ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA EKONOMI DI KABUPATEN / KOTA JAWA TIMUR.

ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJ A EKONOMI
DI KABUPATEN / KOTA J AWA TIMUR
SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1
Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

SENDIE ENRIL FAHRIAN
0611010053 / FE / EP

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN’
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJ A EKONOMI
DI KABUPATEN ATAU KOTA J AWA TIMUR

Disusun oleh
Sendie Enril Fahrian
0611010053/ FE/ IE

Telah dipertahankan dihadapan
Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J ur usan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 28 Februari 2013

Pembimbing :
Pembimbing Utama

Tim Penguji
Ketua


Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP
Sekretaris
Ir. Hamidah H R, MS
Anggota
Suwar no, Se, Me

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H Dhani Ichsanuddin, Se, MM
NIP. 19630924.196903.1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN


ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJ A EKONOMI
DI KABUPATEN ATAU KOTA J AWA TIMUR

Yang diajukan

Sendie Enr il Fahr ian
NPM : 0611010053

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP

Tanggal: 26 J uli 2012

Mengetahui
Ketua Pr ogdi Ekonomi Pembangunan


Dr a. Ec. Niniek Imaningsih, MP
NIP. 196111201987032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJ A EKONOMI
DI KABUPATEN ATAU KOTA J AWA TIMUR

Yang diajukan

Sendie Enr il Fahr ian
0611010053/ FE/ IE

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama


Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP

Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Dr a. Ec. Niniek Imaningsih, MP
NIP. 196111201987032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tanggal : 26 J uli 2012

SKRIPSI

ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJ A EKONOMI
DI KABUPATEN ATAU KOTA J AWA TIMUR

Yang diajukan


Sendie Enr il Fahr ian
0611010053/ FE/ IE

Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP

Tanggal : 5 Februari 2013

Mengetahui
A/N Dekan Fakultas Ekonomi
Wakil Dekan I

Drs. Ec. Rahman Amr ullah Suwaidi, MS
NIP : 196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bisa menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa
untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya
Jurusan Ilmu Ekonomi. Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengambil judul
“Analisis Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di
Kabupaten atau Kota J awa Timur”. Terima kasih kepada Ibu Dra. Ec Niniek
Imaningsih, MP selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen
Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan
mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan di dalam perkuliahan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang ada.
Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Bapak Drs. Ec Rahman Amrullah Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Bapak Drs. Ec Wiwin Priana P, MT sebagai Sekretaris Program Ilmu
Ekonomi.
5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu
pengetahuannya dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Ayahnda Drs. Ec. H Priyo Hanafi, SE dan Ibunda tercinta Hj. Sumi Harti
yang telah sabar mendidik dan membesarkan peneliti dengan penuh kasih
sayang dan kesabaran baik moral, material, maupun spiritual.
7. Abang saya Sandi Purnama, MP, kakak Suhesti Anneviarini, MP, kakak
Hapsari Oktaviana, SE, Msi, kakak Triana Oktabiyanti, SH dan adik, juga

saudara dari ayahnda dan ibunda, yang bersedia memberikan dukungan
moril dan doa kepada penulis.
8. Buat sahabat dan cinta yang menjadi sesuatu di kehidupan penulis, terima
kasih.
Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat
berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah
SWT memberikan hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua.
Wassallamualaikum Wr. Wb

Peneliti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................

i


DAFTAR TABEL ........................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................

8

1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................

9


1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................

11

2.2

Landasan Teori ........................................................................

13

2.2.1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal ......................

13

2.2.2. Teori Barzelay ................................................................

14

2.2.3. Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Oates ................................................................

15

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan .........................

17

2.2.4.1. Teori Kemiskinan dan Kesejahteraan ................

18

2.2.4.2. Teori Tenaga Kerja Terserap .............................

20

2.2.4.3. Teori Kesejahteraan……………………………. .

21

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3. Hipotesis ...................................................................................

23

2.4. Kerangka Pikir ...........................................................................

24

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi dan Pengukuran Variabel ..............................................

25

3.2. Tekhnik Penentuan Sampel ........................................................

26

3.3. Tekhnik Pengumpulan Data .......................................................

27

3.3.1. Jenis Data ......................................................................

27

3.3.2. Sumber Data ..................................................................

27

3.3.3. Pengumpulan Data .........................................................

27

3.4. Tekhnik Analisis dan Uji Hipotesis ............................................

28

3.4.1 Uji Normalitas ................................................................

28

3.4.2 Uji Path ..........................................................................

28

3.5 Uji Hipotesa ...............................................................................

30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................

