PENERAPAN MODEL MEMIMAKO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka).

(1)

Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

LITTA MIRNAWATI 0903192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Dadan Djuanda, M. Pd NIP. 196311081988031001

Pembimbing II

Drs. H. Ali Sudin, M. Pd NIP. 195703021980031006

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1

Riana Irawati, M. Si. NIP. 198011252005012002


(3)

Oleh:

LITTA MIRNAWATI 0903192

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Penguji I

Drs. H. Ali Sudin, M. Pd NIP. 195703021980031006

Penguji II

Drs. Yedi Kurniadi NIP. 195910221989031003

Penguji III

Drs. Dadan Djuanda, M. Pd NIP. 196311081988031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1

Riana Irawati, M. Si. NIP. 198011252005012002


(4)

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Model Memimako untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Bebas (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya”.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

Litta Mirnawati NIM. 0903192


(5)

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... .. xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 8

1. Rumusan Masalah ... 8

2. Pemecahan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Batasan Istilah ... 15

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 17

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) ... 17

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 18

3. Teori Belajar Bahasa Indonesia ... 18

4. Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 24

5. Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 26

B. Hakikat Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 27

C. Hakikat Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 29

D. Hakikat Pengembangan Kemampuan Siswa ... 29

E. Mind Map ... 30

1. Pengertian Mind Map ... 30

2. Langkah-langkah dalam Membuat Mind Map ... 30

F. Metode Kolaborasi ... 31


(6)

x

2. Tahapan Metode Kolaborasi ... 32

G. Model Memimako ... 32

1. Pengertian Model Memimako ... 32

2. Langkah-langkah Model Memimako ... 33

H. Keterampilan Menulis ... 34

1. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar ... 34

2. Pengertian Menulis ... 35

3. Fungsi Menulis ... 35

4. Tujuan Menulis ... 36

5. Macam-macam Menulis di Sekolah Dasar ... 37

6. Proses Menulis (Writing Process) dalam Pembelajaran Menulis . 37 I. Puisi ... 39

1. Pengertian Puisi ... 39

2. Jenis-jenis Puisi ... 40

3. Unsur-unsur Puisi ... 40

J. Puisi Bebas ... 41

K. Pembelajaran Puisi di Sekolah Dasar ... 41

L. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 42

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 42

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 43

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 44

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 45

5. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 46

6. Model-model Penelitian Tindakan Kelas ... 47

M. Temuan Hasil yang Relevan ... 51

N. Hipotesis Tindakan ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Lokasi Penelitian ... 52

B. Waktu Penelitian ... 52

C. Subjek Penelitian ... 52

D. Metode dan Desain Penelitian ... 53

1. Metode Penelitian ... 53

2. Desain Penelitian ... 54

E. Prosedur Penelitian ... 57

1. Tahap Perencanaan ... 57

2. Tahap Pelaksanaan ... 58

3. Tahap Observasi ... 60

4. Tahap Analisis dan Refleksi ... 60


(7)

x

1. Pedoman Observasi ... 61

2. Pedoman Wawancara ... 62

3. Catatan Lapangan ... 63

4. Lembar Tes Hasil Belajar ... 63

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 64

1. Pengolahan Data Proses ... 64

2. Pengolahan Data Hasil ... 65

3. Analisis Data ... 68

H. Validasi Data ... 69

1. Member Check ... 70

2. Triangulasi ... 71

3. Expert Opinion ... 72

4. Audit Trail ... 73

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Paparan Data Awal ... 74

1. Paparan Data Proses ... 74

2. Paparan Data Hasil ... 76

B. Paparan Data Tindakan ... 77

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 77

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 77

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I ... 80

c. Paparan Data Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 91

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 93

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 105

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 105

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II ... 108

c. Paparan Data Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 120

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 122

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 134

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 134

b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus III ... 137

c. Paparan Data Hasil Pelaksanaan Siklus III ... 150

d. Analisis dan Refleksi Siklus III ... 152

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 159

1. Paparan Pendapat Siswa ... 160

2. Paparan Pendapat Guru ... 160

D. Pembahasan ... 161

1. Perencanaan ... 161


(8)

x

a. Kinerja Guru ... 164

b. Aktivitas Siswa ... 167

3. Hasil Belajar ... 169

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 173

A. Kesimpulan ... 173

B. Saran ... 175

DAFTAR PUSTAKA ... 177

LAMPIRAN ... 179


(9)

1 A. Latar Belakang

Manusia dapat berkomunikasi melalui bahasa. Tanpa bahasa, manusia tidak bisa mengemukakan atau mengungkapkan apa yang ia rasa. Bahasa dapat disampaikan melalui tulisan dan lisan. Seseorang akan mampu berbahasa jika ia belajar bahasa. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, seseorang akan memahami lebih jauh mengenai pemahaman dan keterampilan berbahasa. Karena sekolah dasar merupakan pendidikan pertama yang memberikan landasan kuat untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya. Oleh karena itu, sudah selayaknya sekolah dasar memberikan kemampuan dan keterampilan dasar bahasa Indonesia yang ditanamkan sejak kelas-kelas awal.

Dengan dikuasainya kemampuan berbahasa, maka siswa akan mudah untuk berinteraksi dengan siapa saja. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting. Dengan menulis, seseorang bisa mencurahkan isi hatinya. Karena kemampuan menulis tidak mudah diperoleh dan dikuasai. Kemampuan menulis diperoleh melalui proses belajar. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah dasar perlu diperhatikan dengan baik.

Menurut Suriamiharja (Djuanda, 2008: 180), “Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis”.


(10)

Dari kutipan yang dikemukakan oleh Suriamiarja dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebuah proses yang melahirkan sebuah gagasan, ungkapan, atau perasaan yang dituangkan secara tertulis. Dengan menulis, seseorang bisa menuangkan idenya berupa puisi, catatan harian, jurnal, dan sebagainya.

Kemampuan menulis di sekolah dasar diajarkan dari mulai kelas satu sampai kelas enam. Kemampuan menulis pada kelas satu dan dua merupakan kemampuan tahap awal yang disebut dengan menulis permulaan. Sedangkan pada kelas tiga sampai kelas enam merupakan kemampuan lanjutan yang disebut menulis lanjut.

Materi mengenai menulis permulaan mencakup beberapa komponen yaitu tahap persiapan dan tahap pramenulis. Pada tahap persiapan, siswa diajarkan cara duduk, cara menyimpan buku, memegang pensil dengan benar, dan sebagainya. Pada tahap pramenulis, siswa diajarkan menulis kata-kata yang sederhana, menyalin kata-kata, dan sebagainya. Sedangkan materi menulis lanjut, sudah mengarah pada proses pembuatan atau mengarang. Misalnya, menulis surat, laporan pengamatan, buku harian, naskah pidato, naskah wawancara, puisi bebas, pidato, dan sebagainya.

Salah satu pengembangan menulis lanjut yaitu menulis puisi. Puisi merupakan sebuah ungkapan hati yang dituangkan dalam sebuah tulisan dengan menggunakan bahasa yang indah. Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poesis atau poeima yang berarti pembuatan. Sedangkan di dalam bahasa Inggris adalah poem atau poetry yang berarti pembuatan karena melalui puisi, seseorang akan mencurahkan ekspresi jiwanya. Puisi adalah karya sastra yang berirama dibangun oleh rima, bait, dan baris.

Menurut Waluyo (Supriyadi, 2006: 44), “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya”.

Dari kutipan yang dikemukakan oleh Waluyo dapat dijelaskan bahwa puisi adalah sebuah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata sebagai alat penyampaian untuk menuangkan perasaan, gagasan, dan imajinasi seseorang.


(11)

Puisi merupakan sebuah karya kreatif yang diciptakan seseorang berupa tulisan dengan menggunakan bahasa yang indah. Dengan menulis puisi, ia bisa menuangkan perasaan atau emosi yang sedang ia alami.

Ketika melakukan observasi di kelas V SDN Surawangi 1 Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, dalam pembelajaran menulis puisi bebas siswa kurang antusias. Ada beberapa siswa yang bercanda dan mengobrol ketika pembelajaran berlangsung. Bahkan ada siswa yang keluar-masuk kelas.

Menulis puisi bebas merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Karena dengan menulis puisi bebas, siswa dapat berpikir kreatif. Siswa dapat mencurahkan perasaan atau emosinya melalui puisi. Sebelum menulis puisi, sebaiknya siswa dapat menuangkan gagasannya dengan tepat dan menggunakan pilihan kata dengan tepat berupa penggunaan majas dan rima.

