PERANAN AGAMA PADA TRADISI ADAT SURONAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA DI SUROLOYO DUSUN KECEME DESA GERBOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO DIY 2015 SKRIPSI

  

PERANAN AGAMA PADA TRADISI ADAT SURONAN

TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA DI

SUROLOYO DUSUN KECEME DESA GERBOSARI KECAMATAN

SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO DIY 2015

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

  Oleh: WAHYU NUR ROFIQOH NIM. 11111228 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) 2016

  

MOTTO

Sesungguhnya Allah

mencintai akhlaq yang mulia

dan membenci akhlaq yang

buruk

  

PERSEMBAHAN

  Dengan mengucapkan rasa syukur aku panjatkan kepada Allah SWT atas segala semua keindahan dan keberkahan dalam kehidupanku. Kepada orang-orang yang aku sayangi dan cintai akan kupersembahkan karya tulis ini untuk kalian:

  1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Chamim (alm) dan ibu Wasiatun, yang selama ini senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari kecil sampai sekarang, doa restu yang tulus dan semua nasihat- nasihatnya yang tak pernah putus. Terimakasih atas pengorbanan dan kerja keras Bapak dan Ibu selama ini, tanpa Bapak dan Ibu aku tidak akan sampai sekarang ini.

  2. Kepada kakak-kakak dan adikku tercinta yang selalu memberi motivasi Zahroh Dwi Estiani, Wirda Arum Sari, Puput Nihayati dan Khikmatul Latifah

  3. Kepada Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang selalu mengarahkan dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran.

  4. Sahabat-sahabatku tercinta RAINBOW Ana Lestari, Deni Rahayu R, Istry Mahmudah, Ma’rifatun Nasiroh, terimakasih motivasinya dan yang tak pernah lelah menyemangatiku sehingga skripsi ini terselesaikan.Terimakasih telah memberi warna indah dalam persahabatan yang telah kalian berikan selama kurang lebih empat tahun ini. Semoga kesuksesan selalu mengiri langkahkita

  5. Kiky, Imel, Rivda dan Mba Tyna sahabat kecil setiaku yang selalu mendukungku

  6. TEAM NJO DOLAN yang selalu memberi motivasi

  7. Teman-teman seperjuangan Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI 2011, khususnya kelas PAI F

KATA PENGANTAR

  Asslamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-

  Nya. Shalawat dan salam ta‟dzim senantiasa terlimpahkan kepada beliau habibina Nabiyyullah Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya serta kepada semua umatnya.

  Berkat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERANAN AGAMA PADA TRADISI ADAT SURONAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA DI SUROLOYO DUSUN KECEME DESA GERBOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO DIY 2015”.

  Yang secara akademis menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Pendidikan Agama Islam. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

  Di samping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan tersusun dengan baik.

  Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga

  2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusaan Pendidikan Agama Islam (PAI)

  4. Bapak Prof. Dr.H.Mansur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing dalam Skripsi ini yang telah meluangkan waktunya.

  5. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga, khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama Islam 6.

  Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.

  7. Kepala Desa Gerbosari yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di Desa tersebut.

  8. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI 2011, yang selalu memberikan semangat dan memberi warna dalam hari-hari penulis.

  9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga kebaikan hati mereka mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT, serta memperoleh kesuksesan dunia akhirat.

  Penulis sadari, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca.

  Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat.

  Salatiga,14 Januari 2016 Penulis WAHYU NUR ROFIQOH

  

ABSTRAK

  Wahyu Nur Rofiqoh. 2016. PERANAN AGAMA PADA TRADISI ADAT

  

SURONAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA DI

SUROLOYO DUSUN KECEME DESA GERBOSARI KECAMATAN

SAMIGALUH KABUPATEN KULONPROGO DIY 2015. Skripsi, Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Prof.Dr. H. Mansur M.Ag Kata kunci: Peranan Agama, Tradisi Adat Suronan Terhadap Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja

  Latar belakang pembuatan skripsi ini untuk mengetahui peranan agama pada tradisi adat suronan terhadap pembentukan sikap keagamaan remaja di Suroloyo . Fokus yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana tradisi adat suronan di dusun Keceme Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo DIY, apa fungsi tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh DIY, Bagaimana peranan agama pada tradisi adat suronan terhadap pembetukan sikap keagamaan remaja di Suroloyodusun Keceme Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo DIY. Adapun tujuan penelitian ini Mengetahui tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme Desa Gerbosari, untuk mengetahui fungsi tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme Desa Gerbosari dan untuk mengetahui bagaimana peranan agama pada tradisi adat di Suroloyo dusun Keceme Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo DIY 2015.

  Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil diambil dari para informan / responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut merupakan keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agama berperan pada tradisi adat suronan ini terhadap pembentukan sikap keagamaan remaja di Suroloyo dusun Keceme. Meskipun peranan agama pada tradisi adat suronan ini tidak berperan sepenuhnya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ............................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... v HALAMAN MOTTO................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii KATA PENGANTAR................................................................................. ix ABSTRAK .................................................................................................. xii DAFTAR INFORMAN ............................................................................... xiii DAFTAR ISI............................................................................................. xiv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah................................................................

  B.

  5 Rumusan Masalah .........................................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ...........................................................................

  D.

  6 Kegunaan Penelitian .......................................................................

  E.

  7 Penegasan Istilah ............................................................................

  F.

  9 Penelitian yang Relevan.................................................................. ...

  G.

  11 Metode Penelitian............................................................................

  1.

  11 Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................

  2.

  13 Kehadiran Peneliti ..............................................................

  3.

  14 Lokasi Penelitian..................................................................

  4.

  14 Sumber Data .......................................................................

  5.

  15 Prosedur Pengumpulan Data .............................................

  6.

  17 Analisis Data........................................................................

  7.

  18 Pengecekan Keabsahan Data..............................................

  8.

  19 Tahap-tahapPenelitian.........................................................

  H.

  20 Sistematika Penulisan......................................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  22 Pengertian Tradisi Suronan.......................................................

  1.

  25 Pengertian Tradisi...............................................................

  2.

  26 Pengertian Suronan.............................................................

  B.

  27 Pengertian Sikap Keagamaan....................................................

  1.

  28 Pengertian Agama Islam......................................................

  2.

  29 Pengertian Sikap Keagamaan..............................................

  3.

  32 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi keagamaan................

  4.

  34 Dimensi keagamaan..............................................................

  C.

  36 Pengertian Remaja.....................................................................

  D.

  Peranan Tradisi Adat Suronan terhadap pembentukan Sikap Keagamaan Remaja........................................................

  38 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.

  38 Kondisi lokasi Penelitian.............................................................

  1.

  38 Letak Geografis.........................................................................

  2.

  40 Keadaan Penduduk ...................................................................

  B.

  42 Temuan Penelitian....................................................................

  1.

  45 Latar Belakang Tradisi Suronan........................................

  2.

  47 Bentuk Adat Suronan Di Suroloyo.....................................

  3.

  49 Faktor Pendukung Dan Penghambat..................................

  4.

  50 Presepsi Tokoh Tentang Tradisi Adat Suronan.................

  BAB IV ANALISA DATA A.

  62 Prosesi Tradisi Adat Suronan Di Suroloyo ..................................

  B.

  64 Fungsi Tradisi Adat Suronan Di Suroloyo...................................

  C.

  Peranan Dalam Tradisi Adat Suronan Terhadap Pembentukan Sikap keagamaan Remaja.............................................................

  70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................ 76 B. Saran.................................................................................................. 79

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak kekayaan yang

  beraneka ragam. Kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tersebut

  bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja, tetapi masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan budaya, adat dan tradisi bangsa Indonesia yang tersebar di setiap provinsi, pulau, suku wilayah-

  wilayah bahkan sampai pelosok-pelosok pedesaan. Kebudayaan atau adat istiadat yang terpelihara tersebut akan menjadi satu identitas kehidupan masyarakat di suatu tempat atau wilayah. Seperti yang diungkapkan oleh Suparlan dalam Jalaluddin (1996 : 170) bahwa tradisi adalah unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah.

  Salah satu kekayaan kebudayaan orang-orang Jawa adalah tradisi adat suronan yang dirayakan setiap tahun sekali pada tanggal 1 malam suro (1 muharam) di daerah Yogyakarta dan Surakarta.Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi).

  Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).

  Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat

sakral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat.

  

Banyak cara yang digunakan untuk memperingati satu Suro. Hal ini

tergantung dari kepercayaan masyarakat dan pengaruh lingkungan sekitarnya.

