PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENpiDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK SISWA SMU DIBANJARMASIN.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
BIDANG STUDI PENpiDIKAN AGAMA ISLAM
UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK SISWA SMU
DIBANJARMASIN
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
SALAMAH
NIM. 019589
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
DISETUJlJl DAN DISAHKAN OLEH PEYiBlMBfNC
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak
NIP.130609582
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Muhammad Alt, \\\A.
NIP.130809424
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. R. Ibrahim, M.A.
NIP.130217573
ABSTRAK
Penelitian mi berangkat dari pemikiran akan perlunya pembelajaran PAl yang
berkualitas dan dapat membentuk siswa yang berakhlak mulia, terutama pada siswa
tingkat SMU. Hal tersebut didasarkan atas analisa terhadap pelaksanaan PAl di sekolah
yang cenderung hanya memperhatikan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif
dan konatif volutif, yaitu kemauan dan tekad untuk mengamal nilai-nilai ajaran agama
sehingga dapat membentuk siswayang berakhlak mulia.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dirumuskan permasalahan utama dari
penelitian ini yaitu: Bagaimana Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dapat meningkatkan Akhlak Siswa di SMU. Penelitian ini bertujuan untuk
menegembangkan model pembelajaran bidang studi PAl yang dapat meningkatkan
akhlak siswa di SMU. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and
Development, dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, angket
dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Umum (SMU)
Banjarmasin.
Langkah-langkah pengembangan model dalam penelitian ini meliputi: Studi
pendahuluan dan kajian literatur, Penyusunan draf model, Implementasi dan Evaluasi
model. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian literatur, maka penelitian ini
mengembangkan model pembelajaran terpadu pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam untuk meningkatkan akhlak siswa di SMU. Pembelajaran terpadu yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah keterpaduan pengorgasian materi PAl, yakni
setiap tema yang ditetapkan disajikan secara terpadu dengan unsur akidah, akhlak, fiqih
dan tarikh, dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif.
Prosedur pelaksanaan model pembelajaran ini meliputi penyusunan desain yang
meliputi perumusan tujuan, penetapan tema/materi, penetapan prosedur serta evaluasi
pembelajaran. Sedangkan pada tahap impelmentasi meliputi tahap orientasi, eksplorasi,
klarifikasi dan kesimpulan. Pada tahap orientasi guru menginformasikan tujuan
pembelajaran dan ruang lingkup tema secara garis besar, pada tahap eksplorasi kegiatan
dalam kelompok diskusi berusaha menggali dan menemukan pemecahan masalah yang
menjadi tugasnya dan kemudian dipresentasikan pada diskusi tingkat kelas, selanjutaya
tahap klarifikasi guru menjelaskan hal-hal penting dari tema yang dibahas, kemudian
tahap kesimpulan guru dan siswa menyimpulkan hasil pembahasan terhadap tema.
Tahap evaluasi meliputi evaluasi hasil belajar dilakukan dengan teknik tes dan non tes,
sedangkan evaluasi proses dilakukan dengan teknik observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu, dengan
pendekatan siswa aktif dapat meningkatkan peran serta aktif siswa dalam pembelajaran
dan peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam memahami materi PAl yang lebih
mendalam dan utuh. Di samping itu yang penting dari model ini juga adalah memiliki
dampak penggiring dalam meningkatkan perkembangan akhlak siswa SMU terutama
yang dapat diamati selama proses pembelajaran terpadu seperti sikap disiplin dan
perhatian dalam belajar, tanggung jawab terhadap tugas, toleransi dalam perbedaan
pendapat, sopan santun dalam menyampaipendapat, tolong menolong dan kerjasama.
Dengan denukian akhirnya disarankan kepada sekolah untuk melaksanakan
model pembelajaran terpadu pada bidang studi PAl serta melengkapi pasilitas seperti
buku-buku agama Islam yang dapat mendukung pelaksanaan model ini.
111
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ni
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTARGAMBAR
x
DAFTARTABEL
BAB I
,
,
xi
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
]
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
II
C. Tujuan Penelitian
13
D. Mafaat Penelitian
14
BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kurikulum Bidang Studi Agama Islam SMU
15
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
15
2. Tujuan, Fungtfi dan Ruang Lingkup PAl
16
3. Analisis Kurikulum PAl
18
B. Konsep Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam
21
1. Pengertian Akhlak
21
2. RuangLingkup dan Tujuan Pengajaran Akhlak
23
3. Pengembangan Pembelajaran PAl yang Berorientasi
Pendidikan Nilai/Akhlak
C. Pengertian dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
24
28
1. Pengertian Model Pembelajaran
27
2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
31
a. Model Classroom Meeting
31
b. Model Cooperative Learning
32
a. Model IntegratedLearning
33
1)Pengertian Model Pembelajaran Terpadu
34
2) Tipe Pembelajaran Terpadu
35
Mil
3) Karakteristik Pembelajaran Terpadu
38
D. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang
BAB III
BAB IV
Studi PAl Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa
40
1. Relevansi Model Pembelajaran Terpadu dengan PAl
40
2. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran
3. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran
43
45
: METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Langkah-Langkah Penelitian
48
B. Teknik dan Tajhapan Pengumpulan Data
50
C. ProsedurPengpmbangan Model
51
D. Interpretasi dan Teknik Analisa Data
53
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian
54
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Studi Pendahuluan
57
1. Desain Pembelajaran PAl
58
2. Proses Kegiatan Belajar Mengajar PAl
59
3. Kondisi Guru PAl
60
4. Kondisi Siswa SMU
61
5. Sarana dan Pasilitas Pembelajaran PAl
65
2. Sikap Kepala Sekolah dan Guru Lainnya
65
B. Deskripsi Pelaksanaan Pengembangan Model Pembelajaran
Terpadu pada Bidang Studi PAl
71
1. Tahap Perencanaan
71
2. Tahap Implementasi
72
a. Hasil Uji Coba Terbatas Tahap Pertama
71
b. Hasil Uji Coba Terbatas TahapKedua
84
c. Hasil Uji CobaTerbatas Tahap Ketiga
94
d. Hasil Uji Coba Luas Tahap Pertama
101
iv
e. Hasil Uji Coba luas Tahap Kedua
113
f. Hasil Uji Coba Luas Tahap Ketiga
C Pembahasan Hasil Penelitian
120
133
1. Kondisi Pembelajaran PAl Saat ini
133
2. Model Pembelajaran Bidang Studi PAl yang dapat
Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
137
a. Relevansi Model Pembelajaran Terpadu dengan Bidang
Studi PAl
i37
b. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang
Studi PAlyang dapat Meningkatkan Akhlak Siswa SMu ..141
c. Implementasi Model Pembelajaran Bidang Studi PAl
Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
148
3. Efektivitas Model Pembelajaran Terpadu Bidang Studi PAl
dalam Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
BAB V
: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
159
B. Rekomendasi
165
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
154
167
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Aspek-aspek yang Terlibat dalam Penelitian
12
Gambar 2 .1 : Peta Tentang Kegiatan Pembelajaran
30
Gambar 2.2 : Desain Materi Model Pembelajaran Terpadu
46
Gambar 3.1 : DrafDesain Model pembelajaran Terpadu
52
Gambai- 4.1: DrafDesain Model pembelajaian Terpadu Uji Coba Terbatas
72
Gambar 4 .2 : Prosedur Pengorganisasian Materi
74
Gambar 4.3 : Prosedur Pengorganisasian Materi
85
Gambar 4.4 : Prosedur Pengorganisasian Materi
94
Gambai- 4.5 : Prosedur Pengorganisasian Materi
103
Ganibar 4.6 : Perubahan Desain Model pembelajaran Terpadu Hasil Uji Coba
132
Gambar 4 7 : Model Pembelajaran Terpadu
149
Gambar 4 8 : Format Desain Akhir Model Pembelajaran Terpadu
150
Gambar 4.9 : Prosedur Pengorganisasian Materi
151
Gambar 4.10 : Perkembangaii Akhlak Siswa Selama Implementasi Model
Pembelajaran Terpadu Bidang Studi PAl di SMU
157
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran PAl
62
Tabel 2 : Perilaku Siswa Selama Pembelajaran PAl
62
Tabel 3 : Harapan Siswa Terhadap Cara Mengajar Guru Agama Islam
64
Tabel 4 : Perilaku Siswa dalam Mengikuti Penjelasan Guru
78
Tabel 5 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
79
Tabel 6 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
80
Tabel 7 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
80
Tabel 8 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
81
Tabel 9 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
81
Tabel 10 : Kemampuan Memecahkan Masalah
82
Tabel 11 : Perilaku Siswa dalam Mengikuti Penjelasan Guru
89
Tabel 12 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
90
Tabel 13 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
91
Tabel 14 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
91
Tabel 15 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
92
Tabel 16 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
92
Tabel 17 : Kemampuan Memecahkan Masalah
92
Tabel 18 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Zikir dan Do'a
97
Tabel 19 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
98
Tabel 20 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
98
Tabel 21 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
99
Tabel 22 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
99
xi
Tabel 23 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
100
Tabel 24 : Kemampuan Memecahkan Masalah
100
Tabel 25 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Membaca al Quran
107
Tabel 26 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
108
Tabel 27 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
109
Tabel 28 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
110
Tabel 29 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
HO
Tabel 30 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
Ill
Tabel 31 : Kemampuan Memecahkan Masalah
HI
Tabel 32 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Membaca al Qufan
116
Tabel 33 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
116
Tabel 34 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
117
Tabel 35 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
118
Tabel 36 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
118
Tabel 37 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
119
Tabel 38 : Kemampuan Memecahkan Masalah
119
Tabel 39 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Membaca alQufan
123
Tabel 40 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
124
Tabel 41 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
125
Tabel 42 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
126
Tabel 43 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
127
Tabel 44 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
127
Tabel 45 : Kemampuan Memecahkan Masalah
128
Tabel 46 : Perkembangan akhlak Siswa Selama Uji Coba Model Terpadu
152
xu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadi
landasan moral, dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
merupakan variabel yang tidak dapat diabaikan dalam mentransformasi ilmu
pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai akhlak. Hal tesebut sesuai dengan fungsi dan
tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 dinyatakan pada pasal 3 yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pusat data
dan Informasi Balitbang Depdiknas 2003)
Semua program pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan
dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Rancangan program
pendidikan di setiap jenjang dan jenis pendidikan disebut dengan istilah kurikulum.
Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau
programpendidikan untukdilaksanakan olehguru di sekolah.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan
siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia, cerdas, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kaitannya dengan pendidikan agama, ia merupakan bagian integral dari
pendidikan nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasat 33 ayat 2 bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat antara lain pendidikan agama", dalam hal mi adalah Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam dilaksanakan untuk mengembangkan potensi keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia.
Menurut Riley (1998) "pendidikan agama merupakan pengajaran tentang
keyakinan, ibadah dan kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan
dalam kerriduparmya sebagai upaya pengembangan diri". Sedangkan Daradjat (2001:
172) menjelaskan bahwa "pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar
dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia
beragama". Secara lebih khusus lagi pengertian pendidikan agama Islam diungkapkan
oleh PuskurBalitbang Depdiknas (2001:8) menyatakan bahwapendidikan agama Islam
adalah:
Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kita suci Al-Qur'an dan
Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan
pengalaman.
Pendidikan agama Islam dengan demikian adalah untuk memperkuat keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Menurut Azra (1999:57)
bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai tingkatannya dalam sistem
pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertakwa serta
berakhlak mulia".
