r*y =

  I * 2 L * r - N N

  V Y ► <

  

J. .v

l y 2 ~ & r y

  M

  N J)

  Keterangan: rxy : koefisien korelasi y x : skor variabel x (keteladanan orang tua) y : skor variabel y (keberhasilan pendidikan agama) N : Jumlah responden X : hasil kuadrat variabel x Y : Hasil kuadrat variabel Y

  XY : Produk dari X kali Y Z : Sigma (jumlah)

  9 H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian

  1. Metode Penelitian Subyek

  2. Metode Pengumpulan Data

  3. Metode Analisa Data

  H. Sistematika Penulisan

  BAB II Kajian Pustaka A. Tinjauan tentang Keluarga meliputi: pengertian keluarga dan keteladanan orang tua B. Tinjauan tentang Keberhasilan pendidikan agama

  BAB III Hasil Penelitian BAB IV Analisis Data A. Analisis Data Pertama

  1. Analisis Data tentang Keteladanan orangtua

  2. Analisis data tentang keberhasilan pendidikan agama

  B. Analisis Pengolahan Data

  C. Analisis Uji Hipotesis

  10 BAB V Penutup

  Dalam bab ini akan disampaikan tentang:

  A. Kesimpulan

  B. Saran Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

  

BAB n

LANDASAN TEORI

A. Keteladanan Orangtua

  Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena orangtua adalah contoh terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan-tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari ataupun tidak itu akan tercetak dalam jiwa dan perasaan anak didik1.

  Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjuhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, maka punya harapan besar anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran terbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu

1 Beni Ahmad Saebani, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, him. 262

  12 menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina. Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak

  Allah.

  Anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan memilikin moral yang tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk melaksanakan selama pendidik diketahuioleh mereka tidak melaksanakan didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan.

  Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan2. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya. Dalam kitab Shahihul

2 Ibid,

  him. 264

  13 Bukhari dikatakan bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi3.

  Allah SWT adalah Maha Pendidik dan Dialah peletak pertama metode samawi yang tiada taranya, bahkan Allah SWT lah Yang Maha Kuasa menciptakan Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW yang mampu mendidik sehingga sikap, perilaku, dan keimanan manusia jahiliyah menjadi manusia yang terhormat. Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk menyebarkan keteladanan pendidikan samawi kepada seluruh umat manusia. Hanya dengan 23 tahun, amanat Allah itu sampai dengan paripurna kepada obyek pendidikan. Rahasianya, dia dalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual.

  Sehingga umat manusia meneladaninya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya dalam kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji. Karena kenabian Muhammad SAW adalah penugasan (taklif!) bukan yang dicari-cari (iktisabi).

  Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai teladan yang baik bagi kaum muslimin dan seluruh manusia disetiap saat dan tempat dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia. Firman Allah dalam QS. Al Ahzab ayat 21 menyatakan :

  14

  yXj ^

  b 1^

  $ b > - b ( i c ^ b*^ b iJ © US^T

  "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik. "*

  Namun demikian, ternyata masih ada manusia, apalagi anak didik setelah dewasa tidak mau mengikuti bimbingan dan pendidikan orang tua maupun pendidiknya, malah memilih jalan lain yang tidak benar. Yang demikian itu sering teijadi, seperti ada anak didik yang berani menentang kepada pendidik, berani menentang orang tuanya, berkhianat kepada agamanya dan lebih celaka lagi murtad. Hal demikian dapat terjadi karena ada faktor-faktor tertentu antara lain4 5: 1. Anak didik, pendidikan dan pengamalan agamanya kurang.

