Sandra Dewi C9509084
commit to user
i
FOTOGRAFI
PREWEDDING
DENGAN KONSEP PERMAINAN TRADISIONAL
Disusun untuk menempuh Ujian Tugas Akhir Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi D3 Desain Komunikasi Visual
Disusun oleh:
Sandra Dewi
C9509084
PROGRAM STUDI D3 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
iv
“Sukses tidak bisa dicapai dalam waktu sekejap, namun pada saat rekan mereka tertidur, mereka tetap membanting tulang sampai larut malam”
(5)
commit to user
v
Karya sederhana yang tersusun dengan penuh Kesungguhan dan ketulusan hati ini, kupersembahkan Kepada:
Ibu saya Sriwati dan ayah saya Teguh Senjaya tercinta. Sosok yang selalu mendukung dan memberikan motivasi terbesar dalam hidup saya serta do’a yang selalu mengiringi langkah saya.
Dedy Christianto, Santi Dewi (kakakku) dan Dewi
kumala Sari, Dewi Oktaviani (adikku) tersayang. Sosok yang selalu mengerti, memotivasi dan selalu
Mendampingi cerita kehidupan saya.
Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi
(6)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala berkah dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul ”FOTOGRAFI PRE WEDDING
DENGAN KONSEP PERMAINAN TRADISIONAL”, sebagai syarat
mendapatkan gelar Ahli Madya dalam program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak sekali mendapatkan dorongan serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Maka dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, diantaranya :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Ahmad Adib, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi D3 Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.sekaligus Koordinator Tugas Akhir.
3. Rudy W. Herlambang, S.Sn., M.Sn selaku Pembimbing I Tugas Akhir. 4. Jauhari, S.Sn., M,Sn selaku Pembimbing II Tugas Akhir.
5. Seluruh Dosen dan Staff TU Program D3 Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
(7)
commit to user
vii
dapat menjadi bekal bagi penulis untuk menghadapi dunia kerja kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.
Surakarta, 22 Januari 2013
(8)
commit to user
viii
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ……… iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR… ……….. vi
DAFTAR ISI ... viii
ABSTRAK ……….. xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Perancangan ... 5
BAB II IDENTIFIKASI DATA ... 6
A. Fotografi ... 6
a. Sejarah Fotografi Wedding ... 6
b. Jenis Foto Pre Wedding ... ... 8
B. Penunjang Fotografi Pre wedding ... 10
1. costum ……… ... 10
2. Make up ………..……… ... 10
3. Tata rambut atau Hair Style……… ... 11
(9)
commit to user
ix
C. Permainan Tradisional ... 12
1. Dhakon……… ... 12
2. Egrang Bathok……… ... 14
3. Bekelan……… ... 15
4. Gangsingan……… ... 16
5. Yoyo……… ... 17
6. Tiga Jadi……… ... 17
7. Ancak-ancak Alis……… ... 19
D.Target Market ……… 21
E. Target Audience ……… 22
F. Komparasi……… ... 22
BAB III KONSEP PERANCANGAN ... 23
A. Konsep Karya ... 23
B. Konsep Perancangan ... 25
1. Strategi Visual……… ... 25
2. Strategi Verbal ……….. ... 29
C. Media Plan dan Placement ... 30
1. Media Lini Atas (above the line) ……….. ... 31
2. Media Lini Bawah (below the line) ……… . 32
D. Teknik Pelaksanaan ... 36
BAB IV VISUALISASI KARYA ... 49
(10)
commit to user
x
C. Merchandise …… ... 68
BAB V PENUTUPAN ... 73
A. Kesimpulan ………. 73
B. Saran-saran ……… ... 74 DAFTAR PUSTAKA
UCAPAN TERIMA KASIH
(11)
commit to user
xi
DENGAN KONSEP PERMAINAN TRADISIONAL
Sandra Dewi1
Rudy W. Herlambang, S.Sn., M.Sn2 Jauhari, S.Sn., M.Sn3 ABSTRAK
2013. Fotografi pre wedding sekarang ini berkembang sangat pesat, membuat para fotografer menjadi bersaing untuk mendapatkan konsumen. Sehingga perancangan fotografi Pre Wedding dengan konsep permainan tradisional , penulis memilih Coffee Table Book sebagai sarana promosi kepada konsumen, yang khususnya ingin membuat foto pre wedding. Dalam perancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional, penulis dihadapkan dengan berbagai konsep pre wedding yang kini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi pasangan kekasih yang ingin mengabadikan momment kebersamaan melalui fotografi. Dengan coffee table book ini diharapkan dapat memperkenalkan rancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional yang sangat ini menjadi trend. Perancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional dalam proses perancangan, diharapkan dapat di terima dikalangan khalayak masyarakat. Dalam proses perancangan penulis mengalami keterbatasan lokasi dan media penunjang properti. Oleh karena itu tujuan utama dari perancangan coffee table book melalui fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional, dpat memberikan ide konsep yang bisa melestarikan budaya sendiri.
