PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU PRESTASI BELAJAR: Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Prestasi Belajar Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Tangerang Banten.

(1)

PERNYATAAN . ... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ... ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... .. 8

C. Tujuan dan Kegunaan ... .. 8

D. Kerangka Berfikir ... .. 10

E. Asumsi ... .. 12

F. Hipotesis Penelitian... .. 13

BAB II LANDASAN TEORI A. . Mutu ... 15

1. Konsep Mutu (Kualitas) ... ... 15

2. Dimensi Kualitas ... ... 20

3. Dimensi Kualitas Jasa ... .. 21

4. Mutu Sekolah ... ... 28

B. . Prestasi Belajar Siswa ... ... 31

1. Hakikat Belajar ... . 31

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... . 33

3. Usaha ke arah peningkatan Prestasi Belajar ... 33

C. . Kinerja Kepala Sekolah ... ... 39

1. Konsep Kepemimpinan ... . 41

2. Teori-Teori Kepemimpinan ... 46 viii


(2)

D. Kinerja Guru ... 54

1. Guru dalam Proses Pembelajaran ... 56

2. Pengembangan Preofesional Guru ... 65

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... .. 70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. . Jenis Penelitian ... 74

B. . Pola Dasar Penelitian ... 74

C. . Populasi dan Penentuan Sampel ... 76

1. Populasi ... 76

2. ... Sample ... 77

D. Definisi Operasional ... 78

1. Mutu Prestasi belajar (Y) ... ... 79

2. Kinerja Kepala Sekolah (X1) ... 79

3. Kinerja Guru (X2) ... ... 79

E. .. Instrumen Penelitian ... 80

1. Pengujian Instrumen ... 82

2. Uji Coba Instrumen ... 85

F. .. Teknik Pengumpulan Data ... 88

G. . Teknik Analisis Data ... 89

1. Uji Persyaratan Analisis ... 89

2. Pengolahan dan Analisis Data ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. . Deskripsi Hasil Penelitian ………... 101

1. Kinerja Kepala Sekolah ……….……… 101

2. Kinerja Guru ……….... 103

3. Mutu Prestai Belajar ………. 105

B. . Analisis Data ……… 107

1. Uji Persyaratan Analisis ……… 107

2. Pengujian Hipotesis ……….. 111


(3)

b. Pengaruh Kinerja Guru (X2) Terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)

………... 117

c. Saling Pengaruh Mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan

kinerja guru (X2) ……… 122

d. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (X2) Secara Bersama-sama Terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)

………...………… 128

C. Pembahasan ……….. 133

1. Kondisi Umum Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Guru dan Mutu Prestasi

Belajar……… ………. 133

2. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi belajar ……... 137 3. Pengaruh Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar

…………... 138 4. Saling Pengaruh Mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru ... 139 5. Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara bersama-sama

terhadap Mutu Prestasi Belajar ... 140

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 142 B. Implikasi ... 143 C. Rekomendasi ... 144

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah menetapkan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Visi pendidikan nasional selanjutnya dijabarkan dalam misi pendidikan nasional, yaitu:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh kesempatan pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;

4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global;

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(Kumpulan undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang pendidikan 2007:45)

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang


(5)

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan.

Terkait dengan itu, terdapat tujuh kriteria penyelenggaraan pendidikan yang harus menjadi pedoman agar tujuan dapat terwujud seperti yang terdapat dalam kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang pendidikan (2007: 198) sebagai berikut:

1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik;

2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis;

3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur;

4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; 5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan

berkembangnya potensi peserta didik secara optimal;

6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan

7) terlaksananya evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Indikator mutu pendidikan secara sistem meliputi komponen input, proses, dan output. Komponen input meliputi kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, bahan ajar, alat bantu pembelajaran, teknologi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, kondisi lingkungan fisik maupun psikis, managemen sekolah, serta kendali mutu. Adapun komponen proses mencakup peningkatan efektivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kriteria output


(6)

3

pada standar kompetensi lulusan harus di atas standar nasional serta berkeunggulan dalam penggunaan bahasa Inggris, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta memiliki prestasi dalam kompetisi bertaraf internasional, berkolaborasi, serta melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi bertaraf internasional.

Agar kualitas pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan yang diharapkan oleh masyarakat maka perlu ada suatu standar atau acuan, sehingga setiap sekolah secara bertahap dapat mencapai standar yang telah ditentukan. Acuan tersebut harus bersifat nasional dan upaya pembinaan sekolah diarahkan untuk mencapai standar nasional. Apabila sekolah telah mampu mencapai standar nasional, selanjutnya dapat dikembangkan untuk mencapai standar internasional. Dengan kata lain, standar nasional pendidikan adalah target minimal yang harus dicapai dalam peningkatan mutu pendidikan.

Dalam upaya untuk memperoleh hasil pendidikan yang bermutu, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dituntut melakukan pengelolaan pendidikan yang bermutu pula. Cara-cara lama dalam pengelolaan pendidikan yang kurang memperhatikan faktor mutu dan kurang memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan yang seharusnya ditegakkan, perlu segera diperbaiki untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang berwawasan mutu dan keunggulan. Mutu yang baik hanya bisa dihasilkan oleh sekolah yang memiliki sistem manajemen mutu yang handal, yang mampu membangun budaya mutu sekolah untuk selalu meningkat mutunya. Dengan demikian


(7)

dibutuhkan sebuah pedoman sistem kerja yang baku atau manajemen mutu yang menjamin proses Continuous Quality Improvement (CQI) yang berdaya guna dan berhasil guna.

Kinerja dapat diartikan sebagai pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku pada masing-masing organisasi dalam hal ini sekolah. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) menyatakan bahwa: “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Kepala sekolah adalah pimpinan yang menjalankan perannya dalam memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan, dan berperan sebagai pimpinan pendidikan. Secara umum pimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan, pengertian dari kepemimpinan itu sendiri pada dasarnya mempunyai sifat yang umum dan hal itu juga dapat berlaku dalam bidang pendidikan. Secara lebih khusus bila diterapkan pada organisasi pendidikan seperti sekolah, maka kepemimpinan pendidikan dalam tataran organisasi sekolah akan berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah (school leader/principal), hal ini disebabkan kepala sekolah merupakan orang yang punya otoritas dalam mengelola sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Penguasaan isi materi pembelajaran, ketrampilan dan keinovatifan masih sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidik. Hal ini memerlukan sikap guru positif terhadap perubahan dalam melaksanakan


(8)

5

tugasnya. Pengembangan dan peningkatan kualitas kinerja guru menjadi inovatif akan mendorong pada proses pembelajaran yang inovatif pula, sehingga para siswa pun akan menjadi orang yang mampu menyesuaikan diri secara terus menerus dengan lingkungan yang berubah cepat.

