Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga T1 362007030 BAB V

BAB V
Pembahasan
5.1 Klasifikasi LKM
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan
bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
LKM merupakan kelompok sekunder dimana anggota LKM jarang mengadakan pertemuan
anggota secara rutin. Namun, meskipun banyak LKM yang jarang mengadakan pertemuan secara
rutin komunikasi antar anggota juga tetap terjaga karena tidak jarang anggota LKM merupakan
anggota dari organisasi yang lain didalam organisasi kemasyarakatan, sehingga mereka tidak
hanya bertemu saat diadakan perkumpulan LKM saja melainkan sering juga bertemu pada saat
pertemuan-pertemuan organisasi kemasyarakatan yang lainnya, seperti LPMK, BKM, dll, seperti
halnya yang di katakana oleh Bapak Jamuri sebagai ketua LKM mangunsari dalam wawancara
pada tanggal 17 Pebruari 2014
“…Meskipun pertemuan LKM secara resmi jarang kami lakukan namun komunikasi antar
anggota tetap berjalan lancar, karena selain merupakan anggota dan pengurus dari LKM
sebagian besar dari kami juga merupakan anggota dan pengurus dari organisasi
kemasyarakatan yang lain, jadi komunikasi tetap terjaga dan informasi-informasi juga

menjadi lebih banyak…”
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group)
dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai
diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
LKM sendiri lebih kepada kelompok rujukan, karena keanggotaan LKM sudah diatur

29

dalam AD/ART LKM. Sehingga syarat untuk menjadi anggota LKM harus sesuai dengan apa
yang sudah disepakati dalam AD/ART tersebut selain itu anggota LKM juga disahkan oleh
pemerintah dan mendapat SK (Surat Keputusan). Ada pun syarat dan ketentuan untuk menjadi
bagian dari LKM menurut AD/ART LKM adalah sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
3. Memiliki dedikasi terhadap kepentingan masyarakat di bidan informasi dan komunikasi
4. Penduduk tetap berdomisili di Kelurahan atau Kecamatan setempat
5. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Menengah Pertama atau sederajat
6. Usia minimal 17 tahun

7. Sehat jasmani dan rohani
8. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat
9. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana
10. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Sumber: Peraturan Walikota Salatiga, Nomor 46 Tahun 2006
5.2 Jaringan Komunikasi LKM
Pola komunikasi adalah sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu,
mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah perilaku individu yang lain.
Didalam pola komunikasi, terdapat jaringan komunikasi. Di LKM juga memiliki jaringan
komunikasi yang dapat dilihat dari struktur kepengurusan, dan juga proses komunikasi yang
dilakukan setiap LKM dalam mengumpulkan informasi dan menyebar luaskan informasi baik
kepada masyarakat maupun kepada pemerintah.
Alur kepengurusan dari LKM meliputi Ketua-Bendahara-Sekretaris-Seksi (Penerangan,
Penerbitan dan Pameran, Hubungan Masyarakat)-Anggota. Tingkatan tertinggi dan pengambilan
kebijakan terdapat pada ketua, namun komunikasi yang terjadi di dalam LKM sangat terbuka,
setiap orang dapat menyampaikan informasi-informasi yang mereka miliki bahkan dapat
dikatakan hal itu merupakan keharusan, karena dengan semakin banyaknya informasi-informasi
yang disampaikan oleh anggota dan pengurus maka akan banyak pula informasi-informasi yang
akan didapatkan oleh masyarakat ataupun pemerintah. Dengan banyaknya informasi yang


30

disampaikan baik kepada masyarakat ataupun kepada masyarakat maka program-program
pemerintah dan keluhan-keluahan atau kebutuhan masyarakat akan cepat ditindak lanjuti dan
juga mencegah terjadinya konflik antara masyarakat dan pemerintah karena kesalah pahaman
dan kurangnya komunikasi antar keduanya. Keterbukaan tidak hanya dilakukan didalam lingkup
struktural LKM saja namun dalam kehidupan bermasyarakat LKM juga sangat terbuka dan
dengan senang hati jika ada dari masyarakat atau pemerintah yang memberikan informasiinformasi, karena meskipun para anggota dan pengurus LKM merupakan perangkat kampung
atau orang yang dipercaya dalam suatu kampung mereka juga memiliki keterbatasan untuk
menjangkau seluruh masyarakat yang ada didaerahnya sehingga LKM sangat terbuka bagi
masyarakat umum dan pemerintah jika memiliki informasi-informasi yang penting. Jika dilihat
dari struktur jaringan komunikasinya, LKM menggunakan struktur semua saluran atau pola
bintang.
Gambar 10 Pola Bintang

