PERSEPSI KOMUNITAS SEKOLAH TERHADAP KOMITMEN DAN PARTISIPASI DALAM PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo.

(1)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

KATA PENGANTAR ... xiii

UCAPAN TERIMA KASIH ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN TEORI ... 20

2.1 Pengertian Persepsi ... 17

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 27

2.3 Komitmen Mutu Pendidikan ... 32

2.4 Partisipasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 48

3.2. Desain Peneletian ... 43

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 49

3.4. Instrumen Penelitian... 51

3.5. Proses Pengembangan Instrumen ... 52

3.6. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen ... 56

3.7. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 60

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.9. Analisis Data ... 63

3.10. Deskripsi Karakteristik Responden ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78


(2)

ii

4.2. Menguji Asumsi Normalitas Variabel Penelitian ... 89

4.3. Menguji Asumsi Linieritas Variabel Penelitian ... 94

4.4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 97

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 120

5.1. Kesimpulan ... 120

5.2. Rekomendasi ... 122


(3)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan Utama, 2009–2011 (juta orang) ... 11

Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009–2011 (persen) ... 12

Tabel 1.3 Human Develompment Index (HDI) Value 169 Countries HDI 2010 Index 14

Tabel 1.4 Human Develompment Index (HDI) Value 187 Countries HDI 2011 Index 15

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Persepsi Komunitas Sekolah ... 53

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Komitmen Komunitas Sekolah... 54

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Partisipasi Komunitas Sekolah ... 55

Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen ... 58

Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Variabel Penelitian... 60

Tabel 3.7 Statistik Deskripsi Karakteristik Umur Responden ... 65

Tabel 3.8 Statistik Deskripsi Karakteristik Pengalaman Responden ... 67

Tabel 3.9 Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman... 68

Tabel 3.10 Frekuensi Responden Berdasarkan Kompetensi ... 70

Tabel 3.11 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 3.12 Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pegawai ... 73

Tabel 3.13 Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Tabel 3.14 Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan ... 76

Tabel 4.1 Statistik deskriftif variabel persepsi ... 79

Tabel 4.2 Statistik deskriftif variabel komitmen ... 82

Tabel 4.3 Statistik deskriftif variabel partisipasi... 86

Tabel 4.4 Uji Normalitas Variabel Persepsi (X) ... 89

Tabel 4.5 Uji Normalitas Variabel Komitmen (Y) ... 91

Tabel 4.6 Uji Normalitas Variabel Partispasi (Z) ... 92

Tabel 4.7 Uji Linieritas Variabel Persepsi terhadap Partispasi ... 94


(4)

iv

Tabel 4.9 Uji Linieritas Variabel Komitmen terhadap Partispasi ... 96

Tabel 4.10 Uji Linieritas Variabel Komitmen terhadap Partispasi ... 97

Tabel 4.11 Hubungan Variabel Persepsi (X) Terhadap Variabel Partisipasi (Z) ... 98

Tabel 4.12 Model Summary Variabel Persepsi (X) Terhadap Partisipasi (Z) ... 99

Tabel 4.13 Uji Signifikansi Variabel Persepsi (X) Terhadap Partisipasi (Z) ... 100

Tabel 4.14 Koefisien Variabel Persepsi (X) Terhadap Partisipasi (Z)... 100

Tabel 4.15 Hubungan Variabel Persepsi (X) Terhadap Komitmen (Y)... 102

Tabel 4.16 Model Summary Variabel Persepsi (X) Terhadap Komitmen (Y) ... 103

Tabel 4.17 Uji Signifikansi Variabel Persepsi (X) Terhadap Komitmen (Y) ... 103

Tabel 4.18 Koefisien Variabel Persepsi (X) Terhadap Komitmen (Y) ... 104

Tabel 4.19 Hubungan Variabel Komitmen (Y) Terhadap Variabel Partispasi (Z) ... 106

Tabel 4.20 Model Summary Variabel Komitmen (Y) Terhadap Partisipasi (Z) ... 107

Tabel 4.21 Uji Signifikansi Variabel Komitmen (Y) Terhadap Variabel Partispasi (Z) ... 107

Tabel 4.22 Koefisien Variabel Komitmen (Y) Terhadap Variabel Partispasi (Z) ... 108

Tabel 4.23 Hubungan Variabel Persepsi (X) dan Variabel Komitmen (Y) Terhadap Variabel Partispasi (Z) ... 110

Tabel 4.24 Koefisien Variabel Persepsi (X) Terhadap Variabel Partispasi (Z) ... 111

Tabel 4.25 Koefisien Variabel Persepsi (X) Terhadap Variabel Komitmen (Y) ... 112


(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Pengolahan Persepsi(Perception Processing System) ... 24 Gambar 2.2 Perilaku Individu Bagian dari Perilaku Organisasi ... 33 Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 50 Gambar 4.1 Path Diagram T-Values Variabel Persepsi (X) dengan Vaiabel

Partisipasi (Z) ... 101 Gambar 4.2 Path Diagram Estimates Variabel Persepsi (X) dengan Vaiabel

Komitmen (Y) ... 104 Gambar 4.3 Path Diagram T-Values Variabel Persepsi (X) dengan Vaiabel

Komitmen (Y) ... 105 Gambar 4.4 Path Diagram Estimasi Variabel Partisipasi (Z) dengan Vaiabel

Komitmen (Y) ... 108 Gambar 4.5 Path Diagram T-Values Variabel Partisipasi (Z) dengan Vaiabel


(6)

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Umur Responden ... 66

Grafik 3.2 Pengalaman Responden ... 68

Grafik 3.3 Pekerjaan/Tugas Responden ... 69

Grafik 3.4 Kompetensi Responden ... 71

Grafik 3.5 Jenis Kelamin Responden ... 72

Grafik 3.6 Status Pegawai Responden ... 73

Grafik 3.7 Tingkat Pendidikan Responden ... 75

Grafik 3.8 Golongan Responden ... 77

Grafik 4.1 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Persepsi ... 79

Grafik 4.2 Persepsi Komunitas Sekolah Tentang Mutu Pendidikan, Berdasarkan Dimensi ... 81

Grafik 4.3 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Komitmen ... 83

Grafik 4.4 Komitmen Komunitas Sekolah Terhadap Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan, Berdasarkan Dimensi ... 84

Grafik 4.5 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Partisipasi ... 86

Grafik 4.6 Partisipasi Komunitas Sekolah Terhadap Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan, Berdasarkan Dimensi ... 87

Grafik 4.7 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Persepsi (X) ... 90

Grafik 4.8 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Komitmen (Y) ... 92

Grafik 4.9 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Partisipasi (Z) ... 93

Grafik 4.10 Histogram Linier Regresion Plots Variabel Partisipasi (Z) terhadap Variabel Persepsi(X) ... 94

Gragik 4.11 Histogram Linier Regresion Plots Variabel Komitmen (Y) terhadap Variabel Persepsi(X) ... 95

Grafik 4.12 Histogram Linier Regresion Plots Variabel Partisipasi (Z) terhadap Variabel Komitemen(Y) ... 96


(7)

vii

Grafik 4.15 Plot Product Moment Variabel Persepsi (X) dan

variabel Komitmen (X) ... 102 Grafik 4.18 Plot Product Moment Variabel Partisipasi (Z) dan

variabel Komitmen (X) ... 106


(8)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Mutu memiliki berbagai bentuk, ukuran dan desain yang berbeda-beda, sehingga tidak mengherankan sampai saat ini, para pakar mutu, masih belum bisa menemukan istilah mutu secara baku, untuk memahami mutu, ternyata tidak semudah yang kita ucapkan, apalagi untuk mengaplikasikan nilai-nilai mutu dalam dunia pendidikan.

Penulis mencoba memberikan sebuah kiasan yang sering didengar dalam sebuah ungkapan peribahasa Indonesia, yaitu “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya” artinya setiap daerah memiliki adat istiadat yang berbeda, atau satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain.

Peribahasa tersebut diatas ternyata berlaku juga dipendidikan, dimana suatu daerah atau wilayah tertentun mengklaim bahwa sekolahnya sudah bermutu, sementara itu lain wilayah mengatakan hal yang sama bahwa sekolah kami sudah bermutu, akan tetapi mutu antara kedua daerah tersebut memiliki tingkat yang berbeda, karena mutu bersifat relatif, disamping itu mutu selalu bergerak dan dinamis.