Kedudukan tersebut menjadi lebih urgen lagi untuk jenjang pendidikan tingkat
SMU, di mana mereka yang berusia antara 15-19 tahun yang hampir disepakati para
ahli jiwa kelompok umur ini berada pada masa remaja, dengan "situasi dan kondisi
sosial dan emosionamya yang belum stabil" (Daradjat, 1975:11-12), sementara tunrutan
yang akan dihadapinya semakin besar dan rumit yaitu dunia perguruan tinggi atau
3
dunia kerja/masyarakat. Karenanya rumusan tujuan pendidikan agama Islam di sekolah
menengah umum adalah dalam rangka untuk:
Meningkatkan keyakinan, peraahaman, penghayaian dan pengalaman siswa
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa danbemegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi (GBPP PAl 1995)
Tujuan tersebut menggambarkan akan kesadaran tentang pentingnya pendidikan
yang memberikan kepedulian pada pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa
serta berakhlak mulia. Kesadaran tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia akan dapat
menciptafcan keharmonisan dalam kehidupan baik pribadi, berbagsa dan bemegara.
Karena menurut konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang haras
diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasiHcan prestasi rohani yang
disebut taqwa. Amal saleh itu. menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk
kesalehan pribadi; hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesalehan
sosial (solidaritas sosial), serta hubungan manusia dengan alam sekitar.
Kuaiitas amal shaieh akan menentukan derajat ketakwaan (prestasi
roham/iman) seseorang di badapan Allah SWT, dan akhlak merupakan salah satu
alat ukur kuaiitas amal shaieh, hal tersebut sesuai dengan Hadits Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Turmidzi (Nata, 1996:2) yang artinya "Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya" Gimnastiar (2002:5)
mengungkapkan bahwa puncak derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kuaiitas
akhlaknya. Al-Abrasyi (1974:15) mengatakan bahwa "mencapai akhlak yang mulia
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan".
Akhlak pada dasarnya melekat pada diri seseorang, bersatu dengan perilaku
atau perbuatan. Jika perilakuyang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk.
4
Sebaliknya apabila akhlak yang melekat itu baik, maka disebut akhlak yang baik atau
yang disebut akhlakul karimah. Al-Ghazali mengungkapkan istilah akhlak dalam
bukunya Ihya Ulumuddin (Amin, 1995:63) dengan pengertian "sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan".
Akhlak yang ditawarkan Islam •berdasarkan nilai-nilai mutlak yang bersumber
pada Al-Qur'an dan Hadits dan dalam pengembangannya dijabarkan melalui akal
manusia melalui usaha ijtihad. Pemikiran dalam bentuk konsep etika dan moral dapat
digunakan untuk menjabarkan berbagai ketentuan akhlak yangmutlak.
Tujuan pendidikan akhlak secara umum adalah "agar tercipta kehidupan
masyarakat yang tertib, damai, harmonis, tolong menolong" (Amin, 1995: 66). Tujuan
berakhlak sebenamya adalah untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Akhlak pada
dasarnya merupakan suatu ajaran yang diberikan Allah dan Rasul-Nya untuk menjaga
harkat dan martabat manusia agar tidak jatuh ke dalam kehidupan yang hina, dan agar
hidup manusia mendapatkan kemudahan dan kebahagiaan.
Kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMU dirancang
untuk mengantarkan siswa kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT serta pembentukan akhlak yang mulia. Keimanan dan ketakwaan serta kemuliaan
akhlak sebagaimana yang tertuang dalam tujuan akan dapat dicapai dengan terlebih
dahulu jika siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan benar terhadap
ajaran agama Islam, sehingga teinternalisasi dalam penghayatan dan kesadaran untuk
melaksanakannya dengan benar. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran PAl
yang dirancang seharusnya dapat menghantarkan siswa kepada pengetahuan dan
pemahaman yang utuh dan seimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan tentang
agama Islam, kemampuan melaksanakan ajarannya serta pengembangan nilai-nilai
akhlakul karimah.
5
Proses belajar mengajar agama Islam di SMU ditandai oleh adanya interaksi
antara komponen; tujuan pendidikan dan pengajaran, siswa, gum, perencanaan
pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, metode, media dan evaluasi. Semua
komponen tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran. "Proses pengajaran dapat terselenggara dengan lancar, efisien,
dan efektif bila adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktifantara berbagai
komponen yang terkandung dalam sistem pembelajaran tersebut" (Hamalik 2001: 78).
Gum yang profesional memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan semua
komponen tersebut sehingga dapat berinteraksi secara positif.
Gum PAl yang profesional memiliki kemampuan dan kesediaan serta tekad
untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan agama yang telah dirancang melalui
proses dan produk kerja yang bermutu, sehingga akan menampilkan pribadi yang
mengusai materi PAl, terampil dan kreatif dalam menyajikan materi, menguasai
berbagai strategi dan metode mengajar, serta juga menyelaraskan antara materi yang
disampaikan dengan tindakan sehari-hari.
Gum PAl merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuaiitas
pembelajaran pendidikan agama Islam. Menurut Gage (1964:139) perilaku gum
dipandang sebagai "sumber pengaruh" sedangkan tingkah laku yang belajar sebagai
"efek" dari berbagai proses, tingkah laku dan kegiatan interaktif. Para pakar
menyatakan bahwa, "betapapun bagusnya kurikulum {official), hasilnya sangat
tergantung pada apa yang dilakukan oleh gum dalam kelas "curriculum actual'
(Syaodih, 1997: 194). Kreatifitas gum dalam memilih dan melaksanakan berbagai
pendekatan dan model pembelajaran, berpengaruh terhadap kuaiitas pembelajaran. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat (Jarolimek, 1986 dan Djahiri, 1992) bahwa "model
pembelajaran yang digunakan gum berpengaruh terhadap kuaiitas proses belajar
mengajar yang dilakukan".
Faktor lain yang mempengaruhi kuaiitas pembelajaran PAl adalah siswa. Siswa
SMU dilihat dari tingkat perkembangan intelektualnya telah mampu berpikir logis
tentang berbagai gagasan yang abstrak, karena menurut Sigelman & Shafer 1995
(Yusuf, 2001:193) "perrumbuhan otak mencapai kesempumaan dari mulai usia 12-20"
tahun. Dengan demikian maka model dan strategi pembelajaran PAl di SMU disajikan
untuk memfosilitasi perkembangan kemampuan berpikirnya melalui penggunaan
metode mengajar yang mendorong siswa untuk aktif bertanya, mengemukakan
pendapat, atau mengujicobakan suatu materi, melakukan dialog, dan diskusi. Sehingga
pembelajaran PAl mengandung makna serta fungsi dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran yang bermakna dan fungsional dalam kehidupan dapat meningkat minat
belajar dan kesadaran untuk mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan seharihari.
Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut
Departemen Agama (1999:33) memiliki ciri-ciri seperti: "(1) kemampuan siswa
heterogen, (2) waktu/jam pelajaran Agama Islam terbatas, (3) minat siswa lebih besar
pada mata pelajaran lain, dan (4) sarana dan prasarana pendidikan agama Islam masih
terbatas".
Beberapa hasil penelitian yang menggambarkan kondisi pembelajaran PAl di
lapangan, misalnya yang dilakukan oleh Towaf (1996) mengungkapkan adanya
kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain: (1) pendekatan
masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama Islam menyajikan normanorma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik
kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian; (2)
Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah sebenamya lebih
menawarkan minimum informasi, dan gum PAl seringkali terpaku padanya sehingga
semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi
kurang rumbuh; (3) Sebagai dampak yang menyertai temuan nomor tiga gum PAl
kurang bempaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk
pendidikan agama Islam; (4) Keterbatasan sarana, mengakibatkan pengelolaan
cenderung seadanya.
Hasil penelitian lain yang mengambarkan kelemahan pembelajaran PAl seperti
yang dilakukan oleh Nurdin (1992: 102-108) dalam penelitiannya tentang "Perilaku
Mengajar Gum Agama Lulusan Program SI Fakukltas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Padang", menemukan antara lain: (1) sebagian gum agama Islam tidak memiliki
persiapan mengajar, seperti pembuatan Satpel, (2) sebagian gum agama menggunakan
metode tunggal dalam pengajaran pendidikan agama Islam (PAl), yaitu ceramah dan
sedikit tanya jawab. (3) penilaian yang dilakukan terbatas pada pengetahuan koginitif
dan psikomotor pada tingkat rendah. (4) penguasaan gum terhadap materi PAl sangat
tergantung pada aktivitas gum di Masyarakat, gum Agama yang sering memberikan
cermah lebih menguasai ketimbang gum yang hanya mengajar saja, padahal sebagian
besar gum agama hanya bertugas sebagai gum agama di sekolah saja.
Penelitian Balyai (1999: 100) tentang "Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam di SMA", menemukan: (1) Gum Pendidikan agama Islam (PAl) sering
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan demontrasi, (2) Guru-guru PAl tidak
memperlihatkan adanya perbedaan langkah-langkah mengajar untuk topik yang
berbeda seperti Tauhid, Ibadah, Syariah, Akhlak, Tarikh, Membaca Alqur'an. Padahal
setiap topik menuntut metode dan langkah masing-masing. (3) Perilaku Gum PAl
menunjukkan aktualisasi nilai-nilai Islam, baik untuk pembinaan diri sendiri maupun
pembinaan orang lain, antara lain perilaku sabar dan bersilaturahmi, serius dan patuh,
penuh perhatian dan adil.
Umar (2001:75-77) dengan penelitiannya tentang "Upaya Gum Pendidikan
Agama Islam dalam Membina Siswa Menjadi Manusia yang Berakhlak Mulia"
8
menemukan: (1) Gum PAl kurang memadukan antar materi PAl, (2) Bobot materi
Muamalah, Syari'ah, Ibadah, Alqur'an, Tarikh terkesan kurang berimbang. (3)Evaluasi
belum dilaksanakan gum PAl secara komprehensif. Selanjutaya Marhamah (2002: 93-
98) dengan penelitiannya tentang "Pengembangan Model Pembelajaran Kelompok
'Cooperative Learning' pada Pendidikan Agama Islam SD", salah satu temuannya
mengungkapkan bahwa: Gum Agama Islam sering bertindak sebagai sumber tunggal
bagi siswa selama berlangsung proses belajar mengajar, penyajian materi lebih banyak
menggunakan metode ceramah, siswa hanya mendengar, mencatat apa yang
disampaikan gum, sehingga hanya terjadi transfer pengetahuan saja kepada siswa.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bafadhal (2000:29) terhadap kurikulum PAl
1994 meyimpulkan temuannya "bahwa kurikulum PAl 1994 memiliki beberapa
keterbatasan yaitu; padat misi, padat materi, porsi kognitifyang tinggi".
Beberapa hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa rancangan kurikulum
dan proses pembelajaran PAl di sekolah umum memiliki banyak kelemahan, sehingga
berpengaruh pada efektivitas pencapaian tujuan.
Tugas pembelajaran pendidikan agama Islam temtama dalam membentuk
karakter peserta didik menjadi seorang yang berakhlak mulia banyak dikritik dan
bahkan menumt Azra (2002:178) dinilai "gagal" temtama pada pendidikan tingkat
menengah. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa kejadian di lapangan misalnya
sering kita lihat dibeberapa media masa yang memberitakan tentang keterlibatan siswa
SMU dalam tindak kekerasan massal, seperti tawuran. Data yang direkam Direktorat
Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya dan sekitamya menyebutkan beberapa kasus
tawuran pelajar antara lain:
...padatahun 2000 ada 197 kasus dan tahun 2001 ada 123 kasus. Pelajar tewas
tahun 2000 tercatat 28 orang dan tahun 2001 sebanyak 23 orang. Sedang pelajar
yanglukaberat tahun 2000 ada22 orang dan tahun 2001 ada32 orang. Kasus yang
lebih mencemaskan lagi adalah bahwa para pelajar mulai berani melakukan
kekerasan seperti penodongan, pembajakan kendaraan umum, merampok
penumpang dan tidak segan-segan melukai korbannya. (Isnia: 24 Juli 2002
Republika Online).
Kasus lain yang menggambarkan menurunnya akhlak siswa SMU adalah
penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat, data terakhir menumt Sianipar
(Republika 7 April 2003) "pengguna narkoba untuk siswa tingkat SMU sudah
menunjukkan sekitar 10 ribu orang".
