PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

  

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG

DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

  

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

NOPIANA

  

NIM 21110022

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

  Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : NOPIANA Nim : 21110022 Jurusan

  : Syari‟ah Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul : PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT

  TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG.

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian persetujuan pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 09 April 2015 Pembimbing

  Haryo Aji Nugroho,S, Sos., MA NIP.19731104 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

  

FAKULTAS SYARI

’AH

  Jl. NakulaSadewa 5 No. 9 Telp. (0298) 3419400 Faks. 323433 Salatiga 50722 -mail: administrasi@iainsalatiga .ac.id

  

PENGESAHAN

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DI DESA JETAK,

KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

  OLEH NOPIANA NIM :21110022

  Telah dipertahankan di depan Sidang Munaqosy ah Skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu tanggal 18 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. ______________ Sekretaris Penguji : Haryo Aji Nugroho,S.Sos., MA. ______________ Penguji I : Farkhani, S.HI., MH. ______________ Penguji II : Luthfiana Zahriani, SH., MH. ______________

  Salatiga, 18 April 2015 Dekan

  Fakultas Syari‟ah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertandatangan dibawah ini; Nama : NOPIANA Nim : 21110022 Jurusan : Ahwal Al- Syakhsiyyah Fakultas

  : Syari‟ah Judul Skripsi :PERKEMBANGAN PERNIKAH ADAT

  TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

  Salatiga, 18 April 2015 Yang menyatakan

  Nopiana

  

MOTO

DALAM KEHIDUPAN ADA DUA PILIHAN,

  

INGIN JADI ORANG YANG KALAH ATAU INGIN JADI

ORANG YANG MENANG?

KARNA HIDUP ADALAH SEBUAH PILIHAN, KItA SENDIRI

YANG MENENTUKAN PILIHAN TERSEBUT.

  “Jadilah Seperti Karang di Lautan yang Kuat dihantan

  

Ombak dan Kejarlah hal yang Bermanfaat Untuk Diri

Sendiri dan Orang Lain, Karena Hidup Hanyalah Sekali.

Ingat Hanya Pada Allah Apapun dan di Manapun Kita

Berada Hanya Dia-lah Tempat Meminta dan Memohon”

  

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:

  1. Kepada Bapak Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A yang dengan sabar dan tak pernah lelah membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini 2.

   Keluarga besar, terutama ibu Tukiyem dan bapak Yoto Kasno yang tak henti-hentinya memberikan dukungan serta Do’anya.

  3. Kakakku Eka Daryati dan Eko Budi Santoso yang selalu mendukung dan mendoakanku

  4. Keponakanku Adesya Nauvalin Fikiria Rabani.

  5. Imamku Rohmat Ihsan Suwarno yang selalu memberi semangat kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Sahabatku Khaya Ulin Najah yang menemaniku menyelesaikan skripsi ini.

  7. Temanku Ulya Liala Mubarokah yang selalu menemaniku melalukan observasi ke lapangan

  8. Dan kepada Teman teman yang selalu memberi motivasi seperti Rita, Ari, Ita, Leni dan Rissa

9. Dan segenap pembaca

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نمحرلا للها مسب

  Alkhamdulillah Wa Syukurillah Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Rahmandan Maha Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk dan tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan

  Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan dan kemauan dan bantuan semua pihak, maka penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

  Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terimakasih yang tiadataranya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Bapak Sukron Makmun, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal al- Syakhshiyyah.

  4. Bapak Moh Khusen M.Ag., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan dan arahan agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik.

  5. Bapak Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A yang meluangkan waktunya untuk membimbing saya untuk penyelesaian skripsi ini

  6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah membantu proses penyusunan skripsi.

  7. Bapak Kasno dan Ibu Tukiyem tercinta, terimakasih atas segala doa dan yang tiada henti terlantun untuk keberhasilan putrinya.

  8. Kakakku tersayag Eka Daryati dan Eko Budi Santoso yang selalu memberi semangat dan dukungan.

  9. Imamku Rohmat Ihsan Suwarno terimakasih atas Do‟a dan dukunganya.

  10. Om Tutur dan Bulek Maryatai yang memberikan do‟a dan dukungannya 11.

  Lex Tugimin Supriyadi yang selalu menduungku 12. Bpak Sumadi al Bakah dan ibu Harni yang selalu mendukung dan mendoakanku

  13. Teman-teman seperjuangan AS angkatan 2010, terutama Ulin, Ulya, Rita, Ari, Ita, Leni terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini.

