ANALISIS DAYA SAING BANDUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA MELALUI MEMORABLE TOURIST EXPERIENCE (MTE) DAN CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURIST DESTINATION (CBBETD).
MEMORABLE TOURIST EXPERIENCE (MTE) DAN CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURIST DESTINATION (CBBETD)
(Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen Bisnis
Oleh:
YENI YUNIAWATI 0907853
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
ANALISIS DAYA SAING BANDUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA MELALUI
MEMORABLE TOURIST EXPERIENCE (MTE) DAN CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURIST DESTINATION (CBBETD)
(Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Bandung)
Tesis ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Tim Pembimbing, Pembimbing I,
Prof. Dr. Agus Rahayu, M.Si. NIP. 19620607 198703 1 002
Pembimbing II,
Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., MM NIP. 19690404 199903 1 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis
Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Hj. Ratih Hurriyati., M.Si NIP. 19680225 199301 2 001 Tanggung jawab yuridis ada pada penulis
Yeni Yuniawati NIM. 0907853
(3)
Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Wisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ada pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Maret 2013 Yang membuat pernyataan
Yeni Yuniawati NIM 0907853
(4)
Yeni Yuniawati 0907853, “An Analysis on Competitiveness of Bandung as a Tourist Destination through Memorable Tourist Experience (MTE) and Customer-Based Brand
Equity for Tourist Destination (CBBETD)” Supervised by Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.Si and Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd, M.M.
Competition among tourism destinations has become increasingly severe. It is a challenge for all destination managers to continuously improve their competitiveness in the form of comparative and competitive advantage. In creating a competitive destination, there are two things that must be taken into consideration, that is tourists as the driving force and the destination marketing activities as the operating key driver. The paradigm shift from delivery focus to staged experience requires tourism destinations to be able to create memorable tourist experience for their visitors, while in terms of marketing, the ability to form a strong customer-based brand equity is one of the factors that determine the success of a destination in order to stay ahead in the competition. This study is aimed to analyze the influence of memorable tourist experience (MTE) and the customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) to Bandung’s competitiveness as a tourism destination in the tourists’ perspective.
The method of this research is descriptive and explanatory survey with a sample size of 285 tourists from 9 destinations in Bandung. Data is collected by interviews, observations, questionnaires and the literature study and is analyzed using the Structural Equation Model (SEM) with LISREL program.
The result shows that as a destination, Bandung is considered to be able to provide memorable tourist experience (MTE) for its visitors, but the brand equity is still low. The tourists’ perception of Bandung’s competitiveness as a tourism destination is somewhat high. On the other hand, the influence of memorable tourist experience (MTE) and the customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) on the competitiveness of Bandung is low. It is because competitiveness is a complex issue built on a variety of other variables that are more influential which are not examined in this study.
Key words: customer-based brand equity for tourist destination, competitiveness, destination memorable tourist experience
(5)
Yeni Yuniawati 0907853, “Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Wisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) (Survey terhadap wisatawan nusantara yang berkunjung ke
Bandung). Di bawah bimibingan Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.Si dan Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd, M.M.
Persaingan antar destinasi pariwisata telah menjadi semakin ketat. Hal ini menjadi tantangan bagi semua pengelola destinasi untuk terus meningkatkan keunggulan mereka yang berupa comparative dan competitive advantage. Dalam menciptakan destinasi yang berdaya saing, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu wisatawan sebagai driving force dan kegiatan pemasaran destinasi tersebut sebagai operating key driver. Perubahan paradigma dari delivery focus menjadi staged experience menuntut destinasi untuk mampu menciptakan memorable tourist experience bagi wisatawannya, sementara dari sisi pemasaran kemampuan membentuk customer-based brand equity for tourist destination yang kuat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu destinasi untuk tetap unggul di tengah persaingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh memorable tourist experience (MTE) dan customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dalam persespsi wisatawan.
Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive dan explanatory survey dengan ukuran sampel sebanyak 285 wisatawan nusantara dari 9 DTW yang tersebar di Bandung. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, angket serta studi literatur sementara tehnik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) melalui program LISREL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai destinasi, Bandung dianggap memberikan memorable tourist experience (MTE) tinggi bagi wisatawannya, akan tetapi untuk ekuitas mereknya masih dianggap rendah. Daya saing Bandung sebagai destinasi beradasarkan persepsi wisatawan adalah cukup tinggi. Sementara pengaruh memorable tourist experience (MTE) dan customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) terhadap daya saing Bandung secara bersama-sama adalah rendah, hal tersebut karena daya saing adalah suatu hal yang kompleks yang terbangun atas berbagai variable lain yang lebih kuat pengaruhnya dan tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata kunci: customer-based brand equity for tourist destination, daya saing, destinasi memorable tourist experience,
(6)
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN ... ABSTRACT ... ABSTRAK ...
i ii iii iv
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... ix xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Masalah………... 19
1.3. Rumusan Masalah ... 20
1.4. Tujuan Penelitian ... 20
1.5. Kegunaan Penelitian ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 23
2.1. Kajian Pustaka ... 23
2.1.1. Memorable Tourist Experience... 34
2.1.2.1 Pengertian Tourist Experience………. 34
2.1.2.2 Pendekatan-pendekatan Studi Tourist Experience……….. 37
2.1.2.3 Dimensi-dimensi Tourist Experience……. 42
2.1.2.4 Pengertian Memorable Tourist Experience……….. 51
2.1.2.5 Dimensi dan Pengukuran Memorable Tourist Experience……… 52
2.1.2 Konsep Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination……….. 56
2.1.2.1 Destination Brand……….. 56
2.1.2.2 Brand Equty (Ekuitas Merek)…………... 63
2.1.2.3 Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)………. 69
2.1.2.4 Pengukuran-pengukuran CBBETD……… 69
2.1.3 Konsep Daya Saing Destinasi……… 75
2.1.3.1 Definisi-definisi Daya Saing Destinasi…... 75
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Destinasi……… 78
2.1.3.3 Pendekatan-pendekatan Penelitian Daya Saing Destinasi……….. 81
2.1.3.4 Dimensi-dimensi Daya Saing Destinasi….. 82
(7)
Destinasi……… 84
2.2. Kerangka Pemikiran ... 88
2.3. Hipotesis Penelitian ... 101
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 103
3.1. Objek Penelitian ... 3.2. Metode Penelitian ... 3.2.1 Metode Penelitian dan Jenis yang Digunakan…... 3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 103 104 104 105 115 116 3.2.5 Tehnik dan Alat Pengumpulan Data……….. 120
3.2.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas………... 121
3.2.6.1 Hasil Uji Validitas………. 122
3.2.6.2 Hasil Uji Reliabilitas………. 124
3.3 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis……….. 126
3.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian……… 126
3.3.2 Pengujian Hipotesis……….. 129 BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Hasil Penelitian ...
4.1.1 Gambaran Umum Jenis Wisata di Bandung……. 4.1.2 Karakteristik Wisatawan dan Pengalaman
Wisatawan……….. 4.1.2.1 Karakteristik Wisatawan Wilayah
Bandung Berdasarkan jenis Kelamin…… 4.1.2.2 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan
Pendidikan ……… 4.1.2.3 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan
Pekerjaan……….. 4.1.2.4 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan
Pendapatan………. 4.1.2.5 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan
Daerah Asal………. 4.1.2.6 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Tujuan Berkunjung ……… 4.1.2.7 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Jenis Wisata yang Dikunjungi ………… 4.1.2.8 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Frekuensi Kunjungan ke Bandung….. 4.1.2.9 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Waktu Kunjungan………. 4.1.2.10 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Lama Kunjungan………. 4.1.2.11 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Moda Transportasi Yang Digunakan….. 4.1.2.12 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
136 136 136 140 140 141 142 143 145 146 147 148 149 150 151
(8)
Tempat Menginap……… 4.1.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Memorable
Tourist Experience……….. 4.1.3.1 Tanggapan Wisatawan terhadap Hedonism 4.1.3.2 Tanggapan Wisatawan terhadap Novelty… 4.1.3.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Local
Culture……… 4.1.3.4 Tanggapan Wisatawan terhadap
Refreshment……… 4.1.3.5 Tanggapan Wisatawan terhadap
Meaningfulness………. 4.1.3.6 Tanggapan Wisatawan terhadap
Involvement……… 4.1.3.7 Tanggapan Wisatawan terhadap Sub
Variabel Knowledge……… 4.1.3.8 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan
terhadap Memorable Tourist Experience 4.1.4 Tanggapan Wisatawan terhadap Customer-Based
Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) 4.1.4.1 Tanggapan Wisatawan terhadap Sub
Variabel Awareness……… 4.1.4.2 Tanggapan Wisatawan terhadap Image… 4.1.4.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Perceived
Quality……….. 4.1.4.4 Tanggapan Wisatawan terhadap Loyalty…. 4.1.4.5 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan
terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……. 4.1.5 Tanggapan Wisatawan terhadap Daya Saing
Destinasi……… 4.1.5.1 Tanggapan Wisatawan terhadap
Phisiography and Climate……….. 4.1.5.2 Tanggapan Wisatawan terhadap Culture.. 4.1.5.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Tourism Superstructure……… 4.1.5.4 Tanggapan Wisatawan terhadap Mix of
Activities……….. 4.1.5.5 Tanggapan Wisatawan terhadap Special
Events……….. 4.1.5.6 Tanggapan Wisatawan terhadap
Entertainment………. 4.1.5.7 Tanggapan Wisatawan terhadap
Infrastructure……….. 4.1.5.8 Tanggapan Wisatawan terhadap
Accessibility………. 4.1.5.9 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan
152 152 153 155 157 160 162 164 167 170 172 172 175 180 183 187 188 188 191 192 194 196 199 201 204
(9)
BAB V
terhadap Daya Saing……….. 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis………
4.2.1Model Faktor (Pengukuran)………. 4.2.2 Variabel Laten Eksogen………. 4.2.3 Variabel Laten Endogen………. 4.2.4 Pengaruh Memorable Tourist Experience terhadap
Daya Saing……….. 4.2.5 Pengaruh Customer-Based Brand Equity for
Tourist Destination (CBBETD terhadap Daya
Saing………
4.2.6 Pengaruh Memorable Tourist Experience dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD terhadap Daya Saing…… KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………...