Namun, dalam kenyataannya masih terdapat beberapa kesulitan mengenai menulis puisi bebas yang dialami oleh siswa kelas V SDN Surawangi 1. Kesulitan yang dialami siswa di antaranya, siswa kesulitan dalam mengembangkan gagasan/ ide dalam menulis puisi dan pilihan kata yang tepat untuk puisi berupa penggunaan majas dan rima yang dituliskan dalam puisi. Hal ini terlihat ketika peneliti melihat puisi yang masih banyak kesalahan terutama dalam menuangkan gagasan dan pilihan kata berupa penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima. Siswa menulis puisi sama dengan menulis prosa. Menggunakan bahasa yang standar, tanpa menggunakan majas dan rima.

Permasalahan tersebut diketahui pada saat melakukan penelitian pada tanggal 29 Oktober 2012. Pembelajaran menulis puisi bebas pada saat itu diawali dengan pengondisian kelas, pengecekan kehadiran, dan mengadakan apersepsi. Pada saat apersepsi, terdapat beberapa siswa yang mengetahui pengertian dari puisi. Selanjutnya guru bertanya mengenai majas. Di sana, siswa sama sekali tidak mengetahui apa itu majas. Setelah itu, guru menjelaskan apa itu majas dan memberikan contoh bagaimana cara menuangkan gagasan/ ide yang sederhana untuk menulis puisi. Ketika itu, siswa-siswa terpukau dengan aksi guru karena guru membacakan hasil puisinya di depan kelas. Pada saat pembelajaran, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Namun, tak ada satu pun


(12)

siswa yang bertanya. Setelah itu, guru menugaskan siswa secara individu untuk menulis puisi bebas.

Seketika, suasana kelas menjadi berubah. Ribut tak menentu dan guru pun melakukan tindakan. Selanjutnya, guru memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan. Kendala terbesar yang dialami guru adalah terdapat beberapa siswa yang masih belum lancar membaca dan menulis. Maka guru, memerintahkan siswa membuat puisi sesuai dengan kemampuannya sendiri. Selanjutnya, tugas pun dikumpulkan. Guru melakukan penilaian hasil kerja siswa.

Adapun aspek yang dinilai adalah pengembangan gagasan/ ide dan pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima. Dari hasil kerja siswa berdasarkan kemampuan siswa menulis puisi bebas dapat diketahui bahwa ada 4 orang atau 18% dari 22 orang siswa yang sudah mengembangkan ide/gagasan dengan baik dan sudah memenuhi tiga indikator, 14 orang atau 64% orang siswa yang sudah mengembangkan ide tetapi hanya memenuhi dua indikator dan 4 orang atau 18% orang siswa hanya memenuhi satu indikator dalam pengembangan gagasan/ide.

Dari aspek pilihan kata yang tepat yaitu pada penggunaan majas personifikasi, ada 1 orang atau 4,5% yang sudah memenuhi tiga indikator, 2 orang atau 9% orang siswa yang telah memenuhi dua indikator, dan 1 orang atau 4,5% orang siswa yang memenuhi satu indikator.

Dari aspek penggunaan majas simile, ada 1 orang atau 4,5% yang sudah memenuhi tiga indikator, 6 orang atau 27% orang siswa yang telah memenuhi dua indikator, dan 6 orang atau 27% orang siswa yang memenuhi satu indikator.

Dari aspek penggunaan rima, ada 5 orang atau 23% yang telah memenuhi tiga indikator, 3 orang atau 14% orang siswa yang telah memenuhi dua indikator, dan 14 orang atau 64% orang siswa yang memenuhi satu indikator.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya 1 orang siswa (4,5%) yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan 21 orang siswa (95,5%) masih belum memenuhi KKM, yaitu 67. Adapun data hasil tes yang dilakukan adalah sebagai berikut.


(13)

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Tes Akhir Siswa Kelas V SDN Surawangi 1 Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas

KKM ≥ 67

Dengan demikian, kemampuan siswa kelas V SDN Surawangi 1 dalam pembelajaran menulis puisi bebas masih rendah. Karena hanya 4,5% atau 1 orang yang memenuhi KKM dan 95,5% atau 21 orang siswa yang masih belum mencapai KKM.

Setelah diketahui permasalahan yang terjadi, peneliti menganalisis penyebab terjadinya permasalahan dengan melakukan observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Aspek yang menjadi fokus perhatian peneliti adalah kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi bebas.

Kinerja guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Guru kurang menggali gagasan/ ide siswa sehingga ketika ditugaskan untuk menulis puisi bebas, siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan No. Nama

Aspek yang Dinilai

Jml

Skor Nilai

Tafsiran

Gagasan

Pilihan kata

T BT Majas

Personifikasi

Majas

Simile Rima

1 Ai 3 2 0 1 6 50 √

2 Amalia 3 3 3 3 12 100 √

3 Anggi 3 0 1 1 5 42 √

4 Dendra 2 0 1 2 5 42 √

5 Dede N. 2 0 2 1 5 42 √

6 Dede M. 2 0 0 1 3 25 √

7 Dela 2 1 1 1 5 42 √

8 Dini 1 0 0 1 2 25 √

9 Euis 2 0 2 1 5 42 √

10 Hamzah 2 0 2 2 6 50 √

11 Lutfa 2 1 2 3 7 58 √

12 M. Farid 3 0 0 3 6 50 √

13 Nana 2 0 0 1 3 25 √

14 Nur Siti 2 0 2 2 6 50 √

15 Ratna 2 0 2 3 7 58 √

16 Rivky 1 0 1 1 3 25 √

17 Rendi 2 0 0 3 5 42 √

18 Rijal 1 0 0 1 2 25 √

19 Tio 1 0 1 1 3 25 √

20 Maulana 2 0 1 1 4 33 √

21 Trisna 2 2 0 1 5 42 √

22 Putri 2 0 0 1 3 25 √

Jumlah 108 918 1 21


(14)

ide/gagasan, menggunakan pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima.

2. Guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru menerangkan materi dan siswa hanya mendengarkan ceramah. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru.

3. Guru masih kurang dalam pengelolaan kelas. Masih ada siswa yang ribut dan keluar kelas.

4. Guru tidak mengarahkan siswa untuk memperbaiki puisi bebas sebelum dinilai oleh guru.

5. Guru langsung memberikan nilai, tanpa memberitahukan kesalahan-kesalahan dalam menulis puisi.

6. Pembelajaran kurang menarik karena guru menggunakan metode ceramah, yang diakhiri dengan metode penugasan saja.

7. Guru kurang mengarahkan hasil puisi bebas siswa dalam penulisan kata, majas, dan rima.

Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran keterampilan menulis puisi terlihat.

1. Ketika pembelajaran berlangsung, sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.

2. Ketika ditugaskan untuk menulis puisi bebas, beberapa siswa ribut sehingga mengganggu pembelajaran.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide/gagasannya ketika menulis puisi bebas.

4. Siswa kurang mampu dalam menulis puisi dengan menggunakan majas. 5. Siswa kurang mampu dalam menulis puisi dengan memperhatikan rima. 6. Siswa masih malu-malu untuk memperlihatkan hasil pengerjaannya.

7. Hasil pengerjaannya tidak mau dibaca oleh teman sekelasnya, puisi tersebut hanya boleh dibaca oleh guru saja.

8. Tidak adanya kerja sama antar siswa dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam menulis puisi bebas.


(15)

Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas dapat diupayakan oleh guru melalui penggunaan model dan media pembelajaran. Salah satunya adalah menggunakan model memimako akan lebih memudahkan siswa dalam mencurahkan ide atau gagasannya dengan cara berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Model memimako terinspirasi dari proses menulis, metode mind map, dan kolaborasi. Ketiga model tersebut mempunyai peranan masing-masing. Proses menulis, metode mind map, dan metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam menulis puisi bebas. Proses menulis ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk cerita. Siswa bebas berekspresi dalam menuliskan idenya. Metode mind map dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam menuangkan sebuah ide dan membuat beberapa kalimat untuk mengembangkan idenya dalam peta konsep yang dibuatnya. Siswa bisa membuat peta konsep untuk merumuskan isi sebuah puisi. Karena kesulitan yang dihadapi oleh siswa adalah ketika mereka akan menuangkan ide dalam sebuah kalimat. Metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk mengoreksi ide/gagasan, pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima.

Siswa akan menuangkan ide/gagasan dan menggunakan pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima dalam menulis puisi bebas melalui diskusi dengan temannya.

Dalam pembelajaran menulis ini perlu diadakan sebuah pembaharuan. Seorang guru harus menyediakan media. Selain itu juga, guru harus mampu memilih model dan teknik yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan karakteristik siswa. Dalam menerapkan model memimako ini, siswa bekerja sama dengan siswa lain. Setiap siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Hal ini tentu akan memunculkan ide atau gagasan untuk menulis puisi bebas.