32

4.1. Kabupaten Gresik .............................................................

32

4.2. Kabupaten Malang .............................................................

34

4.3. Kabupaten Mojokerto .......................................................

35

4.4. Kabupaten Sidoarjo ..........................................................

36

4.5. Kota Probolinggo…………………………………………… 38
4.6. Kota Pasuruan ...................................................................
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

39

4.7. Kota Batu ..........................................................................

41

4.8. Kota Surabaya .................................................................

42

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................

44

4.2.1 Variabel Desentralisasi Fiskal ..........................................

44

4.2.2 Variabel Pertumbuhan Ekonomi ......................................

46

4.2.3 Variabel Tenaga Kerja Terserap .......................................

47

4.2.4 Variabel Penduduk Miskin ...............................................

48

4.2.5 Variabel Kesejahteraan Masyarakat .................................

50

4.3 Analisis Dan Uji Hipotesis ..........................................................

51

4.3.1 Uji Normalitas .................................................................

51

4.3.2 Uji Path Tahap Pertama ...................................................

55

4.3.3 Uji Path Tahap Kedua ......................................................

57

4.3.4 Uji Path Tahap Ketiga ......................................................

58

4.3.5 Uji Path Tahap Keempat ..................................................

59

4.3.5.1 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat .................................

59

4.3.5.2 Pengaruh Tenaga Kerja Terserap Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat .................................

60

4.3.5.3 Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat .................................

61

4.4 Pembahasan ................................................................................

66

4.4.1 Pengaruh Disentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi..........................................................................
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

67

4.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tenaga Kerja
Terserap… ......................................................................

68

4.4.3 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Berpengaruh Terhadap
Penduduk Miskin ............................................................

69

4.4.4 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi BerpengaruhTerhadap
Kesejahteraan Masyarakat ...............................................

71

4.4.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat………………………………………………..

72

4.4.6 Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat……………………………………………. ..

73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...............................................................................

75

5.2. Saran .........................................................................................

77

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ......................

6

Tabel 4.1 Hasil Penelitian Variabel Desentarlisasi Fiskal ...................

45

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Variabel Pertumbuhan Ekonomi ...............

46

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Variabel Tenaga Terserap .........................

47

Tabel 4.4 Hasil Penelitian Variabel Penduduk Miskin .......................

49

Tabel 4.5 Hasil Penelitian Variabel Kesejahteraan Masyarakat ..........

50

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Tahap Pertama ..................................

52

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Tahap Kedua .....................................

53

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Tahap Ketiga ....................................

54

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Tahap Keempat .................................

55

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Path Pertama ........................................

56

Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Path Kedua ...........................................

57

Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Path Ketiga...........................................

58

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Path Keempat .......................................

59

Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi Path Kelima..........................................

60

Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Path Keenam .......................................

62

Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi..............................................................

63

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4.1 Gambar Kerangka Pikir ...............................................

24

Gambar 4.3.1 Gambar Sebaran Normalitas tahap Pertama .................

52

Gambar 4.3.2 Gambar Sebaran Normalitas tahap Kedua ....................

53

Gambar 4.3.3 Gambar Sebaran Normalitas tahap Ketiga ...................

54

Gambar 4.3.4 Gambar Sebaran Normalitas tahap Keempat ................

55

Gambar 4.3.5 Gambar Path Disentralisasi fiskal Terhadap Pertumbuhan
ekonomi ....................................................................

56

Gambar 4.3.6 Gambar Path Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tenaga
Kerja.. ........................................................................

57

Gambar 4.3.7 Gambar Path Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penduduk
Miskin… ....................................................................

58

Gambar 4.3.8 Gambar Path Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat .........................................

60

Gambar 4.3.9 Gambar Path Tenaga Kerja Terserap Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat ..........................................

61

Gambar 4.3.10 Gambar Path Jumlah Penduduk Miskin Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat ..........................................

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

62

ANALISIS PERAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJ A
EKONOMI
DI KABUPATEN / KOTA J AWA TIMUR
Sendie Enril Fahrian