Sumber: Analisis Data Primer, 2013
Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan pola lingkaran yaitu semua
anggota adalah sama dan setiap anggota memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaharui
anggota yang lain. Akan tetapi dalam struktur semua saluran setiap anggota dapat berkomunikasi

dengan anggota yang lain, sehingga akan tercipta partisipasi secara optimum dari anggota
(Devitto:344:2004).
Struktur jaringan dalam sebuah kelompok atau organisasi memiliki fungsi yang sangat
besar. Fungsi dari struktur jaringan adalah untuk meneruskan dan melancarkan komunikasi antar
anggota. Karena LKM merupakan lembaga yang didalamnya bukan bertujuan meraup
keuntungan namun sebagai lembaga sosial yang bertujuan sebagai media komunikasi masyarakat
dan pemerintah maka struktur semua saluran atau pola bintang sangat cocok untuk
menggambarkan jaringan komunikasi didalamnya, karena setiap anggota, masyarakat, maupun

31

pemerintah dapat berkomunikasi memberikan informasi-informasi baik tentang programprogram pemerintah dan juga problematika yang terjadi dalam masyarakat kepada anggota lain
dan didalam akan terjadi pembicaraan untuk membahas guna tindak lanjut akan informasiinformasi tersebut. Seperti yang dikatakan bapak Ismunandar ketua dari LKM Blotongan pada
wawancara tanggal 4 Februari 2014
“....LKM Blotongan mengadakan pertemuan rutin setiap bulannya, nanti anggota yang
ketempatan akan digilir, dalam pertemuan rutin tersebut setiap anggota dapat
menyampaiakan informasi-informasi apa saja yang dimiliki, bila ada informasi dari
masyarakat kepada pemerintah yang sangat penting, dari pihak LKM akan segera
menyalurkan informasi-informasi tersebut kepada dinas yang terkait….”
Selain struktur jaringan LKM juga memiliki arus komunikasi yang di bagi menjadi 3

bagian yaitu komunikasi ke atas (LKM dan Pemerintah), komunikasi ke bawah (LKM dan
Masyarakat), komunikasi lateral (antar anggota LKM)
5.2.1 Komunikai Ke Atas (LKM dan Pemerintah)
Meskipun LKM di bentuk oleh Pemerintah guna membantu pemerintah dalam hal
komunikasi namun pada kenyataannya banyak sekali LKM yang mengeluhkan tentang
kurangnya perhatian yang diberikan kepada mereka, seakan-akan mereka dibentuk kemudian
tidak ada pendampingan dalam mereka melaksanakan tugasnya. Meskipun begitu LKM tetap
mencari informasi-informasi tentang program-program pemerintah melalui rapat-rapat yang
diadakan pemerintah dan menyebarkan informasi-informasi tersebut kepada mayarakat. Dalam
prakteknya dapat dikatakan bahwa komunikasi antara LKM dan Pemerintah tidak berjalan hal ini
dapat dilihat dari kurangnya komunikasi antara LKM dan Pemerintah, selain itu juga hampir
semua LKM tidak secara langsung memberikan informasi kepada Pemerintah melainkan mereka
hanya menunggu pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh organisasi-orgnisasi sosial lainnya
sehingga dapat dipastikan banyak sekali hal-hal yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat
dapat disampaikan dan direalisasikan oleh pemerintah tidak terlaksana.
5.2.2 Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi kebawah merupakan pesan yang dikirim dari hirarki yang lebih tinggi
kepada yang lebih rendah (De Vitto: 347:2014). Bila kita lihat dari bab sebelumnya (Bab 4)
proses penyampaian pesan dari pemerintah kepada masyarakat berjalan dengan lancar, hal


