PEMANFAATAN BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG) MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA KONSEP EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP.
Mutiara Zanzibar, 2015
PADA KONSEP EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Mutiara Zanzibar
1308018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
KEGIATAN FIELD TRIP BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA KONSEP EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
oleh:
Mutiara Zanzibar, S.Pd
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah
Pascasarjana
© Mutiara Zanzibar Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis
(3)
Mutiara Zanzibar, 2015
PEMANFAATAN BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG) MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA
KONSEP EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing
Prof. Hertien K Surtikanti, M.Sc Es., Ph.D NIP. 196104191985032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Dr. H. Riandi, M.Si NIP.196305011988041002
(4)
PEMANFAATAN BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG) MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA
KONSEP EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah metode weak experimental dengan desain “The one group pretest-posttest”
dilaksanakan di SMP Negeri di Namang, Bangka Tengah kelas VII tahun ajaran 2014/2015. Data diperoleh dari instrumen keterampilan berpikir kreatif, rubrik proses inkuiri, dan angket tanggapan siswa. Data dianalisis menggunakan uji normalitas dalam program komputer SPSS 21 for windows dan Microsoft Excel 2010. Hasilnya terdapat perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir keterampilan berpikir kreatif siswa. Rerata N-Gain keterampilan berpikir kreatif siswa adalah 0,59 yang termasuk kategori sedang. Rata-rata persentase proses inkuiri siswa sebesar 82% yang termasuk kategori baik. Pada umumnya siswa memberikan tanggapan positif terhadap pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah penerapan pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
Kata kunci: Pemanfaatan BBG, Field Trip, Inkuiri Terbimbing, Keterampilan
Berpikir Kreatif
(5)
Mutiara Zanzibar, 2015
UTILIZATION OF BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG) THROUGH GUIDED INQUIRY-BASED FIELD TRIP ACTIVITY ON ECOSYSTEM
CONCEPT TO IMPROVE CREATIVE THINKING SKILLS
ABSTRACT
This research was aimed to analyze the increase of students' creative thinking skills after using of Bangka Botanical Garden (BBG) through guided inquiry-based field trip activity. The method employed was weak experimental with "one group pretest-posttest" design. The research was conducted among the seventh graders of a junior high school of the 2014/2015 school year in Namang, Bangka Tengah. Data obtained from the instrument creative thinking skills, the rubric of inquiry process, and the questionnaire responses of students. Data were analyzed using normality test in SPSS 21 for Windows and Microsoft Excel 2010. The result showed that there was a difference in the scores of the pretest and posttest of students creative thinking skills. The average N-Gain for creative thinking skills of students was 0.59 which includes the medium category. The average percentage of students of the inquiry process by 82%, which included the good category. In general, students gave positive responses to the use of Bangka Botanical Garden (BBG) through guided inquiry-based field trip activity. It can be concluded that there is an increase in creative thinking skills of students after the implementation of the use of Bangka Botanical Garden (BBG) through guided inquiry-based field trip.
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iv
UCAPAN TERIMA KASIH... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Batasan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Manfaat Penelitian... 8
F. Struktur Oraganisasi Penelitian... 9
BAB II PEMANFAATAN BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG), FIELD TRIP, INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF... 11
A. Pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG)... 11
1. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar... 11
2. Pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) dalam Pembelajaran Biologi... 13
B. Metode Field Trip... 17
C. Inkuiri Terbimbing... 20
D. Keterampilan Berpikir Kreatif... 27 Halaman
(7)
Mutiara Zanzibar, 2015
E. Keterkaitan Antara Inkuiri Terbimbing, Field Trip, dan
Keterampilan Berpikir Kreatif... 32
F. Konsep Ekosistem... 34
G. Penelitian yang Relevan... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39
A. Metode dan Desain Penelitian ... 39
B. Populasi dan Sampel Penelitian... 40
C. Definisi Operasional... 41
D. Instrumen Penelitian... 43
E. Prosedur Penelitian... 52
F. Analisis Data... 57
G. Alur Penelitian... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62
A. Hasil Penelitian... 63
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 117
A. Kesimpulan... 117
B. Saran... 118
DAFTAR PUSTAKA... 120
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 126
A. Lampiran A (Instrumen Penelitian)... 126
B. Lampiran B (Data Hasil Penelitian)... 178
(8)
DAFTAR TABEL
1.1Jumlah Kunjungan ke Bangka Botanical Garden (BBG)... 4
2.1Analisis Potensi BBG dalam Pembelajaran Biologi SMP... 16
2.2 Tahapan Tahapan Inkuiri Terbimbing... 27
2.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 31
2.4 Keterkaitan Antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Field Trip Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif ... 32
3.1 Desain The One Group Pretest-Posttest Design... 39
3.2. Pengelompokan siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan... 40
3.3 Distribusi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 44
3.4 Kriteria Koefieien Validitas Soal... 44
3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 45
3.6 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda... 46
3.7 Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran... 46
3.8 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Uji Coba Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 47
3.9 Lembar Observasi Potensi BBG... 49
3.10 Indikator Proses Inkuiri Siswa... 50
3.11 Rincian Kegiatan Proses Inkuiri Siswa... 50
3.12 Rincian Persiapan Field Trip... 53
3.13 Rincian Pelaksanaan Kegiatan Penelitian... 55
3.14 Kriteria Indeks N-Gain... 57
3.15 Interpretasi Tanggapan Siswa... 58
3.16 Interpretasi Proses Inkuiri Siswa... 59
3.17 Interpretasi Tingkat Kelayakan BBG... 60
(9)
Mutiara Zanzibar, 2015
4.1 Hasil Angket Kelayakan BBG... 63 4.2 Daftar Jenis Keanekaragaman BBG... 65 4.3 Hasil Analisis Potensi BBG... 72 4.4 Rekapitulasi Statistik Data Pretest, Postest dan N-Gain
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa... 77 4.5 Hasil Rerata Persentase Skor Proses Inkuiri Siswa... 81 4.6 Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(10)
DAFTAR GAMBAR
2.1. Zona atau Kawasan BBG... 15 2.2 Tahapan Proses Inkuiri... 25
4.1 Peta Lokasi BBG... 64 4.2 Perbandingan Rata-Rata Skor Pretest dan Postest
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa... 76 4.3 Perbandingan Rata-Rata Skor Pretest dan Postest per indikator
Keterampilan Berpikir Kreatif... 78 4.4 Perbandingan Rata-Rata N-Gain Pada Setiap Indikator
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa... 79 4.5 Perbandingan Rata-Rata Skor Pretest dan Postest Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan... 80 4.6 Perbandingan Rata-Rata N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Berdasarkan Tingkat Kemampuan... 80 4.7 Perbandingan Rata-Rata Skor Proses Inkuiri Siswa... 82 4.8 Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri
Melalui field Trip... 84
4.9 Persentase Tanggapan Siswa Tentang Kemudahan Memahami
Materi IPA dengan Pembelajaran Inkuiri Melalui Field Trip... 84 4.10 Persentase Tanggapan Siswa Tentang Pembelajaran Berbasis
Inkuiri Terbimbing... 85 4.11 Persentase Tanggapan Siswa Tentang Kegiatan Field Trip... 85 4.12 Persentase Tanggapan Siswa Penerapan Pembelajaran Inkuiri Melalui
Field Trip Pada Materi Pelajaran Lain... 86 Halaman Gambar
(11)
Mutiara Zanzibar, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
A.Instrumen Penelitian
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 125
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Inkuiri Berbasis Potensi BBG... 136
3. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 143
4. Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 156
5. Kisi-Kisi Proses Inkuiri Siswa... 160
6. Instrumen Proses Inkuiri Siswa... 161
7. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa... 163
8. Instrumen Angket Tanggapan Siswa... 165
9. Kisi-Kisi Kelayakan BBG... 167
10. Instrumen Kelayakan BBG... . 168
11. Judgement Instrumen Penelitian... 170
12. Analisis Ujicoba Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 173
B.Data Penelitian 1. Skor Mentah Hasil Pretest Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 178
2. Skor Mentah Hasil Postest Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 180
3. Hasil Rata-Rata N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif... 182
4. Skor Mentah Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif per Indikator... 183
5. Skor Mentah Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif per Indikator... 185
6. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas... 187
7. Skor Mentah Proses Inkuiri Siswa... 188
8. Skor Data Mentah Angket Tanggapan Siswa... 189
9. Rekapitulasi Persentase Angket Tanggapan Siswa... 191
10. Skor Data Mentah Kelayakan BBG... 192
11. Rekapitulasi Persentase Kelayakan BBG... 194
C.Surat dan Dokumentasi Penelitian 1. Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis... 195
2. Surat Permohonan Izin Penelitian... 197
3. Surat Keterangan Penelitian ... 198
4. Surat Izin Penelitian dari Bangka Botanical Garden (BBG)... 200
5. Dokumentasi Penelitian... 201 Halaman Lampiran
(12)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas cenderung diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2008).
