ANALISIS HUBUNGAN KOMPETENSI SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGANDENGAN MEMANFAATKAN MANGROVE CAGAR ALAM PULAU DUA MELALUI KEGIATAN FIELD TRIP.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

DWI RATNASARI 1201255

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Oleh Dwi Ratnasari

S.Pd Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Dwi Ratnasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS HUBUNGAN KOMPETENSI SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN MANGROVE CAGAR ALAM PULAU DUA MELALUI KEGIATAN

FIELD TRIP

Dwi Ratnasari

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Email: dwiratnasari1988@gmail.com

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan proses sains, penguasaan konsep, serta sikap ilmiah siswa dan meneliti mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai sumber belajar bagi siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian The Matching Only Posttest

Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan

kelas kontrol dengan subjek penelitian siswa kelas X di SMA Negeri A Kota Serang-Banten. Data diperoleh dari instrumen keterampilan proses sains, penguasaan konsep, angket sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil keterampilan proses sains,penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua lebih tinggi dari kelas kontrol; terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas kontrol (r=0,520, berkorelasi sedang) dan pada kelas eksperimen (r=0,838, berkorelasi tinggi); terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol (r=0,427, berkorelasi sedang) dan pada kelas eksperimen (r=0,550, berkorelasi sedang); terdapat hubungan positif dan signifikan antar indikator keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep siswa.

Kata kunci: Field Trip Mangrove, Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Sikap Ilmiah, dan Pencemaran Lingkungan.


(6)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALYSIS OF COMPETENCE RELATIONSHIP HIGH SCHOOL STUDENT IN THE CONCEPT OF ENVIRONMENTAL POLLUTION IN MANGROVE PULAU DUA NATURE RESERVE THROUGH FIELD TRIP

Dwi Ratnasari

University Education of Indonesia Email: dwiratnasari1988@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between science process skills, mastery of concepts, as well as scientific attitude of the students and review the mangrove Pulau Dua Nature Reserve as a source of learning for students. This research uses quasi-experiment method with The Matching Only Posttest Only Control Group Design. This research also applies experimental classes and control classes in class X SMA A Serang, Banten as research subjects. Data obtained from science process instrument skill, mastery of concepts, scientific attitude questionnaire, and questionnaire responses of the students and teachers. The results showed that; the results of science process skills, mastery of concepts, and scientific attitude of students who utilize mangrove Pulau Dua Nature Reserve is better than control class; there is a positive and significant relationship between science process skills and scientific attitude of students in the control class (r =0.520, moderate correlation) and in experimental class (r =0.838, high correlation); there is a positive and significant relationship between mastery of concepts and science process skills of the students in the control class (r =0.427, moderate correlation) and in experimental class (r =0.550, moderate correlation); there is a positive and significant relationship between indicators of science process skills with concepts mastery of the students.

Keywords: Mangrove Field Trip, Science Process Skills, Mastery of Concept, Scientific Attitude and Environmental Pollution


(7)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Tesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran dengan Metode Field Trip ... 9

B. Keterampilan Proses Sains ... 14

C. Penguasaan Konsep ... 21

D. Sikap ilmiah ... 27

E. Mangrove Cagar Alam Pulau Dua ... 30

F. Potensi mangrove dalam pembelajaran biologi pada konsep pencemaran lingkungan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. MetodePenelitian... 46


(8)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sample ... 53

D. Defenisi Operasional. ... 53

E. Lokasi, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 54

F. Instrumen Penelitian... 54

G. Teknik Analisis Instrumen ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(9)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sesuai dengan tuntutan kurikulum bahwa kompetensi yang harus dicapai dalam pendidikan adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat dicapai siswa melalui kegiatan belajar. Menurut Sunaryo (Komalasari, 2011) belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang dialami pada diri setiap manusia sepanjang hayatnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam sekitar. Kegiatan belajar akan optimal jika siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan teori penemuan Bruner (Dahar, 2011) siswa-siswa sebaiknya belajar melalui partisipasi secara aktif agar mereka memperoleh pengalaman dan menemukan sebuah prinsip.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang memerlukan interaksi dan pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran. Biologi merupakan ilmu pengetahuan alam yang didalamnya membahas mengenai makhluk hidup, lingkungan, dan interaksi dengan lingkungan yang sifatnya faktual sehingga dalam mempelajarinya diperlukan kegiatan belajar yang mampu mendorong siswa untuk melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung. Menurut Aqib, et al (2007) sains mempelajari alam yang mencakup proses perolehan pengetahuan melalui pengamatan, penggalian,


(10)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian dan penyampaian informasi dan produk (pengetahuan ilmiah dan terapannya) yang diperolehmelaluiberpikirdanbekerjasecarailmiah.

Interaksi dan pengalaman langsung dalam mempelajari biologi dapat diperoleh siswa melalui sumber belajar. Sumber belajar menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran. Sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tehnik, dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Mudhoffir, 1992). Tanpa sumber belajar, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Sumber belajar sangat bervariatif yang digunakan oleh guru dalam membantu proses kegiatan belajar mengajar. Namun, biasanya sumber belajar tersebut hanya mampu memvisualisasikan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa, dalam bentuk tiruan dari keadaan yang sebenarnya untuk dibahas di kelas dalam membantu proses pengajaran. Salah satu sumber belajar yang dapat menyediakan dan menunjang kegiatan pembelajaran adalah dengan memanfaatkan potensi lokal seperti halaman sekolah, kebun, taman kota, pantai, dan lain sebagainya yang berada dekatdengan lingkungan sekolah. Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam proses pembelajaran seperti mengamati, mengklasifikasikan, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menafsirkan, mengomunikasikan, merumuskan pertanyaan-pertanyaaan dan hipotesis, melakukan eksperimen dan sebagainya (Komalasari, 2011).