32

tersebut terbukti dengan adanya beberapa kegiatan LKM guna mensosialisasikan programprogram pemerintah kepada masyarakat baik menggunakan media cetak ataupun secara langsung
disampaikan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di daerah masing-masing seperti PKK,
Kelompok Tani, Pertemuan bapak-bapak, dll. Biasanya informasi-informasi tersebut didapat
pada saat pertemuan anggota LKM atau bisa juga para anggota LKM mencari sendiri informasiinformasi tentang program-program pemerintah melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan
oleh instansi pemerintah ataupun pertemuan organisasi kemasyarakatan yang lain, mengingat
bahwa sebagian besar anggota LKM juga merupakan bagian dari organisasi-orgnisasi
kemasyarakatan yang lain. Meskipun dapat dikatakan dapat berjalan dengan lancar namun para
pengurus juga masih merasa kurang aktifnya pemerintah dalam berkomunikasi dengan mereka,
sehingga informasi yang diberikan LKM terhadap masyarakat terbatas yang dapat
mengakibatkan gagalnya program-program tersebut.
5.2.3 Komunikasi Lateral (Ketua ke Pengurus dan Anggota)
Komunikasi Lateral dalam pemahaman organisasi adalah pesan antar manajer ke
manajer, karyawan ke karyawan. Dalam kontek LKM ini komunikasi lateral yang terjadi berjalan
dengan baik bahkan komunikasi antara anggota dengan pengurus dan ketua sangat terbuka. Setia
anggota atau pengurus bahkan ketua memiliki porsi yang sama dalam mengungkapkan
informasi-informasi yang mereka miliki baik informasi yang berasal dari pemerintah atau
informasi yang berasaal dari masyarakat. Pertukaran informasi antar anggota dilakukan dalam
pertemuan anggota atau juga tidak jarang bagi LKM yang jarang mengadakan pertemuan

anggota menggunakan media telepon dan SMS untuk saling berkomunikasi. Smakin cepat
informasi disebakan dalam lingkup LKM maka semakin cepat pula informasi tersebut di terima
oleh pemerintah atau masyarakat sehingga program-program dari keduanya akan semakin cepat
terrealisasi.
5.3 Strategi Komunikasi LKM
Dengan penerapan pola komunikasi bintang dimana seluruh anggota, pegurus LKM
,masyarakat, dan pemerintah memiliki porsi yang sama dalam menyampaikan informasi dan
kemudian informasi-informasi tersebut dibahas bersama oleh anggota dan pengurus LKM maka
informasi-informasi tersebut akan cepat untuk didistribusikan kepada masyarakat maupun

33

kepada pemerintah, sehingga program-program pemerintah atau aspirasi masyarakat akan
sesegera mungkin mendapatkan perhatian dan terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada lagi
kesalah pahaman mengenai informasi diantara keduanya.
Guna menjalankan tugasnya sebagai penyambung mata rantai komunikasi Masyarakat
dan Pemerintah, tentunya setiap LKM memiliki strategi yang berbeda-beda karena setiap daerah
memiliki karakter dan kebutuhan yang tidak sama. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang
diterpakan oleh para pelaku LKM disetiap daerah, peneliti berpedoman kepada model
komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell pada tahun 1948 yang berbunyi “Who Says

What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh
Lasswell tersebut terdapat beberapa unsur yaitu Komunikator (sumber informasi), Komunikan
(penerima informasi), Pesan, Media yang digunakan, dan juga Efek yang dihasilkan dari proses
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan tersebut. Berdasarkan Model
Komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell diatas LKM berperan sebagai Komunikator
dimana tugas utama dari LKM adalah sebagai media penyebaran informasi kepada komunikan
yaitu Masyarakat dan Pemerintah. Sebagai komunikator LKM harus memiliki sebuah strategi
komunikasi agar pesan yang di sampaikan dapat secara efektif diterima oleh Masyarakat dan
Pemerintah, strategi yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan media komunikasi guna
penyebaran informasi yang mereka peroleh kepada Masyarakat dan Pemerintah. Media
komunikasi merupakan sarana penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan agar
pesan yang disampaikan secepat mungkin dapat diterima oleh komunikan. Salah satu media
komunikasi yang di gunakan oleh para anggota LKM adalah HandPhone atau telepon genggam,
dengan menggunakan telepon genggam para anggota dapat dengan cepat dan mudah untuk
melakukan komunikasi tentang informasi-informasi yang mereka dapatkan baik informasi
tentang program-program pemerintah dan juga informasi tentang kehidupan sosial masyarakat,
hal ini dilakukan karena waktu anggota untuk bertemu dalam sebuah forum diskusi LKM sangat
terbatas sehingga banyak anggota yang memanfaatkan telepon genggam untuk saling
berkomunikasi dan menjaring informasi dari anggota-anggota yang lain, dalam wawancara
tanggal 10 April 2014 Bapak Marjuki selaku Ketua LKM Kecandran menerangkan bahwa


