PENERAPAN METODE MISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN (Penelitian Tindakan Kelaspada SiswaKelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka).

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

DYSA ANGGRIANI BASRI 0903926

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka)

Disetujuidandisahkanoleh:

Pembimbing I

Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd. NIP. 197212262005011002

Pembimbing II

Ani Nur Aeni, M.Pd. NIP.197608222005012002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Kelas

Riana Irawati, M.Si. NIP. 19801125200501200


(3)

PENERAPAN METODE MISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN

PENGALAMAN

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka

Oleh :

DYSA ANGGRIANI BASRI 0903926

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Penguji I

Diah Gusrayani, M.Pd NIP.197808222005012003

Penguji II

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd NIP.196506021981111001

Penguji III

Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd NIP. 197212262005011002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Kelas

Riana Irawati, M.Si. NIP. 19801125 200501200


(4)

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penerapan Metode Misi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka)” beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan

D. ANGGRIANI B. NIM. 0903926


(5)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah ... 11

2. Pemecahan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Manfaat Penelitian ... 17

E. Batasan Istilah ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 20

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 20

3. Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 21

4. Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 22

B. Teori Belajar Bahasa Indonesia yang Mendukung Penelitian 1. Teori Belajar Behaviorisme ... 23

2. Teori Belajar Kognitivisme ... 24

3. Teori Belajar Konstruktivisme ... 25

C. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis ... 26

2. Fungsi Menulis ... 27

3. Tujuan Menulis ... 28


(6)

D. Menulis Karangan

1. Pengertian Mengarang ... 32

2. Unsur-unsur Mengarang ... 33

3. Asas-asas Karangan ... 34

4. Jenis-jenis Karangan ... 34

5. Susunan Karangan ... 37

E. Metode Misi dalam Pembelajaran Menulis 1. Pengertian Metode Misi ... 38

2. Metode Mind Mapp sebagai bagian dari Misi ... 41

3. Metode Kolaborasi sebagai bagian dari Misi ... 42

F. Ejaan 1. Pengertian Ejaaan ... 43

2. Jenis-jinis Ejaan a. Huruf Kapital ... 43

b. Tanda Baca ... 43

3. Contoh Penggunaan Ejaan a. Huruf Kapital ... 44

b. Tanda Baca ... 44

G. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Indri Andryani ... 44

2. Shinta Wiyanti ... 45

H. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 47

a. Letak Geografis ... 47

b. Kondisi Siswa ... 48

c. Keadaan Guru ... 49

2. Waktu Penelitian ... 50

B. Subjek Penelitian ... 50

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian ... 51

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 51

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 51

c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 52


(7)

3. Tahap Observasi ... 59

4. Tahap Analisis dan Refleksi ... 60

E. Instrumen Penelitian 1. Pedoman Observasi ... 60

2. Pedoman Wawancara ... 61

3. Catatan Lapangan ... 62

4. Tes Hasil Belajar ... 62

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data ... 62

a. Pengolahan Data Proses ... 63

b. Pengolahan Data Hasil ... 70

2. Analisis Data ... 74

G. Validasi Data 1. Member Check ... 75

2. Triangulasi ... 76

3. Expert Opinion ... 76

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 78

1. Data Hasil Observasi terhadap Kinerja Guru ... 78

2. Data Hasil Observasi aktivitas Siswa ... 79

3. Data Hasil Tes ... 80

B. Paparan Data Tindakan ... 81

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 81

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 81

b. Paparan Data Proses Siklus I ... 82

c. Paparan Data Hasil Siklus I ... 89

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 91

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 95

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 95

b. Paparan Data Proses Siklus II ... 96

c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 103

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 105

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 108

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 109


(8)

2. Paparan Pendapat Guru ... 121

D. Pembahasan 1. Perencanaan Pembelajaran Menulis Karangan berdasarkan Pengalaman dengan Menerapkan Metode Misi ... 122

2. Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menulis Karangan berdasarkan Pengalaman dengan Menerapkan MetodeMisi ... 122

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan berdasarkan Pengalaman dengan Menerapkan Metode ... 124

4. Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa dalam Pembelajaran Menulis Karangan berdasarkan Pengalaman dengan Menerapkan Metode Misi ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perencanaan ... 130

2. Pelaksanaan ... 131

a. Kinerja Guru ... 131

b. Aktivitas Siswa ... 131

c. Hasil Belajar ... 132

B. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135

LAMPIRAN ... 137


(9)

Halaman

Tabel 1.1 Data Awaln Hasil Belajar Siswa ... 7

Tabel 3.1 Keadaan Siswa SD Negeri Cipicung II ... 49

Tabel 3.2 Daftar Nama Guru SD NegeriCipicung II ... 49

Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas V NegeriCipicung II ... 50

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 72

Tabel 4.1Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 84

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 88

Tabel 4.3 Data Hasil Tes Siswa Siklus I ... 90

Tabel 4.4 Hasil Rangkuman Siklus I ... 94

Tabel 4.5 Data Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 99

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 102

Tabel 4.7 Data Hasil Tes Siswa Siklus II ... 104

Tabel 4.8 Hasil Rangkuman Siklus II ... 108

Tabel 4.9 Data Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 112

Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 114

Tabel 4.11 Data Hasil Tes Siswa Siklus III ... 116

Tabel 4.12Hasil Rangkuman Siklus III ... 119


(10)

Halaman

Gambar 3.1 Denah SDN Cipicung II ... 48

Gambar 3.2 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart ... 55

Gambar 4.1 Peningkatan Kinerja Guru ... 124

Gambar 4.2 Peningkatan Aktivitas Siswa ... 126


(11)

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A DATA AWAL

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Awal ... 139

A.2 Tabel Data Awal Tes Hasil Belajar Siswa ... 143

A.3 Hasil Awal Tes Belajar Siswa ... 144

LAMPIRAN B SIKLUS I B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 151

B.2 Tabel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ... 157

B.3 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ... 158

B.4 Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 167

B.5 Hasil observasi Kinerja Guru Siklus I ... 173

B.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 174

B.7 Catatan LapanganSiklus I ... 175

B.8 Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 176

LAMPIRAN C SIKLUS II C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 180

C.2 Tabel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ... 186

C.3 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ... 187

C.4 Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 196

C.5 Hasil observasi Kinerja Guru Siklus II ... 201

C.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 202

C.7 Catatan LapanganSiklus II ... 203

C.8 Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 204

LAMPIRAN D SIKLUS III D.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 208

D.2 Tabel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III ... 214

D.3 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III ... 215

D.4 Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 224

D.5 Hasil observasi Kinerja Guru Siklus III ... 229

D.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 230

D.7 Hasil Wawancara Siswa Siklus III ... 231


(12)

INSTRUMEN

E. 1 Soal Tes Hasil Belajar

E. 1.1 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ... 238

E. 1. 2 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II ... 241

E. 1.3 Soal Tes Hasil Belajar Siklus III ... 244

E. 2 Format Tes Hasil Belajar ... 249

E. 3 Lembar Kerja Siswa E. 3. 1 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 250

E. 3. 2 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 256

E. 3. 3 Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 261

E. 4 Pedoman Observasi Kinerja Guru ... 266

E. 5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ... 271

E. 6 Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 273

E. 7 Pedoman Wawancara untukObserver ... 274

E. 8 Catatan Lapangan ... 275

LAMPIRAN F SURAT-SURAT F.1 SK Pembimbing ... 277

F.2 Surat Izin Penelitian ... 278

F.3 Surat Keterangan Penelitian ... 279


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada satu kegiatan manusia yang terlepas dari bahasa. Sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan satu sama lain, manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Manusia melakukan kegiatan berbahasa dalam kehidupannya melalui bahasa lisan dan tulisan. Dengan bahasa lisan, manusia dapat menyampaikan pesan secara langsung sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami. Sedangkan melalui bahasa tulis, manusia menyampaikan pesan secara tidak langsung yaitu melalui bentuk tulisan.

Bahasa mencerminkan pikiran dari seseorang. Semakin terampil seseorang tersebut dalam berbahasa, maka semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Ketika seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, bahasa memiliki peran yang penting untuk menyampaikan pesan, informasi dan perasaannya. Sehingga, tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik serta tidak dapat saling mengenal satu sama lain.

Pada pendidikan formal, pendidikan bahasa dimulai pada tingkatan sekolah dasar. Pembelajaran berbahasa di sekolah dasar tidak dapat terlepas dari pengembangan aspek kemampuan berbahasa. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memberikan kelancaran dan kemudahan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran selanjutnya.

Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Membaca dan menyimak termasuk dalam kemampuan berbahasa reseptif, sedangkan menulis dan berbicara termasuk dalam kemampuan berbahasa ekspresif.

Keterampilan menulis merupakan salah satu komponen yang harus diajarkan di sekolah dasar dan harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Hal


(14)

tersebut sesuai dengan tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam Kurikulum (2006: 22) yang menyatakan bahwa:

1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan maupun tulis,

2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara,

3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,

4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial,

5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan

6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya intelektual manusia Indonesia.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan sekaligus. Untuk menulis sebuah karangan sederhana, seorang penulis harus memenuhi persyaratan seperti kemampuan dalam mengemukakan ide/gagasan dengan ejaan yang benar, pilihan kata/kosakata yang tepat, dan kalimat yang efektif.

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang memiliki peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, perasaan serta maksud yang akan disampaikan kepada orang lain ke dalam bentuk tulisan. Demikian pula bagi siswa sekolah dasar, menulis akan mempengaruhi siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas pembelajaran di sekolah dasar yang diberikan oleh guru serta menjadi bekal bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya.

Menurut Tarigan (2008: 22) menulis adalah:

Menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut.


(15)

Sedangkan menurut Lado (Djuanda, 2008: 180), pengertian menulis adalah “Menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang. Kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya”.

Dari pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan pikiran, perasaan dan gagasan dalam bentuk lambang-lambang grafis dan dapat dimengerti ketika orang lain membacanya.

Pengembangan kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak pendidikan dasar. Keterampilan menulis harus diajarkan sejak dini agar anak dapat berkomunikasi melalui bahasa tulis dengan baik, karena kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah dan tidak datang secara otomatis. Untuk itu, agar dapat mencapai bahasa tulis yang baik, kemampuan menulis harus diajarkan, dilatih, dan dipraktekkan oleh guru kepada siswa.

Menulis itu banyak ragamnya. Salah satu ragam menulis yang harus diajarkan kepada siswa sekolah dasar adalah menulis karangan. Menurut Gie (2002: 3) “Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulisan kepada masyarakat untuk dipahami”.

Dalam mengarang, siswa akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan ditulisnya sehingga siswa mampu menuangkan dan mengembangkan ide/gagasannya ke dalam bahasa tulisan yang efektif dan komunikatif. Tulisan yang efektif dan komunikatif bukan hanya sebatas pada siswa mampu menuangkan dan mengembangkan ide/gagasan saja, tetapi mengenai pilihan kata, cara penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik yang tepat yang digunakan dalam penulisan pun harus diajarkan, dilatih dan dipraktekan, agar ketika siswa menulis sebuah karangan tidak merasa kesulitan lagi. Dengan demikin, guru memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan menulis di sekolah dasar.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis di sekolah dasar, siswa perlu latihan yang intensif dan bimbingan yang terarah dalam belajar menulis


(16)

karangan. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peran seorang guru. Maka, untuk mencapai hasil yang optimal dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan diperlukan keterampilan guru sebagai tenaga pendidik yang mampu menjadi inspirator dan bertindak sebagai fasilitator bagi siswa-siswanya.

Namun, pada kenyataannya yang terjadi di lapangan pembelajaran menulis karangan belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut karena pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru hanya sebatas memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara langsung, tanpa memberikan pemahaman kepada siswa untuk mampu menuangkan dan mengembangkan ide/gagasannya serta mengoreksi sendiri kesalahan yang berkaitan dengan penggunaan ejaan.

Demikian pula menulis karangan di kelas V harus diajarkan dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Standar kompetensi yang harus diajarkan di kelas V yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.

Pada tanggal 15 Oktober 2012 peneliti melakukan pengamatan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cipicung II terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Dalam pembelajaran, masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam membuat karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan dan mengembangkan ide/gagasan tersebut ke dalam bentuk tulisan serta tidak memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat. Hal ini terlihat ketika peneliti melihat dan menilai hasil karangan siswa, masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menuangkan ide/gagasannya. Dalam mengembangkan gagasan, masih banyak siswa yang menggunakan kalimat yang kurang sesuai dengan gagasan, tidak memperhatikan keruntutan dan kapaduan. Siswa juga kurang memperhatikan pilihan kata dalam membuat karangan, sehingga masih banyak siswa yang mengulang kata-katanya, menggunakan bahasa daerah. Dalam mekanika penulisannya pun, penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik masih banyak yang salah. Masih banyak siswa yang menggunakan huruf kapital ditengah kalimat atau suku kata, bahkan ada siswa yang tidak


(17)

menggunakan huruf kapital pada kata yang seharusnya menggunakan huruf kapital seperti pada awal kalimat, nama orang, nama hari dan nama tempat. Dalam penggunaan tanda baca pun demikian, ada yang menggunakan tanda baca titik di akhir saja, ada pula yang menggunakan tanda baca titik yang tidak sesuai pada tempatnya.

Adapun data hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan yang didapat pada saat observasi adalah sebagai berikut.

1. Kinerja guru

Kinerja guru pada saat pembelajaran yaitu sebagai berikut.

a. Guru lebih banyak mendominasi kelas ketika pembelajaran sehingga siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan guru.

b. Guru kurang menggali gagasan siswa, sehingga ketika siswa diberi tugas untuk membuat sebuah karangan, siswa merasa kesulitan dalam menuangkan dan mengembangkan ide/gagasannya.

c. Metode yang digunakan oleh guru hanya metode ceramah dan penugasan saja.

d. Guru tidak mengajak siswa untuk memperbaiki karangan dan tidak memberitahukan kesalahan-kesalahan dalam pilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat ketika menilai karangan.

2. Aktivitas siswa

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut. a. Tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru, artinya sebagian siswa

ada yang memperhatikan ada yang tidak.

b. Ketika siswa ditugaskan membuat sebuah karangan, siswa merasa kesulitan dalam menuangkan dan mengembangkan gagasannya. Hal tersebut karena guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

c. Dalam menulis karangan, siswa kurang teliti dalam penggunaan pilihan kata dan ejaan, seperti pemakaian huruf kapital (meliputi huruf kapital di awal kalimat, nama orang, nama hari dan nama tempat) dan tanda titik.


(18)

d. Siswa tidak mau hasil karangannya dibaca oleh teman sekelasnya dan tidak ada kerja sama dalam mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam karangan. Hal tersebut karena guru langsung menilai hasil karangan siswa dan tidak melibatkan siswa dalam mengoreksi hasil karangan.

Jika melihat proses pembelajaran pada data awal, masih terdapat kekurangan-kekurangan guru dalam mengajar sehingga pembelajaran tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu perbaikan dalam pembelajaran agar perangkat pembelajaran di kelas baik itu guru, siswa atau sarana dan prasarana dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

Selain diperoleh data mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, peneliti juga memperoleh data awal siswa dalam menulis karangan berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas V SD Negeri Cipicung II. Adapun data hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas V SD Negeri Cipicung II tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 19 orang adalah sebagai berikut.


(19)

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Tes Akhir Siswa Kelas V SDN Cipicung II dalam Pembelajaran Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan

Memperhatikan Pilihan Kata dan Penggunaan Ejaan

Keterangan: KKM : 65,00

Aspek yang dinilai dan deskriptor yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan Gagasan

a. Kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya saling berhubungan. b. Kalimat setiap paragraf padu dan bermakna.

c. Susunan kalimat sesuai dengan kronologis gagasan. d. Kalimat yang dibuat mencerminkan gagasan.

No Nama

Siswa

Aspek yang dinilai

Jumlah

Skor Nilai

Tafsiran Pengemban

gan Gagasan

Pilihan Kata Huruf

Kapital

Tanda Titik

T BT

1 Aang 1 2 2 1 6 37,5 √

2 Ade Ana 2 1 1 1 5 31,2 √

3 Alfina 4 3 3 4 14 87,5 √

4 Dani 3 2 2 2 9 56,2 √

5 Devi 2 2 2 3 9 56,2 √

6 Dewi 2 3 2 4 11 68,7 √

7 Iin 2 4 2 4 12 75 √

8 Ipan 1 2 1 1 5 31,2 √

9 Mimin 2 3 2 1 8 50 √

10 Noval 2 2 3 1 8 50 √

11 Oon 1 1 1 1 4 25 √

12 Pina 1 2 3 3 9 56,2 √

13 Pipit 1 1 2 1 5 31,2 √

14 Sapitri 1 2 2 1 5 31,2 √

15 S. Adijah 2 1 2 1 6 37,5 √

16 S.Engkay 2 2 2 3 9 56,2 √

17 Wulan 3 2 4 4 13 81,2 √

18 Yandi 2 1 2 1 6 37,5 √

19 Yulia 4 3 4 4 15 93,7 √

Jumlah 39 39 42 42 159 862 5 14

Persentase (%) 51 51 55 55 54 52 26 74


(20)

2. Pilihan Kata

a. Tidak menggunakan bahasa daerah.

b. Tidak menggunakan kata yang berulang-ulang. c. Menggunakan kata penghubung yang tepat. d. Menggunakan kata baku.