  Yang demikian teijadi karena anak didik tidak banyak mendapatkan pendidikan dan bimbingan agama di lingkungan rumah tangganya, di sekolah, dan di lingkungan masyarakatnya. Keteladanan orang tua di lingkungan rumah tangga dalam mengamalkan ajaran agama sangat berpengaruh sekali kepada anaknya. Pengarahan orang tua untuk mengambil keputusan masuk sekolah sangat penting. Kita akan lebih celaka jika memasukkan anak ke lembaga pendidikan non muslim, karena secara tidak langsung membentuk pribadi anak tersebut untuk berbadan Islam tetapi jiwanya sebaliknya. Akibatnya

4 Depag RI, 2005. Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, him. 428 5 Abdul Hamid, 2009.

  Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, him. 13

  15 perasaan hati anak akan kasar, pandangannya tentang Islam remang- remang, tidak pernah merasakan manisnya iman dan Islam. Itulah sebabnya anak didik lebih condong memilih jalan hidup yang lain, yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT. Agama Islam telah memberi petunjuk kepada umatnya agar memperhatikan pendidikan Islam kepada anak-anaknya sejak dini dan menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah yang Islami, bukan yang merugikan Islam.

  Disamping itu itu agar orang tua juga menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua menjadi teladan dalam mu'amalah dan 'ubudiyah. Hal ini agar anak bertambah halus perasaannya, bertambah tajam pandangannya terhadap kebenaran dan dapat merasakan kenikmatan iman dan Islam. Maka bersyukurlah anak-anak kita yang terdidik dan prihatin bila anak- anak kita terlambat dididik.

  2. Kurangnya kontrol dan pengawasan orang tua.

  Pada umumnya jika orang tua terlalu sibuk mengurus pekerjaannya, berangkat pagi ketika anak-anak masih tidur dan pulang malam ketika anak sudah mengantuk atau tidur. Apabila ada masalah anak didik di sekolah, susah untuk dapat diselesaikan disebabkan undangan pihak sekolah kepada orang tuanya tidak sempat dihadiri oleh orangtua. Atau terlalu percaya kepada anak-anak, jika anak pergi kemana saja, orangtua tidak menaruh curiga sama sekali. Setelah tergelincir dalam kenakalan yang berat, barulah orangtua sadar untuk memperbaikinya. Penyesalan seringkah datang terlambat. Agama Islam membimbing umatnya, baik

  16 secara langsung maupun tidak langsung. Jika anak didik menyadari hal demikian, maka ia akan merasa diawasi oleh orang tuanya. Sebaliknya orang tua tidak akan lupa kepada anaknya dan selalu membimbingnya.

  Dalam hal pengawasan ini, Allah berfirman dalam QS. At Tahrim ayat V 6 :

  4 u p a j U v f lj ^ L J I U i y j Ijb > > l j Iji oi^< 0 \ r * } i (^) L* ^ ^ Ojy»*j V -ti.

  "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari (siksa) api neraka.,l6

  Menjaga keluarga ini berarti termasuk anak-anak kita harus dijaga agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dilarang agama.

  3. Terpengaruh kehidupan matrialistis.

  Jika anak kita terbuai dengan dengan konsep hidup duniawi, dan melupakan hidup ukhrawi, sehingga tidak seimbang antara perkembangan lahir dan batin. Maka tidak jarang anak menjadi murtad, hanya karena terpengaruh dengan wanita cantik, jabatan, dan harta.

  4. Terpengaruh lingkungan keluarga yang rusak.

  Cukup banyak anak-anak yang menyimpang dari jalan yang benar disebabkan oleh kehidupan dalam rumah tangganya yang tidak harmonis. Anak yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis akan

6 Depag RI, op.cit, him. 534

  17 berakibat fatal dan kurangnya pendidikan, sehingga mudah teijebak dalam pergaulan bebas.

B. Keberhasilan Pendidikan Agama

  Keberhasilan pendidikan agama Islam adalah keberhasilan dalam bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam7. Dari pengertian ini nampaknya ada dua dimensi yang akan diwujudkannya, yaitu dimensi transendental dan dimensi duniawi. Dimensi transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa ketaqwaan, keimanan dan keikhlasan.

  Sedangkan dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya, seperti pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Dengan demikian, pendidikan agama adalah upaya religiosisasi perilaku dalam proses bimbingan melalui dimensi transendental dan duniawi menuju terbentuknya kesalehan (religiositas).

