PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KELILING KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MOM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang).

(1)

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MOM

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Ganeas I

Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

SITI TITIN KHOTIMAH 0903292

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KELILING KELOMPOK

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MOM

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Ganeas I

Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang)

Oleh

Siti Titin Khotimah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Siti Titin Khotimah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 12

1. Rumusan Masalah ... 12

2. Pemecahan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Batasan Istilah ... 20

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran di Sekolah Dasar ... 22

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 22

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 24

3. Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 24

4. Landasan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 26

B. Pembelajaran Membaca di SD ... 27

1. Pengertian Membaca ... 27

2. Tujuan Membaca ... 28

3. Macam-macam Membaca di SD ... 29

4. Fokus Perhatian Membaca ... 30

C. Puisi ... 31

1.Pengertian Puisi ... 31

2.Jenis-jenis Puisi ... 31

D. Membaca Puisi ... 32

1.Pengertian Membaca Puisi ... 32

2.Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Membaca Puisi 32

3.Tahap-tahap Membaca Puisi ... 33

E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 34

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 34

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 35

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 36


(4)

vii

F. Media Pembelajaran ... 41

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 41

2. Jenis-jenis Media ... 42

3. Fungsi Media ... 43

4. Media MOM (Minus One Music) ... 43

G. Penelitian Tindakan Kelas ... 44

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 44

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 45

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 46

H. Hipotesis Tindakan ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

1. Lokasi Penelitian ... 48

2. Waktu Penelitian ... 48

B. Subjek Penelitian ... 48

C. Metode dan Desain Penelitian ... 48

1. Metode Penelitian ... 48

2. Desain Penelitian ... 49

D. Prosedur Penelitian ... 51

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 52

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 53

3. Tahap Observasi ... 55

4. Tahap Analisis dan Refleksi ... 55

E. Instrumen Penelitian ... 56

1. Lembar Observasi ... 56

2. Pedoman Wawancara ... 56

3. Catatan Lapangan ... 57

4. Lembar Tes Hasil Belajar ... 57

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 57

1. Teknik Pengolahan ... 57

a. Teknik Pengolahan Data Proses ... 58

b. Teknik Pengolahan Data Hasil ... 59

2. Analisis Data ... 63

G. Validasi Data ... 64

1. Member Check ... 64

2. Triangulasi ... 65

3. Audit Trail ... 65


(5)

viii

2. Data Hasil Observasi Aktivitas siswa ... 68

3. Data Hasil Tes ... 69

B. Paparan Data Tindakan ... 71

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 71

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 71

b. Paparan Data Proses Siklus I ... 72

c. Paparan Data Hasil siklus I ... 78

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 80

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 83

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 83

b. Paparan Data Proses Siklus II ... 84

c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 91

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 93

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 96

a. Paparan Data Perencanaan Siklus III ... 96

b. Paparan Data Proses Siklus III ... 97

c. Paparan Data Hasil Siklus III ... 103

d. Analisis dan Refleksi Siklus III ... 105

C. Paparan Pendapat Guru dan Siswa ... 107

D. Pembahasan ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 123 RIWAYAT HIDUP


(6)

ix

Tabel 1.1 Data Hasil Tes Awal Siswa ... 5

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 60

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 75

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 77

Tabel 4.3 Data Hasil Tes Siswa Siklus I ... 79

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 87

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 90

Tabel 4.6 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 91

Tabel 4.7 Data Hasil Tes Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.8 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 99

Tabel 4.9 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 102

Tabel 4.10 Peningkatan Hasil Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III ... 103

Tabel 4.11 Data Hasil Tes Siswa Siklus III ... 104


(7)

x

Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart ... 50

Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas Siswa ... 109

Gambar 4.2 Peningkatan Terhadap Kinerja Guru ... 111


(8)

xi

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 123

Lampiran A.2 Format Tes Membaca Puisi ... 127

Lampiran A.3 Format Penilaian Tes Membaca Puisi ... 128

Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa ... 130

Lampiran A.5 Format Observasi Kinerja Guru ... 133

Lampiran A.6 Format Observasi Aktivitas Siswa ... 138

Lampiran A.7 Format Catatan Lapangan ... 140

Lampiran A.8 Format Wawancara Kepada Observer ... 141

Lampiran A.9 Format Wawancara Kepada Siswa ... 142

Lampiran B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 143

Lampiran B.2 Format Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 147

Lampiran B.3 Format Hasil Observasi Akitivitas Siswa Siklus I ... 149

Lampiran B.4 Lembar Tes Membaca Puisi Siklus I ... 150

Lampiran B.5 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 151

Lampiran B.6 Tabel Hasil Tes Membaca Puisi Siklus I ... 175

Lampiran B.7 Catatan Lapangan Siklus I ... 176

Lampiran C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 177

Lampiran C.2 Format Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 181

Lampiran C.3 Format Hasil Observasi Akitivitas Siswa Siklus II ... 183

Lampiran C.4 Lembar Tes Membaca Puisi Siklus II ... 184

Lampiran C.5 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 186

Lampiran C.6 Tabel Hasil Tes Membaca Puisi Siklus II ... 210

Lampiran C.7 Catatan Lapangan Siklus II ... 211

Lampiran D.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 212

Lampiran D.2 Format Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 216

Lampiran D.3 Format Hasil Observasi Akitivitas Siswa Siklus III ... 218

Lampiran D.4 Lembar Tes Membaca Puisi Siklus III ... 219

Lampiran D.5 Lembar Kerja Siswa Siklus III ... 220

Lampiran D.6 Tabel Hasil Tes Membaca Puisi Siklus III ... 244

Lampiran D.7 Catatan Lapangan Siklus III ... 245

Lampiran D.8 Format Hasil Wawancara Kepada Observer ... 246

Lampiran D.9 Format Hasil Wawancara Kepada Siswa ... 247

Lampiran E.1 Dokumentasi Hasil Tes Membaca Puisi Siklus I, II, dan III 252 Lampiran E.2 Dokumentasi Kegiatan Siklus ... 253


(9)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sangat strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia harus dapat dikuasai oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia karena berfungsi sebagai alat komunikasi secara lisan maupun tulisan. Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, maka tingkat penguasaannya pun sangat penting. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah yang mempunyai jalur yang efektif dan efisien.

Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Ketika seseorang akan berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain penggunaan bahasa sangat dibutuhkan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya. Dengan bahasa juga seseorang dapat mengekspresikan diri sebagai wujud rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu ataupun dalam berbagi pengalaman dengan orang lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Resmini et al. (2006: 35),

Melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi, mengekspresikan diri, beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial berbagai pengalaman, saling belajar, dan meningkatkan kemampuan intelektual.

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Mata pelajaran ini diajarkan untuk membina segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap para siswa terhadap bahasa Indonesia sehingga diharapkan terampil menggunakan bahasa Indonesia yang baik untuk berkomunikasi dan memahami serta mengapresiasi bahasa lisan maupun tulisan.

Menurut Rofi’uddin (1998: 47), “Secara keseluruhan mata pelajaran

bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan pikiran dan perasaan,


(10)

bahwa peranan pembelajaran bahasa Indonesia penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Dengan adanya mata pelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan dapat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan dasar berbahasa yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan dasar berbahasa itu harus diajarkan kepada siswa dan harus dapat dikuasai pada setiap kemampuan yang dicantumkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Untuk dapat menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersesebut kepada siswa, diperlukan kemampuan guru dalam memilih pendekatan dan metode secara tepat dan efektif. Kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan kompetensi peserta didik secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Kemampuan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dalam komunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) dan komunikasi tulis (membaca dan menulis).