Abstraksi
Desentralisasi fiskal itu sendiri adalah pendanaan daerah yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah yang mana, berasal dari pendapataan asli daerah dan pajak
yang diterima oleh pemerintah daerah kemudian dikurangi dengan pengeluaran
rutin pemerintah daerah. Apabila pendapatan nasional naik anggaran belanja juga
naik (surplus) dikarenakan penerimaan pajak naik (karena sistem pajak progresif)
kenaikan anggaran belanja (surplus) akan membantu menstabilkan perekonomian.
Penurunan pendapatan individu akan berakibat penurunan pengeluaran konsumsi
sehingga dapat mencegah terjadinya inflasi.
Penelitian ini dibuat dengan maksud untuk menguji pengaruh dari
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi pada suatu Provinsi, tingkat
tenaga kerja, kemiskinan dan tingkat kesejahteraan dan mengolah data dengan
data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) di Provinsi Jawa Timur, dengan
daerah penelitian 4 Kabupaten dan 4 Kota. Selain itu data waktu analisis periode
dari tahun 2007 sampai 2011 menggunakan path analysis dari software program
SPSS 15 AMOS for windows.
Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa desentralisasi fiskal
berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap terhadap tenaga kerja terserap. Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap
jumlah penduduk miskin. Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan dan
mempunyai hubungan yang negatif terhadap kesejahteraan masyarakat. Tenaga
kerja terserap berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif
terhadap kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk miskin berpengaruh
signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan
masyarakat.
Kata kunci: desentralisasi fiskal, pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia sudah dilakukan sejak
tanggal 1 Januari 2001. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,
pemerintahan daerah memiliki wewenang untuk menggali pendapatan dan
melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas
pembangunan.
Disentralisasi fiskal itu sendiri adalah pendanaan daerah yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang mana, berasal dari pendapataan asli
daerah dan pajak yang diterima oleh pemerintah daerah tersebut, yang
dikurangi dengan pengeluaran rutin pemerintah daerah. Dengan adanya hal
tersebut dapat di lihat pula dari kebijakan fiskal dimana perubahan
pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi
susunan permintaan, indikator yang biasanya dipakai untuk kebijaksanaan
fiskal adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah
dengan penerimaan pemerintah terutama pajak, kemudian Built-in Stabilizer
adalah salah satu komponen dalam anggaran belanja pemerintah yang secara
otomatis

terpengaruh

oleh

perubahan

pendapatan

sehingga

akan

mempengaruhi anggaran belanja. Karena pengaruh yang sifatnya otomatis
yang menyebabkan pendapatan tidak sebesar yang diharapkan, seandainya
tidak ada pengaruh otomatis tersebut misalnya perpajakan (dari sisi
1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

penerimaan) yang sifatnya progesif. Apabila pendapatan nasional naik
anggaran belanja juga naik (surplus) dikarenakan penerimaan pajak naik
(karena sistem pajak progesif), kenaikan anggaran belanja (surplus) akan
membantu menstabilkan perekonomian, karena penerimaan pajak yang tinggi
berarti penurunan pendapatan (disposable income) individu. Penurunan
pendapatan individu akan berakibat penurunan pengeluaran konsumsi,
sehingga dapat mencegah terjadinya inflasi karena kenaikan pendapatan.
Dari segi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang mana
diberikan hak khusus yaitu otonomi daerah bagi setiap daerah untuk
meningkatkan pendapatan di setiap daerah masing-masing yang memiliki
tingkat sumber daya manusia yang lebih maju atau pada sumber daya alam
yang melimpah, untuk itu diharapkan dengan adanya otonomi dan
desentralisasi fiskal, dapat lebih memeratakan pembangunan sesuai dengan
keinginan daerah untuk mengembangkan wilayah menurut potensi masingmasing. Menurut UU No. 33 Tahun 2004 sumber penerimaan yang digunakan
untuk pendanaan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal
adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi pajak daerah, retribusi, laba
perusahaan daerah, pendapatan lain-lain yang sah.
2. Dana Alokasi Umum (DAU), menurut ketentuan yang berlaku pada UU
No. 25 Tahun 1999, maka alokasi DAU ini ditentukan dengan
menggunakan

konsep

kesenjangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

fiskal

(fiscal

gap),

yaitu

3

mempertimbangkan sisi kebutuhan fiskal (fiscal needs) dan sisi
kemampuan fiskal (fiscal capacity).
3. Dana Alokasi Khusus (DAK). DAK pada awalnya hanya berupa DAK
untuk kegiatan reboisasi, yang dananya terkait dengan penerimaan dari
dana reboisasi dari sektor kehutanan. PP No. 104 Tahun 2000
menggariskan bahwa penerimaan negara yang berasal dari dana reboisasi
40% disediakan kepada daerah penghasil sebagai bagian DAK untuk
membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah penghasil.
Mulai tahun 2003, alokasi DAK mulai dilakukan untuk sektor-sektor yang
lebih luas, terutama adalah sektor yang berkaitan dengan infrastruktur
(irigasi dan jalan), pendidikan, dan kesehatan.
4. Pinjaman daerah, dana bagi hasil dan lain-lain penerimaan yang sah.
Dampak pelaksanaan desentralisasi fiskal di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Timur terhadap kondisi makro ekonomi dan sosial menunjukan hasil
yang relatif baik meskipun belum optimal. Selain itu juga isu disentralisasi
yang dianggap sebagai jalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
telah menarik perhatian dari banyak ahli, antara lain dikemukakan oleh
Tiebout, Oates, Tresch, Breton, Weingast, dan sebagaimana dikutip oleh
Litvack et al dalam Sidik (2002) yang mengatakan bahwa pelayanan publik
yang paling efisien seharusnya di selenggarakan oleh wilayah yang memiliki
kontrol geografis yang paling minimum karena :
1. Pemerintah lokal sangat menghayati kebutuhan masyarakatnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