5.1 Kesimpulan………
5.2 Rekomendasi………...……….. DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN………
207 209 209 209 212 218
219
221 224 224 225 227 236
(10)
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Hal
1.1. ASEAN Tourism and Travel Competitiveness Report 2011... 6 1.2. Rekapitulasi Peringkat Daya Saing Indonesia dibanding
Negara-negara ASEAN 2008-2011... 7 1.3. Fokus Peningkatan Daya Saing Pariwisata... 8 1.4. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Jawa Barat... 10 1.5. Sebaran dan Karakteristik Potensi Wisata Kota dan
Kabupaten Bandung... 11 1.6. Kepariwisataan dalam Visi, Misi dan Renstra Pemerintahan
Kota dan Kabupaten Bandung... 12 1.7. Kota Destinasi Terfavorit Versi Majalah Swa 2012……….. 13 1.8. Pemenang Penghargaan Indonesia Tourism Award
2009-2011... 14 1.9. Rekapitulasi Pemenang Penghargaan TTCA 2011-2012... 15 2.1. Definisi dan Indikator Dimensi Pengkuran Memorable
Tourist Experience………. 53 2.2 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
Dimensi dan Sub-dimensi Memorable Tourist Experience…. Dimensi Memorable Tourist Experience Menurut
Chandralal & Valenzuela……… Dimensi-dimensi Pengukur Memorable Tourist Experience.. Pilar dan Atribut Destination Competitiveness and
Sustainability………. Atribut yang Digunakan dalam Penelitian Ini……… Operasionalisasi Variabel………... Jenis dan Sumber Data……… Ukuran Sampel Minimal dengan Banyaknya Variabel…….. Distribusi Jumlah Sampel Penelitian………. Skor Setiap Item Pernyataan
Hasil Pengujian Realibilitas Instrumen
Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin……… Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pendidikan... Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Jenis Pekerjaan…….. Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Pendapatan………… Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal……….. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Tujuan Berkunjung…. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Jenis Wisata yang Dikunjungi……….. 55 56 93 95 97 106 116 117 119 121 125 141 141 142 144 145 146 147
(11)
4.8 4.9 4.10 4.11 4.12. 4.13. 4.14. 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26. 4.27. 4.28. 4.29. 4.30. 4.31. 4.32. 4.33. 4.34. 4.35. 4.36.
Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ke Bandung………. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Waktu Kunjungan….. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Lama Kunjungan…… Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Moda Transportasi yang Digunakan………. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Tempat Menginap….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Hedonism….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Novelty…….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Lokal Culture Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Refreshment.. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel
Meaningfulness……… Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Involvement... Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Knowledge… Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Memorable Tourist Experience………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Awareness…. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Image………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Perceived Quality……….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Loyalty……… Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)…… Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel
Physyographic and Climate……….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Culture……... Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Tourism Superstructure………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Mix of Activities……… Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Special Events………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel
Entertainment……….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Infrastructure Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Accessibility.. Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Daya Saing…. Analisis Validasi Variabel Laten Eksogen………. Analisis Validasi Variabel Laten Endogen……….
148 149 150 151 152 153 156 158 160 163 165 168 170 172 176 180 184 187 189 191 193 194 197 199 201 205 208 210 213
(12)
4.37. 4.38. 4.39. 4.40.
4.41.
Pengujian Model Penelitian………. Pengaruh Memorable Tourist Experience terhadap Daya Saing……… Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourist
Destination (CBBETD terhadap Daya Saing……….. Pengaruh Memorable Tourist Experience dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD terhadap Daya Saing………... Perbandingan Koefisien Korelasi………
215 219 220
222 222
(13)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Hal
1.1. Inbound Tourism Berdasarkan Alasan Berkunjung……… 2 1.2 Perbandingan Tourist Arrivals dan Tourism Receipts…… 3 1.3 Destinasi Wisata Utama berdasarkan Jumlah Pengunjung 4 1.4 Sebaran Kunjungan Wisatawan Berdasarkan Wilayah….. 4 1.5 Destinasi dengan Pertumbuhan Paling Cepat di Asia
Pasifik……… 5 1.6 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2.17 2.18 2.19 2.20
Peta Sebaran Lima Puluh Destinasi Pariwisata Nasional.. Kerangka Analisis Destinasi Pariwisata……….. Concept and Scope of Destination Marketing and
Management………..
The Tourist Experience……… Pendekatan-pendekatan Tourist Experience……… Lima Fase Pengalaman Wisatawan……… Tahap Pembentukan Tourist Experience……….. Four Realms of Experience……… Dimensi-dimensi Pengukuran Memorable Tourist Experience……….. Place (Destination) as Relational Brand Network……… Manfaat Brand bagi Penjual dan Pembeli………. Konsep Pengukuran Brand Equity (Brand Equity Ten)…. Customer-Based Brand Equity Pyramid……….. Customer-Based Brand Equity untuk Destinasi………… Customer-Based Brand Equity untuk Destinasi………… Konsep Pengembangan Dimensi CBBETD……….. Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……….. Multidimensional Scaling untuk Mengukur Daya Saing Destinasi……….. Conceptual Model of Destination Competitiveness and Sustainability……….. Kerangka Berfikir Persepsi Wisatawan Mengenai Daya Saing Destinasi Melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……….. Paradigma Penelitian Persepsi Wisatawan Mengenai Daya Saing Destinasi Melalui Memorable Tourist
Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for 9 31 34 36 39 44 46 49 53 60 61 65 66 70 71 73 75 84 85 100
(14)
3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21
Tourist Destination (CBBETD)……….. Diagram Jalur Pengaruh Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) terhadap Daya Saing………. Diagram Jalur Pengaruh Memorable Tourist Experience (MTE) terhadap Daya Saing………... Diagram Jalur Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) terhadap Daya Saing... Peta Wilayah Bandung………... Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Hedonism……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Hedonism…………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Novelty……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Novelty………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Local Culture………... Perbandingan Indikator Sub Variabel Lokal Culture…….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Refreshment………. Perbandingan Indikator Sub Variabel Refreshment……… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Meaningfulness……… Perbandingan Indikator Sub Variabel Meaningfulnes……. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Involvement……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Involvement………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Knowledge……… Perbandingan Indikator Sub Variabel Knowledge………… Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Memorable Tourist Experience………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Awareness……… Perbandingan Indikator Sub Variabel Awareness………… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel
Image……….
Perbandingan Indikator Sub Variabel Image……… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Perceived Quality……….. 101 131 133 133 136 126 154 157 157 159 159 161 162 164 164 166 167 169 169 171 174 175 178 179 182
(15)
4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36 4.37 4.38 4.39 4.40 4.41 4.42 4.43 4.44 4.45
Perbandingan Indikator Sub Variabel Perceived Quality.. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Loyalty……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Loyalty……….. Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)... Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Physiographic and Climate……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Physyographic and Climate……….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Culture……….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Culture……… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Mix of Activities……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Mix of Activities….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Special Events………. Perbandingan Indikator Sub Variabel Special Events……. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Entertainment……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Entertainment……. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Infrastructure……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Infrastructure…….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Accessibility………. Perbandingan Indikator Sub Variabel Accessibility………. Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Daya Saing. Model Variabel Laten Eksogen (Standardized Solution)... Model Variabel Laten Eksogen (t-Value)………... Model Variabel Laten Endogen... Model Variabel Laten Endogen (t-Value)……… Estimasi Persamaan Struktural Persepsi Wisatawan mengenai Daya Saing Bandung sebagai Destinasi
Pariwisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist
Destination (CBBETD) (Standardized)………. 183 185 186 188 190 191 192 193 195 196 198 198 200 201 203 204 206 207 208 210 212 213 214 216
(16)
4.46
4.47
Estimasi t- value Persamaan Struktural Persepsi Wisatawan mengenai Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Pariwisata melalui Memorable Tourist
Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……….. Model Struktural Persamaan Struktural Persepsi
Wisatawan mengenai Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Pariwisata melalui Memorable Tourist
Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)………...