Pada proses pembelajaran menulis puisi bebas siswa sering mengalami hambatan. Untuk itu peneliti ingin mencoba menerapkan model memimako dalam menulis puisi bebas. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka permasalahan yang terjadi di lapangan, khususnya dalam mengembangkan


(16)

ide/gagasan dan pilihan kata-kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima dalam menulis puisi bebas. Maka penelitian tindakan kelas ini pun diberi judul “Penerapan Model Memimako untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Bebas Siswa Kelas V SD Negeri Surawangi 1 Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka.”

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas?

1) Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu siswa kelas V SDN Surawangi 1 Kecamatan Jatiwangi mengalami kesulitan dalam menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.

Tindakan yang akan peneliti lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut ialah dengan cara menerapkan model memimako. Alasan memilih model memimako untuk mengatasi masalah tersebut, karena model memimako ini terinspirasi dari beberapa model pembelajaran yang terdiri dari proses menulis


(17)

(Writing Process), metode mind map, dan kolaborasi. Proses menulis, metode mind map, dan metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam menulis puisi bebas. Ketiga model tersebut mempunyai peranan masing-masing. Proses menulis ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk cerita. Siswa bebas berekspresi dalam menuliskan idenya. Mind map dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam menuangkan sebuah ide dan membuat beberapa kalimat untuk mengembangkan idenya dalam peta konsep yang dibuatnya. Siswa bisa membuat peta konsep untuk merumuskan isi sebuah puisi. Karena kesulitan yang dihadapi oleh siswa adalah ketika mereka akan menuangkan ide dalam sebuah kalimat. Metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk mengoreksi ide/gagasan, pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima.

Adapun prosedur pelaksanaan menulis puisi bebas dengan model memimako adalah sebagai berikut.

a. Guru mengondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. b. Guru melakukan apersepsi.

c. Guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran dengan jelas. d. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok masing-masing kelompok terdiri

dari empat atau lima orang.

e. Guru menjelaskan materi mengenai menulis puisi bebas yang meliputi gagasan dan pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima.

f. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.

g. Setiap kelompok mengamati media yang digunakan dalam pembelajaran untuk menemukan gagasan dalam menulis puisi bebas.

h. Dalam setiap kelompok, masing-masing membuat peta konsep.

i. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk menulis puisi bebas sesuai dengan media yang digunakan dan sesuai dengan kemampuannya.

j. Setelah selesai, setiap kelompok ditugaskan untuk mengoreksi hasil karyanya dengan teman-teman sekelompoknya mengenai pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima.


(18)

l. Guru memberikan penjelasan pada siswa untuk memberikan tanda pada kata/ kalimat yang menurut mereka kurang tepat.

m.Melakukan konfirmasi pada kelompok pembuat puisi mengenai hasil puisi tersebut.

n. Kelompok berdiskusi mengenai pengembangan ide/gagasan dan pilihan kata yang tepat dengan menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide/ kata-kata yang berkaitan dengan penggarapan tulisannya.

o. Hasil puisi tersebut dikembalikan pada pengarangnya dan diperbaiki. p. Semua kelompok mengumpulkan hasil pembuatannya pada guru. q. Perwakilan kelompok membacakan hasil puisinya di depan kelas.

Berdasarkan hal tersebut penerapan model memimako dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 Kecamatan Jatiwangi dengan target proses dan hasil sebagai berikut.

a. Target Proses

Dalam pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan model memimako diharapkan 80% aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dalam perencanaan persiapan mengajar dan kinerja guru diharapkan dapat mencapai 100 %. Dengan kriteria aspek yang dinilai sebagai berikut.

1) Perencanaan Persiapan Mengajar Guru

a) Guru mampu merumuskan tujuan pembelajaran dengan baik. b) Guru mampu memilih dan mengorganisasi materi dengan baik. c) Guru mampu mempersiapkan media pembelajaran dengan baik.

d) Guru mampu mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model memimako dengan baik.

e) Guru mampu mempersiapkan penilaian hasil belajar dengan baik.

2) Kinerja Guru

a) Guru mampu mengondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. b) Guru mampu menjelaskan langkah-langkah dan tujuan pembelajaran dengan


(19)

c) Guru hendaknya mengadakan apersepsi dengan baik.

d) Guru hendaknya membantu siswa dalam membuat kelompok.

e) Guru mampu menjelaskan materi tentang menulis puisi bebas dengan baik. f) Guru hendaknya menjelaskan mengenai media yang digunakan dalam

pembelajaran pada siswa.

g) Guru hendaknya membimbing siswa dalam menemukan gagasan untuk menulis puisi bebas.

h) Guru hendaknya membimbing siswa dalam membuat peta konsep untuk menulis puisi bebas.

i) Guru hendaknya membimbing siswa menulis puisi bebas bebas yang sesuai dengan media pembelajaran yang digunakan dan sesuai dengan kemampuannya.

j) Guru hendaknya membimbing siswa dalam mengambil puisi bebas kelompok lain.

k) Guru hendaknya membimbing siswa dalam mengoreksi hasil puisi bebas kelompok lain.

l) Guru hendaknya membimbing siswa dalam berdiskusi mengenai kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam puisi bebas.

m) Guru hendaknya membimbing siswa dalam menulis ulang puisi bebas yang telah dikoreksi dengan memperhatikan ide, penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima.

n) Guru hendaknya mengamati siswa dalam membacakan puisi bebasnya. o) Guru mampu mengadakan evaluasi dengan baik.

p) Guru hendaknya membimbing siswa dalam menyimpulkan materi mengenai menulis puisi bebas.

q) Guru hendaknya mengadakan tindak-lanjut pada siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM.

3) Aktivitas Siswa a) Keaktifan


(20)

(1) Siswa mengajukan pertanyaan yang terkait materi pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung.

(2) Siswa mampu mengoreksi puisi orang lain.

(3) Siswa memberikan pendapat pada saat pembelajaran berlangsung.

b) Kerja sama

(1) Siswa bekerja sama dengan saling membantu mengoreksi puisi teman satu kelompoknya.

(2) Siswa memberikan bantuan kepada temannya jika temannya tidak paham dengan kegiatan menggunakan model memimako.

(3) Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.

c) Ketelitian

(1) Siswa mengoreksi penggunaan ide yang terdapat dalam puisi bebas temannya dengan teliti.

(2) Siswa mengoreksi kesalahan-kesalahan penggunaan majas personifikasi dan majas simile yang terdapat dalam puisi bebas temannya dengan teliti.

(3) Siswa mengoreksi kesalahan-kesalahan penggunaan rima yang terdapat dalam puisi bebas temannya dengan teliti.

Keterangan penyekoran aktivitas siswa. Skor 3: Jika semua aspek dapat terpenuhi. Skor 2: Jika dua aspek yang dapat terpenuhi.

Skor 1: Jika hanya satu aspek yang dapat terpenuhi.

Skor ideal = 9

Nilai = jumlah skor yang diperoleh dari setiap aspek yang dinilai. Interpretasi nilai:

B = jika jumlah skor yang diperoleh siswa 7-9 dikatakan baik. C = jika jumlah skor yang diperoleh siswa 4-6 dikatakan cukup baik. K = jika jumlah skor yang diperoleh siswa 1-3 dikatakan kurang baik.


(21)

Rumus Persentase :

% =

N X

x 100

X = Jumlah perolehan skor N = Jumlah siswa keseluruhan 100 = Angka baku dalam persen

b. Target Hasil

Dalam menentukan keberhasilan menyusun puisi bebas dengan model memimako diharapkan 80% siswa dapat mencapai KKM, yaitu ≥ 67. Aspek yang dinilai dalam penilaian hasil adalah gagasan/ide, penggunaan majas personifikasi, penggunaan majas simile, dan penggunaan rima. Siswa akan memperoleh skor tiga dalam gagasan, jika siswa mampu menuangkan gagasan yang orisinil, sesuai dengan tema, dan tercermin pada isi puisi. Skor tiga, jika siswa menggunakan minimal dua majas personifikasi, majas personifikasi itu padu, dan terdapat kesesuaian penggunaan majas personifikasi dengan isi puisi. Skor tiga, jika siswa menggunakan minimal dua majas simile, majas simile itu padu, dan terdapat kesesuaian penggunaan majas simile dengan isi puisi. Serta, mendapat skor tiga, jika penggunaan rima lebih dari tujuh.

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah yang peneliti kemukakan, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako.

a. Mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako.


(22)

b. Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako .

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi 1 dengan menerapkan model memimako.

D. Manfaat Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah yang akan dibahas, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi.