Selain itu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2008).
POM (Project Operation Manual) program BERMUTU (Better Education
through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) disebutkan
hal sebagai berikut :
Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang prestasi siswa. Survai Trends International Mathematics and Science
Study (TIMSS) pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat
34 dari 45 negara. Walaupun rerata skor naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student
Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam
literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program yang diukur setiap tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia (Wardhani & Rumiati, 2011).
(13)
Mutiara Zanzibar, 2015
Hasil TIMSS dan PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor penyebab antara lain siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal TIMSS dan PISA. Hal ini dikarenakan penilaian hasil belajar yang substansinya kurang dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan kurang memfasilitasi siswa dalam mengungkapkan proses berpikir dan berargumentasi (Wardhani & Rumiati, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, saat ini kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa masih sangat rendah. Hal tersebut didukung dari hasil penelitian Kim (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif mengalami penurunan secara signifikan selama 20 tahun terakhir. Gambaran yang sama tampak dalam dunia pendidikan. Penekanannya lebih pada pemikiran reproduktif, hafalan, dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan, proses berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kreatif jarang dilatihkan (Munandar, 2002). Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain. Di Inggris, masalah kreatifitas tidak begitu sentral, dan kenyataannya pengembangan berpikir kreatif sering kali berada di kursi belakang sejak diberlakukannya kurikulum nasional (Beetlestone, 2013).
Mastuhu (Janawi, 2013) mengatakan bahwa dari sekian banyak faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan Indonesia, faktor penyebab utamanya adalah kualitas tenaga pendidik yang berhubungan dengan kompetensi paedagogik, profesionalitas, kepribadian dan sosial. Bahkan, kompetensi paedagogik dan profesional guru menjadi faktor penyebab utama. Guru dianggap belum mampu mengimplementasikan proses pembelajaran yang efektif bagi siswa, karena pembelajaran masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dan cenderung teacher center sehingga siswa menjadi pasif (Trianto, 2008). Sedangkan Ojo (2001; dalam Aina et al., 2013) melihat kurangnya guru yang berkualitas, kurangnya fasilitas dan metode pengajaran yang buruk sebagai faktor penyebab kurangnya kinerja siswa pada mata pelajaran sains, hal ini dikarenakan belum banyak guru yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendapat senada diungkapkan oleh Mulyasa (2014) bahwa faktor penyebab rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber
(14)
belajar secara maksimal baik oleh guru maupun oleh siswa.
Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar penting dilakukan oleh guru karena dapat mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal (Mulyasa, 2014). Lingkungan lokal yang ada di sekitar peserta didik merupakan pengetahuan awal yang dimiliki oleh mereka. Dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik maka akan memudahkan mereka dalam memahami pengetahuan tertentu, dan sebailknya peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memahami pengetahuan tertentu karena mereka belum memiliki pengetahuan awal sebelumnya (Trianto, 2008). Sedangkan Aina et al. (2013) menyatakan bahwa cara terbaik untuk belajar sains adalah dengan membimbing siswa untuk mencari informasi tentang ilmu pengetahuan dan mengajukan pertanyaan berdasarkan lingkungan mereka, memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia di lingkungan, melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan sekitar, menciptakan lingkungan kerjasama yang baik dan belajar secara aktif sehingga menimbulkan kreativitas, inovasi dan rasa ingin tahu sebagai dasar pembelajaran sains.
Bangka Botanical Garden (BBG) merupakan salah satu lingkungan lokal
peserta didik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Keberadaan Bangka
Botanical Garden (BBG) yang terletak di kawasan industri Ketapang, 7 (tujuh)
Km dari Bandar Udara Depati Amir, Pangkalpinang Bangka, menyimpan potensi yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Keanekaragaman jenis tanaman menjadi daya tarik tersendiri, yang mana sulit ditemukan di lingkungan sekitar sekolah. Bangka Botanical Garden (BBG) merupakan suatu kawasan yang menjadi pusat pembibitan beragam jenis tanaman, beragam jenis ikan air tawar, menciptakan lahan-lahan persawahan yang telah ditanami berbagai jenis tanaman palawija, tambak budidaya ikan, maupun peternakan sapi perah dan sapi potong. BBG telah menjadi acuan pengembangan lahan tidur dan lahan bekas penambangan timah menjadi lahan produktif, dan menjadi kawasan ekowisata modern di Indonesia (Publikan News, 2013). Sehingga BBG cukup representatif untuk digunakan sebagai sumber belajar terutama pada pokok bahasan ekosistem.
(15)
Mutiara Zanzibar, 2015
Salah satu tujuan dibangunnya Bangka Botanical Garden (BBG) adalah sebagai pengembangan fasilitas pendidikan untuk meningkatkan kepedulian dan apresiasi masyarakat terhadap konservasi tumbuhan dan lingkungan. Pembangunan Bangka Botanical Garden (BBG) sangat menunjang untuk dunia pendidikan khususnya bagi penyediaan sumber belajar. Salah satu fungsi dari
Bangka Botanical Garden (BBG) adalah sebagai fasilitas pendidikan. Bangka Botanical Garden (BBG) telah memberikan dampak positif bagi kegiatan dunia
pendidikan itu ditandai dengan banyaknya kunjungan para pelajar dan peneliti yang ingin menambah wawasan dan mengembangkan keilmuannya. Berikut daftar jumlah pengunjung ke Bangka Botanical Garden (BBG) disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah kunjungan ke Bangka Botanical Garden (BBG) Tahun 2013-2014.
Tahun
Jenjang Tingkatan
TK SD SMP SMA Perguruan
Tinggi
2013 7 5 6 4 3
2014 5 3 4 4 2
Jumlah 12 8 10 8 5
Sumber : Pengelola BBG (2013)
Dari hasil wawancara dengan pengelola BBG diketahui bahwa sebagian besar pengunjung, terutama dalam hal ini mahasiswa/siswa hanya melakukan kunjungan ke BBG berupa karyawisata biasa tanpa melakukan hal-hal yang bersifat edukatif, padahal BBG merupakan salah satu lingkungan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk melatih berbagai keterampilan pada siswa yang selama ini jarang dilatihkan serta dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan.