Sementara itu, dengan merujuk pada pendapat Pullias dan Young, Mannan serta Yelon dan Weinstain, Mulyasa (2005:87) mengidentifikasi peran guru sebagai berikut, yaitu: pendidik, pengajar, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, penelti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, actor, emancipator, evaluator, pengawet, dan kulminator. Masuknya peran innovator di atas menggambarkan bahwa guru tidak cukup hanya menjalankan tugasnya secara rutin, namun pembaharuan/inovasi menjadi tuntutan yang harus terus menerus dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Surya (2004:5-6), bahwa:

Tantangan globalisasi dalam tingkatan operasional pendidikan menuntut peningkatan kualitas guru sebagai pelaku pendidikan yang berada di front terdepan melalui interaksinya dengan peserta didik. Untuk itu guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Dan profesionalisme guru akan tercermin dalam perwujudan yang secara ideal akan terlihat dalam lima hal berikut:

1. Guru memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap

2. Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek

3. Guru yang memiliki kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang memadai disertai etos kerja yang kuat

4. Guru yang memiliki kualitas kesejahteraan yang memadai 5. Guru yang kreatif dan berwawasan masa depan

Berkaitan dengan posisi guru dalam berbagi kebijakan pendidikan, guru harus memiliki keberanian berinovasi dalam pembelajaran dan


(9)

mengembangkan pembelajaran bermutu. Shuman dan Sykes dalam Hammond (1999:xii) menyatakan bahwa:

. . . the teacher must be the key. The literature on effective school is

meaningless, debates over educational policy are moot, if the primary agents of instruction are incapable of performing their function well . . . it seem unlikely that increasing the financial rewards of teaching alone will suffice, though it is certainly necessary. The character of the work will have to change in order to attract and hold the more highly trained, talented, and committed teacher required for 1980s and beyond.

Kondisi yang demikian, jelas menuntut guru sebagai fihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah untuk selalu berupaya menjalankan tugasnya secara dinamis dan inovatif sesuai dengan perkembangan dan tuntutan perubahan. Tuntutan masyarakat akan kualitas pendidikan selalu berimplikasi pada tuntutan akan perlunya guru yang berkualitas istimewa yang dapat membantu memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pengetahuan yang terus berkembang makin kompleks dan keterampilan (Hammond, 2006:4). Pelaksanaan peran dan tugas guru yang monoton sesuai dengan kebiasaan yang ada jelas akan menjadikan proses pendidikan selalu ketinggalan, sehingga peran institusi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang penting di masyarakat akan mengalami kemerosotan karena tidak memberi kepuasan pada stakeholder pendidikan yang tuntutannya cenderung makin meningkat. Keadaan tersebut menunjukkan pentingnya upaya-upaya untuk mengembangkan kinerja guru dari kinerja yang bersifat rutin ke arah kinerja yang inovatif.

Kinerja bukan sesuatu yang berdiri sendiri, dia dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal


(10)

7

berkaitan dengan supra sistem sekolah yakni otoritas yang secara herarkhis berada diatasnya, serta kondisi sekolah yang mengitarinya. Supra sistem ini jelas akan berpengaruh pada kualitas kinerja guru. Sedangkan faktor internal berkaitan dengan karakteristik personal guru seperti tingkat kreativitas yang pada dasarnya berkaitan dengan dimensi kapasitas dan kondisi individu, disamping itu dalam melaksanakan peran dan tugasnya sebagai guru, interaksinya dengan lingkungan sekolah, seperti kepemimpinan, budaya, serta sistem dan kebijakan sekolah juga akan menentukan pada perwujudan kinerja guru yang akan mendasari pola hubungan pribadinya dengan organisasi sekolah.

Fenomena di lapangan, khususnya di MTs Negeri Kota Tangerang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tidak mengalami peningkatan

(stagnan) terutama untuk mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4

mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematiaka dan Ilmu pengetahuan Alam (IPA). Kondisi ini tidak terlepas dari kinerja guru yang kurang optimal, kurang dinamis, kurang kreatif, tidak inovatif cenderung statis dan kinerja kepala sekolah yang tidak terprogram dan kurang kreatif. Untuk itu penulis merasa perlu mengadakan penelitian tentang Pengaruh

Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi

Belajar (Studi Tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja

Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar Siswa di MTs Negeri Kota


(11)

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai keterkaitan antara Mutu Prestasi Belajar untuk mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika dan ilmu pengetahuan Alam (IPA) dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan dibatasi pada faktor Kineja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Kinerja Kepala Sekolah, Kineja Guru dan Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?

2. Sejauhmana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?

3. Sejauhmana pengaruh Kinerja Guru terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?

4. Sejauhmana saling pengaruh-mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri Kota Tangerang?

5. Sejauhmana pengaruh Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara bersama-sama terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:


(12)

9

a) Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kepala Sekolah, Kineja Guru dan Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

b) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

c) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Guru berpengaruh terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

d) Untuk mengetahui sejauhmana saling pengaruh-mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri Kota Tangerang.

e) Untuk mengetahui sejauhmana Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

2. Kegunaan

a) Dari segi akademik.

Ingin mengungkap dan mengkaji secara empiris tentang sebagian faktor-faktor yang mempengaruhi mutu prestasi belajar, dimana hasil penelitiannya nanti diharapkan dapat berguna, baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang bagaimana mutu prestasi belajar di sekolah dipengaruhi oleh faktor individu yang melatarbelakanginya, dan juga dipengaruhi oleh faktor kepala sekolah dan guru yang dalam penelitian ini terdiri dari Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru.


(13)

b) Dari segi praktis.

Penelitian ini nanti diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak-pihak yang berwenang sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam mengembangkan kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru. Dengan melalui ketepatan dalam rekrutmen Kepala Sekolah, serta pembinaannya dalam upaya mengembangkan kinerja Kepala Sekolah, serta kebijakan manajemen sekolah untuk mendorong terciptanya kinerja yang kondusif, kreatrif dan dinamis, sebagai upaya peningkatan mutu prestasi belajar yang menjadi tuntutan dewasa ini, dapat terlaksana dalam tataran teknis pendidikan, yakni pembelajaran.

D. Kerangka Berfikir

Mutu prestasi belajar tidak dapat dilepaskan dari komponen sistem pendukungnya seperti siswa sebagai raw input; kurikulum, sarana dan prasarana, media/bahan belajar, pendidik, manajemen, dan biaya sebagai

instrumental input; serta lingkungan belajar sebagai environmental input.

Kualitas proses dan hasil pendidikan hanya akan dapat dicapai jika mendapat dukungan penuh dari setiap komponen sistem pendukungnya.

