PENGARUH SUMBER BELAJAR OTENTIK DALAM FIELD TRIP DI PANTAI TELUK AWUR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM

(1)

i

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Endri Fajar Setyarsono 4401408032

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh sumber belajar otentik dalam field trip di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Desember 2012

Endri Fajar Setyasono 4401408032


(3)

iii Skripsi dengan judul:

Pengaruh sumber belajar otentik dalamfield trip di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem

Disusun oleh

nama : Endri Fajar Setyarsono NIM : 4401408032

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada hari Jumat tanggal 21 September 2012.

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Andin Irsadi, S.Pd, M.Si

NIP 19631012 198803 1 001 NIP 19740310 200003 1 001

Penguji Utama

Dr. Andreas Priyono Budi Prasetyo, M.Ed NIP 195811040 198703 1 004

Anggota Penguji / Anggota Penguji /

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. F.Putut Martin HB., M.Si Drs. Bambang Priyono, M.Si NIP 19610309 199903 1 002 NIP 19570310 198810 1 001


(4)

iv

Setyarsono, Endri Fajar. 2012. Pengaruh Sumber Belajar Otentik dalam (field trip) di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Drs. F. Putut Martin HB., M.Si dan Drs. Bambang Priyono, M.Si.

Perairan Pantai Teluk Awur Jepara memiliki potensi alam yang beraneka ragam, diantaranya adalah terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove. Kawasan Pantai Teluk Awur memiliki dua lokasi, yaitu lokasi ekosistem perairan dan ekosistem daratan. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran materi ekosistem. Adanya keanekaragaman organisme yang dimiliki tersebut, Pantai Teluk Awur merupakan tempat yang potensial untuk dijadikan sumber belajar otentik materi ekosistem tentang komponen biotik dan biotik serta satuan-satuan dalam ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber belajar otentik dalam field trip di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa pada materi ekosistem. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental menggunakan desain One shot case study. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Jepara yang terdiri dari enam kelas, yakni VII A sampai dengan VII F. Sampel yang digunakan adalah kelas VII B dan VII C yang berjumlah 76 siswa, pengambilan sampel ditentukan dengan teknik convenience sampling. Nilai aktivitas pembelajaran dalam field trip diperoleh dari hasil pengamatan observer, sedangkan nilai penguasaan materi ekosistem diperoleh dari lembar kerja siswa dan skorpost-test. Data dianalisis secara kuantitatif dan dianalisis dengan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dalam field trip sekitar Pantai Teluk Awur berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih aktif melakukan investigasi di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajarnya, sangat aktif 79% pada kelas VII B dan 83% kelas VII C. Nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada kelas VII B 79% dan 76% pada kelas VII C. Hasil regresi linier sederhana menunjukkan bahwa ada pengaruh aktivitas dalamfield tripdi Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dalamfield tripdi Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem.

Kata kunci: hasil belajar; materi ekosistem; Pantai Teluk Awur; sumber belajar


(5)

v

Setyarsono, Endri Fajar. 2012. Pengaruh Sumber Belajar Otentik dalam (field trip) di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Drs. F. Putut Martin HB., M.Si dan Drs. Bambang Priyono, M.Si.

Teluk Awur beach has rich natural resources , such as coral reef, seagrass beds and mangroves. Teluk Awur beach region has two locations, namely the location of aquatic and terrestrial ecosystems . Each has its own characteristics that can be exploited on learning the ecosystem. The diversity of organism that possessed it, Teluk Awur beach is a potential to become as authentic learning resources on topic of ecosystems about the biotic and abiotic component units in the ecosystems. This research aimed to determine the effect of authentic learning resources in a field trip at the Teluk Awur beach on learning achievement of students. This type of research was experimental research designed using a One shot case study. The population of this study were all students of clas VII SMP Negeri 3 Jepara which consist of six classes, VII A to VII F. The sample of this study was class VII B and VII C students 76, determined by the convenient sampling technique. The activity score of learning in a field trip was collected by obsevation sheet, whereas the score of mastering the ecosystem was collected from work sheet and post-test. Data were analyzed quantitatively and linear regression. The result showed that the students were more actively investigating Teluk Awur beach as their learning resources, very active 79% class VII B and 83% class VII C. The average learning achievement of students in class VII B was respectively 79% and 76% in class VII C. Linear regression result showed that there was an influence on the activity in a field trip at the Teluk Awur beach Based on the results of this study concluded that learning in a field trip at Teluk Awur beach as authentic learning resources had an effect on learning achievement of students on topics of ecosystems.

Kata kunci: authentic learning resources; ecosytems; learning achievement; Teluk Awur beach


(6)

vi

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh sumber belajar otentik dalam field tripdi Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa materi ekosistem kelas VII di SMP Negeri 3 Jepara .

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga dan pikirannya demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Dra. Endah Peniati, M. Si selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

5. Drs. F. Putut Martin HB., M.Si. selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberi arahan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Drs. Bambang Priyono, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberi arahan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Dr. Andreas Priyono Budi Prasetyo, M.Ed selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu dosen dan karyawan FMIPA khususnya jurusan Biologi atas segala bantuan yang diberikan.

9. Civitas akademika SMP Negeri 3 Jepara yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian.


(7)

vii

semangat dan doa serta dukungan yang tiada henti-hentinya.

11. Sahabat terdekat yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti-hentinya: Shodiq, Tristan, Puput, Nu man, Irfan, Doni, Doni Saputra, Okky, Tata, Dhenok, Kartika dan Retno.

12. Teman-teman angkatan 2008 Biologi (Biovirtuoso) FMIPA UNNES terima kasih untuk dukungan dan semangatnya.

13. Sahabat kos Batosay : Teguh, Toni, Bayu, Candra, Dwik, Rendy, Fiyan, Farih, Syukur, Dendy, Adi, Ragil dan Kukuh.

14. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Semarang, Desember 2012


(8)

viii HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..

LEMBAR PENGESAHAN..

ABSTRAK...

KATA PENGANTAR ..

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....

B. Rumusan Masalah ...

C. Penegasan Istilah ....

D. Tujuan Penelitian ....

E. Manfaat Penelitian ..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ...

1. Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik... 2. Field Trip... 3. Hasil belajar... 4. Kajian teoritis hubungan Pantai Teluk Awur sebagai

sumber belajar otentik terhadap hasil belajar siswa... 5. Materi ekosistem...

B. Kerangka Berpikir... ...

C. Hipotesis... BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian.. . ....

Halaman i ii iii iv vi viii x xi xii 1 3 4 6 6 8 8 10 11 14 17 19 20 21


(9)

ix

C. Variabel Penelitian... ..

D. Rancangan Penelitian ...

E. Prosedur Penelitian ...

F. Data dan Cara Pengumpulan Data...

G. Metode Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... ...

B. Pembahasan ...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...

B. Saran ....

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN

23 23 24 29 30 33 39 46 46 47


(10)

x

1. Waktu penelitian... 2. Hasil uji validitas soal... 3. Hasil perhitungan reliabilitas soal ... 4. Tingkat kesukaran soal uji coba ... 5. Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal... 6. Daya pembeda... ... 7. Perhitungan daya beda soal ... 8. Prioritas pengambilan soal... 9. Hasil analisis uji normalitas... 10. Hasil analisis uji homogenitas... 11. Aspek aktivitas siswa ... 12. Skor aktivitas siswa dalamfield tripdi Pantai Teluk Awur ... 13. Hasil akhir belajar siswa... 14. Frekuensi nilai hasil belajar siswa ... 15. Perhitungan regresi linier sederhana skor aktivitas dengan skor

post-test... 16. Koefisien persamaan regresi aktivita siswa dan skorpost-test... 17. Outputmodelsummaryaktivitas siwa danpost-test...

22 26 26 27 27 28 28 28 30 31 34 34 35 35 38 38 39


(11)

xi

1. Alur kerangka berpikir penelitian... 2. Denah lokasi SMP Negeri 3 Jepara ... 3. Rancangan penelitianOne shot case study... 4. Hubungan linearitas aktivitas siswa dan hasil belajar...

19 21 23 39


(12)

xii

1. Silabus... ... 2. RPP...

3. LKS... 4. Kisi-kisi soal uji coba...

5. Soal uji coba dan jawaban... ... 6. Analisis soal uji coba...

7. Perhitungan validitas butir soal... 8. Perhitungan reliabilitas instrumen... 9. Perhitungan tingkat kesukaran soal... 10. Perhitungan daya pembeda soal...