  14. Bapak-ibu narasumber yang telah bersedia memberikan keterangannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Nama-nama yang dipakai adalah nama samaran sesuai permintaan narasumber.

  15. Bapak Sutrimo selaku Kepala Desa Jetak yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan obsevasi di Desa Jetak.

  16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

  Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang tertulis dalam Skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

  Amin yarobbal „Alamin.

  Salatiga, 18 April 2015 Penulis Nopiana Nim 21110022

  

ABSTRAK

  Nopiana, PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG. Skripsi.

  Fakultas Syari‟ah. Jurusan Ahwal AL-Syakhshiyyah. Institut Agama

  Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A Kata Kunci : Pernikahan adat tumpeng

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui alasan-alasan dan mengetahui pressepsi masyarakat di Desa Jetak dalam pelaksanaan pernikahan adat tanpa shigot akad ijab qobul dan mahar. Pertanyaan utama yang ingin di jawab melalui penelitian ini adalah 1) Bagaimana kondisi sosial keagamaan Desa Jetak? 2) bagaimana perkembangan tradisi pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak? 3) Sejauh mana pertentangan pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak dengan syariat pernikahan Islam menurut tinjauan fiqih dan undang-undang?

  Untuk menjawab pertanyaaan tersebut maka peneliti menggunakan metode

  

field research (penelitian lapangan). pengumpulan data melalui obsevasi dan

  wawancara terhadap perangkat Desa, Pemangku adat, pemuka Agama dan pelaku pernikahan adat tumpeng dan beberapa buku untuk mendukung penelitian ini.

  Masyarakat yang memangkuat dengan tradisi kejawennya membuat perkembangan keagamaan di Desa Jetak melambat, kurangnya pemuka agama atau ustad untuk memberikan pengetahuan agama kepada masyarakat menjadi salah satu faktor utama, selain itu tingkat pendidikan, faktor ekonomi masyarakat yang rendah juga berpengaruh terhadap perkembangan pernikahan adat tumpeng di desa Jetak. Di Desa Jetak ini pernah berkembang tradisi pernikahan tumpeng dimana pernikahan orang Islam tanpa mengg unakan syari‟at ijab qobul dan mahar, namun seiring berkembangnya jaman dan upaya penyuluhan KUA tradisi tumpengan sekarang telah berubah. Tradisi tumpengan kini hanya sebagai tradiasi pelengkap ijab qobul saja. Namun demikian nikah tumpeng sesekali masih dilakukan masyarakat yang memiliki masalah untuk menikah secara resmi, memilih menikah adat untuk melegalkan pernikahannya. Dalam pelaksanaan pernikahan, khususnya yang masih menggunakan pernikahan adat tumpeng masih menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul saat pernikahan sesuai dengan pasal 14 Inpres Tahun 1991 dan pasal 30 KHI tentang kewajiban calon mempelai laki-laki untuk membayar mahar kepada calon mempelai wanita.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

  i …………………………………………………….

  PERSETUJUAN PEMBIMBING

  ii ………………………………………

  

PENGESAHAN KELULUSAN......... iii

…………………..……………....

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv

  ………………………………

  MOTTO

  v …………………………………………………………………

  PERSEMBAHAN

  vi ……………………………………………………….

  KATA PENGANTAR

  vii …………………………………………………...

  ABSTRAK

  x ……………………………………………………………….

  DAFTAR ISI

  xi ……………………………………………………………

  BAB I: PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ………………………………………....

  B.

  4 Penggasan Istilah …………………………………………………..

  C.

  5 Rumusan Masalah ………………………………………………....

  D.

  5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………......

  E.

  6 Metode Penelitian………………………………………………….

  F.

  10 Sistematika Penulisan ………………………………………….....

  BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………. .. 12 B. Kerangka Pemikiran

  ………………………………………. .. 18 1. Pengertian Perkawinan dan Manfaat perkawinan…………...... .. 18 2. Dasar Hukum Pernikahan…………….……………………........ 22 a.