34

“….., bila ada undangan rapat dari kelurahan atau Pemkot anggota perwakilan LKM
selalu mengabarkan informasi-informasi yang dirasa penting kepada anggota lainnya
melalui media telepon, dengan media ini dirasa praktis mengingat kesibukan para anggota
lainnya,….”
Dalam melakukan perannya sebagai media penjembatan komunikasi antara Masyarakat
dan Pemerintah 14 LKM dari 22 LKM melakukan penyebaran informasi secara langsung yaitu
melalui tatap muka secara langsung kepada warga dalam acara-acara tertentu di setiap daerah
seperti pada saat pertemuan kelompok tani, PKK, rapat RT, dan lain-lain. Dengan cara bertemu
secara langsung seperti ini mereka berkeyakinan bahwa informasi yang disampaikan akan secara
efektif diserap warga dan juga diwaktu bersamaan anggota LKM juga dapat melihat reaksi warga
dan mendengar keluhan-keluhan warga yang nantinya aspirasi dari warga tersebut akan dibawa
sebagai informasi pada saat perkumpulan LKM dan akan dibahas disana. Dengan penerapan
strategi komunikasi bertatap muka secara langsung seperti ini maka anggota LKM harus
memiliki ketrampilan berkomunikasi yang mumpuni, artinya anggota LKM harus bisa
mewartakan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat, selain itu anggota LKM yang
mewartakan informasi tersebut haruslah orang yang dipercaya oleh masyarakat sekitar atau
orang yang tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar seperti ketua RW, sesepuh,

dan lain-lain. Dengan menggunakan orang-orang yang memiliki pengaruh di daerah tersebut
sebagai komunikator maka informasi yang diberikan akan lebih efektif diterima oleh masyarakat,
karena masyarakat akan lebih percaya dan yakin dibanding dengan orang-orang yang dipandang
biasa saja didaerah tersebut, dalam wawancara bersama Bpk. Ismunandar pada tanggal 4
Februari 2014, Bpk. Ismunandar mengatakan bahwa
“….., LKM Blotongan memiliki anggota 15 anggota dengan latar belakang pekerjaan
yang berbeda-beda, mulai dari anggota DPR, PNS, sanpai dengan budayawan. Para
anggota tersebut biasanya merupakan tokoh-tokoh penggiat kegiatan-kegiatan di daerah
masing-masing seperti ketua RW, ketua PKK, dll. ……”
Selain menggunakan komunikasi tatap langsung sebagai strategi komunikasi ada dua
LKM di Kota Salatiga yang menggunakan media cetak yang diberi nama Warta Salembar oleh
LKM Kumpulrejo dan Gertak (Gerakan Taktis) LKM Oleh LKM Cebongan. Warta Salembar
merupakan media cetak yang diproduksi oleh LKM Kelurahan Kumpulrejo dan didistribusikan
kepada seluruh RW di wilayah Kelurahan Kumpulrejo dan juga Dinas-Dinas Pemerintah yang
terkait, ini diberi nama Warta Salembar karena media cetak ini memang cuma berjumlah satu
lembar setiap edisinya. Agar mudah dipahami oleh masyarakat media ini menggunakan bahasa