1
Mahasiswa Program Studi D3 Deskomvis dengan NIM C9509084 2
Dosen pembimbing I
3
(12)
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fotografi merupakan teknologi digital yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sekarang ini, banyak orang menekuni dunia fotografi yang bermula dari sekedar hobi. Namun, kebutuhan masyarakat akan fotografi kian meningkat sehingga dunia fotografi sendiri menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Saat ini hampir semua fotografer komersial yang menyediakan jasa pemotretan wedding photography melayani juga jasa pre-wedding. Meski demikian dahulu fotografi pre-wedding bukan termasuk bidang atau genre yang biasa dikenal di dunia fotografi Internasional. Dunia mengenal fotografi
landscape, human interest, fotografi modeling, hingga fotografi wedding.
Foto pre-wedding mulai terkenal di masyarakat terutama masyarakat menengah ke atas. Sesuai namanya pre-wedding fotografi dilakukan oleh para pasangan pengantin sebelum menikah. Foto-foto tersebut nantinya ikut dipamerkan saat resepsi, yaitu dibagian enterance, atau diputar di layar slide
untuk diperlihatkan kepada para tamu. Bahkan saat ini ada beberapa perusahaan fotografi yang menawarkan inovasi baru untuk menjadikan foto pre-wedding
lebih dari sekedar foto biasa, yaitu dengan mengemas foto pre-wedding menjadi bagian dari dekorasi rumah, seperti jam dinding, mug, boks cantik, aksesori di rak buku, dan sebagainya.
(13)
commit to user
Dewasa ini konsep foto pre-wedding kini muncul dengan segala perkembangannya. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang, baik dari pihak fotografer maupun pasangan. Umumnya, pasangan yang datang ke fotografer sudah memiliki konsep tertentu untuk pemotretan pre-weddingnya. Sekarang ini pasangan sudah memiliki keinginan yang lebih komplek. Inspirasi bisa datang dari mana saja, seperti: film, teater, musik, dan masih banyak lain. Semua elemen pendukung seperti set lokasi, kostum, tata rias dan properti saling bersinergi untuk mendukung tema yang diinginkan. Selain itu, banyak tema yang bisa digunakan, salah satunya dengan memanfaatkan permainan tradisional.
Permainan tradisional, misalnya bisa dijadikan sebuah konsep yang menarik, terkesan sederhana, unik dan berbeda. Permainan tradisional sering disebut juga sebagai permainan rakyat, merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di masyarakat pedesaan. Namun, keberadaan permainan tradisional sudah hampir terpinggirankan dan tergantikan oleh permainan modern. Di sisi lain pola permainan anak mulai bergeser pada pola permainan di dalam rumah. Beberapa bentuk permainan yang banyak dilakukan adalah menonton tayangan televisi, games station dan game online. Permainan yang dilakukan di dalam rumah lebih bersifat individual karena permainan tersebut tidak mengembangkan ketrampilan sosial anak. Permainan tradisional dapat diartikan bukanlah hanya sekedar alat penghibur hati, sekedar penyegar pikiran, atau sekedar sarana olahraga. Tetapi permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat ulet, trampil, tangkas, cekatan, dan lain sebagainya.
(14)
commit to user
Tidak banyak pasangan mengabadikan foto pre-wedding mereka secara sederhana dan menampilkan kesan tradisional. kebanyakan pasangan lebih senang menampilkan kesan glamour. Konsep pre-wedding banyak yang menggunakan gaya modern dan berkesan glamour. Bahkan, dengan menggunakan konsep-konsep yang tradisional pun juga bisa digunakan sebagai foto pre wedding, justru disisi lain dapat mengangkat sisi ciri khas dari masyarakat jawa.
Sekarang ini permainan tradisional mulai terpinggirkan dan tergantikan oleh permainan modern yang berupa game online, toys, dan sebagainya. Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-permainan tradisional. Namun paling tidak generasi muda saat ini bisa mengenalkan kepada generasi muda lainnya. Tentu dengan harapan agar generasi muda sekarang bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa menghargai karya dan identitas bangsanya sendiri walaupun teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana. Oleh karena itu penulis ingin menyajikan fotografi pre-wedding dengan menggunakan konsep yang yang berbeda, sederhana, unik dan lebih menonjolkan kesan tradisional pada konsep visual.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin mencoba mempresentasikan konsep permainan tradisional agar menjadi konsep pre-wedding yang sangat menarik dan tidak kalah dengan fotografi pre-wedding yang menggunakan konsep
glamour. Selain itu, penulis ingin menjadikan konsep permainan tradisional sebagai fotografi pre-weeding yang dapat menginspirasi para pasangan agar
(15)
commit to user
tradisionalan masyarakat jawa. Dengan demikian, penulis ingin mengonsep sebuah karya fotografi pre-wedding yang berjudul “PERANCANGAN FOTOGRAFI PREWEDDING DENGAN KONSEP PERMAINAN TRADISIONAL”.