Pembelajaran membaca merupakan salah satu komponen yang harus diajarkan di sekolah dasar. Hal tersebut sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) 2006 yang berbunyi “Agar peserta didik memiliki

kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis”.

Membaca menurut Tarigan (Djuanda, 2008: 112) adalah “kegiatan

berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan (huruf-huruf)”.

Peranan bahasa tulis lebih khususnya membaca, sangat penting untuk dioptimalkan. Keterampilan membaca memegang peranan yang sangat penting dalam memperkaya ilmu pengetahuan sebagaimana pepatah mengatakan bahwa

“buku adalah gudang ilmu, membaca merupakan kuncinya”. Selain itu,

kemampuan membaca erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam berbahasa, karena dari membaca itulah seseorang dapat berbagai pengetahuan sehingga memiliki kemampuan berbahasa yang efektif dan komunikatif.

Demikian pula dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yang dapat menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan


(11)

berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Siswa di SD harus memiliki kemampuan berbahasa, terutama keterampilan membaca yang akan mempengaruhi siswa dalam mengerjakan tugas pembelajaran di SD serta menjadi bekal kemampuan dasar bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya.

Salah satu cara menumbuhkembangkan keterampilan membaca adalah dengan memperkenalkan karya sastra. Salah satu karya sastra yang dimaksud adalah puisi. Puisi dapat didefinisikan sebagai karya sastra yang cenderung pada irama (ritme) yang dibangun dengan rima, bait dan baris (Djuanda dan Iswara, 2006: 2).

Membaca puisi tentunya berbeda dengan membaca biasa atau membaca

teks lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abbas (2006), “Membaca puisi

termasuk membaca estetis yang diimplementasikan pada saat pelaksanaan membaca indah dan perhatian utamanya terletak pada unsur irama, intonasi,

ketepatan ucapan atau lafal, dan penjiwaan”. Dalam membaca puisi siswa harus

membaca dengan lafal, intonasi, dan menghayati ekspresi dari puisi yang dibaca agar dapat sampai ke arah tujuan pembacaan puisi yang baik dan benar, yaitu memperoleh keindahan dalam membaca puisi, sehingga dapat dinikmati oleh pendengar dengan baik dan pesan yang terkandung dalam puisi dapat tersampaikan kepada pendengar.

Membaca puisi merupakan keterampilan yang harus diajarkan oleh guru kepada siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 pada kelas V semester 1 dalam standar kompetensi membaca, yakni memahami teks dengan membaca percakapan, membaca cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi. Serta dalam kompetensi dasar yaitu membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan, tujuan pembelajaran dalam membaca puisi belum sepenuhnya tercapai. Hal ini didapat berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanggal 5 November 2012 di kelas V SDN Ganeas I terhadap kemampuan membaca puisi. Dalam membaca puisi, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat. Siswa belum mampu melafalkan kata-kata secara jelas dan


(12)

lantang bahkan nyaris tidak terdengar, membacanya tidak berirama layaknya membaca biasa, tidak memperhatikan tempo sehingga tidak seimbang kebanyakan temponya terlalu cepat, jeda intonasinya kurang jelas, tidak bisa menampilkan penjiwaan terhadap puisi yang dibaca dengan menampilkan mimik muka yang sesuai dengan puisi yang dibaca dan gerakan tangan tidak tampak, serta tidak ada tatapan mata terhadap audien tetapi hanya tertunduk membaca teks puisi.

Begitu juga dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, hal ini dilihat dari sangat kurangnya siswa yang bertanya atau berkomentar, motivasi belajar siswa yang masih sangat rendah, kurangnya perhatian siswa saat guru mengajar. Siswa masih banyak yang bermain-main, ribut dan tidak disiplin serta tidak memperhatikan teman yang membaca puisi di depan kelas. Selain itu siswa banyak bergurau dan menganggu temannya yang sedang memperhatikan guru mengajar.

Dilihat dari permasalahan di atas, tentunya diperlukan suatu desain pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk belajar secara aktif dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran dapat menarik, menyenangkan, menggairahkan, bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai bahkan manfaat pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dirasakan oleh siswa serta keterampilan yang telah diajarkan dapat melekat dalam diri siswa secara permanen.

Data hasil observasi terhadap kinerja guru selama proses pembelajaran dalam mengajarkan puisi kepada siswa, guru kurang memberikan rangsangan dalam menarik minat siswa untuk bertanya jawab serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan menjelaskan materi tentang membaca puisi pun sangat singkat karena siswa dianggap sudah bisa sebab pada kelas-kelas sebelumnya sudah pernah belajar tentang membaca puisi, sehingga materi tentang membaca puisi tidak diperdalam dan banyak hal-hal yang tidak diketahui siswa tentang teknik membaca puisi yang baik.

Dalam menjelaskan materi pembelajaran, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam membaca puisi sehingga masih banyak siswa yang kurang antusias dan tidak bersemangat dalam mengikuti


(13)

pembelajaran. Guru kurang memperhatikan pengelolaan kelas, karena masih banyak siswa yang melakukan kegiatan di luar pembelajaran. Guru kurang memberikan respon dan apresiasi kepada siswa yang sudah membacakan puisi di depan kelas, guru tidak melakukan tes proses terlebih dahulu dalam pembelajaran, tetapi langsung melakukan tes evaluasi serta tidak memberikan rangsangan kepada siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dan manfaat pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Tabel 1.1 di bawah ini adalah data hasil pembelajaran tes awal siswa dalam pembelajaran membaca puisi di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

Tabel 1.1

Hasil Tes Awal Siswa dalam Membaca Puisi No. Nama Siswa

Aspek yang dinilai

Skor Nilai Tafsiran

Lafal Intonasi Ekspresi

3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 T BT

1. Agus S. 1 11,1

2. Ayu Ratmini 2 22,2

3. Arif Hidayat 2 22,2

4. Anggia P. 1 11,1

5. Alin W. 2 22,2

6. Anisa F. R. 2 22,2

7. Devi Dwi S. 3 33,3

8. Deden M. R. 3 33,3

9. Gilang D. 4 44,4

10. Isep K. 1 11,1

11. Iwan S. 5 55,5

12. Junica N. A. 2 22,2

13. Karina A. F. 3 33,3

14. Kenken M. 6 66,7

15. Kharisma R. 2 22,2

16. Lilis M. 5 55,5

17. M. Fiqri M. 3 33,3

18. M. Iqbal R. 2 22,2

19. Nabila N. 2 22,2

20. Nur Anissa 1 11,1

21. Regita N. A. 5 55,5

22. Satia 2 22,2

23. Siska U. S. 2 22,2

24. Siti H. 2 22,2

25. Sri Utami 2 22,2

26. Ujang F. 3 33,3

27. Winneu I. 1 11,1

28. Yusuf S. 2 22,2

29. Yanto S. 4 44,4

Jumlah 0 3 23 3 1 8 19 1 0 1 6 22 75 832,6 1 28

Rata-rata 2,6 28,7

Persentase (%) 0 10

,3 79 ,3

10, 3 3,4

27, 6

65,

5 3,4 0 3,4 20,

7 75


(14)

Aspek yang dinilai dan deskriptor yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Lafal

a. Lafal terdengar jelas.

b. Lafal terdengar nyaring.

c. Lafal tepat sesuai dengan lafal yang baku.

2. Intonasi

a. Intonasi suara berirama (ada tinggi rendahnya nada).

b. Jeda intonasi suara jelas.

c. Temponya seimbang (tidak terlalu lambat atau cepat).