Sebelum memproklamirkan bahwa suatu organisasi sekolah itu dikatakan bermutu atau belum, ada baiknya sekolah tersebut memahami konsep tentang mutu itu sendiri, nilai-nilai apa yang terkandung didalam


(9)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mutu. Indonesia memasuki abad XXI, sudah seharusnya meng-update sistem mutu pendidikan ada, karena selama ini dimensi-dimensi mutu yang sudah diakui dan berlaku secara internasional, belum semuanya diterapkan dan diaplikasikan dalam pendidikan di Indonesia. Sekolah sebagai oragnisasi yang diberi amanah, untuk peningkatan mutu pendidikan dan sebagai penjual jasa kepada pelanggan baik internal maupun ekternal, sudah selayaknya mengacu pada dimensi mutu yang sudah diakui dan diberlakukan secara internasional tersebut, agar kepuasan pelanggan bisa terpenuhi atau bahkan bisa melebihi dari apa yang diharapan oleh pelanggan.

Persepsi yang dimiliki setiap individu berbeda-beda terhadap mutu pendidikan, sesuatu yang wajar dan lumrah, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi di dalam menafsirkan dan memaknai tentang mutu itu sendiri, antara lain pengalaman dan pendidikan seseorang sangat berpengaruh dalam memandang sebuah mutu.

Quality in perception atau mutu sesuai persepi adalah mutu yang

didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan (Sallis, 2010:58).

Dunia industri, menghasilkan suatu produk yang bermutu adalah pekerjaan yang sangat mudah, yaitu cukup dengan memperhatikan dan memilih input bahan-bahan yang bermutu, kemudian diproses dengan baik dan prosedur yang tepat maka dengan sendirinya dan dapat dipastikan akan menghasilkan produk yang bermutu.


(10)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dunia pendidikan menghasilkan “produk” yang bermutu sangat sulit dibandingkan dengan dunia industri, ini dikarena jenis bahan inputnya bukan bahan yang sifatnya statis melainkan dinamis, terutama adalah manusianya salah satu contoh adalah siswa, selain itu bahan lain sebagai input untuk diproses antara lain seperti aturan atau perundangan serta gedung dan fasilitias pendukung lainnya dan masih banyak faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi terhadap mutu itu sendiri.

Memproses bahan baku yang sudah tersedia untuk dijadikan produk yang bermutu juga sangat jauh berbeda, begitu juga dengan tahapan-tahapannya sampai dengan produk itu terbentuk. Perlakuan terhadap bahan dalam pendidikan adalah berbeda ini disebabkan adanya keragaman dan karakteristik bahan yang ada dalam hal ini adalah siswa, karakteristik setiap siswa sudah pasti berbeda satu dengan siswa yang lain, karena setiap individu terdapat faktor intrinsik dan ekstrinsik, dan setiap orang (siswa) adalah unik, dan tidak akan sama.

Kesulitan utama untuk membentuk atau menghasilkan suatu “produk” itu bermutu jika kita bekerja di bidang pendidikan, adalah meramu berbagai macam bahan-bahan dalam hal ini komunitas sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, pengawas dan komite sekolah dan bahan lainnya yang memiliki sifat-sifat dan karateristik tersendiri dan berbeda satu sama yang lainya. Semua bahan-bahan tersebut di atas kemudian diproses didalam suatu wadah dalam


(11)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hal ini adalah organisasi sekolah selama kurun waktu tertentu dan mengalami proses sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu produk.

Produk akhir dari pendidikan adalah lulusan, yang menjadi pertanyaan adalah apakah lulusan sebagai hasil dari pruduk sekolah tersebut sudah bermutu?, apakah sesuai dengan harapan pelanggan?, apakah pelanggan merasa puas dengan produk tersebut?, kepastian jawaban yang benar tidak akan didapatkan.

Uraian di atas adalah merupakan ilustrasi atau gambaran sederhana, tentang perbedaan yang mendasar antara dunia industri dan dunia pendidikan, namun demikian tidak ada salahnya jika kita mengadopsi konsep yang ada di bidang industri dalam menghasilkan produk yang bermutu, meskipun itu adalah pekerjaan yang sulit dan dibutuhkan waktu yang panjang, kesabaran, komitmen yang tinggi serta partisipasi aktif, setiap individu.

Adopsi dan adaptasi mungkin istilah yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan konsep-konsep dan prosedur yang ada didunia industri, artinya tidak semuanya konsep dibidang industri dapat diterapkan dalam pendidikan, dalam menghasilkan produk-produk yang bermutu sesuai dengan keinginan dan kepuasan pelanggan, ini disebabkan adanya perbedaan yang ada di dunia pendidikan dan dunia industri.

Mutu suatu produk dapat diukur berdasarkan bentuk, warna, ukuran serta lamanya proses, sedangkan tidak demikian mutu produk (lulusan) pendidikan, karena mutu pendidikan sifatnya abstrak, selalu berkembang


(12)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seiring dengan karakteristik masing-masing individu, dalam hal ini adalah siswa.

Persepsi seseorang tentang mutu pendidikan tidak akan sama dengan persepsi seseorang tentang mutu suatu obyek, tidak dapat diukur dari segi keunggulan teknis atau ketentuan terhadap standar fisik. Persepsi mutu pendidikan merupakan evaluasi atau penilaian yang sifatnya abstrak dari suatu produk, yang dibentuk dari atribut intrinsik yaitu perilaku, pengalaman yang terbentuk dari dalam diri seseorang, dan atribut ekstrinsik yaitu atribut yang mempengaruhi dari luar seperti, lingkungan, sosial budaya dan pendidikan. Penilitian ini bertujuan untuk memahami persepsi tentang mutu pendidikan, kesenjangan dan perbedaan persepsi tentang mutu pendidikan, mengidentifikasi atribut intrinsik dan ekstrinsik mengakui adanya sifat yang dinamis dan beragam terkait dengan mutu pendidikan, disamping itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap komitmen serta partisipasi dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan.

Pada dasarnya mutu pendidikan yang dirasakan merupakan perasaan yang tidak berwujud secara keseluruhan dan tidak dapat ditentukan secara obyektif, karena sebagian adalah persepsi, namun, kesan akan mutu pendidikan didasarkan pada faktor-faktor penting meliputi karakteristik dari produk yang melekat seperti kinerja suatu suatu oragnasasi atau lembaga pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.


(13)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sekolah dapat dikatakan maju atau mermutu jika menghasilkan lulusan bermutu dan diterima didunia kerja, hal ini merupakan persepsi, kesan atau penafsiran yang muncul dan melekat berdasarkan dari produk (lulusan) dari lembaga atau sekolah tersebut, dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kita ingin membeli suatu produk, elektronik seperti mesin pompa air, kesan kita pertama terhadap produk tersebut adalah harga, kemudian bentuknya cara mengerjakan produk tersebut sangat rapi dan halus, suaranya mesin tidak berisik, rpm tinggi, watt rendah, ada garansi satu tahun dan diproduk tersebut aman digunakan karena terdapat label CE (Conformité Européenne)

http://en.wikipedia.org/wiki/CE_mark, persepsi kita mengatakan ini adalah

produk yang bermutu karena aman untuk digunakan, di pendidikan sebenarnya sangat jelas bagaimana suatu produk dalam hal ini output (lulusan) dari sekolah itu bermutu atau tidak, yaitu memiliki keterampilan dan memiliki daya saing tinggi di dunia kerja. Dimensi persepsi mutu dalam konteks produk adalah:

1. Kinerja, seberapa baguskah mesin pompa air itu bekerja? 2. Fitur, apakah mesin tersebut memilik sistem yang otomatis?

3. Kesesuaian dengan spesifikasi, apakah mesin ini bisa dipakai dirumah, dengan daya listrik hanya 900 KVa?

4. Reliabilitas, apakah mesin ini bisa bekerja dengan baik setiap kali digunakan?


(14)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Kemampuan layanan, ditinaju dari segi penjual apakah sistem layanan, efisien, kompeten, dan nyaman?

7. Kecocokan dan penyelesaian, apakah produk terlihat dan terasa seperti produk yang berkualitas atau bermutu?

Dimensi persepsi mutu dalam konteks layanan pendidikan adalah:

1. Berwujud, apakah fasilitas fisik berupa bangunan, perangkat pendukung, dan berpenampilan sopan, menyiratkan kualitas?

2. Reliabilitas, apakah pekerjaan mengajar seorang guru dilakukan secara terpadu dan akurat, serta terukur?

3. Kompetensi, apakah sumberdaya sekolah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar terkait peningkatan mutu?

4. Tanggapan, apakah kepala sekolah, guru dan staf sekolah mau membantu siswanya jika mengalami kesulitan dan memberikan layanan dengan cepat dan sepenuh hati?

