Studi Kasus Putusan Mahakamah Agung Repulik Indonesia Nomor 183/K/PID/2010 Tanggal 20 Mei 2010 Tentang Pencemaran Nama Baik Yang Menempatakan PT.Duta Pertiwi Segai Korban.
Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
183/K/PID/2010 Tanggal 20 Mei 2010 Tentang Pencemaran Nama Baik
yang Menempatkan P.T Duta Pertiwi Sebagai Korban
Ondi Alfonso
110110080270
Kejahatan atas kehormatan adalah suatu bentuk delik yang oleh
hukum pidana ditetapkan sebagai suatu kejahatan yang diatur di dalam
buku ke II KUHP tentang kejahatan. Sejak Semula pembuat UndangUndang menciptakan pengaturan tentang kejahatan pencemaran nama
baik ini untuk melindungi kehormatan dan nama baik yang dimiliki orang
(naturlijke person), tetapi dalam perkembangan sekarang ini kasus
pencemaran nama baik bukan hanya pada orang-perorangan saja,
melainkan terhadap badan hukum/korporasi seperti kasus pencemaran
nama baik terhadap PT. Duta Pertiwi dengan terdakwa Fifi Tanang, Fifi
Tanang didakwa telah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik
oleh PT. Duta Pertiwi setelah menceritakan pengalamannya dengan PT.
Duta Pertiwi di majalah harian Investor Daily. Hal ini menimbulkan
pertanyaan mengenai penerapan pasal 310 KUHP dalam menyelesaikan
permasalahan mengenai tindak pidana pencemaran nama baik terhadap
PT. Duta Pertiwi.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa dan meneliti
studi kasus ini adalah melalui data yuridis normatif dengan data utama
berupa data sekunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan studi kasus ini
menunjukkan bahwa, pertama penerapan unsur menyerang kehormatan
atau nama baik yang diatur dalam pasal 310 terhadap kasus pencemaran
nama baik PT. Duta Pertiwi tidak tepat. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan terminologi hukum antara kata orang (natuurlijk persoon)
dengan badan hukum/korporasi ( recht persoon), serta doktin para ahli
hukum pidana yang menyatakan bahwa pencemaran nama baik ialah
delik yang di ciptakan untuk melindungi kehormatan dan nama baik
manusia saja. Kedua , putusan hakim yang melepaskan terdakwa Fifi
Tanang dari segala tuntutan hukum yang dikarenakan adanya kesalahan
pada pengaduan dapat dikatakan sudah tepat. Hal ini dikarenakan
pengaturan aduan absolut yang tercantum dalam pasal 72 KUHP dan
319 KUHP mengharuskan orang yang dirugikanlah yang mengadu, dalam
kasus ini adalah Direktur utama bukan kuasa hukum PT. Duta Pertiwi. Hal
ini juga di jelaskan pada pasal 98 Undang-Undang No 40 tahun 1997
bahwa direksi mewakili sebuah PT di dalam dan diluar persidangan.
iv
183/K/PID/2010 Tanggal 20 Mei 2010 Tentang Pencemaran Nama Baik
yang Menempatkan P.T Duta Pertiwi Sebagai Korban
Ondi Alfonso
110110080270
Kejahatan atas kehormatan adalah suatu bentuk delik yang oleh
hukum pidana ditetapkan sebagai suatu kejahatan yang diatur di dalam
buku ke II KUHP tentang kejahatan. Sejak Semula pembuat UndangUndang menciptakan pengaturan tentang kejahatan pencemaran nama
baik ini untuk melindungi kehormatan dan nama baik yang dimiliki orang
(naturlijke person), tetapi dalam perkembangan sekarang ini kasus
pencemaran nama baik bukan hanya pada orang-perorangan saja,
melainkan terhadap badan hukum/korporasi seperti kasus pencemaran
nama baik terhadap PT. Duta Pertiwi dengan terdakwa Fifi Tanang, Fifi
Tanang didakwa telah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik
oleh PT. Duta Pertiwi setelah menceritakan pengalamannya dengan PT.
Duta Pertiwi di majalah harian Investor Daily. Hal ini menimbulkan
pertanyaan mengenai penerapan pasal 310 KUHP dalam menyelesaikan
permasalahan mengenai tindak pidana pencemaran nama baik terhadap
PT. Duta Pertiwi.
Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa dan meneliti
studi kasus ini adalah melalui data yuridis normatif dengan data utama
berupa data sekunder yang diperoleh dengan studi kepustakaan.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam penyusunan studi kasus ini
menunjukkan bahwa, pertama penerapan unsur menyerang kehormatan
atau nama baik yang diatur dalam pasal 310 terhadap kasus pencemaran
nama baik PT. Duta Pertiwi tidak tepat. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan terminologi hukum antara kata orang (natuurlijk persoon)
dengan badan hukum/korporasi ( recht persoon), serta doktin para ahli
hukum pidana yang menyatakan bahwa pencemaran nama baik ialah
delik yang di ciptakan untuk melindungi kehormatan dan nama baik
manusia saja. Kedua , putusan hakim yang melepaskan terdakwa Fifi
Tanang dari segala tuntutan hukum yang dikarenakan adanya kesalahan
pada pengaduan dapat dikatakan sudah tepat. Hal ini dikarenakan
pengaturan aduan absolut yang tercantum dalam pasal 72 KUHP dan
319 KUHP mengharuskan orang yang dirugikanlah yang mengadu, dalam
kasus ini adalah Direktur utama bukan kuasa hukum PT. Duta Pertiwi. Hal
ini juga di jelaskan pada pasal 98 Undang-Undang No 40 tahun 1997
bahwa direksi mewakili sebuah PT di dalam dan diluar persidangan.
iv