217
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Salah satu dari sekian sektor yang selama ini memberi sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia adalah sektor pariwisata. Berdasarakan laporan dari World Travel and Tourism Council tahun 2011, tiga sektor yang memberikan kotribusi terbesar terhadap GDP global adalah perbankan (11%), pariwisata (9%), dan otomotif (8.5%). Pariwisata bisa menjadi sektor yang menghasilkan begitu banyak keuntungan karena dari faktor supplier di mana Destination Marketing Organisation (DMO) melakukan upaya maksimal untuk mencapai pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan. Peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas pendukung yang menujang kegiatan industri pariwisata serta pengemasan dan promosi sumber daya alami dan buatan yang dimiliki tiap destinasi menjadi faktor penarik yang kuat. Saat ini DMO-DMO destinasi dunia berlomba-lomba menonjolkan diferensiasi produk-produk pariwisata yang mereka tawarkan, baik itu dari segi keunikan, pengalaman, authenticacy, atau manfaat ekonominya serta melakukan inovasi-inovasi dalam menciptakan nilai bagi para wisatawan.
Sedangkan dari faktor demand, kondisi ekonomi, sosial, budaya dan teknologi memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Daya beli yang semakin kuat memungkinkan lebih banyak orang untuk memiliki sumber keuangan yang bisa dialokasikan untuk kegiatan wisata, selain itu keberadaan low cost carrier telah menjadi pembuka jalan bagi kaum menengah bawah untuk melakukan
(18)
perjalanan domestic maupun internasional. Perubahan gaya hidup, sistem nilai dan kondisi lingkungan menyebabkan semakin banyak orang yang menyadari pentingnya melakukan perjalanan ke luar tempat tinggalnya, malah sebagian orang menjadikan kegiatan traveling sebagai bentuk aktualisasi diri. Berikut Gambar 1.1 menunjukkan proporsi inbound tourism wisatawan internasional berdasarkan tujuan berkunjung.
Sumber: World Travel and Tourism, 2011 Gambar 1.1
Inbound Tourism Berdasarkan Alasan Berkunjung
Gambar 1.1 di atas menunjukkan tujuan wisatawan melakukan perjalanan ke lain negara sebagian besar untuk berlibur, rekreasi, dan leisure.
Selama tahun 2011, total kunjungan wisatawan mencapai 990 milyar orang di seluruh penjuru dunia (www.media.unwto.org, diakses tanggal 30 November 2012) dengan jumlah pendapatan ekspor lebih dari US$ 1.2 trilyun atau rata-rata sekitar US$3.4 juta dolar per hari. Jumlah tersebut meningkat 4.6% dari tahun sebelumnya yaitu sekitar 939 milyar orang dengan total pendapatan sebesar
(19)
US$928 milyar (www.media.unwto.org diakses tanggal 3 Desember 2012). Perbandingan antara kunjungan wisatawan dengan devisa yang dihasilkan terlihat pada Gambar 1.2 di bawah ini.
Sumber: World Travel and Tourism, 2011
Gambar 1 .2
Perbandingan Tourist Arrivals dan Tourism Receipts
Secara global, UNWTO membuat urutan sepuluh destinasi wisata utama internasional di tahun 2011, Perancis berada di urutan pertama dengan jumlah pengunjung sebanyak 79.5 juta disusul oleh Amerika Serikat dengan jumlah pengunjung sebanyak 62.3 juta wisatawan, sementara Meksiko menempati urutan akhir dengan jumlah pengunjung sebanyak 23.4 juta orang. Urutan destinasi utama internasional menurut UNWTO selengkapnya tampak pada Gambar 1.3 berikut.
(20)
Sumber: United Nation World Tourism Organisation, per June 2012 Gambar 1 .3
Destinasi Wisata Utama berdasarkan Jumlah Pengunjung
Berdasarkan wilayah, destinasi yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan manca negara tampak pada Gambar 1.4 di bawah. Eropa masih menjadi tujuan utama wisatawan manca negara dengan jumlah kunjungan sekitar 503 milyar orang atau sekitar 51%, disusul oleh Asia dan Pasifik 22% (216 milyar orang), Amerika 16% (50 milyar orang), Timur Tengah 6% (55 milyar orang) dan Afrika 5% (50 milyar orang)
Gambar 1 .4
(21)
Dari Gambar 1.4, terlihat bahwa Asia Pasifik memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perannya sebagai supplier industri pariwisata secara global.Tahun 2011 industri pariwisata di Asia Pasifik naik sebesar 6% dengan total pendapatan sekitar US$ 289 milyar (UNWTO, 2012). Pertumbuhan industri pariwisata di Asia termasuk yang paling cepat selama satu dekade terakhir (ITB World Travel Trends Report 2011/2012).Bhutan, Sri Lanka dan Thailand berada di tiga urutan teratas yaitu sebesar 41.5%, 34.3% dan 27.1%. Destinasi-destinasi di Asia Pasifik yang memiliki pertumbuhan pariwisata paling cepat secara lengkap terlihat di Gambar 1.5 berikut.
Sumber: ITB World Travel Trends Report 2011/2012
Gambar 1.5
Destinasi dengan Pertumbuhan Paling Cepat di Asia Pasifik
Dari kedua belas destinasi di atas, empat di antaranya berada di Asia Selatan sedangkan sisanya terletak di Asia Tenggara. Hal tersebut menunjukkan
(22)
bahwa destinasi-destinasi di Asia Tenggara sedang tumbuh pesat dan masing-masing saling bersaing untuk mendapat peringkat sebagi destinasi terbaik. Sebuah survey yang dilakukan oleh World Economic Forum dalam Travel and Tourism Competitiveness Report menunjukkan peringkat daya saing yang dimiliki negara-negara destinasi wisata di Asia Tenggara di antara 139 negara di dunia seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
ASEAN Tourism and Travel Competitiveness Report 2011 Peringkat
(dari 139)
Negara Skor (1-7) Kelompok 10 Singapura 5 ASEAN 35 Malaysia 4.6 ASEAN 41 Thailand 4.5 ASEAN 67 Brunei Darussalam 4.1 ASEAN 74 Indonesia 4.0 ASEAN 80 Vietnam 3.9 ASEAN 94 Filipina 3.7 ASEAN 109 Kamboja 3.4 ASEAN
Sumber: The ASEAN Travel & Tourism Competitiveness Report 2012
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa hanya tiga destinasi di Asia Tenggara yang termasuk ke dalam lima puluh peringkat teratas, dan indeks daya saing kedelapan destinasi di Asia Tenggara tersebut sangat beragam. Singapura menempati urutan paling atas dan bisa dikatakan jauh meninggalkan destinasi-destinasi yang lain, sementara Malaysia dan Thailand memiliki skor yang hampir sama, menandakan bahwa daya saing kedua destinasi tersebut hampir seimbang. Vietnam, Indonesia, dan Brunei Darussalam berada di kelompok ketiga, dan terakhir adalah Filipina dan Kamboja yang berada di urutan paling bawah.
Meski berada di urutan ke-74, Indonesia mendapat kenaikan dari tahun sebelumnya.Tabel di bawah menyajikan daya saing Indonesia dan negara-negara
(23)
ASEAN lainnya dari tahun 2008 berdasarkan laporan ASEAN Travel & Tourism Competitiveness Report 2011.
Tabel 1.2
Rekapitulasi Peringkat Daya Saing Indonesia dibanding Negara-negara ASEAN 2008-2011
Negara 2008 2009 2010 2011
Rank Skor Rank Skor Rank Skor Rank Skor Singapura 1 5.06 1 5.24 n/a n/a 1 5 Malaysia 2 4.63 2 4.71 n/a n/a 2 4.6 Thailand 3 4.37 3 4.45 n/a n/a 3 4.5 Brunei
Darussalam
n/a n/a 4 3.99 n/a n/a 4 4.1 Indonesia 4 3.70 5 3.79 n/a n/a 5 4.0 Vietnam 6 3.57 7 3.70 n/a n/a 6 3.9 Filipina 5 3.70 6 3.73 n/a n/a 7 3.7 Kamboja 7 3.32 8 3.43 n/a n/a 8 3.4
Sumber: Modifikasi data ITTC 2008-2011
Dari Tabel 1.2 di atas terlihat meski skor untuk Indonesia naik setiap tahunnya, peringkat yang diraih masih belum berubah dari tahun sebelumnya yaitu peringkat ke-5. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan skor daya saing Indonesia masih belum cukup untuk menaikkan peringkat Indonesia diantara negara-negara ASEAN lainnya bahkan dibandingkan dengan Brunei Darussalam yang secara mengejutkan mampu mengungguli Indonesia di peringkat ke-4.
Menyadari pentingnya memiliki daya saing yang unggul dalam pariwisata, Indonesia melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah merumuskan program kerja yang tertuang dalam Rencana Strategis Pengembangan Destinasi Pariwisata 2010-2014 dengan visi “Terwujudnya daya saing destinasi pariwisata berkualitas internasional, berbasis masyarakat, berkelanjutan dan mendorong pembangunan daerah”. Adapun tujuan dari Pengembangan Destinasi Pariwisata
(24)
2010-2014 adalah mengembangkan destinasi pariwisata berdaya saing yang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat dengan sasaran 1) meningkatnya lama tinggal dan pengeluaran wisatawan; 2) terwujudnya destinasi berdaya saing internasional; 3) terwujudnya kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata; 4) terwujudnya diversifikasi destinasi pariwisata.