1. Guru Sekolah Dasar

a. Dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model memimako untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis puisi bebas. b. Mengembangkan kemampuan mengajar guru dalam memecahkan masalah

yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. c. Sebagai bahan referensi bagi guru dalam mengajar.

2. Siswa Sekolah Dasar

a. Melalui pembelajaran menggunakan model memimako, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dalam menulis.

b. Mempermudah siswa dalam menulis puisi bebas .

c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat.

d. Meningkatkan minat siswa untuk menulis puisi.

3. Lembaga

Penerapan model memimako dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik dan hasil belajar di sekolah dasar.


(23)

4. Peneliti

Membiasakan diri untuk berpikir ilmiah dalam menemukan kebenaran sehingga menjadi awal pembelajaran bagi peneliti secara pribadi sebagai seorang calon peneliti dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan di tingkat sekolah dasar. Meningkatkan pemahaman dari disiplin ilmu yang telah dipelajari, serta dapat menerapkan teori-teori yang dipelajari, yang telah diperoleh dalam perkuliahan. Serta dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca terhadap pokok masalah yang diteliti, berikut akan dijelaskan beberapa istilah yang perlu diketahui kejelasannya.

1. Menurut Suriamiharja (Djuanda, 2008: 180), “Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis”.

2. Menurut Waluyo (Supriyadi, 2006: 44), “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya”.

3. Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh bait dan baris.

4. Menulis puisi bebas adalah menuangkan pikiran dan perasaan pada sebuah tulisan menggunakan bahasa yang indah dan tidak terikat bait dan baris. 5. Model memimako adalah sebuah model yang terinspirasi dari proses menulis,

mind map, dan kolaborasi. Ketiga model tersebut mempunyai peranan masing-masing. Proses menulis, metode mind map, dan metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam menulis puisi bebas. Proses menulis ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk cerita. Siswa bebas berekspresi dalam


(24)

menuliskan idenya. Metode mind map dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam menuangkan sebuah ide dan membuat beberapa kalimat untuk mengembangkan idenya dalam peta konsep yang dibuatnya. Siswa bisa membuat peta konsep untuk merumuskan isi sebuah puisi. Karena kesulitan yang dihadapi oleh siswa adalah ketika mereka akan menuangkan ide dalam sebuah kalimat. Metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk mengoreksi ide/gagasan, pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Terdapat beberapa rincian tentang urutan penulisan dalam penyusunan skripsi yaitu struktur organisasi skripsi. Pada struktur organisasi skripsi terdiri dari beberapa unsur-unsur antara lain sebagai berikut.

Bab I. Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan dan pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II. Kajian Pustaka berisi tentang kerangka pemikiran yang terdiri dari hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di SD, hakikat guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hakikat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hakikat pengembangan kemampuan siswa, mind map, metode kolaborasi, model memimako, keterampilan menulis, puisi, puisi bebas, pembelajaran puisi di sekolah dasar, penelitian tindakan kelas (PTK), serta hipotesis tindakan.

Bab III. Metode Penelitian berisi tentang waktu pelaksanaan penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian, metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, serta validasi data.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang data temuan di lapangan serta pembahasannya mulai siklus pertama sampai siklus terakhir.

Bab V. Kesimpulan dan Saran merupakan kesimpulan serta saran dari peneliti.


(25)

52 A. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Surawangi 1 yang beralamat di Jalan Sumurtama Desa Surawangi Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di sekolah dasar ini terdapat kelas yang mempunyai permasalahan menulis puisi bebas, khususnya di kelas V (lima), sehingga sekolah ini perlu mendapatkan pembaharuan dalam praktik pembelajaran menulis puisi bebas. Selain itu, lokasi SD Negeri Surawangi dekat dengan tempat tinggal peneliti dan kondisi pihak tenaga pendidik yang sangat mendukung adanya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian diperkirakan sekitar enam bulan, yaitu mulai dari bulan Desember 2012 sampai bulan Juni tahun 2013. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan dapat dilihat berbagai perubahan yang terjadi setelah dilaksanakannya pembelajaran menulis puisi bebas dengan menerapkan model memimako mulai dari siklus satu sampai siklus selanjutnya.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V (lima) Sekolah Dasar Negeri Surawangi 1 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 22 orang siswa, terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Pemilihan siswa kelas V (lima) menjadi subjek penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru kelas diketahui bahwa kemampuan menulis puisi bebas pada siswa kelas V masih rendah atau di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM). Selain melakukan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan observasi pada pembelajaran menulis puisi bebas di kelas V (lima), setelah dilakukan observasi


(26)

secara langsung permasalahan tersebut ternyata bukan hanya sekedar wacana sehingga perlu mendapat perhatian.

D. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Pemilihan metode tersebut didasarkan atas permasalahan dalam penelitian ini muncul dari praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung oleh guru dan siswa di dalam kelas, yaitu masalah pembelajaran menulis puisi bebas. Sehingga, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran tersebut.

Ada beberapa pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli. Menurut Hopkin (Muslich, 2009: 8).

PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Muslich, 2009: 8), “PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri”.

Menurut Rochman Natawijaya (Muslich, 2009: 9), “PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu”.

Menurut Suyanto (Muslich, 2009: 9), “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional”.

Menurut Tim PGSM (Muslich, 2009: 9), bahwa.

PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman


(27)

terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

Dari beberapa pengertian PTK menurut para pakar maka dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru yang dilakukan di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dan bertujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Adapun desain model PTK yang akan dilaksanakan adalah desain model Kemmis dan Mc Taggart. Hal ini disebabkan model ini cocok untuk diterapkan di sekolah dasar dan jika untuk perbaikan pembelajaran maka menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart ini sangat baik. Hal ini disebabkan model ini melalui beberapa tahapan atau siklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang terus berulang hingga mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.

Desain yang digunakan dalam model ini dikenal dengan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali. Dalam perencanaan ini, peneliti merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. Dalam tindakan, peneliti melakukan tindakan yang sesuai dengan perencanaan. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model memimako dalam menulis puisi bebas. Dalam pengamatan, peneliti mengamati hasil dari tindakan yang dilakukan pada siswa. Jika hasil tersebut masih belum mencapai target maka harus ada perbaikan pada siklus selanjutnya. Kemudian, peneliti mengadakan refleksi yaitu dengan mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil yang diperoleh dari penerapan model memimako.


(28)

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriatmadja, 2005:66)

a. Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan segala keperluan yang mungkin dibutuhkan dan harus ada selama penelitian dilaksanakan. Pada tahap ini juga berbagai kendala yang mungkin terjadi dipersiapkan segala antisipasinya. Perencanaan yang dilakukan adalah dengan merancang format kinerja guru, aktivitas siswa, lembar tes, dan instrumen penelitian.

Peneliti juga merencanakan tindakan dengan menggabungkan tiga model yang terinspirasi dari proses menulis, mind map, dan kolaborasi. Ketiga model tersebut mempunyai peranan masing-masing. Proses menulis ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk cerita. Metode mind map dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam menuangkan sebuah ide dan membuat beberapa kalimat untuk mengembangkan idenya dalam peta konsep yang dibuatnya. Metode kolaborasi ini dimaksudkan untuk


(29)

mengoreksi ide/gagasan, pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima.

b. Pelaksanaan (Act)

Tahap tindakan, peneliti mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka untuk mengatakan apa yang dipahami dan diminati. Dalam tahap ini, segala yang dipersiapkan pada tahap perencanaan dilaksanakan. Pada tahap pelaksanaan, dilakukan penerapan langkah-langkah yang telah dibuat pada tahap perencanaan yaitu berupa pelaksanaan model memimako untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas pada siswa kelas V SDN Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka.

c. Observasi (Observe)

Dalam pengamatan, semua data pelaksanaan tindakan dari rencana yang sudah dibuat dan dampak terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan instrumen sebagai alat bantu. Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan data dengan format yang telah dirancang pada saat perencanaan.

d. Refleksi (Reflect)

Tahap refleksi ini dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui segala hal yang terjadi dan diperoleh dalam proses dan hasil pembelajaran. Pada tahap refleksi ini, data yang diperoleh selama observasi ditafsirkan dan dianalisis. Jika terdapat kekurangan, maka harus diperbaiki pada siklus berikutnya, sehingga mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Keempat tahap tersebut merupakan untaian yang saling berkaitan dan disebut dengan siklus. Satu siklus itu adalah terjadi perputaran dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Jika dalam PTK tersebut satu siklus itu belum mencapai hasil yang maksimal maka dilakukanlah siklus kedua dan selanjutnya.