Hasil observasi di SMP Negeri 2 Namang Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan bahwa 90% pembelajaran IPA dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, selebihnya yaitu 10% dilakukan dengan pemberian tugas dan praktikum. Dalam proses pembelajaran, siswa belum diajak untuk berpikir menemukan konsep sendiri karena guru hanya menjelaskan dan memberikan latihan soal-soal, akibatnya siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal dengan bentuk yang berbeda. Banyak siswa yang tidak memiliki buku
(16)
referensi sehingga siswa hanya menerima yang disampaikan oleh guru saja. Selain itu, sebagian siswa kurang aktif selama proses pembelajaran di kelas, tidak antusias mengikuti pembelajaran yang ditunjukkan dengan sikap acuh tak acuh, dan tidak banyak siswa yang bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Kalaupun dilaksanakan kegiatan praktikum, masih dengan menggunakan LKS yang sudah memuat langkah-langkah kerja atau prosedur mulai dari tujuan hingga format tabel untuk menyajikan hasil praktikum. Longo (2011) menyatakan bahwa jika
siswa mengikuti prosedur yang sudah ada atau “cookbook” maka tidak akan
mendorong kreativitas dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Dalam proses pembelajaran, guru kurang memanfaatkan lingkungan dengan mengajak siswa melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan dipelajari, padahal dalam sains menuntut pengamatan langsung terhadap objek belajar supaya dapat mengembangkan berbagai keterampilan atau kemampuan pada diri siswa seperti mengamati, mengklasifikasikan, menggolongkan, menurunkan, meramalkan, memprediksi, mengukur, menafsirkan, mengomunikasikan, membuat definisi, merumuskan pertanyaan dan hipotesis, melakukan eksperimen, dan sebagainya (Komalasari, 2010). Konsep-konsep yang abstrak akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika siswa mengalaminya secara langsung.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka diperlukan suatu alternatif pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih bermakna, tidak hanya penguasaan konsepnya saja tetapi juga keterampilan penyelidikan dan kemampuan berpikir kreatif, karena pembelajaran biologi yang baik adalah pembelajaran biologi yang memberikan makna bagi siswa. Kebermaknaan ini dapat terjadi jika siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya (Dahar, 2008). Pengetahuan baru akan didapatkan terus menerus seiring dengan bertambahnya pengalaman yang manusia peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat kebermaknaan yang optimal dalam pembelajaran biologi bagi siswa dapat diperoleh dengan pengalaman siswa melakukan pengamatan langsung pada objek belajar, salah satunya melalui pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan
(17)
Mutiara Zanzibar, 2015
Sund & Towbridge (1973) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri dapat memfasilitasi siswa mengembangkan keterampilan memperoleh sesuatu yang baru (acquisitive skills), keterampilan memanipulasi (manipulative skills) dan keterampilan proses, keterampilan berkomunikasi (communicative skills), keterampilan kreatif (creative skills), dan sikap siswa. Pandangan lain tentang pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menurut Dimyati & Mudjiono (2009) dapat mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
Biologi sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran IPA memerlukan pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran. Biologi merupakan ilmu alam yang didalamnya membahas mengenai makhluk hidup, lingkungan, dan interaksi dengan lingkungan yang sifatnya faktual sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung. Melalui kegiatan pengamatan ini siswa dapat menemukan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke suatu lokasi untuk melihat secara langsung objek yang ada didalamnya melalui metode
field trip. Dengan membawa langsung siswa ke lokasi belajar, siswa akan lebih
tertarik dan mendalami pelajaran karena belajar langsung di lingkungan dalam kehidupan nyata (Djamarah, 2005), serta membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran melalui pengamatan langsung. Sedangkan Orion, Hoystein & Miche (Patrick, 2010) beberapa tujuan dilakukannya field trip, yaitu : i) memberikan pengalaman langsung, ii) merangsang minat dan motivasi dalam sains, iii) memberikan pembelajaran yang bermakna, iv) mengembangkan keterampilan observasi dan persepsi, dan v) membangun kepribadian sosial.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti melakukan penelitian untuk melihat lebih jauh tentang pemanfaatan Bangka
Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing
pada konsep ekosistem terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP.
(18)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka secara umum dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah Pemanfaatan Bangka
Botanical Garden (BBG) Melalui Kegiatan Field Trip Berbasis Inkuiri
Terbimbing Pada Konsep Ekosistem Dapat Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP?”.
Rumusan masalah tersebut difokuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu :
1. Bagaimanakah kelayakan dan potensi Bangka Botanical Garden (BBG) dalam pembelajaran Biologi?
2. Bagaimanakah keterampilan berpikir kreatif siswa setelah pemanfaatan
Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri
terbimbing?
3. Bagaimanakah proses inkuiri siswa selama pemanfaatan Bangka Botanical
Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing?
4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pemanfaatan Bangka Botanical
Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan arah dan jalannya penelitian, maka masalah penelitian dibatasi sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di SMP 2 Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Bangka Belitung. Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2014/2015.
2. Kegiatan field trip dilaksanakan di Bangka Botanical Garden (BBG) yang merupakan kawasan konservasi bekas lahan tambang timah yang telah berubah menjadi lahan produktif. Potensi yang terdapat di Bangka Botanical
Garden (BBG) berupa berbagai jenis tumbuhan, hewan, dan beberapa jenis
ekosistem seperti padang rumput, rawa, kolam, dan kebun.
3. Materi yang dipelajari yaitu ekosistem pada sub konsep interaksi antar komponen di dalam ekosistem. Dalam kegiatan field trip siswa melakukan
(19)
Mutiara Zanzibar, 2015
pengamatan interaksi antara komponen biotik (tumbuhan dan hewan) dengan abiotik (intensitas cahaya matahari) serta interaksi antara komponen abiotik (intensitas cahaya matahari) dengan abiotik (suhu dan kelembaban).
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) Melalui Kegiatan Field Trip Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Konsep Ekosistem Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tujuan penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi tentang kelayakan dan potensi Bangka Botanical
Garden (BBG) sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Biologi.
2. Menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
3. Menganalisis proses inkuiri siswa setelah pemanfaatan Bangka Botanical
Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
4. Memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap pemanfaatan
Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri
terbimbing.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan, terutama bagi guru dan siswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan lokal sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, selain itu juga memberikan wawasan mengenai pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan memberikan informasi bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
(20)
2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat melatih siswa untuk lebih terlibat aktif dalam menemukan suatu penyelesaian masalah sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna, melatih dan mengembangkan potensi-potensi berpikir kreatif yang sudah dimiliki siswa. Selain itu juga diharapkan ada perubahan sikap siswa ke arah yang lebih positif setelah kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
3. Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah informasi dan kajian dalam pengembangan dan inovasi pembelajaran biologi serta bahan masukan bagi peneliti lainnya. 4. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian sejenis dan
dapat menjadi rujukan serta masukan bahan pertimbangan dalam mengkaji permasalahan yang serupa.
F. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran.
Pada bagian bab pendahuluan disajikan kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir ini dilengkapi dengan latar belakang pentingnya dilakukan penelitian ini yang didukung dengan beberapa hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung pertanyaan penelitian, rumusan masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, batasan-batasan masalah dalam penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, dan manfaat penelitian yang diharapkan bagi berbagai pihak.
Pada bagian kajian pustaka berisi kajian-kajian materi dan landasan teoritis yang terkait dengan penelitian. Kajian pustaka pada tesis ini berisi tentang pembelajaran dengan metode field trip, model inkuiri terbimbing, keterampilan berpikir kreatif, konsep ekosistem, dan potensi Bangka Botanical Garden (BBG) dalam pembelajaran Biologi.
Pada bagian metodologi penelitian berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian dalam mengambil dan mengolah data. Pada tesis ini metodologi penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap perencanaan, tahap
(21)
Mutiara Zanzibar, 2015
pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis instrumen yang digunakan untuk menjaring data, serta teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.
Pada bagian hasil dan pembahasan penelitian berisi tentang penjabaran mengenai hasil temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertayaan penelitian yang telah dijabarkan pada bagian Bab pendahuluan. Hasil temuan dianalisis dan dibahas dalam pembahasan untuk menjawab rumusan masalah utama. Pembahasan penelitian dilakukan dengan mengaitkan hasil temuan dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian lain sejenis yang mendukung hasil temuan.
Pada bagian bab kesimpulan dan saran berisi tentang inti dari hasil penelitian yang di rangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti.
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experiment atau
weak eksperiment, dimana tidak ada kelas kontrol dan sampel tidak dipilih secara
random. Pada metode eksperimen ini hanya melibatkan satu kelompok saja tanpa adanya kelas kontrol, tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan BBG melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok tersebut.
Desain penelitian yang digunakan adalah The One Group Pretest-Posttest
Design (Fraenkel & Wallen, 2011). Dalam desain penelitian ini terdapat beberapa
langkah yang menunjukkan urutan kegiatan penelitian ini, yaitu pretest (O1),
perlakuan (X), dan posttest (O2) sehingga dapat diketahui perbandingan sebelum
dan setelah diberikan perlakuan. Adapun The One Group Pretest-Posttest Design digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Desain The One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel & Wallen, 2011)
Keterangan :
X = Perlakuan berupa pemanfaatan Bangka Botanical Garden melalui field trip berbasis inkuiri terbimbing
O1 = Pretest untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum diberi
perlakuan
O2 = Posttest untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa setelah diberi
perlakuan
Group Pretest Perlakuan Posttest
(23)
Mutiara Zanzibar, 2015
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Namang yang terletak di jalan Raya Kayubesi Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Namang tahun ajaran 2014/2015. Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa dari satu kelas yang diambil secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangannya yaitu, keaktifan siswa, keberanian mengungkapkan pendapat dan kemampuan berkomunikasi dalam kegiatan diskusi, serta rata-rata nilai rapor IPA lebih baik dibandingkan dengan kelas yang lain. Setelah dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran IPA, didapatkan bahwa kelas VIIB dapat digunakan dalam penelitian, dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang siswa. SMPN 2 Namang dipilih sebagai tempat penelitian karena lokasi sekolah tersebut dekat dengan Bangka Botanical Garden (BBG) yang akan digunakan sebagai lokasi field trip.