  Seperti halnya masyarakat di dusun Keceme kecamatan Samigaluh kabupaten Kulon Progo juga merayakan ritual adat suronan di setiap tahunnya, tepatnya di Suroloyo. Di Puncak Suroloyo tersebut setiap tahun pada malam satu Suro merayakan suronan dengan berbagai adat yang menjadi ciri khas di daerah tersebut. Setiap malem suro tiba masyarakat di daerah Suroloyo merayakan suronan dengan cara berdoa bersama biasa di sebut dengan tirakatan. Doa bersama tersebut dilakukan tepat pada jam 24.00, namun pembukaan acara suronan tersebut sudah di mulai sehabis magrib.

  Tirakatan tersebut bertujuan agar masyarakat di sekitar sana bisa hidup lebih baik dari tahun sebelumnya dan apa yang menjadi doa akan terkabulkan.

  Setelah melakukan tirakatan semalem suntuk dan ada pertunjukan

wayang pada malam hari tersebut pada esok harinya di dusun Keceme

melakukan upacara adat yang semua warga baik orang tua maupun remaja

disana berpakaian memakai adat jawa.Setelah itu melakukan Upacara jamasan

pusaka diadakan di Suroloyo, Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan

Samigaluh setiap tanggal 1 Suro tahun baru jawa.Pusaka yang dijamasi adalah

Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo.

  Pusaka ini merupakan pemberian dari Kraton Kasultanan Yogyakarta.

Prosesi jalannya upacara dimulai dengan kirab dari kediaman sesepuh Dusun

  

Keceme menuju sendang Kawidodaren. Arak-arakan terdiri dari sesepuh dan

tokoh masyarakat setempat, diikuti hasil bumi yang dibentuk gunungan serta

rombongan kesenian tradisional Kemudian pusaka tersebut dijamasi di

sendang Kawidodaren.Yang menarik dari kegiatan ritual ini adalah adanya

Udik-udik yang diperebutkan oleh para warga masyarakat maupun para

pengunjung. Udik-udik berupa hasil bumi ini konon dimaksudkan untuk

mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa agar hasil pertaniannya

berhasil.Dalam upacara tersebut di datangi oleh bupati Yogyakarta.

  Lain halnya dengan masyarakat Jawa lainnya, bulan Suro sebagai awal

tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau suci, bulan yang

tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan

dengan Yang Maha Kuasa.Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini

untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus

tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.

Sedangkan waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari

godaan yang menyesatkan.Karenanya dapat dipahami jika kemudian

masyarakat Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro.

Pesta pernikahan yang biasanya berlangsung dengan penuh gemerlap

dianggap tidak selaras dengan lelaku yang harus dijalani selama bulan Suro.

  Dalam kehidupan masyarakat di dusun keceme desa Gerbosari

Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo , ritual adat suronan

merupakan tradisi adat yang sudah mengakar di dusun keceme dan para

remaja di dusun tersebut masih kurang mengerti tentang agama. Mereka beranggapan bahwa ritual adat yang di lakukan setiap tahunnya merupakan hiburan yang tidak terlewatkan. Remaja di dusun keceme beranggapan bahwa ritual tersebut tidak mengandung hal-hal akan keagaaman. Sehingga faktor yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan pemahaman keagamaan tersebut karena kurang sadar dari pribadi, pendidikan yang rendah dan tidak ada untuk belajar tentang ilmu keagamaan.Jadi hal tersebut mempengaruhi sikap keagamaan yang kurang pada remaja khususnya di dusun keceme.

  Berangkat dari uraian di atas, maka penulis mengambil penelitian skripsi ini dengan judul “ PERANAN AGAMA PADA TRADISI ADAT SURONAN TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA DI SUROLOYO DUSUN KECEME, DESA GERBOSARI, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2015 “.

B. Rumusan Masalah

  Penelitian dilakukan karena adanya suatu masalah yang membutuhkan pembahasan atau penyelesaian. Masalah dalam sebuah penelitian berarti juga fokus yang menjadi pusat pembahasan.

  Secara umum masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Rumusan masalah (problematika) diperlukan sebagai arah atau pedoman dalam melakukan penelitian.

  Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Bagaimana tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme, Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ? 2. Apa fungsi tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa

  Yogyakarta ? 3. Bagaimana peranan agama pada tradisi adat suronan terhadap pembentukan sikap keagamaan remaja di Suroloyo dusun Keceme,

  Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :

  1. suronan di Suroloyo dusun Keceme, Untuk mengetahui tradisi adat

  Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ?

  2. Untuk mengetahui fungsi tradisi adat suronan di Suroloyo dusun Keceme,

  Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ?

  3. Untuk mengetahui peranan agama pada tradisi adat suronan di Suroloyo

  dusun Keceme, Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat ataupun kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu teoritis dan secara praktis sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis Manfaat penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam ranah pendidikan dan tradisi adat suronan di Yogyakarta.

  2. Secara Praktis a.

  Manfaat penelitian ini dapat membantu menyampaikan tradisi adat suronan yang dilaksanakan di Suroloyo dusun keceme desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. b.

  Manfaat penelitian ini dapat menjaga dan membentengi kemurnian keimanan umat Islam yang masih belum bisa meninggalkan budaya tradisi adat suronan agar tidak terjerumus kedalam pengartian secara musyrik.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap penafsiran judul, maka penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok

maupun kata-kata yang menjadi variable dalam penelitian ini. Antara lain :

1.

  Peranan

  Peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku (Usman, 2001: 4) 2. Tradisi

  Tradisi merupakan kata dari bahasa latin yaitu tradhito yang artinya diteruskan atau kebiasaan. Tradisi dalam pengertian sederhana adalah suatu yang telah dilakukan dari sejak lama yang menjadi bagian hidup dari kehidupuan suatu kelompok masyarakat.

  Hal yang mendasari tradisi adalah informasi yang diteruskan generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena kalau tidak diteruskan tradisi akan punah. Menurut (Afnan, 2006) Tradisi merupakan

  darah daging dalam tubuh masyarakat, sementara mengubahnya adalah sesuatu yang sangat sulit, maka satu langkah bijak ketika tradisi itu tidak diposisikan berhadapan dengan ajaran, tetapi justru tradisi sebagai pintu masuk ajaran.

  3. Suronan

  (Kamajaya, 1992:6) suran adalah tradisi tahun baru jawa untuk memperingati/menyambut tahun baru 1 Suro. Orang Jawa menghormati dan menyambut kedatangan tahun barunya tidak dengan pesta pora seperti orang barat menyambut tahun baru masehi dan tidak pula seperti orang Cina menyambut tahun baru imlek beramai-ramai. Orang jawa menyambut tahun barunya dengan berbagai laku yang bernilai keprihatinan, karena Suran merupakan salah satu upacara keramat bagi orang jawa. Sura masuk dalam penggalan Jawa yang di sebut juga kalender Jawa/ kalender Sultan Agung, dan merupakan bulan pertama dalam kalender tersebut.

  (Kamajaya, 1992:82), juga menyatakan bahwa masyarakat Jawa memperingati 1 Suro sebagai tahun barunya caranya. Pedomannya prihatin, mohon ampundan petunjuk Tuhan agar selamat sejahtera, di jauhi malapetaka.

  Sebagai contoh yang paling mudah ditemui di Jawa khususnya di seputaran Yogyakarta tepatnya di suroloyo adalah Tirakatan (tidak tidur semalam suntuk) dengan tuguran (perenungan diri sambil berdoa) dan Pagelaran Wayang Kulit .setelah itu pada keesokan harinya ada ritual Upacara Adat Jamasan Pusaka di Kawasan Puncak Suroloyo dengan arak- arakan kesenian.

  4. Pembentukan

  Pembentukan adalah bahwa kemampuan yang ingin diubah dari diri seseorang sudah ada sejak lahir meskipun sangat kecil yaitu trait atau sifat.

  5. Sikap keagamaan Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti segenap kepercayaan (kepada tuhan) serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan.

  Sikap merupakan perbuatan yang digunakan sebagai reaksi terhadap suatu rangsangan yang disertai dengan peniruan dan perasaan (Ngalim Purwanto, 1987: 141).

  Jadi yang dimaksud sikap keagamaan di sini adalah pemahaman individu terhadap suatu agama dan bagaimana realisasi diri dari pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam hal ini penulis batasi pada dimensi ritual yang terdiri dari sholat , puasa dan baca Al- Qur’an.