Keseluruhan komponen dalam Renstra tersebut diformulasikan dalam program-program terarah yang disebut sebagai fokus dan kegiatan Prioritas Bidang Kepariwisataan untuk mewujudkan peningkatan daya saing pariwisata. Fokus dan Kegiatan prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3
Fokus Peningkatan Daya Saing Pariwisata PENGEMBANGAN
INDUSTRI PARIWISATA
PENGEMBANGAN TUJUAN PARIWISATA
PENGEMBANGAN PEMASARAN DAN PROMOSI PARIWISATA
PENGEMBA NGAN SUMBER
DAYA PARIWISATA
1.Pengembangan Usaha, Industri, dan Investasi Pariwisata;
2.Pengembangan Standardisasi Pariwisata.
1. Pengembangan Daya Tarik Pariwisata; 2. Pemberdayaan
Masyarakat di Tujuan Pariwisata;
3. Peningkatan PNPM Mandiri Bidang Pariwisata
1. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam dan luar Negeri;
2. Pengembangan Informasi Pasar Pariwisata;
3. Peningkatan Publikasi Pariwisata;
4. Peningkatan
Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran
1.Pengembangan SDM Kebudayaan dan Pariwisata; 2.Penelitian dan
Pengembangan Bidang Kepariwisataan; 3.Pengembangan
Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata
Sumber: Paparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Konferensi Pariwisata Nasional, Desember 2011
Pemerintah, melalui Kementrian Ekonomi dan Pariwisata Kreatif, telah menetapkan lima puluh Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yaitu destinasi pariwisata yang berskala nasional dalam PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana
(25)
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Penentuan DPN tersebut berdasarkan pada sembilan kriteria yang di antaranya adalah adanya daya tarik wisata yang berkualitas dan terkenal secara nasional atau internasional, memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung pergerakan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan, serta memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan daya saing. DPN-DPN ini tersebar di 33 provinsi di Indonesia seperti terlihat pada Gambar 1.6 berikut.
Sumber: PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 lampiran 2
Gambar 1.6
Peta Sebaran Lima Puluh Destinasi Pariwisata Nasional
Setiap DPN tersebut terdiri dari beberapa Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dengan jumlah total keseluruhan adalah 88 KSPN. KSPN merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
(26)
Di Jawa Barat, ada tiga destinasi yang merupakan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yaitu Bandung – Ciwidey dan sekitarnya, Bogor-Halimun dan sekitarnya, serta Pangandaran – Nusakambangan dan sekitarnya. Ketiga DPN tersebut terdiri dari emat sampai lima KSPN seperti telihat pada Tabel 1.4 di bawah ini.
Tabel 1.4
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Jawa Barat
DPN KSPN
DPN BOGOR–HALIMUN dan sekitarnya
1. KPPN Puncak–Gede Pangrango dan sekitarnya 2. KPPN Bogor–Ciawi dan sekitarnya
3. KPPN Gunung Halimun dan sekitarnya 4. KPPN Pelabuhan Ratu dan sekitarnya DPN BANDUNG–CIWIDEY dan
sekitarnya
1. KPPN Bandung Kota dan sekitarnya 2. KPPN Tangkuban Perahu dan sekitarnya 3. KPPN Lembang dan sekitarnya
4. KPPN Ciwidey dan sekitarnya DPN PANGANDARAN–
NUSAKAMBANGAN dan sekitarnya
1. KPPN Tasikmalaya dan sekitarnya 2. KPPN Pangandaran dan sekitarnya
3. KPPN Cilacap–Nusakambangan dan sekitarnya 4. KPPN Baturaden dan sekitarnya
5. KPPN Karst Kebumen dan sekitarnya
Sumber: PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 lampiran 2
Dari Tabel 1.4 di atas terlihat bahwa Bandung merupakan salah satu kawasan yang termasuk ke dalam Destinasi Pariwisata Nasional di Jawa Barat dengan empat KSPN didalamanya. Secara administratif, Bandung terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung Selatan, Kabupaten Bandung Utara, Kabupaten Bandung Timur, dan Kabupaten Bandung Barat.
Bandung sebagai destinasi pariwisata memiliki banyak potensi yang bisa ditawarkan pada wisatawan baik itu mancanegara atau nusantara. Jenis wisata yang bisa dinikmati di antaranya wisata alam, yang berpusat di kawasan
(27)
kabupaten, wisata belanja, kuliner, pendidikan, sejarah, dan minat khusus yang berpusat di area kota. Tabel 1.5 berikut memuat potensi pariwisata yang ada di Bandung.
Tabel 1.5
Sebaran dan Karakteristik Potensi Wisata Kota dan Kabupaten Bandung
Kawasan Karakeristik
Wisata
Jenis daya tarik Sentra
Bandung Utara Alam Gunung , air terjun, danau, bumi perkemahan, air panas
Kec. Lembang
Bandung Barat Alam Danau, gua, air panas, air terjun
Cipatat dan Cililin
Bandung Timur Alam Bumi perkemahan,
air terjun, danau, situs sejarah
Kec Paseh
Bandung Selatan Ciwidey
Alam Gunung api, danau, air terjun, air panas, perkebunan teh, bumi perkemahan
Kec Ciwidey dan Rancabali
Bandung Selatan Pangalengan
Alam Gunung api, danau, air terjun, air panas, perkebunan teh, bumi perkemahan
Kec Pangalengan
Bandung Kota Belanja, kuliner, minat khusus,
budaya, dll
Pusat belanja, pusat kuliner, museum, sanggar budaya, dll
Daerah perkotaan
Sumber: pengolahan berbagai sumber, 2012
Menurut UU Kepariwisataan No 10 Tahun 2009 pasal 1,daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisataadalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan demikian Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung bisa disebut destinasi pariwisata dengan satu nama yaitu Bandung.
(28)
Meningkatkan daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata tertuang baik secara eksplisit maupun implisit dalam visi misi dan renstra Dinas Pariwisata masing-masing kota dan kabupaten seperti terlihat di Tabel 1.6 di bawah ini.
Tabel 1.6
Kepariwisataan dalam Visi, Misi dan Renstra Pemerintahan Kota dan Kabupaten Bandung
Kota/Kabupaten
Kabupaten Bandung Barat Visi Dinas Pariwisata Kab. Bandung Barat: terwujudnya pengembangan potensi kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam mendukung akselerasi pembangunan di kabupaten Bandung barat
Misi :
1. Membangun sarana penunjang potensi pariwisata budaya. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
aparatur kebudayaan dan pariwisata, pelaku pariwisata budaya serta Kelompok Penggerak Pariwisata dalam rangka pelaksanaan sadar wisata dan sapta pesona.
3. Menyusun aspek legalitas operasional pengembangan pariwisata budaya.
4. Melaksanakan promosi pariwisata budaya guna peningkatan destinasi pariwisata dan pelestarian kebudayaan.
5. Membangun jaringan kerja sama dan koordinasi antar stakeholder pariwisata budaya untuk mencapai sinergitas dalam pengembangan pariwisata budaya
Kota Bandung Visi Dinas Pariwisata Kota Bandung
Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Seni Budaya dan Tujuan Wisata Tahun 2013
Misi Dinas Pariwisata Kota Bandung
Meningkatkan destinasi pariwisata kota yang berdaya saing tinggi baik pada tingkat regional, nasional maupun
internasional;
Kabupaten Bandung Visi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Bandung
Terwujudnya masyarakat kabupaten Bandung yang maju, mandiri dan berdaya saing melalui pengembangan pemuda, olahraga dan pariwisata unggulan tahun 2015
Misi berkenaan dengan kepariwisataan
1. Mengembangkan Potensi Daya Tarik Wisata (DTW) dan Kemitraan Pariwisata
Sumber: Pengolahan Berbagai Sumber, 2012
Meski memiliki berbagai jenis atraksi wisata, jika dibandingkan dengan beberapa destinasi wisata lainnya di Indonesia, posisi Bandung masih berada di
(29)
bawah. Berikut Tabel 1.7 menyajikan hasil survey yang dilakukan majalah SWA (XXVII/2012;80) mengenai kota destinasi favorit.
Tabel 1.7
Kota Destinasi Terfavorit Versi Majalah Swa 2012
No Nama Kota NPS (%)
1 Raja Ampat 76.7 2 Denpasar 50.5
3 Badung 42.0
4 Lombok 37.6
5 Yogyakarta 36.4
6 Malang 34.4
7 Tanah toraja 26.8
8 Bandung 19.6
9 Sorong 194
10 Lamongan 17.5
Sumber: Majalah SWA edisi XXVII, Januari 2012 hal. 80
Bandung pada Tabel 1.7 di atas berada pada urutan ke-8 di bawah Denpasar, Yogyakarta, dan Malang. Survei lain mengenai peringkat destinasi terbaik tingkat Nasional adalah Indonesia Tourism Award (ITA) yang diselenggarakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerja samadengan majalah SWA sejak tahun 2009. Kegiatan ini merupakan hasil survei yang dilakukan terhadap 1.500 wisatawan, terdiri dari 1.350 wisatawan Nusantara dan 150 wisatawan mancanegara. Selain hasil survei, beberapa kategori industri pendukung juga melibatkan 100 responden dari kalangan profesional dan eksekutif. Di tiap kota, jumlah responden yang disurvei berkisar 60-90 wisatawan. Selain itu, pemenang juga ditentukan melalui Indeks kepuasan konsumen dihitung dari prosentasi responden yang memilih 2 skor tertinggi (Top 2 Boxes) dengan skala 1-10. Para responden diminta memberikan penilaian terhadap 9 aspek yaitu kebersihan, informasi wisata, kewajaran biaya, promosi, keragaman
(30)
obyek, keamanan, keunikan obyek dan keramahan. (www.indonesia.traveldiakses tanggal 3 November 2012)
Tabel 1.8 berikut merupakan rekapitulasi kota/kabupaten yang meraih penghargaan Indonesia Tourism Awards 2009-2011 dengan kategori Best Destination Cities, Favorite Destinations, dan Best Service Cities.