Diantara sekian banyak komponen Mutu pendidikan, pendidik (guru) merupakan aspek utama yang memberikan andil cukup besar dalam menentukan Mutu Pendidikan khususnya kualitas proses dan hasil belajar siswa. Suyanto dan Hisyam (2000:27) menyebutkan bahwa ” guru memang merupakan salah satu komponen mikro sistem mutu pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses mutu pendidikan secara


(14)

11

luas, khususnya dalam mutu pendidikan persekolahan”. Dalam hal ini mutu presta belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar di sekolah khusus untuk mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4 (empat) mata pelajaran yaitu: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Suatu pengajaran akan sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan mengajar menaruh perhatian utama pada kompetensi profesional guru yang pada gilirannya akan meningkatkan proses belajar mengajar dan kualitas mutu pendidikan akan direfleksikan pada peningkatan mutu prestasi belajar siswa. Dengan demikian kepala sekolah secara otomatis akan mampu mengidentifikasi para guru, yang bermasalah atau yang kurang profesional dalam melaksanakan tugas, sehingga pada akhirnya diketahui titik kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan untuk selanjutnya dicarikan solusinya bagi peningkatan mutu prestasi belajar dilingkungan MTs Negeri Kota Tangerang khususnya pada mata pelajaran yang di UN kan yaitu: Bahasa indonesia, Bahasa Inggria, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).


(15)

Secara konseptual paradigma pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

E. Asumsi

Dalam penelitian ini asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian dapat dikemukakan sebagai beriktu:

1. Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk mengelola sebagai sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan. Upaya untuk memberdayakan

Kinerja Guru`(X2)

Mutu Prestasi Belajar (Y), Mata pelajaran yang di UN kan yaitu:

B. Indonesia, B.Inggris, Matematika dan IPA

Pendidikan yang berkualitas

Kinerja Kepala Sekolah (X1) Sumber Daya

Manusia ADMINISTRASI

PENDIDIKAN

FENOMENA

- Kinerja kepala sekolah

tidak terprogram - Kepala sekolah kurang

kreatif

- Visi dan misi kepala sekolah tidak jelas - Kinerja Guru kurang

optimal

- Kinerja Guru kurang dinamis, cenderung statis

- Mutu pendidikan kurang berkembang - Prestasi siswa tidak

mengalami peningkatan


(16)

13

segala sumber daya yang dimiliki oleh sekolah mencapai tujuan sekolah inilah yang dinamakan dengan manajemen pendidikan di MTs Negeri Kota Tangerang, yang merupakan bagian dari administrasi pendidikan secara keseluruhan.

2. Setiap orang pada dasarnya merupakan agen perubahan, dan guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab untuk melakukan perubahan tersebut dalam melaksanakan peran dan tugasnya di sekolah.

” Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing”. (Martinus Yamin dan Maisah, 2010:36)

3. Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas pelayanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing individu.

4. Mutu Prestasi Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mutu prestasi belajar pada mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4 mata pelajaran yaitau: Bahasa Indinesia, Bahasa Inggri, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, dapat dirancang hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Kinerja Kepala Sekolah terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.


(17)

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari KinerjaGuru terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.

3. Terdapat saling pengaruh mempengaruhi antara Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTs Negeri kota Tangerang

4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru secara bersama-sama terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, karena menggunakan data yang tidak mengalami perlakuan khusus dalam pengumpulan data (bersifat alamiah, bukan buatan), maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian survey (Sugiyono, 2008:12). Penelitian survey menurut Sangarimbun dan Effendi (1989:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Menurut Alreck dan Settle (1995:456) mengatakan bahwa:

A research technique where information requirement are specified, a population is identified, a sample selected and systematically questioned, and the results analyzed, generalized to the population, and reported to meet the information needs.

Servey adalah merupakan teknik/metode penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari suatu sampel dalam suatu populasi untuk kemudian dianalisis guna memperoleh generalisasi atas populai dimana sampel itu diambil/ditarik.

B. Pola Dasar Penelitian

Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut sebagai pola dasar penelitian. Jadi pola dasar penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan


(19)

hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk pola dasar atau model penelitian kuantitatif khusunya untuk penelitian survey seperti gambar 3.1 berikut (Sugiyono, 2008:65-66).

Gambar 3.1 Pola dasar penelitian

X1 : Kinerja Kepala Sekolah

X2 : Kinerja Guru

Y : Mutu Prestasi Belajar

Pola dasar penelitian atau pola hubungan antar variabel penelitian pada dasarnya merupakan rencana studi/penelitian yang menggambarkan prosedur dalam menjawab pertanyaan masalah penelitian. Menurut Stelltiz dalam Umar (2003:90) terdapat tiga jenis desain penelitian yaitu: desain eksploratoris, desain deskriptif, dan desain kausal. Desain eksploratoris merupakan desain penelitian untuk menjajagi dan mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru atas persoalan-persoalan yang relatif baru. Desain deskriptif merupakan desain penelitian yang bertujuan menguraikan sifat atau karakteristik suatu gejala atau masalah tertentu, dan desain kausal

X1

X2


(20)

76

merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan atau pengaruh antar variabel.

Dengan mengacu pada masalah penelitian serta jenis desain penelitian, maka desain penelitian ini adalah desain kausal, dimana kajiannya dimaksudkan untuk menganalisis hubungan/pengaruh antar variabel yaitu Mutu Prestasi Belajar (Y), Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru

(X2).

C. Populasi dan Penentuan Sampel

1. Populaasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru di Madrasah Tsanwiyah Negeri kota Tangerang Banten. Penyebarannya seperti terlihat dalam tabel berkut:

Tabel 3.1a Populasi Penelitian Di MTs Negeri Kota Tangerang

No Nama sekolah

Populasi

Jumlah

Kepala sekolah Guru

1. MTs Negeri Tangerang 1 52 53

2. MTs Negeri Benda 1 51 52

3. MTs Negeri Cipondoh 1 45 46


(21)

2. Sampel

Teknik yang digunakan untuk menentukan sample dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu cara pengambilan sample dari anggota populasi dengan cara acak tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. (Akdon 2008:100).

Roscoe dalam bukunya yang berjudul Research Methods for Busines (Sugiyono, 2008:131-132) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:

1) Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan

multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka

jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 5 (independent

dan dependent), maka jumlah anggota sample = 10 x 5 = 50.

4) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sample masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20. Karena jumlah variabel dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel, yaitu 2 (dua) variabel bebas (independent) dan 1 (satu) variable terikat (dependent), maka penulis menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 sampel. Pengambilan sampel sebanyak 45 ini diambil secara acak (random) dan proporsional pada kepala sekolah dan guru-guru yang tersebar di MTs Negeri Kota Tangerang, seperti pada tabel di bawah berikut:


(22)

78

Tabel 3.1b

Penentuan Jumlah Sampel Di MTs Negeri Kota Tangerang

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

Jumlah Kepala sekolah Guru

1. MTs Negeri Tangerang 1 17 18

2. MTs Negeri Benda 1 14 15

3. MTs Negeri Cipondoh 1 11 12

Jumlah 3 42 45

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang telah dikaji terdiri dari tiga variabel, yaitu Mutu Prestasi Belajar (Y), Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan

Kinerja Guru (X2). Dari masing-masing variabel tersebut dikelompokkan ke

dalam dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari variabel X1 dan X2, dan variabel terikat (dependent variable) yang

terdiri dari variabel Y.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian, maka variabel-variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional guna melakukan pengukuran bagi kepentingan analisis. Untuk itu berikut ini akan dikemukakan operasional dari variabel tersebut serta penjabarannya ke dalam indikator-indikator sebagai acuan dalam penyusunan instrumen penelitian.


(23)

1. Mutu Prestasi Belajar (Y)

Mutu prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar di sekolah. Dengan indikator input, proses, output dan outcome. Dalam penelitian ini, mutu prestasi belajar untuk mata pelajaran yang di UN kan yang terdiri dari 4 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

2. Kinerja Kepala Sekolah (X1)

Kinerja Kepala Sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kepala sekolah dalam mempimpin organisasi sekolah. Kepemimpinan dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana arah atau tujuan tersebut dapat dicapai. Berkenaan dengan hal tersebut indikator kinerja kepala sekolah sebagai berikut: a. Supportif (memberi semangat/dukungan),

b. Collegalial (kerjasama/pertemanan), c. Intimate (intim/akrab/kepedulian),

d. Directive (mengendalikan/ mengarahkan), e. Kondusif (sejuk dan menyenangkan), f. Compact (kompak).

2. Kinerja Guru(X2)

Penelitian ini akan memotret variabel kinerja guru, yang dimaksud dengan kinerja guru adalah seperangkat perilaku yang ditunjukan oleh guru pada


(24)

80

saat menjalankan tugas dan kewajibannya dalam bidang pengajaran berdasarkan rumusan subvariabel dan indikator-indikator kinerja guru yang dikembangkan dan dimodifikasi. Berkenaan dengan hal tersebut indikator-indikator kinerja guru sebagai berikut.

a. Kemampuan : - Penguasaan materi - Penguasaan metode b. Prakarsa/inisiatif : - Berfikir positif

- Mewujudkan kreativitas - Pencapaian prestasi c. Ketepatan waktu : - Waktu kedatangan

- Waktu pulang d. Kualitas hasil kerja : - Pemahaman siswa

- Kepuasan siswa - Prestasi siswa

e. Komunikasi : - Penguasaan keadaaan kelas - Mutu penyampaian materi

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:148).


(25)

Instrumen penelitan dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri, termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini ada tiga, yaitu instrument untuk mengukur kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan mutu prestasi belajar.

Sesuai dengan karakteristik penelitian dengan pendekatan kuantitatif, penyusunan instrumen penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data menjadi hal yang penting yang akan menentukan pada kualitas hasil penelitian. Dalam hubungan ini alat pengumpul data, khususnya angket, dimaksudkan untuk mengukur variabel-variabel penelitian sehingga dapat diperoleh data kuantitatif untuk kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan formula statistik yang relevan dengan tujuan penelitian.

Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini disusun dalam bentuk kisi-kisi sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator No.

Item

Kinerja Kepala Sekolah (X1)

Supportif (memberi semangat/dukungan)

•Berfikir akademis, mendengarkan kritik dan saran

1,2

Collegalial (kerjasama/perteman

an)

•Akrab dan berteman baik

3,4,5

Intimate (intim/akrab/

kepedulian)

•Saling dukung dan kebersamaan

6,7,8

Directive (mengendalikan/

mengarahkan)

•Monitoring, cheking dan evaluating

9,10

Kondusif (sejuk dan menyenangkan)

•Suasana kerja yang kekeluargaan


(26)

82

Compact (kompak) •kebersamaan 13,14,

15,16 Kinerja Guru

(X2)

Kemampuan •Menguasai materi

•Penguasaan metode

1,2,3,4 Prakarsa/inisiatif •Berpikir positif

•Mewujudkan kreatifitas

•Pencapaian prestasi

5,6,7,8

Ketepatan waktu •Waktu kedatangan

•Waktu pulang

9,10,11 Kualitas hasil kerja •Pemahaman siswa

•Kepuasan siswa

•Prestasi siswa

12,13,1 4 Komunikasi •Penguasaan keadaan

kelas

•Mutu penyampaian materi

15,16

Mutu Prestasi Belajar (Y)

Input •Selektif 1,2,3,4

Proses •Pengambilan

keputusan,pengelolaan kelembagaan,

pengelolaan belajar mengajar, monitoring dan evaluasi

5,6,7,8, 9

Output • Nilai sesuai dengan

standar

10,11,1 2,13

Out come • Kemampuan siswa 14,15.1

6

1. Pengujian Instrumen

a) Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2005:267). Validitas instrumen dalam penelitian ini diawali dengan validitas konstrak (construct validity) dan validitas isi (content validity). Untuk menguji validitas konstrak dan validitas isi,


(27)

dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono, 2008:177).

Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan berdasarkan pengalaman selesai, maka diteruskan dengan uji validitas empirik (empirical-validity) di lapangan, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment:

Ha : instrumen soal valid. Ho : instrumen soal tidak valid

α = 0,05 atau 5%

Ha diterima bila r(hitung) > r(tabel)

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X

N

Y X XY N rxy

Σ − Σ Σ

− Σ

Σ Σ − Σ =


(28)

84

b) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005:267). Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retestb (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2005:273).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, dapat digunakan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalis dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu, maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen nomor ganjil dan kelompok instrumen nomot genap. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment:

Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown: b b r r r + = 1 . 2

11 (Sugiyono, 2008:190)

Riduwan dan Sunarto (2007:348) mengatakan:

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(29)

Reriabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reiliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest,

equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal

(analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti rerliabel (Riduwan dan Sunarto, 2007:353).

2. Uji Coba Instrumen

Untuk melakukan uji coba instrumen secara empirik dalam penelitian ini dilakukan pada 20 responden yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-guru MTs Negeri di Kota Tangerang yang diambil secara acak. Dan hasilnya sebagaimana ditemukan pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Uji validitas empirik instrumen Kinerja Kepala Sekolah (X1)

No. Koefisien T T

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,89 8,18 1,73 valid

2 0,89 8,48 1,73 valid

3 0,95 12,30 1,73 valid

4 0,86 7,09 1,73 valid

5 0,94 11,87 1,73 valid

6 0,86 7,19 1,73 valid

7 0,95 12,30 1,73 valid

8 0,94 11,35 1,73 valid

9 0,95 12,30 1,73 valid

10 0,92 9,79 1,73 valid

11 0,86 7,29 1,73 valid

12 0,95 12,30 1,73 valid

13 0,86 7,09 1,73 valid

14 0,95 12,30 1,73 valid

15 0,86 7,19 1,73 valid


(30)

86

Dari Tabel 3.4 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Kepala Sekolah semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.4).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Kinerja Kepala Sekolah (X1) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti instrument angket Kinerja Kepala Sekolah reliable (Perhitungan selengkapnya lihar lampiran 3.3).