  Secara normatif pendidikan agama menciptakan sistem makna untuk mengarahkan perilaku kesalehan dalam kehidupan manusia. Pendidikan agama harus mampu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan memenuhi tujuan agama yaitu memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kehidupan religiositas8.

  Religiositas ialah kemampuan memilih yang baik di dalam situasi yang serba terbuka. Setiap kali manusia akan melakukan sesuatu, maka ia

  Beni Ahmad Saebani, op.cit, him. 63 Ibid, him. 65 7

  18 akan mengacu pada salah satu nilai yang dipegangi untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Religiositas juga dimaknai sebagai upaya transformasi nilai menjadi realitas empiris dalam proses cukup panjang yang berawal dari tumbuhnya kesadaran iman sampai teijadinya konversi.

  Agama lebih menitikberatkan pada kelembagaan yang mengatur tata cara penyembahan manusia kepada penciptanya dan mengarah pada aspek kuantitas, sedangkan religiositas lebih menekankan pada kualitas manusia beragama. Agama dan religiositas merupakan kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi, karena keduanya merupakan konsekuensi logis kehidupan manusia yang diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub pribadi dan kebersamaannya di tengah masyarakat. Religiositas merupakan suatu sikap percaya tentang ajaran-ajaran agama tertentu dan dampak dari ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

  Sebagai suatu kritik, religiositas dimaksudkan sebagai pembuka jalan agar kehidupan orang beragama menjadi semakin inten. Semakin orang religius, hidup orang itu semakin nyata atau semakin sadar terhadap kehidupannya sendiri. Bagi orang beragama, intensitas itu tidak bisa dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus terhadap pusat kehidupan, Inilah yang disebut religiositas sebagai inti kualitas hidup manusia, karena ia adalah dimensi yang berada dalam lubuk hati dan getaran mumi pribadi. Religiositas sama pentingnya dengan ajaran agama, bahkan religiositas lebih dari sekedar memeluk ajaran agama,

  19 religiositas mencakup seluruh hubungan dan konsekuensi, yaitu antara manusia dengan penciptanya dan dengan sesamanya di dalam kehidupan sehari-hari.

  Secara operasional religiositas didefinisikan sebagai praktik hidup berdasarkan ajaran agamanya, tanggapan atau bentuk perlakuan terhadap agama yang diyakini dan dianutnya serta dijadikannya sebagai pandangan hidup dalam kehidupan. Religiositas dalam bentuknya dapat dinilai dari bagaimana sikap seseorang dalam melaksanakan perintah agamanya dan menjauhi larangan agamanya. Dengan pemaknaan tersebut, religiositas bisa dipahami sebagai potensi diri seseorang yang membuatnya mampu menghadirkan wajah agama dengan tampilan insan religius yang humanis.

  Meminjam konsep Abu Hanifah, religiositas harus merupakan kesatuan utuh antara iman dengan Islam. Artinya, religiositas jika diamati dari sisi internal adalah iman dan dari sisi eksternalnya adalah Islam. Sebagai suatu fenomena sosial, rumusan ini menunjukkan bahwa pengalaman beragama terdiri atas respons terhadap ajaran dalam bentuk pikiran, perbuatan serta pengungkapannya dalam kehidupan kelompok9.

  Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi

  (ultimate

meaning). Ada lima dimensi religiositas10, yaitu : Pertama, dimensi

  keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius Pendidikan Islam dan Barat. Bandung: Pustaka Setia, him.

9 Sembodo Ari Widodo, 2006.

  24

  20 berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut. Kedua, dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua aspek penting, yaitu aspek ritual dan ketaatan. Ketiga, dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengaharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktuakan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan super natural.

  Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan- perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang.

  Keempat, dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa orang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Kelima, dimensi pengamalan. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat atau konsekuensi keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari ke hari.