Salah satu potensi lokal yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran biologi adalah Cagar Alam Pulau Dua. Cagar Alam Pulau Dua memiliki karakteristik ekosistem yang bernilai penting untuk berbagai jenis burung dan mangrove. Eksistensinya sebagai Cagar Alam diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman jenis hewan dan tumbuhan yang berada di dalam ekosistem mangrove. Ancaman yang sangat mengganggu kehidupan dan habitat spesies di ekosistem mangrove, antara lain


(11)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah abrasi, perburuan, pencarian kayu bakar dan sampah rumah tangga yang berserakan. Menurut Surtikanti (2012) ekosistem mangrove menawarkan banyak manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya rentan dari perusakan bahkan pemusnahan oleh manusia. Ancaman perusakan mangrove dapat mengakibatkan bertambahnya areal yang terbuka, penurunan populasi flora dan fauna yang dilindungi terancam punah, merosotnya kualitas serta kuantitas habitat satwa liar. Menurut Takandjandji (2011) dalam perkembangannya Cagar Alam Pulau Dua telah mengalami perubahan-perubahan dari segifisik, biotic dan social budaya. Perubahan yang terjadi disebabkan peristiwa alam dan ada juga yang merupakan dampak dari kegiatan manusia yang mengakibatkan perubahan pada pantai, serta rusaknya beberapa bagian vegetasi mangrove.

SMA Negeri Akota Serang-Banten merupakan sekolah yang lokasinya dekat dengan Cagar Alam Pulau Dua. Guru di sekolah tersebut belum pernah mengajak siswa untuk melihat keadaan mangrove secara langsung. Pemanfaatan potensi lokal dengan mengamati objek secara langsung seyogianya dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran biologi, khususnya mengenai pencemaran lingkungan. Adanya perubahan dan pencemaran lingkungan pada mangrove penting untuk diketahui dan dipelajari siswa sebagai bahan kajian mengenai faktor-faktor penyebab serta akibat yang ditimbulkan dari pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui interaksi langsung dengan objeknya agar siswa dapat dengan mudah memahaminya dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Pemanfaatan potensi lokal dapat dilakukan siswa dengan menggunakan metode field trip. Metode field trip merupakan metode belajar yang digunakan dengan membawa langsung siswa ke suatu lokasi untuk melihat secara langsung objek yang ada di dalamnya, sehingga siswa lebih memahami materi dan teori yang telah diperolehnya. Senada dengan itu Djamarah (2005) menyatakan bahwa siswa akan lebih tertarik dan mendalami pelajaran jika belajar langsung di lingkungan dalam kehidupan nyata.


(12)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua dengan metode field

trip membantu siswa untuk mengenal objek, gejala, permasalahan alam,

menelaah, dan menemukan simpulan atau konsep-konsep tentang alam. Konsep-konsep sains tidak cukup hanya diperoleh siswa secara instant dari guru ataupun buku-buku, melainkan juga melalui kegiatan-kegiatan ilmiah atau proses sains (scientific process). Doran,et al. (1998) melihat bahwa belajar sains bukan berupa mempelajari kumpulan pengetahuan, melainkan learning

science is something that students do actively, not something that is done to them. Siswa memperoleh informasi mengenai pencemaran lingkungan

kemudian menghubungkan informasi tersebut dengan keadaan nyata di lokasi pengamatan objek sehingga informasi yang diperoleh siswa menjadi jelas dan riil.

Pada pembelajaran biologi, pendekatan ilmiah dapat diterapkan melalui keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan melalui pengalaman belajar secara langsung. Kegiatan pengalaman belajar secara langsung dapat membantu siswa lebih memahami dan menghayati proses yang sedang dilakukan. Pada proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan, dan siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan sumber belajar serta bentuk-bentuk kegiatan penelitian lain secara aktif agar proses pembelajaran berlangsung baik (Komalasari, 2011). Melalui proses atau langkah-langkah sains, siswa mampu membangun

“satu set” sikapilmiah yang meliputi rasa ingin tahu, ketekunan, ketelitian, kejujuran, keterbukaan, di samping berbagai scientific skill. Menurut Kemendikbud (2014) untuk memperoleh hasil belajar yang nyata dan otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai, serta harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Ada hubungan keterkaitan antara keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiahdari hasil


(13)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai: “Analisis Hubungan Kompetensi Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan dengan Memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui Kegiatan

Field Trip

B.RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut, Bagaimana kompetensi siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip?

Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarka nmenjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana hasil keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field

trip?

2. Apakah ada hubungan antara penguasaan konsep siswa dengan keterampilan proses sains siswa?

3. Apakah ada hubungan antara keterampilan proses sains siswa dengan sikap ilmiah siswa?

4. Apakah ada hubungan antar indikator keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep siswa?

5. Apa tanggapan siswa dan guru terhadap metode field trip yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua dalam pembelajaran konsep pencemaran lingkungan?

C.BatasanMasalah

Masalah penelitian dibatasi pada kajian berikut.

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran biologi menggunakan metode ceramah dan metode


(14)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

field trip pada mangrove Cagar Alam Pulau Dua. Metode ceramah

digunakan pada kelas kontrol dan metode field trip digunakan pada kelas eksperimen. Materi yang digunakan adalah pencemaran lingkungan. Pada mangrove Cagar Alam Pulau Dua siswa mengamati perbedaan karakteristik antara mangrove yang masih alami dan tercemar, mengamati berbagai jenis bahan pencemar, dan mengamati akibat dari pencemaran lingkungan. 2. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses

sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan. Keterampilan proses sains yang diteliti dengan indicator menafsirkan pengamatan (interpretasi), menyimpulkan (inferensi), meramalkan (prediksi), berhipotesis, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Sikap ilmiah yang diteliti dengan indikator sikap ingintahu, sikap respek terhadap fakta, sikap berpikir kritis, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, serta sikap peka terhadap lingkungan. Penguasaan konsep dalam penelitian ini menggunakan dimensi kognitif dengan tingkat C2 (memahami).

D.TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan melalui kegiatan field tripdan meneliti pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai sumber belajar. Selain itu, untuk memberikan gambaran mengenai tanggapan siswa dan guru terhadap metode field trip yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua.

E.ManfaatPenelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. 1. Bagi Guru


(15)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini memberikan alternatif pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan potensi mangrove Cagar Alam Pulau Dua dengan metode field trip terhadap keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian sejenis dan dapat menjadi rujukan serta masukan bahan pertimbangan dalam mengkaji permasalahan yang serupa.

F. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian serta Kesimpulan dan Saran. Masing-masing bagian memiliki penjelasan yang berbeda. Perbedaan ini dilihat dari penekanan pada setiap penjelasan yang dilakukan saat persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai hasil penelitian.

