PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM.

(1)

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP

EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

ELANDA NURHAFIZH RAHMAWATI 0800575

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2012


(2)

Profil Keterampilan Proses Sains dan

Motivasi Belajar Siswa melalui

Kegiatan Field Trip pada Konsep

Ekosistem

Oleh

Elanda Nurhafizh. R

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Elanda Nurhafizh. R. 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP

EKOSISTEM

Oleh

Elanda Nurhafizh Rahmawati 0800575

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Drs. Amprasto, M.Si NIP: 1966 0716 1991 011001

Pembimbing II

Hj. Tina Safaria, M.Si NIP: 1973 0317 2001 122002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. Riandi, M.Si NIP. 1963 0501 1988 031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Profil Keterampilan Proses Sains dan Motivasi

Belajar Siswa melalui Kegiatan Field Trip pada Konsep Ekosistem”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa SMP melalui metode field trip pada pembelajaran ekosistem. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMPN 3 Cipeundeuy sebanyak 32 siswa, tahun ajaran 2011/2012. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan lembar observasi, tes KPS, dan LKS untuk mengetahui jenis keterampilan proses, serta angket motivasi belajar untuk menjaring motivasi belajar siswa. Selain itu juga digunakan tes penguasaan konsep sebagai data penunjang. Secara umum kemunculan keterampilan proses sains yang banyak muncul dalam data yang dijaring oleh lembar observasi adalah keterampilan observasi (100%) dan keterampilan prediksi serta interpretasi memiliki persentase terendah (60%), sedangkan keterampilan yang paling dikuasi siswa adalah keterampilan berkomunikasi (84,38%) dan yang kurang dikuasai siswa adalah keterampilan interpretasi (15,63%). Adapun motivasi belajar siswa secara keseluruhan berada pada kategori sedang (69%) dengan indikator yang memiliki persentase tertinggi yaitu arah sikap terhadap sasaran kegiatan (78,8%) dan yang paling kecil persentasenya yaitu tingkatan aspirasi (68,4%).

Kata kunci : Field Trip, Keterampilan Proses Sains, Motivasi Belajar, Ekosistem ABSTRACT

The study is titled "Science Process Skills Profiles and Student Motivation through the Activity Field Trip on Ecosystem Concepts". This study aimed to obtain a picture of science process skills and student motivation Junior High through the field trip method on learning ecosystem. This research is descriptive research with total subject of 32 students class VII SMPN 3 Cipeundeuy, the school year 2011/2012. The data were obtained by using observation sheets, tests of KPS, and worksheets to determine the types of skills and learning motivation questionnaire to solicit the students' motivation. It is also used the test of concept mastery as data supporting. In general, the emergence of science process skills that are appearing in the data that captured by the observation sheet are observation skills (100%) and the prediction and interpretation skills had the lowest percentage (60%), while the most dominated students' skills are communication skills (84.38% ) and the lack of interpretation skills are mastered students (15.63%). The motivation to study the whole middle category (69%) with an indicator which has the highest percentage of attitudes toward the target activity (78.8%) and the smallest percentage of the level of aspiration (68.4%).


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. KATA PENGANTAR ……… DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ……….. DAFTAR LAMPIRAN ………...

BAB I PENDAHULUAN ………...

A. Latar Belakang ……….

B. Rumusan Masalah ………

C. Batasan Masalah ………..

D. Tujuan Penelitian ……….

E. Manfaat Penelitian ………...

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM ………..

A. Keterampilan Proses Sains ………...

B. Motivasi Belajar ………...

C. Field Trip sebagai Metode Pembelajaran ………

D. Keterkaitan antara Field Trip dengan Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar ……….. E. Tinjauan Materi Ekosistem ……….. BAB III METODE PENELITIAN ……….

A. Metode Penelitian ………

B. Lokasi Penelitian ………..

C. Populasi dan Sampel ………

D. Definisi Operasional ………

E. Instrumen Penelitian ……….... F. Analisis Butir Soal ………... G. Teknik Pengumpulan Data ………...

i ii iv vi vii viii 1 4 4 4 5 5 7 7 14 16 18 19 26 26 26 26 26 27 30 32


(6)

H. Teknik Analisis Data ………...

I. Prosedur Penelitian ………..

J. Alur Penelitian ……….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………

A. Hasil Penelitian ………....

1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains Siswa ………. 2. Penguasaan Keterampilan Proses Sains Siswa …………... 3. Motivasi Belajar Siswa ………... 4. Hasil Tes Penguasaan Konsep Ekosistem ……….