  Pernikahan Dalam Hukum Islam………………………….... 22 1). Rukun dan

  Syarat Pernikahan………………………….... 25 2). Akad da n Syarat Ijab Kabul…………………………....... 28 3). Mahar Menurut Hukum Islam………………………….... 33 b. Pernikahan Dalam Hukum Positif………………………....... 35 3. Hikmah dan Manfaat Nikah…………………………………...... 39 4. Pengertian dan Pernikahan Adat……………………………....... 42 a.

  Pengertian Pernikahan Adat………………….................. 42 b. Hukum Adat Ditaati Oleh Masyarat…………………….. 46 c. Kelebihan Dan Fungsi Adat…………………………….. 47 d. Kelemahan Hukum Adat………………………………... 48

  BAB III: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penduduk Di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ………………………………………………………...

  49 1. Desa Getasan Dalam Lintas Sejarah...........................................

  49 2. Letak Geografis dan Kondisi Administratif Desa Jetak……....

  51 3. Kondisi Kependudukan atau Demografi……………………....

  52

  a.

  52 Populasi Desa Jetak...............................................................

  b.

  53 Tingkat Pendidikan ………………………………………..

  c.

  54 Pekerjaan Dan Usia Kerja……………………………….....

  d.

  Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat………………....... 55 B.

  57 Pofil Pelaku Pernikahan Adat Tumpeng………..............................

  C.

  60 Tradisi Pernikahan di Desa Jetak…......................………................

  D.

  Faktor Terjadinya Pernikahan Adat Tumpeng di Desa Jetak…….... 70 E. Persepsi Masyarakat Jetak Tentang Pernikahan Adat Tumpeng....... 73 F. Dampak Pernikahan Adat Tumpeng.................................................. 77 G.

  Perubahan Budaya Pernikahan Adat Tumpeng di Desa Jetak........... 78

  BAB IV: ANALISIS A.

  83 Tradisi Pernikahan di Desa Jetak......................................................

  B.

  Pelaksanaan Pernikahan Adat Tumpeng Dalam Tinjauan Ilmu Fiqh................................................................................................... 84 C. Analisis Pernikahan Adat Tumpeng Menurut Undang-Undang No1 Tahun

  1974……………………………………………………………… 86

  BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………. 90 B.

  92 Saran ……………………………………………………………..

  DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu pernikahan dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga

  (rumah tangga) yang bahagia dan kekal yang diliputi perasaan cinta kasih dan sayang. Karena dalam pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan yang dalam sebuah rumah tangga, pernikahan merupakan sebuah ritual yang sangat sakral yang menjadi tempat bertemunya dua insan yang saling mencintai, dua keluarga yang sebelumnya belum saling mengenal antara satu dengan yang lainnya tanpa ada lagi batasan yang menghalangi

  .”Pernikahan adalah satu sunatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan baik manusia, hewan, tumbuhan” (Sabiq,

  1990 : 6). Dengan pernikahan manusia dapat membentuk keluarga dan memgembangkan keturunan yang baik.

  Salah satu tujuan syari‟at Islam adalah memelihara kelangsungan perkawinan yang sah, menurut agama dan diakui oleh undang-undang dan diterima sebagai budaya masyarakat

  Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqon ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Sedangkan Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan (UUP) memberikan pengertian perkawinan sebagai ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangg yang sakinah, mawaddah,

  

warahmah . Meskipun demikian banyak pihak-pihak yang dengan sengaja

  mencoba untuk mengotori dan memanfaatkan sesuatu yang sakral ini hanya untuk mendapatkan keuntungan baik yang berupa materi maupun hanya untuk sekedar dapat terpenuhi hasrat biologisnya semata, atau mungkin dengan alasan-alasan yang lain. Oleh karena itu berbagai permasalahanpun akhirnya muncul.

  Syarat sah pernikahan harus diperhatikan baik menurut agama maupun hukum Negara. Dalam fiqh sunnahnya, Sabiq, (1990 : 78) menyebutkan ada dua sarat sahnya pernikahan. Pertama, perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri Kedua, aqad nikahnya dihadiri para saksi. Dalam Kitab al-

  Fiqh „Ala al- Al-

Arba‟ah.Imam Safi‟i mengemukakan bahwa rukun nikah ada lima yaitu

  calon mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, wali, dua orang saksi, dan sighat (ijab qabul) (Jaziri,1999 : 12).