Pada bagian Pendahuluan disajikan kerangka berpikirmengenai penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir ini dilengkapi denganlatar belakang pentingnya dilakukan penelitian tesis ini yang dilengkapi dengan beberapa hasil penelitian dan landasan teoretis yang mendukung pertanyaan penelitian yang diteliti pada tesis ini, rumusan masalah yang dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, batasan–batasan masalah yang dikaji


(16)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, dan manfaat penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti bermanfaat bagi guru dan sekolah dalam memberikan alternatif pembelajaran yang memanfaatkan potensi lokal dekat lingkungan sekolah, sertabagi peneliti lain yang ingin mengkaji permasalahan serupa dengan fokus penelitian yang berbeda.

Pada bagian Tinjauan Pustaka berisi tentang kajian–kajian materi dan landasan teoretis yang terkait dengan penelitian. Tinjauan Pustaka pada tesis ini berisi tentang pembelajaran dengan metode field trip, keterampilan proses sains, penguasaan konsep, sikap ilmiah, mangrove Cagar Alam Pulau Dua dalam konsep pencemaran lingkungan, dan potensi mangrove Cagar Alam Pulau Dua dalam pembelajaran biologi pada konsep pencemaran lingkungan.

Pada bagian Metodologi Penelitian berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam mengambil dan mengolah data. Pada tesis ini Metodologi Penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis instrumen yang digunakan dalam menjaring data, serta teknik analisis instrumen.

Pada bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian berisi tentang penjabaran mengenai hasil temuan–temuan yang diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan dalam rumusan masalah pada bagian Pendahuluan. Hasil temuan dianalisis dan dibahas secara komprehensif dalam pembahasan untuk menjawab rumusan masalah utama. Pembahasan penelitian dilakukan dengan mengaitkan hasil temuan yang diperoleh dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian lain sejenis yang mendukung hasil temuan.

Pada bagian Kesimpulan berisi tentang inti dari hasil penelitian yang dirangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Agar hasil penelitian berjalan dengan baik, peneliti dapat menyampaikannya dalam bentuk saran agar pada penelitian serupa selanjutnya tidak terdapat kekurangan dalam penelitian.


(17)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(18)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasi eksperiment).Dalam racangan eksperimen semu subjek tidak dipilih secara random seperti halnya pada eksperimen sesungguhnya, namun kelompok kontrol tetap digunakan dalam penelitian.Pada penelitian digunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode field trip pada mangrove Cagar Alam Pulau Dua. Variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa.

B.Desain dan Prosedur Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The

Matching - Posttest Only - Control Group Design (Fraenkel, et al; 1993). Pada

desain menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol yang melakukan kegiatan pembelajaran tentang pencemaran lingkungan di dalam kelas dan kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan field trip yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua.

Subjek penelitian dipilih tidak secara random, namun subjek yang dipilih dalam keadaan sama (matching). Pada subjek penelitian tidak dilakukan tes awal (pretest) karena kelas yang dipilih sudah homogen. Desain penelitian dapat dilihat sebagai berikut,

Kelas Perlakuan Posttest

Eksperimen M X1 O


(19)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Desain Penelitian Keterangan:

X1 : Perlakuan pembelajaran field trip pada Mangrove Cagar Alam Pulau Dua

X2 : Perlakuan pembelajaran di dalam kelas

O : posttest

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan serta analisis data.

a. Tahap Persiapan

Berikut ini merupakan tahap-tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian:

1. Melakukan survey lokasi mangrove Cagar Alam Pulau Dua untuk melihat kondisi lokasi dan menyesuaikan antara konten materi tentang pencemaran lingkungan dengan keadaan Cagar Alam Pulau Dua.

2. Melakukan studi literatur mengenai konten materi, keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah.

3. Menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) dan instrumen penelitian.

4. Melakukan validasi instrumen kepada dosen pembimbing dan pakar atau dosen ahli dan melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data penilaian.

b. Tahap Pelaksanaan

Berikut ini merupakan tahap-tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian.

1) Kelas Kontrol


(20)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok.

b) Memberikan tes akhir (posttest) kepada siswa untuk mengetahui keterampilan proses sains, penguasaan konsep dan angket sikap ilmiahsiswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. c) Memberikan angket kepada guru dan siswa untuk mendapatkan

gambaran mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang menggunakan metode ceramah di dalam kelas.

Rencana kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol

No Kegiatan Waktu

1 Guru memberikan pretest (tes awal) yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan

Pertemuan ke-1 (07.00-07.30 WIB) 2 Guru memberi penjelasan tentang keseimbangan

lingkungan, berbagai jenis pencemaran, dan cara penanganan limbah

Pertemuan ke-1 (07.30-08.30 WIB) 3 Guru menjelaskan materi tentang contoh pencemaran

yang terjadi pada ekosistem mangrove

Pertemuan ke-2 (10.30-11.30 WIB) 4 Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok untuk

mencari masalah pencemaran yang terjadi di lingkungan

Pertemuan ke-2 (11.30-12.00 WIB) 5 Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan hasil

temuan

Pertemuan ke-3 (07.00-08.00 WIB) 6 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Pertemuan ke-3

(08.00-08.30 WIB) 7 Siswa melanjutkan presentasi kelompok Pertemuan ke-4

(10.30-10.40 WIB) 8 Guru menyimpulkan hasil diskusi siswa Pertemuan ke-4

(10.40-10.50 WIB) 9 Siswa diberikan posttest (tes akhir) untuk mengetahui

keterampilan proses sains, penguasaan konsep dan angket sikap ilmiahsiswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran

Pertemuan ke-4 (10.50-11.50 WIB)

10 Guru dan siswa diberikan angket untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang menggunakan metode ceramah

Pertemuan ke-4 (11.50 – 12.10 WIB)


(21)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui field trip sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b) Memberikan tes akhir (posttest) kepada siswa untuk mengetahui keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode field trip.

c) Memberikan angket kepada guru dan siswa untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang menggunakan metode field trip yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua.

Rencana kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen

No Kegiatan Waktu

1 Guru memberikan pretest (tes awal) yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan

Pertemuan ke-1 (08.00-08.30 WIB) 2 Guru memberi penjelasan tentang keseimbangan

lingkungan dan berbagai jenis pencemaran

Pertemuan ke-1 (08.30-09.30 WIB) 3 Guru menjelaskan materi tentang upaya penanganan

limbah dan cara daur ulang limbah

Pertemuan ke-2 (10.30-11.30 WIB) 4 Persiapan kegiatan field trip dengan pembagian

kelompok (5 kelompok) dan mengarahkan berbagai keperluan yang akan dibawa ke lokasi pengamatan

Pertemuan ke-3 (10.30-11.15 WIB) 5 Pemberian arah tentang prosedur lapangan ketika

kegiatan field trip

Pertemuan ke-3 (11.15-12.00 WIB) 6 Pengecekan peserta, berdo’a dan keberangkatan field

trip mangrove Cagar Alam Pulau Dua

Pertemuan ke-4 (08.00-08.25 WIB) 7 Pengarahan ulang tentang prosedur lapangan

kegiatan field trip, siswa sudah dalam kelompoknya masing-masing

Pertemuan ke-4 (08.25-08.35 WIB) 8 Pengamatan dilakukan oleh masing-masing

kelompok dengan daerah pengamatan (mangrove alami dan tercemar).