Azra (2002:178) mengungkapkan bahwa "kemorosotan akhlak peserta didik
disebabkan gagalnya pendidikan agama di sekolah". Dalam batas-batas tertentu seperti
yang dikemukakan di atas memang diakui bahwa pendidikan agama memiliki
kelemahan-kelemahan tertentu, seperti jumlah jam yang sangat minim, materi
pendidikan agama yang terlalu banyak teoritis, pendekatan yang cenderung bertumpu
pada aspek kognisi dari pada afeksi dan psikomotorik peserta didik. Sehingga
pendidikan agama kurang bermakna dan fungsional dalam membentuk akhlak yang
mulia. Senada dengan itu Hajar (2001: 124) mengatakan salah satu faktor yang
menyebabkan kurang efektifhya pendidikan agama di sekolah adalah penggunaan
pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai. Fragmentasi materi dan terisolasinya
atau kurang terkaitnya dengan materi mata pelajaran lain, bahkan antar sub mata
pelajaran pendidikan agama Islam itu sendiri. Kendala lain, materi pendidikan agama
Islam lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam
pembentukan sikap (afektif) sertapembiasaan (psikomotorik).
Kalau kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam tersebut dianggap
sebagai penyebab gagalnya pendidikan dalam membentuk karakter perserta didik yang
berakhlak mulia, maka
kiranya perlu peninjauan kembali secara kritis dan
komprehensif terhadap kurikulum dan model pembelajaran yang digunakan, karena
kurikulum dan pembelajaran merupakan titik sentral dunia pendidikan, temtama
pendidikan formal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana (1988:4) salah satu
10
fungsi kurikulum adalah "untuk membantu peserta didik mengembangkan pribadinya
kearah tujuan pendidikan".
Tuntutan untuk mengkiritisi kurikulum dan pembelajaran PAl semakin dirasa
penting apabila dihubtmgkan dengan kondisi sekarang, di mana abad ke 21 mempakan
abad ilmu pengetahuan, abad adanya korelasi antara penyebaran dan penguasaan ilmu
pengetahuan dengan kekuatan poliuk dan ekonomi (Don Tapscott, 1996. 307). Era ilmu
ini ditandai dengan semakin luas penyebaran dan kontrol ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia, sehingga sebuah masyarakat yang tidak memilikinya pasti akan
kehilangan kekuatan politik dan ekonomi. Masyarakat yang akan datang seperti yang
dikatakan Tilaar (1999: 194) mempakan masyarakat yang berkembang atas dasar
penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Keadaan tersebut tentunya menuntut
pendidikan dan kurikulum yang berbeda dengan sekarang.
Menumt Semiawan
(Sindhunata, 2000:19) "kurikulum masa depan memerlukan wawasan yang berbeda
dari pada kurikulum yang sekarang dihadirkan". Kurikulum menurutnya seharusnya
bukan saja merefleksikan content-nya yang selama ini kita pahami, tetapi juga adalah
caranya pembelajaran itu dilakukan dalam konteks tertentu dan dalam kaitan dengan
populasi sasaran tertentu. (context analysis, content analysis and target group analysis)
Kurikulum menurutnya hams memiliki landasan tersebut, yang secara eksplisit
mencakup misi rancangan belajamya. Sehingga pendidikan dapat menghasilkan
keluaran dalam bentuk Sumber Daya Manusia yang memiliki kuaiitas tinggi dalam
bidang intelektual, spritual, akhlak, skill, instuisi dan kepekaan sosial agar memiliki
kemampuan kooperatif dan keunggulan kompetitif dalam percaturan global.
B. Perumusan Masalah
Era globalisasi membawa dampak yang signifikan terhadap perubahanpembahan tata nilai kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk perubahan tata nilai
tersebut seperti diungkapkan Naisbitt dan Aburdene (Rahmat, 1991:71) dalam
11
Megatrends 2000, adalah "lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis,
materialistis dan hedonistis". Keadaan ini berlawanan dengan ajaran Islam sekaligus
tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu pendidikan agama Islam
diharapkan dapat mengatasi dampak negatif tersebut dengan menggunakan berbagai
model dan strategi yang dapat menjawab tantangan tersebut.
Pada sisi lain pelaksanaan proses belajar mengajar PAl khususnya di SMU
belum dilaksanakan secara optimal, sehingga perannya sebagai mata pelajaran yang
berorientasi pada pembentukan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
serta akhlak mulia belum dapat dicapai secara efektif. Beberapa bal yang menyebabkan
rendahnya peranan dan efektifitas pendidikan agama Islam dalam membentuk peserta
didikyang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia adalah:
a.
Pendidikan agama Islam selama ini dilaksanakan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yanghendak dicapai.
b. Materi pembelajaran PAl yang lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah,
terisolasi atau kurang terkait dengan mata pelajaran lain dan bahkan antar sub
mata pelajaran PAl itu sendiri, yakni antara unsur Al-Qur'an, Keimanan,
Akhlak, Fiqih dan Sejarah Islam (Tarikh) yang disajikan sendiri-sendiri.
c. Model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih menekankan pada
pengayaan pengetahuan (kognitif) dari pada pembentukan sikap (afektif) serta
pembiasaan (psikomotorik). Sehingga pendidikan Islam yang bertujuan untuk
membentuk siswa yang memiliki pengetahuan tentang ajaran agama Islam serta
mampu mengaplikasikan dalam bentukakhlakmuliasusah digapai.
Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanaan pembelajaran PAl di sekolah
semakin mendesak apabila dikaitkan dengan kenyataan di lapangan yakni adanya krisis
kepercayaan, yang ditandai munculnya ketegangan, konflik di beberapa daerah. Krisis
akhlak yangtandai dengan semakin banyaknya kejahatan, baik berapa tindak kekerasan
12
seperti; tawuran, penyalahgunaan NARKOBA dan Iain-lain. Melalui pendidikan agama
Islam yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan para siswa akan dapat
menghindari sifat-sifat tercela tersebut.
Dalam mengkaji pendidikan agama Islam yang dapat meningkatkan akhlak
siswa di sekolah tidak dapat dilepaskan dengan unsur-unsur seperti: Gum, siswa,
kurikulum, lingkungan, model pembelajaran serta hasil belajar yang diharapkan baik
yang bempa dampak pengajaran maun dampak penggiringnya. Aspek-aspek tersebut
dapatdipetakan dalam bentuk bagan berikut ini:
2. KURIKULUM
0AMPAK
reNOAJARAN
*teWMat*r!
- £v*ltMWl
SIBWA
i
\
MODEtPEMB6LAJARAN
i
k
' 'wmmmmm''"
*K*la»
....
* Swkolah
'.DAMPAK .
Bagan 1. 1
Aspek-aspek Yang Terlibat dalam Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Bidang Studi PAl
Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
Aspek-aspek yang terlibat dalam pengembangan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan akhlak siswa ini adalah meliputi guru, siswa, kurikulum yang
berlaku, lingkungan, model pembelajaran yang dilaksanakan serta hasil belajar yang
diharapkan setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Sebelum merumuskan fokus
masalah dirasa perlu menjelaskan terhadap beberapa istilah dalam aspek-aspek
penelitian ini yaitu seperti:
a. Model Pembelajaran; yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pola
pembelajaran yang bempa seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewujudkan suatu prosespembelajaran.
b. Hasil belajar; hasil belajar siswa yang mempakan dampak pengajaran meliputi
peningkatan kemampuan memahami materi pelajaran secara utuh dan
13
mendalam. Sedangkan hasil belajar dalam bentuk dampak penggiring yang
meliputi peningkatan kemampuan mengembangkan sikap bekerja sama,
bertanggung jawab, sopan santun, toleransi, jujur an saling menghargai.
c. Kurikulum; yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran PAl
SMUyang meliputi tujuan,materi/isi, strategi serta evaluasi pembelajaran.
d. Gum yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Gum PAl yang mengajar
diSMU.
e. Siswa; yang dimaksudkan dalam aspek penelitian ini adalah peserta didik yang
sedanng aktif belajar di SMU.
f. Lingkungan; adalah situasi dan kondisi lingkungan sekolah dan kelas yang ikut
mempengauhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pada uraian di atas, rencana penelitian ini membatasi kajian
permasalahannya dengan fokus sebagai berikut: "Bagaimana Model Pembelajaran
Bidang Studi Pendidikan Agama Islam yang dapat Meningkatkan Akhlak Siswa
Sekolah Menengah Umum (SMU) di Banjarmasin". Agar lebih jelas maksud fokus
masalah tersebut maka dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yang lebih rinci,
yakni:
1. Bagaimana kondisi pembelajaran PAl yang berlangsung pada SMU di
Banjarmasin?
2. Bagaimana model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan akhlak siswa?
3. Bagaimana efektivitas model tersebut untuk meningkatkan akhlak siswa SMU di
Banjarmasin?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran
bidang studi Pendidikan Agama Islam yang dapat meningkatkan akhlak siswa di SMU.
Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
' T"
'"
14
1. Untuk mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran bidang studi Pendidikan
Agama Islam di SMU di Banjarmasin yang berlangsung saat ini.
2. Untuk mengembangkan model pembelajaran bidang studi pendidikan agama Islam
yang dapat meningkatkan akhlak siswa SMU diBanjarmasin.
3. Untuk memperoleh gambaran efektivitas hasil pengembangan model pembelajaran
bidang studi pendidikan agama Islam yang dapat meningkatkan akhlak siswa SMU
di Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip yang dapat
memperkaya teori kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem, yang mempakan
bagian dari sistem persekolahan pada tingkat menengah, khususnya pengembangan
kurikulum dalamdimensi proses.
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
tentang pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan akhlak siswa
melalui bidang studi pendidikan agama Islam kepada berbagai pihak temtama:
a.
Bagi gum bidang studi pendidikan agama Islam diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan model pembelajaran bidang
studi Pendidikan Agama Islam.
b.
Bagi pihak pengelola pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai suatu bahan masukan dalam mengembangkan dan menyebarluaskan
model pembelajaran, khususnya model pembelajaran pendidikan agama Islam.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
masukan/informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode Research and development yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu model pembelajaran guna menghasilkan suatu desain
pembelajaran yang dapat meningkatkan akhlak siswa. Metode ini merujuk kepada teori
Borg & Gall (1979: 626) yang mengemukakan langkah-langkah umum dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan yakni sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan informasi, termasuk di dalamnya review literatur, dan
observasi kelas,
2. Perencanaan, termasuk di dalamnya mendefenisikan keterampilan, menetapkan
tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam skala kecil,
3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan termasuk di dalamnya persiapan
materi belajar, buku-buku yangdigunakan dan evaluasi,
4. Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dalam uji jumlah terbatas. Dalam hal ini
dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara, dan observasi,
5. Revisi terhadap produk utama, didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan,
6. Uji coba utama, melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak. Data
kuantitatif bempa pretest dan posttest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai
dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan
kelompok kontrol,
7. Revisi produk operasional, dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama,
8. Uji coba operasional yang melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak
lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara
untuk kemudian dianalisis,
48
9. Revisi produk terakhir berdasarkan hasil uji coba operasional,
\'
10. Diseminasi dan distribusi. Pada langkah ini dilakukan monitoring s<
terhadap kuaiitas produk.
Mengacu pada langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall tersebut,
maka penelitian ini menyederhanakannya menjadi tiga langkah pengembangan, yaitu:
1) Studi Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah:
a. Mengkaji beberapa literatur yang terkait untuk mendapatkan gambaran model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
b. Melakukan pra survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi
pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti desain pembelajaran PAl, pokok bahasan, gum, siswa,
proses belajar rnengajar, dan sarana/fasihtas yang tersedia.
2) Merancang dan Penyusunan Model
Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan dan penyusunan model adalah:
a. Need assessment dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap strategi
merancang materi, mengelola kelas, menyajikan materi serta evaluasi yang dapat
meningkatkan akhlak siswa
b. Menyusun desain model pembelajaran PAl yang meliputi: (1) wacana/materi; (2)
tujuan; (3) metode mengajar; (4) strategi pengajaran; (5) media pengajaran; dan (6)
alat evaluasi.
c. Merencanakan uji coba lapangan yang meliputi: (1) bentuk kegiatan; (2) tempat
kegiatan; (3) waktu.
d. Validasi model dengan mendiskusikan kepada para ahli kurikulum (dosen
pembimbing) untuk memperbaiki draf awal model yang siap diujicobakan.