  6. Remaja rasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Masarlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

F. Metode Penelitian

  Metode penelitian ini di bagi menjadi delapan tahap , yaitu : 1.

  Pendekatan dan jenis penelitian Pada penelitian ini penulis menitik beratkan pada “Peranan tradisi adat suronan dalam pembentukan sikap keberagamaan remaja yang ada di

  Surooyo dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta”, dengan menggunakan metode kualitatif.

  Dengan demikian, pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai (diperoleh) dengan menggunakan proseur-prosedur statistic atau dengan cara-cara lain dari kualifikasi (pengukuran) (Djuanidi Ghani, 1997: 22). Penelitian kualitatif itu merupakan penelitian tentang kehidupan , riwayat dan perilaku seseorang.

  Dalam pendekatan kualitatif ini semua data di peroleh dalam bentuk kata-kata lisan maupun tulisan yang bersumber dari manusia. Cirri- ciri pendekatan kualitatif sebagai berikut : a.

  Mempunyai latar belakang b.

  Manusia sebagai alat c. Memakai metode kualitatif d.

  Analisa data secara induktif e. Lebih mementingkan proses dari pada hasil f. Desain yang bersifat sementara g.

  Adanya batas yang di tntukan oleh fokus h. Teori dari dasar i. Penulisan bersifat deskriptif j. Hasil penelitian di rundingkan dan di sepakati bersama.

  Untuk memperoleh data tentang “Peranan tradisi adat suronan dalam pembentukan sikap keberagamaan remaja yang ada di Suroloyo dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta” di perlukan pengamatan yang mendalam. Oleh karena itu kegiatan tersebut melalui pendekatan kualitatif.

  Adapun jenis penelitian yang d gunakan oleh penulis adalah deskriptif.

  Menurut Sumardi Suryabrata (1998: 19) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat pecandraan (uraian, paparan) mengenai situasi-situasi kejadian- kejadian” tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat researt di lakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu”. Sedangkan menurut Anselm Sttrauss (2003: 158) “bahwa seorang peneliti harus dapat menunjukkan sifat peristiwa yang berkembang, dengan mengetahui mengapa dan bagaimana tindakan.

  Berdasarkan pendapat di atas, pendekatan kualitatif ini di maksudkan untuk menjelaskan peristiwa atau kejadian yang ada pada saat penelitian berlangsung, yaitu tentang “Peranan tradisi adat suronan dalam pembentukan sikap keberagamaan remaja yang ada di Suroloyo dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta”.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam hal ini juga disebut partisipasi, menurut Maryaeni (2005:

  68)” Bahwa partisipasi dengan istilah lain terlibat atau keterlibatan, merupakan kegiatan wajib yang dilakukan oleh peneliti daam kaitannya dengan penelitian kualitatif dalam rangka untuk peng umpulan data”.

  Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamatai dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya di telaah guna menemukan makna. Oleh karena itu, kehadiran penelitian di lapangan sngat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai instrument langsung dan sebagai pengumpulan data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.

  3. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Suroloyo Dusun Keceme, Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta sebuah desa yang terletak di deretan pegunungan Menorah. Puncak Suroloyo yang merupakan puncak tertinggi di daerah Kulonprogo Yogyakarta yang memiliki panorama yang sangat indah yang menarik banyak para wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut. Mata pencaharian masyarakat disana mayoritas adalah sebagai petani cengkeh dan buruh. Ketika malam satu Suro datang para masyarakat disana khususnya remaja belum mengetahui apakah suronan yang sesungguhnya. Mereka hanya berfikir ritual yang wajib di rayakan setiap tahunnya dengan sambutan kegembiraan dan belum faham karena pengetahuan agama yang kurang. Hal ini juga menjadi alasan penulis untuk mengadakan penelitian di desa tersebut.

4. Sumber Data

  Penelitian dapat memperoleh sumber data berupa: catatan hasil observasi, wawancara, foto, rekaman auditif dan sebagianya”. Data dalam penelitian ini adalah semua data atau informasi yang di peroleh dari informan yang di anggap penting. Selain itu ada data juga yang dihasilkan dari dokumentasi yang menunjang. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a.