3. Ekspresi

a. Mimik muka sesuai dengan isi yang terkandung dalam puisi.

b. Memunculkan gerakan tangan yang sesuai.

c. Tatapan mata memperhatikan audien tidak hanya tunduk membaca.

Keterangan:

Diisi dengan memberi tanda cek (√) untuk:

Skor 3 = Jika ketiga deskriptor dari setiap aspek muncul.

Skor 2 = Jika dua deskriptor dari setiap aspek muncul.

Skor 1 = Jika hanya satu deskriptor dari setiap aspek muncul.

Skor 0 = Jika tidak ada satu pun deskriptor dari setiap aspek yang muncul.

Skor ideal = 9

Nilai = �� � � ℎ

� � x 100

T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Rumus Persentase % = �

% = Persentase

X = Jumlah perolehan skor N = Jumlah siswa keseluruhan

Keterangan:


(15)

Jika siswa mendapat nilai ≥ 66 dinyatakan tuntas.

Jika siswa mendapatkan nilai < 66 dinyatakan belum tuntas.

Berdasarkan data hasil tes awal tersebut dapat diperoleh data yaitu dari 29 siswa yang ada di kelas, hanya 1 orang siswa atau 3,4 % yang telah memenuhi KKM dan 28 siswa atau 96,6 % yang belum memenuhi dalam pembelajaran membaca puisi.

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat ada salah satu siswa yang dapat tuntas dalam membaca puisi. Siswa tersebut mampu membaca puisi dengan lafal yang terdengar jelas dan nyaring, intonasi suara berirama, jeda intonasi suara jelas, temponya seimbang, serta dapat memunculkan mimik muka sesuai dengan isi yang terkandung dalam puisi. Selain itu, banyak anak yang belum tuntas dalam membaca puisi. Rata-rata anak yang belum tuntas dalam membaca puisi tersebut kesulitan memunculkan ekspresi atau penjiwaan ketika membaca puisi, intonasi dalam membaca puisi tidak muncul dalam artian kebanyakan siswa membaca puisi hanya datar saja tak berirama layaknya membaca biasa, dan lafal dalam membaca puisi tidak terdengar jelas dan nyaring bahkan volume suara nyaris tidak terdengar.

Adapun data hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca puisi adalah sebagai berikut.

1. Siswa yang kurang terlibat dalam pembelajaran

2. Motivasi belajar siswa yang masih sangat rendah karena tidak adanya media

yang dapat menarik minat siswa dalam belajar.

3. Kurangnya perhatian siswa saat guru mengajar.

4. Siswa masih banyak yang bermain-main, ribut, bergurau dan menganggu

temannya yang sedang memperhatikan guru mengajar.

5. Kurangnya kesempatan siswa untuk bertanya jawab dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil data awal tersebut, kesulitan pembelajaran yang dialami siswa adalah sebagai berikut.

1. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca puisi dengan lafal yang


(16)

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca puisi dengan intonasi yang tepat.

3. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca puisi dengan ekspresi yang

tepat.

Data hasil observasi kinerja guru dalam pembelajaran membaca puisi dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Dalam mengajarkan puisi kepada siswa, guru kurang memberikan rangsangan

dalam menarik minat siswa untuk bertanya jawab serta berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

2. Guru menjelaskan materinya pun sangat singkat karena siswa dianggap sudah

bisa karena pada kelas-kelas sebelumnya sudah pernah belajar tentang membaca puisi.

3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik motivasi siswa

serta membantu pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran membaca puisi.

4. Guru kurang memperhatikan pengelolaan kelas, karena masih banyak siswa

yang melakukan kegiatan di luar pembelajaran.

5. Guru kurang memberikan respon dan apresiasi kepada siswa yang sudah

membacakan puisi di depan kelas

6. Guru tidak melakukan tes proses dalam pembelajaran, tetapi langsung

melakukan tes evaluasi.

7. Guru tidak memberikan rangsangan kepada siswa untuk menyimpulkan hasil

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Upaya untuk meningkatkan minat membaca puisi memerlukan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa akan dapat membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Upaya yang dilakukan adalah dengan alternatif pemecahan masalah yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media

MOM (Minus One Music). Model ini digunakan karena dapat mengatasi

permasalahan di atas, yaitu dapat meningkatkan partisipasi siswa secara langsung dalam pembelajaran serta meningkatkan perhatian dan minat siswa dalam belajar.


(17)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat bekerjasama dan saling bertukar gagasan antar teman sebayanya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Davidson dan Kroll (Asma, 2006: 11),

“pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar

siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara

kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka”.

Selain itu pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dan menerima pendapat orang lain. Slavin (Asma, 2006: 11) mengemukakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

Dengan adanya hal tersebut siswa dapat bekerja sama dalam mengerjakan tugas dari guru serta bertanggung jawab tidak hanya pada individunya sendiri tetapi juga pada temannya ketika berdiskusi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Sehingga siswa yang memahami pembelajaran dapat bertukar pendapat serta berbagi kepada temannya yang belum memahami pembelajaran. Hal ini sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Teknik yang digunakan yaitu keliling kelompok dengan didasarkan pada pemikiran bahwa dengan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok

mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan

mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Dengan teknik keliling kelompok, setiap siswa dapat saling berbagi pandangan dan pemikiran siswa yang lain untuk berdiskusi bersama sehingga memperoleh kesepakatan bersama dalam menemukan jawaban yang paling tepat dalam memecahkan masalah yang ditugaskan.

Oleh karena itu dengan dilakukannya pembelajaran kooperatif diharapkan dapat membuat siswa lebih berpartisipasi aktif di dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat.


(18)

Penggunaan media dalam pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan) serta dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti konsep yang terlalu luas yang dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain. Serta jika penggunaan media pendidikan dapat digunakan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap siswa yang pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini penggunaan media dapat menimbulkan kegairahan dalam belajar serta memungkinkan siswa untuk berinteraksi secara langsung. (Sadiman et al., 2005).

Ketika siswa belajar di dalam kelas hakikatnya mereka sedang berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Proses komunikasi guru dalam menyampaikan pesan salah satunya dapat dilakukan melalui media kepada siswa. Pesan yang disampaikan tersebut tentunya harus sampai kepada siswa sehingga mereka dapat mengetahui serta memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dengan adanya media sebagai salah satu saluran dalam menyampaikan pesan kepada siswa tentunya menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa dapat mengetahui serta memahami pesan yang tertuang dalam

pembelajaran. Menurut Soeparno (1988: 6), “Pengggunaan media diharapkan

dapat memperkonkret informasi yang dikomunikasikan peneriman, sehingga informasi tersebut diharapkan dapat diserap semaksimal mungkin oleh si

penerima informasi”.

Media pembelajaran dapat memberikan rangsangan, persamaan

pengalaman serta menimbulkan persepsi yang sama pada setiap siswa dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan Sadiman et al. (2005) bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sehingga dengan adanya media tersebut dapat merangsang siswa untuk memiliki sikap yang baik ketika belajar serta memicu siswa untuk aktif dalam belajar.


(19)

Kesulitan siswa dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dapat teratasi dengan menggunakan media MOM. Media MOM merupakan media audio berupa musik instrumen tanpa iringan nyanyian lagu. Adapun pengertian Minus One adalah ketika hanya vokal saja yang live sementara instrumen lainnya tidak dan merupakan teknik yang sama persis seperti ketika kita berkaroke. [online] (http://rediscoveringatlantis.blogspot.com/2010/02/minus-one-playback.html)

Media MOM digunakan sebagai musik pengiring dalam membaca puisi. Media MOM yang digunakan diupayakan berasal dari pilihan lagu yang sudah siswa kenali sebelumnya, sehingga siswa akan dengan mudah menampilkan penghayatan yang mendalam karena sudah mengenal karya tersebut sebelumnya.