50
3) Uji Coba Model
Kegiatan uji coba dilakukan pada kelas tebatas, dan kelas yang lebih luas.
Kegiatan yang dilakukan dalam uji coba terbatas adalah Implementasi desain model
pembelajaran yang ditetapkan pada satu kelas, kemudian dilakukan evaluasi proses,
revisi untuk penyempurnaannya.
B. Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data
Data yang
diperlukan dalam penelitian ini akan diungkapkan dengan
menggunakan teknik utama observasi dan dilengkapi dengan angket. Wawancara dan
studi dokumentasi. Secara rinci teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Teknik Observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas, perliaku dan keadaan:
a. Gum Agama Islam, dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas baik
ucapan maupun tindakannya dalam meningkatkan akhlak siswa, khususnya
yang berkaitan dengan strategi dan teknik mengelola sumber belajar, kondisi
lingkungan belajar, sarana dan fasilitas yang ada serta teknik penilaian yang
digunakan SMU.
b. Siswa, untuk memperoleh gambaran proses belajar mengajar PAl yang
dilakukan oleh siswa, aplikasi nilai-nilai akhlak yang diperlehnya melalui
proses pembelajaran PAl yang diterapkan dalam bentuk pola perilaku, pola
berpikir maupun sikap di dalam kelas selama pembelajaran, seperti sikap
kepada guru dan teman-temannya, perhatian dan keseriusan, partisipasi
pembelajaran, disiplin, sopan santun serta kejujuran.
2. Teknik Wawancara dilakukan terhadap Gum PAl, Siswa dan Kepala Sekolah
a. Gum PAl, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan rumusan tujuan,
memilih dan mengembangkan program/bahan, model pembelajaran dan
51
b. penilaian proses serta hasil belajar mengajar yang dapat meningkatkan akhlak
siswa.
c. Siswa, untuk memperolehinformasi tentang proses pembelajarandengan model
yang diujicobakan pada bidang studi pendidikan agama Islam untuk
meningkatkan akhlak.
d. Kepala Sekolah, untuk memperoleh data gum Agama Islam, pola pembinaan
pelaksanaan tugas gum maupun perilaku siswa.
3. Teknik Angket ditujukan pada siswa, digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kebutuhan apa saja yang diperlukan siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan akhlak.
4.
Studi dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data tentang dokumen
kurikulum dan pokok bahasan setiap mata pelajaran pada bidang studi Pendidikan
Agama Islam, catatan latar belakang siswa (Perkembangan Akhlak dan data hasil
belajar materi PAl) dan data tertulis lainnya.
C. Prosedur Pengembangan Model
1. Penyusunan Perencanaan Model
Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rancangan model adalah sebagai
berikut:
a. Analisis model, yaitu model pembelajaran pendidikan agama Islam yang yang
dapat meningkatkan akhlak siswa di SMU.
b. Pengkajian model yang relevan dengan pendidikan siswa usia SMU.
c.
Penentukan sistematika model.
d. Penentuan kriteria keberhasilan model.
2. Penyunan Draf Rancangan Model
Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
telah dilakukan di sekolahyang menjadi tujuan penelitian ini dan kajian literaturyang
mendukung terhadap pengembangan model pembelajaran PAl. Langkah-langkah yang
52
dilakukan dalam penyusunan mode 1
ini meliputi: (a) menetapkan tujuan; (b)
menetapkan materi/tema sentral yang diberikan kepada siswa; (c) mengembangkan
perencanaan pengajaran; (d) proses
pembelajaran; (e) menetapkan metode; (f)
menetapkan alokasi waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran;
(g)
mengembangkan alat evaluasi.
Format desain pembelajaran yang mengandung langkah-langkah yang akan
dikembangkan adalah sebagai berikut:
DESAIN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Pokok Bahasan
Tujuan Pembelajaran:
Prosedur Pembelajaran
Fase pertama: Penyajian Materi
1. Menyatakan tujuan pembelajaran
2. Menyajikan materi dengan konsep memadukan antara pokok bahasan PAl yang
terdiri dari unsur Akidah, Akhlak dan Fiqih serta Tarikh
3. Mengkaitkan dengan pembentukan akhlak yang mulia
Fase kedua: interpretasi data dengan cara mengajukan, membandingkan dan menjelaskan
analogi.
1. Meminta siswa secara aktif dan kreatif memahami konsep tema yang dibahas
2. Meminta siswa untuk mendeskripsikan hasil belajamya
3. Meminta siswa untuk membandingkan konsep dengan yang dipratekkan di
lingkungan masyarakat
4. Mendorong siswa untuk berani mengajukan pendapatnya
5. Membimbing siswa untuk menemukan konsep nilai-nilai akhlak mulia
6. Mendorong siswa untuk menerapkan nilai-nilai akhlak mulia dan menghindari
sifat-sifat tercela.
Fase ketiga: Aplikasi
1. Membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas secara individual/kelompok
2. Mendiskusikan hasil pekerjaan
Fase keempat: Penutup
1. Meminta siswa merangkum pembelajaran
2.
Memberikan PR
Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku wajib dan Penunjang PAl serta Alquran
2.
Peta dunia
Eavluasi
Efektifitas dan efesiensi dilihat dari hasil belajar dan aktivitas siswa selama pembelajaran
yakni: tingkat disipifin, kejujuran, keberanian mengemukakan pendapat, menghargai orang
lain dan tingkat partisipasinya dalam
menciptakan keharomonisan selama proses
pembelajaran, sebagai dampak dari pengajaran.
Bagan 3.1
Desain Model Pembelajaran PAl
53
3. Ujicoba Model
Pelaksanaan uji coba dilakukan di Sekolah Menengah Umum (SMU) kelas 2
semester 1. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam ujicoba model adalah:
a. Persiapan ujicoba, dimulai dengan pengenalan model kepada kepala sekolah dan
gum, melalui informasi dan diskusi. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian
tugas kepada gum yang akan dilibatkan dalam ujicoba.
b. Pelaksanaan ujicoba. Ujicoba dilakukan dalamtiga tahapanyaitu:
•
Penyusunan rancangan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti bersama
gum.
•
Implementasi rancangan pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas
yang akan dilakukan oleh gum.
•
Evaluasi terhadap rancangan dan implementasi, yang dilakukan pada saat
implementasi dengan teknik observasi terhadap proses pembelajaran. Evaluasi
ini dilakukan oleh peneliti.
D. Interpretasi dan Analisis Data
1. Interpretasi data
Data hasil uji coba, divalidasi terlebih dahulu sebelum dilakukan interpretasi.
Menumt Nasution (1992:115) untuk mengecek validasi internal (kredibilitas) data,
dapat dipergunakan teknik trianggulasi. Maksudnya adalah data yang diperoleh di cek
kebenarannya dari sudut pandang yang biasa mengakses data yang relevan dengan
situasi pembelajaran. Kedua sudut pandang tersebut adalah gum dan sekolah, sehingga
data yang diperoleh memiliki validasi yang tinggi. Data yang telah divalidasi
diinterpretasikan berdasarkan kerangka teoritik, norma-norma yang disepakati dan
54
berdasarkan intuisi gum mengenai pembelajaran yang baik, sehingga diperoleh
kerangka referensi (frame of reference) yang memberikan makna terhadapnya.
Kerangka referensi ini dapat digunakan untuk menentukan langkah berikutnya.
2. Teknik Analisis Data
Mengingat pengembangan model ini adalah dalam rangka untuk melihat
dampak penggiringnya model pembelajaran terpadu yang dilakukan oleh gum PAl
terhadap perkembangan akhlak siswa, maka teknik analisa yang digunakan adalah ex
post facto yaitu peneliti melihat dampak model pembelajaran terpadu terhadap
perkembangan akhlak siswa teraatama pada saat pembelajaran PAl berlangsung.
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Umum Negeri 2 (SMUN 2)
dan Sekolah Menengah Umum Islam Sabilal Muhtadin (SMU Islam Sabilal Muhatdin)
di Banjarmasin. Alasan dipilihnya lokasi penelitian adalah mengingat sangat sedikit
penelitian tentang pengembangan model pembelajaran di Banjarmasin, maka penulis
merasa perlu melakukan penelitian di lokasi tersebut, di samping untuk mengetahui
model pembelajaran yang saat ini dilaksanakan oleh gum bidang studi Pendidikan
Agama Islam (PAl) pada SMU di Banjarmasin, serta penelitian ini dapat memberikan
nuansa dan pengalaman bam pada gum bidang studi Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Menengah Umum (SMU) di Banjarmasin tentang salah satu model
pembelajaran, yakni pembelajaran terpadu.
Subjek penelitian ini adalah gum bidang studi Pendidikan Agama Islam dan
siswa selama kelas II semester I. Komponen lainya seperti unsur pimpinan (Kepala
55
Sekolah) sebagai sumber informasi dalam penelitian. Penetapan Sekolah Menengah
Umum (SMU) yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yakni tempat
dilakukannya uji coba model pembelajaran, didasarkan pada kemungkinan dapat
dilakukan uji coba, artmya tidak ditemui hambatan dari pihak sekolah, adanya kemauan
dari pihak gum untuk melaksanakan pebelajaran sesuai dengan model pembelajaran
serta tidak ada hambatan dari siswa itu sendiri untuk mengikuti proses pembelajaran
model yang dikembangkan.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian pengembangan model pembelajaran terpadu bidang studi Pendidikan
Agama Islam di SMU Banjarmasin dilaksanakan pada bulan Mei s.d. Oktober 2003.
Kegiatan penelitian ini direncanakan sesuai dengan jadwal berikut:
Kegiatan
No
1
Studi Literatur
Pelaksanaan
Mei 2003
Hasil Penelitian Terdahulu
Pra Survei
Juni 2003
PenyusunanModel
Juli 2003
3
Sosialisasi Model
Agustus2003
4
Uji Coba Model (Terbatas)
September 2003
5
Uji Model (luas)
Oktober
2
Keterangan
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan model pembelajaran terpadu pada
bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAl) yang disajikan pada bagian terdahulu,
maka dapatdiperoleh kesimpulan berikut ini:
1. Kondisi pembelajaran PAl saat ini dilihat dari sudut:
(a) Desain pembelajaran PAl yang digunakan saat ini adalah mengacu dan
merupakan penjabaran dari GBPP PAl 1994 yang dituangkan dalam bentuk
satuan pelajaran. Ruang lingkup setiap satuan pelajaran yang disusun guru
meliputi rumusan tujuan pembelajaran, ringkasan materi, langkah-langkah
kegiatan belajar mengajar serta evaluasi. Tujuan pembelajaran yang dirancang
guru merupakan deskripsi kemampuan yang akan diperoleh siswa setelah
pembelajaran berakhir. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan mengacu pada
tujuan umumyang tercantumdalam GBPP PAl.
(b) Proses kegiatan pembelajaran PAl yang dilakukan guru selama ini melalui
langkah-langkah (1) Mencek kehadiran siswa, (2) Mengingatkan materi
pembelajaran yang telah lalu dan menginformasikan pelajaran yang akan
disajikan, (3) Menjelaskan materi pelajaran yang dibahas, (4) Kemudian
memeriksa LKS yang telah dikerjakan siswa di rumah, (5) Menjelaskan tagas
mengerjakan LKS selanj
BIDANG STUDI PENpiDIKAN AGAMA ISLAM
UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK SISWA SMU
DIBANJARMASIN
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
SALAMAH
NIM. 019589
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2003
DISETUJlJl DAN DISAHKAN OLEH PEYiBlMBfNC
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak
NIP.130609582
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Muhammad Alt, \\\A.
NIP.130809424
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. R. Ibrahim, M.A.