Dalam kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing, siswa bekerja secara berkelompok. Pengelompokan siswa berdasarkan tingkat kemampuan, sehingga dari 38 orang siswa tersebut, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori kelompok (tinggi, sedang, rendah) yang didasarkan pada kriteria: rata-rata nilai rapor IPA semester I dan kriteria penilaian yang lain seperti keaktifan dalam berdiskusi, kemampuan berkomunikasi, dan keberanian mengungkapkan pendapat. Selanjutnya setiap siswa dari kelompok tinggi, sedang dan rendah digabungkan dalam kelompok. Berikut ini adalah tabel pengelompokan siswa berdasarkan kriteria seperti yang disebutkan diatas :
Tabel 3.2. Pengelompokan siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan
Kelas
Kelompok
Jumlah Tinggi Sedang Rendah
(24)
C. Definisi Operasional
Untuk menghindarkan adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut didefinisikan seperti berikut :
1. Pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) yang dimaksud adalah penggunaan BBG sebagai sumber belajar dengan mempertimbangkan potensi yang terdapat di BBG. Potensi BBG di jaring menggunakan lembar observasi yaitu dengan mengidentifikasi potensi yang ada di BBG, kemudian menghubungkan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (KI) yang terdapat pada kurikulum. Dari hasil observasi dan analisis potensi materi, guru mengembangkan LKS berbasis inkuiri berdasarkan potensi yang ada di BBG, yaitu materi interaksi antara komponen di dalam ekosistem. Pemanfaatan BBG juga mempertimbangkan kelayakan BBG sebagai sumber belajar dengan memperhatikan beberapa kriteria kelayakan seperti kemudahan akses, tingkat keamanan, efisiensi waktu, biaya, dan kesesuaian materi pelajaran. Berdasarkan kriteria tersebut diatas, BBG sangat layak untuk digunakan sebagai sumber belajar, khususnya dalam pembelajaran biologi pada konsep ekosistem.
2. Field trip berbasis inkuiri terbimbing yang dimaksud merupakan kegiatan
karyawisata ke Bangka Botanical Garden (BBG) yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok untuk melakukan kegiatan pengamatan interaksi antar komponen di dalam ekosistem pada tiga tempat berbeda (tempat terbuka, teduh, tertutup) melalui serangkaian kegiatan sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dirancang sendiri oleh siswa. Sebelum melakukan kegiatan
field trip, siswa merancang sendiri kegiatan praktikum yang akan dilakukan.
Guru hanya memfokuskan siswa pada permasalahan yang akan diteliti dengan memberikan pertanyaan pengarah kemudian siswa diminta merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengidentifikasi variabel yang akan diukur, menentukan alat/bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum di lapangan sampai pada kegiatan merancang langkah-langkah atau prosedur kegiatan praktikum yang akan dilakukan dengan bimbingan guru. LKS yang telah dirancang oleh siswa digunakan dalam kegiatan field trip di BBG. LKS
(25)
Mutiara Zanzibar, 2015
rancangan siswa dinilai dengan menggunakan rubrik penilaian proses inkuiri, yaitu mulai dari kegiatan perencanaan praktikum (merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengidentifikasi variabel, memilih alat/bahan praktikum, merancang prosedur kegiatan praktikum) sampai pada kegiatan pelaksanaan praktikum (menggunakan alat/bahan, mengelompokkan data praktikum, mengomunikasikan hasil, dan membuat kesimpulan).
3. Keterampilan berpikir kreatif yang dimaksud merupakan skor yang diperoleh siswa pada tes awal dan tes akhir setelah pemanfaatan BBG melalui kegiatan
field trip berbasis inkuiri terbimbing. Soal tes keterampilan berpikir kreatif
yang diberikan kepada siswa merupakan soal uraian yang dikembangkan oleh peneliti dengan berpedoman pada indikator keterampilan berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar (1990), yang meliputi: a) keterampilan berpikir lancar (fluency), b) keterampilan berpikir luwes (flexibility), c) keterampilan berpikir orisinal (originality), d) keterampilan berpikir merinci (elaboration) dan e) keterampilan berpikir menilai (evaluation). Soal yang diberikan kepada siswa merupakan soal yang sudah valid, karena sudah di judgment oleh ahli dan juga sudah diujicobakan ke sekolah.
4. Proses inkuiri yang dimaksud adalah skor kinerja yang di jaring melalui lembar penilaian kinerja dengan menggunakan daftar checklist. Kategori sangat baik diberi skor 4, baik diberi skor 3, cukup diberi skor 2, dan kurang diberi skor 1. Untuk mengetahui kinerja siswa secara keseluruhan dilakukan perhitungan dengan skor perolehan dari aspek yang dinilai dibandingkan dengan skor maksimum di kali 100. Indikator proses inkuiri yang digunakan adalah:
a. Merencanakan praktikum dengan indikator: 1) merumuskan masalah, 2) menyusun hipotesis, 3) mengidentifikasi variabel, 4) memilih alat/bahan praktikum, dan 5) menyusun langkah-langkah atau prosedur praktikum. b. Melaksanakan praktikum dengan indikator: 1) menggunakan alat/bahan
praktikum, 2) mengelompokkan data praktikum, 3) mengomunikasikan hasil, dan 4) membuat kesimpulan.
(26)
D. Instrumen Penelitian
1. Keterampilan berpikir kreatif
Tes keterampilan berpikir kreatif diberikan kepada siswa sebelum dan setelah pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing. Tes keterampilan berpikir kreatif dibuat dalam bentuk soal uraian berjumlah 20 butir soal yang dikembangkan oleh peneliti. Soal yang dibuat berdasarkan setiap indikator keterampilan berpikir kreatif yaitu antara lain : keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinal (originality), keterampilan berpikir merinci (elaboration) dan keterampilan berpikir menilai (evaluation). Penyekoran soal keterampilan berpikir kreatif berskala antara 1-5. Tes ini bertujuan untuk untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pemanfaatan
Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri
terbimbing dilaksanakan.
Sebelum digunakan dalam penelitian, seperangkat butir soal tersebut dilakukan judgement oleh ahli, kemudian soal-soal tersebut diujicobakan kepada siswa kelas VIII. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, dan daya pembeda. Hasil ujicoba dianalisis menggunakan program komputer Anates V4. Berdasarkan hasil ujicoba tersebut, maka diperoleh 10 soal esai yang digunakan dalam penelitian. Distribusi soal untuk setiap indikator keterampilan berpikir kreatif disajikan pada Tabel 3.3 berikut :
(27)
Mutiara Zanzibar, 2015
Tabel 3.3 Distribusi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
No Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
Nomor dan Bentuk Soal Jumlah Soal Nomor Soal Bentuk Soal
1. Keterampilan berpikir lancar (fluency)
1,2 Essai 2
2. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
3,4 Essai 2
3. Keterampilan berpikir orisinil (originality)
5,6 Essai 2
4. Keterampilan berpikir merinci (elaboration)
7,8 Essai 2
5. Keterampilan berpikir menilai (evaluation)
9,10 Essai 2
Total 10
Sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan uji validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda dan tingkat kesukaran terhadap soal keterampilan berpikir kreatif.
a. Validitas butir soal
Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas kriteria (criteria related validity). Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen yang memiliki keahlian di bidang materi dan evaluasi, untuk melihat kesesuain isi materi dengan fungsi berpikir kreatif yang ada dalam instrumen tes. Sementara uji validitas kriteria dihitung menggunakan bantuan program komputer analisis butir soal Anates V4. Penafsiran besarnya korelasi validitas tes didasarkan pada kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2012) seperti disajikan pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Koefieien Validitas Soal
Nilai rxy Interpretasi
0,80< rxy≤1,00 Validitas sangat tinggi
0,60< rxy≤0,80 Validitas tinggi
0,40< rxy≤0,60 Validitas cukup
(28)
0,o0< rxy≤0,20 Validitas sangat rendah
Berdasarkan perhitungan uji validitas soal untuk uji coba instrumen dari 20 soal keterampilan berpikir kreatif (esai) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi berada pada rentang 0,33 hingga 0,81, jika diinterpretasikan nilai ini mulai dari rendah (6 soal), cukup (5 soal), tinggi (9 soal). Rekapitulasi hasil pengolahan uji validitas soal selengkapnya disajikan pada lampiran A.11.