11. Daftar nilai awal siswa... 12. Uji normalitas nilai semester... 13. Uji homogenitas nilai semester... 14. Soal evaluasi dan jawaban...

15. Lembar jawab siswa... 16. Jawaban LKS...

17. Lembar aktivitas siswa... 18. Angket tanggapan siswa...

19. Hasil rekapitulasi belajar siswa... ... 20. Hasil rekapitulasi aktivitas siswa ... 21. Hasil rekapitulasi angket tanggapan siswa...

22. Perbandingan Aktivitas siswa dan nilai akhir... 23. Uji regresi pengaruh pemanfaatan Pantai Teluk Awur terhadap

hasil belajar siswa... ... 24. Dokumentasi... 25. Surat izin penelitian...

26. Surat keterangan telah melakukan penelitian...

50 52 59 67 70 79 89 90 91 92 93 95 99 100 107 109 125 127 128 130 134 135 136 141 144 145


(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Perairan Pantai Teluk Awur Jepara memiliki potensi alam yang mempesona, terdapat macam-macam tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi. Kondisi laut yang menjorok ke daratan, membuat sepanjang daratan yang mengitari Pantai Teluk Awur dapat dinikmati. Meskipun belum masuk pada daerah tujuan wisata Kabupaten Jepara dan belum ada unsur pariwisata yang menarik perhatian, tetapi Pantai Teluk Awur masih ramai dikunjungi oleh pelancong, baik dari Jepara sendiri maupun dari luar Jepara. Potensi yang dimiliki Pantai Teluk Awur, diantaranya adalah terumbu karang yang secara ekologi berinteraksi dengan aktivitas manusia dari daratan, berfungsi sebagai penahan gelombang dan melindungi pantai dari bahaya abrasi (Radjasa dan Sabdono 2005).

Pantai Teluk Awur juga memiliki komunitas padang lamun yang relatif subur. Indrayanti et al (2003), secara ekologis padang lamun merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi berbagai jenis larva organisme laut, serta merupakan tempat perlindungan sekaligus menyediakan makanan bagi bivalvia (kerang-kerangan) dan gastropoda (siput laut). Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku-buku. Adanya rhizome dan akar inilah, tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut sehingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus. Padang lamun juga dapat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan gelombang hingga menyebabkan perairan sekitarnya menjadi lebih tenang.

Mulyanto (2003), selain padang lamun, di Pantai Teluk Awur juga terdapat hutan mangrove. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove berada di lingkungan yang keras karena genangan pasang surut air laut,


(14)

perubahan salinitas yang besar, perairan yang berlumpur tebal dan anaerobik, maka pohon-pohon mangrove telah beradaptasi, baik secara morfologis maupun fisiologis. Adaptasi tersebut, antara lain dapat dilihat pada bentuk sistem perakaran yang khas. Perakaran ini berfungsi untuk membantu mangrove bernafas dan tegak berdiri.

Adanya keanekaragaman organisme yang dimiliki tersebut, Pantai Teluk Awur merupakan tempat yang potensial untuk dijadikan sumber belajar otentik materi ekosistem tentang komponen biotik dan abiotik yang terdapat pada ekosistem pantai dan ekosistem daratan di sekitar Pantai Teluk Awur serta satuan-satuan dalam ekosistem sehingga memenuhi standar kompetensi memahami saling ketergantungan dalam ekosistem serta kompetensi dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Kawasan Pantai Teluk Awur memiliki dua lokasi, yaitu lokasi ekosistem perairan dan ekosistem daratan. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran materi ekosistem.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian, diketahui bahwa pembelajaran luar kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran luar kelas lebih efektif dalam pengembangan kemampuan kognitif siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran luar kelas juga meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan (Dillonet al.,2006).

Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran di sekolah mempunyai potensi mengembangkan kurikulum sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan pengalaman langsung di lapangan kepada siswa dan memberikan kesempatan belajar di luar kelas yang mempunyai ruang lebih terbuka. Berkaitan dengan pembelajaran luar kelas tersebut, dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut yang utama adalah keterbatasan waktu atau jam pelajaran biologi (Puasati, 2008).

Kenyataan yang ada di sekolah-sekolah selama ini, kegiatan pembelajaran di luar kelas jarang sekali dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar karena berkaitan dengan sulitnya pengelolaan kelas yang merepotkan guru dan dalam pelaksanaanya membutuhkan manajemen waktu yang ketat. Padahal banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan sekitar


(15)

sebagai sumber belajar. Melalui pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah dapat memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung mengenai fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri sehingga proses pembelajaran lebih bermakna (Saptono, 2009). Oleh sebab itu, pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar otentik, penting untuk diterapkan dalam pembelajaran.

Didukung dengan hasil observasi di SMP Negeri 3 Jepara, diperoleh informasi bahwa sebagian besar model pembelajaran biologi yang digunakan dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan kenyataannya masih berpusat pada guru (teacher-centered learning). Sisanya sudah menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) misalnya kegiatan praktikum. Lingkungan sekitar SMP Negeri 3 Jepara sebenarnya berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber belajar otentik pada materi ekosistem, akan tetapi potensi alam tersebut kurang dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran. Adapun potensi alam yang dimiliki lingkungan sekitar sekolah tersebut adalah Pantai Teluk Awur yang dapat digunakan sebagai sumber belajar otentik. Oleh karena itu, pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik merupakan strategi yang tepat digunakan di sekolah tersebut.

Melalui pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik, harapannya siswa lebih aktif dalam mencari pengetahuannya dan dapat mengkaitkan konsep dengan keadaan sebenarnya sehingga hasil belajar siswa lebih efektif. Selain siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru tentang pemanfaatan Pantai Teluk Awur dalam pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen sebagai alat ukur dan evaluasi proses berpikir siswa. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam upaya proses belajar mengajar di masa yang akan datang dan meningkatkan kualitas sekolah dengan meningkatnya hasil belajar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran dalamfield trip di Pantai Teluk


(16)

Awur sebagai sumber belajar otentik materi Ekosistem berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?

C. Penegasan Istilah

Penegasan istilah merupakan penegasan dari konsep (penegasan konseptual) kemudian dioperasionalkan (definisi operasional) untuk memberi gambaran tentang variabel yang jelas dan terukur.

1. Pantai Teluk Awur sebagai Sumber Belajar Otentik

Sumber belajar otentik adalah sumber belajar yang sifatnya asli atau alami, belum didesain, dan masih murni belum ada campur tangan manusia untuk mengubahnya. Mulyanto (2003) Pantai Teluk Awur memiliki potensi alam yang mempesona, yaitu memiliki terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang dapat digunakan sebagai sumber belajar otentik, berfungsi sebagai aspek pendukung pembelajaran materi ekosistem dan juga untuk memudahkan siswa dalam belajar. Kawasan Pantai Teluk Awur memiliki dua lokasi, yaitu lokasi ekosistem perairan dan ekosistem daratan. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran materi ekosistem. Adanya keanekaragaman organisme yang dimiliki tersebut, Pantai Teluk Awur merupakan tempat yang tepat untuk dijadikan sumber belajar otentik. Pantai Teluk Awur terletak di Desa Teluk Awur, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara sekitar 4 km ke arah selatan dari pusat kota Jepara dan sekitar 1,5 km ke arah selatan dari SMP 3 Negeri Jepara.

Puasati (2008) menjelaskan bahwa pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mempunyai potensi mengembangkan kurikulum sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan pengalaman langsung di lapangan kepada siswa dan memberikan kesempatan belajar di luar kelas yang mempunyai ruang lebih terbuka. Pemanfaatan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik dalam penelitian ini menuntut siswa untuk berperan aktif dalam mengeksplorasi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar otentik untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran.

Pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan


(17)

sekitar Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik yang memungkinkan siswa untuk merumuskan masalah, melakukan eksperimen, menumbuhkan sikap ilmiah, menarik kesimpulan yang disetujui bersama dan kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Pada penelitian ini didefinisikan operasional sebagai aktivitas siswa dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik pada materi ekosistem.

2. Field Trip

Metode field trip atau disebut juga karyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, siswa di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar, dalam hal ini tempat yang dimaksud adalah Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik. Menurut Roestiyah (2001), field trip bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Cara mengajar dengan dengan metode ini, yaitu mengajak siswa ke suatu tempat untuk melihat objek tertentu di luar sekolah, mempelajari atau menyelidiki sesuatu pada tempat yang telah dipilih untuk proses belajar mengajar. Tujuan dilaksanakannya field trip adalah siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, melakukan pengamatan, menganalisis dan membuat kesimpulan.