Dengan menggunakan media MOM ini akan membantu siswa dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Siswa akan mengeluarkan lafal yang jelas dan lantang melebihi bunyi musik pengiring, menempatkan intonasi yang tepat dalam pembacaan puisi sesuai jeda dalam musik pengiring. Suasana musik pengiring pun akan membantu memberikan suasana yang terkandung dalam musik dan puisi sehingga siswa akan menampilkan ekspresi dalam penjiwaan terhadap puisi, karena puisi serta musik pengiringnya pun telah benar-benar siswa kenali. Hal ini dapat melatih sikap siswa untuk belajar secara optimal serta melatih keterampilan siswa dalam membaca puisi. Siswa juga dapat merasa senang dengan adanya media yang dikemas secara menarik oleh guru, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam belajar.

Oleh karena itu penggunaan media dalam pembelajaran tentunya sangat memberikan dampak yang positif untuk membantu siswa dalam memahami pembelajaran puisi. Dengan digunakannya media tersebut diharapkan siswa dapat membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi masalah penelitian ini adalah dengan penerapan pembelajaran kooperatif. Untuk selanjutnya peneliti

memberikan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Keliling


(20)

Membaca Puisi (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Ganeas I Kecamatan

Ganeas Kabupaten Sumedang)”.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Masalah yang ditemukan di lapangan pada siswa kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang adalah siswa tidak dapat membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat serta tidak memunculkan ekspresi yang tepat pula.

Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik

keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dalam meningkatkan keterampilan membaca puisi di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik

keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dalam meningkatkan keterampilan membaca puisi di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang?

1) Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran membaca puisi dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca puisi dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang?

c. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca puisi dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan

menggunakan media MOM di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang?


(21)

2. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi.

Dengan digunakannya pembelajaran kooperatif dalam membaca puisi yaitu siswa dapat aktif berpartisipasi dalam pembelajaran serta saling bertukar ide untuk mendiskusikan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan orang lain, dapat mengembangkan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dan menerima pendapat orang lain serta dilakukan latihan secara berulang untuk membiasakan membaca puisi dan dilaksanakan dalam suasana menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dapat membuat siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran serta saling bertukar ide untuk menentukan cara membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dalam suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

Kemampuan siswa di dalam kelas tentunya memiliki perbedaan. Mengingat terdapatnya kemampuan intelektual siswa yang heterogen di dalam kelas, yaitu terdapat siswa yang mempunyai intelektual di atas normal atau yang mudah memahami suatu pelajaran, ada yang mempunyai intelektual normal atau sedang, dan ada siswa yang mempunyai intelektual lamban atau dibawah normal. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dalam membantu siswa untuk saling berdiskusi dan berbagi pengetahuan tentang bagaimana lafal yang tepat dalam membaca puisi.

Hal ini dapat sangat membantu siswa yang lamban dalam belajar sedangkan yang sedang dan pintar dapat saling berbagi dengan teman sebayanya. Sesuai dengan pendapat Slavin (Asma, 2006: 11) yang mengemukakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran


(22)

dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.

Selain itu Davidson dan Kroll (Asma, 2006: 11) mendefinisikan,

“Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar

siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara

kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka”.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa tidak hanya berperan sebagai objek pembelajaran tetapi juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok.

Roger dan David Johnson (Lie, 2005: 31) mengatakan, “Tidak semua kerja

kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran gotong royong (Lie, 2005: 31) yang harus diterapkan adalah sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan positif.

b. Tanggung jawab perseorangan.

c. Tatap muka.

d. Komunikasi antar anggota.

e. Evaluasi proses kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif, kelompok belajar yang mencapai hasil belajar maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Slavin (Asma, 2006) menyatakan bahwa pandangan teori motivasi pada belajar kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atau struktur-struktur tujuan di mana siswa beraktivitas.

Dalam pembelajaran membaca puisi ternyata tidak semua siswa dapat membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Hal ini karena guru hanya menjelaskan secara sederhana dan singkat menggunakan metode ceramah saja tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang cara membaca puisi dengan lafal,


(23)

intonasi, dan ekspresi yang tepat, yang akhirnya siswa tidak memahami dengan benar materi yang telah disampaikan.

Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, di dalam pembelajaran dapat menggunakan media MOM. Dengan digunakannya media MOM dalam pembelajaran akan menimbulkan kegairahan atau antusias dalam belajar dengan suasana yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadiman, et al. (2005) bahwa media pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan dalam belajar, memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

Kesulitan siswa dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat dapat dibantu dengan menggunakan media MOM. Media MOM digunakan sebagai musik pengiring dalam membaca puisi. Media MOM yang digunakan diupayakan berasal dari pilihan lagu yang sudah siswa kenali sebelumnya, sehingga siswa akan dengan mudah menampilkan penghayatan yang mendalam karena sudah mengenal karya tersebut sebelumnya.

Dengan menggunakan media MOM ini akan membantu siswa dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Siswa akan mengeluarkan lafal yang jelas dan lantang melebihi bunyi musik pengiring, serta menempatkan intonasi yang tepat dalam pembacaan puisi sesuai jeda dalam musik pengiring. Suasana musik pengiring akan membantu memberikan suasana yang terkandung dalam musik dan puisi sehingga siswa akan menampilkan ekspresi dalam penjiwaan terhadap puisi, karena puisi serta musik pengiringnya pun telah benar-benar siswa kenali.

Dalam berdiskusi secara keliling kelompok, siswa saling mendiskusikan lafal yang tepat dalam membaca puisi, yaitu artikulasinya harus jelas, pengucapan kata demi kata tepat pengejaannya, dan diucapkan secara nyaring atau lantang. Selain itu juga dapat berdiskusi serta latihan menempatkan intonasi yang tepat dan memunculkan ekspresi yang tepat sesuai dengan isi puisi secara bersama-sama.

Pada saat siswa secara berkelompok mendiskusikan lafal yang tepat dalam membaca puisi, masing-masing anggota dalam kelompok saling memberikan pandangan atau pemikiran serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota


(24)

yang lain. Dengan ini siswa dapat menemukan jawaban yang paling tepat, dalam hal ini yaitu lafal yang tepat pada setiap kata yang terdapat dalam puisi.

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran pada teknik keliling kelompok yang dikemukakan oleh Lie (2005: 63).

a. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan

memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.

b. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.

c. Demikian selanjutnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah

perputaran jarum jam atau dari kirike kanan.

Langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan materi tentang puisi.

b. Guru memutar musik instrumen (MOM) yang berasal dari lagu yang dikenal

oleh siswa.

c. Siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang cara membaca puisi dengan

lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan bantuan iringan musik yang telah diputar.

d. Siswa diberikan penjelasan oleh guru bahwa siswa harus tampil secara

berkelompok terlebih dahulu dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan diiringi musik instrumen.

e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4

sampai 5 orang.

f. Setiap kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di dalamnya

berisi puisi yang merupakan syair lagu yang dikenal oleh siswa untuk didiskusikan bersama anggota kelompoknya.

g. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi tentang lafal, intonasi, dan ekspresi

yang tepat dalam membaca puisi serta berdiskusi untuk menentukan cara membaca puisi dengan bantuan bimbingan guru.