2. Keputusan pemerintah lokal sangat responsif terhadap kebutuhan
masyarakat, sehingga mendorong pemerintah lokal untuk melakukan
efisiensi dalam penggunaan dana yang berasal dari masyarakat.
3. Persaingan

antar

daerah

dalam

memberikan

pelayanan

kepada

masyarakatnya akan mendorong pemerintah lokal untuk meningkatkan
inovasinya.
Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah semakin mantap,
maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan
sendiri yakni dengan upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Terdapat beberapa indikator untuk melihat kinerja pembangunan daerah.
Indikator pertama, di lihat dari hasil output pembangunan daerah yang
tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data realisasi
menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB riil di Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur selama lima tahun terakhir, menunjukkan kecenderungan selalu
meningkat. Pada tahun 2007 total PDRB Jawa Timur sebesar 27,17 %, di
tahun 2008 sebesar 28,84 %, tahun 2009 sebesar 30,55 %, tahun 2010 sebesar
32,08 % dan di tahun 2011 sebesar 34,25 %. Laju pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2007 sampai 2011.
Indikator kedua, di lihat dari aspek kemiskinan bahwa jumlah
penduduk miskin di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Kemiskinan
akan berpengaruh terhadap penurunan indikator-indikator yang ada dalam
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seperti pendidikan, kesehatan dan
pendapatan, karena dengan kemiskinan maka seseorang akan mengeluarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

pendapatannya hanya untuk kebutuhan pangan atau makanan saja dan akan
mengabaikan kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatan, sehingga
tidak akan merasakan kehidupan yang layak. Pada tahun 2010 Kabupaten
Gresik sebesar 19,14 % dan ditahun 2011 sebesar 16,42 %, Kabupaten
Malang tahun 2010 sebesar 13,57 % dan ditahun 2011 sebesar 12,54 %,
Kabupaten Mojokerto tahun 2010 sebesar 13,24 % dan tahun 2011 sebesar
12,23 %, Kabupaten Sidoarjo tahun 2010 sebesar 6,91 % dan ditahun 2011
sebesar 7,45 %, Kota Probolinggo tahun 2010 sebesar 47,08 % dan tahun
2011 sebesar 19,03 %, Kota Pasuruan tahun 2010 sebesar 15,76 % dan tahun
2011 sebesar 16,8 %, Kota Batu tahun 2010 sebesar 8,84 % dan tahun 2011
sebesar 9,7 % dan Kota Surabaya tahun 2010 sebesar 171,21 % dan tahun
2011sebesar 195,6 %. Dari tahun 2010 dan tahun 2011 terdapat perbedaan
antara Kabupaten dan Kota di Jawa Timur, dengan perbedaan tiap Kabupaten
dan Kota tersebut terihat adanya perbedaan kesenjangan sosial penduduk
miskin di setiap Kabupaten dan Kota, dan pada Kota Surabaya sebagai kota
besar yang memiliki tingkat penduduk miskin yang paling tinggi.
Sedangkan indikator ketiga, di lihat dari sosial (tenaga kerja) pada
jumlah pengangguran perkotaan dan pedesaan di Provinsi Jawa Timur, yang
mana pengangguran perkotaan diperkirakan dua kali lipat dari pengangguran
dipedesaan.
Indikator ke empat, dilihat dari kesejahteraan masyarakat dengan
indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
Index (HDI) pada tahun tertentu. Dari hal tersebut diambil variabel-variabel

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

makro ekonomi dan sosial, selama pelaksanaan desentralisasi fiskal dari
setiap daerah yang mempunyai letak geografis yang berbeda dan perbedaan
banyaknya kabupaten dan kota di dalam daerah tersebut belum mampu
mengatasi permasalahan mendasar yang dihadapi daerah Kabupaten/Kota di suatu
Provinsi.
Tabel 1.1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota
J awa Timur Tahun 2011 (dalam Per sen)
Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
1 Kabupaten Gresik
2011
73,98
2 Kabupaten Malang
2011
70,09
3 KabupatenMojokerto
2011
72,93
4 KabupatenSidoarjo
2011
75,88
5 KotaProbolinggo
2011
73,73
6 KotaPasuruan
2011
73,01
7 KotaBatu
2011
73,88
8 Kota Surabaya
2011
76,82
Sumber : BPS, Jawa Timur dalam Data Makro Tahun 2011 (diolah)
Keterangan : IPM : Indeks Pembangunan Manusia selama 2007-2011
No