(30)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan dari target yang akan dicapai. Target yang ingin dicapai adalah siswa dapat menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Model Kemmis dan Taggart ini satu siklus putaran kegiatannya terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart maka penelitian tindakan kelas ini berupa siklus yang dilakukan secara terus berulang dan berkelanjutan yang artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Merujuk pada model Kemmis dan Taggart, maka langkah-langkah penelitian pada pembelajaran menulis puisi bebas dengan penggunaan model memimako adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti meminta periizinan kepada Kepala Sekolah SDN Surawangi 1 dan guru kelas V untuk mengadakan penelitian. Menganalisis kurikulum khususnya kurikulum bahasa Indonesia kelas V tentang menulis puisi bebas yang kemudian dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk proses pembelajaran serta menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi masalah kesulitan menulis puisi bebas di kelas V. Dalam perencanaan ini, peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas V SDN Surawangi 1 Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Hal yang dibicarakan adalah kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Membicarakan rencana penelitian sebagai upaya meningkatkan kemampuan

menulis puisi bebas.

b. Membicarakan hakikat dan tujuan menulis puisi bebas di kelas V.

c. Melakukan tes awal untuk melihat kemampuan awal siswa dalam menulis puisi bebas sebagai input tindakan penelitian.


(31)

d. Mengkaji permasalahan yang terjadi.

e. Berdiskusi dengan guru untuk mengadakan perbaikan terhadap hasil pembelajaran awal yang sudah dilaksanakan dengan menerapkan model memimako dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas.

f. Peneliti menyusun perumusan langkah-langkah pemecahan masalah yang akan diambil dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dan merumuskannya ke dalam RPP sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus pertama.

g. Merancang format observasi kinerja guru, aktivitas siswa, dan instrumen penelitian.

h. Menentukan alat evaluasi pembelajaran, untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan, tidak bisa dipisahkan dengan tahap pengamatan. Oleh karena itu, tahap pelaksanaan dan tahap pengamatan dilakukan secara bersamaan. Dalam tahap ini, peneliti terlebih dahulu membuat suatu rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas melalui model memimako, peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan alat pengumpul data, di antaranya lembar observasi berisi catatan lapangan yaitu hasil pengamatan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dan guru kelas berdiskusi untuk menganalisis, menginterpretasikan, menandai dan membuat kesimpulan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Adapun langkah- langkah pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut.

a. Tahap kegiatan awal

1) Guru mengondisikan siswa pada situasi belajar yang kondusif yaitu dengan cara berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa, dan menyiapkan alat-alat pembelajaran.

2) Guru mengadakan apersepsi dengan tanya-jawab.

3) Guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran dengan jelas. 4) Guru membagi siswa menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok


(32)

b. Tahap kegiatan inti

1) Guru menjelaskan materi mengenai menulis puisi bebas yang meliputi gagasan dan pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima. 2) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok.

3) Setiap kelompok mengamati media yang digunakan dalam pembelajaran untuk menemukan gagasan untuk menulis puisi bebas.

4) Dalam setiap kelompok, masing-masing membuat peta konsep.

5) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk menulis puisi bebas sesuai dengan media yang digunakan dan sesuai dengan kemampuannya.

6) Setelah selesai, setiap kelompok ditugaskan untuk mengoreksi hasil karyanya dengan teman-teman sekelompoknya mengenai pilihan kata yang tepat berupa penggunaan majas dan rima.

7) Setelah selesai, puisi tersebut ditukar dengan kelompok lainnya.

8) Guru memberikan penjelasan pada siswa untuk memberikan tanda pada kata/ kalimat yang menurut mereka kurang tepat.

9) Melakukan konfirmasi pada kelompok pembuat puisi mengenai hasil puisi tersebut.

10)Kelompok berdiskusi mengenai pengembangan ide/gagasan dan pilihan kata yang tepat dengan menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide/ kata-kata yang berkaitan dengan penggarapan tulisannya.

11)Hasil puisi tersebut dikembalikan pada pengarangnya dan diperbaiki. 12)Semua kelompok mengumpulkan hasil pembuatannya pada guru. 13)Perwakilan kelompok membacakan hasil puisinya di depan kelas.

c. Tahap kegiatan akhir 1) Guru mengadakan evaluasi.

2) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas selama proses pembelajaran.

3) Guru mengadakan tindak-lanjut dengan memberikan tugas untuk menulis puisi bebas.


(33)

3. Tahap observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang pada dasarnya merupakan kegiatan mengamati seluruh aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung dengan fokus yang diamati seperti kinerja guru dan aktivitas siswa. Observasi merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data pada proses kegiatan dan akhir kegiatan maupun untuk mengamati kenerja guru maupun aktivitas siswa.

Menurut Hermawan et al.(2007: 139) fungsi diadakannya pengamatan adalah.

Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan ke arah yang diinginkan.

Oleh karena itu, observer mengadakan observasi terhadap praktikan dengan menggunakan format yang telah dirancang sebelumnya, format tersebut terdiri dari format observasi kinerja guru, observasi aktivitas siswa, serta catatan lapangan untuk menuliskan hal-hal yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan akhir dari penelitian yaitu peneliti mengkaji serta mempertimbangkan hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan dari berbagai kriteria. Data yang sudah diperoleh dari hasil observasi secepatnya dianalisis dan diinterpretasikan. Interpretasi atau pemaknaan akan dijadikan dasar untuk dilakukan evaluasi, sehingga dapat disusun langkah-langkah pembelajaran menulis puisi bebas dengan penggunaan model memimako.

Hasil tahap refleksi ini akan dijadikan sumber dalam melakukan tindakan selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada saat merefleksi, yaitu melakukan analisis dan mengevaluasi data yang diperoleh melalui kegiatan observasi serta merencanakan tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang belum mencapai tujuan pembelajaran.


(34)

Pada pelaksanaannya, peneliti akan melakukan refleksi di akhir pembelajaran untuk mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan, apakah sudah mencapai target perbaikan atau belum. Pada akhirnya refleksi akan menghasilkan dan mendorong dalam merancang rencana-rencana baru untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Adapun kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Mengecek kelengkapan data yang diperoleh selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh yaitu dari hasil lembar pengamatan observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, hasil wawancara guru, dan siswa, serta evaluasi hasil belajar siswa sesuai format penilaian menulis puisi bebas.

b. Mendiskusikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh.

c. Penyusunan kembali rencana tindakan yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis data proses dan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.

F. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian, peneliti harus menyusun instrumen penelitian. Karena instrumen penelitian ini sangat penting. Menurut Arikunto (2007: 136).

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul, sehingga tepatlah jika hubungan antara instrumen dengan data ini dikemukakan dalam ungkapan: garbage tool garbage result. Itulah sebabnya menyusun instrumen bagi kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul-betul oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes. Adapun instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pedoman Observasi

Menurut Hermawan et al. (2007:151), “Observasi adalah sebagai pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan dan tidak mengajukan pertanyaan”. Maksud dari pernyataan Hermawan et al. adalah observasi


(35)

merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dan tidak menggunakan alat bantu.

Pedoman observasi adalah panduan dalam melakukan observasi. Instrumen ini diisi dengan pemberian tanda cek pada kolom pedoman observasi berdasarkan deskriptornya. Pedoman observasi merupakan acuan untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa. Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk memperoleh data perilaku siswa dan aktivitas guru sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku dalam upaya memperbaiki pembelajaran.

Dalam penelitian ini, tentunya pedoman observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran menulis puisi bebas dengan penerapan model memimako. Observasi terhadap kinerja guru difokuskan pada tahapan pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, sampai kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan observasi terhadap aktivitas siswa difokuskan pada tiga aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerja sama, dan ketelitian. Aktivitas itu diambil karena berdasarkan data awal, siswa kurang aktif, tidak ada kerja sama dalam mengoreksi setiap puisi bebas. (Format pedoman observasi terlampir).

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat. Menurut Hermawan et al. (2007: 161), “Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam (tape recorder)”. Peneliti, akan melakukan wawancara pada guru dan beberapa siswa mengenai pembelajaran menulis puisi bebas.

Pedoman wawancara merupakan alat yang harus ada pada saat berlangsung percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancara. Materi wawancara yang diberikan kepada guru berkaitan dengan ketepatan penggunaan model dengan materi pembelajaran, kesan-kesan yang timbul, kelebihan, dan kekurangan dalam proses pembelajaran menulis puisi bebas dengan menerapkan


(36)

model memimako. Sedangkan wawancara yang dilakukan terhadap siswa berkaitan dengan manfaat, kesan, dan tanggapan siswa (senang atau tidak, sulit atau tidak, dan mampu atau tidak) selama pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan model memimako.