Menurut Orion dan Hofstein (1991), field trip berfungsi (1) sebagai alat pembelajaran; (2) memacu pembelajaran individual, (3) mengandung aspek sosial, (4) aspek petualangan, dan (5) aspek lingkungan. Dengan field trip, diharapkan dapat membuat siswa lebih nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung dan dapat melatih siswa untuk menggunakan waktu secara efektif. Siswa menjadi lebih dekat dengan lingkungan yang cukup memberikan rasa ingin tahu, siswa bermain sambil belajar, mangamati fenomena alam dan melaksanakan keterampilan proses.

3. Hasil Belajar Materi Ekosistem

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya


(18)

reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007). Hasil belajar merupakan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas dari suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan (Winkel, 2009).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku dari kolaborasi antara pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar dengan pengetahuan baru (stimulus) yang diperoleh dari lingkungan sosial, baik melalui penguatan pemahaman konsep yang telah ada maupun dengan pengubahan pemahaman konsep. Hasil belajar dalam penelitian ini relevan dengan teori konstrutivistik dan behaviorisme. Hasil belajar dalam penelitian ini relevan dengan teori behaviorisme karena menggunakan soal-soal pilihan ganda yang bersifat hafalan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan penelitian ini relevan dengan teori konstrutivistik karena dalam teori ini menekankan pada pemahaman konsep dan kompetensi siswa dalam memperoleh suatu pemahaman atau konsep.

. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa memahami materi ekosistem. Penilaian hasil belajar didefinisikan secara operasional sebagai skor tes yang diperoleh dari nilai posttest untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber belajar otentik dalam field trip di Pantai Teluk Awur materi Ekosistem terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 3 Jepara.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Korespondensi

Penelitian ini memberikan bukti empiris adanya pengaruh sumber belajar otentik dalam field trip di Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa


(19)

Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu teori field trip (Roestiyah, 2001), teori Outdoor Learning (Saptono, 2009) dan teori sumber belajar (Warsita, 2008).

2. Manfaat Koherensi

Penelitian ini menggunakan teori-teori yang menguji hipotesis tentang pengaruh sumber belajar otentik Pantai Teluk Awur terhadap hasil belajar siswa, yaitu menyatakan bahwa pemanfaatan Pantai Teluk Awur berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

3. Manfaat Pragmatis

Beberapa manfaat pragmatis dalam penelitian ini adalah :

a. Sekolah dapat mereplikasi perangkat sumber belajar otentik Pantai Teluk awur sebagai alternatif untuk efisiensi pembelajaran biologi di Sekolah Menengah Pertama.

b. Sekolah dapat menggunakan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Sekolah dapat mengembangkan sarana/prasarana dalam melakukan inovasi pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain.


(20)

8

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik

Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Setiap sumber belajar harus memuat pesan pembelajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara peserta didik dengan sumber belajar tersebut (Warsita, 2008). Dalam pemilihan sumber belajar ada beberapa kriteria, yaitu: a) harus dapat tersedia dengan cepat; b) harus memungkinkan peserta didik untuk memacu diri sendiri; dan c) harus bersifat individual, dapat memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik dalam belajar mandiri (Percival dan Ellington, 1988:125, diacu dalam Warsita, 2008). Sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat komponen-komponen dan faktor-faktor yang berhubungan dan saling berpengaruh satu dengan lainnya. Sumber belajar itu, antara lain :

a. Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, koran, poster, denah, ensiklopedi, kamus, broklet, dan lain-lain.

b. Sumber belajar noncetak: film, slides, video, model, audio casette, transparasi, objek, dan lain-lain.

c. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan belajar, studio, lapangan olahraga, dan lain-lain.

d. Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan sebagainya.

e. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum, peninggalan purbakala, bangunan-bangunan bersejarah, dan lain-lain (Sudjana dan Rivai, 2001).

Perairan Pantai Teluk Awur Jepara memiliki potensi alam yang mempesona, diantaranya adalah terumbu karang yang secara ekologis berinteraksi dengan aktivitas manusia dari daratan dan berfungsi sebagai penahan gelombang dan melindungi pantai dari bahaya abrasi (Radjasa dan


(21)

Sabdono, 2005). Pantai Teluk Awur juga memiliki komunitas padang lamun yang relatif subur. Indrayanti et al (2003), secara ekologis padang lamun merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi berbagai jenis larva organisme laut, serta merupakan tempat perlindungan sekaligus menyediakan makanan bagi bivalve (kerang-kerangan) dan gastropoda (siput laut). Mulyanto (2003), selain padang lamun, di Pantai Teluk Awur juga terdapat hutan mangrove. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Adanya potensi alam tersebut, Pantai Teluk Awur merupakan tempat yang tepat untuk dijadikan sumber belajar otentik materi ekosistem dan memenuhi Standar Kompetensi Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem serta Kompetensi Dasar Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.

Pembelajaran luar ruang merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan pemanfaatan lahan di sekitar sekolah atau sumber belajar lain di luar sekolah sehingga memungkinkan siswa belajar secara langsung mengenai fenomena alam berdasarkan pengamatannya sendiri. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran di sekolah mempunyai potensi mengembangkan kurikulum sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan pengalaman langsung di lapangan kepada siswa dan memberikan kesempatan belajar di luar kelas yang mempunyai ruang lebih terbuka. Berkaitan dengan pembelajaran luar kelas tersebut, dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kendala, diantaranya yaitu keterbatasan waktu atau jam pelajaran biologi (Puasati, 2008).

Pembelajaran luar kelas penting untuk diterapkan. Lingkungan sekitar bisa dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran biologi bila dimanfaatkan sedemikian rupa. Hal ini membuat makhluk hidup dan lingkungannya menjadi obyek utama dalam belajar biologi. Semua itu dilakukan agar siswa dapat memperoleh suatu pembuktian konsep maupun konsep yang baru dari hasil eksplorasi terhadap lingkungan.


(22)

2. Field Trip

Metodefield tripatau karya wisata adalah cara untuk menguasai materi pembelajaran oleh siswa dengan membawa siswa langsung ke objek yang terdapat di luar kelas. Metode ini diterapkan karena objek yang diamati terdapat di luar kelas. Karya wisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. Menurut Roestiyah (2001), tujuan field trip adalah siswa dapat (1) memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, (2) mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu berdiskusi dan tanya jawab sehingga mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, (3) mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, sehingga dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama bisa mempelajari beberapa mata pelajaran dan (4) mendorong mengenal lingkungan dengan baik, dan membangkitkan penghargaan dan cinta terhadap lingkungan atau tanah airnya.

Metode field trip berguna bagi siswa untuk membantu memahami kehidupan nyata dalam lingkungan beserta segala permasalahannya. Dalam kunjungan ke lapangan atau objek, siswa diharapkan dapat menemukan konsep sendiri dari hasil eksplorasi dan pengamatan yang telah dilakukan. Agar penerapan metode field trip dapat dilakukan secara efektif, maka dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Persiapan

Guru harus menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik yang cocok, menentukan objek yang menarik dan sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa dan lamanya waktu kunjungan, pembagian tugas kepada siswa dan pembagian siswa dalam kelompok.

b. Perencanaan

Tempat yang menjadi tujuan akan dibicarakan bersama siswa dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan field trip, objek yang akan diamati serta jumlah siswa yang ikut partisipasi dalam field trip.


(23)

c. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan field trip, siswa melakukan tugas sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan, sedangkan guru mengawasi, membimbing dan mengarahkan bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang tidak menaati ketentuan yang telah dibuat. Ketua tim atau rombongan mengatur segala sesuatunya, mematuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya serta memberi petunjuk bila perlu.

d. Menulis Laporan Pengamatan

Pada akhir penerapan metode field trip, siswa diminta untuk menulis paragraf atau karangan dari kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil pengamatan seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram serta alat-alat lain. Hasil pengamatan siswa dikumpulkan setelah waktunya selesai.

