Tindak Pidana Korupsi Melalui Modus Operandi Restitusi Pajak Fiktif Yang Mengakibatkan Kerugian Pada Keuangan Negara.
iv
ABSTRAK
TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI
MODUS OPERANDI RESTITUSI PAJAK FIKTIF
YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN PADA KEUANGAN NEGARA
Pascalis Jiwandono
110110090377
Penerapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi atau UU PTPK terhadap kasus yang terkait ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang perpajakan seperti kasus penyelewengan pajak
melalui modus operandi restitusi pajak dianggap melanggar asas specialitas
yuridical sehingga dakwaan terhadap pelaku dapat batal demi hukum. Penelitian ini
bertujuan untuk memberi pemahaman dan menemukan serta menentukan kualifikasi
tindak pidana korupsi yang dapat terjadi melalui modus operandi restitusi pajak fiktif
dan memberi pemahaman serta kepastian hukum terkait pengaturan tindak pidana
korupsi yang terjadi melalui modus operandi restitusi pajak fiktif yang mengakibatkan
kerugian pada keuangan negara.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif.
Melalui metode penelitian tersebut diuraikan jenis data yang diperlukan yaitu data
sekunder. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan. Kemudian data yang diperoleh oleh penulis terkait pemasalahan yang
sedang diteliti dikaji dan dianalisis berdasarkan teori hukum, asas-asas hukum dan
peraturan perundang-undangan.
Perbuatan penyimpangan pajak melalui restitusi pajak fiktif memenuhi
kualifikasi tindak pidana korupsi sebagaimana yang dirumuskan dalam UU PTPK
dengan merujuk pada beberapa aspek yakni pertama, para pelakunya bekerja sama
melakukan perbuatan restitusi pajak fiktif dengan maksud (Oogmerk) untuk
memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi. Kedua, ditinjau dari aspek
keuangan negara menunjukkan adanya pengeluaran negara secara melawan
hukum yang bersumber dari inventaris keuangan negara (APBN/APBD) dan ketiga
ditinjau dari objeknya yakni perbuatan restitusi pajak fiktif yang dikualifikasikan
tindak pidana korupsi adalah terhadap kasus yang telah direalisasikan pembayaran
restitusi pajaknya dan perbuatan restitusi pajak fiktif tersebut didahului dengan
adanya tindak pidana penyuapan atau gratifikasi. Pengaturan ketentuan pidana
terkait penyelewengan pajak melalui modus operandi restitusi pajak fiktif yang telah
mengakibatkan kerugian pada keuangan negara merujuk pada UU PTPK tidak
melanggar asas specialitas yuridical atau kekhususan yang sistematis karena
perbuatan restitusi pajak fiktif telah memenuhi kualifikasi tindak pidana korupsi
terkait dengan kerugian keuangan negara.
ABSTRAK
TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI
MODUS OPERANDI RESTITUSI PAJAK FIKTIF
YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN PADA KEUANGAN NEGARA
Pascalis Jiwandono
110110090377
Penerapan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi atau UU PTPK terhadap kasus yang terkait ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang perpajakan seperti kasus penyelewengan pajak
melalui modus operandi restitusi pajak dianggap melanggar asas specialitas
yuridical sehingga dakwaan terhadap pelaku dapat batal demi hukum. Penelitian ini
bertujuan untuk memberi pemahaman dan menemukan serta menentukan kualifikasi
tindak pidana korupsi yang dapat terjadi melalui modus operandi restitusi pajak fiktif
dan memberi pemahaman serta kepastian hukum terkait pengaturan tindak pidana
korupsi yang terjadi melalui modus operandi restitusi pajak fiktif yang mengakibatkan
kerugian pada keuangan negara.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif.
Melalui metode penelitian tersebut diuraikan jenis data yang diperlukan yaitu data
sekunder. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan. Kemudian data yang diperoleh oleh penulis terkait pemasalahan yang
sedang diteliti dikaji dan dianalisis berdasarkan teori hukum, asas-asas hukum dan
peraturan perundang-undangan.
Perbuatan penyimpangan pajak melalui restitusi pajak fiktif memenuhi
kualifikasi tindak pidana korupsi sebagaimana yang dirumuskan dalam UU PTPK
dengan merujuk pada beberapa aspek yakni pertama, para pelakunya bekerja sama
melakukan perbuatan restitusi pajak fiktif dengan maksud (Oogmerk) untuk
memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi. Kedua, ditinjau dari aspek
keuangan negara menunjukkan adanya pengeluaran negara secara melawan
hukum yang bersumber dari inventaris keuangan negara (APBN/APBD) dan ketiga
ditinjau dari objeknya yakni perbuatan restitusi pajak fiktif yang dikualifikasikan
tindak pidana korupsi adalah terhadap kasus yang telah direalisasikan pembayaran
restitusi pajaknya dan perbuatan restitusi pajak fiktif tersebut didahului dengan
adanya tindak pidana penyuapan atau gratifikasi. Pengaturan ketentuan pidana
terkait penyelewengan pajak melalui modus operandi restitusi pajak fiktif yang telah
mengakibatkan kerugian pada keuangan negara merujuk pada UU PTPK tidak
melanggar asas specialitas yuridical atau kekhususan yang sistematis karena
perbuatan restitusi pajak fiktif telah memenuhi kualifikasi tindak pidana korupsi
terkait dengan kerugian keuangan negara.