Tabel 1.8
Pemenang Penghargaan Indonesia Tourism Award 2009-2011
No 2009 2010 2011
Best Destination
Cities
Favorite Destination
Cities
Best Service Cities
Fave Dest Cities
Best Service
Cities
1 DIY DIY Denpasar Raja Ampat Malang
2 Kota Denpasar
Kota Medan Yogyakarta Denpasar Denpasar 3 Kab. Malang Kota Manado Badung Tana Toraja 4 Kota
Surabaya
Kota Malang 5 Kab. Tana
Toraja
Kota Solo 6 Kota Manado Kota
Bandung 7 Kab. Kutai
Kertanegara
Kota Makassar 8 Kab. Badung
9 Kota Solo 10 Kab. Lombok
Barat
Sumber: Pengolahan berbagai sumber, 2012
Dalam tiga tahun penganugerahan ITA, di tahun 2010 Kota Bandung berhasil meraih predikat sebagai Favourite Destination Citiespada peringkat ke-6. Setelah itu baik kota maupun kabupaten Bandung tidak berhasil masuk menjadi pemenang baik di kategori Best Destination, Favorit Destination maupun Best Service. Hal tersebut tentunya menunjukkan bahwa sebagai destinasi Bandung masih harus memperbaiki kinerja pariwisatanya karena bagaimanapun
(31)
memenangkan ajang penghargaan tingkat nasional sangat penting untuk meningkatkan citra Bandung sendiri sekaligus sebagai barometer daya saing Bandung dibanding destinasi yang lain
Selain Indonesia Tourism Award, penghargaan lain dengan kategori sejenis adalah Travel and Tourism Club Award (TTCA) yang diselenggarakan atas kerjasama Majalah Travel Club dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Penghargaan ini diberikan sejak tahun 2011 lalu pada kepala daerah tingkat provinsi, kabupaten dan kota seluruh Indonesia yang dinilai telah berhasil membangun, membina dan mengembangkan kepariwisataan didaerahnya.TTCA meliputi tiga kategori yaitu The Best Performance diberikan pada pemda yang memiliki kinerja organisasi terbaik, The Best Achievement diberikan pada pemda yang berupaya optimal mencapai target organisasi, dan The Most Improved diberikan pada pemda yang konsisten dan memiliki perhatian penuh terhadap perkembangan pariwisata daerah.
Seluruh kategori ini terdiri dari berbagai elemen penilaian oleh tim juri yang hasilnya diverifikasi dan diaudit oleh lembaga audit terkemuka, Delloite (www.eljohn.co.id, diakses tanggal 3 November 2012). Hasil rekapitulasi
pemenang terlihat pada Tabel 1.9 berikut. Tabel 1.9
Rekapitulasi Pemenang Penghargaan TTCA 2011-2012
Kategori 2011 2012
Best Performance Kota Denpasar Pemkot Surakarta Pemkab Gianyar Kab. Sleman Pemkot Sawah
Lunto
Pemkab Berau
(32)
Kategori 2011 2012 Ampat Best Achievement Kota Sawah
Lunto
Pemkot Tomohon Pemkab Banyumas Kab. Malang Pemkot Balik
papan
Pemkab Wajo
Pemkot Banda aceh
Pemkab Purbalingga The Best
Improved
Kota Yogyakarta
Pemkot Malang Pemkab Banyuwangi Kab Raja Ampat Pemkot Pangkal
Pinang
Pemkab Magelang
Pemkot Denpasar Pemkab Ogan Komering Ilir Sumber: Pengolahan berbagai sumber, 2012
Untuk Travel and Tourism Club Award, pemerintah Bandung, baik kabupatenataupun kota, tidak berhasil mendapatkan penghargaan untuk kategori apapun. Hal tersebut bisa menjadi indikasi bahwa berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh patinitia penyelenggara kompetisi, pemerintah kota maupun kabupaten Bandung dipandang masih kurang menunjukkan keterlibatan dalam tata kelola pariwisata dibandingkan dengan kota dan kabupaten yang lain. Padahal, dalam pasar yang sudah mencapai titik jenuh, peran utama tata kelola pariwisata adalah memahami bagaimana daya saing destinasi pariwisata bisa ditingkatkan dan dipertahankan (Gomezelj, Mihaljič, 2008 dalam Dragicevic, et.al, 2012)
Pemahaman tersebut bukan hanya pada bagaimana mengemas, memasarkan dan melakukan inovasi produk wisata, tapi juga penting untuk memperoleh pemahaman dari sudut pandang konsumen produk wisata itu sendiri
(33)
yaitu wisatawan. Meng (2006:ii) mengemukakan pentingnya memahami persepsi wisatawan karena wisatawan dan kebutuhan-kebutuhannya merupakan driving force paling utama yang mempengaruhi persaingan dan daya saing destinasi pariwisata.
Pine & Gilmore (1999) dalam Oh (2007:119) mengemukakan bahwa konsumen [wisatawan] bukan hanya mengkonsumsi produk dan jasa saja tetapi mereka mencari suatu pengalaman yang unik karena kualitas produk dan jasa yang tinggi tidak bisa lagi digunakan sebagai dasar diferensiasi bagi konsumen [wisatawan] dalam membuat pilihan. Lebih jauh lagi, Pine & Gilmore (1999) dalam Ibid menekankan pentingnya perubahan paradigma dari “delivery-focus” atau fokus untuk menciptakan penawaran berkualitas tinggi pada “staged experience” yaitu menciptakan pengalaman konsumsi yang memorable atau tidak terlupakan. Pada intinya, apa yang diinginkan dan dikonsumsi pada suatu destinasi adalah pengalaman yang disertai oleh komponen barang dan atau jasa yang ada di destinasi tersebut (Oh, 2007:120)
Berkaitan dengan daya saing destinasi, bisa dikatakan bahwa sumber competitive advantage suatu destinasi adalah kemampuannya membangun lingkungan yang bisa menciptakan pengalaman yang desireable (Tsaur, et al, 2006 dalam Jurowski, 2009), dengan demikian pemahaman terhadap pengalaman konsumen sangat penting untuk menciptakan posisi bersaing suatu destinasi. Pemasaran yang efektif memerlukan analisa terhadap penawaran yang diberikan dan pilihan konsumen [wisatawan] (Oh, et al, 2007 dalam Ibid) karena saat ini
(34)
persaingan destinasi-destinasi wisata terletak pada kualitas pengalaman wisata (tourism experience) yang ditawarkan pada wisatawan (Meng, 2006:ii)
Selain menciptakan pengalaman yang memorable, hal yang tidak kalah penting adalah adanya pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing itu sendiri terutama yang sifatnya jangka panjang. Kegiatan pendukung seperti infrastruktur, sumber daya manusia, kebijakan, dan lain-lain harus disinergikan dengan factor-faktor yang menjadi key driver yaitu input (model bisnis, kerjasama, investasi dan sumber daya), proses berkelanjutan (pembentukan citra, kompetensi, pengembangan, dan penyampaian jasa), serta operasional atau pelaksanaan (brand management, core competencies, ekspansi, dan positioning) (www.tourism-master.nl, diakses tanggal 20 November 2012).
Brand management atau pengelolaan merek adalah hal yang sangat penting bagi suatu destinasi karena untuk meningkatkan daya saing diperlukan dukungan dari brand yang kuat (Fantanariu, 2012:21).Suatu destinasi harus dipandang berbeda dari berbagai sudut (unik) sehingga dirasakan memiliki nilai dibandingkan waktu dan uang yang dikeluarkan, tapi keunikan tidak diperoleh hanya dengan memperlihatkannya saja melainkan melalu kinerja ekuitas merk (brand equity) (Cai, Gartner and Munar 2009: 54 dalam Olimpia, et.al, 2012:194)
Ekuitas merek dirumuskan sebagai nilai tambah yang ada pada suatu produk dalam benak, perkataan dan tindakan konsumen (Keller, 2003). Ekuitas suatu produk atau destinasi meningkat seiring dengan meningkatnya level diferensiasi yang dipersepsi oleh pasar dibanding dengan pesaing. (Gartner & Konecnik, 2011:473)
(35)
Prinsip dasar dari ekuitas merek adalah kekuatan suatu merek dalam benak konsumen dan apa yang mereka alami dan rasakan tentang merek tersebut (Keller, 2003), dengan demikian bagi suatu destinasi ekuitas merek merupakan persepsi wisatawan terhadap merek suatu destinasi berdasarkan pengalaman mereka mengunjungi destinasi tersebut.