Penggunaan metode field trip masih ada keterbatasan yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna adalah karya wisata biasanya dilakukan dengan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak yang ditempuh sangat jauh di luar sekolah dan perlu menggunakan transportasi yang membutuhkan biaya besar. Selain itu, menggunakan waktu yang lebih banyak daripada jam sekolah, maka kemampuan guru untuk mengkondisikan siswa dan merencanakan pembelajaran sangat diperlukan. Dengan menggunakan metode field trip diharapkan tujuan umum pendidkan dapat tercapai, terutama berkaitan dengan pengembangan dan pengalaman dunia luar yang dimiliki siswa.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah


(24)

mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006). Menurut Bloom (1956), tingkat kemampuan/hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

1. Ranah Kognitif

Hasil belajar intelektual terdiri atas enam aspek, yaitu pengetahuan/ ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

2. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan keterampilan kompleks, dan komunikasi nondiskursip.

3. Ranah Afektif

Kompetensi afektif berhubungan dengan minat, sikap, perhatian, emosi, penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ranah afektif dibagi menjadi lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Hasil belajar dalam teori behaviorisme diperoleh dari interaksi antara stimulus dan respon. Pada teori tersebut stimulus dan respon merupakan dua hal yang penting dalam belajar. Apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati. Skinner berpendapat bahwa dalam teori behaviorisme penguatan (reward) dianggap penting karena memperkuat timbulnya respon yang berimbas pada ketercapaian hasil belajar yang lebih baik. Teori ini mengabaikan adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan siswa sehingga tidak menuntut proses berpikir yang dapat dikatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah dari proses menghafal tanpa berpikir. Jadi hasil belajar menurut teori behaviorisme dapat diartikan sebagai akumulasi dari kemampuan dan ingatan berdasarkan fakta atau informasi yang sedang dipelajari.


(25)

Hasil belajar menurut teori kognitif diperoleh dari proses sintesis informasi yang diukur dari pemahaman konsep dan kompetensi siswa secara aktif dalam mengolah informasi. Dalam teori belajar kognitif, kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar diperlukan agar aktivitas belajar siswa menjadi lebih bermakna. Hal ini disebabkan proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan berpikir seseorang. Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang (Warsita, 2008). Dua komponen metakognitif (self monitoring dan self regulation) dianggap sebagai dimensi penting dalam teori ini karena proses memonitor dan mengatur diri dalam proses belajar berpengaruh pada hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar diperoleh dari proses mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas, baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial.

Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya (Warsita, 2008). Menurut teori ini, hasil belajar diperoleh dari proses kolaboratif dari interaksi antara individu pembelajar dengan lingkungan sosial. Teori ini menjelaskan perilaku berubah melalui interaksi sosial dengan orang lain yang dilakukan melalui observasi. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, dan motivasi. Lingkungan sosial digunakan sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Lingkungan sosial diharapkan dapat mengubah pola pikir individu pembelajar, begitupula sebaliknya pola pikir individu pembelajar diharapkan dapat merubah lingkungan sosial karena dua hal tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.

Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku dari pengetahuan awal yang dimiliki


(26)

dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari lingkungannya. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif, yaitu kemampuan siswa dalam menguasai materi ekosistem. Hakikat hasil belajar biologi adalah menghantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari.

Pada pembelajaran ini siswa belajar dan memecahkan masalah sendiri dengan bantuan guru. Dengan kata lain, guru tidak lagi ceramah dan meminta siswa untuk mengingat dan menghafal informasi ketika diuji. Pada proses pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik, setiap siswa berperan sebagai subjek belajar dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena dan informasi yang baru dipelajari. Penelitian ini menghadapkan siswa secara langsung dengan gejala yang ada di alam sekitar sehingga siswa dapat menemukan sendiri mengenai materi ekosistem yang sedang dipelajari.

Dalam penelitian ini pengaruh Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik dapat dikatakan berpengaruh signifikan, yaitu ketika ada perubahan hasil belajar siswa. Hasil belajar materi ekosistem yang diharapkan, siswa dapat memahami komponen-komponen ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem serta dapat membuat jaring-jaring makanan, diagram rantai makanan dan menjelaskan peran masing-masing tropik. Hasil belajar dalam penelitian ini didefinifisikan secara operasional sebagai skor tes yang diambil dari nilai evaluasi materi ekosistem. Hasil belajar tersebut dianalisis untuk mengetahui pengaruh Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik pada materi ekosistem di SMP Negeri 3 Jepara.

4. Kajian Teoritis Hubungan Pantai Teluk Awur sebagai Sumber Belajar Otentik terhadap Hasil Belajar Siswa

Memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik merupakan pembelajaran dengan mengeksplorasi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar otentik untuk menemukan sendiri inti dari materi dalam pembelajaran. Berbagai teori dan penelitian tentang sumber belajar telah


(27)

dilakukan dan disimpulkan bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa (Liu, 2010; Darmono, 2007; Sitepu, 2008; Puasati, 2008).

Sitepu (2008) menyatakan bahwa belajar berbasis aneka sumber diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan dalam proses belajar dan membelajarkan, akan tetapi juga dapat mendidik peserta didik cara belajar yang tepat sehingga dapat belajar secara mandiri sepanjang hayat. Adanya tuntutan akan perubahan proses pembelajaran, sebagai akibat dari kemajuan berpikir dan kebutuhan masyarakat, membuat penyelenggaraan pendidikan pada umumnya dan pengelolaan pembelajaran pada khususnya perlu melakukan inovasi.

Puasati (2008) melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Bentuk tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran biologi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar biologi. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keanekaragaman gen dan jenis . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran biologi materi pokok keanekaragaman gen dan jenis dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar biologi dapat meningkatkan keterampilan proses dan pemahaman konsep biologi. Kemampuan keterampilan proses terutama keterampilan proses dasar, yaitu observasi. Keterampilan proses pada pembelajaran biologi kelas X SMA N 1 Seputih Agung meningkat dari tingkat hambatan mencapai skor rata-rata 26,05 siklus I menjadi 19,60 pada siklus II. Hasil belajar biologi pada materi pokok keanekaragaman hayati siswa kelas X SMA N 1 Seputih Agung juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata kelas siklus I adalah 50,25 menjadi 65,88 pada siklus II. Pemanfaatan lingkungan juga dapat memudahkan siswa dalam belajar. Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Pengambilan materi pelajaran dan sumber belajar tentunya harus dipilih, disaring, dan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ketersediaan sumber belajar akan memotivasi siswa untuk lebih banyak belajar agar tujuan dapat berhasil.


(28)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik dapat meningkatkan minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki minat mengikuti pembelajaran menunjukkan perilaku apatis dalam proses pembelajaran, sebaliknya siswa yang memiliki minat dalam pembelajaran aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Menurut Purwanto (2002), minat menjadi alasan utama yang dapat menjelaskan perilaku siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung, jadi minat siswa dalam pembelajaran berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi pemahaman konsep oleh siswa terhadap fenomena ekosistem di Pantai Teluk Awur sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi ekosistem. Siswa melaksanakan diskusi untuk mengamati komponen penyusun ekosistem, menentukan komponen ekosistem, dan melakukan kegiatan analisis. Hal tersebut bertujuan untuk melatih kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi. Siswa mendapatkan pengalaman baru yang sebelumnya belum mereka dapatkan. Metode pembelajaran yang diterapkan pada suatu kelas dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam kelas tersebut. Pembelajaran di luar kelas dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa (Sari 2006).

Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan petunjuk belajar yang dijelaskan oleh guru, mempelajari peristiwa ekosistem dari alam sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.


(29)

Rasa antusias dan rasa ingin tahu yang tinggi dari siswa menumbuhkan minat dan motivasi yang berdampak pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Adanya motivasi, siswa akan bekerja lebih keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah. Pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, maka siswa akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya (Soemanto 2003). Dengan demikian, peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula.

5. Materi Ekosistem

Dalam KTSP 2006, mata pelajaran Sains (Biologi) SMA kelas VII semester 2, pada Standar Kompetensi Memahami saling ketergantungan dalam Ekosistem. Kompetensi Dasar dan Indikator yang harus dicapai pada materi Ekosistem adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Dasar : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.

2. Indikator :

a. Mengidentifikasi komponen-komponen ekosistem serta saling hubungan antara komponen ekosistem dan menyatakan bahwa matahari merupakan sumber energi utama pada sistem biologi.

b. Membuat diagram rantai makanan, jaring-jaring makanan dan menjelaskan peran masing-masing tingkat tropik.

Ekosistem terdiri atas dua komponen penyusunnya yaitu komponen abiotik dan komponen biotik.

1. Komponen abiotik, meliputi tanah, air, batu, udara, suhu, kelembaban, dan gaya tarik bumi.


(30)

Menurut peranannya, komponen biotik dibedakan menjadi 3 golongan satuan-satuan dalam ekosistem.

a. Produsen (penghasil).