5. Empati, apakah pihak sekolah memberikan perhatian secara individual kepada pelanggannya?2

Hakekat hidup manusia selalu menuntut semuanya bermutu akan tetapi untuk mendapatkan sesuatu yang bermutu, sangatlah tidak mudah, karena tidak ada pengertian mutu secara baku dan tetap, karena mutu itu bersifat relatif, dan selalu ada perbandingan.


(15)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Disamping itu mutu selalu aktif dan tidak pasif artinya, mutu itu sifatnya bergerak, dan selalu bergeser dari satu titik menuju ke titik yang lain, sesuai dengan perkembangan serta tuntutan dan keinginan pelanggan pada masanya, mencari titik temu definisi mutu adalah suatu perjuangan berat dan hal yang tidak meungkin terjadi, mutu selalu berada dalam posisi dipersimpangan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Setelah menemukan sebuah ladang mutu, kemudian berusaha untuk mempertahankan adalah pekerjaan yang percuma, karena sifat mutu adalah relatif dan selalu bergerak dan bergeser.

Memberikan makna mutu dipendidikan tidak mudah, karena dalam dunia pendidikan mutu itu berbentuk abstrak, artinya hanya bisa dirasakan dampaknya setelah memalui proses, pendidikan bukanlah industri yang menghasilkan produk bentuk fisik, yang dapat dikontrol, diawasi dengan mudah mulai dari menyiapkan dan menyeleksi bahan baku yang akan proses dan dijadikan suatu produk, penulis mendukung apa yang ungkapan oleh Sallis (2010:61), produk adalah sebuah subyek dari proses jaminan mutu, karena pendidikan bukan merupakan jalur produksi yang mana bahan input sangat beragam, dan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, disamping itu dalam pendidikan bersifat terbuka artinya semua bahan input bisa dari berbagai macam, kemampuan dan kesiapan mental perserta didik, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa peserta didik sebagai produk pendidikan,


(16)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meskipun semua konsep-konsep penjaminan mutu sudah diadopsi dan diadaptasikan serta sudah diterapkan di jalur pendidikan.

Di dalam dunia pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan Sallis (2010:61). Penulis kurang sependapat dengan istilah tersebut diatas, dalam pendidikan tidak ada istilah kesuksesan dan kegagalan, gagal identik dengan rusak dan suak dan ini tidak berlaku bagi peserta didik sebagai manusia, disamping itu penulis juga sangat tidak sepakat dengan istilah yang sering digunakan selama ini yaitu lulus dan tidak lulus, kerena lulus sama dengan menang, dalam pendidikan tidak berlaku, dalam pendidikan tidak ada yang menang dan tidak ada yang dikalahkan.


(17)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penulis berpendapat dan menyarankan menggunakan istilah “tuntas” dan “remedial”, ada beberapa alasan kenapa penulis menggunakan kedua istilah tersebut, hal ini mengacu pada pertama, adalah kakekat dari pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia muda.

Kedua, bahwa setiap manusia itu adalah unik tidak ada kesamaan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang diungkapkan Lynton Gray dalam Sallis (2010:62), manusia tidak sama, dan mereka berbeda dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini yang tidak bisa disama-ratakan, dan yang ketiga mengacu pada pendapat pakar psikologi seperti Thurstone dan Guilford, terkait dengan intelegensi seseorang dimana setiap indivdu terdapat faktor c yang banyaknya tujuh , sedang pendapat Guilford bahwa intelegensi c bukan hanya tujuh melainkan 120 (Suryabrata, 2010:129-130).

Pendidikan merupakan kumpulan perserta didik, peserta didik adalah manusia yang sifatnya unik, keunikan inilah yang dapat berubah setiap saat sehingga dalam pendidikan tidak berlaku istilah gagal, karena masih dapat diperbaiki diluar prosedur dan proses yang ada seperti halnya istilah yang memerlukan remedial, dan yang perlu diperhatikan dan digali kembali adalah faktor c seperti disebutkan diatas, sehingga dapat meraih ketuntasan, karena dalam pendidikan tidak mengenal cacat produk dan gagal produk.

Mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari harapan, dan sudah bergeseser dari tujuan pendidikan itu sendiri, hal ini terlihat dari


(18)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbagai catatan dan ulasan-ulasan dari berbagai instantasi atau lembaga serta stakeholder yang komite terhadap pendidikan, berdasarkan data-data yang ada seperti halnya yang penulis kutip dari BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan).

Pengalaman menunjukkan, bahwa banyak lulusan sekolah menengah termasuk mahasiswa yang tahu banyak, tetapi tidak paham apa yang mereka ketahui. Ini menunjukkan motivasi belajar para siswa yang lebih pada mencari ijazah daripada mencari ilmu atau pengetahuan (BSNP 2012:4).

Paragrap di atas tersirat adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan terhadap mutu pendidikan pada saat ini, dimana lulusan yang ada hanya mengejar ijazah semata, bukan ilmu, pengetahuan serta keterampilan setiap lulusan dan ini sudah melenceng jauh dari konsep dan sistem mutu yang selama ini diaplikasikan disekolah. Dalam kondisi yang demikian dimana mutu berada, atau hanya sebuah persepsi saja?.

Skala nasional, dan mengacu pada data-data yang ada, seperti yang dikeluarkan seperti BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2009 sampai dengan 2011, jumlah lulusan dan daya serap tenaga kerja masih tinggi pada lulusan SMP. Tabel berikut adalah gambaran tentang usia sekolah 15 tahun keatas yang meninggalkan sekolah dan sudah harus bekerja antara tahun 2009 sampai dengan 2011.


(19)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 1.1

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang

Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, 2009–2011 (juta orang)

Status Pekerjaan Utama

2009 2010 2011

Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Berusaha sendiri 20,81 21,05 20,46 21,03 21,15

Berusaha dibantu buruh

tidak tetap 21,64 21,93 21,92 21,68 21,31

Berusaha dibantu buruh

tetap 2,97 3,03 3,02 3,26 3,59

Buruh/Karyawan 28,91 29,11 30,72 32,52 34,51

Pekerja bebas di pertanian 6,35 5,88 6,32 5,82 5,58 Pekerja bebas di

nonpertanian 5,15 5,67 5,28 5,13 5,16

Pekerja keluarga/tak

dibayar 18,66 18,19 19,68 18,77 19,98

Jumlah 104,49 104,87 107,41 108,21 111,28

Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011

Ironi dan sangat disayangkan tetapi itulah yang kenyataan, dimana pemerintah mewajibkan belajar Sembilan tahun, namun dalam kenyataannya usia sekolah setaraf SMP (Sekolah Menengah Pertama) sudah harus bekerja sebagai buruh dan karyawan. Berdasarkan data di atas terlihat jumlah buruh/Karyawan, mengalami peningkatan, bulan Februari 2009 sampai


(20)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan Februari 2011 terus meningkat, jika berpikir dan berhitung dengan usia 15 tahun keatas yang tersirat dibenak kita adalah, pada usia tersebut seharusnya mereka masih duduk dibangku SMP dan belajar mengejar ilmu pengetahuan, dan keterampilan, namun kenyataan yang ada mereka sudah bekerja sebagai buruh atau karyawan, dengan bermodal ijazah SMP, yang jadi pertanyaan adalah apa yang mereka bisa kerjakan di perusahaan atau dunia industri tersebut?. Sedangkan jika kita lihat pada Status Pekerjaan Utama, Pekerjaan Keluarga/tak dibayar, semakin tahun semakin meningkat siapa yang berada dalam hitungan tabel tersebut, lulusan SMP atau perguruan tinggi?.

Tabel 1.2

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009–2011 (persen)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

200

9

201

0 2011

Februa

ri Agustus

Februa

ri Agustus

Februar

i

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

SD Ke Bawah 4,51 3,78 3,71 3,81 3,37

Sekolah Menengah Pertama 9,38 8,37 7,55 7,45 7,83

Sekolah Menengah Atas 12,36 14,50 11,90 11,90 12,17 Sekolah Menengah Kejuruan 15,69 14,59 13,81 11,87 10,00

Diploma I/II/III 15,38 13,66 15,71 12,78 11,59

Universitas 12,94 13,08 14,24 11,92 9,95

Jumlah 8,14 7,87 7,41 7,14 6,80


(21)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan melihat data di atas Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sekolah Menengah Pertama pada bulan Februari tahun 2011 adalah 7,83 persen, dengan melihat trendnya, prosentasenya mengalami penurunan, jika dibanding tahun 2009 dibulan yang sama, meskipun pada tahun 2010, terjadi kenaikan, ini artinya anak putus sekolah pada tingkat SMP sebesar yaitu sekitar 230.259 siswa angak ini didapat dari jumlah kelas tiga tahun 2010 yaitu 2.952.044 siswa dikalikan 7.83 persen. Angka yang cukup lumayan besar dan ini sebanding dengan satu pulau Sulawesi yaitu, 247.051 siswa, artinya satu pulau Sulawesi tidak melaksanakan pembelajaran di Tingkat Sekolah menengah Pertama selama satu tahun.