b. Reliabiltas Tes
Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang digunakan. Penafsiran derajat reliabilitas tes didasarkan pada kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2012) seperti disajikan pada Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r11 Interpretasi
0,90< r11≤1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,70< r11≤0,90 Reliabilitas tinggi
0,40< r11≤0,70 Reliabilitas sedang
0,20< r11≤0,40 Reliabilitas rendah
r11<0,20 Reliabilitas sangat rendah
Hasil perhitungan menggunakan bantuan program komputer Anates V4 menunjukkan koefisien reliabilitas tes sebesar 0,96 yang dapat diartikan bahwa reliabilitas soal termasuk kategori sangat tinggi.
c. Analisis daya pembeda
Daya pembeda soal bertujuan untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda dihitung dengan menggunakan Anates V4. Penafsiran untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria menurut Arikunto (2012) seperti disajikan pada Tabel 3.6 berikut.
(29)
Mutiara Zanzibar, 2015
Tabel 3.6 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Dp Interpretasi
0,00< Dp≤0,20 Jelek
0,21< Dp≤0,40 Cukup
0,41< Dp≤0,70 Baik
0,71< Dp≤1,00 Baik sekali
Berdasarkan hasil perhitungan uji instrumen, didapatkan bahwa daya pembeda soal berada pada rentang D 0,07 hingga 0,47. Jika diinterpretasikan nilai D ini mulai dari jelek (9 soal), cukup (5 soal) hingga baik (6 soal).
d. Tingkat kesukaran
Uji atau analisis tingkat kesukaran soal dihitung menggunakan bantuan program analisis butir soal Anates. Penafsiran tingkat kesukaran butir soal didasarkan pada kriteria menurut Arikunto (2012) seperti disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai TK Interpretasi
0,00<TK≤0,30 Soal sukar 0,31<TK≤0,70 Soal sedang 0,71<TK≤1,00 Soal mudah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran dari 20 soal keterampilan berpikir kreatif (esai) hasil uji coba instrumen, soal-soal ini berada pada rentang nilai TK 0,29 hingga 0,62. Jika diinterpretasikan nilai TK ini mulai dari terlalu mudah (1 soal), sedang (13 soal), hingga sukar (6 soal).
Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran tersebut, maka soal keterampilan berpikir kreatif yang dipakai dalam penelitian digunakan sebanyak 10 (sepuluh) soal. Adapun rekapitulasi hasil
(30)
pengolahan uji coba soal uraian keterampilan berpikir kreatif siswa dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Uji Coba Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
No Validitas Taraf
kesukaran
Daya pembeda
Reliabilitas Keputusan
1 Signifikan Sedang Baik 0,96 (kategori
sangat tinggi)
Dipakai
2 Signifikan Sedang Baik Dipakai
3 Tidak signifikan sukar Jelek Tidak dipakai 4 Tidak signifikan Sedang Cukup Tidak dipakai 5 Tidak signifikan Sedang Jelek Tidak dipakai
6 Tidak signifikan sukar Jelek Tidak dipakai
7 Signifikan Sedang Cukup Tidak dipakai
8 Tidak signifikan Sukar Jelek Tidak dipakai
9 Signifikan Sedang Baik Dipakai
10 Signifikan Sedang Cukup Tidak dipakai
11 Signifikan Sedang Baik Dipakai
12 Signifikan Sukar Jelek Revisi & Pakai
13 Signifikan Sedang Baik Dipakai
14 Signifikan Sangat mudah
Jelek Revisi & Pakai
15 Tidak signifikan Sukar Jelek Tidak dipakai
16 Signifikan Sedang Baik Dipakai
17 Signifikan Sedang Jelek Tidak dipakai
18 Signifikan Sedang Baik Dipakai
19 Signifikan Sukar Jelek Tidak dipakai
(31)
Mutiara Zanzibar, 2015 2. Angket
Angket atau kuesioner diberikan kepada siswa setelah pemanfaatan Bangka
Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing
dilaksanakan. Angket ini digunakan untuk menggali informasi dari siswa mengenai tanggapan mereka terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Angket yang digunakan berupa sebuah daftar pertanyaan yang dibuat dalam bentuk daftar
check list dengan pilihan jawabam “ya” atau “tidak”.
Langkah penyusunan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran adalah menyusun kisi-kisi angket dan konsultasi dengan dosen ahli. Konsultasi dengan dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator dengan butir pernyataan tanggapan siswa dan aspek bahasa. Pernyataan dalam angket ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang tanggapan siswa pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing. Teknik pengolahan data angket dengan menggunakan persentase jumlah tanggapan siswa.
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa yang dibuat merupakan lembar kegiatan praktikum inkuiri terbimbing. LKS ini disusun oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan dengan dosen ahli. Konsultasi dengan dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas dari lembar kerja siswa yang telah dibuat. Kemudian LKS diujicobkan ke sekolah untuk mengetahui keterlaksanaan LKS dilapangan. Selanjutnya dilakukan revisi, kemudian LKS digunakan dalam penelitian.
4. Lembar observasi potensi BBG
Lembar observasi potensi BBG digunakan untuk mendata berbagai potensi yang terdapat di BBG. Lembar observasi yang dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Lembar observasi ini berisi analisis potensi BBG, materi yang sesuai untuk pembelajaran biologi tingkat SMP, Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai. Data lembar potensi BBG ini
(32)
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa ketika melaksanakan kegiatan field trip. Berikut lembar observasi potensi materi BBG seperti disajikan pada Tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.9 Lembar Observasi Potensi BBG
No Objek yang diamati
Gejala yang diamati
Potensi yang dapat dijadikan
sumber belajar
KI, KD Materi
5. Angket kelayakan BBG
Angket atau kuesioner kelayakan BBG diberikan kepada siswa setelah melakukan kegiatan field trip ke BBG. Angket ini diberikan kepada siswa untuk menggali informasi dari siswa mengenai tanggapan mereka terhadap kelayakan BBG sebagai sumber belajar dengan berpedoman pada beberapa kriteria kelayakan seperti: kemudahan akses, tingkat keamanan, efisiensi waktu, biaya, dan kesesuaian materi pelajaran. Angket berbentuk pernyataan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”.
6. Rubrik proses inkuiri Siswa
Rubrik yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui proses inkuiri yang dilakukan oleh siswa selama merencanakan kegiatan inkuiri di kelas sampai pada tahap pelaksanaan observasi lapangan yaitu di Bangka Botanical
(33)
Mutiara Zanzibar, 2015
menggunakan daftar cek (checklist). Kategori sangat baik diberikan skor 4, baik diberi skor 3, cukup diberi skor 2, dan kurang diberi skor 1. Untuk mengetahui kinerja siswa secara keseluruhan dilakukan perhitungan dengan skor perolehan dari aspek yang dinilai dibandingkan dengan skor maksimum dikali 100. Indikator proses inkuiri yang dilakukan oleh siswa disajikan pada Tabel 3.10 berikut ini :
Tabel 3.10 Indikator Proses Inkuiri Siswa
No Indikator Skor
1 2 3 4
I. Merencanakan Praktikum
1 Merumuskan masalah 2 Menentukan hipotesis 3 Mengidentifikasi variabel 4 Memilih alat/bahan praktikum
5 Menuliskan langkah/prosedur praktikum
II. Melaksanakan Praktikum
1 Menggunakan alat/bahan praktikum 2 Pengelompokkan data praktikum 3 Membuat kesimpulan
4 Mengomunikasikan hasil
Diadopsi dari Rustaman (2003)
Adapun penjabaran kegiatan yang dilakukan siswa selama proses inkuiri disajikan pada Tabel 3.11 berikut :
Tabel 3.11 Rincian Kegiatan Proses Inkuiri Siswa
No Aspek Penilaian Proses Inkuiri Siswa
Penjabaran Kegiatan
A. Perencanaan kegiatan praktikum/pengamatan :
1. Membuat rumusan masalah
Setiap kelompok mendiskusikan
permasalahan yang disajikan yaitu berupa interaksi antara komponen biotik dengan abiotik dan interaksi antara komponen abiotik dengan abiotik
(34)
masalah dari permasalahan yang disajikan
2. Menentukan hipotesis Setiap kelompok menentukan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun
3. Mengidentifikasi variabel
Setiap kelompok menentukan variabel yang akan diukur, yaitu variabel bebas dan variabel terikat pada kegiatan yang akan dilakukan
4. Memilih alat dan bahan Setiap kelompok memilih alat/bahan yang akan digunakan dalam praktikum seperti : termometer, patok kayu, jam, tali rafia, kamera, batang besi dan alat tulis
Menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pengamatan (tempat terbuka/padang rumput, tempat teduh dan tempat tertutup/bawah pot)
5. Menuliskan langkah/prosedur
Setiap kelompok mendiskusikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di lokasi pengamatan
Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi pada LKS yang telah disiapkan oleh guru.