Produsen adalah golongan makhuk hidup yang mempunyai klorofil sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri.

b. Konsumen (pemakai)

Konsumen adalah kelompok makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanannya sendiri.

c. Pengurai (dekomposer).

Pengurai (dekomposer) bertugas menguraikan kembali zat yang terdapat dalam makhluk hidup yang sudah mati.

Materi komponen-komponen ekosistem sangat berkaitan erat dengan alam. Dengan demikian, haruslah dipilih sumber-sumber belajar yang sesuai dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam silabus sehingga mempertinggi kualitas proses belajar mengajar dan indikator dapat tercapai. Pemanfaatan Pantai Teluk Awur merupakan pemilihan sumber belajar yang sesuai pada konsep ekosistem. Dengan menggunakan alam yang ada sekitar lingkungan siswa, baik itu di luar lingkungan sekolah maupun di dalam lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar tampaknya akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar dengan melakukan pengamatan secara nyata apa saja yang terdapat pada komunitas itu. Melalui pengamatan secara langsung tersebut, diharapkan akan membuat siswa mudah mengingatnya kembali saat mengerjakan tes. Selain itu, pembelajaran juga akan menjadi menyenangkan dan membuat siswa tidak merasa bosan.


(31)

B. Kerangka Berpikir

Hipotesis pada penelitian ini disusun berdasarkan kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 1. Alur kerangka berpikir penelitian

 Ada beberapa teori tentang pengaruh sumber belajar yang menunjukkan dampak

signifikan terhadap hasil belajar siswa, yaitu teori field trip oleh Roestiyah (2001), teori Outdoor Learning (Saptono 2009) dan teori sumber belajar (Warsita 2008).

 Materi ekosistem cocok memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber

belajar otentik.

 Memanfaatkan sumber belajar otentik biasanya dilakukan belum mendekati

konteks pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan inkuiri, siswa hanya sekedar melakukan pengamatan saja, dan mengutamakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, sedangkan keterampilan proses ilmiah siswa kurang terasah.

 Belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh sumber belajar

otentik Pantai Teuk Awur terhadap hasil belajar siswa.

Pembelajaran materi ekosistem denganfield tripdi Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik

 Siswa aktif untuk mencari dan menemukan konsep-konsep pada materi

ekosistem.

 Siswa dapat mempelajari ekosistem lebih mudah karena objek yang digunakan

nyata dan siswa memiliki acuan dalam proses belajar sehingga kegiatan siswa lebih terarah.

 Siswa memperoleh pengetahuan yang baru berhubungan dengan materi ekosistem.

 Siswa dapat mengetahui segala informasi tentang lokasi kegiatan belajar dan

masalah atau fenomena apa sajakah yang harus dipecahkan oleh siswa.

 Pembelajaran dalam Fied trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik di SMP Negeri 3 Jepara berpengaruh terhadap hasil belajar siswa


(32)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dan tinjauan pustaka maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh terhadap hasil belajar materi ekosistem siswa kelas VII SMP N 3 Jepara.


(33)

21

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII semester genap tahun ajaran 2011/2012 di SMP Negeri 3 Jepara Kabupaten Jepara yang terletak di Jl. Sunan Mantingan Demaan. Peneliti memilih lokasi di SMP Negeri 3 Jepara karena sekolah tersebut memiliki lingkungan sekitar yang berpotensi dijadikan sebagai sumber belajar otentik. Adapun potensi alam yang dimiliki sekolah tersebut, antara lain Pantai Teluk Awur yang dapat digunakan sebagai sumber belajar otentik sehingga sekolah tersebut cocok digunakan untuk pembelajaran ekosistem.

Gambar 2. Denah lokasi SMP N 3 Jepara

2. Tenaga Penelitian

Dalam penelitian ini, tenaga penelitian meliputi :

a. Guru SMP Negeri 3 Jepara, yaitu Bapak Purnomo, S.Pd

b. Mahasiswa Universitas Negeri Semarang jurusan biologi sebagai peneliti, yaitu Endri Fajar Setyarsono.

c. Beberapa mahasiswa yang bertindak sebagaiobserver. d. Siswa kelas VII sebagai objek penelitian.


(34)

3. Waktu Penelitian

No. Tahap Waktu

1. Identifikasi masalah Desember 2011

2. Observasi Awal Januari 2012

3. Penyusunan Proposal Januari-Maret 2012 4. Penyusunan Instrumen Maret-April 2012 5. Uji Coba Instrumen April 2012

6. Pengambilan Data April-Mei 2012

7. Analisis Data Juni-Juli 2012

Tabel 1. Waktu Penelitian

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang diduga (Singarimbun, 2008). Dalam hal ini, populasi penelitian, yaitu semua siswa kelas VII, dari VII A sampai VII F SMP Negeri 3 Jepara yang berjumlah 225 siswa, (VII A = 36 siswa, VII B = 38 siswa, VII C = 38 siswa, VII D = 36 siswa, VII E = 38 siswa, VII F = 39 siswa) terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Menurut Sugiyono (2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan nonprobability sampling karena dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Penelitian ini mengambil dua kelas sebagai sampel dari enam kelas yang ada, yaitu VII B dan VII C. Pengambilan sampel menggunakan cara tersebut berdasarkan masukan dari guru mapel biologi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknikconvenience sampling, yaitu penentuan sampelnya ditentukan secara sederhana karena peneliti tidak mempunyai kewenangan untuk menentukan sampel. Sampel ditentukan dengan asumsi bahwa kedua sampel yang digunakan merupakan sampel yang homogen sehingga faktor lain yang tidak dikendalikan oleh peneliti dianggap tidak mempengaruhi hasil penelitian. Pengambilan sampel ditentukan oleh guru sehingga peneliti tidak mempunyai kesempatan memilih sampel yang akan digunakan dan tidak semua populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Langkah penarikan sampel pada penelitian ini adalah:


(35)

a. Menghitung anggota populasi penelitian yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 3 Jepara yang berjumlah 225 siswa pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

b. Menetapkan jumlah sampel sesuai anjuran dari guru biologi kelas VII SMP Negeri 3 Jepara, yaitu 76 siswa dari dua kelas yang diampu oleh guru yang sama. Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai ujian semester ganjil, kelas tersebut mempunyai kemampuan yang sama, yaitu kelas VII B dan VII C yang terdapat 36 siswa putra dan 40 siswa putri. Dasar pertimbangan sampel adalah penetapan jumlah sampel dengan cara sederhana (convenience sampling). Peneliti tidak mempunyai kewenangan untuk menentukan sampel.

C. Variabel Penelitian

Penelitian empiris konsep harus dapat dioperasionalkan melalui variabel. Menurut Singarimbun (2008) variabel merupakan bagian dari konsep yang memiliki nilai atau dapat diukur. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah skor aktivitas pemanfaatan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik materi ekosistem. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah skor penguasaan materi

ekosistem.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pre Experimental Design dengan menggunakan rancangan The One-shot Case Study (Arikunto, 2006), dengan pola penelitian :

Gambar 3. Rancangan PenelitianThe One-shot Case Study Keterangan:

X :Treatmentatau perlakuan

O : Hasil Observasi setelahTreatment


(36)

KelebihanThe One-shot Case Study:

1. Desain ini berguna untuk mengembangkan suatu prakarsa atau sebagai desain untuk penelitian eksploratori atau penelitian pendahuluan.

KekuranganThe One-shot Case Study:

1. Desain ini tidak mempunyai kontrol. Validitas eksternal juga tidak ada, tidak dapat disimpulkan karena kesimpulan yang diperoleh tidak mempunyai jaminan ketepatan.

2. Desain ini tidak mempunyai dasar untuk membuat perbandingan, kecuali secara subjektif dan intuitif.

Perlakuan yang diberikan kepada siswa adalah pemanfaatan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik materi Ekosistem. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memilih sampel

2. Menentukan unit percobaan 76 siswa dari dua kelas yang diberi perlakuan, yaitu melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik.

3. Mengadakan kegiatan presentasi siswa di depan kelas untuk membahas data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik.

4. Memberikan kegiatanpost-testdi akhir pembelajaran 5. Analisis data

Alasan menggunakan metodeone shot case study, yaitu:

1. Perlakuan yang diberikan adalah mengajak siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik.

2. Variabel bebas yang diukur adalah skor aktivitas pembelajaran dalamfield tripdi Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Melaksanakan observasi awal melalui wawancara dengan guru bidang studi biologi dan melaksanakan pengamatan proses pembelajaran di kelas.