- Daerah pengamatan I (mangrove alami): bagian timur pulau, tiap kelompok menyebar dalam wilayah ini.

- Daerah pengamatan II (mangrove tercemar): ke

Pertemuan ke-4 (08.35-10.35 WIB)


(22)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

arah dalam pulau bagian barat pulau, tiap kelompok menyebar dalam wilayah ini.

9 Kembali ke lokasi awal, istirahat dan makan Pertemuan ke-4 (10.35-11.00 WIB) 10 Mengerjakan tes akhir (posttest) keterampilan proses

sains, penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah.

Pertemuan ke-4 (11.00-12.00 WIB) 11 Memberikan angket tanggapan terhadap

pembelajaran yang menggunakan metode field tripkepada guru dan siswa

Pertemuan ke-4 (12.00-12.20 WIB)

12 Persiapan dan pulang Pertemuan ke-4

(12.20- 12.40 WIB)

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Analisis Data Kualitatif

Data hasil observasi kegiatan siswa dalam bentuk kuantitatif dibandingkan dengan skor maksimum untuk menarik kesimpulan kecenderungan aktivitas siswa secara menyeluruh.

2) Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes akhir (posttest) untuk mengukur keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa. Analisis data kuantitatif dilakukan melalui uji normalitas, homogenitas dan tahap menguji hipotesis penelitian.

a) Menganalisis Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa dilihat daripersentase jumlah skor siswa yang menjawab benar pada setiap indikator yang diwakili oleh satu atau lebih butir soal. Penentuan persentase keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa dilakukan dengan membagi jumlah skor siswa yang menjawab benar dengan jumlah skor maksimum butir soal kemudian dikalikan dengan seratus persen.

b) Menganalisis Sikap Ilmiah Siswa

Sikap ilmiah siswa dilihat dari jumlah item pernyataan positif dan negatif dengan rentang nilai empat untuk tertinggi dan satu untuk terendah.


(23)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perhitungan skor sikap ilmiah dilakukan dengan menggunakan metode suksesif interval (Method of Successive Interval atau MSI) untuk mengubah data ordinal pada angket menjadi data interval.

c) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji statistik.Uji normalitas dilakukan terhadap tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data tes akhir keterampilan prosessains dan penguasaan konsep berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Jika setelah diuji hasilnya normal maka menggunakan uji parametrik. Kriteria pengambilan keputusan yaitu signifikansi 0,05 maka data terdistribusi normal dan signifikansi 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

d) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians data kemampuan klasifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah varians data sama atau berbeda. Pengujian dilakukan dengan SPSS 20 for Windows untuk menguji kesamaan varian antar kelompok. Kriteria yang digunakan signifikansi 0,05 varian kelompok data adalah berbeda dan signifikansi 0,05 varian kelompok sama.

Penerimaan homogenitas data didasarkan pada hipotesis berikut: H0 : Data homogen

H1 : Data tidak homogen

e) Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan dua variable bebas berdasarkan variable terikat. Pada penelitian ini yang akan dilihat adalah hubungan penguasaan konsep siswa dengan keterampilan proses sains. Selain itu akan dianalisis juga hubungan antara keterampilan proses


(24)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sains dengan sikap ilmiah siswa. Uji regresi dan korelasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20 for Windows.

Berikut ini merupakan bagan alur penelitian dari tahap pendahuluan, tahap pelaksanan, dan tahap akhir penelitian:

STUDI PENDAHULUAN

Perumusan Masalah dan Tujuan

Studi KPS, Penguasaan Konsep, dan Sikap Ilmiah Studi Metode

Field Trip

Survey Mangrove Cagar Alam Pulau Dua Analisis Potensi

Lokal

Analisis Konsep Bahan Ajar

Penyusunan Instrumen

Judgment, Revisi, dan Uji Coba Instrumen


(25)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri AKota Serang, Banten. SMA Negeri A Kota Serang merupakan SMA yang lokasinya dekat dengan ekosistem mangrove Cagar Alam Pulau Dua. Populasi tersebut diambil satu kelas yang ditentukan secara purposive sampling.

D. Definisi Operasional

1. Pembelajaran dengan MetodeField Trip

Pembelajaran dengan metode field tripmerupakan cara penyampaian materi pelajaran dengan membawa siswa ke luar kelas untuk melihat dan mengamati secara langsung objek yang ada di lingkungan sekitar. Penggunaan metode field tripmangrove Cagar Alam Pulau Dua dalam pembelajaran konsep pencemaran lingkungan mampu mengembangkankompetensi hasil belajar. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains, penguasaankonsep, dan sikap ilmiah siswa terhadap faktor-faktor

Bagan 3.2. Alur Penelitian

Pembelajaran di kelas Kontrol (Ceramah dan Diskusi) Pembelajaran di kelas

Eksperimen (Field Trip)

Posttest

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Kesimpulan


(26)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyebab dan akibat yang terjadi pada pencemaran ekosistem mangrove dilihat dari karakteristikhewan dan tumbuhan yang terdapat di dalamnya. Pengukuran kemampuan tersebut dilakukan dengan memberikan tes berupa soal-soal keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah.

2. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan menggunakan pikiran atau proses berpikirdalam mencapai hasil belajar yang efektif. Tes keterampilan proses sains diberikan pada siswa setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor dijaring dengan menggunakan instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang dibuat berdasarkan masing-masing indikator keterampilan proses sains. Pertanyaan tes keterampilan proses sains siswa dibatasipada indikator menafsirkan pengamatan (interpretasi), menyimpulkan (inferensi), meramalkan (prediksi), berhipotesis, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

3. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam mendefinisikan atau menjelaskan bahan pelajaran. Tes penguasaan konsep diberikan pada siswa setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes penguasaan konsep yang diukur pada tingkat kognitif C2 (memahami). Skor dijaring dengan menggunakan instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

4. Sikap Ilmiah Siswa

Sikap ilmiah merupakan kecenderungan tingkah laku seseorang dalam merespon permasalahan-permasalahan ilmiah. Sikap ilmiah diamati dari skala sikap siswa yang positif maupun negatif terhadap pembelajaran biologi. Angket skala sikap ilmiah diberikan kepada siswa setelah dilakukan


(27)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.Sikap ilmiah siswa dijaring melalui angket yang berisi sejumlah pernyataan yang bersesuaian dengan indikator sikap ilmiah danmenggunakan skala Likert. Skala tersebut meliputi: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

E. Lokasi, Waktu, dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri 4 Kota Serang Banten, semester genap dari bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

F. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian dikembangkan sejumlah istrumen penelitian, yaitu tes keterampilan proses sains, tes penguasaan konsep, angket skala sikap, serta angket tanggapan guru dan siswa. Rancangan instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3. Rancangan Instrumen Penelitian

No Data Jenis

Instrumen

Kegunaan Instrumen

Waktu Sumber

Data 1. Keterampilan

Proses Sains Tes

Keterampilan Proses Sains

Untuk mengukur KPS siswa pada masing-masing indikator KPSnya

Akhir pembelajaran

Siswa 2. Penguasaan

Konsep

Tes

Penguasaan

Konsep

Untuk mengukur

penguasaan

konsep siswa 3. Sikap Ilmiah

Siswa

Angket Skala Sikap

Untuk mengukur sikap ilmiah siswa 4. Tanggapan

mengenai metode field trip

Angket Untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa mengenai metode field trip dalam pembelajaran

Setelah proses kegiatan belajar

Guru dan siswa


(28)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes keterampilan proses sains dibuat dalam bentuk pilihan ganda berjumlah 15 soal. Soal diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan pada sekolah yang berbeda dengan tingkatan kelas yang sama untuk mengetahui tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, dan daya pembedanya. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa pada saat setelah proses pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Soal dibuat berdasarkan indikator-indikator keterampilan proses sains yang ingin diukur, yaitu menafsirkan pengamatan (interpretasi), meramalkan (prediksi), berhipotesis, menerapkan konsep, berkomunikasi dan menyimpulkan.

Skor untuk soal pilihan ganda apabila jawaban benar = 1 dan salah = 0. Pada Tabel 3.4 disajikan pedoman penskoran untuk jawaban

Tabel 3.4.Panduan Skor Soal Keterampilan Proses Sains

No Jenis KPS Indikator Nomor

soal

Skor 1. Menafsirkan

pengamatan

a. Mencatat hasil pengamatan b. Menghubungkan hasil c. Menemukan pola dari suatu

pengamatan

8, 11 2 x1

2. Berhipotesis b. Mengetahui adanya lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian

c. Menyadari bahwa perlu melakukan pengujian terhadap penjelasan yang ada, serta mengumpulkan lebih banyak bukti untuk memecahkan masalah

5, 15 2 x 1

3. Menyimpulkan a. Membuat penjelasan berdasarkan hasil pengamatan

b. Membedakan antara observasi dan kesimpulan

2, 3, 6, 7, 12

5 x 1

4. Meramalkan a) Menggunakan pola mengemukakan apa yang terjadi pada keadaan yang


(29)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belum diamati

5. Berkomunikasi a) Menyusun dan menyampaikan laporan sistematis

b) Menjelaskan hasil penelitian c) Mendiskusikan hasil penelitian d) Menggambarkan data dengan grafik

14 1 x 1

6. Menerapkan konsep

a) Menentukan bagaimana mengolah pengamatan

b) Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari

c) Menerapkan konsep pada pengalaman baru

4, 9, 10 3 x 1

Jumlah 15 15

2. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada saat setelah proses pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Soal dibuat berdasarkan indikator-indikator penguasaan konsep yang ingin diukur, yaitu pada tingkat C2 (memahami).Skor untuk soal pilihan ganda apabila jawaban benar = 1 dan salah = 0.

Tabel 3.5.Panduan Skor dan Soal Penguasaan Konsep Penguasaan

Konsep

Nomor Soal Jumlah soal

Skor Memahami (C2) 16, 17, 18, 19,

20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27

12 12

Jumlah 12 12

3. Tes Sikap Ilmiah Siswa

Skala sikap digunakan untuk menilai sikap ilmiah siswa setelah melalui proses pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Sikap ilmiah yang diharapkan muncul pada diri siswa setelah mengikuti pembelajaran ini adalah tumbuhnya sikap ingin tahu, sikap respek terhadap fakta, sikap berpikir kritis, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, dan sikap peka terhadap lingkungan.


(30)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skala sikap diukur dari jawaban siswa yang dinyatakan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala sikap ini diberikan pada siswa saat dilakukannya tes akhir (postest). Tujuannya untuk mengetahui adanya perubahan pada sikap ilmiah siswa setelah mengikuti pembelajaran biologi dengan metode field trip. Pedoman penskoran untuk jawaban pernyataan pada skala sikap yang diberikan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.6. Pedoman Penskoran Pernyataan Sikap Ilmiah (Azwar, 2011)

Skor Pernyataan Bersifat Positif Pernyataan Bersifat Negatif

4 Sangat Setuju (SS) Sangat Tidak Setuju (STS)

3 Setuju (S) Tidak Setuju (TS)

2 Tidak Setuju (TS) Setuju (S)

1 Sangat Tidak Setuju (STS) Sangat Setuju (SS)

Tabel. 3.7. Skala Sikap Ilmiah Siswa

Indikator Skala Sikap Sifat

Pernyataan

Nomor Pernyataan

Jml Jml Pernyataan/

Indikator

Rasa Ingin Tahu Positif 1, 2, 5, 12, 20 5 9

Negatif 10, 11, 13, 19 4

Respek terhadap Fakta Positif 3, 4, 6, 7 4 6

Negatif 9, 14 2

Berpikir Kritis terhadap Lingkungan Sekitar

Positif 15, 17, 21 3 4

Negatif 8, 1

Indikator Skala Sikap Sifat

Pernyataan

Nomor Pernyataan

Jml Jml Pernyataan/

Indikator Berpikiran Terbuka dan

Bekerja sama

Positif 25, 26, 28, 29 4 7

Negatif 24, 27, 30 3 Sikap Peka terhadap

Lingkungan Sekitar

Positif 16, 22 2 4

Negatif 18, 23 2

Jumlah 30

4. Angket Tanggapan Guru dan Siswa

Angket tanggapan guru biologi dan siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan metode field trip yang dilakukan dengan memanfaatkan mangrove Cagar Alam


(31)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pulau Dua. Angket tanggapan dinyatakan dalam dua kategori jawaban, yaitu ya atau tidak yang disertai dengan alasan dari jawaban tersebut.