Kabupaten

Tahun

Dari 4 kabupaten dan 4 kota yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten
Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, Kota Probolinggo, Kota
Pasuruan, kota Batu dan Kota Surabaya di Jawa Timur dapat dilihat adanya
perbedaan secara prosentase dari tahun, baik di lihat dari pertumbuhan
ekonomi, jumlah tenaga kerja yang terserap, jumlah penduduk miskin,
kesejahteraan masyarakat yang berpengaruh terhadap pendapatan pendanaan
daerah atau disentralisasi fiskal yang ada pada Indeks pembangunan manusia.
Dari indeks pembangunan manusia pada tahun 2011 sebagai patokan
perhitungan disentralisasi fiskal pada Kabupaten Gresik sebesar 73,98 %,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Kabupaten Malang sebesar 70,09 %, Kabupaten Mojokerto sebesar 72,93 %,
Kabupaten Sidoarjo sebesar 75,88 %, Kota Probolinggo sebesar 73,73 %,
Kota Pasuruan sebesar 73,01 %, Kota Batu sebesar 73,88 % dan Kota
Surabaya sebesar 76,82 %.
Dengan adanya hal tersebut terdapat cukup besarnya perbedaan dari
segi ekonomi dan jumlah penduduk antara tiap Kabupaten dan Kota yang
mempengaruhi kinerja dan jalannya roda perekonomian, tingkat kesenjangan
sosial dan pertumbuhan penduduk, dengan perbedaan yang disebutkan di atas
maka judul yang diambil peneliti adalah “Analisis Peran Desentralisasi
Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi Di Kabupaten/Kota J awa Timur“

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan maka dapat di ambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah desentralisasi fiskal (X1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi (Y1) di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur ?
2. Apakah pertumbuhan ekonomi (Y1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tenaga kerja terserap (Y2) di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur ?
3. Apakah pertumbuhan ekonomi (Y1) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap jumlah penduduk miskin (Y3) di Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur ?
4. Apakah pertumbuhan ekonomi (Y1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat (Y4) di Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur ?
5. Apakah tenaga kerja terserap (Y2) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat (Y4) di Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur ?
6. Apakah Jumlah penduduk miskin (Y3) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat (Y4) di Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Timur ?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui desentralisasi fiskal (X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Y1) di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi (Y1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tenaga kerja terserap (Y2) di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi (Y1) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin (Y3) di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
4. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi (Y1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (Y4) di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
5. Untuk mengetahui tenaga kerja terserap (Y2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (Y4) di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
6. Untuk mengetahui Jumlah penduduk miskin (Y3) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (Y4) di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memberi informasi dan sebagai sambungan pemikiran terhadap
pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah Kabupaten Gresik,
Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, Kota
Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Batu dan Kota Surabaya, dalam
menetapkan

kebijakan

dalam

ketenagakerjaan

industri

dalam

meningkatkan keterampilan tenaga kerja sebagai porsi yang tepat dalam
memilih alternatif.
2. Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya bagi penulis atau peneliti yang
mengambil

topik

pendapatan

asli

daerah

yang

terkait

dengan

Desentralisasi Fiskal, Human Development Index (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan perbendaharaan literatur
perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur Khususnya perpustakaan
Fakultas Ekonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai desentralisasi fiskal, yang pernah
dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dan
bahan yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh :
1. Suminto (2003), jurnal ekonomi dengan judul “Economist, The Indonesia
Economic

Intelligence”

didalam

aturan

perundang-undangan.

Desentralisasi fiskal telah dimulai dijalankan secara penuh pada tanggal 1
Januari 2001. Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang dilaksanakan
berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No.
25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah ini membawa perubahan yang luar biasa dalam
tata

Kepemerintahan

Republik

Indonesia.

Tulisan

ini

mencoba

memberikan beberapa catatan atas tiga tahun pelaksanaan desentralisasi
fiskal.
2. Halim (2001), menyatakan dalam jurnal ekonominya pada otonomi
daerah, yaitu ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi
adalah kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut
memiliki kemampuan dan kewenangan untuk

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

menggali sumber-

12

sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Ketergantungan kepada
bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu, PAD harus
menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. Kedua ciri tersebut akan
mempengaruhi pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Secara
konseptual, pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
harus sesuai dengan kemampuan daerah dalam membiayai pelaksanaan
pemerintahan. Oleh karena itu, untuk melihat kemampuan daerah dalam
menjalankan otonomi daerah, salah satunya dapat diukur melalui kinerja
keuangan daerah.