(37)

b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran: Silabus, Rencana Pembelajaran (RP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan sumber belajar, lembar observasi, dan angket.

c. Mengadakan uji coba instrumen tes yang berbentuk pilihan ganda yang diuji cobakan di luar sampel penelitian, siswa yang diuji coba sudah pernah menerima materi ekosistem sebelumnya, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda soal. Jumlah soal yang akan diujicobakan adalah berjumlah 50 soal sedangkan jumlah soal yang akan digunakan adalah berjumlah 30 soal.

1) Uji Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau yang sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto 2009). Validitas butir soal ditentukan menggunakan korelasiproduct momentsebagai berikut:

Keterangan :

: koefisien korelasi antara skor item dengan skor total

N : jumlah peserta X : jumlah skor item Y : jumlah skor total

XY : jumlah perkalian skor item dengan skor total X2 : jumlah kuadrat skor item

Y2 : jumlah kuadrat

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel dengan taraf signifikansi 5 %. Apabila harga rxy> harga r tabel product moment maka butir soal tersebut valid. Hasil perhitungan validitas soal dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :


(38)

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Soal

Uji Validitas Nomor

Soal

Jumlah Soal

Valid 1,3,4,6,9,10,12,13,14,15,19,20,21, 22,23,25,26,29,30,31,32,33,34,36, 37,38,40,42,43,44,46,47,50

33 Tidak Valid 2,5,7,8,11,16,17,18,24,27,

28,35,39,41,45,48,49 17

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran no.7 2) Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2009). Reabilitas dapat diukur dengan rumus K R 21 sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir soal Spq = banyaknya pq S2 = variasi total

Jika r11hitung > r tabel maka perangkat soal tersebut reliabel dan jika sebaliknya yaitu r11hitung < r tabel maka soal tersebut tidak reliabel.

0,800 < r 1,000 : sangat tinggi 0,600 < r 0,799 : tinggi 0,400 < r 0,599 : cukup 0,200 < r 0,399 : rendah 0,000 < r 0,199 : sangat rendah

Tabel 3. Hasil perhitungan reliabilitas soal

Kriteria Nomor soal Jumlah

Sangat tinggi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25,26,27,28,29,30,31, 32,33,34,35,36,37,38,39,40, 41,42,43,44,45,46,47,48,49,50

50

Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah


(39)

3) Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah akan menyebabkan siswa tidak tertarik untuk memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi. Untuk mengetahui soal itu mudah atau sukar dapat diketahui dengan menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2006) yaitu:

Keterangan:

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 4. Tingkat kesukaran soal Interval

TK Kriteria

Sukar 0,00-0,30

Sedang 0,31-0,70

Mudah 0,71-1,00

Tabel 5. Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal Tingkat

Kesukaran Nomor Soal

Jumlah Soal

Mudah 3,4,6,7,8,11,13,18,21,22,23,24,

26,28,32,33,37,43,46,47,50 20

Sedang 1,2,5,9,10,12,14,15,18,19, 20,25,30,31,34,36,38,39,

40,41,42,44,45,48 24

Sukar 16,17,27,29,35,49 6

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai (Arikunto, 2006). Suatu soal mempunyai daya pembeda yang baik apabila dijawab benar oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa yang kurang pandai. Arikunto (2006) mengatakan bahwa untuk menghitung daya pembeda tiap soal menggunakan rumus:


(40)

Keterangan : D = daya beda.

J = jumlah peserta tes.

JA = banyaknya peserta kelompok atas. JB = banyaknya peserta kelompok bawah.

BA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas.

BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah.

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Setelah perhitungan daya pembeda sudah diketahui kemudian dimasukkan dalam klasifikasi daya pembeda. Dimana daya beda menurut Arikunto (2006) adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Daya pembeda

Interval DP Kriteria

DP < 0.00 Sangat jelek

0.00 < DP < 0.19 Jelek

0.20 < DP < 0.39 Cukup

0.40 < DP < 0.69 Baik

0.70 < DP < 1.00 Sangat Baik

Tabel 7. Perhitungan daya beda soal

Kriteria Nomor

Soal

Jumlah soal

Sangat jelek 5,7,11,16,17,18,28,41,45 9

Jelek 2,8,22,24,27,29,35,39,48,49 10

Cukup 1,3,4,9,10,13,15,21,23, 25,26,30,31,32,33,34,36, 37,38,40,42,43,44,46,50

25

Baik 6,12,14,19,20,47 6

Sangat baik

Tabel 8. Prioritas pengambilan soal

Prioritas V R DP TS Keterangan

1 v v v v Terpakai

2 v - v v Terpakai

3 v v v - Terpakai


(41)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pembentukan kelompok dengan dibantu oleh guru dilakukan secara heterogen berdasarkan kemampuan dan gender siswa, setiap kelompok akan melakukan investigasi di Pantai Teluk Awur.

b. Pembagian LKS pada setiap kelompok dengan topik yang sudah ditentukan guru.

c. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan silabus dan RPP yang telah disusun.

d. Masing-masing kelompok melakukan investigasi, mencatat hasil investigasi, melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

e. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok lain mengkritisi hasil diskusi kelas yang kurang tepat.

f. Dua kelompok akan diamati dan dinilai oleh satu orangobserver. g. Evaluasi.

F. Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber data : Sumber data penetitian ini adalah siswa. 2. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh terdiri atas: a. Hasil belajar siswa.

b. Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran. c. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran. 3. Cara Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan metode observasi, tes, angket dan dokumentasi. a. Data hasil belajar siswa diambil dengan evaluasi berupa tes tertulis (

post-testatau tes evaluasi)

b. Data aktivitas siswa diambil dengan lembar observasi.

c. Data tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran diambil dengan menggunakan angket.


(42)

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angka hasil belajar siswa yang dideskripsikan dengan kata-kata. Sedangkan data kualitatif berupa persentase hasil observasi dan angket yang juga dideskripsikan dengan kata-kata.

2. Analisis tahap awal

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang akan dianalisis. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Chi-kuadrat dengan hipotesis yaitu:

H0:data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1:data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Teknik Chi-Kuadrat menggunakan rumus sebagai berikut:

X

2

=

(Sudjana, 2002)

Keterangan: X2: Chi kuadrat

Oi: Frekuensi hasil pengamatan Ei: Frekuensi yang diharapkan K : Banyaknya kelas

Tabel 9. Hasil analisis uji normalitas semester

Kelas N dk X2tabel X2hitung Kesimpulan

VII B 38 3 7,81

5% 5,90

x2hitung<x 2

tabelmaka data

berdistribusi normal

VII C 38 3 7,81 6,01

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan programMicrosoft excel 2007 memperoleh hasil akhir. Setelah memperoleh hasil Chi-kuadrat (X2hitung) lalu dibandingkan dengan tabel Chi-kuadrat dengan taraf signifikan . Kriteria pengujian, jika X2hitung < X2tabel, maka data berdistribusi normal.


(43)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen. Jika kedua kelas mempunyai varians yang sama maka sampel tersebut dikatakan homogen. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut.

Ho: 12= 22, artinya varians kedua kelompok sama. H1: 12 22, artinya varians kedua kelompok tidak sama.

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan uji Bartlett dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat sebaga berikut:

dengan

dan Keterangan:

= varians masing-masing kelas = varians gabungan

= koefisien Bartlett

= banyaknya testi masing-masing kelas Tabel 10. Hasil uji homogenitas nilai semester

Kelas Varians N dk X hitung X tabel Kesimpulan

VII B 67,21 38 37 0,60 5% 3,84 xKedua hitung < xkelastabel dalam keadaan homogen

VII C 52,05 38 37

2.Analisis tahap akhir

Analisis tahap akhir meliputi analisis data secara deskriptif dan analisis uji hipotesis.

a. Analisis data deskriptif

1) Analisis terhadap lembar aktivitas siswa

Analisis lembar observasi ini digunakan untuk menganalisis aktivitas siswa. Penskoran lembar observasi ini dilakukan dengan rating scale, yaitu skor 1 untuk tidak baik, skor 2 untuk cukup baik, skor 3 untuk


(44)

baik dan skor 4 untuk sangat baik, sedangkan analisis lembar observasi ini dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N =

x 100%

Klasifikasi presentase nilainya adalah sebagai berikut: 81% - 100 % = sangat aktif

61% - 80% = aktif 41% - 60% = cukup aktif 21% - 40% = kurang aktif < 21 % = tidak aktif 2) Menghitung nilai akhir hasil belajar

Nilai akhir hasil belajar dihitung dengan rumus sebagai berikut : NA =

Ketuntasan klasikal = x 100% Keterangan :

ni = Jumlah siswa tuntas belajar individu ( ) n = Jumlah total siswa

(Ridlo dan Rudyatmi, 2005) 3) Data tanggapan siswa

Data tanggapan siswa terhadap kegiatanpembelajaran yang dilakukan dengan cara yang sama dengan data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Persentase tanggapan (T) :

x

100%

Persentase tanggapan > 50% baik Persentase tanggapan 50 % tidak baik b. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah skor aktivitas pembelajaranfield trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh terhadap skor penguasaan materi ekosistem dengan taraf signifikan 5%. Pada penelitian ini variabel bebas merupakan jenis data ordinal dan variabel terikat adalah jenis data rasio, maka untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis data regresi. Perhitungan uji hipotesis menggunakan programSPSS 17.