Masih terkait dengan data diatas yang perlu dicermati lagi adalah perbandingan jumlah pengangguran antara lulusan SMP dengan lulusan perguruan tinggi justru lebih besar penggangguran di perguruan tinggi yaitu 9.95 persen sedangkan lulusan SMP 7.83 persen selisih sekitar 2.12 persen pada tahun 2011 pada bulan Februari, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lulusan dari perguruan tinggi masih belum mampu terserap sepenuhnya dalam dunia kerja.

Menyikapi keadaan seperti seperti uraian di atas, apa yang bisa diperbuat oleh pengelola pendidikan, agar pendidikan lebih bermutu dan dapat menjamin, bahwa lulusannya bisa memiliki keterampilan, kecakapan dan bekal yang cukup untuk bisa bersaing di dunia kerja. Sehingga muncul


(22)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebuah kalimat yang sering kita dengar “untuk apa kuliah atau sekolah yang tinggi pada akhirnya akan menganggur juga”, kesadaran dan kepercayaan masyarakat sebagai pelanggan eksternal terhadap dunia pendidikan semakin menurun, dan ini sangat memprihatikan bagi pendidikan di Indonesia.

Disamping itu jika berbicara tentang sumberdaya manusia, Indonesia masih tergolong rendah, Human Development Index (HDI), membuat klasifikasi kedalam empat kategori yaitu sangat tinggi terkait dengan perkembangan sumber daya manusia, tinggi sedang dan rendah seperti terlihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2. Jika melihat data dari HDI mulai dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2007 Negara kita Indonesia mengalami kenaikan yaitu dari 0.522 hingga 0.734, namun mulai tahun 2009 sampai dengan 2011 justru mengalami kemerosotan yaitu, 0.593 hingga 0.617.

Tabel 1.3 Human Develompment Index (HDI) Value 169 Countries HDI 2010 Index

Kategori Rank Negara Index

Very High 1 2 …. 42 Norway Australia …. Barbados 0.938 0.937 …. 0.788 High 43 44 …. 77 Bahamas Lithuania …. Ecuador 0.784 0.783 …. 0.695 Medium 78 79 …. 108 …. 127 Belize Colombia …. Indonesia ….

Sao Tome and Pricipe

0.694 0.689 …. 0.600 …. 0.488

Low 128

129

Kenya Bangladesh

0.470 0.469


(23)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ….

169

….

Zimbabwe

…. 0.140


(24)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 1.4 Human Develompment Index (HDI) Value 187 Countries HDI 2011 Index

Kategori Rank Negara Index

Very High 1 2 …. 47 Norway Australia …. Barbados 0.943 0.929 …. 0.793 High 48 49 …. 94 Uruguay Palau …. Tunisia 0.783 0.782 …. 0.698 Medium 95 96 …. 124 …. 141 Jordan Algeria …. Indonesia …. Bhutan 0.698 0.698 …. 0.617 …. 0.522 Low 142 143 …. 187 Solomon Islands Kenya …. Kongo 0.510 0.509 …. 0.286 Sumber : Human Develompment Index (HDI)

Disamping itu, dalam kegiatan lomba-lomba internasional dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan, sebagai contoh dalam bidang matematika Indonesia pada tahun 1999 menduduki posisi 34 dari 38 negara, Singapura posisi teratas, tahun 2003 posisi Indonesia di level 35 dari 46 negara pada lomba yang sama dan pada tahun 2007 Indonesia berada di level 36 dari 49 negara.

Dalam bidang sains, posisi Indonesia tidak mengalami perubahan, pada tahun 1999, menepati urutan ke-32 dari 38 negara, pada tahun 2003, Indonesia menempati posisi 37 dari 46 negara dan pada tahun 2007,


(25)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indonesia berada dilevel 35 dari 49 negara, sementara Singapura dan Taiwan menduduki posisi satu dan dua.

Melihat hasil prestasi Indonesia seperti terlihat diatas, masih dibutuhkan kerja keras untuk menjadi Negara yang memiliki sumber daya yang mampu bersaing di dunia internasional, dan semuanya adalah dimulai dari bidang pendidikan dalam hal ini adalah lingkungan sekolah, oleh karena itu mutu pendidikan sudah seharusnya menjadi perhatian serius oleh pemerintah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan yang lebih penting lagi adalah komunitas sekolah sebagai ujung tombak dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Jika mengacu pada konsep mutu yang sesungguhnya, pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Indonesia masih belum memenuhi standar mutu yang telah diterapkan di dunia, terutama dalam mutu jasa layanan khususnya di bidang pendidikan, ini dapat dibuktikan bahwa, apa yang telah ditetapkan pememrintah, tentang penjaminan mutu pendidikan yang berkiblat pada delapan standar nasional pendidikan, masih jauh dari konsep dan dimensi mutu.

Konsep dasar dalam sistem mutu adalah sistem keterbukaan untuk memenehi kepuasan pelanggan dan sampai saat ini belum sepenuhnya bisa diterapkan, terutama partipasi pelanggan dalam pelaksanaan mutu.


(26)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berbagai pendapat ide, gagasan, konsep dan teori-teori tentang mutu pendidikan sudah banyak sekali dikemukakan oleh para pakar mutu, dan sangat jelas, apa yang harus dilakukan oleh komunitas sekolah dan bagaimana melakukannya. Namun demikian kenyataannya masih terjadi kesenjangan pada lembaga pendidikan, lembaga pendidikan belum mampu memberikan

output yang bermutu kepada para pelanggannya, masih ada kesenjangan

antara harapan dan kenyataan pelanggan, persepsi manajemen lembaga pendidikan masih jauh dari harapan, kesenjangan tersebut terbentuk akibat pihak manajemen lembaga pendidikan salah memahami tentang mutu pendidikan.

Upaya melakukan peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan suatu keharusan dan harus dilakukan, yaitu dengan cara menggerakan seluruh komunitas sekolah, yang menjadi bagian sistem mutu pendidikan. Tiga elemen dasar dalam penjaminan mutu ditingkat sekolah adalah guru, siswa dan kurikulum.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggali informasi dan menganalisis serta membandingkan hasilnya, bagaimana gambaran persepsi komunitas sekolah pengaruhnya terhadap komitmen dan partisipasi dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Komunitas sekolah sebagai pelanggan internal, meliputi kepala sekolah, guru, staf (internal), di Kota Gorontalo.

Dari uraian diatas, penulis merumuskan masalah yang akan digunakan sebagai landasan melakukan penelitian, untuk mendapatkan informasi sesuai yang


(27)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diharapakan. Adapun perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana persepsinya komunitas sekolah tentang mutu pendidikan di Kota Gorontalo;

2. Bagaimana komitmennya komunitas sekolah terhadap pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan;

3. Bagaimana partisipasi komunitas sekolah terhadap pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan

4. Bagaimana pengaruh persepsi komunitas sekolah terhadap partisipasinya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan;

5. Bagaimana pengaruh persepsi komunitas sekolah terhadap komitmennya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan;

6. Bagaimana pengaruh persepsi dan komitmen terhadap partisipasi dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi komunitas internal sekolah tentang mutu pendidikan di Kota Gorontalo, dan komitmen serta partisipasinya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan.


(28)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota

Gorontalo

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Secara khusus penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran tentang:

1. Persepsinya komunitas internal sekolah tentang mutu pendidikan di Kota Gorontalo, khususnya sekolah menengah pertama baik sekolah negeri maupun sekolah swasta.

2. Komitmennya komunitas internal sekolah, terhadap pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Kota Gorontalo terutama sekolah menengah pertama baik sekolah negeri maupun sekolah swasta.

3. Partisipasinya komunitas internal sekolah, khususnya sekolah menengah pertama baik sekolah negeri maupun sekolah swasta, terhadap pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Kota Gorontalo.