  Pendidikan adalah upaya sadar untuk melakukan proses pembelajaran peserta didik menuju pendewasaan. Pembelajaran adalah penyampaian pengetahuan atau rangkaian kegiatan untuk memberikan peluang kepada peserta didik agar dapat mengembangkan diri. Kedewasaan

  21 sebagai produk pembelajaran bila dihubungkan dengan upaya penanaman nilai agama adalah kesalehan yang belakangan lebih popular dengan istilah religiositas atau keberagamaan. Dengan demikian pembelajaran adalah proses religiosisasi dalam pendidikan agama.

  Prinsip utama yang dimiliki guru dalam pembelajaran religiositas adalah bahwa proses mengajar tidak terikat oleh ruang dan waktu, dalam artian mengajar bisa teijadi dimanapun selama siswa memiliki minat yang tinggi dalam memahami dan mengembangkan materi pelajaran. Tugas utama guru adalah mengorganaisir suasana dan situasi agar dapat dijadikan proses belajar.

  Ada tiga hal yang harus diperhatikan keberhasilan pembelajaran agama. Pertama, Asumsi terhadap siswa. Siswa merupakan input utama dalam pembelajaran. Siswa merupakan elemen yang memiliki potensi yang bisa mengarah pada realitas negatif maupun realitas positif. Pembelajaran mengarahkan siswa kearah terwujudnya atau terbentuknya realitas sikap dan perilaku siswa yang positif. Dalam konteks ini, maka proses pembelajaran harus mampu menjawab, memberikan dan menyelesaikan problematika siswa. Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Berdasarkan pesan PP

  22 tersebut, dalam pembelajaran harus dikemas dengan sedemikian rupa agar siswa dapat berekspresi secara bebas, siswa memiliki rasa senang dan nyaman dalam belajar, serta memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga siswa benar-benar memahamai dan mampu melaksanakan materi yang diterima. Apabila pembelajaran justru melahirkan situasi dan kondisi dimana siswa tidak mampu melakukan ekspresi secara bebas, maka religiositas tidak akan dapat dicapai.

  Kedua, asumsi terhadap pembelajaran. Ibarat sebuah pabrik, pembelajaran adalah proses mencetak sesuatu barang menjadi barang cetakan. Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana, lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran berarti mengoptimalisasikan seluruh eiemeu atau faktor dengan cara yang sesuai dengan kapasitas siswa. Pembelajaran harus dikemas dalam suasana yang menyengkan bagi siswa, karena dnegan suasana yang menyenangkan siswa akan mudah menerima dan mengembangkan materi yang diberikan dari guru. Banyak anak-anak tidak suka terhadap materi pelajaran tertentu, bukan disebabkan karena sulitnya materi pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor siswa pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu terhadap pelajaran tersebut. Oleh sebab itu jika pembelajaran tidak dikemas dengan suasana

  23 yang menyenangkan, maka tidak akan dapat melahirkan pembelajaran religiositas.

  Ketiga, asumsi terhadap guru. Guru diakui atau tidak memiliki peluang sangat besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian, guru tidak bisa bersikap dan berperilaku sembarangan. Guru tidak diperbolehkan memiliki anggapan bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yang paling pinter, siswa adalah anak yang tidak mengetahui apa-apa (bodoh). Apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak boleh dibantah.

  Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang harus ditiru segala ucapan dan tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada dalam diri guru maka pembelajaran religiositas tidak pernah ada.

  Pembelajaran agama perlu dikonstruk dengan memperhatikan unsur- unsur yang sangat dominan yaitu : pertama, perumusan mengenai pentahapan atau klasifikasi pencapaian tujuan pembelajaran yang lazim disebut taksonomi harus dirumuskan dengan konkret, tidak hanya tetap berakar pada al Qur’an dan Sunnah, tetapi juga mewujudkan sosok kehidupan masa kini yang mampu menunjukkan arah, memberikan motivasi dan menjadi tolok ukur dalam evaluasi kegiatan.