Alat untuk wawancara berupa pedoman wawancara, meliputi nama yang diwawancara, waktu wawancara, tempat wawancara, masalah-masalah berupa pertanyaan yang diajukan disertai kesimpulan wawancara. (Format pedoman wawancara terlampir).

3. Catatan Lapangan

Sumber informasi lain dalam penelitian tindakan kelas ini adalah catatan lapangan. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 1994:153), “Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan diperkirakan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”.

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi di lapangan ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran dari siklus pertama sampai siklus terakhir. Hal-hal tersebut misalnya tentang aspek-aspek pembelajaran, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan iklim di sekolah. Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan dari setiap tahap pembelajaran. Catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk catatan deskripsi untuk menggambarkan suatu proses dan kejadian-kejadian yang didengar, dilihat, dan dialami selama pelaksanaan tindakan. Adapun yang menjadi fokus catatan lapangan adalah kinerja guru dan keterlibatan siswa dalam pelaksanaan tindakan yang terdiri dari langkah-langkah pembelajaran. (Format catatan lapangan terlampir).

4. Lembar Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data


(37)

yang digunakan. Menurut Arikunto (1982: 123), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Tes dipakai untuk mengukur kemampuan siswa, baik kemampuan awal, perkembangan kemampuan selama dikenai tindakan, dan kemampuan pada akhir siklus. Alat instrumen tes berupa format penilaian yang berisi sejumlah aspek-aspek penilaian meliputi aspek-aspek pengembangan gagasan, penggunaan majas personifikasi, majas simile, dan rima. (Format penilaian terlampir).

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Proses

Dalam pengolahan data proses, dilakukan melalui observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Dalam pengolahannya, terlebih dahulu menetapkan aspek yang akan diamati baik untuk kinerja guru maupun aktivitas siswa. Pengolahan data aktivitas siswa dilakukan dengan menginterpretasikan nilai akhir yang diperoleh siswa. Nilai tersebut diperoleh dari penyekoran terhadap 3 aspek yang dinilai. Rentang skala skor yang digunakan yaitu 1-3. Skor ideal yang diperoleh siswa adalah 9. Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga diperoleh skor akhir yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan tiga kriteria yaitu Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Keterangan Baik (B) diperoleh jika skor akhir siswa berkisar 7-9, keterangan Cukup (C) diperoleh jika skor akhir siswa berkisar 4-6, dan keterangan Kurang (K) diperoleh jika nilai akhir siswa berkisar 1-3.

Untuk menilai kinerja guru dalam mengajar, aspek yang dinilai yaitu dari kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir, dan evaluasi. Adapun aspek yang harus dinilai sudah tercantum dalam format observasi kinerja guru (terlampir). Nilai tersebut diperoleh dari penyekoran terhadap aspek-aspek penilaian kinerja guru. Rentang skala skor yang digunakan yaitu 0-3.


(38)

Skor ideal yang diperoleh dalam perencanaan adalah 45. Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga diperoleh skor akhir yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan lima kriteria yaitu Baik Sekali (BS), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Kurang Sekali (KS). Keterangan Baik Sekali (BS) diperoleh jika skor yang diperoleh 81%- 100%, Baik (B) diperoleh jika skor yang diperoleh 61%- 80%9, keterangan Cukup (C) diperoleh jika skor yang diperoleh 41%- 60%, keterangan Kurang (K) diperoleh jika skor yang diperoleh 21%- 40%, dan Kurang Sekali (KS) diperoleh jika skor yang diperoleh 0%- 20%.

Skor ideal yang diperoleh dalam pelaksanaan adalah 57. Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga diperoleh skor akhir yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan lima kriteria yaitu Baik Sekali (BS), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Kurang Sekali (KS). Keterangan Baik Sekali (BS) diperoleh jika skor yang diperoleh 81%- 100%, Baik (B) diperoleh jika skor yang diperoleh 61%- 80%9, keterangan Cukup (C) diperoleh jika skor yang diperoleh 41%- 60%, keterangan Kurang (K) diperoleh jika skor yang diperoleh 21%- 40%, dan Kurang Sekali (KS) diperoleh jika skor yang diperoleh 0%- 20%.

2. Pengolahan Data Hasil

Aspek yang dinilai dalam penilaian hasil menulis puisi bebas bagi siswa kelas V SD Negeri Surawangi 1 Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka terdiri dari empat aspek yaitu pengembangan ide/gagasan, penggunaan majas personifikasi, penggunaan majas simile, dan rima. Masing-masing aspek memiliki skor 1 sampai 3, jadi skor idealnya 12. Nilai yang diperoleh siswa adalah skor perolehan dari epat aspek dibagi skor ideal dikali 100. Teknik pengolahan data yang akan dilakukan peneliti untuk melihat peningkatan hasil yaitu dengan menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Adapun penentuan KKM ini dilakukan oleh guru dan disetujui Kepala SDN Surawangi I dengan mempertimbangkan kompleksitas, daya dukung, dan intake. Berikut pemaparan mengenai KKM.


(39)

Nilai = x 100

Nilai KKM = 67 Kriteria Penafsiran T = Tuntas

BT = Belum Tuntas Cara perhitungan KKM

Kompetensi Dasar

Kriteria Ketuntasan Minimal

Jumlah Kompleksitas Daya

dukung

Intake Siswa

Menulis puisi bebas dengan pilihan kata

yang tepat

69 68 64 201

KKM 67

Kriteria Penetapan KKM yang ditetapkan oleh guru SDN Surawangi I. a. Kompleksitas

Tingkat kompleksitas adalah tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator yang akan dicapai oleh siswa, termasuk juga tingkat kesulitan bagi guru dalam menyampaikannya. Adapun kriteria kompleksitas dalam kompetensi dasar ini yaitu sebagai berikut.

1) Membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama.

2) Memerlukan ketelitian, kesabaran, dan kecermatan yang tinggi dalam menyampaikan materi pembelajaran.

3) Materi harus disampaikan dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Dalam kompetensi dasar ini, ketiga kriteria yang telah dipaparkan memang sesuai. Jadi, kompleksitasnya sedang, sehingga guru menetapkan nilai 69.

b. Daya Dukung

Kemampuan sumber daya pendukung dapat dilihat dari keberadaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, biaya pengelolaan/manajemen


(40)

sekolah, peran komite sekolah, serta lingkungan sekolah dalam pendukung pencapaian pembelajaran. Adapun kriteria daya dukung dalam kompetensi dasar ini yaitu sebagai berikut.

1) Ruangan kelas mendukung dalam pelaksanaan diskusi kelompok 2) Peralatan untuk mengoreksi puisi bebas tersedia.

3) Tersedianya buku sumber pelajaran yang relevan.

Dalam kompetensi dasar ini, dari ketiga kriteria yang telah dipaparkan, hanya dua kriteria yang sesuai. Jadi, daya dukungnya sedang, sehingga guru menetapkan nilai 68.

c. Intake siswa

Intake siswa adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa secara keseluruhan pada tahun sebelumnya. Intake siswa dapat diperoleh melalui.

1) Hasil seleksi penerimaan siswa baru.

2) Raport kelas terakhir dari tahun sebelumnya. 3) Tes seleksi masuk atau psikotes.

4) Nilai Ujian Nasional (UAS/UASBN).

5) Bagi kelas 1 intake siswa dipertimbangkan dari hasil tes awal atau hasil UTS atau UAS semester tahun 1 berjalan.

Adapun kriteria intake siswa dalam kompetensi dasar ini yaitu sebagai berikut.

1) Sebagian besar siswa mempunyai kemampuan penalaran tinggi. 2) Sebagian besar siswa cakap atau terampil menerapkan konsep.

3) Sebagian besar siswa cermat, kreatif, dan inovatif dalam penyelesaian tugas atau pekerjaan.

Dalam kompetensi dasar ini, dari ketiga kriteria yang telah dipaparkan, hanya satu yang memang sesuai. Jadi, intake siswa rendah, sehingga guru menetapkan nilai 64. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) diperoleh dari hasil penjumlahan kompleksitas, daya dukung, dan intake dibagi 3, dengan rumus. Nilai = (Kompleksitas + Daya Dukung + Intake)


(41)

Menafsirkan kriteria menjadi nilai yaitu dengan memberikan rentang nilai pada setiap kriteria ditetapkan.

Kompleksitas (kerumitan) = Tinggi = 50-64 Sedang = 65-80 Rendah = 81-100

Daya dukung = Tinggi = 81-100

Sedang = 65-80 Rendah = 50-64 Intake (keterampilan siswa) = Tinggi = 81-100

Sedang = 65-80 Rendah = 50-64

Kompetensi dasar tersebut memiliki kriteria: kompleksitas sedang, daya dukung sedang, dan intake siswa rendah.