(29)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Provinsi Gorontalo terdiri lima kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Bolaemo, Gorontalo, Pohuwato, Bonebolango, Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Namun dalam penelitian ini hanya dilakukan di Kota Gorontalo, meliputi sekolah menengah tingkat pertama baik sekolah negeri maupun swasta. Penelitian dilaksanakan mulai Maret sampai dengan April 2012.

3.2 Desain Penelitian

Salah satu hal yang penting dalam melakukan penelitian ialah membuat desain penelitian, tanpa adanya desain penelitian maka penelitian yang akan dilakukan dapat kehilangan arah dan tujuan yang hendak dicapai.

Pada prinsipnya penelitian merupakan suatu pencarian (inquiry), yaitu menghimpun data, melakukan pengukuran, analisis, membandingkan, menafsirkan serta mencari hubungan yang masih bersifat teka-teki. Pencarian (inquiry) dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, bersifat terapan dan berdasarkan fungsinya penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional.

Populasi penelitian ini adalah pelanggan mutu pendidikan yaitu komunitas sekolah, baik pelanggan internal maupun eksternal di Kota Gorontalo. Pelanggan internal yaitu komunitas sekolah yang terdiri dari, Kepala Sekolah, Guru dan Staf di


(30)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tingkat satuan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) baik negeri atau swasta di Kota Gorontalo sebagai responden.

Responden adalah orang-orang dalam komumitas sekolah yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, dan pemikiran melalui instrumen atau angket.

Dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap. Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran sikap yaitu Skala Likert, Skala Guttman, Ratting Scale dan Semantic

Deferential. Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah menggunakan Skala Likert.

Instrumen yang sudah berisi jawaban dan sudah terkumpul, akan diolah melalui beberapa tahapan yaitu proses, entri data, validasi, verifikasi, editing data, dan marking/coding. Pengolahan data menggunakan Program Aplikasi Microsoft Access

2003 yang akan dirancang khusus sehingga mampu menghitung, menjumlah,

menyeleksi berdasarkan kode-kode yang telah ditetapkan baik kode-kode soal maupun kode-kode instrument, berdasarkan karakteristik dari responden.

Disamping itu, selain menggunakan program aplikasi Microsoft Access 2003 dalam penelitian ini juga akan menggunaka software LISREL 8.50, untuk mencari hubungan atau relasi masing-masing variable serta model, yaitu variable persepsi, komitmen dan partisipasi.


(31)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah ditetapan untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang variable tersebut, dan kemudian ditari kesimpulannya. Secara teoritis variable sebagai

atribut seseorang atau objek, yang mempunya “variasi” antara satu orang dengan yang

lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981)2.

3.3.1 Variabel Penelitian

Menurut hubungan antara satu variable dengan variable yang lain maka macam-macam variable dalam penelitian dapat dibedakan menjadi, lima macam, yaitu variabel independen, dependen, moderator, intervening dan variabel kontrol. Dalam penelitian ini, hanya menggunakan variabel independen(bebas) yang mempengaruhi dan variabel dependen(terikat) atau yang dipengaruhi3. Adapun variabel- variabel tersebut adalah persepsi sebagai variabel independen, komitmen dan partispasi sebagai variabel dependen. Hubungan antara ketiga variabel penelitian tersebut diatas dapat dilihat pada gambar 3.1 dalam paradigma penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

3.3.2 Definisi Operasional


(32)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Definisi operasional variabel adalah definisi konsep variabel yang akan diungkap dalam penelitian, secara operasional, praktik, riil, nyata dalam lingkup obyek penelitian yang akan diteliti.

a. Persepsi mutu pendidikan, yang dimaksud dengan Pesepsi atas mutu

pendidikan dalam penelitian ini adalah penafsiran, memaknai dan menilai mutu pendidikan oleh komunitas internal sekolah mengacu pada peraturan- peraturan pemernitah.

b. Komitmen pelaksanaan mutu pendidikan, dalam penelitian ini adalah

komitmen komunitas internal sekolah, dorongan, keinginan dan motivasinya untuk melakukan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan secara sadar dan dari hati nurani, bekerja keras dengan rasa penuh tanggungjawab.

c. Partisipasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan, yaitu keterlibatan

komunitas internal sekolah dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan, diawali dari informasi tentang pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan, merancang bersama, memutuskan bersama melakasanakan bersama, dan mengevaluasi secara bersama.

3.4 Instrumen Penelitian

Salah satu teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian adalah dengan angket (questioner), angket umumnya dapat digunakan bentuk atau format instrumen. Bentuk suatu instrumen akan menentukan jenis data yang


(33)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diperoleh. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, disamping itu kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang paling efisien, dan sangat cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.

Dalam penelitian ini instrumen akan diberikan secara langsung kepada responden, dengan harapan data yang diperoleh lebih cepat dan akurat, karena jika terjadi kesulitan dalam menjawab atau adanya pertanyaan oleh responden yang kurang dipahami atau dimengerti, dapat langsung diatasi pada saat itu juga.

3.5 Proses Pengembangan Isntrumen

Dalam penelitian perilaku boleh dikata hamper tidak ada instrument pengumpul data baku yang sudah tersedia4. Pada umumnya dikembangkan oleh masing-masing peneliti, sebagai alat pengumpul data. Dalam pengembangan instrument pengambil data, dilakukan beberapa tahap yaitu :

1. Pengembangan spesifikasi instrumen

2. Penulisan butir-butir pertanyaan atau pernyataan

3. Menelaah dan revisi butir-butir pertanyaan atau pernyataan

4. Perakitan butir-butir pertanyaan atau pernyataan ke dalam instrumen 5. Uji-coba instrument


(34)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6. Analisis hasil uji coba

7. Penentuan perangkat akhir instrumen 8. Pengujian reliabilitas, dan


(35)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Persepsi Komunitas Sekolah

Vaiabel Dimensi Indikator No.

Item Jml

Variabel (X) Persepsi Teori Robbins dan Judge (2009) Halo efek (halo effect)

- Menilai mutu pendidikan secara umum - Menilai mutu pendidikan hanya melihat

hasil akhir dan prestasi siswa

- Mengabaikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi itu sendiri.

1, 2, 3 3

Persepsi selektif (selective

perception)

- Menafsirkan mutu pendidikan berdasarkan kesukaan, latar belakang, pengalaman, dan sikap yang mereka miliki.

- Intensitas sangat mempengaruhi dan memutuskan untuk menolak atau menerima.

4, 5 2

Contras Effects

- Kecenderungan menilai mutu pendidikan dipengaruhi oleh

perbandingan-perbandingan, dengan mutu pendidikan yang lain yang pernah mereka temukan, dan menyimpulkan bahwa mutu pendidikan saat ini biasa-biasa saja

6 1

Projection

- Manghubungkan karakteristik-karaktaristik mutu pendidikan dilingkungannya dangan mutu pendidikan ditempat lain,

- Mutu pendidikan ditempat lain sama dengan mutu pendidikan dilingkungan kerjanya.

7 1

Streotip/ stereotyping

- Menilai mutu pendidikan berdasarkan persepsi kelompok mereka dimana dia bergabung.

- Individu berpikir bahwa mutu

pendidikan tidak cocok dilingkungan dan tidak mungkin bisa diterapkan pada sekolahnya.


(36)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Komitmen Komunitas Sekolah

Variabel Dimensi Indikator No.

Item Jml

Variabel Komitmen (Y) Teori Kelman (1958) instrumental compliance

- Melaksanakan penjaminan mutu pendidikan atas permintaan dan perintah pimpinan

- Ingin mendapatkan keuntungan secara material

- Menghindari hukuman yang mungkin dijatuhkan oleh pimpinan apabila ia menolak melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. - Bernegosiasi dengan orang lain dan

hasilnya dapat diterima orang sebanyak mungkin

10, 11 2

internalization

- Berkomitmen secara penuh untuk melaksanakan permintaan dan perintah dari pimpinan.

- Adanya kesamaan nilai dan belief yang dimiliki oleh pimpinan terkait dengan pelaksanaan penjaminatan mutu pendidikan.

- Tidak menghiraukan dan memperhitungkan ada tidaknya keuntungan materi dari pelaksanaan penjaminan mutu pedndidikan. - Melakukan atas kesadaran dari

dalam dirinya sendiri, bukan atas perintah pimpinan secara personal - Bekerja keras dan setulus hati

dengan rasa tanggungjawab

12,

13, 14 3

personal identification

- Situasi realitas negatif atau tidak nyaman,

- Tidak berusaha mengubahnya keadaan,

- Tidak melakukan protes, atau keluar dari keadaan

- Adanya kebutuhan individu akan penerimaan (acceptance) dan penghargaan (esteem).1

15,


(37)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

- Pasrah dengan keadaan yang ada

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Partisipasi Komunitas Sekolah

Variabel Dimensi Indikator No.