(25)

h. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirinnya mengenai lafal yang tepat pada setiap kata yang terdapat dalam puisi yang ada dalam LKS.

i. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya tentang lafal yang tepat

dalam membaca puisi.

j. Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah

perputaran jarum jamatau dari kiri ke kanan.

k. Selama proses diskusi berlangsung, musik instrumen dari puisi yang terdapat

dalam LKS diputar secara berulang-ulang, sehingga siswa dapat berlatih mengikuti iringan musik tersebut untuk menempatkan intonasi yang tepat dan memunculkan ekspresi yang tepat.

l. Siswa bersama kelompoknya berlatih secara terus menerus dan berulang

membaca puisi dalam kelompoknya.

m. Setelah musik diputar berkali-kali dan siswa latihan berulang-ulang, setiap

kelompok secara bergiliran diminta untuk tampil di depan kelas.

n. Kelompok lain yang menyaksikan diminta untuk memperhatikan dengan

serius agar setelah kelompok yang di depan selesai tampil dapat memberikan komentar terhadap kelompok yang telah tampil. Hal ini dilakukan agar anak tidak ribut dan akan serius memperhatikan yang di depan.

o. Setiap kelompok yang di depan telah selesai tampil, semuanya diminta untuk

memberikan tepuk tangan yang meriah sebagai penguatan.

p. Setelah semua kelompok tampil, guru mengumumkan kelompok yang terbaik

dan diberikan penghargaan sebagai penguatan.

Berdasarkan penjelasan dan langkah-langkah di atas, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media

MOM dapat meningkatkan keterampilan membaca puisi pada siswa kelas V SD

Negeri Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang dengan target proses dan hasil sebagai berikut.


(26)

a. Target Proses

Dalam pembelajaran membaca puisi, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM diharapkan 80% siswa aktif, bekerjasama, dan termotivasi untuk semangat dalam proses pembelajaran.

b. Target Hasil

Dalam pembelajaran membaca puisi, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM diharapkan keberhasilan siswa mencapai 80% yang dapat mencapai KKM.

C. Tujuan Penelitian

Menentukan tujuan penelitian sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik

keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dalam meningkatkan keterampilan membaca puisi di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik

keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dalam meningkatkan keterampilan membaca puisi di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

a) Mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran membaca puisi dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

b) Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca puisi dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.


(27)

3. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca puisi dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan

menggunakan media MOM di kelas V SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM adalah sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.

b. Membiasakan siswa untuk dapat berperan aktif dalam pembelajaran, saling

bekerja sama dengan teman, bertukar pendapat dan saling memberikan gagasan.

c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi serta

meningkatkan hasil belajar.

d. Dapat merasakan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan.

2. Bagi Guru

a. Dapat menambah pengetahuan guru tentang model pembelajaran yang

inovatif.

b. Mengetahui cara mengajar yang kreatif dan menyenangkan.

c. Membantu guru dalam mengatasi masalah pembelajaran di dalam kelas.

d. Meningkatkan atau memperbaiki mutu proses pembelajaran di kelas

sekaligus ketercapaian ketuntasan belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan evaluasi dan tolak ukur pencapaian tujuan mengajar di

sekolah dasar.

b. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan

pembelajaran di sekolah.

c. Membantu tercapainya kompetensi dasar dan program yang sudah dibuat


(28)

d. Sebagai peran yang dapat membantu sekolah dalam menggunakan model pembelajaran terbaru dalam perkembangan pendidikan.

E. Batasan Istilah

1. Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan

belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Davidson dan Kroll (Asma, 2006: 11).

2. Pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok merupakan salah satu

teknik belajar mengajar dengan cara masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. (Lie, 2005).

3. Media MOM (Minus One Music) merupakan media audio berupa musik

instrumen tanpa iringan nyanyian lagu. Media MOM digunakan sebagai musik pengiring dalam membaca puisi.

Adapun pengertian Minus One adalah ketika hanya vokal saja yang live sementara instrumen lainnya tidak dan merupakan teknik yang sama persis seperti ketika kita berkaroke.

(http://rediscoveringatlantis.blogspot.com/2010/02/minus-one-playback.html)

Dan pengertian media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Briggs (Sadiman, dkk: 2006).

4. Membaca adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan

dalam bentuk cetakan (huruf-huruf). Tarigan (Djuanda, 2008: 112).

5. Puisi adalah karya sastra yang cenderung pada irama (ritme) yang

dibangun dengan rima, bait dan baris. (Djuanda dan Iswara, 2006).

6. Keterampilan membaca puisi merupakan kemampuan siswa dalam


(29)

Adapun pengertian membaca puisi mengandung arti mengungkapkan suatu ide dengan perantaraan bunyi bahasa yang indah dan mengesankan. Ichsan (Abbas, 2006).

F. Struktur Organisasi Skripsi.

Pada skripsi ini, penulis menjelaskan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media

MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi yang dimulai dengan bab

I pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah dan pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, batasan istilah, dan struktur organisasi skripsi.

Bab berikutnya yaitu bab II kajian pustaka, penulis mencoba menguraikan secara rinci berdasarkan data-data yang diperoleh mengenai hakikat pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) pembelajaran membaca di SD, puisi, membaca puisi, model pembelajaran kooperatif, media pembelajaran, penelitian tindakan kelas, dan hipotesis.

Bab III merupakan bab metode penelitian. Pada bagian ini meliputi lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, instrument penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, serta validasi data.

Selanjutnya yaitu bab IV paparan data dan pembahasan. Bab ini meliputi paparan data awal, paparan data tindakan, paparan data tindakan siklus II, paparan data siklus III, paparan pendapat guru dan siswa, serta pembahasan.

Bab V merupakan bab kesimpulan dan saran dalam skripsi ini. Pada bagian ini, penulis menyimpulkan hasil analisis temuan penelitian berdasarkan rumusan masalah dan memberikan saran kepada para pembaca.


(30)

48

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian adalah SDN Ganeas I yang terletak di Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah sebagai berikut.

a. Dalam pembelajaran membaca puisi di sekolah dasar masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan membaca puisi.

b. Masih membutuhkan solusi dan inovasi pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan dalam pembelajaran membaca puis.

c. Masih perlunya pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa

secara maksimal.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini selama delapan bulan dari bulan November 2012 sampai dengan Juni 2013.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Ganeas I yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Alasan dijadikan subjek penelitian adalah karena kurangnya kemampuan siswa dalam membaca puisi, sehingga dibutuhkan perbaikan dalam pengajaran agar hasil pembelajaran siswa dapat meningkat.

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Metode Penelitian tindakan Kelas (PTK) digunakan karena permasalahan dalam penelitian ini muncul dari praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung oleh guru dan siswa di dalam


(31)

kelas, yaitu masalah pembelajaran membaca puisi. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran tersebut. Ada beberapa pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli. Menurut Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2005: 12) bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalisme dan keadilan dari: a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka; b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan itu; dan c) situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan praktek itu.

Selanjutnya menurut Suyanto (Muslich, 2009: 9), bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Sedangkan menurut Ebbut (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi atau meningkatkan praktik pembelajaran dan mencarikan solusi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Desain Penelitian

Adapun desain dalam penelitian ini adalah mengacu kepada rancangan penelitian model spiral refleksi dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005). Penelitian tersebut dimulai dengan tahap perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu perencanaan pemecahan masalah.


(32)

Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart ini merupakan pengembangan dari konsep dasar dalam berbagai model penelitian tindakan terutama dalam penelitian tindakan kelas. Keempat tahap tersebut harus dilakukan oleh peneliti pada siklus yang akan dilakukan. Kemudian pada siklus berikutnya perencanaan serta pelaksanaan penelitian yang telah direfleksi sebelumnya menjadi bahan perbaikan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya.