5. Hasil Analisis Angket ………

B. Pembahasan ……….

1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains ………... 2. Penguasaan Keterampilan Proses Sains ……….

3. Motivasi Belajar ……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..

A. Kesimpulan ………..

B. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..

RIWAYAT HIDUP 33 36 38 39 39 39 40 41 44 45 45 46 50 51 54 54 54 56 59


(7)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya ……… 3.1 Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses berdasarkan Indikator KPS ….

3.2 Kriteria Nilai KPS ………

3.3 Pengkategorian Motivasi Belajar Siswa ……….. 3.4 Kriteria Angket Motivasi Tiap Indikator ………. 4.1 Persentase Rata-rata Kemunculan Keterampilan Proses Sains

berdasarkan Lembar Observasi ……… 4.2 Persentase Rata-rata Kemunculan Keterampilan Proses Sains

berdasarkan LKS ………..………... 4.3 Persentase Penguasaan Keterampilan Proses Sains berdasarkan

Soal KPS ………..……… 4.4 Hasil Pengukuran Motivasi Belajar Siswa ……….. 4.5 Pengelompokan Nilai Motivasi Siswa ………. 4.6 Persentase Kemunculan untuk Setiap Indikator Motivasi ……….. 4.7 Hasil Tes Penguasaan Konsep Ekosistem ……….…….. 4.8 Hasil Analisis Angket Siswa ………...

Halaman 8

28 34 34 35

39

40

41 42 42 43 44 45


(8)

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Hubungan Saling Ketergantungan ………...……… 3.1 Alur Penelitian ……….

Halaman 25 38


(9)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ………..……… A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ………...…. A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ……… B. Instumen Penelitian …………..………... B.1 Instrumen Lembar Observasi ………….………. B.2 Instrumen LKS ……… B.3 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan KPS …..………... B.4 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa ………... B.5 Kisi-kisi Instrumen Penguasaan Konsep ………. B.6 Instrumen Angket ……… C. Uji Coba Instrumen ……….. C.1 Hasil Uji Coba Instrumen Penguasaan KPS ………... C.2 Hasil Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep ……….. D. Pengolahan Data ……….. D.1 Data Hasil Lembar Observasi ………. D.2 Data Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) ……….. D.3 Data Hasil Penguasaan Keterampilan Proses Sains ..……….. D.4 Data Hasil Motivasi Belajar Siswa ………. D.5 Data Hasil Penguasaan Konsep ……….. D.6 Data Hasil Angket ………... E. Perizinan dan Dokumentasi ………. E.1 Surat Izin ………. E.2 Dokumentasi Penelitian ………...

Halaman 61 62 67 70 71 67 73 79 82 93 94 95 99 106 107 109 110 112 116 117 119 120 122


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak orang tersebut masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Sadiman, et al dalam Warsita, 2008:62). Belajar dapat dilakukan di mana saja baik itu di sekolah maupun di lingkungan tempat siswa berada. Sumber belajar yang paling sering dan yang paling banyak dimanfaatkan tidak lain adalah guru (Semiawan, et al., 1987). Guru berperan sebagai sumber informasi, penyampai informasi, dan hakim yang bertindak pada saat ujian. Jika peran guru sangat dominan, maka siswa akan sedikit sekali belajar (Semiawan, et al., 1987). Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam merangsang siswa untuk belajar sendiri dalam artian menemukan dan mengembangkan fakta atau konsep yang telah diterima adalah pendekatan keterampilan proses. Dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, siswa diarahkan untuk terbiasa membangun pengetahuan melalui suatu proses yang harus dilaluinya sehingga mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep.

Ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkannya pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran menurut Semiawan, et al. (1987), salah satunya adalah perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi bagi guru mengajarkan semua fakta


(11)

2

dan konsep kepada siswa. Selain itu para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkret yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Salah satu cara untuk merangsang adanya keterampilan proses dalam belajar adalah melalui metode field trip. Dalam kegiatan field trip ini siswa diajak untuk dapat melakukan berbagai keterampilan proses sains. Melalui kegiatan field trip siswa akan dihadapkan pada contoh-contoh konkret yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Selain itu, dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses, siswa mampu mengembangkan dan menemukan sendiri fakta dan konsep serta dapat menjadi roda penggerak penemuan serta pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan nilai atau sikap.

Keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya menunjukkan saling keterkaitan, yaitu observasi, klasifikasi, prediksi, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa model-model pembelajaran yang menempatkan aktivitas siswa sebagai yang utama, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan berbagai objek belajar, dan adanya hubungan baik antara guru dan siswa, dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dan mendorong partisipasi aktif siswa (Nur, 1997 dalam Haryono, 2006).

Selain itu, kegiatan field trip juga akan memberikan pengalaman-pengalaman langsung di lapangan. Adanya pengalaman-pengalaman-pengalaman-pengalaman belajar


(12)

3

merupakan salah satu faktor yang dapat memicu motivasi belajar. Siswa dapat belajar dengan baik apabila dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan, dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Menurut Warsita (2008:86) kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang berbeda. Melalui kegiatan field trip siswa diajak untuk keluar kelas sehingga akan memberikan suatu pengalaman belajar langsung dan menuntut siswa untuk mengeksplorasi secara bebas apa saja yang ada di alam.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Merliana (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya cenderung kurang bervariasi dengan mengandalkan metode ceramah. Kondisi seperti ini kurang memunculkan motivasi belajar pada siswa, sedangkan dalam kegiatan belajar tentunya diperlukan adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Motivasi yang timbul berkaitan erat dengan adanya suatu tujuan yang selanjutnya mempengaruhi adanya kegiatan.

Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan di SMPN X, di Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat, didapatkan informasi bahwa kurang adanya pemanfaatan lingkungan sekolah yang begitu potensial. Lingkungan sekitar sekolah masih berupa kebun-kebun kosong yang tidak begitu terpelihara oleh para pemiliknya. Kebun-kebun tersebut sebagian besar ditumbuhi oleh


(13)

4

tumbuhan buah seperti rambutan, pisang dan yang lainnya, akan tetapi pohon-pohon tersebut ditinggalkan begitu saja oleh para pemiliknya sehingga selain pohon buah ada juga berbagai jenis rumput yang tumbuh secara liar. Selain itu, terdapat area persawahan dan kebun bambu yang tidak jauh dari lingkungan sekolah. Melihat kondisi seperti itu, maka lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan dalam membelajarkan biologi khususnya ekosistem.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah: “Bagaimana profil keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa SMP melalui kegiatan field trip pada konsep Ekosistem?”

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk memperjelas rumusan masalah di atas, maka dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa melalui metode field trip? 2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode field

trip?

3. Dari indikator motivasi belajar yang digunakan, indikator mana yang paling dominan dan yang kurang muncul melalui kegiatan field trip?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah yang diteliti adalah terbatas pada hal-hal berikut:


(14)

5

1. Keterampilan proses sains pada penelitian ini meliputi keterampilan observasi, klasifikasi, berkomunikasi, interpretasi, menggunakan alat dan bahan, dan prediksi. Keterampilan proses sains ini diukur melalui lembar observasi siswa selama kegiatan field trip, soal KPS dalam bentuk uraian, serta LKS .

2. Motivasi dalam penelitian ini adalah motivasi belajar diketahui melalui beberapa indikator yang diungkapkan oleh Makmun (2007:40).

3. Materi yang menjadi pokok bahasan pada pembelajaran yang dilakukan selama penelitian ini berlangsung adalah terbatas pada konsep ekosistem dengan standar kompetensi “Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem” dan kompetensi dasar “Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini secara umum antara lain adalah untuk mengetahui profil keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa serta mengidentifikasi indikator motivasi belajar yang dominan dan yang kurang muncul melalui metode field trip.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak, diantaranya:


(15)

6

1. Bagi siswa

a) Mengembangkan kemampuan keterampilan proses sains siswa dalam kegiatan field trip.

b) Memberikan motivasi dan suasana baru pada siswa dalam belajar dengan kegiatan field trip.

c) Memberikan pengalaman belajar yang menunjang dalam peningkatan motivasi belajar.

2. Bagi guru

a) Dapat digunakan sebagai rujukan dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

b) Dapat menjadi suatu sumber informasi mengenai gambaran motivasi siswa pada saat kegiatan field trip.

c) Dapat digunakan sebagai rujukan dalam penentuan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai.

3. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang sejenis pada konsep biologi lainnya.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2008:56).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 3 Cipeundeuy yang bertempat di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakter keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Cipeundeuy tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitiannya adalah karakteristik keterampilan proses sains dan motivasi belajar dari 32 orang siswa kelas VII SMP Negeri 3 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, yang terjaring melalui instrumen penelitian. Kelas dipilih secara random. D. Definisi Operasional

1. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains dalam penelitian ini didapat dari hasil skor yang dijaring melalui lembar observasi, soal KPS, dan LKS, yang meliputi keterampilan observasi, klasifikasi, berkomunikasi, interpretasi,


(17)

27

prediksi, dan menggunakan alat. Soal KPS yang digunakan memilik nilai reliabilitas 0,67 yang termasuk pada kategori tinggi.

2. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa yang dikur setelah melakukan pembelajaran di luar kelas (field trip). Motivasi belajar diketahui melalui beberapa indikator yang diungkapkan oleh Makmun (2007:40). Indikator-indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif dan negatif dalam angket yang disusun berdasarkan skala Likert yang dimodifikasi, yang digunakan untuk menjaring data mengenai motivasi belajar siswa. Angket diberikan setelah selesai kegiatan pembelajaran.

3. Metode Field Trip

Metode field trip yang dimaksud adalah metode pembelajaran dengan membawa siswa belajar di luar kelas. Pada penelitian ini siswa dituntut untuk dapat mengetahui komponen-komponen ekosistem beserta interaksi yang ada di lapangan. Tempat yang akan dikunjungi adalah lingkungan sekitar sekolah yang memiliki karakteristik sebagai ekosistem kebun heterogen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut:


(18)

28

1. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui bagaimana keterampilan proses sains siswa di lapangan selama kegiatan field trip berlangsung. Lembar observasi mencakup 6 jenis keterampilan proses sains, diantaranya keterampilan observasi, klasifikasi, berkomunikasi, interpretasi, prediksi, dan menggunakan alat atau bahan. Lembar observasi yang digunakan adalah daftar checklist.

2. Soal Keterampilan Proses Sains

Untuk mengetauhi keterampilan proses sains setelah kegiatan pembelajaran melalui meode field trip, keterampilan proses sains dijaring menggunakan tes uraian KPS. Soal tes uraian tersebut terdiri dari 10 soal dengan jenis keterampilan klasifikasi, komunikasi, interpretasi, prediksi, dan menerapkan konsep.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Keterampilan Proses berdasarkan Indikator KPS

Jenis KPS Indikator No soal

Klasifikasi Mencari dasar

pengelompokkan 1, 2

Komunikasi

Mengubah bentuk uraian

dalam bentuk bagan 3

Mengubah uaraian dalam

bentuk tabel 4

Mengubah gambar dalam

bentuk uraian 5

Prediksi

Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

6

Interpretasi

Menemukan pola dalam suatu

seri pengamatan 7, 8

Menyimpulkan 9

Menerapkan Menerapkan konsep pada


(19)

29

3. Angket motivasi

Angket ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah melakukan pembelajaran diluar kelas (field trip). Angket motivasi dalam penelitian ini menggunakan indikator yang diungkapkan oleh Makmun (2007:40), yaitu:

1. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuannya untuk melakukan kegiatan).

2. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode tertentu).

3. Persistensinya (ketetapan dan kelekantannya) pada tujuan kegiatan. 4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan

dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

5. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, pikiran, tenaga, bahkan nyawanya) untuk mencapai tujuan.

6. Tingkatan aspirasi (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

7. Tingktan kualifikasi prestasi atau produk/output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).

8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif atau negatif).

Indikator-indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif dan negatif dalam angket.

4. Soal Pilihan Ganda

Soal pilihan ganda digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa pada konsep ekosistem, yaitu berupa tes objektif sebanyak 10 soal pilihan ganda yang diberikan setelah pembelajaran di luar kelas (field trip).


(20)

30

5. Angket

Angket yang digunakan bertujuan untuk menjaring respon dan tanggapan siswa setelah pembelajaran yang dilakukan. Selain itu hasil analisis angket juga dapat dijadikan sebagai data penunjang untuk keterampilan proses yang dimiliki siswa sebelumnya berdasarkan pengalaman belajarnya.

F. Analisis Butir Soal 1. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal mudah merupakan soal yang tidak merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, sedangkan soal sukar merupakan soal yang akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi dalam memecahkan masalah. Rumus tingkat kesukaran:

Keterangan:

TK = tingkat kesukaran

U = jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar untuk tiap soal.

L = jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar untuk tiap soal.

T = jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan bawah. 2. Daya pembeda

Daya pembeda yaitu kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.


(21)

31

Keterangan:

DP = daya pembeda

U = jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar untuk tiap soal

L = jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar untuk tiap soal

T = jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan bawah 3. Validitas

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrument sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menganalisis validitas butir soal, dapat digunakan rumus (Arikunto, 2007), sebagai berikut:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = skor tiap item

Y = skor seluruh item responden uji coba 4. Uji reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan keajegan atau ketetapan soal. Suatu tes dikatakan mempuntai taraf keajegan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung reliabilitas (Arikunto, 2007) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:


(22)

32

Keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

n : banyaknya item

s : standar deviasi dari tes (akar varians)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Mengidentifikasi keterampilan proses sains siswa selama kegiatan field trip berlangsung melalui lembar observasi dengan bantuan observer pada saat pembelajaran berlangsung. Keterampilan proses sains yang lainnya, dijaring menggunakan pertanyaan di lembar kerja siswa (LKS) yang telah dibuat sedemikian rupa agar keterampilan proses sains dapat muncul. Selain itu, untuk mengetahui keterampilan proses sains setelah pembelajaran digunakan soal keterampilan proses sains dalam bentuk uraian.

2. Menjaring informasi mengenai motivasi belajar siswa melalui angket motivasi siswa yang digunakan setelah pembelajaran selesai. Angket motivasi dalam penelitian ini menggunakan indikator yang diungkapkan oleh Makmun (2007:40)

3. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep ekosistem, penulis menggunakan tes kognitif yang digunakan sebagai data penunjang pada


(23)

33

penelitian ini. Tes kognitif berupa soal pilihan ganda dengan jenjang C1-C3 dengan empat pilihan jawaban.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis lembar observasi kinerja siswa.

Penghitungan persentase kemunculan tiap item aspek keterampilan proses sains dengan rumus:

Keterangan :

X = persentase munculnya aspek keterampilan proses sains selama pembelajaran.

N = jumlah aspek yang diharapkan muncul selama pembelajaran berlangsung.

n = jumlah aspek yang muncul selama pembelajaran.

2. Analisis data hasil tes keterampilan proses

Untuk mengetahui angka persentase keterampilan proses sains yang dimiliki siswa digunakan rumus:

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau yang diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa


(24)

34

Kemudian hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria di bawah ini: Tabel 3.2 Tabel Kriteria Nilai KPS

Interval (5%) Kriteria

86-100 Baik sekali

76-85 Baik

60-75 Sedang

55-59 Kurang

< 54 Kurang sekali

` (Purwanto, 2011:103) 3. Analisis Angket Motivasi Belajar

a. Melakukan penyekoran motivasi yang dilanjutkan dengan penentuan nilai motivasi dengan rumus:

(Arikunto, 2001:236)

b. Mengelompokkan nilai motivasi ke dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun kategori tinggi, sedang, dan rendah disajikan dalam Tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3. Pengkategorian Motivasi Belajar Siswa

No Interval Nilai Kategori

1. X ≥ X + SD Tinggi

2. X –SD ≤ X < X + SD Sedang

3. X < X – SD Rendah

Keterangan:

X : Nilai Motivasi

X : Rata-rata nialai motivasi

SD : Standar deviasi dari nilai motivasi (Arikunto, 2001:264)


(25)

35

c. Menentukan nilai persentase motivasi belajar untuk setiap indikator dengan menggunakan rumus:

Nilai persentase tiap indikator yang didapat kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Angket Motivasi Tiap Indikator

Persentase Kategori

76 % - 100 % Baik

56 % - 75 % Cukup

41 % - 55 % Kurang baik

0 % - 40 % Tidak baik

(Arikunto 2001:245) 4. Analisis data hasil tes kognitif

Tes kognitif ini digunakan sebagai data penunjang untuk mengetahui pengetahuan mengenai konsep ekosistem. Analisis dilakukan dengan cara menghitung banyaknya butir soal yang dijawab dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan :

B = jumlah soal yang terjawab benar N = jumlah keseluruhan soal


(26)

36

5. Analisis data hasil angket respon siswa

Dalam penenlitian ini, pengolahan angket menggunakan rumus:

I. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Observasi awal terhadap sampel penelitian mengenai masalah-masalah yang terdapat pada pembelajaran Biologi.