B. Pelaksanaan kegiatan praktikum/pengamatan
1. Menggunakan alat/bahan praktikum
Menggunakan alat/bahan praktikum dengan terampil dan teliti
2. Mengelompokkan data pengamatan
Menuliskan data hasil pengamatan pada tabel yang terdapat pada LKS
Mengelompokkan data hasil pengamatan dengan benar
3. Membuat kesimpulan Melakukan diskusi kelompok
Membuat kesimpulan dari hasil kegiatan pengamatan yang telah dilakukan
4. Mengomunikasikan hasil kegiatan pengamatan
Melakukan diskusi kelompok
Selanjutnya hasil diskusi kelompok dipresentasikan di depan kelas
(35)
Mutiara Zanzibar, 2015
E. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian ini melalui tiga tahapan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Berikut ini adalah kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap persiapan : a. Melakukan observasi ke Bangka Botanical Garden (BBG) untuk mengetahui
kelayakan BBG dan potensi yang terdapat di BBG.
b. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru. Selain itu, observasi ke sekolah dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa, kemampuan berkomunikasi dan keberanian mengungkapkan pendapat dalam kegiatan diskusi, serta mendata rata-rata nilai rapor semester pertama untuk setiap kelas.
c. Menentukan subjek yang akan dijadikan sampel di dalam penelitian d. Menyusun proposal penelitian yang kemudian diseminarkan.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Perangkat pembelajarannya meliputi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS berbasis inkuiri terbimbing. Instrumen penelitiannya meliputi, soal untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif, angket pendapat siswa tentang pembelajaran inkuiri terbimbing melalui field
trip, rubrik untuk mengetahui proses inkuiri siswa, lembar observasi untuk
mengetahui potensi BBG, dan angket kelayakan BBG.
f. Melakukan judgement perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian kepada dosen ahli, untuk memperoleh informasi tentang kesesuaian instrumen yang dibuat sebagai alat tes yang akan digunakan dalam penelitian.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian yaitu soal keterampilan berpikir kreatif dan LKS pada siswa.
(36)
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi:
A.Tahap persiapan
1. Memberikan bimbingan kepada siswa mengenai tahapan metode ilmiah atau proses inkuiri, yaitu bagaimana cara merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengidentifikasi variabel. Selanjutnya memberikan beberapa contoh masalah, kemudian siswa dilatih untuk merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengidentifikasi variabel.
2. Mempersiapkan kegiatan field trip dengan matang, seperti pada Tabel 3.12 dibawah ini.
Tabel 3.12 Rincian Persiapan Field Trip
No Persiapan
1 Perizinan :
- Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan kegiatan field trip
- Meminta izin kepada pihak BBG
2 Sarana prasarana :
- Menyiapkan transportasi yang memadai bagi siswa
- Menyiapkan konsumsi
- Menyiapkan obat-obatan
- Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk praktikum dilapangan seperti
termometer, lup dll
- Meminta siswa berpakaian seragam olahraga sekolah supaya mudah dikenali
3 Pembentukan kelompok :
- Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
- menentukan peranan masing-masing anggota kelompok
B.Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti mengimplementasikan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah disusun dan direncanakan. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian secara lengkap dijabarkan sebagai berikut :
(37)
Mutiara Zanzibar, 2015
1. Pada pertemuan pertama, dilakukan pemberian tes awal (pretest) kepada seluruh siswa untuk mengetahui keterampilan berpikir kreatif sebelum melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing. Data pretest dijaring dengan menggunakan instrumen keterampilan berpikir kreatif. Selanjutnya guru melakukan pembelajaran inkuiri terbimbing, yang mana guru memotivasi siswa dengan menayangkan beberapa gambar/video ekosistem yang ada di BBG, kemudian siswa diberikan permasalahan tentang topik interaksi antar komponen di dalam ekosistem berupa lokasi dengan tempat terbuka, teduh dan tertutup, selanjutnya diminta untuk merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengidentifikasi variabel dan menentukan sumber informasi yang diperlukan. Pada pertemuan kedua, guru meminta setiap kelompok untuk menentukan alat/bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum dan menyusun prosedur atau langkah-langkah kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan dengan bimbingan guru. LKS yang sudah disusun oleh siswa dengan bimbingan guru akan digunakan pada saat field trip ke BBG. Dalam kegiatan perencanaan praktikum ini, guru mencatat proses inkuiri siswa dengan menggunkan rubrik penilaian proses inkuiri yang telah disiapkan.
2. Melaksanakan field trip ke Bangka Botanical Garden untuk melakukan serangkaian praktikum sesuai dengan rancangan LKS yang telah disusun oleh siswa. Dalam kegiatan praktikum, guru mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan mencatat proses inkuiri dengan rubrik penilaian proses inkuiri yang telah disiapkan. Setelah pelaksanaan kegiatan field trip, guru memberikan angket uji kelayakan BBG untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kelayakan BBG sebagai sumber belajar, khususnya dalam pembelajaran biologi pada materi ekosistem.
3. Pada pertemuan ketiga, siswa melakukan diskusi dan presentasi hasil kegiatan
field trip dan menyimpulkan hasil kegiatan praktikum dengan bimbingan
guru. Selanjutnya dilakukan pemberian tes akhir (posttest) kepada seluruh siswa untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif setelah pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing dan memberikan angket kepada siswa untuk
(38)
mengetahui tanggapan siswa terhadap pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut ini.
Tabel 3.13 Rincian Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Pertemuan Rincian Kegiatan Alokasi
Waktu
Pertama Memberikan soal pretest
Memotivasi siswa dengan menayangkan beberapa gambar/foto BBG
Menayangkan lokasi/tempat di BBG yang akan dijadikan sebagai fokus area penyelidikan
Menyajikan permasalahan yang akan diselidiki oleh siswa
Siswa menyusun rumusan masalah dari permasalahan yang disajikan
Menentukan hipotesis
Mengidentifkasi variabel yang akan diukur dalam kegiatan pengamatan
Menentukan sumber informasi yang akan dijadikan sebagai pendukung dalam kegiatan pengamatan dilapangan 45’ 15’ 5 15’ 15’ 15’ 10’ 5’ Kedua Siswa menentukan alat/bahan yang akan digunakan
dalam kegiatan praktikum/pengamatan dilapangan
Siswa menyusun langkah-langkah atau prosedur kegiatan praktikum
Melaporkan hasil kegiatan diskusi kelompok
15’ 50’ 15’ Ketiga Melakukan kegiatan pengamatan ke BBG
Melakukan pengamatan interaksi di tempat terbuka (padang rumput) :
1. Interaksi antara abotik dengan biotik : c. Mengukur intensitas cahaya matahari secara
kualitatif yaitu dengan cara melihat keadaan cuaca (cerah, mendung atau berawan)
(39)
Mutiara Zanzibar, 2015
d. Menuliskan keadaan intensitas cahaya pada LKS e. Membuat patok pada lokasi padang rumput f. Mengamati jenis hewan dan tumbuhan yang
terdapat pada patok
g. Menuliskan jenis hewan dan tumbuhan pada tabel yang terdapat pada LKS
2. Interaksi antara komponen abiotik dengan abiotik: a. Membuat patok dilokasi padang rumput
b. Mengukur intensitas cahaya matahari c. Mengukur suhu tanah dengan menggunakan
termometer
d. Mengukur kelembanan secara kualitatif,
berdasarkan keadaan intensitas cahaya matahari
Melakukan kegiatan yang sama pada tempat
teduh/dibawah naungan pohon dan tempat tertutup.