NIP.130217573
ABSTRAK
Penelitian mi berangkat dari pemikiran akan perlunya pembelajaran PAl yang
berkualitas dan dapat membentuk siswa yang berakhlak mulia, terutama pada siswa
tingkat SMU. Hal tersebut didasarkan atas analisa terhadap pelaksanaan PAl di sekolah
yang cenderung hanya memperhatikan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif
dan konatif volutif, yaitu kemauan dan tekad untuk mengamal nilai-nilai ajaran agama
sehingga dapat membentuk siswayang berakhlak mulia.
Berdasarkan pemikiran tersebut, dirumuskan permasalahan utama dari
penelitian ini yaitu: Bagaimana Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
dapat meningkatkan Akhlak Siswa di SMU. Penelitian ini bertujuan untuk
menegembangkan model pembelajaran bidang studi PAl yang dapat meningkatkan
akhlak siswa di SMU. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and
Development, dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, angket
dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Umum (SMU)
Banjarmasin.
Langkah-langkah pengembangan model dalam penelitian ini meliputi: Studi
pendahuluan dan kajian literatur, Penyusunan draf model, Implementasi dan Evaluasi
model. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian literatur, maka penelitian ini
mengembangkan model pembelajaran terpadu pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam untuk meningkatkan akhlak siswa di SMU. Pembelajaran terpadu yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah keterpaduan pengorgasian materi PAl, yakni
setiap tema yang ditetapkan disajikan secara terpadu dengan unsur akidah, akhlak, fiqih
dan tarikh, dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif.
Prosedur pelaksanaan model pembelajaran ini meliputi penyusunan desain yang
meliputi perumusan tujuan, penetapan tema/materi, penetapan prosedur serta evaluasi
pembelajaran. Sedangkan pada tahap impelmentasi meliputi tahap orientasi, eksplorasi,
klarifikasi dan kesimpulan. Pada tahap orientasi guru menginformasikan tujuan
pembelajaran dan ruang lingkup tema secara garis besar, pada tahap eksplorasi kegiatan
dalam kelompok diskusi berusaha menggali dan menemukan pemecahan masalah yang
menjadi tugasnya dan kemudian dipresentasikan pada diskusi tingkat kelas, selanjutaya
tahap klarifikasi guru menjelaskan hal-hal penting dari tema yang dibahas, kemudian
tahap kesimpulan guru dan siswa menyimpulkan hasil pembahasan terhadap tema.
Tahap evaluasi meliputi evaluasi hasil belajar dilakukan dengan teknik tes dan non tes,
sedangkan evaluasi proses dilakukan dengan teknik observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran terpadu, dengan
pendekatan siswa aktif dapat meningkatkan peran serta aktif siswa dalam pembelajaran
dan peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam memahami materi PAl yang lebih
mendalam dan utuh. Di samping itu yang penting dari model ini juga adalah memiliki
dampak penggiring dalam meningkatkan perkembangan akhlak siswa SMU terutama
yang dapat diamati selama proses pembelajaran terpadu seperti sikap disiplin dan
perhatian dalam belajar, tanggung jawab terhadap tugas, toleransi dalam perbedaan
pendapat, sopan santun dalam menyampaipendapat, tolong menolong dan kerjasama.
Dengan denukian akhirnya disarankan kepada sekolah untuk melaksanakan
model pembelajaran terpadu pada bidang studi PAl serta melengkapi pasilitas seperti
buku-buku agama Islam yang dapat mendukung pelaksanaan model ini.
111
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ni
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
viii
DAFTARGAMBAR
x
DAFTARTABEL
BAB I
,
,
xi
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
]
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
II
C. Tujuan Penelitian
13
D. Mafaat Penelitian
14
BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kurikulum Bidang Studi Agama Islam SMU
15
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
15
2. Tujuan, Fungtfi dan Ruang Lingkup PAl
16
3. Analisis Kurikulum PAl
18
B. Konsep Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam
21
1. Pengertian Akhlak
21
2. RuangLingkup dan Tujuan Pengajaran Akhlak
23
3. Pengembangan Pembelajaran PAl yang Berorientasi
Pendidikan Nilai/Akhlak
C. Pengertian dan Jenis-Jenis Model Pembelajaran
24
28
1. Pengertian Model Pembelajaran
27
2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
31
a. Model Classroom Meeting
31
b. Model Cooperative Learning
32
a. Model IntegratedLearning
33
1)Pengertian Model Pembelajaran Terpadu
34
2) Tipe Pembelajaran Terpadu
35
Mil
3) Karakteristik Pembelajaran Terpadu
38
D. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang
BAB III
BAB IV
Studi PAl Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa
40
1. Relevansi Model Pembelajaran Terpadu dengan PAl
40
2. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran
3. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran
43
45
: METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Langkah-Langkah Penelitian
48
B. Teknik dan Tajhapan Pengumpulan Data
50
C. ProsedurPengpmbangan Model
51
D. Interpretasi dan Teknik Analisa Data
53
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian
54
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Studi Pendahuluan
57
1. Desain Pembelajaran PAl
58
2. Proses Kegiatan Belajar Mengajar PAl
59
3. Kondisi Guru PAl
60
4. Kondisi Siswa SMU
61
5. Sarana dan Pasilitas Pembelajaran PAl
65
2. Sikap Kepala Sekolah dan Guru Lainnya
65
B. Deskripsi Pelaksanaan Pengembangan Model Pembelajaran
Terpadu pada Bidang Studi PAl
71
1. Tahap Perencanaan
71
2. Tahap Implementasi
72
a. Hasil Uji Coba Terbatas Tahap Pertama
71
b. Hasil Uji Coba Terbatas TahapKedua
84
c. Hasil Uji CobaTerbatas Tahap Ketiga
94
d. Hasil Uji Coba Luas Tahap Pertama
101
iv
e. Hasil Uji Coba luas Tahap Kedua
113
f. Hasil Uji Coba Luas Tahap Ketiga
C Pembahasan Hasil Penelitian
120
133
1. Kondisi Pembelajaran PAl Saat ini
133
2. Model Pembelajaran Bidang Studi PAl yang dapat
Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
137
a. Relevansi Model Pembelajaran Terpadu dengan Bidang
Studi PAl
i37
b. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Bidang
Studi PAlyang dapat Meningkatkan Akhlak Siswa SMu ..141
c. Implementasi Model Pembelajaran Bidang Studi PAl
Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
148
3. Efektivitas Model Pembelajaran Terpadu Bidang Studi PAl
dalam Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
BAB V
: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
159
B. Rekomendasi
165
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
154
167
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Aspek-aspek yang Terlibat dalam Penelitian
12
Gambar 2 .1 : Peta Tentang Kegiatan Pembelajaran
30
Gambar 2.2 : Desain Materi Model Pembelajaran Terpadu
46
Gambar 3.1 : DrafDesain Model pembelajaran Terpadu
52
Gambai- 4.1: DrafDesain Model pembelajaian Terpadu Uji Coba Terbatas
72
Gambar 4 .2 : Prosedur Pengorganisasian Materi
74
Gambar 4.3 : Prosedur Pengorganisasian Materi
85
Gambar 4.4 : Prosedur Pengorganisasian Materi
94
Gambai- 4.5 : Prosedur Pengorganisasian Materi
103
Ganibar 4.6 : Perubahan Desain Model pembelajaran Terpadu Hasil Uji Coba
132
Gambar 4 7 : Model Pembelajaran Terpadu
149
Gambar 4 8 : Format Desain Akhir Model Pembelajaran Terpadu
150
Gambar 4.9 : Prosedur Pengorganisasian Materi
151
Gambar 4.10 : Perkembangaii Akhlak Siswa Selama Implementasi Model
Pembelajaran Terpadu Bidang Studi PAl di SMU
157
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran PAl
62
Tabel 2 : Perilaku Siswa Selama Pembelajaran PAl
62
Tabel 3 : Harapan Siswa Terhadap Cara Mengajar Guru Agama Islam
64
Tabel 4 : Perilaku Siswa dalam Mengikuti Penjelasan Guru
78
Tabel 5 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
79
Tabel 6 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
80
Tabel 7 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
80
Tabel 8 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
81
Tabel 9 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
81
Tabel 10 : Kemampuan Memecahkan Masalah
82
Tabel 11 : Perilaku Siswa dalam Mengikuti Penjelasan Guru
89
Tabel 12 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
90
Tabel 13 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
91
Tabel 14 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
91
Tabel 15 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
92
Tabel 16 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
92
Tabel 17 : Kemampuan Memecahkan Masalah
92
Tabel 18 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Zikir dan Do'a
97
Tabel 19 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
98
Tabel 20 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
98
Tabel 21 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
99
Tabel 22 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
99
xi
Tabel 23 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
100
Tabel 24 : Kemampuan Memecahkan Masalah
100
Tabel 25 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Membaca al Quran
107
Tabel 26 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
108
Tabel 27 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
109
Tabel 28 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
110
Tabel 29 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
HO
Tabel 30 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
Ill
Tabel 31 : Kemampuan Memecahkan Masalah
HI
Tabel 32 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Membaca al Qufan
116
Tabel 33 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
116
Tabel 34 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
117
Tabel 35 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
118
Tabel 36 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
118
Tabel 37 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
119
Tabel 38 : Kemampuan Memecahkan Masalah
119
Tabel 39 : Perilaku dalam Latihan/Pratek Membaca alQufan
123
Tabel 40 : Aktivitas Siswa dalam Kelompok Diskusi
124
Tabel 41 : Sikap Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
125
Tabel 42 : Ungkapan yang Digunakan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat
126
Tabel 43 : Sikap Siswa dalam Menerima Kritikan/Tanggapan
127
Tabel 44 : Tanggung Jawab Siswa Terhadap Tugas
127
Tabel 45 : Kemampuan Memecahkan Masalah
128
Tabel 46 : Perkembangan akhlak Siswa Selama Uji Coba Model Terpadu
152
xu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadi
landasan moral, dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan
merupakan variabel yang tidak dapat diabaikan dalam mentransformasi ilmu
pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai akhlak. Hal tesebut sesuai dengan fungsi dan
tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 dinyatakan pada pasal 3 yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pusat data
dan Informasi Balitbang Depdiknas 2003)
Semua program pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan
dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Rancangan program
pendidikan di setiap jenjang dan jenis pendidikan disebut dengan istilah kurikulum.
Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau
programpendidikan untukdilaksanakan olehguru di sekolah.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan
siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak
mulia, cerdas, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kaitannya dengan pendidikan agama, ia merupakan bagian integral dari
pendidikan nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasat 33 ayat 2 bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat antara lain pendidikan agama", dalam hal mi adalah Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam dilaksanakan untuk mengembangkan potensi keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia.
Menurut Riley (1998) "pendidikan agama merupakan pengajaran tentang
keyakinan, ibadah dan kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan
dalam kerriduparmya sebagai upaya pengembangan diri". Sedangkan Daradjat (2001:
172) menjelaskan bahwa "pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar
dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia
beragama". Secara lebih khusus lagi pengertian pendidikan agama Islam diungkapkan
oleh PuskurBalitbang Depdiknas (2001:8) menyatakan bahwapendidikan agama Islam
adalah:
Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kita suci Al-Qur'an dan
Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan
pengalaman.
Pendidikan agama Islam dengan demikian adalah untuk memperkuat keimanan
dan ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Menurut Azra (1999:57)
bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai tingkatannya dalam sistem
pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertakwa serta
berakhlak mulia".