Berikut ini merupakan gambar model Spiral menurut Kemmis dan Taggart.

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)

Perencanaan (planning) berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan melalui pengamatan awal di lapangan telah ditemukan bahwa siswa kurang mampu untuk membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca


(33)

puisi peneliti merencanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM.

Pelaksanaan (action) tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan ini berupa langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun yaitu model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media

MOM untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa kelas V SDN

Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang.

Pengamatan (observing) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen yang dikembangkan oleh peneliti. Kegiatan ini yaitu mengamati proses kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil yang diperoleh setelah pembelajaran dilaksanakan.

Refleksi (reflecting) merupakan tahapan untuk memproses data yang diperoleh saat dilakukan pengamatan. Data yang telah diperoleh kemudian ditafsirkan serta dianalisis terhadap semua informasi yang diperoleh dari hasil observasi selama model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dilaksanakan. Refleksi tersebut bertujuan untuk memperbaiki segala kekurangan pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga diharapkan adanya peningkatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Tahapan dalam desain penelitian ini dilakukan selama penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa siklus hingga target penelitian dapat tercapai, yaitu siswa memiliki nilai diatas KKM dan terampil dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

D. Prosedur penelitian

Adapun pelaksanaan setiap siklus pada pembelajaran membaca puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM adalah sebagai berikut.


(34)

1. Tahap Perencanaan Tindakan

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas

Kabupaten Sumedang untuk membicarakan maksud dan tujuan dalam melakukan penelitian.

b. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasi masalah dengan

melakukan observasi pada saat pembelajaran puisi dilaksanakan serta berwawancara dengan guru dan siswa tentang membaca puisi.

c. Berdiskusi dengan guru untuk mengadakan perbaikan terhadap hasil

pembelajaran awal yang sudah dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM (Minus One Music) untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi.

d. Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyusun

persiapan mengajar lainnya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM

(Minus One Music) untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi.

e. Membuat lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, format

wawancara guru dan siswa, catatan lapangan, serta dokumentasi untuk melihat kinerja guru mengajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dalam membaca puisi dilaksanakan.

f. Menyiapkan format wawancara guru dan siswa untuk mengetahui

bagaimana permasalahn yang dihadapi selama proses pembelajaran dalam belajar bahasa Indonesia.

g. Membentuk kelompok siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan

akademik.

h. Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui adanya peningkatan

hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM (Minus One Music) untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi.


(35)

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan

1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Menyiapkan sumber belajar.

3) Menyiapkan materi pelajaran.

4) Menyiapkan media pembelajaran.

5) Menyiapkan alat pengumpul data.

b. Kegiatan Awal

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

2) Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang puisi

yang pernah dibaca siswa.

c. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan materi tentang puisi.

2) Guru memutar musik instrumen (MOM) yang berasal dari lagu yang

dikenal oleh siswa.

3) Siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang cara membaca puisi dengan

lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan bantuan iringan musik yang telah diputar.

4) Siswa diberikan penjelasan oleh guru bahwa siswa harus tampil secara

berkelompok terlebih dahulu dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dengan diiringi musik instrumen.

5) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota

4 sampai 5 orang.

6) Setiap kelompok mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di

dalamnya berisi puisi yang merupakan syair lagu yang dikenal oleh siswa untuk didiskusikan bersama anggota kelompoknya.

7) Siswa bersama kelompoknya berdiskusi tentang lafal, intonasi, dan

ekspresi yang tepat dalam membaca puisi serta berdiskusi untuk menentukan cara membaca puisi dengan bantuan bimbingan guru.


(36)

8) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirinnya mengenai lafal yang tepat pada setiap kata yang terdapat dalam puisi yang ada dalam LKS.

9) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya tentang lafal yang

tepat dalam membaca puisi.

10)Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah

perputaran jarum jamatau dari kiri ke kanan.

11)Selama proses diskusi berlangsung, musik instrumen dari puisi yang

terdapat dalam LKS diputar secara berulang-ulang, sehingga siswa dapat berlatih mengikuti iringan musik tersebut untuk menempatkan intonasi yang tepat dan memunculkan ekspresi yang tepat.

12)Siswa bersama kelompoknya berlatih secara terus menerus dan berulang

membaca puisi dalam kelompoknya.

13)Setelah musik diputar berkali-kali dan siswa latihan berulang-ulang, setiap

kelompok secara bergiliran diminta untuk tampil di depan kelas.

14)Kelompok lain yang menyaksikan diminta untuk memperhatikan dengan

serius agar setelah kelompok yang di depan selesai tampil dapat memberikan komentar terhadap kelompok yang telah tampil. Hal ini dilakukan agar anak tidak ribut dan akan serius memperhatikan yang di depan.

15)Setiap kelompok yang di depan telah selesai tampil, semuanya diminta

untuk memberikan tepuk tangan yang meriah sebagai penguatan.

16)Setelah semua kelompok tampil, guru mengumumkan kelompok yang

terbaik dan diberikan penghargaan sebagai penguatan.

d. Kegiatan Akhir

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dibahas

selama proses pembelajaran.

2) Sebagai tindak lanjut guru memberikan penjelasan tentang makna yang

dapat diambil dari kegiatan tersebut.


(37)

3. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yang pada dasarnya merupakan kegiatan mengamati seluruh aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung dengan fokus yang diamati seperti kinerja guru dan aktivitas siswa. Untuk mengetahui hal tersebut terdapat alat bantu yang digunakan oleh observer yaitu, format kinerja guru, aktivitas siswa serta lembar catatan lapangan yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian khusus selama pengamatan dilakukan.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Refleksi merupakan suatu kegiatan yang penting dalam suatu penelitian. Refleksi merupakan kegiatan akhir dari penelitian yakni peneliti mengkaji, menganalisis semua informasi yang didapat selama proses pembelajaran serta mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan dari berbagai kriteria.

Hasil tahap refleksi ini dijadikan sumber dalam melakukan tindakan selanjutnya, baik pada tindakan pertama maupun pada tindakan selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada saat merefleksi, yaitu melakukan analisis, dan mengevaluasi data yang diperoleh melalui kegiatan observasi, serta merencanakan tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang belum mencapai tujuan pembelajaran, sehingga pada akhirnya pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mengecek kelengkapan data yang diperoleh selama proses pembelajaran.

Data yang diperoleh yaitu dari hasil lembar pengamatan observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, hasil wawancara guru dan siswa, serta evaluasi hasil belajar siswa sesuai format penilaian membaca puisi.

2) Mendiskusikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh.

3) Penyusunan kembali rencana tindakan yang dirumuskan dalam skenario

pembelajaran dengan mengacu pada hasil analisis data proses dan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.


(38)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembar Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek, objek yang dimaksud adalah kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Menurut Maulana (2009: 35), “Observasi merupakan pengamatan

langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,

dan jika perlu pengecapan’’. Dengan adanya observasi, kegiatan yang terjadi di dalam kelas yang tidak teramati oleh peneliti dapat terlihat oleh observer. Hal ini tentunya dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang benar-benar objektif dalam penelitian.

Alat yang digunakan dalam mengobservasi adalah lembar observasi yang berisi tentang sejumlah aspek-aspek yang diamati dan kriteria yang dijadikan acuan kegiatan selama proses pembelajaran membaca puisi. Dalam hal ini observer dapat mengamati hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa yang akan dinilai dengan pemberian rentang atau skor pada setiap aspek yang diamati pada saat pembelajaran.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan alat yang harus ada pada saat berlangsung percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancara. Denzin (Wiriatmadja, 2005) menyatakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan tentang hal-hal yang dianggap perlu.