Pada akhir kegiatan field trip, guru memberikan angket uji kelayakan BBG untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kelayakan BBG untuk dijadikan sebagai sumber belajar
Keempat Melakukan diskusi kelompok mengenai hasil kegiatan pengamatan yang telah dilakukan
Membuat kesimpulan dari kegiatan praktikum
Mempresentasikan hasil kegiatan praktikum/pengamatan di depan kelas
Melakukan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan
Memberikan soal posttest Memberikan angket
15’ 10’ 35’ 10’ 45’ 10’
(40)
F. Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul sebagai hasil penelitian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan data-data yang telah terkumpul dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat pada Bab I.
1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu keterampilan berpikir kreatif dianalisis secara statistik dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan Statistic Package for
Social Science (SPSS) 21 for windows. Berikut ini adalah langkah-langkah uji
statistik yang dilakukan :
a. Memberikan skor pada pretest dan posttest yang mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa kemudian membandingkan skor pretest dan posttest tersebut. Jawaban siswa akan dinilai berdasarkan jumlah jawaban yang benar, yaitu skor yang diberikan berkisar dari satu (1) sampai lima (5).
b. Menghitung skor peningkatan tes keterampilan berpikir kreatif dengan rumus yang dikemukakan oleh Meltzer (2002) yaitu:
� = −−
Untuk mengetahui kriteria peningkatan yang diperoleh maka hasil perhitungan dari indeks N-Gain diinterpretasikan pada Tabel 3.14 berikut :
Tabel 3.14 Kriteria Indeks N-Gain
Rentang Interpretasi
0,70 - 1,00 Tinggi
(41)
Mutiara Zanzibar, 2015
0,00 - 0,30 Rendah
Sumber : Meltzer (2002)
c. Melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data skor pretest dan posttest berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21 for windows yaitu dengan menggunakan one
sample kolmogorov-smirmov test. Data dikatakan berdistribusi normal apabila
hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas (Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05). Nilai probabilitas ini yang digunakan untuk mengambil keputusan.
d. Analisis tanggapan siswa
Analisis tanggapan siswa terhadap pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing dianalisis secara deskriptif dari hasil angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab “ya” dan jumlah siswa yang menjawab “tidak” untuk setiap pertanyaan pada angket. Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan perhitungan persentase jawaban siswa untuk setiap pertanyaan dengan rumus sebagai berikut :
Persentase tanggapan siswa = ℎ � ℎ ℎ " / " %
Selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15 Interpretasi Tanggapan Siswa
(42)
0% Tidak ada
1%-25% Sebagian kecil
26%-49%% Hampir separuhnya
50% Separuhnya
51%-75% Sebagian besar
76%-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
Sumber : Koentjaraningrat (1990)
e. Analisis proses inkuiri siswa
Analisis proses inkuiri siswa selama mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing mulai dari merencanakan kegiatan inkuiri di kelas sampai pada tahap pelaksanaan observasi lapangan yaitu di Bangka Botanical
Garden (BBG). Analisis proses inkuiri siswa di hitung dengan menyatakan
skor dalam bentuk persentase menggunakan rumus berikut ini:
NP = %
Keterangan :
NP = Persentase kemampuan R = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum (Purwanto, 2012)
Kemudian persentase hasil ketercapaian yang telah diperoleh dihitung nilai rata-rata dengan mencocokkan kriteria merujuk pada pedoman penilaian menurut Purwanto (2012), seperti yang tercantum pada Tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.16 Interpretasi Proses Inkuiri Siswa
Persentase Kategori
86% - 100% Sangat baik
76% - 85% Baik
60% - 75% Cukup
55% - 59% Kurang
≤ 54% Kurang sekali
(43)
Mutiara Zanzibar, 2015
f. Analisis Tanggapan Siswa Terhadap kelayakan BBG
Analisis tanggapan siswa terhadap kelayakan Bangka Botanical Garden (BBG) dianalisis secara deskriptif dari hasil angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini diolah dengan cara menghitung jumlah siswa yang menjawab “ya” dan jumlah siswa yang menjawab “tidak” untuk setiap pertanyaan pada angket. Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan perhitungan persentase jawaban siswa untuk setiap pertanyaan dengan rumus sebagai berikut :
Persentase tanggapan siswa = ℎ � ℎ ℎ " / " %
Selanjutnya hasil dari perhitungan tersebut diinterpretasikan dengan cara membuat kategori untuk setiap kriteria seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.17 berikut.
Tabel 3.17 Interpretasi Tingkat Kelayakan BBG
Persentase Kategori
81,25% - 100% Sangat layak
62,25% - 81,25% Layak
43,25% - 62,25% Cukup layak
25% - 43,25% Tidak layak
Sumber: Sudijono (Mustofa, 2013)
2. Analisis Data Kualitatif
Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul dalam penelitian. Analisis kualitatif dilakukan terhadap instrumen yang digunakan. Tidak terdapat cara pengolahan khusus pada data-data tersebut, hanya dianalisis dan dilihat hubungannya dalam pembelajaran yang diterapkan, serta hubungannya dengan hasil tes yang didapat siswa.
(44)
Mutiara Zanzibar, 2015
PEMANFAATAN BANGKA BOTANICAL GARDEN (BBG) MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA KONSEP EKOSISTEM TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN G. Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Analisis SK, KD, Materi Ekosistem Studi Kepustakaan Field
Trip, Inkuiri Terbimbing,
dan Keterampilan Berpikir Kreatif
Observasi Ke BBG dan Observasi ke
Sekolah
Penyusunan Proposal lalu Ujian Proposal
Perbaikan Proposal
Menyusun Perangkat Pembelajaran
Membuat Instrumen Penelitian
- Judgement
- Ujicoba soal - Pengkajian
Revisi
Pretest Kelas Eksperimen
(Field Trip BBG berbasis inkuiri
terbimbing) Posttest
Analisis Data
Hasil dan Pembahasan
Tahap Pelaksanaan
(45)
Mutiara Zanzibar, 2015 Proses Inkuiri
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis, dan pembahasan terhadap pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field
trip berbasis inkuiri terbimbing terhadap peningkatan keterampilan berpikir
kreatif siswa SMP, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, Bangka Botanical Garden (BBG) dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran biologi. Hal ini dikarenakan BBG memiliki berbagai potensi yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa dan keterampilan ilmiah siswa melalui kegiatan field trip dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi.
Kedua, pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan
field trip berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan berfikir
kreatif siswa. Peningkatan keterampilan berfikir kreatif siswa setelah mendapatkan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing melalui field trip ke
Bangka Botanical Garden (BBG) lebih tinggi dibandingkan sebelum
implementasi pembelajaran. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan rerata Ngain 0,59 yang termasuk kategori sedang.
Ketiga, pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan
field trip berbasis inkuiri terbimbing dapat melatih proses inkuiri siswa. Proses
inkuiri siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing melalui
field trip ke Bangka Botanical Garden (BBG) terlihat dari persentase proses
inkuiri yang dilakukan siswa selama pembelajaran yaitu sebesar 82% yang termasuk kategori baik.
Keempat, tanggapan siswa setelah implementasi pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing melalui kegiatan field trip sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase tanggapan siswa terhadap pembelajaran, yaitu hampir seluruh siswa sebanyak 95,39% memiliki tanggapan yang positif terhadap pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing.
(47)
Mutiara Zanzibar, 2015
Berdasarkan pengolahan data, analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Bangka Botanical Garden (BBG) memiliki kelayakan dan potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing. Pemanfaatan BBG melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, melatih proses inkuiri serta meningkatkan motivasi belajar siswa yang diketahui dari angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pemanfaatan Bangka Botanical
Garden (BBG) melalui kegiatan field trip berbasis inkuiri terbimbing terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah pemanfaatan Bangka Botanical Garden (BBG) melalui kegiatan field
trip berbasis inkuiri terbimbing ini dapat digunakan untuk melatihkan
keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempersiapkan observer dalam pelaksanaan kegiatan field trip supaya segala aktivitas siswa dapat teramati dengan baik.