Item Jml

Variabel Partisipasi (Z) Teori David Wilcox 1999 information

- Memberikan informasi kepada komunitas terkait rencana program peningkatan mutu pendidikan. - Menyampaikan informasi secara

terbuka, sehingga komunitas memiliki informasi yang sama

18, 19 2

consultation

- Menawarkan beberapa pilihan program kepada komunitas sekolah - Mendengarkan masukan-masukan,

tidak menutup kemungkinkan adanya ide-ide baru dari komunitas.

20, 21 2

deciding together

- Memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan bersama. - Memutuskan bersama terkait

program yang direncanakan - Mendorong untuk memberikan

tambahan ide dan pilihan

22, 23 2

acting together

- Memutuskan bersama apa yang terbaik

- Bertindak secara bersama-sama - Membentuk kemitraan untuk

melaksanakannya bersama.

24,

25, 26 3

supporting independent community interest

- Mendukung kepentingan komunitas independen: menawarkan dana kepada kelompok lokal atau

organisasi, saran atau dukungan lain untuk mengembangkan agenda mereka sendiri sesuai pedoman.


(38)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen a. Validitas Instrumen

Alat ukur dalam penelitian kuantitatif perlu uji validitas dan reliabilita, validitas menunjukkan sejauh mana nilai yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Menilai validitas merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti karena sebagian besar instrumen yang digunakan, merupakan rancangan peneliti sendiri dan belum tertstandar.

Setelah instrumen selesai ditetapkan dan disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen, selanjutnya dilakukan uji coba instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat instrument yang sudah disusun mampu melakukan fungsinya. Pengujian validitas instrumen ini dengan cara mengkorelasikan skor, dimana setiap skor yang ada dikorelaksikan dengan setiap item dengan skor total. Rumus untuk menghitung nilai korelasi adalah sebagai berikut

rxy =

) Y) ( Y )(n X) ( X (n Y X XY n 2 2 2

2     

     Keterangan :

rxy = besarnya koefisien korelasi n = jumlah responden

X = jumlah skor variabel X

X2= jumlah kuadrat skor variabel X Y = jumlah skor variabel Y


(39)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah mengetahui harga r dari hasil perhitungan dengan rumus diatas, selanjutnya nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r dalam tabel statistic (r hitung dibandingkan dengan r tabel). Dengan menggunakan taraf signifikan (α = 5%) dan derajad kebebasan (dk = n-2), maka akan diperoleh nilai r tabel tersebut. Jika r hitung > r tabel berarti instrumen penelitian yang digunakan adalah valid, sedangkan jika r hitung < r tabel ini berarti instrumen penelitian yang digunakan tidak valid.

1. Variabel Persepsi (X)

Instrumen penelitian untuk variabel Persepsi adalah berupa pernyataan sebanyak sembilan pernytaan dan telah diujicobakan kepada 30 responden. Responden terdiri guru, kepala sekolah dan staf di Sekolah Menengah Tingkat Pertama di Kota Gorontalo.

Berdasarkan tabel kisi-kisi di atas ada beberapa pernyataan yang tidak memenuhi syarat validitas. Sehingga dari item pertanyaan itu harus dihilangkan atau diperbaiki untuk digunakan pada penelitian yang sebenarnya, adapaun item-item pernyataan yang harus dihilangkan atau diperbaiki adalah item satu dan delapan, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.


(40)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel Komitmen adalah variabel kedua dalam penelitian ini, sama seperti variabel persepsi yaitu berupa pernyataan-pernyataan terdiri dari delapan pernyataan dan telah diuji cobakan kepada 30 orang responden, hasil perhitungan menunjukan ada dua item pernyataan yang harus di hilangkan yaitu, item 15 dan 16, selengkapnya hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran.

3. Instrumen Variabel Partisipasi (Z)

Variabel yang terakhir dalam penelitian ini adalah variabel komitmen, terdapat 11 item pernyataan, setelah diuji cobakan sebanyak 30 responden di Kota Gorontalo kemudian menghitung korelasi masing-masing item dari 11 pernyataan, terdapat dua item pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 19 dan 21, sehingga harus dihilangkan dan tidak dapat digunakan dalam peneilitian sesungguhnya, hasil perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran tesis ini. Dari ketiga uji validitas variabel-variabel diatas dapat dirangkum dalam bentuk tabel seperti berikut.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen No. Variabel Jumlah

Item Valid

Tidak Valid

Item yang dihilangkan

1. Persepsi (X) 9 7 2 1 dan 8

2. Komitmen (Y) 8 6 2 15 dan 16

3. Persepsi (Z) 11 9 2 19 dan 21


(41)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Uji reliabilitas Instrumen

Uji Reliabilitas dilakukan adalah untuk mengetahui sejauhmana konsistensi alat ukur yang akan digunakan dilapangan, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas internal dengan rumus

Alpha (Cronbach’s).

α =

  

 

S x

j S k

k

2 2 1 1 Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item

Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total 1. Variabel Persepsi (X)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 19 dihasilkan nilai r hitung untuk variabel Persepsi dengan Cronbach's Alpha adalah 0.395. Disimpulkan bahwar hitung lebih besar dari pada r tabel yaitu 0,113 sehingga instrument dikatakan reliabel, dan memenuhi syarat untuk penelitian.

2. Variabel Komitmen (Y)

Perhitungan yang sama dilakukan untuk mencari reliabilitas, dan dihasilkan nilai r hitung untuk variabel Komitmen adalah 0.605, dengan nilai r tabel 0.113 dengan jumlah data 252, sehingga dapat disimpulkan bahwa


(42)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

intrumen adalah reliabel, diaman r hitung lebih besar dari pada r tabel dan syarat untuk dijadikan alat penelitian terpenuhi.

3. Variabel Partisipasi (Z)

Variabel Partisipasi terdiri dari Sembilan item pernyataan, dengan perhitungan skala reliabilitas dihasilkan nilai Cronbach's Alpha adalah 0.778, dengan demikian variabel partisipasi juga dinyatakan reliabel, karena nilai t htungnya lebih besar dari pada nilai r tabel, yaitu 0.778 > 0.113 dan memenuhi syarat untuk dijadikan alat untuk menjaring data dalam penelitian.

Rekapitulasi hasil perhitungan nilai reliablitas variabel-variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada tabel 3.6, perbandingan antara r hitung dan r tabel product moment dengan jumlah data 252 responden, taraf dengan signifikan 5%.

Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Variabel Penelitian No. Variabel Cronbach's Alpha

( r hitung) r Tabel Keterangan

1. Persepsi(X) 0.395 0.113 reliabel

2. Komitmen(Y) 0.605 0.113 reliabel

3. Partisipasi(Z) 0.778 0.113 reliabel

3.7 Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Populasi dibedakan


(43)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjadi dua bagian yaitu populasi umum dan populasi target(target population)5. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan populasi umum, yaitu seluruh sekolah menengah pertama di Kota Gorontalo, dan juga populasi target (target

population), khsusus pelanggan ekternal komunitas sekolah. Populasi dalam

penelitian ini adalah Komunitas Sekolah di Kota Gorontalo, adapun populasi selengkapnya terdapat pada lampiran.

b. Sampel

Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karateristik maupun jumlahnya6. Dalam pengambilan pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik

random atau acak, artinya setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan

yang sama untuk dijadikan sampel.

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

2 1 Ne

N n

 

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi


(44)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah melalui perhitungan menggunakan rumus di atas maka didapat jumlah sampel khusus guru menjadi 184.44 dibulatkan menjadi 184 responden. Untuk Kepala sekolah, Staf, Pengawas, Komite, Staf Dinas, Orang Tua dan Tokoh Agama, tidak hitung menggunakan rumus diatas, karena sudah dianggap mewakili, setiap sekolah dan setiap kecamatan sehingga jumlahnya tetap seperti di populasi. Total keseluruhan sampel yang akan dijadikan penelitian adalah 252.44 dibulatkan menjadi 252 responden.

Gambaran dari karakteristik responden sebanyak 252 responden dari 20 sekolah menengah tingkat pertama baik negeri maupun swasta di kota gorontalo, provinsi gorontalo, yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan staf, adapun karakterisktik yang dimaksud adalah adalah umur, pengalaman, pekerjaan/tugas, kompetensi atau latar belakang pendidikan, diklat/pelatihan, jenis kelamin, status pegawai, pendidikan atau ijazah terakhir, dan golongan.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data dilakukan adalah untuk memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik


(45)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang digunakan untuk pengambilan data pada penelitian ini adalah metode angket atau kuesioner dan metode dokumentasi.