Kompleksitas sedang = 69 Daya dukung sedang = 68 Intake rendah = 64

Nilai = (Kompleksitas + Daya Dukung + Intake)

3

Nilai = (69+ 68 + 64) = 67 3

Jadi KKM = 67 (siswa dikatakan tuntas jika telah memperoleh nilai ≥ 67).

3. Analisis Data

Menurut Patton (Moleong,1994: 103), “Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Patton dapat disimpulkan bahwa maksud analisis data adalah membuat kesimpulan dari data yang diperoleh agar mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Data yang dimaksud


(42)

terdiri dari hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, wawancara, hasil belajar serta catatan lapangan.

H. Validasi Data

Dalam sebuah penelitian, diperlukan adanya validasi data. Hal ini bertujuan untuk mengukur keterpercayaan atau derajat kebenaran sebuah penelitian. Menurut Hopkins (Wiriaatmaja, 2005:168-171), “Ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yaitu member check, triangulasi, saturasi, eksplanasi saingan, audit trail, dan key respondents review”.

Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapa pun juga untuk menanyakan apakah keterangan atau informasi yang didapatkan itu tidak akan berubah, sehingga sudah tidak perlu diragukan kembali.

Triangulasi itu memeriksa kebenaran hipotesis atau data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil penelitian orang lain. Saturasi adalah keadaan atau situasi pada waktu sudah jenuh atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan.

Eksplanasi saingan atau kasus negatif itu suatu upaya untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang mendukungnya.

Audit trail itu dilakukan untuk mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan teman sejawat yang memiliki kemampuan untuk penelitian tindakan kelas, teman sekuliah, atau kakak angkatan terdahulu yang telah berpengalaman melakukan penelitian tindakan kelas.

Expert opinion itu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional, dalam hal ini adanya konfirmasi temuan kepada pembimbing atau dosen.

Key respondents review itu meminta salah seorang atau beberapa mitra peneliti atau orang yang mengetahui tentang penelitian tindakan kelas untuk


(43)

membaca draf awal laporan penelitian dan meminta pendapatnya mengenai laporan tersebut.

Berdasarkan bentuk-bentuk validasi yang telah dipaparkan, maka validasi data yang digunakan oleh peneliti yaitu member check, triangulasi, audit trail, dan expert opinion. Berikut pemaparannya.

1. Member check

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan member check. Alasan menggunakan member check karena kegiatan ini bisa langsung dilakukan tidak lama setelah pembelajaran selesai dengan berdialog bersama mitra peneliti maupun siswa untuk mengecek ulang kebenaran data yang diperoleh tentang penerapan model memimako. Misalnya untuk menentukan kebenaran dari informasi yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dilakukan member check dengan wawancara langsung dengan mitra peneliti (observer) atau kepala sekolah untuk memastikan kebenarannya. Begitu juga untuk menentukan kebenaran informasi yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa dilakukan member check dengan wawancara langsung dengan guru.

Praktikan melakukan member check dengan cara berdialog bersama observer dan kepala sekolah SDN Surawangi 1 yaitu sebagai berikut.

a. Ibu Eni Suhaeni, S. Pd. selaku guru kelas V.

b. Bapak Hartoko, S. Pd. selaku Kepala SDN Surawangi 1.

Praktikan berdialog mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan hasil yang diperoleh dengan menerapkan model memimako. Praktikan bertanya mengenai kekurangan-kekurangan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan meminta saran yang positif. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang benar-benar akurat.

Contoh pelaksanaan member check dalam penelitian ini adalah saya ingin mengetahui pelaksanaan model memimako, maka saya melakukan tanya jawab dengan observer. Saya bertanya mengenai kekurangan apa yang saya lakukan dan perbaikan seperti apa yang harus saya lakukan pula. Jika terdapat


(44)

siswa yang bermasalah maka saya akan melakukan tanya jawab pula pada observer.

2. Triangulasi

Dalam melakukan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa, peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelas V dengan melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung dan membandingkan dengan mitra peneliti yang lain yang hadir dalam situasi yang sama. Menurut Elliot (Wiriaatmadja, 2005: 169), “Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang melakukan pengamatan atau observer”.

Alasan menggunakan triangulasi yaitu data yang diperoleh peneliti bisa dibandingkan dengan data dari mitra peneliti untuk memperoleh kebenaran data. Jika ada data yang tidak cocok maka akan dilakukan member check kembali untuk melakukan perubahan sehingga diperoleh data yang dapat dipastikan kebenarannya. Misalnya jika pada data peneliti menunjukkan hasil nilai siswa secara keseluruhan baik, data dari mitra peneliti mengenai observasi aktivitas guru pun baik, sedangkan data hasil observasi aktivitas siswa kurang baik. Maka diadakan pengecekan ulang terhadap ketiga data tersebut sehingga diketahui kebenarannya dan dapat dilakukan perubahan terhadap data yang tidak selaras. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal.

Contoh pelaksanaan triangulasi dalam penelitian ini adalah saya ingin melihat penerapan model memimako di kelas V SDN Surawangi. Kemudian saya mengajak teman guru sebagai observer untuk mengamati penerapan model memimako tersebut. Saya menggunakan kamera dan rekaman video untuk melihat urutan model memimako yang diterapkan pada siswa kelas V SDN Surawangi. Selain itu juga, saya mengadakan wawancara pada siswa mengenai penerapan model memimako tersebut. Jika ketiga hasil pengamatan tersebut sama maka informasi dan fakta yang didapatkan itu valid. Jika tidak sesuai, maka saya akan


(45)

melakukan member check kembali untuk melakukan perubahan sehingga diperoleh data yang dapat dipastikan kebenarannya.

3. Expert Opinion

Expert opinion itu dilakukan dengan meminta nasihat kepada para pakar, dalam hal ini dosen pembimbing penelitian. Pembimbing akan memeriksa semua tahap kegiatan penelitian dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta nasihat atau saran kepada dosen pembimbing untuk penelitian lebih lanjut. Dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing, peneliti merasa lebih mudah dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian.

Dalam expert opinion ini, peneliti mengonsultasikan temuan kepada dosen pembimbing. Kegiatan ini diawali dengan pertemuan antara peneliti dan dosen pembimbing yaitu.

a. Drs. Dadan Djuanda, M. Pd. (Pembimbing I) b. Drs. Ali Sudin, M. Pd. (Pembimbing II)

Alasan menggunakan expert opinion adalah untuk mendapat masukan yang berarti dalam kegiatan pengumpulan data saat penelitian yaitu untuk meningkatkan derajat kepercayaan terhadap penelitian yang dilakukan. Misalnya, setelah semua data dapat dipastikan kebenarannya, maka dilakukan pengecekan terakhir melalui expert opinion dengan memeriksakan data-data tersebut kepada pihak yang profesional yaitu dengan dosen pembimbing.

Contoh pelaksanaan expert opinion dalam penelitian ini adalah mengundang dosen pembimbing untuk melihat dan memberikan saran serta kritik pada peneliti dalam menerapkan model memimako. Dengan adanya dosen pembimbing ini diharapkan mereka merasakan masalah yang ada di lapangan sehingga mereka akan mempunyai pemahaman yang lebih baik dari yang dihadapi peneliti.


(46)

4. Audit Trail

Audit trail itu dilakukan dengan meminta masukan atau saran kepada rekan/teman sejawat. Dalam penelitian ini, peneliti selalu melakukan diskusi dengan rekan-rekan seperjuangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses penelitian. Dalam audit trail ini, peneliti akan berdiskusi dengan teman sejawat yaitu Restiana. Jadi, selain melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing, peneliti juga melakukan diskusi dengan rekan/teman sejawat.

Kegiatan tersebut harus mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran mengenai.

a. Data awal (hasil observasi) mengenai menulis puisi bebas.

b. Data akhir hasil observasi nilai aktivitas siswa dan nilai akhir belajar siswa pada setiap siklus dalam menulis puisi bebas.

c. Membandingkan dan mendiskusikan serta menganalisis data.

Contoh pelaksanaan audit trail dalam penelitian ini adalah mengundang teman sejawat untuk melihat dan memberikan saran serta kritik pada peneliti dalam menerapkan model memimako. Dengan adanya teman sejawat ini diharapkan bisa memberikan saran dan kritik yang membangun pada peneliti.


(47)

173 A. Kesimpulan

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam menulis puisi bebas di kelas V SDN Surawangi I pada awalnya teridentifikasi belum terlaksana secara optimal. Teridentifikasi masalah bahwa 95,5% dinyatakan belum tuntas pada materi ini. Sebagian besar nilai siswa berada dibawah nilai KKM yang ditetapkan guru kelas. Atas dasar tersebut maka dipandang bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode ceramah saja seperti yang nampak pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam menulis puisi bebas di sekolah ini belum optimal. Atas dasar tersebut akhirnya peneliti berinisiatif menerapkan model memimako untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas yang dipandang dapat mempermudah siswa dalam menulis puisi bebas.