Tabel 3.4

Uji validitas empirik instrumen Kinerja Guru (X2)

No. Koefisien T t

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,86 7,17 1,73 valid

2 0,85 6,72 1,73 valid

3 0,88 8,05 1,73 valid

4 0,83 6,33 1,73 valid

5 0,91 9,08 1,73 valid

6 0,83 6,26 1,73 valid

7 0,83 6,25 1,73 valid

8 0,87 7,50 1,73 valid

9 0,92 9,78 1,73 valid

10 0,93 11,16 1,73 valid

11 0,74 4,62 1,73 valid

12 0,93 11,16 1,73 valid

13 0,90 8,82 1,73 valid

14 0,93 11,16 1,73 valid

15 0,90 8,94 1,73 valid


(31)

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Guru semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.3).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Kinerja Guru (X2) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti instrument angket Kinerja Guru reliable (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.4).

Tabel 3.5

Uji validitas empirik instrumen Mutu Prestasi Belajar (Y)

No. Koefisien t t

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,85 6,95 1,73 valid

2 0,80 5,69 1,73 valid

3 0,88 7,94 1,73 valid

4 0,94 12,23 1,73 valid

5 0,91 9,33 1,73 valid

6 0,95 13,38 1,73 valid

7 0,88 7,86 1,73 valid

8 0,91 9,33 1,73 valid

9 0,85 6,95 1,73 valid

10 0,97 16,68 1,73 valid

11 0,90 8,52 1,73 valid

12 0,95 13,38 1,73 valid

13 0,95 13,38 1,73 valid

14 0,95 13,38 1,73 valid

15 0,94 11,54 1,73 valid


(32)

88

Melihat Tabel 3.5 di atas, ternyata dari 16 item soal yang diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Mutu Prestasi belajar semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.5).

Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrument (angket) Mutu Prestasi belajar (Y) dengan menggunakan teknik belah-dua (split-half). Dan hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung > r-tabel (0,99 > 0,46), yang berarti instrument angket Mutu Prestasi belajar reliable (Perhitungan selengkapnya lihar lampiran 3.5).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

1. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh data yang disebarkan kepada seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya jawab dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan


(33)

pejabat yang membidangi MTsN di Kota Tangerang. Wawancara ini dimaksudkan untuk menambah pemahaman tentang masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

3. Observasi

Yaitu teknik pemerolehan data melalui pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dilakukan kepada semua MTs Negeri di Kota Tangerang untuk lebih menambah pemahaman tentang masalah yang menjadi fokus penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen-dokumen yang menjadi sumber data diperoleh dari MTsN dan Mapenda Kota Tangerang.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Uji Persyaratan Analisis

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata datanya berdistribusi normal maka olah data yang digunakan adalah dengan statistik parametris, dan apabila datanya tidak normal, maka olah data yang digunakan dengan statistik nonparametris (Sugiyono,


(34)

90

2007:233). Dan rumus yang digunakan untuk uji normalitas data adalah:

(Sugiyono, 2008:241)

b) Uji Linieritas

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel dipendent membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2008:265).

Adapun untuk menguji linieritas hubungan antar variabel dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan Hipotesis, yaitu:

Ho : hubungan antar variabel berpola tidak llinier Ha : hubungan antar variabel berpola linier

2) Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE), dengan rumus:

3) Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC), dengan rumus:

4) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC), dengan

rumus:

      Σ − Σ = k E n Y Y JK 2

2 ( )

E s TC JK JK

JK = Re

2

− =

k JK RJKTC TC

(

)

− = t t f f f0 2

2


(35)

5) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE), dengan rumus:

6) Mencari Nilai F(hitung), dengan rumus:

7) Mencari Nilai F (tabel), dengan rumus:

8) Menentukan keputusan pengujian linieritas, dengan ketentuan: Jika, F (hitung) > F (tabel), maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti linier, dan

Jika, F (hitung) < F (tabel), maka Ha diterima dan Ho ditolak, berarti tidak linier (Riduwan, 2007:104).

2. Pengolahan dan Analisis Data

a) Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data adalah merupakan cara yang ditetapkan dan dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji data yang diperoleh sehingga menjadi informasi yang dapat digunakan dalam mewujudkan tujuan penelitian. Hal tersebut senada dengan pendapat Surakhmad (1985:109) yang mengemukakan bahwa :

Mengolah data adalah usaha yang konkrit yang membuat data itu ”berbicara”, sebab betatapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam satu organisasi dan diolah menurut sistematik yang baik, niscaya data itu tetap mempunyai bahan-bahan yang ”membisu seribu bahasa”.

k n

JK

RJK E

E

− =

E TC hitung

RJK RJK

F =

) ( , ) ( ) 1

(( dkTC dkE tabel F


(36)

92

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penyeleksian data yang diperoleh dari angket sehingga dapat diyakinkan bahwa data yang diperoleh layak untuk diolah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2) Pembobotan nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan.

3) Menghitung skor rata-rata dari setiap variabel untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel penelitian.

4) Mencari kecenderungan skor rata-rata setiap variabel dengan rumus sebagai berikut :

responden jumlah

N

responden jawaban

alternatif setiap

dari skor jumlah X

responden skor

rata rata X

Keterangan N X X

: : :

:

− =

5) Mengkonsultasikan rata-rata dengan tabel konsultasi hasil perhitungan sebagai berikut :

Penentuan kualifikasi penafsiran dan rentang nilai dari konsultasi hasil perhitungan didasarkan dari pengembangan nilai skala yang ditetapkan oleh peneliti yaitu skala Likert. Dari hasil


(37)

pengembangan tersebut maka diperoleh tabel konsultasi hasil perhitungan kecenderungan rata-rata sebagai berikut :

Tabel 3. 6

Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-Rata

RENTANG NILAI KRITERIA

4,01 – 5,00 3,01 – 4,00 2,01 – 3,00 1, 01 – 2,00

0,01 – 1,00

Sangat Baik Baik Cukup Rendah Sangat Rendah

b) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Kepala sekolah

(X1) terhadap Mutu Prestasi Belajar (Y)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan mutu

prestasi belajar.

Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan mutu

prestasi belajar.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

) ( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2

r n r t

− − =


(38)

94

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261).

Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus: (Sugiyono, 2005:245) 2 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i i i i i i i X X N Y X Y X N b X X N Y X X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ = Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ = X b a Y= +


(39)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai

r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).

c) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Guru (X2) terhadap

Mutu Prestasi belajar (Y)

Pertama kali yang yang dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja guru dengan mutu prestasi

belajar.

Ha : ada hubungan antara kinerja guru dengan mutu prestasi belajar.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

) ( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2

r n r t

− − =


(40)

96

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2005:245)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai

r2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).

X b a Y= +

2 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i i i i i i i X X N Y X Y X N b X X N Y X X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ = Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ =


(41)

d) Untuk menguji hipotesis adanya saling pengaruh mempengaruhi

antara Kinerja Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (X2)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan kinerja

guru.

Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dengan kinerja guru.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

) ( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2

r n r t

− − =


(42)

98

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2005:245)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai

r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:250).

e) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kinerja Kepala Sekolah

(X1) dan Kinerja Guru (X2) secara bersama-sama terhadap Mutu

Prestasi Belajar (Y).

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dan kinerja

guru secara bersama-sama dengan mutu prestasi belajar.

X b a Y= +

2 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i i i i i i i X X N Y X Y X N b X X N Y X X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ = Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ =


(43)

Ha : ada hubungan antara kinerja kepala sekolah dan kinerja guru

secara bersama-sama dengan mutu prestasi belajar. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dimana,

Ryx1x2 : korelasi antaran X1 dan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y.

r yx1 : korelasi Product Moment antara X1 dengan Y.

r yx2 : korelasi Product Moment antara X2 dengan Y.

r x1x2 : korelasi Product Moment antara X1 dengan X2.

(Sugiyono, 2008:266)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

Dimana,

R : koefisien korelasi ganda k : jumlah variable independen n : jumlah sampel

(Sugiyono, 2008:266)

Kemudian nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel dengan derajat kebebasan, dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan 5%, dengan ketentuan:

) 1 ( / ) 1 ( / 2 2 − − − = k n R k R Fh 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 x x r x x r yx r yx r yx r yx r x yx R − − + =


(44)

100

Ho: diterima, jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel dan Ha: diterima, jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi ganda. Persamaan regresi ganda ini dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai kedua variabel independen secara bersama-sama dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:267). Adapun persamaan regresi ganda yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b1 = koefisien regresi independen 1

b2 = koefisien regresi independen 2

X1 = nilai variabel independen 1

X2 = nilai variabel independen 2

Untuk mencari nilai a, b1 dan b2 pada persamaan regresi ganda,

dengan menggunakan persamaan:

) 3 ( . . . ) 2 ( . . . ) 1 ( . . . 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 X b X X b X a Y X X X b X b X a Y X X b X b n a Y + Σ + Σ = Σ + Σ + Σ = Σ Σ + Σ + = Σ (Sugiyono, 2005:252) 2 2 1

1X b X

b a


(45)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Mutu Prestasi belajar dengan fokus pada Kinerja Kepala Sekolah dan Kinerja Guru, yang mengambil lokasi di Kota Tangerang dengan obyek penelitiannya adalah Kepala sekolah dan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri. Dari hasil penelitian di lapangan dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja kepala sekolah dan Guru MTs Negeri di Kota Tangerang tergolong cukup, dan Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota Tangerang tergolong cukup.

2. Kinerja Kepala Sekolah MTs Negeri di Kota Tangerang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota Tangerang.

3. Kinerja Guru MTs Negeri di KotaTangerang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar MTs Negeri di Kota Tangerang. 4. Kinerja Kepala Sekolah dan Guru di MTs Negeri Kota Tangerang saling

berpengaruh positif dan signifikan.

5. Kinerja Kepala Sekolah dan Guru di MTs Negeri Kota Tangerang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mutu Prestasi Belajar di MTs Negeri Kota Tangerang.


(46)

143

B. Implikasi

Dengan mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana di kemukakan di atas, terdapat beberapa implikasi yang perlu dicermati dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru. Hal ini dikarenakan tantangan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat di era global, dimana kemampuan daya saing bangsa pada akhirnya akan ditentukan oleh kemampuan SDM bangsa untuk mampu bersaing. Guru sebagai perancang masa depan anak sudah barang tentu dituntut untuk mendidik siswa ke arah yang demikian, dan hal ini hanya dapat dilakukan secara efektif apabila guru melaksanakan peran dan tugasnya dengan baik. 1. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru agar

ditempatkan dalam konteks organisasi sekolah secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan agar peningkatan dan pengembangan kinerja guru merupakan bagian yang terintegrasi dengan program sekolah, sehingga pengembangannya dapat berkesinambungan, karena mendapat dukungan dari organisasi.

2. Mutu Prestasi Belajar apabila berhasil dikembangkan secara terus menerus akan membantu dalam keberhasilan pengembangan inovasi pendidikan dalam tataran teknis melalui pelaksanaan peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengintegrasikan berbagai perkembangan baru dan kebijakan baru dalam bidang pendidikan/pembelajaran dengan tataran institusi organisasi dan manajemen, sehingga pengembangannya akan menjadi komitmen bersama


(47)

seluruh anggota organisasi sekolah. Hal itu berarti bahwa pengembangan manajemen sekolah perlu didorong untuk dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangannya sikap kreatif guru yang pada gilirannya kreatif ini akan berdampak pada kinerja guru yang lebih baik. Kebijakan baru pemerintah untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan dapat terintegrasi dengan manajeman pendidikan di sekolah. Dengan terintegrasinya hal tersebut, maka organisasi sekolah akan terdorong untuk melakukan pembelajaran dari mulai tataran individu sampai pada tataran organisasi. Dan apabila hal ini dapat terwujud, maka kinerja kepala sekolah akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kinerja Guru.

C. Rekomendasi.

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana dikemukakan terdahulu, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa rekomendasi:

1. Untuk MTs Negeri (Kepala Sekolah); (a) Kepala sekolah perlu mengembangkan kegiatan yang dapat mendorong pada peningkatan kompetensi/kemampuan guru baik yang langsung terkait dengan proses pembelajaran, maupun yang kompetensi lain yang dapat menunjang pada peningkatan kualitas pembelajaran sebagai bagian dari pengembangan profesional guru; (b) Kepala sekolah perlu mendorong tercapainya lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini akan mendorong pada pemerolehan wawasan/ide/hal baru yang berkembang, yang nantinya diharapkan terjadi


(48)

145

transfer of learning melalui pelaksanaan pembelajaran yang inovatif di

kelas, yang pada akhirnya melalui pembelajaran bersama di sekolah hal tersebut akan berpengaruh pada seluruh guru yang menjadi anggota organisasi sekolah. Dan dalam kontek ini peran kepala sekolah akan menentukan pada terjadinya pembelajaran organisasi yang bila hal tersebut berlangsung secara berkesinambungan akan menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning schoolI).