(46)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara dalam mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting di lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari sekolah ditingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama baik neggeri maupun swasta di Kota Gorontalo yang antara lain adalah daftar nama-nama guru sebagai responden serta karakteristik lain yang dianggap perlu, disamping itu studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari berbagai sumber bacaan atau dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen berisi peranyataan yang mengungkapkan keadaan atau situasi yang sebenarnya terkait dengan pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Kota Gorontalo. Instrumen diedarkan langsung kepada responden oleh peneliti, seluruh SMP di Kota Gorontalo sebanyak 20 sekolah.

3.9 Analisis Data

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(47)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel agar lebih mudah dalam memahaminya, maksudnya adalah data yang diperoleh dikuantitatifkan untuk mempermudah dalam menggambarkan keadaan suatu subjek atau peristiwa.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan teknik analisis ini adalah:

1. Membuat tabel distribusi jawaban angket variabel penelitian.

2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan.

3. Menghitung skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden. 4. Membuat Crosstab Table perbandingan, dan grafik hasil pengolahan data 5. Mendeskripsikan hasil jawaban, dalam bentuk kalimat naratif

Untuk membantu proses pengolahan data secara cepat dan tepat, maka entri dan pengolahan datanya dilakukan dengan program Microsoft Access

2003 yang dirancang khusus. Melalui program Microsoft Access 2003 yang

sudah dirancang kegiatan pengolahan data dapat dilakukan dengan mudah, disamping itu juga melibatkan pemakaian rumus-rumus statistik program aplikasi yang digunakan SPSS 19 dan LISREL 8.50, setelah melalui tahapan-tahapan seperti diatas, mulai entry data sampai dengan analisis hasil, maka dipandang perlu untuk menggunakan pedoman dalam menginterprestasikan data hasil penelitian.


(48)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(49)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.10Deskripsi Karakteristik Responden

Untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik responden dilakukan melalui deskripsi data skor karakteristik responden dan subyek penelitian untuk masing-masing variabel.

a. Umur

Rekapitulasi karakteristik umur responden Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kota Gorontalo digambarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Statistik Deskripsi Karakteristik Umur Responden

Statistics

umur

N Valid 252

Missing 0

Mean 44.60

Range 36

Minimum 23

Maximum 59

Jumalah responden adalah 252 orang yang tediri dari Guru, Kepala Sekolah dan Staf Administerasi. Berdasarkan tabel statistik deskripsi diatas menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 44.6 tahun yang intervalnya berada diantara 23 tahun sampai dengan 59 tahun sedangkan frekuensi dan persentase responden selengkapnya terdapat pada lampiran.


(50)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Grafik 3.1 Umur Responden

Berdasarkan gambar grafik diatas dapat diketahui umur minimum responden yaitu 23 tahun sedangkan umur maksimum adalah 59 tahun, disamping itu Jumlah masing-masing responden paling banyak adalah umur 50 tahun yaitu 21 orang disusul umur 51 tahun, sedangkan umur 23 tahun sebanyak tiga responden, jumlah masing-masing responden selengkapnya terdapat dilampiran.

b. Pengalaman

Pengalaman responden yang dimaksudkan adalah pengalaman mengajar dan bekerja di sekolah masing-masing selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


(51)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.8

Statistik Deskripsi Karakteristik Pengalaman Responden Statistics

pengalaman

N Valid 252

Missing 0

Mean 17.56

Range 34

Minimum 0

Maximum 34

Berdasarkan tabel statistik deskripsi di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman responden adalah 17.5 tahun yang intervalnya berada diantara 0 tahun sampai dengan 34 tahun sedangkan frekuensi dan persentase responden selengkapnya terdapat pada lampiran.

Grafik di dibawah dapat menggambarkan bahwa jumlah responden pengalaman nol tahun adalah 20 responden, yang terdiri dari guru 19 orang dan staf satu orang. Sedangkan pengalaman 30 tahun adalah 21 orang terdiri dari 20 guru dan satu orang staf, sedangkan pengalaman berikutnya yang paling banyak jumlah respondennya adalah pengalaman tujuh tahun, 25 tahuh dan 31 tahun, baik guru kepala sekolah maupun staf.


(52)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Grafik 3.2 Pengalaman Responden c. Pekerjan/Tugas

Pekerjaan atau tugas responden adalah yang dimaksud adalah sebagai guru, kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan sebagai staf administerasi di Kota Gorontalo, di tingkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama.

Tabel 3.9

Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Pekerjaan/tugas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Guru 239 94.8 94.8 94.8

kepsek 3 1.2 1.2 96.0

Staf 9 3.6 3.6 99.6


(53)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pekerjaan/tugas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Guru 239 94.8 94.8 94.8

kepsek 3 1.2 1.2 96.0

Staf 9 3.6 3.6 99.6

Wakasek 1 .4 .4 100.0

Total 252 100.0 100.0

Jumlah responden terbanyak adalah bekerja sebagai guru dengan frekuensi 239 orang dengan persentase 94.8%, staf sembilan orang atau 3.6%, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah masing-masing adalah tiga dan satu orang atau 1.2% dan 0.4%, jika dilihat dalam bentuk grafik dapat di.lihat pada gambar 4.3 sebagai berikut.

Grafik 3.3 Pekerjaan/Tugas Responden d. Kompetensi

Latar belakang pendidikan atau komptensi responden dari sekian ratus, sangatlah beragam, dan paling besar jumlahnya adalah responden dengan latar belakang pendidikan Matematika dan IPS, yaitu 29 orang. Disamping Matematika dan IPS, jumlah terbesar berikutnya adalah


(54)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kompetensi Bahasa Indonesia. Hasil dari penjaringan data, banyak yang tidak mengisi latar belakang pendidikan atau kompetensinya yaitu 41 orang. Untuk lebih jelasnya masing-masing jumlah komptensi respondensi disajikan dalam tabel 4.4 dan gambar dalam bentuk grafik 4.4 seperti dibawah ini.

Tabel 3.10

Frekuensi Responden Berdasarkan Kompetensi kompetensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 41 16.2 16.2 16.2

Adm. Negara 1 .4 .4 16.6

Agama Islam 10 4.0 4.0 20.6

Agama Kristen 2 .8 .8 21.3

Bahasa Indonesia 25 9.9 9.9 31.2

Bahasa Inggris 24 9.5 9.5 40.7

BK 11 4.3 4.3 45.1

Ekonomi 6 2.4 2.4 47.4

Geografi 1 .4 .4 47.8

IPA Biologi 18 7.1 7.1 54.9

IPA Fisika 14 5.5 5.5 60.5

IPS 29 11.5 11.5 71.9

Kesenian 1 .4 .4 72.3

Ket. Teknik 1 .4 .4 72.7

Ketrampilan 1 .4 .4 73.1

kompetensi 1 .4 .4 73.5

Komputer 1 .4 .4 73.9

Matematika 29 11.5 11.5 85.4

Matematika/agama 1 .4 .4 85.8

Mulok 6 2.4 2.4 88.1

Olahraga 1 .4 .4 88.5

Penjaskes 8 3.2 3.2 91.7

PKN 11 4.3 4.3 96.0

Sejarah 2 .8 .8 96.8

Seni Budaya 3 1.2 1.2 98.0


(55)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TIK 4 1.6 1.6 100.0

Total 252 100.0 100.0

Grafik 3.4 Kompetensi Responden

Karakteristik responden lain yang terjaring dalam pendataan dengan menggunakan instrument adalah Diklat/Pelatihan data selengkapnya dapat dilihat dilampiran.

e. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.5 di bawah dapat dijelaskan bahwa dari 252 responden guru SMP se-Kota Gorontalo yang menjadi sampel pada


(1)

125

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Cornwall, (2008), Unpacking ‘Participation’:Models, Meaning and Practices, Oxford University Press and Community Development Journal.

EFA, (2005), Understanding Education Quality, EFA Global Monitoring Report. Fatah Nanang, (2009), Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, PT. Remaja

Rosda Karya.

Hadis Abdul, (2010), Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta Hamalik Oemar, (2008) Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT.

Remaja Rosda Karya.

Hanggaraeni, (2011), Perilaku Organisasi Teori, Kasus dan Analisis, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Makmun, A.S, (2009), Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran

Modul), Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Pretty,(1994), Stakeholder Engagement,__

Ridwan, (2009), Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfa Beta.