35

jawa sehari-hari dn juga menggunakan tokoh-tokoh pewayangan yang melekat dibenak

masyarakat seperti 5 sekawan. Dalam wawancara bersama Bpk. Ismadi selaku Ketua LKM
Kumpulrejo dan juga sebagai penulis Warta Salembar pada tanggal 3 Februari 2014, tujuan
penggunanaan bahasa jawa dan penggunaan tokoh-tokoh pewayangan selain memudahkan
masyarakat untuk memahami tentang isi dari Warta Salembar juga sebagai media untuk
melestarikan budaya-budaya daerah yang saat ini mulai luntur dikalangan anak muda karena efek
globalisasi.
“……, ya kita dari LKM Kumpulrejo membuat Warta Salembar dengan bahasa jawa dan
menggunakan tokoh-tokoh wayang bukan saja agar masyarakat dapat lebih cepat paham
tentang isi Warta Salembar, tetapi juga untuk melestarikan budaya kita seperti penggunaan
bahasa jawa, bisa dilihat dilingkungan kita sehari-hari, sekarang ini anak-anak kecil oleh
orang tuannya dalam keseharian dibiasakan dengan bahasa nasional, para anak muda juga
mulai menggandrungi budaya-budaya korea karena efek dari sinetron-sinetron di televise
dan kemajuan internet, maka harapan kami dengan adanya meda ini masyarakat tetap
ingat dan mau melestarikan budaya-budaya daerahnya dalam hal ini budaya jawa…..” .
Berbeda dengan Warta Salembar, Gerta (Gerakan Taktis) LKM yang diproduksi oleh LKM
cebongan pimpinan Bpk. Farouq berisi tentang program-program pemerintah dan dikemas secara
serius dalam sebuah bulletin. Selain LKM Kelurahan Kumpulrejo dan LKM Cebongan dengan
media cetaknya, LKM Kelurahan Noborejo, Kutowinangun, Blotongan, Bugel memanfaatkan
papan pengumuman yang diberikan oleh Humas Pemkot Salatiga sebagai media penyebaran
informasi bagi masyarakat. Papan-panan pengumumuman tersebut diletakkan ditempat-tempat
yang strategis dan semua orang dapat melihatnya seperti di depan kantor kelurahan, dengan
menempelkan informasi-informasi tersebut diharapkan masyarakat membaca segala informasiinformasi yang ada didalam papan pengumuman tersebut. Namun, sayangnya sekarang ini
sebagian besar papan pengumuman kosong tidak ada informasi apapun untuk masyarakat, dan
jika adapun informasi tersebut bukan lagi informasi yang terbaru untuk masyarakat. Dari
penelitian ini juga ditemukan ada 5 LKM yang telah vakum dalam menjalankan tugasnya yaitu
LKM Randuacir, Ledok, Kauman Kidul, Sidorejo Lor, Sidorejo Kidul, salah satu hal yang
membuat 5 LKM ini vakum adalah selain banyaknya anggota yang memiliki peran ganda di
lembaga-lembaga yang lain, factor kurangnya dana yang diberikan guna operasional juga
memicu ketidak aktifan dari LKM-LKM ini seperti yang disampaikan oeh Bpk. Sarmin
Sampurno ketua LKM Kauman Kidul pada tanggal 2 Agustus 2014

36

“….., LKM Kauman Kidul memang dalam menjalankan fungsinya kami sangat pasif
karena memang kurangnya dana yang diberikan Pemerintah sangat minim sehingga kami
tidak bisa menjalankan program-program yang seharusnya menjadi tanggung jawab kami
sebagai corong informasi kepada warga dan pemerintah sendiri,….”
Dari penelitian ini data dilihat bahwa dari 22 LKM yang dibentuk di Kota Salatiga
terdapat 17 LKM yang masih setia menjalankan tugasnya meskipun dalam keterbatasan dan
terdapat 5 LKM yang pasif dalam menjalankan tugasnya sebagai penyalur informasi kepada
Masyarakat dan juga Pemerintah. Namun, dari 17 LKM yang masih aktif tersebut juga memiliki
keluhan yang sama yaitu masih kurangnya perhatian dari Pemerintah yang telah melahirkan
program sosial yang diberi nama Lembaga Komunikasi Masyarakat ini, kurangnya perhatian
yang dimaksud bukan hanya sektor pendanaan saja, namun sebagai media komunikasi yang
menghubungka kedua mata rantai yang sempat terputus ini LKM membutuhkan pengarahan dan
dasar yang kuat seperti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan media komunikasi,
meskipun memang dulu sempat diadakan pelatihan tentang jurnalistik dan penyiaran namun
program tersebut tidak lagi berjalan, sedangkan saat ini peertemuan antara Pemerintah dan LKM
sanagat minim sekali dilaksanakan sehingga LKM harus bekerja keras untuk menjalankan salah
satu fungsinya sebagai media penyalur aspirasi masyarakat.
Berdasarakan apa yang telah dikatakan oleh Harold Lasswell bahwa untuk menjadikan
komunikasi menjadi efektif adalah dengan menjawab pertanyaan “who say what in which
channel to whom with effect”. Berdasarkan pertanyaan tersebut maka dalam penelitian ini dapat
dijawab dengan :
Who? (Siapa)
Dalam kasus ini LKM menjadi komunikator yang bertujuan untuk menginformasikan segala
macam informasi-informasi tentang program-program dan kebijakan Pemerintah kepada
Masyarakat dan juga menjadi akses Masyarakat guna menyalurkan asirasi-aspirasnya kepada
Pemerintah
Say What? (Pesan)
Pesan yang disampaikan adalah segala macam informasi yang didapat dari Pemerintah yang
harus diberitahukan kepada Masyarakat dan juga pesan dari Masyarakat yang harus disampaikan
kepada Pemerintah guna kestabilan hubungan Pemerintah dan Masyarakat