Ekuitas merek - dalam hal ini adalah ekuitas destinasi - merupakan hal yang sangat penting karena melalui brand yang kuat akan tercipta competitive advantage (Lassar et al., 1995 dalam Mechinda, et. al 2010: 99) sekaligus meningkatnya daya saing dalam pasar yang bersaing ketat (Konecnik, 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai “ Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Pariwisata Melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer –
Based Brand Equity For Tourist Destination (CBBETD)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas terlihat bahwa Bandung, meski telah ditetapkan sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Nasional, daya saingnya masih berada di bawah destinasi lain yang bukan merupakan destinasi pariwisata nasional. Untuk meningkatkan daya saing tersebut maka diperlukan tinjauan dari berbagai sudut pandangsalah satunya dengan melakukan penelitian pada wisatawan sebagai konsumen yang sekaligus merupakan faktor demand.
Memorable tourist experience dan customer-based brand equity for touris destination merupakan dua hal yang dianggap bisa meningkatkan daya saing
(36)
destinasi dalam persepsi wisatawan, karena itu ruang lingkup dan tema sentral penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya saing Bandung sebagai destinasi perlu dilakukan analisis mengenai memorable experience yang dirasakan wisatawan dari kunjungan mereka ke Bandung dan ekuitas merek Bandung sebagai destinasi pariwisata dalam perspektif wisatawan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana memorable tourist experience yang diperoleh wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bandung
2. Bagaimana ekuitas merek Bandung (CBBETD) sebagai destinasi pariwisata dilihat dari perspektif wisatawan
3. Bagaimana daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dilihat dari perspektif wisatawan
4. Bagaimana pengaruh memorable tourist experience dan ekuitas merek Bandung (CBBETD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan mengenai:
(37)
1. Memperoleh temuan mengenai memorable tourist experience yang diperoleh wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bandung
2. Memperoleh temuan mengenai ekuitas merek Bandung (CBBETD) sebagai destinasi pariwisata dilihat dari perspektif wisatawan
3. Memperoleh temuan mengenai daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dilihat dari perspektif wisatawan
4. Memperoleh temuan mengenai memorable tourist experience dan ekuitas merek Bandung (CBBETD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata
1.5Kegunaan Penelitian
Data informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian pemasaran pariwisata terutama yang berkaitan dengan kajian tourist experience (pengalaman wisatawan), ekuitas merek destinasi (CBBETD) dan peningkatan daya saing destinasi
b. Memberikan sumbangan informasi dan pemikiran bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian yang berkenaan dengan temuan dan kekurangan dalam penelitian ini.
(38)
a) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran bagi para pengelola DTW untuk meningkatkan daya saing dengan melakukan fokus terhadap usaha-usaha untuk menciptkan memorable tourist experience atau pengalaman berwisata yang tidak terlupakan bagi wisatawan dan merancang serta mengeimplementasikan strategi untuk memperkuat ekuitas merek masing-masing.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi Dinas Pariwisata Kota, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat dan semua pihak terkait agar di masa yang mendatang dapat merancang dan menerapkan strategi yang mampu meningkatkan daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata.
(39)
BAB III
SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh memorable tourist experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBDTD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dalam persepsi wisatawan. Adapun objek penelitian sebagai variabel eksogen adalah memorable tourist experience, yaitu hedonism, novelty, local culture, refreshment, meaningfulness, involvement, dan knowledge; dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBDTD) terdiri dari awareness, perceived quality, image, dan loyalty; serta variable endogen yaitu daya saing destinasi (destination competitiveness) yang terdiri dari physiography and climate, culture, tourism superstructure, mix of activities, special events, entertainment, infrastructure, dan accessibility
Subjek penelitian ini adalah Bandung sebagai destinasi pariwisata tanpa melihat batasan wilayah administratif, dalam hal ini diwakili oleh lima jenis wisata yaitu wisata kuliner, wisata belanja, wisata alam, wisata edukasi, dan wisata budaya. Kelima jenis wisata ini tersebar di seluruh Bandung (Kabupaten dan Kota).
Selain itu karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu
(40)
(tidak berkesinambungan dalam jangka wanktu panjang) (Husain Umar 2005:89). Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey melalui kuesioner yang disebar pada tanggal 9-11 Desember 2012 disertai dengan wawancara para responden serta studi literatur.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian dan Jenis yang Digunakan
Pada penelitian ini digunakan penelitian kuantitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:10):
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai dengan table, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. Selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga terdapat data berupa informasi kualitatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2008:206). Menurut Travers yang dikutip oleh Husein Umar (2005:87) metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai memorable tourist experience dan ekuitas merek Bandung sebagai destinasi pariwisata, serta daya saingnya dalam persepsi wisatawan.
(41)
Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari semua hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, dimana dalam penelitian ini diuji pengaruh memorable tourist experience (MTE) danekuitas merek Bandung sebagai destinasi pariwisata serta pengaruhnya terhadap daya saing Bandung dalam persepsi wisatawan.
Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif survey dan metode explanatory survey. Menurut Kerlinger (2006:660):
Yang dimaksud dengan penelitian survey adalah penelitian yang mengkaji populasi (atau universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologis dan psikologis.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini meliputi memorable tourist experience (X1), yaitu hedonism (X1.1), novelty (X1.2), local culture (X1.3), refreshment (X1.4), meaningfulness (X1.5), involvemet (X1.6), dan knowledge(X1.7) dan variable X2 yaitu ekuitas merek destinasi (Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination) terdiri dariawareness (X2.1), perceived quality (X2.2), image(X2.3)dan loyalty (X2.4), serta variable endogen (Y) yaitu daya saing destinasi (destination competitiveness)yang terdiri dari physiography and climate (Y.1), Culture (Y.2), Tourism superstructure (Y.3), Mix ofactivities
(42)
(Y.4) , Specialevents (Y.5), Entertainment (Y.6), Infrastructure (Y.7), Accessibility (Y.8).
Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
Memorable Tourist Experience (X1) A positive memorable tourism experience (MTE) has been operationally defined as tourism experience positively remembered and recalled after the event has occurred. (Kim, et. al 2012) Memorable tourist experience yang positif dapat didefinisikan sebagai pengalaman berwisata yang diingat secara positif setelah terjadi. (Kim, et. al 2011)
Hedonism Kesenangan yang dirasakan ketika berwisata ke Bandung Antusiasme yang dirasakan ketika berwisata ke Bandung Sensasi yang
dirasakan ketika berwisata di Bandung Tingkat kesenangan yang dirasakan ketika berwisata ke Bandung Tingkat antusiasme yang dirasakan ketika berwisata ke Bandung Tingkat sensasi
yang dirasakan ketika berwisata di Bandung Interv al Interv al Interv al
Novelty Keunikan pengalaman berwisata ke Bandung Perbedaan Tingkat keunikan pengalaman berwisata ke bandung Tingkat Interv al
(43)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
pengalaman berwisata Bandung dibanding dengan destinasi lain Kuantitas pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh ketika berwisata di Bandung perbedaan pengalaman berwisata bandung dibanding dengan destinasi lain Tingkat kuantitas pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh ketika berwisata di bandung Interv al Interv al Local
culture
Pengalaman berinteraksi dengan penduduk Bandung
Kesan terhadap penduduk Bandung secara keseluruhan Tingkat perasaan tehadap pengalaman berinteraksi dengan penduduk bandung Tingkat kesan terhadap penduduk Bandung secara keseluruhan Interv al Interv al
Refreshment Berwisata ke Bandung memberikan pengalaman yang membebaskan (dari rutinitas, kebosanan, dll) Berwisata ke
Bandung memberikan pengalaman yang menyegarkan pikiran Berwisata ke
Bandung memberikan pengalaman yang
Berwisata ke Bandung memberikan pengalaman yang membebaskan (dari rutinitas, kebosanan, dll) Berwisata ke
Bandung memberikan pengalaman yang menyegarkan pikiran Berwisata ke
Bandung memberikan pengalaman yang Interv al Interv al Interv al
(44)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
mengembalika n semangat
mengembalika n semangat Meaningfulne
ss
Makna pengalaman pribadi yang diperoleh selama berwisata di Bandung Manfaat yang
dirasakan dari berwisata ke Bandung Tingkat persepsi terhadap makna pengalaman pribadi yang diperoleh selama berwisata di bandung Tingkat manfaat yang dirasakan dari berwisata ke bandung Interv al Interv al
Involvement Ketertarikan terhadap aktifitas yang bisa dilakukan di tempat wisata di Bandung Keterlibatan yang dialami dalam aktifitas wisata di Bandung secara fisik ataupun emosional Pengalaman melakukan aktifitas di tempat wisata di Bandung Tingkat ketertarikan terhadap aktifitas yang bisa dilakukan di tempat wisata di bandung Tingkat keterlibatan yang dialami dalam aktifitas wisata di bandung secara fisik ataupun emosional Tingkat menikmati pengalaman melakukan aktifitas di tempat wisata di bandung Interv al Interv al Interv al
Knowledge Pengetahuan baru yang didapatkan dari berwisata ke Bandung Nilai pengetahuan yang didapatkandari berwisata ke Bandung Tingkat kuantitas pengetahuan baru yang didapatkan dari berwisata ke bandung Tingkat nilai
pengetahuan yang didapatkan dari Interv al Interv al
(45)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
berwisata ke Bandung Customer-based destination brand equity (X2)
The sum of factors or dimensions contributing
to a brand’s
value in the
consumer’s
mind keseluruhan factor atau dimensi yang berkontribusi terhadap nilai suatu merek destinasi dalam benak konsumen (Konecnik &Gartner, 2007: 401).