Kedudukan tersebut menjadi lebih urgen lagi untuk jenjang pendidikan tingkat
SMU, di mana mereka yang berusia antara 15-19 tahun yang hampir disepakati para
ahli jiwa kelompok umur ini berada pada masa remaja, dengan "situasi dan kondisi
sosial dan emosionamya yang belum stabil" (Daradjat, 1975:11-12), sementara tunrutan
yang akan dihadapinya semakin besar dan rumit yaitu dunia perguruan tinggi atau
3
dunia kerja/masyarakat. Karenanya rumusan tujuan pendidikan agama Islam di sekolah
menengah umum adalah dalam rangka untuk:
Meningkatkan keyakinan, peraahaman, penghayaian dan pengalaman siswa
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa danbemegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi (GBPP PAl 1995)
Tujuan tersebut menggambarkan akan kesadaran tentang pentingnya pendidikan
yang memberikan kepedulian pada pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa
serta berakhlak mulia. Kesadaran tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia akan dapat
menciptafcan keharmonisan dalam kehidupan baik pribadi, berbagsa dan bemegara.
Karena menurut konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang haras
diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasiHcan prestasi rohani yang
disebut taqwa. Amal saleh itu. menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk
kesalehan pribadi; hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesalehan
sosial (solidaritas sosial), serta hubungan manusia dengan alam sekitar.
Kuaiitas amal shaieh akan menentukan derajat ketakwaan (prestasi
roham/iman) seseorang di badapan Allah SWT, dan akhlak merupakan salah satu
alat ukur kuaiitas amal shaieh, hal tersebut sesuai dengan Hadits Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Turmidzi (Nata, 1996:2) yang artinya "Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya" Gimnastiar (2002:5)
mengungkapkan bahwa puncak derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kuaiitas
akhlaknya. Al-Abrasyi (1974:15) mengatakan bahwa "mencapai akhlak yang mulia
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan".
Akhlak pada dasarnya melekat pada diri seseorang, bersatu dengan perilaku
atau perbuatan. Jika perilakuyang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk.
4
Sebaliknya apabila akhlak yang melekat itu baik, maka disebut akhlak yang baik atau
yang disebut akhlakul karimah. Al-Ghazali mengungkapkan istilah akhlak dalam
bukunya Ihya Ulumuddin (Amin, 1995:63) dengan pengertian "sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan".
Akhlak yang ditawarkan Islam •berdasarkan nilai-nilai mutlak yang bersumber
pada Al-Qur'an dan Hadits dan dalam pengembangannya dijabarkan melalui akal
manusia melalui usaha ijtihad. Pemikiran dalam bentuk konsep etika dan moral dapat
digunakan untuk menjabarkan berbagai ketentuan akhlak yangmutlak.
Tujuan pendidikan akhlak secara umum adalah "agar tercipta kehidupan
masyarakat yang tertib, damai, harmonis, tolong menolong" (Amin, 1995: 66). Tujuan
berakhlak sebenamya adalah untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. Akhlak pada
dasarnya merupakan suatu ajaran yang diberikan Allah dan Rasul-Nya untuk menjaga
harkat dan martabat manusia agar tidak jatuh ke dalam kehidupan yang hina, dan agar
hidup manusia mendapatkan kemudahan dan kebahagiaan.
Kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMU dirancang
untuk mengantarkan siswa kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT serta pembentukan akhlak yang mulia. Keimanan dan ketakwaan serta kemuliaan
akhlak sebagaimana yang tertuang dalam tujuan akan dapat dicapai dengan terlebih
dahulu jika siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan benar terhadap
ajaran agama Islam, sehingga teinternalisasi dalam penghayatan dan kesadaran untuk
melaksanakannya dengan benar. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran PAl
yang dirancang seharusnya dapat menghantarkan siswa kepada pengetahuan dan
pemahaman yang utuh dan seimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan tentang
agama Islam, kemampuan melaksanakan ajarannya serta pengembangan nilai-nilai
akhlakul karimah.
5
Proses belajar mengajar agama Islam di SMU ditandai oleh adanya interaksi
antara komponen; tujuan pendidikan dan pengajaran, siswa, gum, perencanaan
pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, metode, media dan evaluasi. Semua
komponen tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran. "Proses pengajaran dapat terselenggara dengan lancar, efisien,
dan efektif bila adanya interaksi yang positif, konstruktif, dan produktifantara berbagai
komponen yang terkandung dalam sistem pembelajaran tersebut" (Hamalik 2001: 78).
Gum yang profesional memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan semua
komponen tersebut sehingga dapat berinteraksi secara positif.
Gum PAl yang profesional memiliki kemampuan dan kesediaan serta tekad
untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan agama yang telah dirancang melalui
proses dan produk kerja yang bermutu, sehingga akan menampilkan pribadi yang
mengusai materi PAl, terampil dan kreatif dalam menyajikan materi, menguasai
berbagai strategi dan metode mengajar, serta juga menyelaraskan antara materi yang
disampaikan dengan tindakan sehari-hari.
Gum PAl merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kuaiitas
pembelajaran pendidikan agama Islam. Menurut Gage (1964:139) perilaku gum
dipandang sebagai "sumber pengaruh" sedangkan tingkah laku yang belajar sebagai
"efek" dari berbagai proses, tingkah laku dan kegiatan interaktif. Para pakar
menyatakan bahwa, "betapapun bagusnya kurikulum {official), hasilnya sangat
tergantung pada apa yang dilakukan oleh gum dalam kelas "curriculum actual'
(Syaodih, 1997: 194). Kreatifitas gum dalam memilih dan melaksanakan berbagai
pendekatan dan model pembelajaran, berpengaruh terhadap kuaiitas pembelajaran. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat (Jarolimek, 1986 dan Djahiri, 1992) bahwa "model
pembelajaran yang digunakan gum berpengaruh terhadap kuaiitas proses belajar
mengajar yang dilakukan".
Faktor lain yang mempengaruhi kuaiitas pembelajaran PAl adalah siswa. Siswa
SMU dilihat dari tingkat perkembangan intelektualnya telah mampu berpikir logis
tentang berbagai gagasan yang abstrak, karena menurut Sigelman & Shafer 1995
(Yusuf, 2001:193) "perrumbuhan otak mencapai kesempumaan dari mulai usia 12-20"
tahun. Dengan demikian maka model dan strategi pembelajaran PAl di SMU disajikan
untuk memfosilitasi perkembangan kemampuan berpikirnya melalui penggunaan
metode mengajar yang mendorong siswa untuk aktif bertanya, mengemukakan
pendapat, atau mengujicobakan suatu materi, melakukan dialog, dan diskusi. Sehingga
pembelajaran PAl mengandung makna serta fungsi dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran yang bermakna dan fungsional dalam kehidupan dapat meningkat minat
belajar dan kesadaran untuk mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan seharihari.
Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut
Departemen Agama (1999:33) memiliki ciri-ciri seperti: "(1) kemampuan siswa
heterogen, (2) waktu/jam pelajaran Agama Islam terbatas, (3) minat siswa lebih besar
pada mata pelajaran lain, dan (4) sarana dan prasarana pendidikan agama Islam masih
terbatas".
Beberapa hasil penelitian yang menggambarkan kondisi pembelajaran PAl di
lapangan, misalnya yang dilakukan oleh Towaf (1996) mengungkapkan adanya
kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain: (1) pendekatan
masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama Islam menyajikan normanorma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik
kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian; (2)
Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah sebenamya lebih
menawarkan minimum informasi, dan gum PAl seringkali terpaku padanya sehingga
semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi
kurang rumbuh; (3) Sebagai dampak yang menyertai temuan nomor tiga gum PAl
kurang bempaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk
pendidikan agama Islam; (4) Keterbatasan sarana, mengakibatkan pengelolaan
cenderung seadanya.
Hasil penelitian lain yang mengambarkan kelemahan pembelajaran PAl seperti
yang dilakukan oleh Nurdin (1992: 102-108) dalam penelitiannya tentang "Perilaku
Mengajar Gum Agama Lulusan Program SI Fakukltas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Padang", menemukan antara lain: (1) sebagian gum agama Islam tidak memiliki
persiapan mengajar, seperti pembuatan Satpel, (2) sebagian gum agama menggunakan
metode tunggal dalam pengajaran pendidikan agama Islam (PAl), yaitu ceramah dan
sedikit tanya jawab. (3) penilaian yang dilakukan terbatas pada pengetahuan koginitif
dan psikomotor pada tingkat rendah. (4) penguasaan gum terhadap materi PAl sangat
tergantung pada aktivitas gum di Masyarakat, gum Agama yang sering memberikan
cermah lebih menguasai ketimbang gum yang hanya mengajar saja, padahal sebagian
besar gum agama hanya bertugas sebagai gum agama di sekolah saja.
Penelitian Balyai (1999: 100) tentang "Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam di SMA", menemukan: (1) Gum Pendidikan agama Islam (PAl) sering
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan demontrasi, (2) Guru-guru PAl tidak
memperlihatkan adanya perbedaan langkah-langkah mengajar untuk topik yang
berbeda seperti Tauhid, Ibadah, Syariah, Akhlak, Tarikh, Membaca Alqur'an. Padahal
setiap topik menuntut metode dan langkah masing-masing. (3) Perilaku Gum PAl
menunjukkan aktualisasi nilai-nilai Islam, baik untuk pembinaan diri sendiri maupun
pembinaan orang lain, antara lain perilaku sabar dan bersilaturahmi, serius dan patuh,
penuh perhatian dan adil.
Umar (2001:75-77) dengan penelitiannya tentang "Upaya Gum Pendidikan
Agama Islam dalam Membina Siswa Menjadi Manusia yang Berakhlak Mulia"
8
menemukan: (1) Gum PAl kurang memadukan antar materi PAl, (2) Bobot materi
Muamalah, Syari'ah, Ibadah, Alqur'an, Tarikh terkesan kurang berimbang. (3)Evaluasi
belum dilaksanakan gum PAl secara komprehensif. Selanjutaya Marhamah (2002: 93-
98) dengan penelitiannya tentang "Pengembangan Model Pembelajaran Kelompok
'Cooperative Learning' pada Pendidikan Agama Islam SD", salah satu temuannya
mengungkapkan bahwa: Gum Agama Islam sering bertindak sebagai sumber tunggal
bagi siswa selama berlangsung proses belajar mengajar, penyajian materi lebih banyak
menggunakan metode ceramah, siswa hanya mendengar, mencatat apa yang
disampaikan gum, sehingga hanya terjadi transfer pengetahuan saja kepada siswa.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bafadhal (2000:29) terhadap kurikulum PAl
1994 meyimpulkan temuannya "bahwa kurikulum PAl 1994 memiliki beberapa
keterbatasan yaitu; padat misi, padat materi, porsi kognitifyang tinggi".
Beberapa hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa rancangan kurikulum
dan proses pembelajaran PAl di sekolah umum memiliki banyak kelemahan, sehingga
berpengaruh pada efektivitas pencapaian tujuan.
Tugas pembelajaran pendidikan agama Islam temtama dalam membentuk
karakter peserta didik menjadi seorang yang berakhlak mulia banyak dikritik dan
bahkan menumt Azra (2002:178) dinilai "gagal" temtama pada pendidikan tingkat
menengah. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa kejadian di lapangan misalnya
sering kita lihat dibeberapa media masa yang memberitakan tentang keterlibatan siswa
SMU dalam tindak kekerasan massal, seperti tawuran. Data yang direkam Direktorat
Bimbingan Masyarakat Polda Metro Jaya dan sekitamya menyebutkan beberapa kasus
tawuran pelajar antara lain:
...padatahun 2000 ada 197 kasus dan tahun 2001 ada 123 kasus. Pelajar tewas
tahun 2000 tercatat 28 orang dan tahun 2001 sebanyak 23 orang. Sedang pelajar
yanglukaberat tahun 2000 ada22 orang dan tahun 2001 ada32 orang. Kasus yang
lebih mencemaskan lagi adalah bahwa para pelajar mulai berani melakukan
kekerasan seperti penodongan, pembajakan kendaraan umum, merampok
penumpang dan tidak segan-segan melukai korbannya. (Isnia: 24 Juli 2002
Republika Online).
Kasus lain yang menggambarkan menurunnya akhlak siswa SMU adalah
penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat, data terakhir menumt Sianipar
(Republika 7 April 2003) "pengguna narkoba untuk siswa tingkat SMU sudah
menunjukkan sekitar 10 ribu orang".