G.Teknik Analisis Instrumen 1. Validitas

Validitas sebuah tes bisa diraih apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Agar diperoleh data yang valid, instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi harus valid, dengan kata lain instrument evaluasi dituntut untuk valid agar diperoleh data yang valid.

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman.Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical

validity) dan yang kedua adalah validitas empiris (empirical validity). Dua hal

inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.

Salah satu contoh rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas suatu instrumen adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2009):

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = jumlah siswa

= jumlah perkalian x dengan y = kuadrat dari x

= kuadrat dari y

Hasil perhitungan kemudian dikategorikan ke dalam indeks validitas tes, indeks validitas tersebut adalah menurut Arikunto (2009):


(32)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai r Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

Setelah dilakukan perhitungan dengan Anates versi 4.1.0 maka diperoleh hasil validitas soal keterampilan proses sains siswa sebagai berikut.

Tabel 3.9. Rekapitulasi Validitas Butir Soal Tes Keterampilan Proses Sains

No. Interpretasi

Validitas

Nomor Soal Jumlah

1. Tinggi 11 1

2. Cukup 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 15, 19, 20, 23

13

3. Rendah 1 1

Jumlah 15

Setelah dilakukan perhitungan dengan Anates versi 4.1.0 maka diperoleh hasil validitas soal penguasaan konsep siswa sebagai berikut.

Tabel 3.10. Rekapitulasi Validitas Butir Soal Tes Penguasaan Konsep

No. Interpretasi

Validitas

Nomor Soal Jumlah

1. Tinggi 5, 15, 19, 20 4

2. Cukup 4, 7, 8, 10, 13, 14, 16, 17 8

Jumlah 12

2. Reliabilitas

Reabilitas tes merupakan tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diujicobakan pada situasi yang berbeda-beda.

Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.Untuk menentukan reliabilitas tes, dapat digunakan metode belah dua.Tes dicobakan satu kali. Hasil tes kemudian dibelah dua menjadi belahan ganjil-genap. Kedua belahan ini


(33)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikorelasikan dan diperoleh reliabilitas separuh tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

rnn

Keterangan:

= besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut n = berapa kali butir-butir soal itu ditambah

r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya ditambah

Tabel 3.11. Kriteria Reliabilitas Tes(Arikunto, 2009)

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan Anates versi

4.1.0 maka diperoleh reliabilitas tes keterampilan proses sains secara

keseluruhan dengan kategori tinggi yaitu sebesar 0,79. Untuk reliabilitas tes penguasaan konsep masuk ke dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 0,84.

3. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran suatu butir soal dalam membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Batasan Kategori

0,00 ≤ 0,20 sangat rendah 0,20 <r≤0,40 rendah 0,40 <r≤0,60 sedang 0,60 <r≤0,80 tinggi


(34)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DP = (WL- WH)

N Keterangan :

DP = daya pembeda

WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas

N = 27 % x N

Tabel 3.12. Indeks Daya Pembeda

(Arikunto, 2009)

Setelah dilakukan perhitungan dengan uji Anates versi 4.1.0 maka diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes keterampilan proses sains sebagai berikut.

Tabel. 3.13. Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains

No. Interpretasi Daya

Pembeda

Nomor Soal Jumlah

1. Sangat baik 7, 11, 12, 15 4

2. Baik 3, 5, 6, 8, 9, 14, 19, 23 8

3. Cukup 1, 4, 20 3

Jumlah 15

Hasil uji Anates versi 4.1.0 maka diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes penguasaan konsep sebagai berikut.

Tabel. 3.14. Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Penguasaan Konsep

No. Interpretasi Daya

Pembeda

Nomor Soal Jumlah

1. Sangat baik 4, 15, 17, 19, 20 5

Indeks Klasifikasi Interpretasi

0,70 – 1,00 Excellent Memiliki daya pembeda yang sangat baik

0,40 – 0,70 Good Memiliki daya pembeda yang baik 0,20 – 0,40 Satisfactory Memiliki daya pembeda yang

cukup/sedang Kurang dari

0,20 Poor

Memiliki daya pembeda yang lemah

Negatif - Kelompok atas banyak yang


(35)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Baik 5, 8, 10, 13, 14 5

3. Cukup 7, 16 2

Jumlah 12

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat digunakan dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK), yaitu:

(WL + WH)

TK = ———————— x 100 %

(nL + nH) 10 Keterangan :

WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas nL = jumlah kelompok bawah

nH = jumlah kelompok atas

Hasil perhitungan kemudian dikategorikan ke dalam indeks kesukaran, indeks tingkat kesukaran tersebut sebagai berikut.

Tabel 3.15. Indeks Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran (TK) 0,71 – 1,00 : mudah

0,30 – 0,70 : sedang 0,00 – 0,29 : sukar

(Arikunto, 2009)

Berdasarkan hasil uji dengan Anates versi 4.1.0 diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel 3.16 sebagai berikut.


(36)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel. 3.16. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains No. Interpretasi Tingkat

Kesukaran

Nomor Soal Jumlah

1. Mudah 1 1

2. Sedang 4,6,7,8,11,12,14,19,23 9

3. Sukar 3,5,9,15,20 5

Jumlah 15

Berdasarkan hasil uji dengan Anates versi 4.1.0 diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes penguasaan konsep sebagai berikut.

Tabel. 3.17. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep No. Interpretasi Tingkat

Kesukaran

Nomor Soal Jumlah

1. Mudah 14, 16 2

2. Sedang 4, 8, 13, 15, 17, 20 6

3. Sukar 5, 7, 10, 19 4


(37)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Ekosistem mangrove Cagar Alam Pulau Dua merupakan salah satu potensi lokal yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai sumber belajar pada materi pencemaran lingkungan. Siswa dapat menjelajahi dan mengamati secara langsung keadaan ekosistem mangrove yang masih alami dan tercemar melalui kegiatan field trip.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pencemaran lingkungan melalui kegiatan field trip mangrove Cagar Alam Pulau Dua memiliki keunggulan, diantaranya pembelajaran memberikan pengalaman belajar langsung oleh siswa sehingga siswa dapat memperkaya wawasan, kegiatan belajar lebih menarik, tidak membosankan dan menimbulkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar jika dibandingkan dengan kegiatan belajar yang hanya dilakukan di dalam kelas. Selain itu, mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai potensi lokal yang berada di dekat lokasi sekolah sebagai sumber belajar bagi siswa yang mudah, aman, dan terjangkau.