  Kata-kata atau tindakan

  Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informasi/responden pada waktu mereka di wawancani. Dengan lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informasi dari beberapa pihak diantaranya. Pejabat desa, tokoh agama, masyarakat sekitar dan para remaja yang penulis anggap mampu untuk memberikan keterangan yang relevan.

  b.

  Data Tertulis (Dokumentasi) Data yang berbentuk tulisan di peroleh dari tokoh desa dan dokumen-dokumen yang lain yang tentunta masih berkaiatan dengan subjek penelitian.

  c.

  Foto Dalam penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti diperoleh beberapa foto tentang “tradisi adat suronan di Suroloyo Dusun Keceme

  Desa Gerbosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo DIY”.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Agar sebuah kajian ilmiah dapat di sajikan secara sistematis, langkah pertama yang perlu di lakukan adalah penentuan seperangkat metode yang sesuai dengan objek dan karateristik materi yang di angka. Hal ini dimaksud agar sebuah metode penelitian rasional dan terarah maka penelitian menggunakan teknik-teknik penggumpulan data yan tersebut di bawah ini : a.

  Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang di selidiki. Penulis berusaha mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan symbol-simbol tertentu). Selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang di observasi dengan mencatat , merekam , memotret ,fenomena tersebut berguna untuk penemuan data analisis. Metode observasi di gunakan untuk mengamati apakah ada peranan tradisi adat suronan di Suroloyo, Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo DIY.

  b.

  Wawancara dan Interview Wawancara identik dengan pengumpulan data, dengan bertanya langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Jadi

  Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk di jawab secara lisan pula “(Maryaeni (2005: 70). Ciri utama adalah kontak langsung dengan tatap muka antara penulis dan sumber informasi. Metode wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang peranan tradisi adat suronan di

  Suroloyo, Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo DIY.

  c.

  Dokumen Dalam memperluas pengolahan data, teknik ini sangat dibutuhkan. Jadi, “Teknik ini adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah penyelidik” (hadari nawawi, 1990:133). Metode ini digunakan untuk lebih memperluas pengamatan dan pengumpulan data terhadap sesuatu yang di selidiki oleh peneliti.

6. Analisis data

  Menurut (Winarno Surachmad, 1972:131) mengatakan, “analisis data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lain-lainnya. Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu di lanjutkan dengan berupaya mencari makna”.

  Menurut (Iman Suprayogo dan Tobroni, 2001:192) “Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat di mulai setelah penelitian memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat di analisis”, kegiatan-kegiatan analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi: a.

  Menetapkan fokus penelitian.

  b.

  Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul.

  c.

  Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.

  d.

  Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikut.

  Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis data, sebagai tatap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

7. Pengecekan keabsahan data

  Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Menurut (Moleong, 2000:175) mengatakan pemeriksaan keabsahan data yaitu: a.

  Perpanjangan keikutsertaan b.

  Ketekunan pengamatan c. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi d.

  Analisis kasus negatif e. Kecakupan referensional f. Pengecekan anggota g.

  Uraian rinci h. Auditing 8.

  Tahap-tahap penelitian Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a. Penelitian pendahuluan

  Penulis mulai datang ke lokasi penelitian serta mulai mengamati dan menjajaki keadaan di lokasi penelitian tentang tujuan mereka datang ke Puncak Suroloyo dusun Keceme desa Gerbosari kecamatan Samigaluh.

  b. Pengembangan desain

  Setelah mengamati lokasi penelitian, penulis mulai menyusun pedoman-pedoman yang akan digunakan untuk kegiatan wawancara.

  c. Penelitian di lapangan Setelah penulis mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tradisi adat suronan dan peranan agama pada tradisi suronan tersebut di Suroloyo dusun Keceme. Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan.

A. Sistematika Penelitian

  Bab I PENDAHULUAN Memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

  penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

  Bab II LANDASAN TEORI Memuat tentang pengertian tradisi, suronan, sikap keagamaan dan , remaja. Bab III LAPORAN HASIL PENELITIAN Memuat tentang Gambaran umum tentang tradisi adat

  suronan di suroloyo dan mengetahui perilaku remaja di Suroloyo, Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo DIY.

  Bab IV ANALISIS DATA

  Atas hasil penelitian yang menguraikan data hasil penelitian dari pada remaja dusun keceme, desa gerbosari, kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo DIY, tentang hal ini berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti dengan menggunakan alat analitik yang telah ditentukan.