Keterangan:

Skor 4 : Jika keeempat aspek muncul semua.

Skor 3 : Jika hanya tiga aspek muncul dari 4 aspek yang ada. Skor 2 : Jika hanya dua aspek yang muncul dari 4 aspek yang ada. Skor 1 : Jika hanya satu aspek yang muncul dari 4 aspek yang ada.

3. Huruf kapital

Ada beberapa aspek yang dinilai dalam huruf kapital ini, yaitu sebagai berikut.

a. Huruf kapital diawal kalimat sesuai dengan jumlah yang seharusnya ada. b. Huruf kapital pada nama orang sesuai dengan jumlah yang seharusnya ada. c. Huruf kapital pada nama hari sesuai dengan jumlah yang seharusnya ada. d. Huruf kapital pada nama tempat sesuai dengan jumlah yang seharusnya ada.

4. Tanda baca titik

Keterangan penskoran untuk poin 3 dan 4 adalah sebagai berikut. Skor 4 : Jika menggunakan huruf kapital dan tanda baca 76% - 100% Skor 3 : Jika menggunakan huruf kapital dan tanda baca 51% - 75% Skor 2 : Jika menggunakan huruf kapital dan tanda baca 26% 50% Skor 1 : Jika menggunakan huruf kapital dan tanda baca 1% - 25%


(21)

Skor ideal = 16 T = Tuntas

BT = Belum Tuntas Rumus Persentase

% = N X

% = Persentase

X = Jumlah perolehan skor N = Jumlah siswa keseluruhan

Keterangan :

Jika siswa mendapat nilai ≥ 65 dinyatakan tuntas

Jika siswa mendapatkan nilai < 65 dinyatakan belum tuntas

Berdasarkan data hasil tes awal, dari sejumlah 19 orang siswa hanya 5 orang siswa (26%) yang mampu mendapat nilai samadengan atau di atas 65 atau dapat dikatakan tuntas, sisanya yaitu 14 orang siswa (74%) mendapat nilai kurang dari 65 yang berarti siswa tersebut belum tuntas.

Berdasarkan tabel, persentase siswa dalam mengembangkan gagasan hanya 2 siswa (11%) yang mencapai skor 4, 2 siswa (11%) yang mencapai skor 3, 9 siswa (47%) yang mencapai skor 2, dan 6 siswa (32%) yang mencapai skor 1.

Persentase siswa dalam pilihan kata hanya 1 siswa (5%) yang mencapai skor 4, 4 siswa (21%) yang mencapai skor 3, 9 siswa (47%) yang mencapai skor 2, dan 5 siswa (32%) yang mencapai skor 1.

Pada penggunaan huruf kapital hanya 2 siswa (11%) yang mencapai skor 4, 3 siswa (16%) yang mencapai skor 3, 11 siswa (58%), yang mencapai skor 2, dan 3 siswa (26%) yang mencapai skor 1.


(22)

Pada penggunaan tanda titik hanya 5 siswa (26%) yang mencapai skor 4, 3 siswa (16%) yang mencapai skor 3, 1 siswa (5%) yang mencapai skor 2, dan 10 siswa (53%) yang mencapai skor 1.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemecahan masalahnya yaitu diupayakan dengan penerapan metode misi untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman. Metode misi digunakan karena dapat mengatasi permasalahan di atas yaitu memberikan kemudahan kepada siswa dalam menuangkan ide atau gagasannya dengan cara memetakan pikiran-pikiran yang ada pada masing-masing siswa melalui berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Kemudian, siswa juga memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan teman satu kelompoknya dalam mengembangkan ide atau gagasannya dan mengoreksi hasil dari karangan yang telah dibuat oleh temannya secara kolaboratif.

Oleh karena itu, dengan menerapkan metode misi dalam kegiatan mengarang diharapkan dapat membantu kesulitan siswa dalam membuat sebuah karangan dan dapat membuat siswa lebih aktif di dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Dari uraian yang telah dipaparkan tersebut, untuk mengatasi permasalah yang terjadi di kelas V SD Negeri Cipicung II maka diadakan penelitian tindakan kelas dan alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan menerapkan metode misi. Penelitian yang dilakukan diberi judul “Penerapan Metode Misi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka)”.


(23)

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi?

b. Bagaimana proses pembelajaran menulis karangan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi?

1) Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pengembangan gagasan, pilihan kata, serta penggunaan huruf kapital dan tanda titik di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri Cipicung II mengenai menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan adalah dengan cara menerapkan metode Misi.

Misi singkatan dari mind map dan kolaborasi. Metode Misi ini merupakan metode pembelajaran yang dibuat oleh penulis karena terinspirasi dari metode pembelajaran mind map dan kolaborasi. Metode ini merupakan penggabungan dari dua metode pembelajaran yaitu mind map dan kolaborasi yang digunakan


(24)

dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk memberikan kemudahan kepada siswa dalam menulis sebuah karangan terutama dalam menuangkan dan mengembangkan ide/gagasan siswa.

Metode mind map merupakan metode yang dapat diterapkan dalam sebuah pembelajaran untuk mengajak siswa membuat sebuah peta pikiran dengan cara menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Hal ini sesuai dengan pendapat Windura (2010: 21) “Mind map adalah sistem belajar yang akan menjamin anak untuk dapat menggunakan seluruh potensi dan kapasitas otaknya secara lebih efisien dan efektif”.

Melalui mind map, sebelum mengarang siswa terlebih dahulu diajak untuk membuat sebuah peta kemudian dibuat jalan-jalan yang menyebar dari pusat mewakili pikiran-pikiran utama dari proses pemikiran kita. Dengan mind map tersebut, kita membuat pilihan dan mengetahui kemana arah yang akan kita tuju. Begitu pun dalam membuat sebuah karangan, dengan peta pikiran kita telah mengetahui apa yang akan ditulis, karena mind map mencerminkan pancaran pikiran dari masing-masing anak.

Dalam membuat sebuah mind map (peta pikiran), semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar. Melalui mind map informasi yang panjang dapat dibuat dalam bentuk yang warna-warni sehingga lebih menarik dan menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat. Dengan cara tersebut, siswa dapat dengan mudah menuangkan dan mengembangkan ide/gagasan yang dimilikinya.

Metode mind map sangat sederhana karena dibuat dengan kata-kata yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga, mind map membantu siswa dalam menyusun dan menjelaskan pikiran-pikirannya menjadi lebih kreatif dan membantu seseorang menjadi lebih mudah dalam mengingat sebuah informasi.

Penggunaan metode kolaborasi pada pembelajaran mengarang dimaksudkan untuk mengoreksi pilihan kata yang digunakan dan penggunaan ejaan dalam menulis karangan. Dengan kolaborasi, siswa saling mengoreksi pilihan kata dan penggunaan ejaan karangan temannya untuk diperbaiki.


(25)

Cara mengoreksi penulisan menggunakan metode kolaborasi adalah dengan memperhatikan mekanik tulisan karangan temannya yaitu dalam penggunaan pilihan kata, penggunaan ejaan yang meliputi huruf kapital (pada empat tempat yaitu awal kalimat, nama orang, nama hari, dan nama tempat) dan tanda titik kemudian menggarisbawahi kesalahan-kesalahannya untuk diperbaiki. Dengan demikian, melalui metode kolaboratif siswa mampu menulis dengan baik dan menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Menurut Alwasilah dan Senny (2005: 218), terdapat lima terobosan agar siswa mampu menulis yaitu: “a) giatkan menulis kolaboratif, b) tumbuhkan rasa senang waktu menulis, c) berikan feedback, d) gunakan bidang studi sebagai media, e) ajarkan menulis sedini mungkin”. Langkah-langkah pembelajaran metode Misi dalam menulis karangan adalah sebagai berikut.

a. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang dan 1 kelompok terdiri dari 3 orang. Pembagian kelompok bersifat heterogen, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, sedang dan kurang.

b. Siswa duduk bersama kelompoknya masing-masing. Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelmpok tidak terganggu oleh kelompok lain.

c. Guru membagikan sebuah teks karangan kepada setiap kelompok. Kemudian menjelaskan materi pelajaran mengarang.

d. Siswa membaca teks karangan yang dibagikan oleh guru.

e. Guru memberikan contoh bagaimana menuangkan dan mengembangkan gagasan dengan menggunakan metode Mind Map (Peta Pikiran) melalui kerangka karangan 5W1H.

f. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok berupa kertas tidak bergaris dan menyuruh siswa untuk menyiapkan pulpen/spidol warna-warni.

g. Guru terlebih dahulu menentukan tema yang akan dibuat menjadi sebuah karangan dan membatasi siswa dalam menulis karangan.

h. Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk membuat peta pikiran pada LKS yang telah dibagikan sebelumnya.