37

In Which Channel? (Media)
Untuk menyalurkan dan mencari informasi dari Pemerintah dan Masyarakat maka setiap LKM
harus menggunakan media yang dipandang efektif, dalam penelitian ini diketahui bahwa untuk
menyalurkan informasinya 14 LKM menggunakan strategi tatap muka secara langsung melalui
rapat, 1 LKM menggunakan strategi pemanfaatan media cetak yang diberi nama Warta
Salembar, 5 LKM menggunakan strategi dengan memanfaatkan papan pengumuman yang
diberikan pihak Humas Pemkot Salatiga, selain media-media tersebut media komunikasi
HandPhone juga merupakan sarana yang efektif untuk digunakan para anggota LKM dalan
proses saling tukar informasi.
To Whom? (Siapa Komunikan)
Siapa Komunikan disini adalah Masyarakat dan Pemerintah, Masyarakat dan Pemerintah
bertugas sebagai penerima informasi dari LKM melalui media-media yang dimanfaatkan oleh
LKM
With What Effect? (Efek)
Tentunya dari semua pihak mengharapkan efek yang positif yaitu program-program Pemerintah
dapat terlaksana dengan baik ditengah-tengah masyarakat dan juga sebagai pemangku kebijakan
Pemerintah memperhatikan segala macam aspirasi-aspirasi dari Masyarakat sehingga dapat
terbina kehidupan yang baik.
Maka pernyataan dari Harold Laswell tersebut jika diterjemahkan dalam kasus ini adalah
anggota LKM memanfaatkan media elektronik berupa HandPhone guna menjadi sarana
penyebaran informasi kepada para anggota lainnya guna efektifitas waktu. Sedangkan untuk
komunikasi kepada masyarakat LKM memanfaatkan pertemuan-pertemuan warga seperti
kumpulan RW, Kelompok Tani, PKK. Selain pemanfaatan pertemuan-pertemuan warga 2 LKM
yaitu LKM Kumpulrejo dan LKM Cebongan mengguakan media cetak yang diberi nama Warta
Salembar dan Gertak LKM sebagai media komunikasi dengan warga. Selain itu papan
pengumuman bantuan dari Humas Pemkot juga menjadi media komunikasi bagi warga sebagai
contoh yang dilakukan oleh LKM Tegalrejo yang memasang papan pengumuman LKM di depan
kantor Kelurahan Tegalrejo. Untuk berkomunikasi dengan pemerintah LKM memiliki akses

38

langsung mengutarakan kepada walikota dan juga dinas-dinas terkait, selain itu dalam
menyalurkan apirasinya kepada pemerintah LKM juga dapat melalui Humas Pemkot, lembagalembaga kemasyarakatan, dan juga kelurahan atau kecamatan.

39

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Forum Jurnalis Salatiga dengan Pemerintah Kota Salatiga T1 362009602 BAB V

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga T1 362007030 BAB I

0 1 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga T1 362007030 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga T1 362007030 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga T1 362007030 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi LKM Sebagai Media Komunikasi di Kota Salatiga

0 0 23

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Futsal Youthkrew Premier League dalam Eksistensi di Kota Salatiga T1 BAB V

0 0 23

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pemasaran Produk Vaporizer Menggunakan Komunikasi Word of Mouth di Kota Salatiga T1 BAB V

0 0 3

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Komunikasi Pemasaran Social Media Marketing Campaign untuk UMKM di Salatiga T1 BAB V

0 0 3