b. Perumusan judul penelitian. c. Kajian Pustaka.

d. Penyusunan proposal dan melakukan bimbingan dengan dosen. e. Pengajuan proposal penelitian pada seminar proposal.

f. Perbaikan proposal penelitian berdasarkan hasil seminar. g. Peyusunan instrumen penelitian.

h. Pertimbangan (judgement) instrumen penelitian oleh dosen ahli. i. Revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil judgement dosen. j. Uji coba instrumen penelitian.

k. Analisis butir soal berdasarkan hasil uji instrumen penelitian. l. Revisi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan kegiatan field trip berupa pendahuluan materi ekosistem, merencanakan teknis kegiatan field trip, mempersiapkan alat dan


(27)

37

bahan yang diperlukan pada kegiatan field trip, dan mempersiapkan perizinan untuk kegiatan field trip.

b. Pelaksanaan kegiatan field trip.

c. Selama kegiatan field trip berlangsung, dilakukan observasi oleh beberapa pengamat untuk mengetahui ada tidaknya respon siswa terhadap indikator keterampilan observasi siswa yang telah ditentukan, dengan jumlah observer satu orang untuk satu kelompok. d. Pelaksanaan presentasi laporan hasil field trip oleh siswa.

e. Penjaringan informasi mengenai penguasaan KPS melalui pemberian soal KPS berupa uraian.

f. Penjaringan informasi mengenai motivasi belajar siswa melalui pemberian angket di akhir pembelajaran.

g. Penjaringan informasi mengenai penguasaan konsep siswa melalui soal pilihan ganda mengenai materi ekosistem.

h. Pemberian angket mengenai respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3. Tahap Pasca Pelaksanaan

a. Pelaksanaan analisis data hasil penelitian.

b. Pelaksanaan pembahasan dan penarikan kesimpulan dari hasil analisis data.


(28)

38

J. Alur Penelitian

Observasi Awal

Perumusan Masalah

Seminar Proposal Penelitian Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan Instrumen

Revisi

Judgement Instrumen oleh Dosen Ahli

Revisi Uji Coba Instrument

Pelaksanaan Penelitian

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan dan Saran


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, secara umum kemunculan keterampilan proses sains dalam pembelajaran melalui metode field trip cukup baik. Keterampilan yang proses yang paling banyak muncul adalah keterampilan observasi, dan keterampilan proses yang banyak dikuasai siswa adalah keterampilan komunikasi. Pada penelitian ini keterampilan komunikasi yang lebih banyak dikuasai adalah komunikasi secara tulisan daripada lisan.

Motivasi siswa secara keseluruhan berada pada kategori sedang, sedangkan indikator yang memiliki persentase paling tinggi adalah indikator nomor 8 yaitu arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Indikator motivasi yang memiliki nilai persentase paling rendah adalah indikator nomor 6 yaitu tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Motivasi belajar padaa saat field trip menjadi baik karena dianggap tidak membosankan dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar karena ada “sesuatu” yang dikerjakan, tidak seperti pada saat di kelas yang aktivitasnya terbatas.

B. Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan, salah satunya dalam jumlah aspek yang dituntut muncul dari setiap jenis keterampilannya. Keterbatasan tersebut tidak lepas dari belum berpengalamannya peneliti dalam membuat perangkat


(30)

55

pembelajaran yang sesuai dengan model yang digunakan. Hal ini menyebabkan keterbatasan pada hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka terdapat beberapa saran berkenaan dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Indikator kemunculan keterampilan proses sains yang diamati pada penelitian ini masih kurang, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat ditambah lagi agar kemampuan siswa yang belum teramati menjadi teramati.

2. Pengamatan observer harus lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan observasi keterampilan proses sains yang dilakukan siswa. Selain itu, dapat dilakukan dengan perekaman kegiatan pembelajaran agar kemunculan keterampilan-keterampilan proses siswa benar-benar teramati dengan baik.

3. Tempat untuk kegiatan field trip sebaiknya terus dipantau agar tidak terjadi hal-hal yang diluar dugaan yang dapat berpengaruh kepada kegiatan pembelajaran.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ango, L. M. (2002). Mastery of Science Process Skill and Their Effective Use in the Teaching Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. Dalam International Journal of Educology [Online], Vol. 16 (1), 20 halaman. Tersedia: http://search.proquest.com.(04 Desember 2012).