Berdasarkah hasil penelitian pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan

field trip lebih tinggi daripada kelas kontrol,

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep dengan keterampilan proses sains siswa,

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses sains dengan sikap ilmiah siswa,


(38)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Terdapat hubungan antarindikator keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep siswa,

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip terhadap keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada konsep pencemaran lingkungan, maka disarankan Pertama, agar kegiatan

field trip ini juga harus diimbangi dengan kesesuaian tujuan belajar yang

dibuat oleh guru dengan ketercapaian yang akan dicapai siswa agar kegiatan

field trip berjalan efektif. Kedua, pembelajaran dengan kegiatan field trip

dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pembelajaran dan pengalaman langsung bagi siswa.

Ketiga guru harus mempunyai observer agar segala aktivitas siswa dapat


(39)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B & Rustaman, N. (2011). Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam

Keterampilan Proses Sains dan Pengembangan Penilaiannya. Jurnal

Evaluasi Pendidikan. Uhamka, 2, (1), Juni 2011.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk

pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, 2, (5), 1-12. [online] Tersedia:

http:// www.ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/593/544 Aqib, Z., & Rohmanto, E. (2007).Membangun Profesionalisme Guru dan

Pengawas Sekolah. Bandung: CV. YramaWidya.

Arikunto, S. (2009). Dasar-DasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara Astuti, R. (2012). Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses

Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa.Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893, 1, (1), 51-59.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar

Badan Standar Nasional Indonesia. (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Barlas, M. (2013). Biology Department and Science Education Students’

Environmental Sensitivity, Attitude and Behaviours.International Journal

on New Trends in Education and Their Implications. July 2013

Boeree, G. (2006). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Carin, A., &SundB.(1997). Teaching Science through Discovery. Columbus, Ohio: Merill Publishing Co.


(40)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dariyanto. (1993). Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Bandung: Tarsito Departeman Kehutanan. (2002). Rencana Strategis Daerah Provinsi Banten 2002.

Jakarta: Dephut. [online]. Tersedia:

www.dephut.go.id/Halaman/PDF/renstra02-06.pdf

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Startegi Pembelajaran dan

Pemilihannya. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

Djamarah, S. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djohar. (1990). Pendidikan Biologi Mengantarkan Manusia Berpengetahuan,

Berilmu dan Berpendidikan Menuju Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya. Simposium Nasional PendidikanBiologi ¨FPMIPA IKIP

Surabaya 20 Januari 1990.

Doran R., Chan, F, & Tamir, P. (1998).Science Educator: Guide to Assessment. Virginia: National Science Teachers Association.

Eaton, D. (2000). Cognitive and Affective Learning in Outdoor Education. Dissertation Abstracts International – Section A: Humanities and Social Sciences, 60, 10-A, 3595.

Fraenkel, J.R. & Wallen. (2011). How To Design and Evaluate Research in

Education. San Fransisco: Universitas San Fransisco

Fensham, Gunstone, & White (1994). Pedagogical Sequence and Teaching

Strategies Based on Cognitive Research. London: The Falmer Press.

Gokhale A., Brauchle P., and Machina, K. (2009). Development and Validation of

a Scale to Measure Attitudes Toward Science and Technology. Journal of

College Science Teaching.

Harahab, N. (2010). Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan


(41)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Harlen, W. (1992). Teaching of Science. London: David Fulton Publisher Iskandar.(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi Pelatihan Guru

Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Leksono, S. M, & Rustaman, N.Y. (2012). Sikap Mahasiswa terhadap Scientific

Field Trips pada Perkuliahan Biologi Konservasi Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan

MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta. Marjono, M. (1996). Penilaian Sikap Ilmiah. Bandung: Tarsito. Mechling, K., Bires, N., Kepler, L., Oliver, D., & Smith, B.(1994). A

Recommended Science Competency Continuum for Grades K-6 for Pennsylvania Schools.[Online]. Tersedia:

http://www.scienceprocesstests.com/continuum.html.

Meiers, N. (2010). Designing Effective Field Trips at Zoos and Aquariums.A Literature Review

Meltzer, D. E. (2002).The Relationship Between Mathematics Prepationand Conceptual Learning Gain in Physics: Aposible “ Hidden Variable” in

Diagnostic Pretes Score. [Online]: Tersedia:

http:/www.physicseducation.net/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. .[ 28Oktober 2013].

Mudhoffir. (1992). Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja Karya.

Myers & Jones. (2004). Effective Use of Field Trips in EducationalProgramming:

A Three Stage Approach.Agricultural Education and Communication

Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.


(42)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Natalina, M, Mahadi, I., & Suzane, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing (guided inquiry)Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Prosiding Semirata FMIPA Universitas

Lampung.

Patrick, A. (2010). Effects of Field Studies on Learning Outcome in Biology.

Department of Science Education, Delta State University, Abraka, Nigeria. J Hum Ecol, 31(3): 171-177

Pitafi, A. (2012). Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Students

in Pakistan. Academic Research International.2, (2), March 2012

Prawiladilaga, D.S (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Priyatno, D. (2009). SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariat. Yogyakarta: Gava Media

Prokop, Tuncer, & Kvasnic. (2007). Short-Term Effects of Field Programme on

Students’ Knowledgeand Attitude Toward Biology: a Slovak Experience.

Journal of Science Education and Technology, 16, (3), June 2007

Riyanto, E. (2013). Sikap Ilmiah sebagai Implementasi Pendidikan Karakter pada

Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.[online]. Tersedia:

http//www.ikippgrimadiun.ac.id. diakses6 Januari 2014.7:50 WIB

Roestiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta. Rop, C. A.Review of the literature on learning inSchoolyards and nearby

natural settings, 1980 to the Present. Associate Professor, Department of

Curriculum and InstructionFaculty Research Associate, The Urban Affairs Center. [online]. Tersedia:uac.utoledo.edu/.../close2home-litrev-

04.pdf. Diakses 6 Juli 2014, 15:45 WIB

Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sadiman, Raharja, Haryono, &Rahardjito. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


(43)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saparinto, C. (2007). Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang: Dahara Prize.