(26)

i. Siswa bersama kelompoknya mengerjakan tugasnya untuk menuliskan gagasan utama dan mengembangkan gagasan tersebut menjadi beberapa kata kunci sesuai dengan tema yang telah ditentukan dengan menggunakan spidol/pulpen warna-warni.

j. Guru menugaskan salah seorang siswa dari masing-masing kelompok untuk merangkai kalimat dari kata kunci yang telah dituliskan sebelumnya.

k. Siswa berdiskusi untuk meneruskan membuat kalimat dan merangkainya menjadi sebuah karangan yang padu. Kalimat yang dirangkai oleh kelompok harus berkaitan dengan kalimat pertama yang telah dibuat oleh teman satu kelompok sebelumnya.

l. Setelah selesai, anggota kelompok berdiskusi kembali untuk memeriksa kalimat pada karangan apakah sudah sesuai dan berkaitan dengan gagasan-gagasan yang dituangkan sebelumnya.

m. Salah satu anggota kelompok yang sudah diberi tugas untuk menulis, menyalin karangan pada LKS yang telah disediakan.

n. Setelah selesai menyalin karangan, setiap kelompok menyerahkan hasil karangan kepada guru, kemudian karangan ditukarkan dengan kelompok lain untuk dikoreksi mengenai pilihan kata dan penggunaan ejaannya dengan menggunakan metode kolaborasi.

o. Guru menjelaskan cara mengoreksi karangan dengan menuliskan kalimat di papan tulis dan menggarisbawahi kesalahan dalam pilihan kata dan penggunaan ejaan pada kalimat tersebut.

p. Setiap kelompok membaca hasil karangan kelompok lain, kemudian berdiskusi dengan teman kelompoknya mengenai kesalahan-kesalahan dalam pilihan kata dan penggunaan ejaan pada karangan dengan cara seperti yang telah dijelaskan oleh guru.

q. Karangan dikembalikan kepada pengarangnya untuk diperbaiki kemudian dikembalikan kepada guru.


(27)

Target yang ingin dicapai pada proses pembelajaran meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa, yaitu sebagai berikut.

a. Guru mampu menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik. b. Guru mampu menyiapkan alat penilaian dengan baik.

c. Guru mampu menyiapakn bahan ajar dengan baik sesuai dengan karakteristik siswa.

d. Guru mampu mengkondisiskan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif . e. Guru hendaknya menjelaskan langkah-langkah dan tujuan pembelajaran

dengan baik.

f. Guru mampu mengadakan apersepsi sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan baik.

g. Guru mampu membimbing siswa dalam menulis karangan dengan menggnakan mentode misi dengan baik dan sesuai dengan tahapan dalam langkah-langkah pembelajaran metode misi.

h. Guru hendaknya membimbing siswa untuk menyimpulkan materi dengan baik.

i. Guru hendaknya mampu melaksanakan evaluasi dengan benar. j. Guru hendaknya mampu menyampaikan penlaian dengan jelas.

k. Guru hendaknya mampu menyiapkan instrumen penilaian dengan lengkap.

Dengan demikian, dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode misi kinerja guru diharapkan dapat mencapai target 80%.

Sedangkan aktivitas siswa yang dicapai adalah sebagai berikut.

a. Siswa membantu teman satu kelompoknya yang tidak mengerti dalam mengerjakan tugas kelompok dengan menggunakan metode Misi.

b. Siswa bekerjasama dan saling membantu dalam membuat karangan melalui metode Misi.

c. Siswa bekerjasama dan saling membantu mengoreksi karangan yang telah dibuat bersama melalui metode Misi.

d. Siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan metode Misi.


(28)

e. Siswa tidak mengganggu teman saat pembelajaran.

f. Siswa tepat waktu dalam mengerjakan tugas melalui metode Misi.

g. Siswa berani mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran berlangsung. h. Siswa berani mengemukakan pendapat pada saat pembelajaran berlangsung. i. Siswa terlibat aktif dalam diskusi selama proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Misi.

Dengan demikian, dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode misi aktivitas siswa diharapkan dapat mencapai target 80%.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, target hasil yang ingin dicapai adalah berupa peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman pribadi. Adapun rincian dari target hasil ini adalah sebagai berikut. a. Siswa dapat menuangkan dan mengembangkan gagasan ke dalam sebuah

karangan.

b. Siswa dapat menulis karangan dengan memperhatikan pilihan kata.

c. Siswa dapat menulis karangan dengan memperhatikan penggunaaan huruf kapital.

d. Siswa dapat menulis karangan dengan memperhatikan penggunaan tanda titik.

Aspek-aspek yang menjadi penilaian dalam karangan sesuai dengan target yang ingin dicapai yaitu berupa pengembangan gagasan, pilihan kata, penggunaan huruf capital meliputi huruf kapital di awal kalimat dan penggunaan tanda baca titik.

Oleh karena itu, target hasil yang ingin dicapai adalah 80% atau sebanyak 16 orang dari 19 siswa yang dinyatakan tuntas dengan nilai sama dengan atau melebihi nilai KKM yaitu 65. Penentuan target hasil tersebut tentunya dengan memperhatikan beberapa aspek seperti kemampuan siswa, ketersediaan sarana dan prasarana, jumlah siswa, dan data awal yang diperoleh ketika observasi, serta hasil diskusi dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.


(29)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi.

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran menulis karangan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi.

a. Untuk mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi.

b. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pengembangan gagasan, pilihan kata, serta penggunaan huruf kapital dan tanda titik di kelas V SD Negeri Cipicung II dengan menerapkan metode Misi.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Siswa Sekolah Dasar

a. Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menulis sebuah karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.


(30)

c. Dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam menuangkan dan mengembangkan gagasanya ke dalam sebuah karangan.

2. Bagi Guru Sekolah Dasar

a. Dapat menambah pengetahuan bagi guru tentang metode pembelajaran yang inovatif.

b. Mengetahui cara mengajar yang kreatif dan menyenangkan.

c. Dapat memberikan masukan kepada guru mengenai kesulitan siswa dalam membuat karangan berdasarkan pengalaman sendiri.

3. Bagi sekolah

a. Dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

b. Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menulis karangan di tingkat pendidikan dasar.

c. Sebagai peran yang dapat membantu sekolah dalam menggunakan metode pembelajaran terbaru dalam perkembangan pendidikan.

4. Bagi Peneliti

Memberikan sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam mengembangkan sebuah metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

E. Batasan Istilah

Berikut akan dijelaskan mengenai batasan istilah yang harus diketahui kejelasannya agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran.

1. Metode misi merupakan gabungan dua metode pembelajaran yaitu metode mind map dan metode kolaborasi. Misi adalah singkatan dari Mind map dan kolaborasi. Metode ini dirancang untuk memberikan kemudahan kepada siswa dalam pembelajaran menulis karangan.

2. Mind map merupakan metode untuk membuat sebuah peta pikiran dengan cara menuliskan tema pada sebuah lingkaran yang digambarkan di tengah


(31)

kertas, kemudian dari gambar tersebut ditarik sebuah garis tebal berlekuk-lekuk. Setiap garis tebal yang dibuat melambangkan ide/gagasan utama dari tema yang ditentukan. Adapun pengertian mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan akan memetakan pikiran-pikiran kita (Buzan, 2007: 4).

3. Kolaborasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengoreksi penggunaan ejaan dalam menulis karangan. Adapun pengertian kolaborasi adalah suatu teknik pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat untuk saling mengoreksi (Alwasilah dan Senny, 2005: 21).