Bab V PENUTUP Di dalam bab terakhir ini atau bagian akhir dari penyusunan

  skripsi ini, penulis menyajikan bagian-bagian dari penutup yaitu kesimpulan saran. Kemudian dalam bagian akhir akan diisi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Tradisi Suronan 1. Tradisi Istilah tradisi, secara umum dimaksudkan untuk menunjukkan

  kepada suatu nilai, norma dan adat kebiasaan yang berbau lama dan hingga kini masih diterima, diikuti bahkan dipertahankan oleh kelompok masyarakat tertentu.

  Menurut khasanah bahasa Indonesia, “tradisi” berarti segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun temurun dari nenek moyang (Poerwadarminta, 2006:1208). Ada pula yang menjelaskan tradisi sebagai warisan masa lalu itu dapat berupa nilai, norma sosial, pola kelakuan dan adat kebiasaan lain yang merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan (Bawani, 1990:23). Berdasarkan dua sumber tersebut jelaslah tradisi (turats) adalah segala warisan masa lampau yang sampai kepada kita dan masuk ke dalam kebudayaan yang sekarang berlaku.

  Dengan demikian, tradisi tidak hanya merupakan persoalan kontribusi zaman kini dalam berbagai tingkatannya (Hakim, 2003: 29).

  Secara terminol ogi perkataan “tradisi mengandung suatu pengertian tersembunyi tentang adanya kaitan antara masa lalu dengan masa kini. Tradisi menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. Sewaktu orang berbicara tentang tradisi Islam atau tradisi Kristen secara tidak sadar ia sedang menyebut serangkaian ajaran atau doktrin yang dikembangkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu, tetapi masih hadir dan malah tetap berfungsi sebagai pedoman dari kehidupan sosial pada masa kini.

2. Suronan

  Suran merupakan suatu upacara yang sudah dilaksanakan turun temurun untuk memperingati tahun baru jawa. Untuk merayakannya masyarakat melakukan berbagai cara untuk memohon keselamatan, ketentraman dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

  Menurut Kamajaya (1992: 6) suran adalah tradisi tahun baru jawa untuk memperingati/menyambut tahun baru 1 Suro. Orang Jawa menghormati dan menyambut kedatangan tahun barunya tidak dengan pesta pora seperti orang barat menyambut tahun baru masehi dan tidak pula seperti orang Cina menyambut tahun baru imlek beramai-ramai. Orang jawa menyambut tahun barunya dengan berbagai laku yang bernilai keprihatinan, karena Suran merupakan salah satu upacara keramat bagi orang jawa.

  Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat Jawa. Terlebih apabila satu suro jatuh pada jumat legi, akan di anggap sangat kramat. Untuk sebagian masyarakat pada malam satu Suro dan Satu suro dilarang untuk bepergian kemana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepadaNya.

  Oleh karena itu bulan Suro yang dalam Islam dikenal dengan bulan Muharram, yang terkenal sakral dan penuh mistik di kalangan sebagian orang. Saking sakralnya berbagai keyakinan keliru bermunculan pada bulan ini. Tradisi saat malam satu Suro bermacam-macam tergantung dari daerah mana memandang hal ini. Berbagai ritual yang berbau syirik pun tak tertinggal di bulan ini. Bulan Muharram dalam Islam sungguh bulan yang mulia.

  Endraswara (2005: 152) menjelaskan Sura masuk dalam penggalan Jawa yang di sebut juga kalender Jawa/ kalender Sultan Agung, dan merupakan bulan pertama dalam kalender tersebut. Pada awalnya hingga

  