2. Untuk Kementerian Agama (Mapenda); (a) Perlu upaya/kebijakan yang dapat memperkuat manajemen sekolah agar posisi kepala sekolah menjadi suatu profesi tersendiri, bukan hanya sekedar guru yang diberi tugas tambahan. Dengan kepala sekolah menjadi profesi yang khusus, maka rekrutmen kepala sekolah akan lebih menitikberatkan pada kompetensi/kemampuan manajerial dan kepemimpinan, serta pengembangan profesinya akan lebih mengacu pada penguatan menajemen dan kepemimpinan pendidikan kepala sekolah; (b) Menggiatkan kembali pengembangan manajemen berbasis sekolah agar sekolah menjadi makin mandiri dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu berbagai pengaturan yang cenderung mengurangi inisiatif sekolah melakukan kegiatan yang produktif bagi peningkatan kualitas pendidikan secara bertahap perlu dikurangi, sehingga kepala sekolah mempunyai kebebasan yang cukup untuk berekspresi dalam menjalankan kepemimpinan di sekoloh; (c) Seiring dengan kebijakan sertifikasi pendidik/guru yang mendasarkan pada kualifikasi


(49)

pendidikan sarjana serta penilaian akan kompetensi guru, yang kemudian diiringi dengan tambahan kompensasi dengan diberikannya tunjangan profesi, maka Kementerian Agama (Mapenda) perlu mengembangkan manajeman kinerja yang dapat mendorong pada peningkatan dan pengembangan kinerja guru secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar tambahan/peningkatan financial reward melalui tunjangan profesi dapat terkait dengan meningkatnya kinerja guru ke arah yang lebih baik dan inovatif.

3. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan Mutu Prestasi Belajar dengan pendekatan yang berbeda, misalnya pendekatan kualitatif, agar dapat diketahui secara lebih cermat dan mendalam tentang faktor penentu dari Mutu Prestasi Belajar. Dan untuk pendekatan yang sama, yakni kuantitatif, pengukuran variabel secara substantif bukan didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu dikembangkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih akurat.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Alma B, (2008), Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung: Alfabeta.

_______, (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

_______, dkk (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil

Mengajar. Bandung: Alfabeta

Abin, Syamsuddin (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Alreck, Pamela L., & Robert R. Sttle, (1995). The Survey Research Hand Book, Chicago, Irwin.

Arcaro, Jarome S. (2005). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Atmosudirdjo, Prajudi. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta:Ghalia Indonesia.

Barth, Rooland S. (1990). Improving shool from within. San Fransisco: Jossey – Bass.

Cuttance, Peter, (ed) (2001). Shool Innovation, Pathway to the Knowlwdge

society, Department of Education Australia, www.dest.govt.au (7

November 2009)

Danim S., (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Davis, Stephen. Et.al (2005) School Leadership Study, Developing Successful

Principal, the Wallace foundation, Standford Educational Leadership

Institute, www.srnlead.org. (6 November 2009)

Departemen Agama RI. (2007). Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan


(51)

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (1983).

Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman

Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah Tahun 2007.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman

Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran LPTK (PPKP) Tahun Anggaran 2007.

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004).

Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departeman Pendidikan Nasional

2005-2009.

Djamarah, Saiful, (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Enoch, Jusuf. (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of

Educational Change, New York: Teahcer College Press.

Goleman, Daniel. (2006). The Socially Intelegent Leader, www. ASCD.org (7 November 2009)

Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration 6th Edition, New York, McGraw Hill co.

Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning

Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey –

Bass. .

_______, John Bransford. (2005). Preparing Teachers for A Changing World

What Tachers School Learn and Be Able to do. San Francisco: Jossey –

Bass.

_______ (2006). Powerful Teacher Education, Lessons from Examplary

Programs, San Francisco: Jossey – Bass.

_______, Artur E. Wise, Stephen P. Klein. (1999),. A License to Teach Raising


(52)

House, Ernest R,. (1974) The Politics of Educational Innovation. McCutchan Publishing Corporation.

Lueccke & Katz. (2003). www.en.wikipedia.com, (21 Maret 2010)

Locke, Edwin A., (1997). Esensi Kepemimpinan, Terj. Aris Ananda, Jakarta: Spektrum

Margioli, (2004). Profesional Development. Virgenia: ASCD.

Mitchel, T.R. dan Larson (1987). People and Organization; An Introduction to

Organizational Behavior. Singapure: Mc Graw Hill Inc.

Morris, Wayne (2006). Creativity, Its Place in Education, www.jpb.com (5 Juni 2009).

Margioli, Gabriel Diaz. (2000). Profesional Development. Virgenia: ASCD. McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction-New Jersey, Eye

on Education Inc.

McShane, Steven L., Mary Ann Von Gilnow (2005). Organzitional Behavior, New York, McGraw Hill

Mulyasa, E .(2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda, Bandung. _________, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandund: Rosdakarya.

_________,(2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pierce, John L., John W Newstorm (2006). Leader and The Leadership Process, New York, MicGraw Hill.

Quible, Zane K. (2005). Administrative Office Management. Pearson Prentice. Razik, Taher A., Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concepts of

Educational leadership and Management, New Jersey. Prentice Hall.

Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika, untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Ruky, Ahmad S. (2001). Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: Gramedia.

Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management In Education, Jogjakarta: Ircisod


(53)

Saadulloh, Uyoh (2010). Pedagodik ( Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sagala, S (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Saudagar, F dan Idrus, A (2009). Pengembangan profesionalitas Guru. Jakarta: GP Press.

Sugiyono, (2005). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta. ________, (2008) Statistik Untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta. ________ ,(2008).Metode Penelitian Pendidikan,Bandung:CV.Alfabeta _________, (2008). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV Alfabeta. Surya M. (2003). Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu. Suharsimi.Arikunto( 2006).Dasar-Dasar Supervisi.Buku Pegangan Kuliah. Jakarta:Rineka Cipta

Syah, Muhibbin (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya

Sweeney, Paul D., McFarlin, Dean B. (2002). Organizational Behaviour.

Soluution for Managemant, New York: McGraw Hill.

Schermerhorn, John D., James G Hunt, Richard N Osborn (2005).

Organiizational Beaviour, John Willey and Son Inc.

Schermerhorn, John R., Jr. (1984). Management for Productivity. New York: John Willey & Sons Inc.

Turney, C, (1992). The School Manager. Sydney: Allen & Unwin.

U. S. Department of Education (2004). Innovative Pathways to School

Leadership, www.ed.gov (6 November 2009).

Umar, Husein. (2002). Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______, (2003). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______, (2003). Metode Riset Perilaku Organisai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(54)

_______, (2003). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______, (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan

Nasional.