(32)

47 A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cipicung II yang berada di Desa Gunung Windu Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan kepada berbagai pertimbangan bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu dalam keterampilan menulis karangan. Kondisi siswa yang memiliki kesulitan dalam menulis karangan juga dirasakan oleh guru-guru sekolah yang bersangkutan, sehingga diberikannya dukungan moril atas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Oleh karena itu, sekolah ini perlu melakukan pembaharuan dalam praktik pembelajaran terutama dalam peningkatan mutu pembelajaran menulis. Berikut penulis paparkan kondisi lokasi penelitian yang digunakan.

a. Letak Geografis

Letak SD Negeri Cipicung II berlokasi di daerah pedesaan yang terpencil. Tepatnya di Desa Gunung Windu Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Jarak tempuh dari Desa Gunung Windu ke kecamatan kurang lebih 6 km. Jalan yang dilalui naik turun, berkelok dan ada sebagian jalan yang berlubang. Untuk menuju ke tempat ini, transportasi yang dapat digunakan adalah dengan memakai ojeg karena tidak ada lagi pilihan angkutan transportasi untuk menuju ke tempat tersebut. Kalau pun tidak menggunakan ojeg, warga setempat harus pergi bersama-sama agar bisa menggunakan mobil.

Bangunan SD Negeri Cipicung II mempunyai 8 ruangan, yaitu ruang kantor, ruang perpustakaan, ruang kelas I, ruang kelas II, ruang kelas III, ruang kelas IV, ruang kelas V, dan ruang kelas VI. Untuk lebih jelas berikut adalah denah ruangan di SD Negeri Cipicung II.


(33)

Gambar 3.1 Denah SDN Cipicung II

b. Kondisi Siswa

SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka berjumlah 76 siswa. Terdiri dari 47 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan. Semua siswa berasal dari Desa Gunung Windu. Untuk sampai ke sekolah mereka berjalan kaki melewati jalan yang cukup licin dan naik turun.

Berikut adalah rincian jumlah siswa SD Negeri Cipicung II dari kelas I sampai kelas VI.

Kantin Kelas I Kelas III G u d a n g Kelas II R u a n g G u r u K e la s I V K e la s V K e la s V I L a pa n g a n U pa c a r a Lapangan Voly


(34)

Tabel 3.1

Keadaan Siswa SD Negeri Cipicung II Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

L P

I 6 - 6

II 4 7 11

III 8 5 13

IV 5 2 7

V 6 13 19

VI 18 2 20

Jumlah 47 29 76

c. Keadaan Guru

Keadaan guru dari SD Negeri Cipicung II yaitu 1 Kepala Sekolah, 10 guru yang terdiri dari 8 guru laki-laki dan 2 guru perempuan dan 1 penjaga sekolah. Dari 11 guru tersebut 4 berstatus sebagai PNS dan 7 berstatus sebagai honorer/ sukarelawan.

Adapun keadaan guru dan karyawan yang bekerja di SD Negeri Cipicung II pada tahun ajaran 2012/2013 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Daftar Nama Guru SD Negeri Cipicung II Tahun Ajaran 2012/2013

No Nama NIP Gol Jabatan Ket

1. Kuat Iud Sumarna, S.Pd. 19590711979121001 IV/A Kep. Sek Kep. Sek

2. Kamaludin, S.Pd. 19610341984101003 IV/A Guru Penjas Guru OR

3. Supriadi 196705052007011017 II/B Guru Kelas Kelas VIGuru

4. Opik, S.Pd.i. 197002112002011004 III/A Guru PAI Guru PAI

5. Taupik Rohman Sukwan Kelas IIGuru

6. Oon Rohani Sukwan Kelas IIIGuru

7. Dede Rohmat, S. Sos. Sukwan Kelas VGuru

8. Asep Yuyun A.S, S.Pd. Sukwan Kelas IVGuru

9. Jojoh Johaeriyah, S.Pd. Sukwan Kelas IGuru

10. Wawan Kuswandi, A. Ma. Pd. Sukwan Inggris G. B.

11. Tia Sulistiawati, S.Pd.i. Sukwan Guru SBK


(35)

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu selama enam bulan dimulai pada bulan Desember 2012 sampai dengan Juni 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri Cipicung II yang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Dipilihnya siswa kelas V SD Negeri Cipicung II ini sebagai subjek penelitian karena peneliti menilai kemampuan siswa dalam menulis karangan masih sangat rendah, sehingga dibutuhkan adanya perbaikan dan inovasi dalam pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dan menunjukkan peningkatan minat belajar sehingga kemampuan siswa dalam menulis karangan dapat meningkat.

Tabel 3.3

Tabel Daftar Nama Siswa Kelas V SD Negeri Cipicung II

No No Induk Nama siswa

Jenis

kelamin Ket

L P

1 080901001 Aang L

2 080901002 Ade Ana Nurhasanah P

3 080901003 Alfina Damayanti P

4 080901004 Dani Permana L

5 080901005 Devi Wasti Samsih P

6 080901006 Dewi Ratih Ayu Lestari P

7 080901007 Iin Indriawati P

8 080901008 Ipan Permana L

9 080901009 Mimin Siti Aminah P

10 080901010 Noval Abdul Azis L

11 080901011 Oon Kuswandi L

12 080901012 Pina Pitriani P

13 080901013 Pipit Pitriani P

14 080901014 Sapitri P

15 080901015 Siti Adijah Oktaviani P

16 080901016 Siti Engkay Nurhayati P

17 080901017 Wulan Sari P

18 080901018 Yandi Sofiyandi L

19 080901019 Yulia P


(36)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan istilah (Classroom Action Research).

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Terdapat beberapa pengertian mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut.

1) Wiriaatmadja (2008: 13) mengemukakan bahwa Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”.

2) Mulyasa (2009: 10) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.

3) Suyanto (Muslich, 2009: 8-9) mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas dan hasil belajar dengan melakukan tindakan tertentu.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Beberapa karakteristik dalam PTK menurut Muslich (2009: 12-14) adalah sebagai berikut.

1) Masalah PTK berawal dari guru.

2) Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran. 3) PTK adalah penelitian yang bersikap kolaboratif.

4) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

5) PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.


(37)

Berdasarkan pemaparan tersebut, sangat jelas bahwa sebelum kita melakukan penelitian tindakan kelas, kita harus memiliki wawasan yang lebih mengenai PTK terutama karakteristik dari PTK itu sendiri. Hal tersebut agar kita mengetahui apakah permasalahan yang kita hadapi dan akan kita teliti ini cocok jika diselesaikan dengan menggunakan PTK. Lebih dari tiga karakteristik PTK yang harus kita pahami, yaitu sebagai berikut.

Pertama, masalah yang timbul dalam PTK adalah masalah yang dirasakan oleh guru ketika mengajar di kelas. Masalah tersebut bukan berasal dari pihak luar, karena guru lebih mengetahui seluk-beluk permasalahan yang terjadi di kelasnya. Dengan demikian, guru harus berusaha untuk mengatasi masalah tersebut. Kedua, tujuan dalam PTK adalah untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. PTK yang dilakukan oleh guru harus terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari agar tidak mengganggu proses pembelajaran, sehingga tujuan PTK untuk memperbaiki pembelajaran tercapai. Ketiga, dalam melaksanakan PTK, guru dapat bekerja sama dengan dosen atau teman sejawat. Hal tersebut akan membantu peneliti dalam melaksanakan PTK. Dengan bekerjasama, peneliti akan mempunyai mitra untuk berdiskusi, banyak menerima masukan dan dapat membantu dalam menganalisis data penelitian. Keempat, untuk memperbaiki proses pembelajaran, peneliti dapat mengambil tindakan-tindakan seperti penerapan metode, penggunaan media, dan hal-hal inovatif lainnya agar perbaikan dalam praktik pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Karakteristik terakhir, dengan melaksanakan PTK kita dapat membuktikan, apakah teori pembelajaran yang kita peroleh dapat diterapkan pada pembelajaran dengan efektif dan efisisen.

c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Agar dalam melakukan PTK dapat berjalan dengan efektif dan efisien, peneliti terlebih dahulu harus memahami tujuan dari PTK tersebut. Adapun tujuan dari PTK menurut Mulyasa (2009: 89-99) adalah sebagai berikut.

1) Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.

2) Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.


(38)

3) Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

4) Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukanya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.

5) Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tujuan penelitian tindakan tersebut secara umum dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik. Tujuan tersebut adalah untuk perbaikan dan peningkatan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dan hasil belajar. Dengan demikian, guru sebagai peneliti harus benar-benar memahami tujuan dari penelitian tindakan agar perubahan, perbaikan dan peningkatan pembelajaran di kelas dan hasil belajar dapat tercapai.

d. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Banyak manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan PTK. Menurut Muslich, (2009: 11) manfaat yang dapat dipetik dari PTK antara lain sebagai berikut.

1) Akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.

2) Akan terjadi peningkatan sikap profesional guru.

3) Akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

4) Akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

5) Akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualita penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

6) Akan terjadi perbaikan dan atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. 7) Akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah. 8) Akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan

kurikulum.

Dalam melaksanakan penelitian tindakan, tentunya akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat tersebut akan dirasakan oleh semua yang terkait dalam pelaksanaan penelitian tindakan, terutama oleh guru sebagai peneliti, siswa dan sekolah. Hal tersebut karena dalam penelitian tindakan kelas masalah yang muncul adalah masalah yang dirasakan oleh guru di kelas selama proses


(39)

pembelajaran sehingga ketika dalam melakukan perbaikan dan peningkatan pembelajaran berhasil, siswa, guru dan sekolah akan merasakan manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Terdapat beberapa pengertian penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Kirk dan Miller (Moleong, 2002: 3),

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.

Creswell mendefinisikan (Wiriatmadja, 2008: 8),

Penelitian kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda. Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata. Melaporkan pandangan atau opini para imforman, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi yang alamiah/wajar (natural setting).

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti masalah sosial sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dengan demikian, penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini lebih menekankan kepada hubungan antara peneliti dengan responden. Dalam hal ini peneliti akan melibatkan dirinya untuk meneliti masalah yang terjadi. Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan secara indiktif, yaitu berdasarkan pada fakta sesungguhnya yang ada di lapangan.

Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mencari data secara menyeluruh menganai siswa. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa siswa tidak dapat diukur dengan angka melainkan harus dideskripsikan melalui kata-kata. Segala aktivitas siswa yang dilakukan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata/narasi untuk memberikan gambaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor (Moleong, 2002:3) yaitu “Metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang


(40)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Penelitian kualitatif yang disebut sebagai penelitian naturalistik atau ilmiah sesuai dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti dapat mengamati seluruh kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama pemebelajaran berlangsung yaitu meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa.

2. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada desain penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart yaitu metode spiral refleksi diri. Desain metode Kemmis dan Mc. Taggart ini berupa untaian-untaian yang terdiri dari empat komponen. Komponen tersebut dimulai dengan tahap perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect), dan perencanaan kembali. Keempat tahapan dalam komponen tersebut harus dilakukan oleh peneliti pada siklus yang akan dilakukan. Kemudian pada siklus berikutnya perencanaan serta pelaksanaan penelitian yang telah direfleksi sebelumnya menjadi bahan perbaikan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya.

Adapun gambar metode Spiral menurut Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut.

Gambar 3.2


(41)

Perencanaan (planning) merupakan tahap perencanaan yang matang dengan cara mengadakan identifikasi masalah. Berdasarkan pengamatan awal dilapangan ditemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan.

Pelaksanaan (action) tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini berupa langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun sebelumnya yaitu metode misi untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri Cipicung II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka.

Pengamatan (observing) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini yaitu hasil dari mengamati proses kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil yang diperoleh setelah pembelajaran dilaksanakan.

Refleksi (reflecting) merupakan tahapan untuk memproses data yang telah diperoleh pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini peneliti memikirkan upaya evaluasi dari refleksi yang kemudian akan ditentukan perbaikan tindakan selanjutnya. Refleksi tersebut bertujuan untuk memperbaiki segala kekurangan pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga diharapkan adanya peningkatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Rencana tindakan selanjutnya mengulang serta memperbaiki dari suatu tindakan ke tindakan sampai target tercapai.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan tindakan ini disusun langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tindakan tersebut ditetapkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan dengan menerapkan metode Misi. Adapun tahap-tahap perencanaan yang dilalui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah SD Negeri Cipicung II untuk

melakukan penelitian di kelas V dan menyampaikan maksud dari penelitian yang akan dilakukan.


(42)

b. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V.

c. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasi masalah dengan melakukan observasi pada saat proses pembelajaran mengarang dilaksanakan dan melakukan wawancara kepada guru dan siswa tentang menulis karangan, serta melakukan tes kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V. d. Peneliti berdiskusi dengan observer mengenai permasalahan yang ditemukan

dalam pembelajaran menulis karangan, yang kemudian diidentifikasi apa yang menjadi penyebab permasalahan dalam pembelajaran muncul.

e. Merumuskan langkah-langkah untuk pemecahan masalah yang akan diambil dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Pemecahan masalah tersebut mencakup pemilihan metode yang akan dipakai untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan.

f. Menyiapkan instrumen pengumpul data untuk digunakan pada saat pelaksanaan tindakan. Instrumen yang disiapkan oleh peneliti yaitu format observasi, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan lembar tes yang berupa soal.

g. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah, yang mencakup target proses dan target hasil untuk menilai keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah memberikan tindakan untuk mengadakan perbaikan dengan menerapkan metode misi. Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut.

a. Guru mengarahkan siswa pada kondisi yang kondusif melalui berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

c. Guru melakukan apersepsi dengan cara menanyakan pengalaman apa saja yang pernah dialami oleh siswa.


(43)

d. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang dan 1 kelompok terdiri dari 3 orang. Pembagian kelompok bersifat heterogen, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, sedang dan kurang.

e. Siswa duduk bersama kelompoknya masing-masing. Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelmpok tidak terganggu oleh kelompok lain.

f. Guru membagikan sebuah teks karangan kepada setiap kelompok. Kemudian menjelaskan materi pelajaran mengarang.

g. Siswa membaca teks karangan yang dibagikan oleh guru.

h. Guru memberikan contoh bagaimana menuangkan dan mengembangkan gagasan dengan menggunakan metode mind map (Peta Pikiran) melalui kerangka karangan 5W1H.

i. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok berupa kertas tidak bergaris dan menyuruh siswa untuk menyiapkan pulpen/spidol warna-warni.

j. Guru terlebih dahulu menentukan tema yang akan dibuat menjadi sebuah karangan dan membatasi siswa dalam menulis karangan.

k. Guru menugaskan kepada setiap kelompok untuk membuat peta pikiran pada LKS yang telah dibagikan sebelumnya.

l. Siswa bersama kelompoknya mengerjakan tugasnya untuk menuliskan gagasan utama dan mengembangkan gagasan tersebut menjadi beberapa kata kunci sesuai dengan tema yang telah ditentukan dengan menggunakan spidol/pulpen warna-warni.

m. Guru menugaskan salah seorang siswa dari masing-masing kelompok untuk merangkai kalimat dari kata kunci yang telah dituliskan sebelumnya.

n. Siswa berdiskusi untuk meneruskan membuat kalimat dan merangkainya menjadi sebuah karangan yang padu. Kalimat yang dirangkai oleh kelompok harus berkaitan dengan kalimat pertama yang telah dibuat oleh teman satu kelompok sebelumnya.

o. Setelah selesai, anggota kelompok berdiskusi kembali untuk memeriksa kalimat pada karangan apakah sudah sesuai dan berkaitan dengan gagasan-gagasan yang dituangkan sebelumnya.


(44)

p. Salah satu anggota kelompok yang sudah diberi tugas untuk menulis, menyalin karangan pada LKS yang telah disediakan.

q. Setelah selesai menyalin karangan, setiap kelompok menyerahkan hasil karangan kepada guru, kemudian karangan ditukarkan dengan kelompok lain untuk dikoreksi mengenai pilihan kata dan penggunaan ejaannya dengan menggunakan metode kolaborasi.

r. Guru menjelaskan cara mengoreksi karangan dengan menuliskan kalimat di papan tulis dan menggarisbawahi kesalahan dalam pilihan kata dan penggunaan ejaan pada kalimat tersebut.

s. Setiap kelompok membaca hasil karangan kelompok lain, kemudian berdiskusi dengan teman kelompoknya mengenai kesalahan-kesalahan dalam pilihan kata dan penggunaan ejaan pada karangan dengan cara seperti yang telah dijelaskan oleh guru.

t. Karangan dikembalikan kepada pengarangnya untuk diperbaiki kemudian dikembalikan kepada guru.

u. Hasil karangan yang telah diperbaiki ditempel pada papan khusus di kelas. v. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

w. Guru mengadakan evaluasi.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan observasi, semua hal-hal yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung direkam mulai dari kinerja guru dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil observasi kemudian dijadikan bahan kajian untuk mengukur keberhasilan tindakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah aktivitas guru dengan siswa sesuai dengan lembar observasi atau tidak. Untuk melaksanakan observasi ini terdapat alat bantu yang dapat digunakan oleh observer yaitu, format kinerja guru, format aktivitas siswa serta lembar catatan lapangan.