3. Sutikno (2004), penelitian yang mengidentifikasi terjadinya kesenjangan
antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja pada
masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Jawa Timur. dan
Menganalisis penyerapan tenaga kerja berdasarkan sektor ekonomi
masing-masing Kabupaten/Kota terhadap desentralisasi fiskal pendanaan
daerah. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja yang ada wilayah Jawa Timur. Alat analisis yang
digunakan untuk kondisi ketenagakerjaan antara lain: rasio angkatan kerja,
rasio pengangguran, dan tipologi permintaan dan penawaran. Alat analisis
yang digunakan untuk menganalisis penyerapan tenaga kerja sektoral
adalah analisis path analysis. Sedangkan alat analisis yang digunakan
untuk menganalisis variabel ekonomi terhadap pengangguran adalah
analisis ekonometri dengan model Vector Auto Regresive (VAR).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan perkembangan PDRB per kapita
per tahun sebenarnya menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
Membaiknya kondisi ekonomi makro tersebut juga ditunjukkan pula
dengan perkembangan positif Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Namun pencapaian indikator ekonomi makro tersebut belum diikuti
dengan perkembangan indikator mikro. Tampaknya justru terjadi kondisi
yang kontradiktif antara indikator ekonomi makro dengan jumlah
penduduk

miskin

dan

pengangguran,

artinya

indikator

makro

menunjukkan perbaikan, namun di sisi lain jumlah penganggur dan
penduduk miskin semakin banyak.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Fiskal
Fiskal Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Otonomi daerah berdasarkan perundang-undangan, dalam
memenuhi kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimiliki oleh daerah. Desentralisasi fiskal itu sendiri adalah pendanaan
daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang mana berasal dari
pendapatan asli daerah dan pajak yang diterima oleh pemerintah daerah
tersebut yang dikurangi dengan pengeluaran rutin pemerintah daerah itu
sendiri dalam satu periode.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2.2.2 Teori Bar zelay
Pemberian otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal terkandung
tiga misi utama, yaitu (Barzelay, 1991) :
a.

Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah

b. Meningkatkan

kualitas

pelayanan

umum

dan

kesejahteraan

masyarakat
c.

Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut
serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan
Otonomi daerah yang sudah berjalan lebih dari lima tahun di

negara kita diharapkan bukan hanya pelimpahan wewenang daerah
merupakan kemerdekaan atau kebebasan menentukan aturan sendiri pusat
kepada daerah untuk menggeser kekuasaan.
Hal itu ditegaskan oleh Kaloh (2002:7), bahwa otonomi daerah
harus di definisikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah dan bukan
otonomi daerah dalam pengertian wilayah/teritorial tertentu di tingkat
lokal. Otonomi daerah bukan hanya merupakan pelimpahan wewenang
tetapi juga peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah.
Berbagai manfaat dan argumen yang mendukung pelaksanaan
otonomi daerah tidak langsung dapat dianggap bahwa otonomi adalah
sistem yang terbaik. Berbagai kelemahan masih menyertai pelaksanaan
otonomi yang harus diwaspadai dalam pelaksanaanya. Prud’homme

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

(1995) mencatat beberapa kelemahan dan dilema dalam otonomi daerah,
antara lain:
1. Menciptakan kesenjangan antara daerah kaya dengan daerah miskin
2. Mengancam stabilisasi ekonomi akibat tidak efisiennya kebijakan
ekonomi makro, seperti kebijakan fiskal
3. Mengurangi

efisiensi

akibat

kurang

representatifnya

lembaga

perwakilan rakyat dengan indikator masih lemahnya public hearing.
4. Perluasan jaringan korupsi dari pusat menuju daerah
Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip (rules) money
should follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan
dan dilaksanakan (Bahl,2000:19). Artinya, setiap penyerahan atau
pelimpahan wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran
yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut.
Desentralisasi fiskal diperlukan untuk perbaikan efisiensi ekonomi,
efisiensi biaya, perbaikan akuntabilitas dan peningkatan mobilisasi dana.
Desentralisasi fiskal tidak bisa di adopsi begitu saja, namun di sesuaikan
dengan latar belakang sejarah dan kebudayaan, kondisi-kondisi lembaga,
politik, dan ekonomi yang melekat pada negara itu.