Awareness Pengetahuan terhadap jenis-jenis wisata yang ada di Bandung Pengetahuan mengenai produk wisata unggulan Bandung Bandung adalah destinasi wisata pilihan utama (top of mind) Pengenalan terhadap logo dan semboyan Bandung (Kota dan atau Kabupaten) Tingkat pengetahuan terhadap jenis-jenis wisata yang ada di bandung Tingkat pengetahuan mengenai produk wisata unggulan bandung Tingkat kesetujuan Bandung adalah destinasi wisata pilihan utama (top of mind) Tingkat pengenalan terhadap logo dan semboyan bandung (kota dan atau kabupaten) Interv al Interv al Interv al Interv al
Image (citra) Citra Bandung sebagai destinasi wisata belanja yang
menyenangkan Citra Bandung
sebagai destinasi wisata kuliner yang beragam Citra Bandung
sebagai destinasi wisata edukasi yang menarik Citra Bandung
sebagai destinasi wisata budaya yang unik Citra Bandung
sebagai
Tingkat citra bandung sebagai destinasi wisata belanja yang menyenangkan Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata kuliner yang beragam Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata edukasi yang menarik Tingkat citra
bandung sebagai destinasi Interv al Interv al Interv al Interv
(46)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
destinasi wisata alam yang indah Citra Bandung
sebagai destinasi yang memiliki ciri khas keramahan penduduk local Citra Bandung
sebagai destinasi wisata yang memberikan ketenangan jiwa
Citra Bandung sebagai destinasi wisata yang menggairahkan wisata budaya yang unik Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata alam yang indah Tingkat citra
bandung sebagai destinasi yang memiliki ciri khas keramahan penduduk local Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata yang memberikan ketenangan jiwa
Tingkat citra bandung sebagai destinasi wisata yang menggairahkan al Interv al Interv al Interv al Interv al Perceived quality (persepsi kualitas) Persepsi terhadap kualitas sarana akomodasi yang ada di Bandung Persepsi
terhadap kualitas sarana transportasi yang ada di Bandung Persepsi terhadap kualitas atraksi wisata yang ada di Bandung Persepsi terhadap kualitas layanan Tingkat Persepsi terhadap kualitas sarana akomodasi yang ada di Bandung Tingkat Persepsi terhadap kualitas sarana transportasi yang ada di Bandung Tingkat Persepsi terhadap kualitas fasilitas pendukung yang ada di Bandung (fas Interv al Interv al Interv al
(47)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
personel (sarana akomodasi, tempat wisata, dll) Persepsi terhadap kualitas fasilitas pendukung yang ada di Bandung (fas kesehatan, kebersihan, perbankan, dll) Persepsi terhadap kebersihan Bandung sebagai destinasi wisata Persepsi terhadap keamanan dan keselamatan Bandung sebagai destinasi wisata Persepsi terhadap kualitas Bandung sebagai destinasi secara keseluruhan kesehatan, kebersihan, perbankan, dll) Tingkat persepsi terhadap kebersihan Bandung sebagai destinasi wisata Tingkat persepsi terhadap keamanan dan keselamatan Bandung sebagai destinasi wisata Tingkat Persepsi terhadap kualitas Bandung sebagai destinasi secara keseluruhan Interv al Interv al Interv al Loyality
(Loyalitas)
Minat untuk membeli souvenir sebagai kenang-kenangan Keinginan untuk melakukan kunjungan ulang ke Bandung Kesediaan untuk
Tingkat minat untuk membeli souvenir sebagai kenang-kenangan Tingkat keinginan untuk melakukan kunjungan ulang ke bandung Tingkat Interv al Interv al Interv
(48)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
enceritakan pengalaman yang
menyenangkan pada orang lain Kesediaan
untuk
merekomendas ikan Bandung pada orang lain Kesediaan untuk merekomendas ikan akomodasi, kuliner, wisata belanja, dll yang ada di Bandung pada orang lain kesediaan untuk menceritakan pengalaman yang menyenangkan pada orang lain Tingkat
kesediaan untuk
merekomendas ikan Bandung pada orang lain Tingkat kesediaan untuk merekomendas ikan akomodasi, kuliner, wisata belanja, dll yang ada di Bandung pada orang lain al Interv al Interv al Destination Competitivene ss (Y)
“its ability to
increase tourism expenditure, to increasingly attract visitors while providing them with satisfying, memorable experience, and to do so in a profitable way, while enhancing the well-being of destination residents and preserving the natural capital of the destination for future generations. (Ritchie and Crouch, 2003) Physiograph ic and climate Kenyamanan iklim/cuaca di Bandung Keindahan alam yang dimiliki Bandung Kesesuaian letak geografis Bandung sebagai destinasi wisata Tingkat kenyamanan iklim/cuaca di bandung Tingkat keindahan alam yang dimiliki bandung Tingkat kesesuaian letak geografis bandung sebagai destinasi wisata Interv al Interv al Interv al l
Culture Keunikan budaya di Bandung (makanan, pakaian, adat istiadat, kebiasaan, gaya hidup) disbanding destinasi lain Tingkat keunikan budaya di bandung (makanan, pakaian, adat istiadat, kebiasaan, gaya hidup) disbanding destinasi lain Interv al
(49)
Variabel/ Sub Variabel Konsep Variabel Sub Variabel
Indikator Ukuran Skala
Kemampuan destinasi untuk meningkatkan belanja wisatawan, menaikkan kunjungan wisatawan serta memberikan pengalaman yang memuaskan dan tak terlupakan, serta melakukan hal tersebut dengan cara yang menguntungk an sehingga meningkatkan kemakmuran penduduk setempat dan melestarikan sumber daya alam yang ada pada destinasi tersebut untuk generasi mendatang superstructu re fasilitas pendukung (kesehatan, olah raga, keuangan, spa, fitness, dll) dibanding destinasi lain kelengkapan fasilitas pendukung (kesehatan, olah raga, keuangan, spa, fitness, dll) dibanding destinasi lain al Mix of
activities
Keragaman aktifitas yang bias dinikmati di Bandung Kemenarikan aktifitas yang bias dinikmati di Bandung Tingkat keragaman aktifitas yang bias dinikmati di Bandung Tingkat kemenarikan aktifitas yang bias dinikmati di Bandung Interv al Interv al Special
events
Keragaman event khusus yang
diselenggaraka n di Bandung
Tingkat keragaman event khusus yang diselenggaraka Interv al
(1)
Husain Umar. 2005. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Husein Umar .2008. Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Ilachenko, Elena. Y .2005. Exploring Culture, History, and Nature as Tourist Destination Branding Concept. International Association of Scientific Experts in Tourism (AIEST), Marrakesh, Morocco
Iordache, MC, Cebuk I and Panoiu L. 2009. The Brand – an Increasing Factor of
A Tourist Destination’s Competitiveness. Link:
http://www.mnmk.ro/documents/2009/15_Iordache_FFF.pdf ITB World Travel Trends Report 2011/2012
Jennings, Gayle & Betty Weller. 2004. Mediating Meaning: Perspective on Brokering Quality Tourist Experience. Monash University Working Paper Series ISSN 1327-5316
Jurowski, Claudia. 2009. An Examination of the Four Realms of Tourism Experience Theory. International CHRIE Conference-Refereed Track Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Keller, Kevin Lane. 2001. Building Customer-Based Brand Equity: A Blueprint
for Creating Strong Brands. Marketing Management, July/August, 15-19.
Keller, Kevin Lane. 2003. Strategic Brand Management: Building, Measuring, And Managing Brand Equity. Prentice Hall: New Jersey
Kerlinger, Alfred. N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral (Terjemahan). Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Kim, Jong-Hyeong, J. R. Brent Ritchie and Bryan McCormick. 2012. Development of a Scale to Measure Memorable Tourism Experiences. Journal of Travel Research 51(1) 12–25
Knutson, B., Beck, J., Him, S., & Cha, J. 2006. Identifying the Dimensions of the Experience Construct. Journal of Hospitality & Leisure Marketing, 15(3), 31-47.
Konečnik Ruzzier, Maja & William C Gartner. 2011. Tourism Destination Brand Equity Dimensions : Renewal versus Repeat Market. Journal of Travel Research 2011 50: 471
(2)
Konečnik Ruzzier, Maja. 2010. Extending The Tourism Destination Image Concept Into Customer-Based Brand Equity For a Tourism Destination.
Ekonomska istraživanja, Vol. 23 (2010) No. 3(24-42)
Konecnik, Maja and William C. Gartner. 2007. Customer-Based Brand Equity For A Destination. Annals of Tourism Research, Vol. 34, No. 2, pp. 400–421
Konecnik, Maja. 2004. Evaluating Slovenia's Image as a Tourism Destination: A Self-Analysis Process Towards Building a Destination Brand. Journal of Brand Management, vol. 11, no. 4, pp. 307-16.