  Di Indonesia pernikahan dikatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh KHI dan Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang pernikahan. Pernikahan yang sah menurut KHI salah satunya bila memenuhi hukum Islam dan dicatatkan sesuai dengan pasal dua ayat satu Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang pernikahan dan

  Undang-Undang No 1 tahun 1979 pasal 2 ayat 2 tentang pencatatan perkawinan. Pernikahan yang dilakukan hanya sesuai dengan syarat rukun nikah dalam Islam, tanpa dicatatkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dinamakan pernikahan siri (Nurhaidi, 2003 : 5). Penikahan siri adalah sah menurut agama tetapi “cacat” menurut hukum positif di Indonesia. Pernikahan harus dicatatkan Pencatat Nikah (PPN) di KUA bagi yang beragama Islam dan di Kantor Catatan Sipil bagi yang non muslim, sehingga mempunyai bukti yang otentik. Padahal jika mereka tahu dan sadar akan hukum pernikahan sirri ini akan banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang kelak mungkin terjadi bukan hanya bagi istri tetapi akan mungkin berdampak pula dengan anak yang dilahirkannya.

  Seorang laki-laki yang menikahi seorang perempuan wajib menyerahkan mahar kepada istrinya. Berdosa bila seseorang suami tidak menyerahkan mahar kepada istrinya. Meskipun UU perkawinan tidak mengatur sama sekali tentang mahar dalam perkawinan, namun KHI mengatur tentang keharusan membayar mahar dalam pasal 30 adapun

  pasal 30 menyatakan bahwa “Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentukdan jenisnya disepakati oleh kedua belah bihak”(Syarifudin, 2006 : 97).

  Namun pada prakteknya yang terjadi di masyarakat Desa Jetak Kecamatan Getasan biasanya melangsungkan pernikahan dengan cara adat, yang dilangsungkan secara sederhana dengan mengundang sesepuh yang biasaya berhak untuk menikahkan. Dan pernikahan adat ini tidak menggunakan ijab dan qhobul dan mahar.

  Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan mendalami lebih lanjut fenomena yang terjadi di Desa Jetak Kecamatan Getasan dalam skripsi yang berjudul “PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN

  SEMARANG” B.

   Penegasan Istilah

  Agar tidak terjadi kekliruan dalam penafsiran judul di atas maka penulis perlu menjelaskan sebagai berikut:

  1. Pernikahan adat tumpeng Pernikahan adat tumpeng adalah pernikahan adat umat muslim Desa Jetak dengan pemotongan nasi tumpeng tanpa ijab qobul dan mahar tanpa sesuai syari‟at Islam

  2. Tinjauan normatif dan sosiologis Tinjuan normatif yang dimaksud di sini adalah norma- norma islam atau hukum Islam yang mengantur tentrng pernikahan dan bagaiamana hukum Islam memandang pernikahan adat tumpeng yang terjadi masyarakat. Sedangkan tinjauan sosiologisnya adalah pendekatan untuk mengetahui latar belakang sosiol kultural masyarakat dalam menyikapi pernikahan adat tumpeng yang ada di desa mereka dan ketentuan hukum Islam

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial keagamaan masyarakat Desa Jetak? 2. Bagaimanakah perkembangan tradisi pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak?

  3. Sejauhmana pertentangan pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak dengan syariat pernikahan Islam menurut tinjauan fikih dan undang-undang?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Berdasarkan urian rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimanakah kehidupan sosial agama masyarakat Desa Jetak,

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tradisi pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak.

  3. Untuk mengetahui sejauhmana pertentangan pernikahan adat tumpeng terhadap syariat pernikahan Islam menurut tinjauan fiqih dan undang-undang, E.

   Metode penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

  Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah

  field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian terjun langsung

  kelapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas yaitu bagaimana tata cara seseorang menetukan waktu-waktu yang baik untuk melangsungkan ijab kabul dan mengetahui persepsi masyarakat, selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan dari peneliti sebagai instrument kunci.

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009 : 6).

  Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ijab qabul perkawinan dengan sistem perhitungan waktu masyarakat Jawa muslim dengan adat tumpeng dan perkembangannya Desa Jetak .

  Yang dimaksud pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di masyarakat (Soekanto, 1986 : 4-5).