(45)

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Refleksi merupakan suatu tahapan/kegiatan yang penting dalam suatu penelitian. Kegiatan refleksi merupakan evaluasi/penalaian terhadap penelitian yang telah dilakukan. Data yang telah diperoleh dari kegiatan observasi yaitu melalui lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, pedoman wawancara, catatan lapangan dan hasil evaluasi yang telah dilakukan kemudian dianalisis dan diinterpretasi sehingga dapat disusun dan ditentukan langkah-langkah atau tindakan selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada tindakan sebelumnya.

Adapun kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mengecek kelengkapan data yang diperoleh selama proses pembelajaran.

Data tersebut diperoleh melalui hasil pengamatan observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, pedoman wawancara guru, pedoman wawancara siswa, catatan lapangan hasil belajar siswa dan LKS .

b. Mendiskusikan hasil data yang telah diperoleh berupa hasil pedoman observasi guru, pedoman observasi akivitas siswa, pedoman wawancara, tes hasil belajar siswa dan catatan lapangan.

c. Penyusunan kembali rencana tindakan yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis data proses tindakan sebelumnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi adalah panduan dalam melakukan observasi. Karl Popper (Wiriaatmadja, 2005: 104) mengungkapkan bahwa observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori. Pedoman observasi merupakan acuan untuk mengamati seluruh kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu kinerja guru maupun aktivitas siswa.

Dengan observasi, kegiatan yang terjadi di dalam kelas yang tidak teramati oleh guru dapat terlihat oleh observer. Dengan demikian, dengan observasi dapat


(46)

membantu guru dalam mengumpulkan data yang objektif dalam penelitian. Pedoman observasi ini berisi tentang sejumlah aspek-aspek yang diamati dan kriteria yang dijadikan acuan selama proses pembelajaran menulis karangan. Observasi terhadap kinerja guru difokuskan pada tahapan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan observasi terhadap aktivitas siswa difokuskan pada tiga aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama, dan ketelitian (format lembar observasi terlampir).

2. Pedoman Wawancara

Alat yang digunakan untuk melakukan wawancara adalah berupa pedoman wawancara yang terdiri dari lembar wawancara untuk siswa dan lembar wawancara untuk observer. Pedoman wawancara ini berisi nama yang diwawancara, tempat wawancara, dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada saat melakukan wawancara kepada siswa dan observer yang disertai kesimpulan dari wawncara yang telah dilakukan. Siswa yang diwawancarai merupakan perwakilan dari beberapa siswa, yang terdiri dari siswa unggul, siswa sedang dan siswa asor (lembar wawancara siswa dan lembar wawancara observer terlampir).

Denzin (Wiriaatmadja, 2005: 117) menyatakan “Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan tentang hal-hal yang dianggap perlu“. Sedangkan menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 117) “Wawancara suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain“.

Dengan demikian, wawancara merupakan pertanyaan yang diberikan kepada orang lain untuk mengetahui keadaan tertentu. Dalam tahap ini peneliti melukan wawancara dengan bertatap muka secara langsung kepada responden atau subjek yang diteliti yaitu guru dan siswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan.


(47)

3. Catatan Lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong 2002: 153), “Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif”. Catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Dalam penilitian ini catatan lapangan yang digunakan berbentuk deskripsi. Sehingga peneliti dapat merekam berbagai peristiwa di dalam kelas seperti suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan antara siswa dan guru, dan sebagainya berdasarkan pendapatnya sendiri. Namun, deskripsi yang disampaikan dalam catatan lapangan ini harus akurat agar layak untuk dijadikan penjelasan pada data yang dibutuhkan.

4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan salah satu instrumen untuk mengumpulkan data. Arikunto (2005: 123) mengemukakan “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Tes dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data yang digunakan. Tes yang digunakan berupa soal yang menugaskan siswa untuk menulis karangan berdasarkan pengalaman pribadi dengan dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang tepat. Alat instrumen tes berupa format penilaian yang berisi sejumlah aspek-aspek penilaian meliputi aspek pengembangan gagasan, pilihan kata, dan ejaan yang meliputi huruf kapital dan tanda titik (format penilaian terlampir).

F. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dapat segera dilakukan setelah data-data diperoleh. Data-data yang diperoleh dari hasil observasi diolah dengan cara


(48)

dianalisis dan diidentifikasi. Cara pengolahan data untuk setiap instrumen yang digunakan dilakukan dengan teknik yang berbeda. Berikut adalah pemaparannya.

a. Pengolahan Data Proses

Dalam pengolahan data proses, instrumen yang digunakan terdiri dari tiga yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan. Ketiga instrumen tersebut digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian yaitu sejak awal hingga akhir pelaksanaan tindakan. Setelah data terkumpul kemudian disesuaikan dengan indikator, serta menginterpretasikan nilai yang telah ditentukan.

1) Data Hasil Observasi

Pada pengolahan data hasil observasi ini terdapat format khusus untuk kinerja guru dan aktivitas siswa.

a) Data Hasil Observasi Kinerja Guru

Untuk kinerja guru, teknik yang digunakan dalam pengolahan data proses terdiri dari penilaian aspek perencanaan, aspek pelaksanaan dan aspek evaluasi. Pada masing-masing aspek tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan yang yang harus dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dibagi lagi menjadi beberapa indikator. Aspek yang harus dinilai sudah tercantum dalam format observasi kinerja guru. Masing-masing aspek memiliki rentang skala skor 3-2-1 dengan deskriptor penilaian.

Untuk menilai kinerja guru, observer mengamati setiap kinerja guru apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum dalam format penilaian kinerja guru atau masih ada langkah-langkah yang masih belum dilaksanakan. Observer dapat menuliskan tanda ceklis pada kolom yang telah disediakan, yaitu pada kolom 3, kolom 2, kolom 1 dan kolom 0.

Jika penilaian sudah dilakukan, observer dapat memulai menghitung jumlah nilai pada setiap aspek. Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga diperoleh skor akhir, kemudian nilai yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan


(49)

lima kriteria yaitu Baik Sekali (BS) jika jumlah skor yang diperoleh 81% - 100%, baik (B) jika jumlah skor yang diperoleh 61% - 80%, cukup (C) jika jumlah skor yang diperoleh 41% - 60%, kurang (K) jika jumlah skor yang diperoleh 21% - 40%, kurang sekali (KS) jika jumlah skor yang diperoleh 0% - 20%.

Deskriptor untuk masing-masing penilaian adalah sebagai berikut.

A. PERENCANAAN 1. Menyiapkan RPP

a. Menyusun rumusan tujuan berdasarkan pada standar kompetensi. b. Menyusun rumusan tujuan berdasarkan pada kompetensi dasar. c. Menyusun rumusan tujuan berdasarkan pada indikator.

2. Menyusun alat penilaian.

a. Menyusun alat penilaian berdasarkan tujuan. b. Sesuai dengan bentuk penilaian.

c. Deskriptor penilaian jelas. 3. Menyiapkan bahan ajar

a. Materi sesuai dengan kurikulum. b. Sistematika runtut.

c. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. 4. Merencanakan skenario pembelajaran

a. Sesuai dengan tujuan.

b. Sesuai dengan materi yang diajarkan. c. Sesuai dengan waktu yang tersedia.

B. PELAKSANAAN 1. Kegiatan Awal

a. Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif 1) Membimbing siswa untuk berdo’a.

2) Mengecek kehadiran siswa.

3) Mengecek kesiapan alat-alat pelajaran siswa.

b. Menjelaskan langkah-langkah, manfaat dan tujuan pembelajaran. 1) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.