Azra (2002:178) mengungkapkan bahwa "kemorosotan akhlak peserta didik
disebabkan gagalnya pendidikan agama di sekolah". Dalam batas-batas tertentu seperti
yang dikemukakan di atas memang diakui bahwa pendidikan agama memiliki
kelemahan-kelemahan tertentu, seperti jumlah jam yang sangat minim, materi
pendidikan agama yang terlalu banyak teoritis, pendekatan yang cenderung bertumpu
pada aspek kognisi dari pada afeksi dan psikomotorik peserta didik. Sehingga
pendidikan agama kurang bermakna dan fungsional dalam membentuk akhlak yang
mulia. Senada dengan itu Hajar (2001: 124) mengatakan salah satu faktor yang
menyebabkan kurang efektifhya pendidikan agama di sekolah adalah penggunaan
pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai. Fragmentasi materi dan terisolasinya
atau kurang terkaitnya dengan materi mata pelajaran lain, bahkan antar sub mata
pelajaran pendidikan agama Islam itu sendiri. Kendala lain, materi pendidikan agama
Islam lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam
pembentukan sikap (afektif) sertapembiasaan (psikomotorik).
Kalau kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam tersebut dianggap
sebagai penyebab gagalnya pendidikan dalam membentuk karakter perserta didik yang
berakhlak mulia, maka
kiranya perlu peninjauan kembali secara kritis dan
komprehensif terhadap kurikulum dan model pembelajaran yang digunakan, karena
kurikulum dan pembelajaran merupakan titik sentral dunia pendidikan, temtama
pendidikan formal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana (1988:4) salah satu
10
fungsi kurikulum adalah "untuk membantu peserta didik mengembangkan pribadinya
kearah tujuan pendidikan".
Tuntutan untuk mengkiritisi kurikulum dan pembelajaran PAl semakin dirasa
penting apabila dihubtmgkan dengan kondisi sekarang, di mana abad ke 21 mempakan
abad ilmu pengetahuan, abad adanya korelasi antara penyebaran dan penguasaan ilmu
pengetahuan dengan kekuatan poliuk dan ekonomi (Don Tapscott, 1996. 307). Era ilmu
ini ditandai dengan semakin luas penyebaran dan kontrol ilmu pengetahuan dalam
kehidupan manusia, sehingga sebuah masyarakat yang tidak memilikinya pasti akan
kehilangan kekuatan politik dan ekonomi. Masyarakat yang akan datang seperti yang
dikatakan Tilaar (1999: 194) mempakan masyarakat yang berkembang atas dasar
penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Keadaan tersebut tentunya menuntut
pendidikan dan kurikulum yang berbeda dengan sekarang.
Menumt Semiawan
(Sindhunata, 2000:19) "kurikulum masa depan memerlukan wawasan yang berbeda
dari pada kurikulum yang sekarang dihadirkan". Kurikulum menurutnya seharusnya
bukan saja merefleksikan content-nya yang selama ini kita pahami, tetapi juga adalah
caranya pembelajaran itu dilakukan dalam konteks tertentu dan dalam kaitan dengan
populasi sasaran tertentu. (context analysis, content analysis and target group analysis)
Kurikulum menurutnya hams memiliki landasan tersebut, yang secara eksplisit
mencakup misi rancangan belajamya. Sehingga pendidikan dapat menghasilkan
keluaran dalam bentuk Sumber Daya Manusia yang memiliki kuaiitas tinggi dalam
bidang intelektual, spritual, akhlak, skill, instuisi dan kepekaan sosial agar memiliki
kemampuan kooperatif dan keunggulan kompetitif dalam percaturan global.
B. Perumusan Masalah
Era globalisasi membawa dampak yang signifikan terhadap perubahanpembahan tata nilai kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk perubahan tata nilai
tersebut seperti diungkapkan Naisbitt dan Aburdene (Rahmat, 1991:71) dalam
11
Megatrends 2000, adalah "lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis,
materialistis dan hedonistis". Keadaan ini berlawanan dengan ajaran Islam sekaligus
tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Untuk itu pendidikan agama Islam
diharapkan dapat mengatasi dampak negatif tersebut dengan menggunakan berbagai
model dan strategi yang dapat menjawab tantangan tersebut.
Pada sisi lain pelaksanaan proses belajar mengajar PAl khususnya di SMU
belum dilaksanakan secara optimal, sehingga perannya sebagai mata pelajaran yang
berorientasi pada pembentukan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
serta akhlak mulia belum dapat dicapai secara efektif. Beberapa bal yang menyebabkan
rendahnya peranan dan efektifitas pendidikan agama Islam dalam membentuk peserta
didikyang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia adalah:
a.
Pendidikan agama Islam selama ini dilaksanakan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yanghendak dicapai.
b. Materi pembelajaran PAl yang lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah,
terisolasi atau kurang terkait dengan mata pelajaran lain dan bahkan antar sub
mata pelajaran PAl itu sendiri, yakni antara unsur Al-Qur'an, Keimanan,
Akhlak, Fiqih dan Sejarah Islam (Tarikh) yang disajikan sendiri-sendiri.
c. Model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih menekankan pada
pengayaan pengetahuan (kognitif) dari pada pembentukan sikap (afektif) serta
pembiasaan (psikomotorik). Sehingga pendidikan Islam yang bertujuan untuk
membentuk siswa yang memiliki pengetahuan tentang ajaran agama Islam serta
mampu mengaplikasikan dalam bentukakhlakmuliasusah digapai.
Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanaan pembelajaran PAl di sekolah
semakin mendesak apabila dikaitkan dengan kenyataan di lapangan yakni adanya krisis
kepercayaan, yang ditandai munculnya ketegangan, konflik di beberapa daerah. Krisis
akhlak yangtandai dengan semakin banyaknya kejahatan, baik berapa tindak kekerasan
12
seperti; tawuran, penyalahgunaan NARKOBA dan Iain-lain. Melalui pendidikan agama
Islam yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan para siswa akan dapat
menghindari sifat-sifat tercela tersebut.
Dalam mengkaji pendidikan agama Islam yang dapat meningkatkan akhlak
siswa di sekolah tidak dapat dilepaskan dengan unsur-unsur seperti: Gum, siswa,
kurikulum, lingkungan, model pembelajaran serta hasil belajar yang diharapkan baik
yang bempa dampak pengajaran maun dampak penggiringnya. Aspek-aspek tersebut
dapatdipetakan dalam bentuk bagan berikut ini:
2. KURIKULUM
0AMPAK
reNOAJARAN
*teWMat*r!
- £v*ltMWl
SIBWA
i
\
MODEtPEMB6LAJARAN
i
k
' 'wmmmmm''"
*K*la»
....
* Swkolah
'.DAMPAK .
Bagan 1. 1
Aspek-aspek Yang Terlibat dalam Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Bidang Studi PAl
Untuk Meningkatkan Akhlak Siswa SMU
Aspek-aspek yang terlibat dalam pengembangan model pembelajaran yang
dapat meningkatkan akhlak siswa ini adalah meliputi guru, siswa, kurikulum yang
berlaku, lingkungan, model pembelajaran yang dilaksanakan serta hasil belajar yang
diharapkan setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Sebelum merumuskan fokus
masalah dirasa perlu menjelaskan terhadap beberapa istilah dalam aspek-aspek
penelitian ini yaitu seperti:
a. Model Pembelajaran; yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pola
pembelajaran yang bempa seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewujudkan suatu prosespembelajaran.
b. Hasil belajar; hasil belajar siswa yang mempakan dampak pengajaran meliputi
peningkatan kemampuan memahami materi pelajaran secara utuh dan
13
mendalam. Sedangkan hasil belajar dalam bentuk dampak penggiring yang
meliputi peningkatan kemampuan mengembangkan sikap bekerja sama,
bertanggung jawab, sopan santun, toleransi, jujur an saling menghargai.
c. Kurikulum; yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mata pelajaran PAl
SMUyang meliputi tujuan,materi/isi, strategi serta evaluasi pembelajaran.
d. Gum yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Gum PAl yang mengajar
diSMU.
e. Siswa; yang dimaksudkan dalam aspek penelitian ini adalah peserta didik yang
sedanng aktif belajar di SMU.
f. Lingkungan; adalah situasi dan kondisi lingkungan sekolah dan kelas yang ikut
mempengauhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan pada uraian di atas, rencana penelitian ini membatasi kajian
permasalahannya dengan fokus sebagai berikut: "Bagaimana Model Pembelajaran
Bidang Studi Pendidikan Agama Islam yang dapat Meningkatkan Akhlak Siswa
Sekolah Menengah Umum (SMU) di Banjarmasin". Agar lebih jelas maksud fokus
masalah tersebut maka dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yang lebih rinci,
yakni:
1. Bagaimana kondisi pembelajaran PAl yang berlangsung pada SMU di
Banjarmasin?
2. Bagaimana model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan akhlak siswa?
3. Bagaimana efektivitas model tersebut untuk meningkatkan akhlak siswa SMU di
Banjarmasin?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan model pembelajaran
bidang studi Pendidikan Agama Islam yang dapat meningkatkan akhlak siswa di SMU.
Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
' T"
'"
14
1. Untuk mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran bidang studi Pendidikan
Agama Islam di SMU di Banjarmasin yang berlangsung saat ini.
2. Untuk mengembangkan model pembelajaran bidang studi pendidikan agama Islam
yang dapat meningkatkan akhlak siswa SMU diBanjarmasin.
3. Untuk memperoleh gambaran efektivitas hasil pengembangan model pembelajaran
bidang studi pendidikan agama Islam yang dapat meningkatkan akhlak siswa SMU
di Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip yang dapat
memperkaya teori kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem, yang mempakan
bagian dari sistem persekolahan pada tingkat menengah, khususnya pengembangan
kurikulum dalamdimensi proses.
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
tentang pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan akhlak siswa
melalui bidang studi pendidikan agama Islam kepada berbagai pihak temtama:
a.
Bagi gum bidang studi pendidikan agama Islam diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan model pembelajaran bidang
studi Pendidikan Agama Islam.
b.
Bagi pihak pengelola pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai suatu bahan masukan dalam mengembangkan dan menyebarluaskan
model pembelajaran, khususnya model pembelajaran pendidikan agama Islam.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
masukan/informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode Research and development yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu model pembelajaran guna menghasilkan suatu desain
pembelajaran yang dapat meningkatkan akhlak siswa. Metode ini merujuk kepada teori
Borg & Gall (1979: 626) yang mengemukakan langkah-langkah umum dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan yakni sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan informasi, termasuk di dalamnya review literatur, dan
observasi kelas,
2. Perencanaan, termasuk di dalamnya mendefenisikan keterampilan, menetapkan
tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam skala kecil,
3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan termasuk di dalamnya persiapan
materi belajar, buku-buku yangdigunakan dan evaluasi,
4. Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dalam uji jumlah terbatas. Dalam hal ini
dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara, dan observasi,
5. Revisi terhadap produk utama, didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan,
6. Uji coba utama, melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak. Data
kuantitatif bempa pretest dan posttest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai
dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan
kelompok kontrol,
7. Revisi produk operasional, dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama,
8. Uji coba operasional yang melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak
lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara
untuk kemudian dianalisis,
48
9. Revisi produk terakhir berdasarkan hasil uji coba operasional,
\'
10. Diseminasi dan distribusi. Pada langkah ini dilakukan monitoring s<
terhadap kuaiitas produk.
Mengacu pada langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall tersebut,
maka penelitian ini menyederhanakannya menjadi tiga langkah pengembangan, yaitu:
1) Studi Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah:
a. Mengkaji beberapa literatur yang terkait untuk mendapatkan gambaran model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
b. Melakukan pra survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi
pengajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti desain pembelajaran PAl, pokok bahasan, gum, siswa,
proses belajar rnengajar, dan sarana/fasihtas yang tersedia.