  2. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dialakukan di wilayah Desa Jetak, kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena di wilayah Desa jetak ini cukup banyak terjadi praktek pernikahan adat tumpeng, sebagian besar masyarakat melakukan praktik pernikahan adat tumpeng.

  3. Sumber Data a.

  Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh penulis. Sumber utama adalah pelaku pernikahan adat tumpeng, pemangku adat, pemuka agama, masyarakat dan perangkat desa.

  b.

  Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen- dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek penelitian, hasil peneliti dalam bentuk laporan, bentuk skripsi dan peraturan perundang-undangan (Ali, 2009 : 106).

4. Prosedur Pengumpulan Data a.

  Metode Wawancara Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

  (Arikunto, 1998 : 115). Peneliti melakukan wawancara terhadap pelaku nikah adat tumpeng dan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan mereka untuk mendapatkan data sebanyak- banyaknya sesuai dengan fokus penelitian. Wawancara juga dilakukan dengan pelaku, tokoh masyarakat dan tokoh agama guna mengetahui pandangan mereka tentang nikah adat tumpeng. Semua itu dilakukan untuk mengetahui keadaan sosial keagamaan masyarakat dan prosesi tradisi pernikahan adat tumpeng.

  b.

  Dokumentasi

  Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan dan buku. Metode ini sumber datanya masih tetap, dan belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tapi benda mati (Arikunto, 1998 : 236).

  Hal tersebut dilakukan peneliti untuk mencari data mengenai beberapa hal, baik yang berupa catatan dan data dari kantor kelurahan Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Metode tersebut digunakan sebagai pelengkap dalam memperoleh data. Dokumen yang dimaksud seperti data monografi dari kelurahan dan buku-buku mengenai pernikahan dan pernikahan adat yang menunjang penelitian ini.

5. Analisis Data dan keabsahan data

  Selama pengumpulan data dilapangan data sudah mulai dianalisis dengan mengklasifikasikan data sesuai fokus penelitian sehingga dapat diketahui kekurangan agar segera dapat melengkapi. Semua data terkumpul dan terklasifikasi secara rinci digunakan untuk memeparkan pola atau struktur dari masalah yang dikaji dengan penginterpretasikan data untuk menjawab masalah penelitian

  Data yang berhasil diperoleh akan dicek keabsahannya dengan metode triangulasi, metode triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004 : 330). Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekliruan yang terlewati oleh penulis. Pengecekan dilakukan dengan cara membandingkan (croos cek) hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan informan satu dengan informan yang lain, maupun membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

F. Sistematika Penulisan

  BAB 1: Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II: Tinjuan umum dan kerangka pemikiran tentang pernikahan adat tumpeng, dalam bab ini memaparkan tentang pernikahan tumpeng perpektif UU No. 1 Tahun 1974, pernikahan adat prespektif KHI dan perkawinan adat menurut hukum Islam.

  BAB III: Pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak memaparkan seluruh hasil yang peneliti lakukan yang meliputi letak geografis dan kondisi lingkungan Desa Jetak, sejarah Desa Jetak, struktur sosial dan kehidupan sosial, budaya dan agama masyarakat Desa Jetak.

  BAB IV: Tinjauan hukum Islam dan undang-undang di Indonesia terhadap pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak. Bab ini menganalisis praktek pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan adat tumpeng, mengulas penyebab yang melatar belakangi pasangan suami istri melakukan pernikahan adat tumpeng, serta prespektif masyarakat setempat tentang pernikahan adat tumpeng.

  BAB V: Penutup; Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagaimana hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRAN A. Tinjauan Pustaka Studi tentang pernikahan adat telah banyak dilakukan. Beberapa

  studi tentang pernikahan adat diantaranya karya Isroi (2012), Wicaksono (2012), Syarif (2010), Eka (2013), Mochammad (2013). Penelitian

  Isro‟i (2012) dengan judul Larangan Menikah Pada Bulan Muharram dengan

  

Adat Jawa Prespektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bangkok

Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali) . Pada studi ini

  menggunakan pendekatan historis. Pendekatan ini memungkinkan penulis mengetahui asal mula adanya larangan menikah di bulan Muharram. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dimana sumber data menggunakan sumber hasil observasai, wawancara.Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mendorong masyrakat tidak melakukan pernikahan pada bulan Muharram dan pandangan hukum Islam terhadap pernikahan yang dilakukan pada bulan Muharram. Sehingga penelitian ini hanya membahas tentang dasar larangan menikah pada bulan Muharram saja.