Wawancara bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang sesuatu yang tidak terlihat atau teramati lewat penglihatan atau perabaan, sehingga untuk diperoleh data yang valid dapat dilakukan wawancara kepada orang lain guna mengetahui secara jelas keadaan sebenarnya yang terjadi di dalam kelas.

Dalam tahap ini peneliti melukan wawancara dengan bertatap muka secara langsung kepada responden atau subjek yang diteliti yaitu guru dan siswa.


(39)

Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa serta berbagai kejadian yang dianggap penting yang tidak direncanakan dan tidak dapat teramati pada pedoman observasi ketika berlangsungnya kegiatan pembelajaran dari siklus yang pertama sampai siklus yang terakhir. Sehingga dengan ini akan terlihat peningkatan dari setiap tahap pembelajaran.

Catatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu catatan yang berbentuk deskripsi untuk menggambarkan suatu proses dan kejadian-kejadian yang didengar, dilihat, dan dialami selama pelaksanaan tindakan. Sesuatu yang tidak rutin muncul direkam dalam catatan lapangan ini. Bagaimana suasana kelas selama pembelajaran, pengelolaan kelas, hubungan yang terjalin antara siswa dan guru, dan sebagainya dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media

MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi. 4. Lembar Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data yang digunakan. Alat instrumen tes berupa format penilaian yang berisi sejumlah aspek-aspek penilaian meliputi aspek lafal, intonasi, dan ekspresi.

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan

Pengolahan data dilakukan setelah semua data penelitian terkumpul. Data yang diperoleh dari alat pengumpul data ini yaitu lembar observasi, pedoman


(40)

wawancara, cacatan lapangan, dan tes hasil belajar. Setelah data ini terkumpul kemudian peneliti dapat memahami, menganalisis dan menyimpulkan hasil belajar siswa dari penelitian yang telah dilakukan.

a. Pengolahan Data Proses

Data proses yang dinilai terdiri dari dua, yaitu penilaian proses aktivitas siswa dan kinerja guru. Pengolahan data aktivitas siswa dilakukan dengan menginterpretasikan nilai akhir yang diperoleh siswa. Nilai tersebut diperoleh dari penskoran terhadap 3 aspek yang dinilai. Rentang skala skor yang digunakan yaitu 0-3. Skor ideal yang diperoleh siswa adalah 9. Skor pada setiap aspek dijumlahkan sehingga diperoleh skor akhir yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan tiga kriteria yaitu Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Keterangan Baik (B) diperoleh jika skor akhir siswa berkisar 7-9, keterangan Cukup (C) diperoleh jika skor akhir siswa berkisar 4-6 dan keterangan Kurang (K) diperoleh jika nilai akhir siswa berkisar 1-3.

Untuk menilai kinerja guru dalam mengajar, aspek yang dinilai yaitu dari kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru pada kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Adapun aspek yang harus dinilai sudah tercantum dalam format observasi kinerja guru (terlampir). Nilai tersebut diperoleh dari penskoran terhadap aspek-aspek penilaian kinerja guru. Rentang skala skor yang digunakan yaitu 0-3. Skor pada setiap aspek dijumlahkan dan dipersentasekan sehingga diperoleh skor akhir yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan lima kriteria yaitu Baik Sekali jika persentase 81%-100%, Baik jika persentase 61%-80%, Cukup jika persentase 41%-60%, Kurang jika persentase 21%-40%, dan Kurang Sekali jika persentase 1%-20%.

Proses pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal hingga akhir pelaksanaan tindakan.


(41)

b. Pengolahan Data Hasil

Setelah mengolah data proses kemudian dilakukan pengolahan data hasil yaitu peneliti dapat menganalisis dan menyimpulkan data yang telah dilakukan apakah sudah baik atau perlu perbaikan. Sehingga dapat diketahui bagaimana cara pemecahan masalah yang sesuai agar pembelajaran dapat lebih baik serta hasil belajar siswa dapat meningkat. Begitupun dalam kinerja guru, jika masih kurang sesuai dalam melakukan pengajaran dapat dilakukan berbagai cara yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas yang dapat berpengaruh besar terhadap motivasi dan perhatian siswa dalam belajar serta hasil belajar siswa.

Hal yang perlu dipersiapkan dalam pengolahan data hasil yaitu instrumen penilaian, indikator dan deskriptor aspek yang dinilai, menentukan batas ketuntasan siswa serta persentase keberhasilan siswa dalam belajar.

Setelah peneliti melakukan pengolahan data hasil proses penelitian, kemudian hasil tersebut diolah serta diberikan rentang skala yang sesuai dengan hasil dari observasi dan aspek-aspek yang harus dinilai.

Untuk tes hasil belajar siswa menggunakan aspek penilaian yaitu tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat dalam membaca puisi. Pengolahan data proses dilakukan melalui catatan lapangan dari keaktifan dan keterlibatan siswa dalam kelompoknya. Dengan aspek yang diteliti yaitu, keaktifan, keterlibatan serta semangat siswa. Berdasarkan hasil data tes awal siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang dalam membaca puisi dapat dikategorikan belum berhasil. Hal ini dikarenakan masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 66.

Adapun aspek yang dinilai dan deskriptor yang digunakan adalah sebagai berikut.

1) Lafal

a. Lafal terdengar jelas.

b. Lafal terdengar nyaring.

c. Lafal tepat sesuai dengan lafal yang baku.

2) Intonasi


(42)

b. Jeda intonasi suara jelas.

c. Temponya seimbang (tidak terlalu lambat atau cepat).

3) Ekspresi

a. Mimik muka sesuai dengan isi yang terkandung dalam puisi.

b. Memunculkan gerakan tangan sesuai.

c. Tatapan mata memperhatikan audien tidak hanya tunduk membaca.

Keterangan:

Diisi dengan memberi tanda cek (√) untuk:

Skor 3 = Jika ketiga indikator muncul.

Skor 2 = Jika hanya dua indicator yang muncul. Skor 1 = Jika hanya satu indicator yang muncul.

Nilai = �� �� �� ℎ x 100

Nilai KKM = 66 Tafsiran

T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Jika siswa mendapat nilai ≥ 66 dinyatakan tuntas.

Jika siswa mendapatkan nilai < 66 dinyatakan belum tuntas.

Selanjutnya terdapat kriteria ketuntasan minimal pada pelajaran bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang dalam membaca puisi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kriteria Ketuntasan Minimal

Kompetensi Dasar

Kriteria Ketuntasan Minimal

Jumlah Nilai

Nilai KKM Kompleksitas Daya

Dukung Intake

Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi


(43)

Tafsiran:

Nilai ketuntasan minimal: Tuntas (T) dan Belum Tuntas (BT)

Jika nilai siswa yang didapat lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu nilai 66 maka dinyatakan Tuntas (T), sedangkan jika nilai yang didapat kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka dinyatakan Belum Tuntas (BT).

Kompleksitas

Tingkat kompleksitas adalah tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator yang akan dicapai oleh siswa, termasuk juga tingkat kesulitan bagi guru dalam menyampaikannya.

Adapun kriteria penilaian kompleksitas pada kompetensi dasar ini adalah sebagai berikut.

a. Membutuhkan alokasi waktu yang cukup lama.

b. Memerlukan kesabaran, ketelitian dan kecermatan yang tinggi dalam

menjelaskan materi pembelajaran.

c. Memerlukan metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi.