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan yaitu memperbaiki proses pembelajaran dengan merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dan merancang instrumen penilaian yang dapat mengukur ketercapaian hasil belajar siswa. Perencanaan setiap siklus direncanakan sesuai dengan analisis dan refleksi kegiatan dari proses belajar mengajar.

Pada siklus I perencanaan persiapan mengajar baru mencapai 86,5%, siklus II hasilnya meningkat yaitu menjadi 88,4%, dan pada siklus III sudah mencapai target yaitu 100%. Pada siklus I perencanaan yang dilakukan yaitu membuat skenario pembelajaran dengan menerapkan model memimako, menyiapkan instrumen penelitian dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada sekolah. Pada perencanaan siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan dari kekurangan siklus I di antaranya dengan merencanakan skenario pembelajaran lebih baik lagi dan lebih efektif, yaitu dalam pemilihan materi dan penggunaan media gambar yang lebih jelas dan ukurannya lebih besar. Selain itu guru juga menyiapkan pulpen warna dan hadiah berupa bintang dan gantungan “Bintang


(1)

Pelajar”. Pada siklus III, penelitian difokuskan terhadap perbaikan aktivitas siswa yang belum memenuhi ketercapaian target tanpa mengurangi fokus pada kinerja guru dan hasil belajar siswa. Perencanaan yang dilakukan yaitu mengadakan perubahan penggunaan media yang pada awalnya menggunakan gambar menjadi video.

2. Pelaksanaan

a. Kinerja Guru

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 siklus. Pada pelaksanaan siklus I, kinerja guru belum terlaksana secara optimal, pada siklus I kinerja guru baru mencapai 74%, siklus II guru lebih memperhatikan model memimako serta alat-alat yang dibutuhkan dalam menulis puisi bebas sehingga kinerja guru meningkat menjadi 97,5%, dan pelaksanaan siklus III dengan menerapkan model memimako secara optimal ternyata berperan besar dalam meningkatkan kinerja guru sehingga mencapai target pada angka 100% untuk kinerja guru.

b. Aktivitas Siswa

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 3 siklus. Pada pelaksanaan siklus I, aktivitas siswa belum terlaksana secara optimal dan aktivitas siswa mencapai 52%. Pada siklus II, aktivitas siswa menjadi 66%. Setelah diamati aktivitas siswa masih kurang optimal dan dipandang perlu mendapat perbaikan lagi. Pada pelaksanaan siklus III dengan menerapkan model memimako secara optimal ternyata berperan besar dalam meningkatkan aktivitas siswa sehingga mencapai target 80%.

3. Hasil Belajar

Dari hasil belajar siklus I dapat dicermati peningkatan nilai yang dicapai masing-masing siswa dapat meningkatkan dan berada diangka yang cukup aman dari KKM yang ditetapkan yaitu mencapai 55%. Sedangkan dari hasil belajar juga perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa dinyatakan selesai pada siklus II yaitu 72% dan nilai


(2)

masing-175

masing siswa secara garis besar lebih meningkat lagi pada siklus III yaitu 82%. Dari pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 3 siklus dengan menerapkan model memimako dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Melalui model memimako siswa dapat menulis puisi bebas dengan mudah. Selain itu guru juga menjadi lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

B. Saran

Secara umum peneliti menemukan berbagai hal yang dapat membantu terhadap terlaksananya kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik, khususnya bagi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini merupakan saran-saran yang dapat dimunculkan setelah melalui analisis kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini.

1. Saran untuk Siswa

Setelah dilakukan penelitian, maka saran untuk siswa adalah sebagai berikut.

a. Siswa hendaknya dapat bekerja sama dengan baik. Kerja sama harus nampak antar siswa laki-laki maupun perempuan karena semuanya sama. Tidak boleh membeda-bedakan.

b. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam pembelajaran.

2. Saran untuk Guru

Setelah dilakukan penelitian, maka saran untuk guru adalah sebagai berikut.

a. Guru hendaknya tidak tergantung kepada pembelajaran yang konvensional dalam memberikan materi pada pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran menulis puisi bebas, sumber pembelajaran yang digunakan pun alangkah baiknya apabila tidak tergantung pada buku paket yang tersedia di sekolah. Guru bisa memanfaatkan alam sekitar.


(3)

b. Hal lain yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi bebas di antaranya dengan memberikan kesadaran pada siswa akan pentingnya mempelajari sastra. Siswa harus dibiasakan untuk menghasilkan karya-karya tulis yang dapat menunjang mereka memahami empat keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis.

c. Guru harus memberikan pelayanan dan bimbingan pada siswa secara adil karena karakteristik setiap siswa berbeda.

d. Guru hendaknya dapat menjadi fasilitator dan pendamping bagi siswa dalam pembelajaran.

e. Guru hendaknya dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan siswa sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Saran untuk Sekolah

Setelah dilakukan penelitian, maka saran untuk sekolah adalah sebagai berikut.

a. Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan pada para guru untuk bisa meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mengajar misalnya dengan mengikuti penataran-penataran.

b. Siswa sekolah dasar berada pada tingkatan intelegensi yang lebih mudah belajar jika didukung dengan sesuatu yang konkret untuk mempelajari berbagai hal. Maka penyediaan media pembelajaran layak untuk mendapat perhatian dari sekolah.

c. Perlu perbaikan dalam sarana dan prasarana. Karena sarana dan prasarana juga sangat mendukung pembelajaran.

4. Saran untuk Lembaga

Setelah dilakukan penelitian, maka saran untuk lembaga adalah sebagai berikut.


(4)

177

a. Sebaiknya diadakan seminar mengenai pembuatan karya ilmiah pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mengetahui tata cara dalam pembuatan karya ilmiah dengan baik.

b. Selain itu, hendaknya lembaga memberikan peluang pada mahasiswa untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran sekolah dasar. Sehingga mahasiswa terbiasa dengan adanya penelitian.

5. Saran untuk Peneliti Lain

Setelah dilakukan penelitian, maka saran untuk peneliti lain adalah sebagai berikut.

a. Diharapkan dapat dijadikan masukan, referensi, dan pengembangan wawasan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dan dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran.


(5)

178

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C., dan Alwasilah, S.S. (2005). Pokoknya Menulis Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk: Guru. Bandung: YAMAHA

WIDYA.

Arikunto, Suharsimi. (1982). PROSEDUR PENELITIAN SUATU PENDEKATAN PRAKTIK (EDISI REVISI). Jakarta: RINEKA CIPTA. Arikunto, Suharsimi. (2007). MANAJEMEN PENELITIAN. Jakarta: RINEKA

CIPTA.

Buzan, T. (2012). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Djuanda, D., dan Iswara, P.D. (2006). Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: UPI

PRESS.

Djuanda, Dadan. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Djuanda, Dadan. (2008). Pembelajaran Berbahasa di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah.

Hermawan dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI PRESS.

Hernawan dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS. Moleong, Lexy. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research)

Pedoman Praktis bagi Guru Profesional. Jakarta: BUMI AKSARA. Resmini, N., dan Djuanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas

Tinggi. Bandung: UPI PRESS.

Resmini, N., dkk. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.


(6)

179

Supriyadi. (2006). Pembelajaran Sastra yang Apresiatif dan Integratif di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Tim PLPG Rayon 110. (2011). Bahan Ajar Pendidikan & Latihan Profesi Guru (PLPG) Pendalaman Materi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD MI. Bandung: UPI.

Windura, S. (2010). Memory Champion @ School Rahasia Mengingat Materi Pelajaran Apa Saja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wiraatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Zulfahnur dkk. (1996/1997). Apresiasi Puisi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Bahasa Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis siswa

2 22 286

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V: Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Kamanisan Kecamatan Curug Kota Serang.

0 1 32

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DI KELAS V SDN 4 CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 2 44

PENERAPAN METODE ESTAFET WRITING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS PADA SISWA KELAS V SDN CIHANJUANG I KECAMATAN PARONGPONG.

3 49 45

PENERAPAN MEDIA FILM DOKUMENTER SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri 1 Cikidang Kelas V Semester II Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 41

PENERAPAN METODE MISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN (Penelitian Tindakan Kelaspada SiswaKelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka).

0 0 69

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KELILING KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MOM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang).

0 2 55

PENERAPAN MODEL MEMIMAKO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka).

0 1 53

PENERAPAN MODEL PISANG BESI MELALUI MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Pasanggrahan II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka).

1 2 65

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGWUNI SLEMAN.

0 0 160