3. Pada penelitian selanjutnya disarankan agar pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi yang ada di sekolah tempat dilakukannya penelitian, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kekurangan atau kesalahan yang tidak disadari oleh peneliti yang juga bertindak sebagai guru. Apabila peneliti bertindak sebagai observer dan pengarah terhadap berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maka akan lebih mudah mengevaluasi pembelajaran tersebut.
4. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan kelas pembanding dengan menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, agar pengaruh dari penerapan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing ini dapat terlihat lebih jelas.
(48)
5. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk menerapkan metode field trip dengan model pembelajaran yang berbeda seperti menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan, pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STS).
6. Soal pretest dan posttest keterampilan berpikir kreatif siswa sebaiknya dibuat berbeda, tetapi dengan bentuk soal yang setara supaya pengaruh hasil peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah benar akibat perlakuan, bukan karena siswa sudah mengetahui dan hafal dengan soalnya. 7. Dalam penelitian ini, pengendalian validitas internal masih lemah sehingga
untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran inkuiri yang lebih sistematis.
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Aina, et al. (2013). Imperative of Environment in Science Learning. Open Science Journal of Education, 1 (1): 1-6
Alberta Learning. (2004). Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning. Edmonton: Alberta
Amri, S., & Ahmadi, I.K. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Aschenbrener et al. (2010). Creative and Effective Teaching Behaviors of University Instructors as Perceived by Students. Journal of Agricultural Education Volume 51, Number 3, pp 64 –75
Arifin, M. (2003). Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.
Arikunto.S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Ariyanti, D. (2010). Pengenalan Alat-Alat Laboratorium. [Online] Tersedia:
http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/10/pengenalan-ala-t-alat-laboratorium.html. Diakses Tanggal 14 April 2015
Anwar et al. (2012). Relationship of Creative thinking with the academic achievements of secondary school students. International interdisciplinary journal of education, I (3), hlm. 44-47
Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Penerbit Yrama Widya
Beetlestone, F. (2013). Creative Learning. Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. Penerjemah: Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media
BSNP. (2006). Standar Isi : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP
Campbell, et al. (2010). Biology. Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga Dahar, R.W. (2008). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Depdiknas. (2006). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. [Online]:
http://www.teknologipendidikan KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf. Diakses Tanggal 23 Mei 2015
(2)
Dewi, S.N. (2014). Diserang Hama, Petani di Tuban Rugi 2,4 Miliar. [Online] : Tersedia : http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/552805. Diakses Tanggal 20 Januari 2015
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Didit. (2013). Cara Merumuskan Hipotesis. [Online]: Tersedia: http://diditnote.blogspot.com/2013/04/merumuskan-hipotesis_7639.html. Diakses Tanggal 14 April 2015
Djamarah, S. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Fasko, D. (2000). Education and Creativity. Creativity Research Journal. Vol.13, Nos.3 & 4, 317-327. Lawrence Erlbaum Associates, Inc
Fleszar, E., et al. (2009). The School Gardens in Preserving Biological Diversity for Education of Sustainable Development. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 3, Number 2
Fraenkel, J.R & Wallen. (2011). How To Design and Evaluate Research in Education. San Fransisco: Universitas San Fransisco
Gautreau, B.T. dan Binns, I.C. (2012). Investigating Student Attitudes and Achievements in an Invironmental Place-based Inquiry in Secondary Classrooms. International Journal of Environmental & Science Education, vol.7, no.2
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Hamalik,O. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Hardini, I. & Puspitasari, D. (2012). Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implikasi). Yogyakarta: Familia Group
Janawi. (2013). Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Jensen & Lawson. (2011). Effects of Collaborative Group Composition and Inquiry Instruction on Reasoning Gains and Achievement in Undergraduate Biology. Life Science Education.Vol.10, 64-73
(3)
Jufri, W. (2013). Belajar dan Pembelajaran SAINS. Bandung: Pustaka Eka Cipta Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemendikbud
Ketpichainarong,W., Panijpan, B., dan Ruenwongsa, P. (2010). Enhanced Learning of Biotechology Student by an Inqury-Based Cellulase Laboratory. International Journal of Environment and Science Education. Vol.5, No.2, ISSN 1306-3065
Kim, K. H. (2012). The Creativity Crisis: The Decrease in Creative Thinking Score on the Torrance Test of Creative Thinking. Creativity Research Journal, 23 (4), hlm. 285-295
Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT. Refika Aditama
Kurnia, A. (2012). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. [Online]: Tersedia: http://guruidaman.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-inkuiri-terbimbing.html. Diakses tanggal 20 Januari 2015
Longo. (2011). Designing Inquiry-Oriented Science Lab Activities. Middle School Journal. Vol. 43, No.1
Maharani, M. U. (2013). Pengembangan Petunjuk Praktikum IPA Terpadu Tema Fotosintesis Berbasis Learning Cycle untuk Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Negeri Malang
Mahgoub, Y.M, & Alawat, A.A. (2014). The Impact of Filed Trips on students Creative Thinking and Practices in Art Education. Journal of American Sains.
Marlina, R. (2013). Pemanfaatan Lingkungan Lokal dalam Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Terhadap Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Biologi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Meltzer, D.Z. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics. American Journal of Physics. 70 (12), hlm. 1259-1268.
Mulyasa. (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(4)
Munandar, U. (1990). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia
Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Mustofa, M. (2013). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman Sekolah Sebagai Sumber Belajar Sains Di SDN 1 Tinjomoyo. Skripsi. Universitas Negeri Malang
National Research Council (NRC). (2000). Inquiry and T he National
S cience Education Standards. Washington: National Academy.
Ngalimun, dkk. (2013). Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Nurmaliahayati. (2013). Pemanfaatan Hutan Melalui Pembelajaran Biologi Terintegrasi Tipe Connected untuk Meningkatakan Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Paidi. (2012). Peningkatan Scientific Skill Siswa melalui Implemetasi Metode Guided Inquiry p a d a P e m b e l a j a r a n Biologi di SMAN 1 SLEMAN. FMIPA:
Universitas Negeri Yogyakarta
Patrick, A. (2010). Effect of Field Studies on Learning Outcome in Biology. J Hum Ecl, 31(3): 171-177
Purnama, F. F. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Titrasi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Purwanto, M.N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.
Ratnasari, D. (2015). Analisis Hubungan Kompetensi Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan dengan Memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua Melalui Kegiatan Field Trip. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
(5)
Rustman, N., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FMIPA UPI
Rustaman, N. (2005). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. FMIPA UPI Bandung
Rustaman, N. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. Makalah Seminar Nasional II, FMIPA Universitas Pendiidkan Bandung
Sadeh & Zion. (2012). Which Type of Inquiry Project Do High School Biology Students Prefer: Open or Guided?. Res Sci Educ. 42:831-848
Sani, R.A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana Prenadamedia Group
Semiawan, dkk. (1985). Pendekatan Keterampilan Proses. Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT.Gramedia
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, N. & Rivai, A. (2013). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sund, R.B & Trowbridge, L.W. (1973). Teaching Science By Inquiry in The Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company. Suryasubrata. (2009). Proses Belajar dan Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta
Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher
Uno, H & Mohamad, N. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM (Pembelajaran Aktif InovatifLingkungan Kreatif Efektif Menarik). Jakarta: Bumi Aksara
Wardhani, S & Rumiati. (2011). Modul Matematika SMP Program BERMUTU. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari TIMSS dan PISA. Kemendiknas
(6)
Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Wartini. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum melalui Inkuiri Terbimbing dan Verifikasi pada Konsep Fotosintesis terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Wasilah, E.B. (2012). Peningkatan Kemampuan Menyimpulkan Hasil Praktikum IPA melalui Penggunaan Media Kartu. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. FMIPA UNNES
Yadav.B. & Mishra.S.K. (2013). A Study of the Impact of Laboratory Approach on Achievement and Process Skills in Science Among Is Standard Students. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, Issue 1, ISSN 2250-3153
Yukaliana, dkk. (2013). IPA Biologi untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga Zuchdi, D. (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan kembali Pendidikan