Dalam kompleksitas memiliki kategori sedang, yaitu 68. Hal ini karena dalam menjelaskan materi pembelajaran guru sudah cukup sabar dan teliti, namun guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Daya Dukung

Kemampuan sumber daya pendukung dapat dilihat dari keberadaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, pendidikan, biaya pengelolaan atau manajemen sekolah, peran komite sekolah serta lingkungan sekolah dalam pendukung pencapaian pembelajaran. Adapun kriteria penilaian pada daya dukung ini adalah sebagai berikut.

a. Adanya buku pembelajaran yang digunakan.

b. Media yang digunakan tersedia.

c. Alat atau sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran tersedia.

Daya dukung memiliki kategori sedang, yaitu 67. Hal ini karena dalam pembelajaran terdapat buku pembelajaran yang mendukung siswa dalam belajar,


(1)

a. Kinerja Guru

Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja guru pada setiap siklus yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada kinerja guru setiap siklusnya, guru telah mencapai target penelitian untuk kinerja guru yaitu 85%. Dari hasil observasi diperoleh hasil kinerja guru siklus I sebanyak 84,6% yang menunjukkan kriteria baik sekali, pada siklus II sebanyak 94,9% dengan kriteria baik sekali, dan pada siklus III sebanyak 97,4% dengan kriteria baik sekali dari keseluruhan indikator yang telah ditetapkan.

Dengan meningkatnya pencapaian penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM tersebut dapat memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran serta dapat berpengaruh positif terhadap aktivitas siswa serta hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dalam membaca puisi.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa pada pembelajaran membaca puisi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM telah memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran siswa, yaitu meningkatnya aktivitas siswa pada keaktifan, kerjasama serta semangat dalam belajar. Adanya peningkatan tersebut yaitu pada siklus I siswa dengan tafsiran baik sebanyak 34,5% atau 10 siswa, siklus II sebanyak 72,4% atau 21 siswa, dan siklus III sebanyak 86,2% atau 25 siswa. Dengan diperolehnya hasil aktivitas siswa pada setiap siklusnya maka target penelitian pada aktivitas siswa sebanyak 80% telah tercapai.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dapat menjadikan sebagian besar siswa terlibat aktif selama pembelajaran serta terampil dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.


(2)

118

3. Hasil Belajar Siswa

Pada pembelajaran keterampilan membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat setelah dianalisis dari hasil tes belajar siswa telah mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.

Pada siklus I sebanyak 31% atau 9 siswa yang tuntas kemudian siklus II terdapat 62,1% atau 18 siswa tuntas dengan adanya peningkatan sebanyak 31,1% pada hasil belajar siswa. Siklus III meningkat menjadi 93,1% atau 27 siswa yang telah tuntas dengan adanya peningkatan sebanyak 31% dari siklus sebelumnya dalam pembelajaran membaca puisi. Sehingga siklus I hingga siklus III hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebanyak 62,1%. Dari hasil belajar tersebut telah mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya serta target penelitian dalam membaca puisi sebanyak 80% telah tercapai.

Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dapat menjadikan siswa mampu untuk terampil dalam membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.

B. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

Guru hendaknya menumbuhkan kreativitas dan pembaharuan dalam memberikan pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi, tidak hanya terpaku kepada pembelajaran konvensional. Misalnya menerapkan model atau media tertentu, seperti pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM ini.

Dalam upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca puisi, model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM dapat dilakukan oleh guru sebagai salah satu alternatif pembelajaran


(3)

membaca puisi agar siswa dapat membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Ketika guru melakukan langkah-langkah pembelajaran tersebut sebaiknya guru harus memahami dengan baik serta memperhatikan setiap aspek dalam pembelajaran, baik dari segi materi, karakteristik siswa, serta tingkatan kognitif siswa sehingga penerapan model pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan maksimal dan dapat berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Dalam memilih teknik pembelajaran ini dapat disesuaikan dengan jumlah siswa serta berbagai hal yang memungkinkan dilakukannya teknik tersebut. Hal ini dilakukan agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal serta dapat meningkatkan potensi siswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Model ini dapat dilaksanakan oleh para guru di sekolah namun diperlukan kreativitas, serta sarana dan prasarana yang memadai.

2. Bagi Siswa

Dalam pembelajaran hendaknya siswa memiliki motivasi yang tinggi sehingga dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, baik itu aktif bertanya, menanggapi atau berkomentar, berani tampil di depan kelas ketika diminta oleh guru, dan lain-lain. Hal ini guna menjadikan pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja melainkan menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa agar pembelajaran lebih bermakna.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sehingga dalam melakukan penelitian akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Pembagian siswa untuk dapat saling berdiskusi sebaiknya dapat merata sesuai dengan keterampilannya dalam membaca puisi sehingga dapat dirasakan manfaatnya suatu pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif


(4)

120

teknik keliling kelompok dengan menggunakan media MOM untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi.

Selain penelitian ini dijadikan sebagai bahan perbandingan, diharapkan peneliti lain dapat menemukan teknik pembelajaran yang lebih baik lagi dalam mengatasi permasalahan membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sehingga menambah referensi kepada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian agar mendapatkan hasil yang maksimal.

4. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan arahan, motivasi, semangat serta memberikan kesempatan kepada guru untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif ataupun melaksanakan kegiatan kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah serta dapat mensosialisasikannya lebih lanjut kepada guru maupun cakupan yang lebih luas dalam dunia pendidikan sekolah dasar. Hal ini karena pembelajaran tersebut dapat berpengaruh positif pada proses dan hasil belajar siswa. Selain itu dapat mengoptimakan kemampuan siswa untuk dapat bersosialisasi dan bekerjasama dengan baik dengan orang lain di sekitarnya serta dapat menanamkan rasa saling menerima satu sama lain baik dalam pembagian kelompok maupun dalam memberikan pendapat dalam kelompok.


(5)

121

Abbas, S. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Aminuddin. (2002). Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: PUSTAKA LATIFAH.

Djuanda, D. dan Iswara, P. D. (2006). Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

KTSP. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: BP DHARMA BAKTI.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn.

Moleong, L. J. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research) Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Resmini, N., Djuanda, D., dan Indihadi, D. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Rofi’uddin, A. dan Zuhdi, D. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Sadiman, A. S., dkk. (2005). Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Soeparno. (1988). Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT. Intan Pariwara. Sudin, A. Dan Saptani, E. (2009). Media Pembelajaran. Sumedang: Prodi Penjas.


(6)

122

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Syamsuddin A. R. dan Damaianti V. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zulfahnur, Kurnia, S., dan Adji, Z. Z. (1996). Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud. Zulfahnur, Djojosuroto, K., dan Suhita, S. (1996). Apresiasi Puisi. Jakarta:

Depdikbud.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI CIGOBANG KECAMATAN GANEAS KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 55

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PASSING PENDEK DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODEL KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA PEMBELAJARAN SEPAK BOLA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Cijeungjing 1 Kecamatan Jatigede Kabupaten Sumedang).

0 0 38

PENERAPAN MODEL MEMIMAKO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka).

0 1 53

PENERAPAN MODEL MEMIMAKO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Surawangi I Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka).

0 2 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG LUAS TRAPESIUM (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Margaluyu Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang).

0 1 37

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA KELAS III SD (Penelitian Eksperimen di SDN Cikoneng dan SDN Ganeas I Kecamatan Ganeas Kabupaten Sumedang).

0 4 48

PENERAPAN METODE BERMAIN GOBAK SODOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B di PAUD Baiturrahim Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

0 0 45

Peningkatan minat dan keterampilan membaca puisi siswa kelas V SD Negeri Karangkendal I Boyolali dengan menggunakan media audio visual.

14 104 206

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (2)

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. pdf

0 0 18