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Campbell, N A, Reece, J B., Mitchell, LG. (2004). Biologi Edisi Kelima-jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1986). Peran Keterampilan Proses dalam Pendidikan IPA. Jakarta: BP3K.

Dewi, L.P. (2010). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Praktikum Difusi dan Osmosis. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Djamarah, S. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ermala, Celmi. (2009). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa pada Model Reciprocal Teaching pada Konsep Arthropoda. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Dalam Jurnal Pendidikan Dasar [Online], Vol.7 (1),

13 halaman. Tersedia:

ww.unesa.ac.id%2Fbank%2Fjurnal%2FModel_Pembelajaran_Berb asis_Peningkatan_Ketrampilan_Proses_Sains.pdf. (24 November 2011).

Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Merliana, R. (2009). Profil Aktifitas Siswa pada Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Konsep Reproduksi Manusia. Skripsi Jurusan


(32)

57

Nabors, L, Edwards, L dan Murray, R. (2009). Making The Case for Field Trips: What Research Tells Us and What Site Coordinators Have to Say. Dalam Proquest Education Journal [Online], Vol 129 (4), 7 halaman.Tersedia:http://search.proquest.com/docview/231218116/fu lltextPDF/134465C040373F29FD3/1?accountid=35150

(15November 2011).

Nwagbo, C dan C. Chukelu. (2011). Effects of Biology Practical Activities on Student’s Process Skill Acquisition. Dalam Proquest Journals [Online], 12 halaman. Tersedia: http://search.proquest.com (04 Desember 2012).

Pasquier, M dan Narguizian, P. (2006).Using Nature as a Resource: Effectively Planning an Outdoor Field Trip. Dalam Proquest Agriculture Journals [Online], Vol 43 (2), 5 halaman. Tersedia: http://search.proquest.com/docview/231097944/fulltextPDF/134465 C040373F29FD3/26?accountid=35150 (29 Desember 2011).

Pratiwi, Andharini Dwi. (2007). Profil Komunikasi Siswa SMP pada Kegiatan Pembelajaran Di Luar Kelas (Field Trip) dengan Pengelompokkan berdasarkan Pembagian Tugas (Wheather & Dunleavy). Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Purwanto, N. (2011). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rustaman, Y. (2003). Kemampuan Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND ._BIOLOGI/195012311979032-NURYANI_RUSTAMAN/KPS_ vs_KG.pdf. (29 Desember 2011).

Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustaman, Y. (2007). Belajar melalui Keterampilan Proses Sains. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLO GI/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Keterampilan_Pros es_UIN-03.pdf. (29 Desember 2011).


(33)

58

Sadirman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Pratama.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Saktiyono. (2007). IPA Biologi SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Esis Semiawan, C., Tangyong, A.F., Belen, S., Matahelemual, Y., Suseloarjo, W.

(1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia. Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharlina, E. (2009). Profil KeterampilanProses Sains Siswa pada Model Pembelajaran Berbasis Praktikum dalam Konsep Pencemaran. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan. Uno, H. dan Mohamad, N. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.

Jakarta: Bumu Aksara.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Wlodkowski, R. dan Jaynes, J. (2004). Hasrat untuk Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


(1)

38

J. Alur Penelitian

Observasi Awal

Perumusan Masalah

Seminar Proposal Penelitian Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan Instrumen

Revisi

Judgement Instrumen oleh Dosen Ahli

Revisi Uji Coba Instrument

Pelaksanaan Penelitian

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan dan Saran


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, secara umum kemunculan keterampilan proses sains dalam pembelajaran melalui metode field trip cukup baik. Keterampilan yang proses yang paling banyak muncul adalah keterampilan observasi, dan keterampilan proses yang banyak dikuasai siswa adalah keterampilan komunikasi. Pada penelitian ini keterampilan komunikasi yang lebih banyak dikuasai adalah komunikasi secara tulisan daripada lisan.

Motivasi siswa secara keseluruhan berada pada kategori sedang, sedangkan indikator yang memiliki persentase paling tinggi adalah indikator nomor 8 yaitu arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Indikator motivasi yang memiliki nilai persentase paling rendah adalah indikator nomor 6 yaitu tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Motivasi belajar padaa saat field trip menjadi baik karena dianggap tidak membosankan dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar karena ada “sesuatu” yang dikerjakan, tidak seperti pada saat di kelas yang aktivitasnya terbatas.

B. Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan, salah satunya dalam jumlah aspek yang dituntut muncul dari setiap jenis keterampilannya. Keterbatasan tersebut tidak lepas dari belum berpengalamannya peneliti dalam membuat perangkat


(3)

55

pembelajaran yang sesuai dengan model yang digunakan. Hal ini menyebabkan keterbatasan pada hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka terdapat beberapa saran berkenaan dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Indikator kemunculan keterampilan proses sains yang diamati pada penelitian ini masih kurang, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat ditambah lagi agar kemampuan siswa yang belum teramati menjadi teramati.

2. Pengamatan observer harus lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan observasi keterampilan proses sains yang dilakukan siswa. Selain itu, dapat dilakukan dengan perekaman kegiatan pembelajaran agar kemunculan keterampilan-keterampilan proses siswa benar-benar teramati dengan baik.

3. Tempat untuk kegiatan field trip sebaiknya terus dipantau agar tidak terjadi hal-hal yang diluar dugaan yang dapat berpengaruh kepada kegiatan pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ango, L. M. (2002). Mastery of Science Process Skill and Their Effective Use in the Teaching Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. Dalam International Journal of Educology [Online], Vol. 16 (1), 20 halaman. Tersedia: http://search.proquest.com.(04 Desember 2012).

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Campbell, N A, Reece, J B., Mitchell, LG. (2004). Biologi Edisi Kelima-jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1986). Peran Keterampilan Proses dalam Pendidikan IPA. Jakarta: BP3K.

Dewi, L.P. (2010). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Praktikum Difusi dan Osmosis. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Djamarah, S. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ermala, Celmi. (2009). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa pada Model Reciprocal Teaching pada Konsep Arthropoda. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Haryono. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Dalam Jurnal Pendidikan Dasar [Online], Vol.7 (1),

13 halaman. Tersedia:

ww.unesa.ac.id%2Fbank%2Fjurnal%2FModel_Pembelajaran_Berb asis_Peningkatan_Ketrampilan_Proses_Sains.pdf. (24 November 2011).

Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Merliana, R. (2009). Profil Aktifitas Siswa pada Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Konsep Reproduksi Manusia. Skripsi Jurusan


(5)

57

Nabors, L, Edwards, L dan Murray, R. (2009). Making The Case for Field Trips: What Research Tells Us and What Site Coordinators Have to Say. Dalam Proquest Education Journal [Online], Vol 129 (4), 7 halaman.Tersedia:http://search.proquest.com/docview/231218116/fu lltextPDF/134465C040373F29FD3/1?accountid=35150

(15November 2011).

Nwagbo, C dan C. Chukelu. (2011). Effects of Biology Practical Activities on Student’s Process Skill Acquisition. Dalam Proquest Journals [Online], 12 halaman. Tersedia: http://search.proquest.com (04 Desember 2012).

Pasquier, M dan Narguizian, P. (2006).Using Nature as a Resource: Effectively Planning an Outdoor Field Trip. Dalam Proquest Agriculture Journals [Online], Vol 43 (2), 5 halaman. Tersedia: http://search.proquest.com/docview/231097944/fulltextPDF/134465 C040373F29FD3/26?accountid=35150 (29 Desember 2011).

Pratiwi, Andharini Dwi. (2007). Profil Komunikasi Siswa SMP pada Kegiatan Pembelajaran Di Luar Kelas (Field Trip) dengan Pengelompokkan berdasarkan Pembagian Tugas (Wheather & Dunleavy). Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Purwanto, N. (2011). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rustaman, Y. (2003). Kemampuan Proses Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND ._BIOLOGI/195012311979032-NURYANI_RUSTAMAN/KPS_ vs_KG.pdf. (29 Desember 2011).

Rustaman, N. Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustaman, Y. (2007). Belajar melalui Keterampilan Proses Sains. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLO GI/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Keterampilan_Pros es_UIN-03.pdf. (29 Desember 2011).


(6)

Sadirman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Pratama.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Saktiyono. (2007). IPA Biologi SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Esis Semiawan, C., Tangyong, A.F., Belen, S., Matahelemual, Y., Suseloarjo, W.

(1987). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia. Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharlina, E. (2009). Profil KeterampilanProses Sains Siswa pada Model Pembelajaran Berbasis Praktikum dalam Konsep Pencemaran. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan. Uno, H. dan Mohamad, N. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.

Jakarta: Bumu Aksara.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Wlodkowski, R. dan Jaynes, J. (2004). Hasrat untuk Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.