2) Merancang dan Penyusunan Model
Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan dan penyusunan model adalah:
a. Need assessment dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap strategi
merancang materi, mengelola kelas, menyajikan materi serta evaluasi yang dapat
meningkatkan akhlak siswa
b. Menyusun desain model pembelajaran PAl yang meliputi: (1) wacana/materi; (2)
tujuan; (3) metode mengajar; (4) strategi pengajaran; (5) media pengajaran; dan (6)
alat evaluasi.
c. Merencanakan uji coba lapangan yang meliputi: (1) bentuk kegiatan; (2) tempat
kegiatan; (3) waktu.
d. Validasi model dengan mendiskusikan kepada para ahli kurikulum (dosen
pembimbing) untuk memperbaiki draf awal model yang siap diujicobakan.
50
3) Uji Coba Model
Kegiatan uji coba dilakukan pada kelas tebatas, dan kelas yang lebih luas.
Kegiatan yang dilakukan dalam uji coba terbatas adalah Implementasi desain model
pembelajaran yang ditetapkan pada satu kelas, kemudian dilakukan evaluasi proses,
revisi untuk penyempurnaannya.
B. Teknik dan Tahapan Pengumpulan Data
Data yang
diperlukan dalam penelitian ini akan diungkapkan dengan
menggunakan teknik utama observasi dan dilengkapi dengan angket. Wawancara dan
studi dokumentasi. Secara rinci teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Teknik Observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas, perliaku dan keadaan:
a. Gum Agama Islam, dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas baik
ucapan maupun tindakannya dalam meningkatkan akhlak siswa, khususnya
yang berkaitan dengan strategi dan teknik mengelola sumber belajar, kondisi
lingkungan belajar, sarana dan fasilitas yang ada serta teknik penilaian yang
digunakan SMU.
b. Siswa, untuk memperoleh gambaran proses belajar mengajar PAl yang
dilakukan oleh siswa, aplikasi nilai-nilai akhlak yang diperlehnya melalui
proses pembelajaran PAl yang diterapkan dalam bentuk pola perilaku, pola
berpikir maupun sikap di dalam kelas selama pembelajaran, seperti sikap
kepada guru dan teman-temannya, perhatian dan keseriusan, partisipasi
pembelajaran, disiplin, sopan santun serta kejujuran.
2. Teknik Wawancara dilakukan terhadap Gum PAl, Siswa dan Kepala Sekolah
a. Gum PAl, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan rumusan tujuan,
memilih dan mengembangkan program/bahan, model pembelajaran dan
51
b. penilaian proses serta hasil belajar mengajar yang dapat meningkatkan akhlak
siswa.
c. Siswa, untuk memperolehinformasi tentang proses pembelajarandengan model
yang diujicobakan pada bidang studi pendidikan agama Islam untuk
meningkatkan akhlak.
d. Kepala Sekolah, untuk memperoleh data gum Agama Islam, pola pembinaan
pelaksanaan tugas gum maupun perilaku siswa.
3. Teknik Angket ditujukan pada siswa, digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kebutuhan apa saja yang diperlukan siswa dalam pembelajaran untuk
meningkatkan akhlak.
4.
Studi dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data tentang dokumen
kurikulum dan pokok bahasan setiap mata pelajaran pada bidang studi Pendidikan
Agama Islam, catatan latar belakang siswa (Perkembangan Akhlak dan data hasil
belajar materi PAl) dan data tertulis lainnya.
C. Prosedur Pengembangan Model
1. Penyusunan Perencanaan Model
Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rancangan model adalah sebagai
berikut:
a. Analisis model, yaitu model pembelajaran pendidikan agama Islam yang yang
dapat meningkatkan akhlak siswa di SMU.
b. Pengkajian model yang relevan dengan pendidikan siswa usia SMU.
c.
Penentukan sistematika model.
d. Penentuan kriteria keberhasilan model.
2. Penyunan Draf Rancangan Model
Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
telah dilakukan di sekolahyang menjadi tujuan penelitian ini dan kajian literaturyang
mendukung terhadap pengembangan model pembelajaran PAl. Langkah-langkah yang
52
dilakukan dalam penyusunan mode 1
ini meliputi: (a) menetapkan tujuan; (b)
menetapkan materi/tema sentral yang diberikan kepada siswa; (c) mengembangkan
perencanaan pengajaran; (d) proses
pembelajaran; (e) menetapkan metode; (f)
menetapkan alokasi waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran;
(g)
mengembangkan alat evaluasi.
Format desain pembelajaran yang mengandung langkah-langkah yang akan
dikembangkan adalah sebagai berikut:
DESAIN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Pokok Bahasan
Tujuan Pembelajaran:
Prosedur Pembelajaran
Fase pertama: Penyajian Materi
1. Menyatakan tujuan pembelajaran
2. Menyajikan materi dengan konsep memadukan antara pokok bahasan PAl yang
terdiri dari unsur Akidah, Akhlak dan Fiqih serta Tarikh
3. Mengkaitkan dengan pembentukan akhlak yang mulia
Fase kedua: interpretasi data dengan cara mengajukan, membandingkan dan menjelaskan
analogi.
1. Meminta siswa secara aktif dan kreatif memahami konsep tema yang dibahas
2. Meminta siswa untuk mendeskripsikan hasil belajamya
3. Meminta siswa untuk membandingkan konsep dengan yang dipratekkan di
lingkungan masyarakat
4. Mendorong siswa untuk berani mengajukan pendapatnya
5. Membimbing siswa untuk menemukan konsep nilai-nilai akhlak mulia
6. Mendorong siswa untuk menerapkan nilai-nilai akhlak mulia dan menghindari
sifat-sifat tercela.
Fase ketiga: Aplikasi
1. Membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas secara individual/kelompok
2. Mendiskusikan hasil pekerjaan
Fase keempat: Penutup
1. Meminta siswa merangkum pembelajaran
2.
Memberikan PR
Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku wajib dan Penunjang PAl serta Alquran
2.
Peta dunia
Eavluasi
Efektifitas dan efesiensi dilihat dari hasil belajar dan aktivitas siswa selama pembelajaran
yakni: tingkat disipifin, kejujuran, keberanian mengemukakan pendapat, menghargai orang
lain dan tingkat partisipasinya dalam
menciptakan keharomonisan selama proses
pembelajaran, sebagai dampak dari pengajaran.
Bagan 3.1
Desain Model Pembelajaran PAl
53
3. Ujicoba Model
Pelaksanaan uji coba dilakukan di Sekolah Menengah Umum (SMU) kelas 2
semester 1. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam ujicoba model adalah:
a. Persiapan ujicoba, dimulai dengan pengenalan model kepada kepala sekolah dan
gum, melalui informasi dan diskusi. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian
tugas kepada gum yang akan dilibatkan dalam ujicoba.
b. Pelaksanaan ujicoba. Ujicoba dilakukan dalamtiga tahapanyaitu:
•
Penyusunan rancangan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti bersama
gum.
•
Implementasi rancangan pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas
yang akan dilakukan oleh gum.
•
Evaluasi terhadap rancangan dan implementasi, yang dilakukan pada saat
implementasi dengan teknik observasi terhadap proses pembelajaran. Evaluasi
ini dilakukan oleh peneliti.
D. Interpretasi dan Analisis Data
1. Interpretasi data
Data hasil uji coba, divalidasi terlebih dahulu sebelum dilakukan interpretasi.
Menumt Nasution (1992:115) untuk mengecek validasi internal (kredibilitas) data,
dapat dipergunakan teknik trianggulasi. Maksudnya adalah data yang diperoleh di cek
kebenarannya dari sudut pandang yang biasa mengakses data yang relevan dengan
situasi pembelajaran. Kedua sudut pandang tersebut adalah gum dan sekolah, sehingga
data yang diperoleh memiliki validasi yang tinggi. Data yang telah divalidasi
diinterpretasikan berdasarkan kerangka teoritik, norma-norma yang disepakati dan
54
berdasarkan intuisi gum mengenai pembelajaran yang baik, sehingga diperoleh
kerangka referensi (frame of reference) yang memberikan makna terhadapnya.
Kerangka referensi ini dapat digunakan untuk menentukan langkah berikutnya.
2. Teknik Analisis Data
Mengingat pengembangan model ini adalah dalam rangka untuk melihat
dampak penggiringnya model pembelajaran terpadu yang dilakukan oleh gum PAl
terhadap perkembangan akhlak siswa, maka teknik analisa yang digunakan adalah ex
post facto yaitu peneliti melihat dampak model pembelajaran terpadu terhadap
perkembangan akhlak siswa teraatama pada saat pembelajaran PAl berlangsung.
E. Lokasi dan Jadwal Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Umum Negeri 2 (SMUN 2)
dan Sekolah Menengah Umum Islam Sabilal Muhtadin (SMU Islam Sabilal Muhatdin)
di Banjarmasin. Alasan dipilihnya lokasi penelitian adalah mengingat sangat sedikit
penelitian tentang pengembangan model pembelajaran di Banjarmasin, maka penulis
merasa perlu melakukan penelitian di lokasi tersebut, di samping untuk mengetahui
model pembelajaran yang saat ini dilaksanakan oleh gum bidang studi Pendidikan
Agama Islam (PAl) pada SMU di Banjarmasin, serta penelitian ini dapat memberikan
nuansa dan pengalaman bam pada gum bidang studi Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Menengah Umum (SMU) di Banjarmasin tentang salah satu model
pembelajaran, yakni pembelajaran terpadu.
Subjek penelitian ini adalah gum bidang studi Pendidikan Agama Islam dan
siswa selama kelas II semester I. Komponen lainya seperti unsur pimpinan (Kepala
55
Sekolah) sebagai sumber informasi dalam penelitian. Penetapan Sekolah Menengah
Umum (SMU) yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan yakni tempat
dilakukannya uji coba model pembelajaran, didasarkan pada kemungkinan dapat
dilakukan uji coba, artmya tidak ditemui hambatan dari pihak sekolah, adanya kemauan
dari pihak gum untuk melaksanakan pebelajaran sesuai dengan model pembelajaran
serta tidak ada hambatan dari siswa itu sendiri untuk mengikuti proses pembelajaran
model yang dikembangkan.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian pengembangan model pembelajaran terpadu bidang studi Pendidikan
Agama Islam di SMU Banjarmasin dilaksanakan pada bulan Mei s.d. Oktober 2003.
Kegiatan penelitian ini direncanakan sesuai dengan jadwal berikut:
Kegiatan
No
1
Studi Literatur
Pelaksanaan
Mei 2003
Hasil Penelitian Terdahulu
Pra Survei
Juni 2003
PenyusunanModel
Juli 2003
3
Sosialisasi Model
Agustus2003
4
Uji Coba Model (Terbatas)
September 2003
5
Uji Model (luas)
Oktober
2
Keterangan
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan model pembelajaran terpadu pada
bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAl) yang disajikan pada bagian terdahulu,
maka dapatdiperoleh kesimpulan berikut ini:
1. Kondisi pembelajaran PAl saat ini dilihat dari sudut:
(a) Desain pembelajaran PAl yang digunakan saat ini adalah mengacu dan
merupakan penjabaran dari GBPP PAl 1994 yang dituangkan dalam bentuk
satuan pelajaran. Ruang lingkup setiap satuan pelajaran yang disusun guru
meliputi rumusan tujuan pembelajaran, ringkasan materi, langkah-langkah
kegiatan belajar mengajar serta evaluasi. Tujuan pembelajaran yang dirancang
guru merupakan deskripsi kemampuan yang akan diperoleh siswa setelah
pembelajaran berakhir. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan mengacu pada
tujuan umumyang tercantumdalam GBPP PAl.
(b) Proses kegiatan pembelajaran PAl yang dilakukan guru selama ini melalui
langkah-langkah (1) Mencek kehadiran siswa, (2) Mengingatkan materi
pembelajaran yang telah lalu dan menginformasikan pelajaran yang akan
disajikan, (3) Menjelaskan materi pelajaran yang dibahas, (4) Kemudian
memeriksa LKS yang telah dikerjakan siswa di rumah, (5) Menjelaskan tagas
mengerjakan LKS selanj