(45)

33

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian meliputi hasil penelitian deskriptif dan hasil pengujian hipotesis dijabarkan sebagai berikut:

I. Hasil Penelitian Deskriptif

1. Pembelajaran dalamField tripdi Pantai Teluk Awur

Pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur adalah pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik. Lokasi yang diamati adalah Pantai Teluk Awur sebagai ekosistem pantai dan padang rumput di sekitar Pantai Teluk Awur sebagai ekosistem daratan.

Setelah sampai di lokasi pengamatan, aktivitas siswa yang pertama adalah siswa berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing. Siswa mendengarkan penjelasan tentang materi ekosistem dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan di Pantai Teluk Awur. Aktivitas yang kedua adalah siswa terampil bertanya tentang materi dan rencana pembelajaran yang belum dipahami. Siswa ditugaskan untuk mengenal lokasi keadaan pengamatan, baik yang di perairan maupun di daratan.

Aktivitas ketiga adalah kegiatan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan untuk pengamatan. Aktivitas keempat adalah kegiatan siswa dalam mengamati kompnen ekosistem di setiap lokasi pengamatan. Aktivitas kelima adalah kegiatan siswa dalam praktikum, yaitu membuat area berbentuk bujur sangkar yang tiap sudutnya ditancapkan tongkat dan dihubungkan dengan tali rafia. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan komponen biotik dan abiotik dalam area tersebut. Aktivitas terakhir adalah kegiatan diskusi siswa untuk membuat kesimpulan sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer. Aspek aktivitas siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel 11.


(46)

Tabel 11. Aspek aktivitas siswa

No. Aktivitas siswa dalamfield trip

di Pantai Teluk Awur Persentase siswa 1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 78% 2. Keterampilan siswa dalam bertanya 60% 3. Keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan

bahan 79%

4. Keterampilan siswa dalam melakukan

pengamatan 79%

5. Keteramplan siswa dalam melakukan

praktikum 78%

6. Kemampuan siswa membuat kesimpulan 72%

Berdasarkan tabel 11, persentase aspek aktivitas siswa yang tinggi ditemukan pada keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan dan keterampilan siswa dalam melakukan pengamatan, yaitu 79%. Hal ini disebabkan suasana pembelajaran baru sehingga siswa begitu antusias untuk mengikuti pembelajaran. Aspek aktivitas siswa yang paling rendah ditemukan pada aspek keterampilan siswa dalam bertanya, yaitu 60%. Hal ini diduga karena siswa belum memahami materi, bingung cara menyampaikannya (tidak dapat berbahasa dengan baik) dan takut ditertawakan teman sekelas. Guru diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang kurang percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. Presentase keaktifan siswa selama pembelajaran dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Skor Aktivitas Siswa dalamfield tripdi Pantai Teluk Awur

Kriteria aktivitas siswa VII B VII C

Siswa % Siswa %

Sangat Aktif 12 31,6 15 39,5

Aktif 18 47,4 17 44,7

Cukup aktif 8 21 6 15,8

Kurang aktif 0 0 0 0

Tidak aktif 0 0 0 0

Keaktifan klasikal 30 79 32 84

Berdasarkan tabel 12, dapat dikatakan keaktifan siswa tergolong tinggi, yaitu terdapat 75% siswa mencapai kriteria aktif dan sangat aktif dalam pembelajaran field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik. Siswa aktif dalam melakukan kegiatan investigasi, diskusi kelompok, pengamatan dan menganalisis data hasil pengamatan.


(47)

2. Hasil belajar siswa

Hasil belajar akhir siswa yang dinilai pada kelas eksperimen mencakup aspek kognitif. Hasil belajar yang dimasud adalah skor penguasaan materi ekosistem. Penilaian aspek kogntif diperoleh dari nilai LKS dan nilai evaluasi. Data hasil belajar dua kelas eksperimen, dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Hasil akhir belajar siswa kelas VII B dan kelas VII C

Komponen Kelas Eksperimen

(VII B) Kelas Eksperimen(VII C)

Siswa 38 38

Siswa tuntas belajar (Optimal 70) 30 29

Siswa tidak tuntas belajar % Ketuntasan belajar % Ketidaktuntasan belajar

Siswa tuntas belajar (KKM 66) Siswa tidak tuntas belajar

8 79% 21% 34 4 9 76% 24% 31 7

% Ketuntasan belajar klasikal 89 82

% Ketidaktuntasan belajar klasikal 11% 18%

*Data selengkapnya pada Lampiran no.19

Hasil belajar telah mencapai standar optimal yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 80% mendapat nilai akhir 70. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 80% siswa telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Standar yang ditetapkan oleh SMP N 3 Jepara pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun ajaran 2011/2012 adalah 66. Tabel 14. Frekuensi nilai hasil belajar siswa

Rentang Nilai Jumlah Siswa

Kelas VII B Kelas VII C

44-55 0 0

56-65 4 7

66-75 18 25

76-85 13 5

86-100 Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata 3 88 61 74 1 87 58 71

*Data selengkapnya pada Lampiran no.19

Berdasarkan tabel 16, dapat diketahui bahwa rerata hasil belajar dua kelas eksperimen tergolong cukup tinggi, yaitu 72,5. Namun, nilai tertinggi yang dicapai hanya 88 dari nilai 100 yang diharapkan, sedangkan nilai terendah yang didapat adalah 58.


(48)

3. Data Tanggapan Siswa

Data tanggapan siswa diperoleh dengan memberikan lembar angket yang berisi 9 butir pertanyaan tentang pembelajaran yang diterapkan dan diisi oleh siswa setelah pembelajaran pada pertemuan terakhir selesai dilaksanakan. Pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur memperoleh tanggapan yang sangat baik dari siswa, 95% dari 76 siswa tertarik mengikuti pembelajaran yang telah direncanakan guru. Siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dalam pembelajaran di lingkungan luar kelas yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Siswa merasa senang dan antusias dengan inovasi pembelajaran yang dilakukan guru sehingga siswa dapat memahami materi.

Keaktifan siswa yang diharapkan mencapai 90 tidak bisa terpenuhi hanya 89% dari 76 siswa. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi belajar siswa, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan belum memahami tugas masing-masing hanya bergantung pada anggota kelompok yang lain untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan bepikir, emosi dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.Siswa berinteraksi dengan alam dan bekerja secara kelompok menemukan konsep sendiri sehingga kerja ilmiah dapat terlaksana dengan baik.

Meskipun guru sudah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun, 16% siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal dan internal siswa. Faktor internal diantaranya tingkat kecerdasan intelektual, motivasi belajar, kemampuan mengelola bahan belajar, konsentrasi belajar dan rasa percaya diri, sedangkan faktor eksternal, antara lain pengaruh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru tentang materi ajar dan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga tidak memahami apa yang diinginkan dan diharapkan oleh guru.


(49)

Pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur juga dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran materi lain, selain biologi. Guru terlebih dahulu melakukan survei dan memilih tempat yang tepat untuk pembelajaran. Guru sebisa mungkin merencanakan dan mendesain pembelajaran agar sesuai dengan materi yang diajarkan. Perencanaan yang baik dapat membuat pembelajaran berlangsung dengan lancar. Pembelajaran di lingkungan sekolah terbukti dapan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

II. Hasil Pengujian Hipotesis

Pada uji hipotesis ini, data yang digunakan dalam analisis meliputi data skor aktivitas pembelajaran field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik dan skor tes materi ekosistem. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Sederhana. Dalam penggunaan Analisis Regresi Sederhana data yang dianalisis harus normal dan homogen.