1633 Masehi masyarakat Jawa menggunakan sistem penanggalan

berdasarkan pergerakan Matahari. Penanggalan Matahari di kenal sebagai

tahun Saka Hindu Jawa, meskipun konsep tahun Saka sendiri bermula dari

sebuah kerajaan di India. Tahun Saka Hindu 1555, bertepatan dengan tahun

1633 Masehi. Ketika itu Raja mataram Sri Sultan Agung Hanyokrosumo

mengubah sistem penanggalan dari sistem Syamsiyah (matahari) menjadi

sistem Komariyah (bulan) yang berlaku untuk seluruh pulau Jawa dan

Madura kecuali Banten karena tidak termasuk wilayah Mataram. Perubahan

sistem penanggalan tersebut dilakukan pada hari jum’at legi. Saat

pergantian tahun baru Saka 1555 tersebut bertepatan dengan tahun baru

Hijriyah tanggal 1 Muharam 1043 Hijriyah / 8 Juli 1633 Masehi. Selain

merubah sistem penanggalan, ada penyesuaian-penyesuaian seperti nama

bulan dan nama hari yang semula menggunakan bahasa Arab / mirip bahasa

Arab kalender Jawa tersebut berlaku hingga saat ini. Dalam kalender Jawa

mempunyai arti dan fungsi tidak hanya sebagai petunjuk hari tanggal dan

hari libur/hari keagamaan, tetapi menjadi dasar dan ada hubungannya dengan apa yang disebut petangan Jazui. Petangan Jazui yaitu perhitungan baik dan buruk yang dilukiskan dalam lambang dan watak suatu hari, tanggal, bulan, tahun, pranatamangsa, wuku, dan lain-lainnya.

  Saat malam satu Suro tiba, masyarakat yang masih mempercayai jika satu Suro itu adalah hari yang sangat kramat, maka masyarakat tersebut merayakan dengan berbagai cara dan kepercayaanya masing-masing. Salah satu contoh yang sampai saat ini ritual tersebut masih di jaga dan di lestarikan yaitu di puncak Suroloyo, tepatnya di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo yaitu dengan melakukan kirab pusaka dengan melakukan jamasan pusaka pada satu sura di Sendang Kawidodaren. Namun sebelum melakukan ritual adat jamasan pusaka para masyarakat melakukan tirakatan semalam suntuk dengan berdoa pada malam satu Suro.

B. Pengertian Sikap Keagamaan 1.

  Pengertian Agama Islam Agama adalah sumber ajaran dan hukum-hukum dari Tuhan untuk menuntun jalan hidup manusia ke arah yang lebih baik. Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya (Abu Ahmadi dan Noor Salimi, 1991 :4)

  Agama adalah sumber petunjuk dan pedoman yang mengandung nilai-nilai yang berasal dari Tuhan yang dipergunakan manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia maupun dengan lingkungan alam sekitar.

  Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara penyembahan dan permohonan dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu (Daud Ali, 1977 :40).

  Sedangkan agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan- ketentuan ibadah dan mu’amalah (syariah) yang menentukan proses berfikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati

  (Ahmadi dan Noor Salimi, 1991: 4).

  Agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari hubungan dengan Allah Swt, sesama manusia, dan lingkungan alamnya, maka orang Islam itu diperintahkan untuk berbuat kebajikan dan mencegah dari yang mungkar.

2. Pengertian Sikap Keagamaan

  Sikap adalah perbuatan sebagai reaksi terhadap suatu rangsangan yang disertai dengan penirian dan perasaan (Purwanto, 1987: 141).

Dokumen yang terkait

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ADAT TUNGGU TUBANG DI DESA PULAU PANGGUNG KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT KABUPATEN MUARA ENIM

5 70 64

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP REMAJA YANG MELAKUKAN TINDAK KRIMINAL PEMBEGALAN DI DUSUN I DESA MULYOREJO KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

1 24 81

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP REMAJA YANG MELAKUKAN TINDAK KRIMINAL PEMBEGALAN DI DUSUN I DESA MULYOREJO KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

0 12 82

HUBUNGAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN KELUARGA DENGAN SIKAP QONAAH ANAK DI DUSUN TEMU KIDUL, DESA JOGOYASAN, KECAMATAN NGABLAK, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2006

0 0 84

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA TERHADAP PERILAKU SOSIAL REMAJA DUSUN BANARAN DESA BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

0 0 111

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF PADA TAREKAT QADIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DUSUN BALAK DESA LOSARI KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI

0 1 181

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN REMAJA MASJID DENGAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DUSUN LOPAIT DESA LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 0 121

HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN REMAJA MASJID DENGAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DUSUN LOPAIT DESA LOPAIT KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

0 0 122

NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BROKOHAN DI DUSUN KADIPIRO DESA KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

0 0 107

KORELASI ANTARA PERILAKU KEAGAMAAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN MORAL REMAJA DI DESA BATURAGUNG KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 136