  Adapun hasil penelitian ini disimpulkan bahwa menurut hukum Islam tentang lrangan menikah pada bulan Muharram itu tidak benar, karena menikah merupakan sunatullah yang sangat dianjurkan oleh agama Islam. Waktu pelaksanaan pernikahan tersebut di dalam hukum Islam tidak ada dalil yang menyebutkan waktu tertentu. Selain itu dalam hukum Islam tidak pernah membeda-bedakan hari, karena hari dan bulan dianggap baik.

  Studi kedua dilakukan oleh Wicaksono (2012) dengan judul “

  

Fenomena Pertukaran Istri dan Berbagai Dampaknya( Studi Kasus di

Dukuh Gumul, Desa Ngasinan, Kecamatan Susukan Kab Semarang)

  ”. Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), sumber data yang diperoleh data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara dan obsevasi. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: pertama pertukaran istri di Dukuh Gumul adalah keadaan dimana satu kelompok penduduk di Dukuh tersebut yang sudah beristri dan saling menukarkan istri masing-masing. Pertukaran istri ini bermotif mencari keturunan, faktor ekonomi lemah, untuk ritual dan fungsi rekreatif. Yang kedua dampak yang ditimbulkan dari pertukaran istri yang terjadi di Dukuh Gumul adalah status keturunan anak yang dilahirkan menjadi rancu dan tidak jelas. Ketiga tentang reaksi pasif warga terhadap perilaku pasangan yang melakukan pertukaran istri tersebut. Masyarakat tidak mengambil tindakan menasehati atau memberi larangan terhadap apa yang mereka lakukan. Reaksi masyarakat sekitar terhadap pasangan yang melakukan pertukaran istri cenderung hanya bersifat preventif baiak lewat pertemuan-pertemuan rutin warga.

  Peneliti tentang pernikahan adat ketiga oleh Syarif (2010) dengan judul Larangan Melangkai Kakak Dalam Perkawinan Adat Mandailing

  

(Desa Sirambes Kecamatan Panyambungan Barat Mandaling Natal) .

  Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif. Syarif melakukan penelitian langsung melalui metode wawancara, observasi dan pengumpulan dokumen arsip Dalam penelitian ini terdapat 3 poin penting, yaitu: pertama adalah setatus hukum perkawinan melangkahi kakak, dalam fikih maupun Kompilasi Hukum Islam tidak ada larangan melangkahi kakak dalam perkawinan, karena dalam undang-undang tidak melarangnya, pernikahannya tetap sah, karena ini hanya ada dalam peraturan adat disuatu desa saja. Yang kedua tanggapan masyarakat dan para pemuka agama di Desa Sirambas, masyarakat masih mempertahankan kebiasaan adat yang berlaku di desanya, walapun larangan pernikahan melangkahi kakak sudah dianggap hal yang tidak tabu lagi, tetapi ada beberapa orang tua yang masih melarang anaknya dengan alasan tersebut.

  Pernikahan melangkahi kakak boleh dilakukan, tetapi mempelai harus memberikan sesuatu untuk diberikan kepada kakaknya, walau tidak ditentukan besarannya, dengan suka rela dan tidak memberatkan pihak laki-laki. yang ketiga pandangan menurut fikih dan KHI, dalam fikih tidak melarang pernikahan melangkahi kakak, hanya saja seseorang yang sudah saatnya untuk menikah harus menyegerakannya, bahkan untuk menolak lamaran yang sudah sekufu pun tidak dibenarkan, oleh karena itu melarang seorang yang akan menikah adalah perbuatan yang diharamkan. Karena ajuran untuk menikah sangat jelas dalam Al-

  qur‟an dan Hadis. Menurut

  KHI, dalam KHI tidak ada larangan melangkahi kakak maupun adik, sedangkan tentang uang pelangkahan ada 2 kategori yang diatur, pertama apabila uang pelangkahan tersebut dianggap sebagai persyaratan maka itu tidak dibenarkan. Yang ke dua, apabila uang pelangkahan itu hanya sekedar pemberian yang diberikan oleh keluarga laki-laki kepada kakaknya, tanpa pemberian patokan, sehingga tidak memberatkan keluarga laki-laki maka ini sesuai kaidah fikih tidaklah bertentangan dengan hukum Islam.

  Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Eka (2013) yang berjudul

  

Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan Adat Di Desa Ketapang

Kecamatan SungkaiSelatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung

Dalam Perspektif Hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode

  kualitataif, dengan melakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian, sumber data yang didapatkan dengan data primer dan data sekunder, pengumpulan data dengan metode observasai, wawancara, analisis data yang dibagi menjadi dua yaitu: deduktif dan kualitatif. Faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi kawin lari ini adalah tidak direstuinya orang tua, syarat-syarat pembayaran dan pembiayaan yang terlalu tinggi, laki-laki dan perempuan telah melakukan zina, faktor budaya atau tradisi adat. Tradisi kawin lari ini dianggap jalan yang paling baik, karena pasangan telah melakukan keputusan sepihak tanpa merundingkan dengan orang tua mereka. Jika dilihat dengan perspektif hukum Islam adalah: pertama, hukum Islam memerintahkan bagi kaum perempuan untuk keluar rumah tanpa disertai dengan muhrimnya. Kedua, bertentangan dengan perintah untuk berbakti kepada orang tua karena dengan adanya kawin lari orang tua merasa kecewa dan sakit hati terhadap apa yang telah diperbuat oleh anak mereka. Ketiga, hukum Islam melarang pria dan wanita yang bukan muhrimnya untuk tinggal bersama karena dikhawatirkan akan terjadi hal- hal yang mendekati zina. Keempat, tuntunan agama Islam uang mahar pemberian calon suami kepada calon istri disesuaikan dengan kemampuan calon suami dan tidak boleh memberatkannya

  Penelitian terakhir yang berkaitan dengan adat dilakukan oleh Mochammad (2013) dengan berjudul Pelaksanaan Ijab Kabul Pernikahan

  

Dengan Sistem Pitungan Jawa (Studi Kasus Di Desa Jetak, Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang) . Penelitian ini mengunakan metode filed

research kualitatif untuk melakukan penelitian seputar tata cara seseorang

  menetukan waktu-waktu yang baik untuk melangsungkan ijab qabul dan mengetahui persepsi masyarakat. Hasil temuan penelitian ini adalah mengenai: 1.

  Alasan-alasan para pelaku pelaksanaan ijab kabul terikat oleh waktu, yaitu: a.

  Masyarakat menggunakan waktu dalam menentukan pelaksanaan ijab kabul pernikahan karena sudah menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang dahulu.

  b.

  Dengan menggunakan penentuan waktu dalam pelaksanaan ijab qabul penikahan, keluarga yang menikah akan terhindar dari semua ancaman marabahaya.

  c.

  Jika seseorang sudah tahu dan mempercayai dengan waktu pelaksanaan ijab qabul pernikahan, mereka harus menggunakannya. Selain dalam hajat pernikahan pun mereka juga harus menggunakan waktu-waktu yang dipercayainya waktu baik, jika dilanggar dipercaya akan mendapatkan marabahaya.

  2. Persepsi para tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang pelaksanaan ijab kabul pernikahan dengan sistem perhitungan waktu sangatlah beragam, dari yang setuju dengan alasan supaya mendapat kemantaban sampai beralasan untuk melestarika warisan nenek moyang zaman dahulu. Begitu juga dengan tanggapan yang tidak setuju dengan pelaksanaan ijab kabul dengan sistem perhitungan waktu karena mereka beralasan dalam syari‟at Islam tidak ada.

  3. Ilmu fikih menganggap tradisi itu adalah sebagai kebudayaan masyarakat, tidak ada yang disalahkan karena ilmu fikih adalah ilmu yang bersumber dari nash Al Qur‟an dan Hadist, sedangkan tradisi atau kebudayaan bersumber dari para leluhur yang lebih dahulu masuk ke tanah Jawa khususnya. Ajaran yang masuk di tanah Jawa yang di bawakan oleh para wali juga tidak lepas dari tradisi-tradisi Jawa. Para wali memasukkan ajaran Islam ke Jawa dengan muatan-muatan budaya Jawa. Jadi dengan adanya budaya- budaya Jawa tidak bisa ditolak langsung dengan aturan ilmu fikih yang bersumber dari syari‟at Islam. Tradisi tersebut termasuk dalam „urfal-fasid karena dalam pelaksanaannya masih menggunakan unsur-unsur mistik.

  Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai pernikahan adat. Ada perbedaan dengan penelitian yang saya teliti. Jika penelitian yang telah dilakukan berkutat dengan larangan menikah di bulan Muharram dan pernikahan yang terikat dengan pitungan, maka penelitian saya ini menyangkut pernikahan tanpa ijab qobul dan mahar, dengan judul Perkembangan Pernikahan Adat Tumpeng Desa

  Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

B. Kerangka Pikiran 1. Pengertian Pernikahan

  Pengertian perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqanghalidzan untuk mentaati perintah Allah Swt. dan melaksanakannya merupakan ibadah.

  Al Qur‟an menjuluki pernikahan dengan mitsaqanghalizhan, janji yang sangat kuat. Ini mengisyaratkan bahwa pernikahan itu merupakan perjanjian serius antara mempelai pria (suami) dengan mempelai perempuan (istri). Karena pernikahan yang sudah dilakukan itu harus dipertahankan kelangsungannya. Sungguhpun talak (perceraian) itu dimungkinkan (dibolehkan) dalam Islam, tetapi Rasulullah SAW. menjulukinya sebagai perbuatan halal yang dibenci Allah. Dan itulah sebabnya mengapa dalam akad nikah harus ada saksi minimal dua orang, disamping wali nikah meskipun tentang status hukumnya apakah dia sebagai rukun atau hanya tergolong syarat sah nikah tetap diperdebatkan oleh para ulama (fuqaha) (Amin, 2005: 50).

  Meneruskan keturunan adalah sunatullah yang berlaku pada semua makhluk untuk melangsungkan hidupnya. Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, “perkawinaan” berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin digunakan secara umum untuk tumbuhan, hewan dan manusia. Berbeda dengan menikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat dan terutama menurut agama. Menurut Islam nikah adalah akad atau ikatan karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qobul (pernyatan penerimaan dari pihak laki-laki). Adapun menurut syarak, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu samama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera (Tihami&Sahrani, 2009 : 6-8).

  Pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari- hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al Qur‟an dan Hadist Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam A l Qur‟an dengan arti kawin, (Syarifuddin, 2006:35)seperti dalam Surat

  An Nisa‟ ayat 3:

َٰىَُۡثَي ِءٓاَغُِّنٱ ٍَِّي ىُكَن َباَط اَي ْإُحِكَٱَف َٰىًَََٰتٍَۡنٱ ًِف ْإُطِغۡقُت الََّأ ۡىُتۡفِخ ٌِۡإَٔ

الََّأ َٰٓىََ ۡدَأ َكِن ََٰر ۡۚۡىُكُُ ًٌَََٰۡأ ۡتَكَهَي اَي َۡٔأ ًةَذ ِح َََٰٕف ْإُنِذ ۡعَت الََّأ ۡىُتۡفِخ ٌِۡئَف ََۖعََٰبُسَٔ َثََٰهُثَٔ

  ) ( ٣ ْإُنُٕعَت

  Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil

  

terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu

Dokumen yang terkait

AKULTURASI ADAT PERNIKAHAN JAWA DENGAN MADURA DI KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 1980-2014

8 66 106

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN USIA MUDA PEREMPUAN DESA SUMBERDANTI KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER

1 59 41

PROSESI PERNIKAHAN ADAT JAWA di KELURAHAN BANDAR JAYA BARAT, KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

1 67 79

REOG KRIDO SANTOSO DI DUSUN NGASINAN DESA SUMBEREJO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG - Institutional Repository ISI Surakarta

0 1 167

PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI DI SD NEGERI CANDIGARON 02 DESA CANDIGARON KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 1 97

POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009. - Test Repository

0 1 123

PENGARUH TINGKAT KETAATAN BERAGAMA TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI BENER 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 - Test Repository

0 1 94

PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

0 0 137

KEARIFAN LOKAL DALAM UPACARA KEAGAMAAN PADA MASYARAKAT DESA JOGOYASAN, KECAMATAN NGABLAK, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 - Test Repository

0 0 68

PERANAN KELUARGA TERHADAP ANAK DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RW. 08 KELURAHAN BERGAS LOR, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

0 0 91