Robbins, S.P dan Judge, T.A, (2007) ,Organizational Behavior,Twlfth Edition, New Jersey, Pearson Prentice Hall.

Sagala Syaiful, (2011), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung, Alpabetha.

Salis, Edward, (2010), Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan,Jogjakarta, IRCiSoD. Salimah, S (2010), Komponen-Komponen Komitmen dalam Organisasi, Yogyakarta Sunyoto, D. Dkk, 2011, Perilaku Organisasional, Jakarta, PT. Buku Seru.


(2)

126

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono, (2010), Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfa Beta.

Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan ( pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,

dan R&D) Bandung, Alfabeta

Sukmadinata N.S. dkk, (2010), Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung, PT. Refika Aditama.

Sukmadinata, N.S, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Sumadi, S, (2004), Psikologi Pendidikan,Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S, (2004), Psikologi Kependidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Thoha, M, (2009), Perilaku Organisasi Konsep dan Aplikasinya, Jakarta, PT.

RajaGrafindo Persada.

Tjiptono, F Dkk, (2001), Service, Quality &Satisfaction, Yogyakarta, CV. Andi Offset.

Tilaar, H.A.R, (2008), Manajemen Pendidikan Nasional-Kajian Pendidikan Masa

Depan, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya

Tim Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, (2010), Manajemen Pendidikan, Bandung, Alfabeta.

Wilcox, D, (1994), Community Participation and Powerment:Putting Theory into

Practice, Article, London.

BPS, (2011), Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2011, No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011,Tersedia : www.bps.go.id/getfile.php?news=849

BNSP, (2012), Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI,Vol.VII/No. 1/Maret

2012, Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wp-content/uploads/2012/02/Buletin-1-2012-for-Email.pdf


(3)

127

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

HDRO own calculations, (2010),Let's Talk Human Development - Data challenges in estimating the HDI: The cases of Cuba, Palau and the Occupied Palestinian Territory, Tersedia: http://hdr.undp.org/en/media/Lets-Talk-HD-HDI_2010.pdf

HDI (2011), human development report 2011,tersedia :

http://hdr.undp.org/en/statistics/hdi/

Pickens, J, (2005), Attitudes and Perceptions, Tersedia :

http://healthadmin.jbpub.com/Borkowski/chapter3.pdf

Jenny (2012), Persepsi ; Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi, Tersedia : http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/

__________, Lesson:-33, Perception and Person perception, Tersedia :

http://managementconsultingcourses.com/Lesson33Perception%26PersonPerce ption.pdf

Schultz, Organizational Commitment, Tersedia :

http://userwww.sfsu.edu/~nschultz/documents/knowledge/organizational.comm itment.pdf

Tsiotsou, R. (2005), Marketing Bulletin, 2005, 16, Research Note 4, Tersedia :

http://marketing-bulletin.massey.ac.nz/V16/MB_V16_N4_Tsiotsou.pdf

__________, "perception". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica

Online. Encyclopædia Britannica Inc., 2012., Tersedia :

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/451015/perception

__________, The Meaning of Community, Tersedia : http://info.bahai.org/article-1-9-1-1.html

__________, Sikap Manusia, Tersedia :

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_umum2/bab4_sikap_man usia.pdf


(4)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Cornwall, (2008), Unpacking ‘Participation’:Models, Meaning and Practices, Oxford University Press and Community Development Journal.

EFA, (2005), Understanding Education Quality, EFA Global Monitoring Report. Fatah Nanang, (2009), Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, PT. Remaja

Rosda Karya.

Hadis Abdul, (2010), Manajemen Mutu Pendidikan, Bandung, Alfabeta

Hamalik Oemar, (2008) Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Hanggaraeni, (2011), Perilaku Organisasi Teori, Kasus dan Analisis, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Makmun, A.S, (2009), Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul), Bandung, PT. Remaja Rosda Karya.

Pretty,(1994), Stakeholder Engagement,__

Ridwan, (2009), Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfa Beta.

Robbins, S.P dan Judge, T.A, (2007) ,Organizational Behavior,Twlfth Edition, New Jersey, Pearson Prentice Hall.

Sagala Syaiful, (2011), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung, Alpabetha.

Salis, Edward, (2010), Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan,Jogjakarta, IRCiSoD. Salimah, S (2010), Komponen-Komponen Komitmen dalam Organisasi, Yogyakarta Sunyoto, D. Dkk, 2011, Perilaku Organisasional, Jakarta, PT. Buku Seru.


(5)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan ( pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,

dan R&D) Bandung, Alfabeta

Sukmadinata N.S. dkk, (2010), Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung, PT. Refika Aditama.

Sukmadinata, N.S, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Sumadi, S, (2004), Psikologi Pendidikan,Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S, (2004), Psikologi Kependidikan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Thoha, M, (2009), Perilaku Organisasi Konsep dan Aplikasinya, Jakarta, PT.

RajaGrafindo Persada.

Tjiptono, F Dkk, (2001), Service, Quality &Satisfaction, Yogyakarta, CV. Andi Offset. Tilaar, H.A.R, (2008), Manajemen Pendidikan Nasional-Kajian Pendidikan Masa

Depan, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya

Tim Administrasi Pendidikan Universitas Indonesia, (2010), Manajemen Pendidikan, Bandung, Alfabeta.

Wilcox, D, (1994), Community Participation and Powerment:Putting Theory into

Practice, Article, London.

BPS, (2011), Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2011, No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei

2011,Tersedia : www.bps.go.id/getfile.php?news=849

BNSP, (2012), Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI,Vol.VII/No. 1/Maret 2012, Tersedia:

http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wp-content/uploads/2012/02/Buletin-1-2012-for-Email.pdf

HDRO own calculations, (2010),Let's Talk Human Development - Data challenges in

estimating the HDI: The cases of Cuba, Palau and the Occupied Palestinian Territory, Tersedia: http://hdr.undp.org/en/media/Lets-Talk-HD-HDI_2010.pdf HDI (2011), human development report 2011,tersedia :


(6)

Jumari, 2012

Persepsi Komunitas Sekolah Terhadap Komitmen Dan Partisipasi Dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan: Studi Korelasi pada Sekolah Menengah Pertama Di Kota Gorontalo Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pickens, J, (2005), Attitudes and Perceptions, Tersedia :

http://healthadmin.jbpub.com/Borkowski/chapter3.pdf

Jenny (2012), Persepsi ; Pengertian, Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi, Tersedia :http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/

__________, Lesson:-33, Perception and Person perception, Tersedia :

http://managementconsultingcourses.com/Lesson33Perception%26PersonPercep tion.pdf

Schultz, Organizational Commitment, Tersedia :

http://userwww.sfsu.edu/~nschultz/documents/knowledge/organizational.commi tment.pdf

Tsiotsou, R. (2005), Marketing Bulletin, 2005, 16, Research Note 4, Tersedia :

http://marketing-bulletin.massey.ac.nz/V16/MB_V16_N4_Tsiotsou.pdf __________, "perception". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica

Online. Encyclopædia Britannica Inc., 2012., Tersedia :

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/451015/perception

__________, The Meaning of Community, Tersedia : http://info.bahai.org/article-1-9-1-1.html

__________, Sikap Manusia, Tersedia :

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_umum2/bab4_sikap_manu sia.pdf


Dokumen yang terkait

Perencanaan Sumberdaya Pendidikan Terhadap Peningkatan Mutu Lulusan Sekolah Menengah Negeri Di Kota Tanjungbalai

0 31 114

PENJAMINAN MUTU SEKOLAH.

0 5 13

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus pada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jumantono).

0 0 15

Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap komitmen organisasi di sekolah menengah pertama negeri di kecamatan sukasari Kota bandung.

0 3 65

ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIK MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KOTA BANDUNG.

6 55 65

ANALISIS PENGARUH KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DAN PENDIDIK TERHADAP IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DAN DAMPAKNYA PADA MUTU HASIL PENDIDIKAN : Kasus pada Sekolah Menengah Pertama di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.

0 1 76

RESPONS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN :Survei Terhadap Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Binjai, Sumatera Utara.

0 0 54

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP BUDAYA MUTU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI : Survey Terhadap Persepsi Guru di Kota Bandung.

0 16 93

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI TENTANG EFEKTIVITAS PELAKSANAAN DAN DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH TERHADAP UPAYA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN SMA DI JAWA BARAT).

0 0 67

PENGARUH PERILAKU SUPERVISI AKADEMIS DAN KINERJA GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH : Kajian Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Kota Jambi.

1 4 143