Pada uji persyaratan dalam lampiran 23 dapat dilihat bahwa gambar histogram serta kurvanya normal, menunjukkan bahwa data cenderung berdistribusi normal. Dilihat dari skewness sebesar 0.139 yang mendekati nol sehingga diasumsikan normal, hal ini diperkuat pada uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai sig. adalah 0.06 = 16% > 0,05 = 5% yang berarti H diterima atau distribusi data tersebut normal. Selain itu jika diperhatikan pada diagram Q-Q Plot data tersebut juga menunjukkan data berdistribusi normal, sebab diagramnya tidak jauh dari garis diagonal normal. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi cenderung mendekati normal. Untuk menguji homogenitas dilihat pada nilai kurtosis pada tabel yaitu sebesar 0.135. Angka tersebut merupakan nilai positif yang mendekati nol dan dapat diasumsikan bahwa data tersebut homogen, sehingga syarat uji regresi normal dan homogen terpenuhi.

Setelah melakukan uji persyaratan, maka dilakukan uji regresi dengan bantuan SPSS Versi 17. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi 17, diperoleh persamaan regresi yang dapat dilihat pada tabel output SPSS sebagai berikut.


(50)

Tabel 15. Perhitungan regresi linier sederhana skor aktivitas dengan skor postest

a. Predictor: (Constant), Aktivitas b. Dependent Variabel: Kognitif

Dari tabel anova di atas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik signifikan dengan nilai F = 59.430 untuk derajad kebebasan 74 dan P-value sebesar 0,000 yang lebih kecil dari = 0,05. Untuk mengetahui persamaan regresi digunakan tabel koefisien regresi sebagai berikut.

Tabel 16. Koefisien persamaan regrsi aktivitas siswa dan skorpostest

a. D

a. Dependent Variabel: Kognitif

Dari tabel koefisien regresi, persamaan regresi yang didapat adalah: =47.730 +0.336X,

dimana = hasil belajar dalam ranah kognitif dan x = aktivitas siswa . Hal tersebut berarti apabila rata-rata aktivitas siswa bertambah sebesar 0,336, maka nilai hasil belajar dalam ranah kognitif akan bertambah 1.

Tabel 17OutputModelSummaryaktivitas siswa danpostest

a. P

redictors: (constant), aktivitas

Dari tabel di atas nilai koefisien determinasi dapat dibaca pada nilai R square. Besarnya nilai Rsquare atau R²= 0.445=44.5% menunjukkan bahwa skor aktivitas siswa mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa/posttest sebesar 44.5%.

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1518.459 1 1518.459 59.430

Residual 1890.738 74 25.551

Total 3409.197 75

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (constant) 47.730 3.294 14.492 .000

Aktivitas 0.336 0.044 0.667 7.709 .000

Model R R Square adjusted Rsquare Std. Error of theEstimate


(51)

Untuk setiap persamaan regresi linear, hubungan antara variabel independen dan dependen harus linear. Hasil output SPSS versi 17 untuk uji linearitas di kelas eksperimen adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Hubungan linearitas aktivitas siswa dan hasil belajar

Dari gambar di atas nampak garis regresi yang mengarah ke kanan. Hal ini membuktikan adanya linearitas hubungan antara aktivitas siswa dalam pembelajaran field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik dan hasil belajar, yang dapat diartikan semakin tinggi aktivitas maka hasil belajar dalam ranah kognitif juga semakin tinggi.

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana, hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa variabel skor aktivitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh terhadap skor tes pada materi ekosistem yaitu sebesar 44.5%. Artinya variasi hasil belajar kognitif siswa/posttest mampu dijelaskan oleh variasi aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 44.5% melalui hubungan

= 47.730 + 0.336X.

B. Pembahasan

Pembelajaran dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uji pengaruh menunjukkan bahwa variabel aktivitas dalam field trip di Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh cukup kuat terhadap hasil belajar ranah kognitif sebesar 44,5% melalui hubungan linier =47.730 +0.336X. Oleh karena itu, siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan, siswa melakukan segala aktivitas dalamfield tripdi Pantai Teluk Awur.

88

92

X


(52)

Presentase aspek aktivitas siswa yang tinggi ditemukan pada keterampilan siswa dalam menyiapkan alat dan bahan dan keterampilan siswa dalam melakukan pengamatan, yaitu 79%. Hal ini disebabkan suasana pembelajaran baru sehingga siswa begitu antusias untuk mengikuti pembelajaran. Siswa cenderung aktif mancari titik pengamatan yang berbeda dengan kelompok lain. Kegiatan ilmiah yang diharapkan juga dapat tercapai, seperti siswa mengamati komponen ekosistem, menentukan peran dan fungsi komponen ekosistem, menganalisis peristiwa saling ketergantungan antar komponen ekosistem, membuat jaring-jaring makanan dan piramda makanan, serta membuat kesimpulan.

Aspek aktivitas yang dilaksanakan siswa mempengaruhi hasil belajarnya. Siswa yang aktif dalam pembelajaran berdampak pada hasil belajarnya. Semakin tinggi aktivitas, semain baik pula hasil belajar yang diperolehnya. Hasil belajar siswa telah mencapai standar optimal yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu 80% mendapat nilai akhir 70. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 80% siswa telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Standar yang ditetapkan oleh SMP N 3 Jepara pada mata pelajaran IPA kelas VII semester genap tahun ajaran 2011/2012 adalah 66. Rerata hasil belajar dua kelas eksperimen tergolong cukup tinggi, yaitu 72,5. Namun, nilai tertinggi yang dicapai hanya 88 dari nilai 100 yang diharapkan, sedangkan nilai terendah yang didapat adalah 58.

Keterkaitan antara pembelajaran field trip dengan hasil belajar siswa dapat dijelaskan dengan menggunakan teknik teori penetapan tujuan (goal getting theory). Teori penetapan tujuan adalah proses kognitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku. Tujuan yang disadari akan menghasilkan tingkat prestasi yang lebih tinggi jika seseorang menerima tujuan tersebut (Locke, 1975). Kejelasan tujuan pembelajaran dari guru sangat penting, tujuan belajar harus dipahami dan disepakati agar siswa dapat belajar dengan efektif. Siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Selain itu, tujuan belajar juga harus tepat sasaran dan mencakup umpan balik. Saran dan masukan dari guru memberikan kesempatan untuk memperjelas harapan siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.


(1)

dan b=0,336, jadi persamaan regresinya = 47.730 + 0,336X. Kemudian melihat nilai b unktuk menolak atau menerima hipotesis. Dilihat dari output ANOVAb diperoleh nilai F=59.430 dan sig.0,002.

3. Analisis hasil

Nilai sig 0,00= 2%<5% berarti ditolak dan diterima, jadi persamaan = 47.730 + 0,336X adalah linear atau aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik mempunyai hubungan linear dengan hasil belajar kognitif siswa atau aktivitas siswa berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif siswa. Sehingga analisis dapat dilanjutkan untuk melihat seberapa besar pengaruhnya dengan melihat koefisien determinan .

4. Intepretasi hasil

Nilai koefisien determinasi dapat dibaca R square yang terdapat pada output Model Summary. Dari R square atau = 0,445 = 44,5 %. Besar nilai R square menunjukkan bahwa variabel aktivitas siswa dapat dijelaskan oleh variabel hasil belajar kognitif siswa sebesar 44,5%.

5. Simpulan umum

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana di atas, hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa variabel skor aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik berpengaruh terhadap skor tes pada materi ekosistem yaitu sebesar 44.5%. Artinya variasi hasil belajar kognitif siswa/posttest mampu dijelaskan oleh

variasi aktivitas siswa sebesar 44.5% melalui hubungan = 47.730 + 0.336X.


(2)

141

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Guru menyampaikan topik, tujuan dan hasil yang akan dilakukan - pemilihan topik

Gambar 2. Siswa mempersiapkan diri untuk membentuk kelompok - perencanaan tugas yang akan dipelajari


(3)

)

Gambar 3. Siswa berkelompok mengerjakan LKS


(4)

143

Gambar 5. Guru mengecek pemahaman siswa dengan pertanyaan lisan (evaluasi)

Gambar 5. Guru mengecek pemahaman siswa dengan pertanyaan lisan (evaluasi)


(5)

(6)

145 Lampiran 26