2.2.3 Desentralisasi Fiskal Dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Oates
(1993).
Desentralisasi fiskal akan mampu
ekonomi

dan

kesejahteraan

masyarakat,

meningkatkan pertumbuhan
karena

pemerintah

sub

nasional/pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

penyediaan barang-barang publik. Pengambilan keputusan pada level
pemerintah lokal akan lebih didengarkan untuk menganekaragamkan pilihan
lokal dan lebih berguna bagi efisensi alokasi.
Desentralisasi fiskal di negara-negara berkembang apabila tidak
berpegang pada standar teori desentralisasi, hasilnya mungkin akan
merugikan pertumbuhan ekonomi dan efisiensi. Desentralisasi fiskal
memungkinkan untuk melakukan korupsi pada level lokal karena
memberikan pertimbangan politikus lokal dan birokrat yang dapat di akses
dan peka terhadap kelompok bunga lokal. Oates juga menyatakan bahwa
desentralisasi fiskal meningkatkan efisiensi ekonomi yang kemudian
berkaitan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi.
Perbelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah
lebih memacu pertumbuhan ekonomi dari pada kebijakan pemerintah pusat.
Menurutnya daerah memiliki kelebihan dalam membuat anggaran
pembelanjaan sehingga lebih efisien dengan memuaskan kebutuhan
masyarakat karena lebih mengetahui keadaannya. Bahl (2000:25-26)
mengemukakan dalam aturan yang ke dua belas, bahwa desentralisasi harus
memacu adanya persaingan di antara berbagai pemerintah lokal untuk
menjadi pemenang (there must be a champion for fiscal decentralization).
Hal ini dapat dilihat dari semakin baiknya pelayanan publik.
Pemerintah lokal berlomba-lomba untuk memahami benar dan
memberikan apa yang terbaik yang dibutuhkan oleh masyarakatnya,
perubahan struktur ekonomi masyarakat dengan peran masyarakat yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

semakin besar meningkatkan kesejahteraan rakyat, partisipasi rakyat
setempat dalam pemerintahan dan lain-lain.
Desentralisasi fiskal memang tidak secara jelas dinyatakan dalam UU
Nomor 33 Tahun 2004. Namun, komponen dana perimbangan merupakan
sumber penerimaan daerah yang sangat penting dalam pelaksanaan
desentralisasi, dalam kebijakan fiskal, dana perimbangan merupakan inti
dari desentralisasi fiskal.
2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar
akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,
serta

pengentasan

kemiskinan.

Pembangunan

harus

mencerminkan

perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara
keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan
individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk
bergerak maju menuju suatru kondisi kehidupan yang serba lebih baik,
secara material maupun spiritual (Todaro, 2003:21). Menurut Kuznet dalam
Todaro (2003:99) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan berbagai
barang ekonomi kepada penduduknya.
Kenaikan kapasitas ditentukan oleh kemajuan atau penyesuaian
teknologi, institusional, dan ideologis terhadap tuntutan keadaan yang ada.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Todaro (2003:92) menyampaikan ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara. Ketiga faktor tersebut
adalah:
1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber
daya manusia.
2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhimya akan memperbanyak jumlah
angkatan kerja.
3. Kemajuan teknologi, berupa cara baru atau perbaikan cara-cara lama
dalam menangani pekerjaan.
Distribusi pendapatan yang baik adalah yang makin merata. Tetapi
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, yang terjadi adalah pemerataan
kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi hanya akan menghasilkan perbaikan
distribusi pendapatan bila memenuhi setidaknya ada dua syarat, yaitu
memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas. Dengan
meluasnya kesempatan kerja, akses rakyat untuk memperoleh penghasilan
makin besar.
2.2.4.1 Teori Kemiskinan Dan Kesejahteraan
Kemiskinan adalah keterbatasan yang disandang oleh seseorang,
sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara yang
menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan
hukum dan keadilan, terancamnya bargaining (posisi tawar) dalam
pergaulan dunia, hilangnya generasi muda serta suramnya masa depan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