Kouris, Alexandros. 2011. Destination Brand Strategy: The Case of Greece. Tourism Branding: Community in Action Bridging Theory and Practices Vol 1 161-175
Kovacic A . 2004. Global Competitiveness of Slovenian Economy in the Time of EU Enlargement. Doctoral dissertation, EF Ljubljana.
Kozak, M. Destination Competitiveness Measurement: Analysis of Effective Factors and Indicators. Diunduh 20 November, 2012 dari http://wwwsre. wu-wien.ac.at/ersa/ersaconfs/ersa99/ Papers/a289.pdf. Kozak, Metin and Mike Rimmington. 1999. Measuring Tourist Destination
Competitiveness: Conceptual Considerations and Empirical Findings. Hospitality Management 18 (1999) 273}283
Kusnendi .2007. Model-model Persamaan Struktural: Satu dan Mulitigrup Sampel dengan LISREL. Alfabeta: Bandung
Lee, Cheng-Fei and Brian King . 2006. Assessing Destination Competitiveness. An Application to the Hot Springs Tourism Sector RTHP 3(3):179 -197 Lili Adi Wibowo. 2007. Experiential Marketing dan Branded Customer Experience kaitannya terhadap Loyalitas Pelanggan Restauran dan Café serta Dampaknya pada Citra Bandung sebagai Destinasi Pariwisata Indonesia. Disertasi: UNPAD
Machlouzarides, Haris. 2009. Improving the Deployment Model of Modern Electronic Marketing Methods for the Cyprus Tourism Organisation. Dissertation
(3)
Mazanec, Josef A., Karl Wöber and Andreas H. Zins. 2007. Tourism Destination Competitiveness: From Definition to Explanation? Journal of Travel Research 2007; 46; 86
McKay, Adam D., Matthew T.J. Brownlee,and Jeffrey C. Hallo. 2012. Changes in Visitors' Environmental Focus during an Appreciative Recreation Experience. Journal of Leisure Research Vol 44, No 2
Mechinda, Panisa, Sirivan Serirat dan Nongluck Popaijit. 2010. The Relative Impact Of Competitiveness Factors And Destination Equity On Tourist‟s Loyalty In Koh Chang, Thailand. International Business & Economics Research Journal – October 2010 Volume 9, Number 10 Meng, Fang. 2006. An Examination of Destination Competitiveness from the
Tourists’ Perspective: The Relationship between Quality of Tourism Experience and Perceived Destination Competitiveness. Dissertation. Virginia Polytechnic Institute and State University
Middleton, Victor TC & Jackie Clarke. 2001. Marketing in Travel and Tourism 3rd Edition. Butterworth-Heinemann: Oxford
Mohamed, Badarudin, Shida Irwana Omar, and Masitah Muhibudin. 2009. Measuring the competitiveness of Malaysian Tourism Cities Through the Application of Multi Dimensional Scaling Analysis. Paper Presented at APTA 2009 Incheon Korea 9-12 July
Morgan Nigel, Pritchard Ann, Pride Roger. 2005. Destination Branding: Creating the Unique Destination Proposition. Oxford: Elsevier
Morgan, Michael, Peter Lugosi, and J. R. Brent Ritchie. 2010. The Tourism and Leisure Experience: Consumer and Managerial Perspectives. Chanel View Publications: Bristol
Morgan, Nigel, Annette Pritchard, Roger Pride. 2012. Destination Brands: Managing Place Reputation. Elsevier: Oxford
Morrison, Alastair M. 2002. Hospitality and Travel Marketing 3th Edition. Delmar : New York.
Muhcina, Silvia. 2008. Characteristics Of The Tourism Product. Annals of the University of Craiova Economic Science Series (Analele Universitatii din Craiova Seria Stiinte Economice), issue: 36 (Vol. 6 / 2008, pages: 2785-278
Murray, Noel, Patrick Lynch, and Anthony Foley. 2010a. Addressing Gaps in Understanding the Tourist Experience: Towards an Integrated
(4)
Perspective. Annual Conference of the Irish Academy of Management 2010
Murray, Noel, Patrick Lynch, and Anthony Foley. 2010b. Understanding the Tourist Experience Concept . Annual Conference of the Irish Academy of Management 2010
Navickas, Valentinas and Asta Malakauskaite. 2009. The Possibilities for the Identification and Evaluation of Tourism Sector Competitiveness Factors. Engineering Economics. 2009. No 1 (61)
Oh, Haemoon, Ann Marie Fiore, and Miyoung Jeoung.2007. Measuring Experience Economy Concepts: Tourism Applications. Journal of Travel Research 2007 46: 119-132
Oka A. Yoeti. 2000. Pengantar Ilmu Pariwisata; Edisi Revisi. Bandung: Angkasa Olimpia, B., Luminita, P., & Simona, S. 2011.The brand equity of touristic destinations - the Meaning of the value. Annals of The University Of Oradea, Economic Science Series, 193-199.
Ooi C. 2003. Crafting Tourism Experiences: Managing the Attention Product. Paper presented at the 12th Nordic Symposium on Tourism and Hospitality Research, Stavanger University College, Stavanger, 2-5 October
Otto, Julie E and J R Brent Ritchie. 1996. The Service Experience In Tourism. Tourism Management, Vol. 17. No. 3, pp. 165 174
Paparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Konferensi Pariwisata Nasional, Desember 2011
Pike, Steven D. 2007. Consumer-Based Brand Equity for Destinations: Practical DMO Performance Measures. Journal of Travel & Tourism Marketing 22(1):pp. 51-61.
Pine, B Joseph and James H. Gilmore. 1999. The Experience Economy: Work Is Theater & Every Business a Stage.
PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 lampiran 2
Qaemi, Vahid. 2012. An Empirical Survey 0n Perceived Value from Tourism Destination Based on Brand Equity Model: A Case Study of Qeshm Island. Management Science Letters 2 (2012) 2347–2354
(5)
Richardson, I John & Martin Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism. Pearson Hospitality Press.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung
Ritchie , J. R. Brent and Geoffrey I. Crouch .2003. The Competitive Destination A Sustainable Tourism Perspective. CABI Publishing: Trowbridge, UK Ritchie, J.R. Brent and Simon Hudson. 2009. Understanding and Meeting the
Challenges of Consumer/Tourist Experience Research. International Journal Of Tourism Research Vol 11, 111–126
Ryan, Chris. 2005. The Tourist Experience: A New Introduction 2nd edition. Thomson: London
Schmidt, Berndt H. 2010. Customer Experience Management: A Revolutionary Approach To Connecting With Your Customer. John Wiley & Sons: Scott, N., Laws, E., & Boksberger, P. 2009. The Marketing of Hospitality and
Leisure Experiences. Journal of Hospitality Marketing & Management, 18(2/3), 99-110
Seppo K. Aho. 2001. Towards a General Theory of Touristic Experiences: Modeling Experience Process in Tourism. Tourism Review, Vol. 56 Iss: 3/4, pp.33 – 37
Shaw, Colin . 2007. The DNA of Customer Experience: How Emotions Drive Value. Palgrave MacMillan: New York
Soekadijo, R.G. 2000. Anatomi Pariwisata. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Sonnleitner, Katharina. 2011. Destination image and its effects on tourism
marketing and branding: A case study about the Austrian National Tourist Office - with a special focus on the market Sweden. LAP LAMBERT Academic Publishing
Stanković, Ljiljana, dan Jelena Petrović. 2007. Marketing Of Tourism Destination
Of Niš, , Facta Universitatis Series: Economics and Organization Vol. 4,
No 1, 2007, pp. 9 – 20
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis, Alfabeta: Bandung
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
(6)
The ASEAN Travel & Tourism Competitiveness Report 2012
Tung , Vincent Wing Sun and J. R. Brent Ritchie. 2011. Exploring the Essence of Memorable Tourism Experiences. Annals of Tourism Research, Vol. 38, No. 4, pp. 1367–1386
Uma Sekaran .2006. Metode Penelitian untuk Bisnis (Terjemahan). Salemba Empat: Jakarta
UNWTO Handbook on Destination Branding (2009) Madrid, Spain ISBN: 978-92-844-1311-9
Verhoef, Peter C. 2009. Customer Experience Creation: Determinants, Dynamics and Management Strategies. Journal of Retailing 85 (1, 2009) 31–41 Voss, C.A. 2004. Trends in the Experience and Service Economy - The
Expereince Profit Cycle. Centre for Operations and Technology Management, London Business School, p. 1-39, March
Wang, Youcheng and Abraham Pizam. 2011. Destination Marketing and Management: Theories and Applications. CAB International: Oxforshire Wood, L. 2000. Brands and Brand Equity: Definition and Management.
Management Decision, 38. pp. 662-669
Situs Internet:
www.media.unwto.org, diakses tanggal 30 November 2012 www.media.unwto.org, diakses tanggal 3 Desember 2012 www.indonesia.travel, diakses tanggal 2 Desember 2012 www.eljohn.co.id diakses tanggal 2 Desember 2012
www.tourism-master.nl, diakses tanggal 20 November 2012