Yamin, Martinis dan Maisah, (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada


(1)

146

pendidikan sarjana serta penilaian akan kompetensi guru, yang kemudian diiringi dengan tambahan kompensasi dengan diberikannya tunjangan profesi, maka Kementerian Agama (Mapenda) perlu mengembangkan manajeman kinerja yang dapat mendorong pada peningkatan dan pengembangan kinerja guru secara berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar tambahan/peningkatan financial reward melalui tunjangan profesi dapat terkait dengan meningkatnya kinerja guru ke arah yang lebih baik dan inovatif.

3. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan Mutu Prestasi Belajar dengan pendekatan yang berbeda, misalnya pendekatan kualitatif, agar dapat diketahui secara lebih cermat dan mendalam tentang faktor penentu dari Mutu Prestasi Belajar. Dan untuk pendekatan yang sama, yakni kuantitatif, pengukuran variabel secara substantif bukan didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu dikembangkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih akurat.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alma B, (2008), Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung: Alfabeta.

_______, (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

_______, dkk (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Abin, Syamsuddin (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Alreck, Pamela L., & Robert R. Sttle, (1995). The Survey Research Hand Book, Chicago, Irwin.

Arcaro, Jarome S. (2005). Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Atmosudirdjo, Prajudi. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta:Ghalia Indonesia.

Barth, Rooland S. (1990). Improving shool from within. San Fransisco: Jossey – Bass.

Cuttance, Peter, (ed) (2001). Shool Innovation, Pathway to the Knowlwdge society, Department of Education Australia, www.dest.govt.au (7 November 2009)

Danim S., (2009). Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Davis, Stephen. Et.al (2005) School Leadership Study, Developing Successful Principal, the Wallace foundation, Standford Educational Leadership Institute, www.srnlead.org. (6 November 2009)

Departemen Agama RI. (2007). Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Departeman Agama RI


(3)

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (1983). Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah Tahun 2007.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran LPTK (PPKP) Tahun Anggaran 2007.

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004). Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departeman Pendidikan Nasional 2005-2009.

Djamarah, Saiful, (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Enoch, Jusuf. (1992). Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of Educational Change, New York: Teahcer College Press.

Goleman, Daniel. (2006). The Socially Intelegent Leader, www. ASCD.org (7 November 2009)

Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration 6th Edition, New York, McGraw Hill co.

Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey – Bass.

.

_______, John Bransford. (2005). Preparing Teachers for A Changing World What Tachers School Learn and Be Able to do. San Francisco: Jossey – Bass.

_______ (2006). Powerful Teacher Education, Lessons from Examplary Programs, San Francisco: Jossey – Bass.

_______, Artur E. Wise, Stephen P. Klein. (1999),. A License to Teach Raising Standards for Teaching. San Francisco: Jossey – Bass.


(4)

House, Ernest R,. (1974) The Politics of Educational Innovation. McCutchan Publishing Corporation.

Lueccke & Katz. (2003). www.en.wikipedia.com, (21 Maret 2010)

Locke, Edwin A., (1997). Esensi Kepemimpinan, Terj. Aris Ananda, Jakarta: Spektrum

Margioli, (2004). Profesional Development. Virgenia: ASCD.

Mitchel, T.R. dan Larson (1987). People and Organization; An Introduction to Organizational Behavior. Singapure: Mc Graw Hill Inc.

Morris, Wayne (2006). Creativity, Its Place in Education, www.jpb.com (5 Juni 2009).

Margioli, Gabriel Diaz. (2000). Profesional Development. Virgenia: ASCD. McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction-New Jersey, Eye

on Education Inc.

McShane, Steven L., Mary Ann Von Gilnow (2005). Organzitional Behavior, New York, McGraw Hill

Mulyasa, E .(2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda, Bandung. _________, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandund: Rosdakarya.

_________,(2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pierce, John L., John W Newstorm (2006). Leader and The Leadership Process, New York, MicGraw Hill.

Quible, Zane K. (2005). Administrative Office Management. Pearson Prentice. Razik, Taher A., Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concepts of

Educational leadership and Management, New Jersey. Prentice Hall. Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika, untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Ruky, Ahmad S. (2001). Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: Gramedia.

Sallis, Edward. (2008). Total Quality Management In Education, Jogjakarta: Ircisod


(5)

Saadulloh, Uyoh (2010). Pedagodik ( Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Sagala, S (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Saudagar, F dan Idrus, A (2009). Pengembangan profesionalitas Guru. Jakarta: GP Press.

Sugiyono, (2005). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta. ________, (2008) Statistik Untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta. ________ ,(2008).Metode Penelitian Pendidikan,Bandung:CV.Alfabeta _________, (2008). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV Alfabeta. Surya M. (2003). Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu. Suharsimi.Arikunto( 2006).Dasar-Dasar Supervisi.Buku Pegangan Kuliah. Jakarta:Rineka Cipta

Syah, Muhibbin (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya

Sweeney, Paul D., McFarlin, Dean B. (2002). Organizational Behaviour. Soluution for Managemant, New York: McGraw Hill.

Schermerhorn, John D., James G Hunt, Richard N Osborn (2005). Organiizational Beaviour, John Willey and Son Inc.

Schermerhorn, John R., Jr. (1984). Management for Productivity. New York: John Willey & Sons Inc.

Turney, C, (1992). The School Manager. Sydney: Allen & Unwin.

U. S. Department of Education (2004). Innovative Pathways to School Leadership, www.ed.gov (6 November 2009).

Umar, Husein. (2002). Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______, (2003). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______, (2003). Metode Riset Perilaku Organisai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(6)

_______, (2003). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_______, (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Yamin, Martinis dan Maisah, (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru dan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Cimanggis Kota Depok

0 5 15

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 2 12

DUKUNGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU, KEDISIPLINAN SISWA, PELAYANAN GURU DAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA SEKOLAH Dukungan Sistem Manajemen Mutu, Kedisiplinan Siswa, Pelayanan Guru dan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Sekolah di SMK Kota Surakarta Tahun 2015

0 4 21

PENGARUH KUALITAS KINERJA KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA.

0 0 57

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN JOMBANG BANTEN.

0 0 74

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK SMA DI KABUPATEN SERANG-BANTEN.

1 7 43

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN PADA SMK SEKABUPATEN PURWAKARTA.

4 20 55

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP BUDAYA MUTU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI : Survey Terhadap Persepsi Guru di Kota Bandung.

0 16 93

PENGARUH SISTEM KOMPENSASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA INOVATIF GURU : Studi Tentang Pengaruh Sistem Kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Inovatif Guru di Madrasah Aliyah Kota Palembang.

0 1 74

PENGARUH KINERJA KEPALA MADRASAH DAN PRESTASI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN WAKATOBI

0 1 12