bangsa dan negara. Pengertian itu merupakan pengertian kemiskinan secara
luas. Telah dikatakan di atas bahwa kemiskinan terkait dengan
ketidaknyamanan dalam hidup, artinya bahwa orang yang miskin itu
hidupnya hampir selalu dan sering tidak nyaman.
Dalam segala bidang mereka selalu menjadi kaum tersingkir, karena
mereka tidak dapat menyamakan kondisi mereka dengan kondisi masyarakat
sekelilingnya (Esmara, 1998). Banyak ukuran untuk menentukan angka
kemiskinan, salah satunya adalah garis kemiskinan. Garis kemiskinan dalam
pengertian umum adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya
pengeluaran (dalam persen) untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum
makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas
seseorang dikatakan miskin, bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis
kemiskinan digunakan untuk mengetahui batas seseorang dikatakan miskin
atau tidak, sehingga garis kemiskinan dapat digunakan mengukur dan
menentukan jumlah kemiskinan.
Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumptionbased poverty line) terdiri dari dua elemen (Kuncoro, 1997). Pengeluaran
yang diperlukan untuk memberi standar gizi minimum dan kebutuhan
mendasar lainnya, dan jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang
mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Todaro (2004:236) terdapat adanya hubungan yang negatif antara
kemiskinan dan kesejahteraan, karena kemiskinan mempuyai aspek yaitu
miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan dan keterampilan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi yang
termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perawatan kesehatan
yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah, maka akan
berpengaruh terhadap penurunan kesejahteraan.
2.2.4.2 Teori Tenaga Kerja Yang Terserap
Pengertian tenaga kerja menurut BPS (2011) adalah Penduduk
usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang memiliki pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, seseorang yang tidak memiliki pekerjaan
dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan bekerja. Bekerja adalah
kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau
membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus
menerus selama seminggu yang lalu.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Salah
satu sasaran utama pembangunan Indonesia adalah terciptanya lapangan
kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap
tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun.
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi suatu negara dapat diukur
dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau
mencari pekerjaan). Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya
jumlah penyerapan pasar kerja sehingga 12 angkatan kerja yang tidak
terserap

merupakan

masalah

suatu

negara

karena

menganggur

(Sitanggang, 2003). Penyerapan tenaga kerja menurut Rahardjo (1994)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor
dalam waktu tertentu.
Dalam keseimbangan pasar tenaga kerja, upah riil melakukan
penyesuaian

untuk

menyeimbangkan

penawaran

dan

permintaan.

Kekakuan upah riil menyebabkan rasionalisasi pekerjaan. Jika upah riil
berada di atas tingkat keseimbangan, maka penawaran tenaga kerja
melebihi permintaannya sehingga menyebabkan pengangguran (Mankiw,
2007).
Permintaan tenaga kerja menurut Haryani (2002), berkaitan dengan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi secara
keseluruhan. Jumlah tenaga kerja yang diminta di pasar tenaga kerja
ditentukan

oleh

faktor-faktor

seperti:

tingkat

upah,

teknologi,

produktivitas, kualitas tenaga kerja, fasilitas modal, produk domestik
regional bruto, dan tingkat suku bunga.
2.2.4.3 Teori Ekonomi Kesejahteraan
Teori ekonomi kesejahteraan menurut Pigou (2000:11) adalah
bagian dari kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara langsung
maupun tidak langsung dengan pengukuran uang. Sedangkan pengertian
kesejahteraan sosial

menurut

Whithaker dan

Federico

(1997:361)

merupakan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa untuk membantu
masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan,
kesehatan yang penting bagi kelangsungan masyarakat tersebut. Seseorang
yang mempunyai kekurangan kemampuan mungkin memiliki kesejahteraan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

yang rendah kurangnya kemampuan dapat berarti kurang mampu untuk
mencapai fungsi tertentu sehingga kurang sejahtera.
United Nations Development Programe (UNDP) mulai tahun 1990
telah menyusun suatu indikator kesejahteraan manusia yang dapat
menunjukkan kemajuan manusia berdasarkan faktor-faktor seperti, rata-rata
usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf, dan
kesejahteraan secara keseluruhan. Laporan ini menganggap bahwa
pembangunan manusia pada hakekatnya adalah suatu proses memperbesar
pilihan-pilihan manusia.
Indikator kesejahteraan masyarakat yang disusun oleh UNDP
dikenal dengan Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) (UNDP, 1994:94). Human Development Index (HDI)
merupakan perangkat yang sangat bermanfaat untuk mengukur tingkat
kesejahteraan antar negara maupun antar daerah (Todaro, 2003:70).
Indikator HDI jauh melebihi pertumbuhan konvensional. Pertumbuhan
ekonomi penting untuk mempertahankan kesejahteraan rakyatnya, namun
pertumbuhan bukan akhir dari pembangunan manusia. Pertumbuhan
hanyalah salah satu alat, yang lebih penting adalah bagaimana pertumbuhan
ekonomi digunakan untuk memperbaiki kapabilitas manusianya dan
bagaimana rakyat menggunakan kapabilitasnya tersebut.
Salah satu keuntungan Human Development Index (HDI) adalah,
indeks ini mengungkapkan bahwa sebuah negara/ daerah dapat berbuat jauh
lebih baik pada tingkat pendapatan yang rendah, dan bahwa kenaikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

pendapatan yang besar hanya berperan relatif kecil dalam pembangunan
manusia (Todaro, 2003:71).
2.3 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, kajian teor