Sari, P. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap

Keterampilan Proses Sains, Sikap, Ilmiah, Dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Semiawan, C (1992).Pendidikan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan

Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT Gramedia.

Siska, M. Kurnia, &Sunarya, Y. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains

Siswa SMA Melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi. JurnalRisetdanPraktikPendidikan Kimia. Mei 2013

Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Stiggins, R. J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Sudijono, A. (2008). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Supriadie & Darmawan. (2012). Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Surtikanti, H.K.(2012). Pesona Lingkungan Badan Air Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Takandjandji, M. & Kwatrina, R.T. (2011). Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua


(44)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,8 (2) 1-12.

Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Standar Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.


(1)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B & Rustaman, N. (2011). Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Keterampilan Proses Sains dan Pengembangan Penilaiannya. Jurnal Evaluasi Pendidikan. Uhamka, 2, (1), Juni 2011.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, 2, (5), 1-12. [online] Tersedia:

http:// www.ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/593/544 Aqib, Z., & Rohmanto, E. (2007).Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: CV. YramaWidya.

Arikunto, S. (2009). Dasar-DasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara Astuti, R. (2012). Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa.Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893, 1, (1), 51-59.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar

Badan Standar Nasional Indonesia. (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Barlas, M. (2013). Biology Department and Science Education Students’

Environmental Sensitivity, Attitude and Behaviours.International Journal on New Trends in Education and Their Implications. July 2013

Boeree, G. (2006). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Carin, A., &SundB.(1997). Teaching Science through Discovery. Columbus, Ohio: Merill Publishing Co.


(2)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dariyanto. (1993). Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Bandung: Tarsito Departeman Kehutanan. (2002). Rencana Strategis Daerah Provinsi Banten 2002.

Jakarta: Dephut. [online]. Tersedia:

www.dephut.go.id/Halaman/PDF/renstra02-06.pdf

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Startegi Pembelajaran dan

Pemilihannya. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

Djamarah, S. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Djohar. (1990). Pendidikan Biologi Mengantarkan Manusia Berpengetahuan, Berilmu dan Berpendidikan Menuju Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya. Simposium Nasional PendidikanBiologi ¨FPMIPA IKIP Surabaya 20 Januari 1990.

Doran R., Chan, F, & Tamir, P. (1998).Science Educator: Guide to Assessment. Virginia: National Science Teachers Association.

Eaton, D. (2000). Cognitive and Affective Learning in Outdoor Education. Dissertation Abstracts International – Section A: Humanities and Social Sciences, 60, 10-A, 3595.

Fraenkel, J.R. & Wallen. (2011). How To Design and Evaluate Research in Education. San Fransisco: Universitas San Fransisco

Fensham, Gunstone, & White (1994). Pedagogical Sequence and Teaching Strategies Based on Cognitive Research. London: The Falmer Press.

Gokhale A., Brauchle P., and Machina, K. (2009). Development and Validation of a Scale to Measure Attitudes Toward Science and Technology. Journal of College Science Teaching.

Harahab, N. (2010). Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan


(3)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Harlen, W. (1992). Teaching of Science. London: David Fulton Publisher Iskandar.(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Leksono, S. M, & Rustaman, N.Y. (2012). Sikap Mahasiswa terhadap Scientific Field Trips pada Perkuliahan Biologi Konservasi Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Marjono, M. (1996). Penilaian Sikap Ilmiah. Bandung: Tarsito. Mechling, K., Bires, N., Kepler, L., Oliver, D., & Smith, B.(1994). A Recommended Science Competency Continuum for Grades K-6 for Pennsylvania Schools.[Online]. Tersedia:

http://www.scienceprocesstests.com/continuum.html.

Meiers, N. (2010). Designing Effective Field Trips at Zoos and Aquariums.A Literature Review

Meltzer, D. E. (2002).The Relationship Between Mathematics Prepationand

Conceptual Learning Gain in Physics: Aposible “ Hidden Variable” in

Diagnostic Pretes Score. [Online]: Tersedia: http:/www.physicseducation.net/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. .[ 28Oktober 2013].

Mudhoffir. (1992). Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja Karya.

Myers & Jones. (2004). Effective Use of Field Trips in EducationalProgramming: A Three Stage Approach.Agricultural Education and Communication Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.


(4)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Natalina, M, Mahadi, I., & Suzane, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (guided inquiry)Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Prosiding Semirata FMIPA Universitas

Lampung.

Patrick, A. (2010). Effects of Field Studies on Learning Outcome in Biology.

Department of Science Education, Delta State University, Abraka, Nigeria. J Hum Ecol, 31(3): 171-177

Pitafi, A. (2012). Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Students in Pakistan. Academic Research International.2, (2), March 2012

Prawiladilaga, D.S (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Priyatno, D. (2009). SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariat. Yogyakarta: Gava Media

Prokop, Tuncer, & Kvasnic. (2007). Short-Term Effects of Field Programme on Students’ Knowledgeand Attitude Toward Biology: a Slovak Experience. Journal of Science Education and Technology, 16, (3), June 2007

Riyanto, E. (2013). Sikap Ilmiah sebagai Implementasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.[online]. Tersedia:

http//www.ikippgrimadiun.ac.id. diakses6 Januari 2014.7:50 WIB Roestiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta. Rop, C. A.Review of the literature on learning inSchoolyards and nearby

natural settings, 1980 to the Present. Associate Professor, Department of Curriculum and InstructionFaculty Research Associate, The Urban Affairs Center. [online]. Tersedia:uac.utoledo.edu/.../close2home-litrev- 04.pdf. Diakses 6 Juli 2014, 15:45 WIB

Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sadiman, Raharja, Haryono, &Rahardjito. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


(5)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saparinto, C. (2007). Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang: Dahara Prize.

Sari, P. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap, Ilmiah, Dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Semiawan, C (1992).Pendidikan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT Gramedia.

Siska, M. Kurnia, &Sunarya, Y. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi. JurnalRisetdanPraktikPendidikan Kimia. Mei 2013

Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Stiggins, R. J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Sudijono, A. (2008). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Supriadie & Darmawan. (2012). Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Surtikanti, H.K.(2012). Pesona Lingkungan Badan Air Indonesia. Bandung: Rizqi Press.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Takandjandji, M. & Kwatrina, R.T. (2011). Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua di Provinsi Bantensebagai Ekosistem Bernilai Pentin, dalam Jurnal


(6)

Dwi Ratnasari, 2014

Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,8 (2) 1-12.

Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Standar Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.