  Kedua, unsur bahan pembelajaran dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan, bersumber pada wahyu dan yang selanjutnya memberikan penyelesaian praktis permasalahan umat. Cakupan dan arah bahan kemudian didudukkan sebagai kurikulum sebuah kegiatan belajar mengajar. Struktur dan organisasi kurikulum didesain dengan kompak dan utuh, meski

  24 susunannya sudah dikemas dalam sosok muatan nasional dan lokal, pada dasarnya berpeluang untuk menentukan jati diri produk pembelajaran dan tidak perlu terkungkung oleh jerat formal. Artinya, unsur kurikulum bisa dibangun dengan membuka pintu baik bidang studi agama maupun non agama. Ini dilakukan karena masing-masing memiliki kaitan fungsional dengan ilmu tentang kenyataan praktis sebagai bagian proses mencapai tujuan. Kemampuan membuka diri masing-masing bidang studi, menentukan kaitan fungsional antar unsur, dan kemudian membangun organisasi kurikulum yang kompak dan utuh untuk mencapai tujuan.

  Secara lebih operasional, agar pengajaran dan pendidikan agama perlu sinkronisasi, keijasama dan diinteraksikan dengan pendidikan non agama, sehingga memudahkan peserta didik mengamalkan agama ke dalam kehidupan sehari-harinya. Disinilah pendidikan agama tidak boleh terlampau bersikap menyendiri, tetapi harus saling bekeijasama dengan ilmu lain. Bentuknya bisa berupa latihan-latihan pengamalan keagamaan, sehingga pendidikan menjadikan orang beragama secara transformatif. Artinya pendidikan agama yang bisa mempekokoh kehidupan lewat praktek sosial serta berorientasi pada pemecahan problematika ummat.

  

BAB m

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dusun Doplang I Desa Pakis

  Desa Pakis terletak di wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Adapun batas-batas wilayah Desa Pakis adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Lebak, sebelah timur berbatasan dengan Desa

  Banding, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banding, dan Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bringin Kabupaten Semarang. Wilayah Desa Pakis adalah salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Semarang dan sangat terkenal sebagai padi, karena sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan pertanian untuk menanam padi.

  Jumlah penduduk Desa Pakis pada bulan Desember 2009 sebanyak 2.341 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.175 orang dan

  1.166 orang perempuan, meliputi 986 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani dan buruh pabrik atau pegawai swasta, sedangkan dari segi religius, seluruh penduduknya yaitu sebanyak 2.341 beragama Islam.

  Desa Pakis terdiri dari 6 Rukun Warga (RW) dan 12 Rukun Tetangga (RT). Adapun struktur organisasi desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

  26 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Desa

  

B. Keadaan TPA/TPQ di Dusun Doplang I Pakis, Hambatan dan

Kebermanfaatannya

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEADAAN EKONOMI DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI DESA KEDAMAIAN KECAMATAN KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 16 62

PERSEPSI APARATUR PEMERINTAH DESA TENTANG KEKERASAN YANG DILAKUKAN ORANG TUA TERHADAP ANAK DI DUSUN SRIMULYO I KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

0 9 90

PENGARUH KENAIKAN BIAYA PENDIDIKAN TERHADAP MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI DESA MANTRIANOM, KECAMATAN BAWANG, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2005

0 0 99

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AL QUR'AN HAD ITS MELALUI STRATEGI CARD SORT PADA SISWA KELAS V MI YASPI DASEH PAKIS MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2 0 0 7 2 0 0 8

0 0 94

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAISISW A M Ts MAARIF TEGALSARI KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2 0 0 5 2 0 0 6 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I D

0 2 107

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA KELAS VI SD NEGERI TINGKIR TENGAH 0 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2 0 1 0 2 0 1 1

0 0 70

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA KELAS VI SD NEGERI TINGKIR TENGAH 0 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2 0 1 0 /2 0 1 1 - Test Repository

0 1 74

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI TARIH MELALUI METODE DISKUSI PARTISIPASI PADA SISW A KELAS V SDN 2 BOJONEGORO KEDU TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2 0 0 9 2 0 1 0

0 3 118

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN MELALUI METODE QIRO’ATI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BUTUH 2 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2 0 0 9 SKRIPSI

0 0 129

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PENERAPAN METODE )EMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SOBOREJO KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2 0 0 9 2 0 1 0

1 0 96