(1)

2. Pelaksanaan

Dalam sebuah pembelajaran tujuan akan tercapai apabila dalam pelaksanaannya dilakukan dengan maksimal. Untuk itu kinerja guru dan aktivitas siswa akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Berikut adalah hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa setelah dilaksanakan tindakan.

a. Kinerja guru

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran menulis karangan, kinerja guru pada setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I, kinerja guru secara keseluruhan sudah mencapai 79% dengan tafsiran baik (B). Pada siklus II kinerja guru mencapai 88% dengan tafsiran baik sekali (BS) dan mengalami peningkatan sebanyak 9%. Pada siklus II ini guru telah mencapai target penelitian dan pada siklus III kinerja guru mencapai 96% dari keseluruhan indikator yang telah ditetapkan. Peningkatan pada siklus III ini sebanyak 8% dengan tafsiran baik sekali (BS). Adanya peningkatan pada setiap siklus menunjukkan bahwa guru melaksanakan pembelajaran secara optimal. Dalam hal ini terlihat adanya perencanaan yang matang yang dibuat oleh guru mulai dari alokasi waktu, materi dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, berdasarkan pemaparan hasil tersebut penerapan metode misi dalam pembelajaran menulis karangan dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru.

b. Aktivitas siswa

Pembelajaran menulis karangan melalui penerapan metode misi telah memberikan dampak positif terhadap aktivitas siswa. Aktivitas siswa selama pembelajaran pada setiap siklus mengalami peningkatan. Adanya peningkatan aktivitas siswa pada aspek kerjasama, disiplin dan keaktifan berdampak positif pula terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu kerja sama siswa dalam membuat karangan terutama pada saat membuat mind map dan mengoreksi kesalahan dalam membuat karangan dengan menggunakan metode kolaborasi terlihat baik. Keaktifan siswa pun mengalami peningkatan yang signifikan ditandai dengan banyaknya siswa yang bertanya dan membantu temannya pada saat pembelajaran


(2)

132

berlangsung. Begitupun pada aspek kedisiplinan mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa terlihat bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan dan tidak terlihat siswa yang bergurau serta mengganggu temannya.

Pada siklus I aktivitas siswa hanya 9 orang siswa atau 42% yang telah melaksanakn indikator dengan tafsiran baik (B). Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebanyak 13 orang siswa atau 68% yang telah melasanakan indikator dengan tafsiran baik (B). Sedangkan pada siklus III sebanyak 16 orang siswa atau 84% telah melaksanakan indikator dengan tafsiran baik. Peningkatan untuk siklus II yaitu sebanyak 26% sedangkan peningkatan untuk siklus III sebanyak 16%.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan menerapkan metode misi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman khususnya pada aspek kerjasama, disiplin, dan keaktifan baik sebagai individu maupun kelompok. 3. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis karangan melalui penerapan metode misi terlihat adanya peningkatan hasil belajar. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya. Siswa dapat mengembangkan gagasan melalui mind map yang kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Siswa juga dapat mengoreksi penggunaan tanda baca titik, penggunaan huruf kapital dan penggunaan bahasa dengan baik sehingga siswa mampu menghasilkan karangan yang baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil data hasil pelaksanaan tindakan setiap siklus, untuk peningkatan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman dalam hal pengembangan gagasan, pilihan kata (perbendaharaan bahasa Indonesia) serta penggunaan huruf kapital dan tanda titik terlihat adanya peningkatan hasil belajar yaitu diperoleh data pada siklus I dari 19 orang siswa, siswa yang tuntas dalam menulis karangan sebanyak 9 siswa atau 47%, dengan memperhatikan aspek


(3)

pengembangan gagasan mencapai 54%, aspek pilihan kata mencapai 46%, aspek penggunaan huruf kapital 70%, dan aspek penggunaan tanda titik mencapai 85%.

Pada siklus II dari 19 orang siswa, siswa yang tuntas dalam menulis karangan sebanyak 13 siswa atau 68% dengan memperhatikan aspek pengembangan gagasan mencapai 60%, aspek pilihan kata mencapai 54%, aspek penggunaan huruf kapital mencapai 82%, dan aspek penggunaan tanda titik mencapai 85%. Peningkatan pada siklus II ini mencapai 26%.

Sedangkan pada siklus III dari 19 orang siswa, siswa yang tuntas dalam menulis karangan sebanyak 17 siswa atau 89%, dengan memperhatikan aspek pengembangan gagasan mencapai 77%, aspek pilihan kata mencapai 61%, aspek penggunaan huruf kapital mencapai 93%, dan aspek penggunaan tanda titik mencapai 93%. Peningkatan pada siklus III ini mencapai 21%. Artinya pada siklus III ini hasil belajar siswa telah mencapai target pembelajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan data tersebut, melalui metode misi siswa dapat menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan mudah sesuai dengan pilihan kata dan penggunaan ejaan.

B. Saran

Berdasarkan pembelajaran yang telah dailaksanakan dengan menggunakan metode misi untuk meningkatkan keterampilan menulis karanagan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Siswa sebaiknya bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran serta harus lebih berani dan tidak malu-malu ketika bertanya maupun menjawab pertanyaan guru.

b. Siswa sebaiknya memiliki kerjasaman dan disiplin yang baik pada saat pembelajaran baik itu pembelajaran individual maupun pada saat diskusi kelompok.

c. Siswa sebaiknya sering berlatih dalam menulis karangan agar terbiasa dalam mengembangkan gagasan dan menuangkan kata-kata ke dalam


(4)

134

sebuah tulisan, sehingga menjadi terampil dalam menulis karangan yang baik yang sesuai dengan ejaan.

2. Bagi Guru

a. Metode misi disarankan dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif pembelajaran dalam menulis karangan. Namun, dalam pelaksanaannya guru harus lebih memahami setiap aspek kegiatan dalam pemebelajaran. Selain itu, guru harus memberikan penjelasan lebih mengenai langkah pembelajaran agar siswa tidak merasa kebingungan selama proses pembelajaran.

b. Guru sebaiknya menciptakan pengelolaan kelas yang kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal.

c. Guru disarankan mampu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran sehigga permasalahan tersebut tidak terulang kembali.

3. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah sebaiknya dapat menyediakan buku-buku penunjang untuk menunjang proses pembelajaran menulis karangan.

b. Semua pihak disarankan dapat bekerjasama demi terselenggaranya pendidikan yang baik bagi generasi penerus bangsa.

c. Pihak sekolah sebaiknya dapat menerima inovasi pembelajaran yang baru dan penerapan disosialisasikan lebih lanjut pada mata pelajaran lain. 4. Bagi peneliti lain

a. Hasil penelitian disarankan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian.

b. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sebaiknya menyusun perencanaan yang matang agar pada saat pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, perencanaan yang telah disusun dapat diterapkan sehingga pembelajaran menjadi maksimal.


(5)

135

Akhadiah, dkk. (1996). Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Alwasilah, A.C., dan Alwasilah, S.S. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Kolaboratif. Bandung: Kiblat Buku Utama

Andryani, Indri. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas IV SDN Beusi I Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Sumedang: tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Buzan, T. (2012). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Cahyani, Isah dan Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Djuanda, D. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Bandung: Pustaka Latifah.

Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Berbahasa di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah.

Gie, T.L. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muchlisoh, dkk. (1992). Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud. Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muslich, Mansur. (2009). Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Resmini, N dan Djuanda, D. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.


(6)

136

Resmini, N, dkk. (2009). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suriamiharja, A, dkk. (1997). Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Widyanti, Shinta. (2010). Penerapan Metode Kolaborasi melalui Permainan “Ayo Garis Bawahi dan Tempelkan Aku” untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Pakuhaji 3 Beusi I Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Sumedang: tidak diterbitkan.

Windura, S. (2010). Memory Champion @ School Rahasia Mengingat Materi Pelajaran Apa Saja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Tentang Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 8 Ciseureuh Kabupa

0 1 39

PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SD.

0 1 9

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V: Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Kamanisan Kecamatan Curug Kota Serang.

0 1 32

PENERAPAN MEDIA GAMBAR SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN SISWA Penerapan Media Gambar Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Karangan Siswa Kelas V Di SD Negeri 1 Keprabon Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

0 0 13

PENERAPAN MODEL “PIPA PAKO” MELALUI MEDIA FOTO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN PADA SISWA KELAS V SDN SIRNASARI.

0 1 35

PENERAPAN MODEL MEMIMAKO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka).

0 1 53

PENERAPAN MODEL MEMIMAKO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka).

0 2 53

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI:PTK di Kelas V SD Negeri Cisangku Kecamatan Curug Kota Serang.

0 1 57

PENERAPAN MODEL PISANG BESI MELALUI MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Pasanggrahan II Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka).

1 2 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE SPIDER CONCEPT MAP (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 20112012) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagia

0 0 250