B. Pembatasan Masalah
Pola pembatasan masalah di sini ditambahkan bertujuan untuk mendapatkan informasi materi, properti, alat serta agar pembahasan tidak menyimpang dari menyimpang dari tujuan. Mengingat perancangan fotografi pre-wedding dengan konsep permainan tradisional ini hanya berorientasi pada alat dan tata cara permainannya, sehingga mampu menjadi karya fotografi pre-wedding
yang unik, creative, berbeda, sederhana dan menonjolkan kesan yang tradisional. Adapun ragam permainan tradisional yang biasa kita jumpai di sekitar daerah Yogyakarta misalnya dhakon, egrang bathok, bekelan, gasing, egklek, tiga jadi, ancak-ancak alis. Namun disini penulis tertarik untuk mencoba mempublikasikan konsep permainan tradisional agar menjadi konsep pre-wedding yang sangat menarik dan tidak kalah dengan foto pre-wedding yang menggunakan konsep
glamour.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mempopulerkan keberadaan permainan tradisional kepada masyarakat melalui fotografi pre-wedding dengan konsep permainan tradisional?
(16)
2. Bagaimana menciptakan karya fotografi pre-wedding dengan konsep permainan tradisional, seperti dhakon, egrang bathok, bekelan, gasing, egklek, tiga jadi, ancak-ancak alis dengan baik sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap permainan tradisional?
3. Bagaimana menyajikan fotografi pre-wedding dengan konsep permainan tradisional agar menjadi inspirasi bagi pasangan untuk lebih memperkenalkan permainan tradisional?
D. Tujuan Perancangan
1. Membuat karya fotografi pre-wedding dengan menggunakan alat dan cara permainan tradisional sebagai konsepnya sehingga dapat mengangkat keberadaan permainan tradisional dan tetap menonjolkan nilai estetis sebuah karya fotografi.
2. Menciptakan karya fotografi pre-wedding dengan konsep permainan tradisional dengan baik dan memunculkan kesenangan dalam memainkan permainan tradisional.
3. Menampilkan fotografi pre-wedding dengan konsep permainan tradisional agar menjadi inspirasi bagi pasangan untuk lebih memperkenalkan permainan tradisional.
(17)
commit to user
6
BAB II
IDENTIFIKASI DATA
A. FOTOGRAFI
1. Fotografi
Fotografi dari bahasa inggris photography, yang berasal dari kata yunani yaitu photos yang berarti cahaya dan Graphos yang berarti melukis atau menulis. Jadi, secara harfiah pengertian umum dari fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media cahaya ini adalah kamera (Rudiyant Syndicate, 2011:6)
Sekarang ini banyak orang menekuni fotografi awalnya sebatas hobi. Namun, kebutuhan masyarakat yang membutuhkan media fotografi sendiri menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan. Dunia mengenal fotografi landscape, human interast, modeling photography, hingga wedding photography.
2. Fotografi wedding
a. Sejarah Fotografi Wedding
Praktek fotografi pernikahan sudah ada dan mulai tumbuh sejak penemuan bentuk seni oleh Joseph Nicephore Niepce (5 maret 1765 – 5 juli 1873) adalah seorang penemu dari Perancis dan orang yang paling dicatat sebagai penemu fotografi. Pada kenyataannya bukti photo yang ditemukan tidak mendukung fakta tersebut, namun pada tahun 1840 ditemukan bukti pernikahan dari Ratu Victoria
(18)
commit to user
dengan Pangeran Albert, orang-orang mulai mengenal fotografi pernikahan sehingga pada setiap pesta pernikahan selalu menggunakan jasa fotografer. Jasa fotografer terkadang tidak dianggap oleh orang-orang yang hadir dalam pesta pernikahan karena orang-orang tidak suka pose di depan kamera. Sehingga pada jaman itu fotografi pernikahan lebih menyerupai fotografi dokumenter
(http://wikipedia.com, diakses 26/04/2012).
Pada waktu itu karena fotografi masih hitam putih, fotografer memaksimalkan pengaturan lampu flash untuk menghasilkan gambar yang indah, namun karena dalam era tersebut peralatan fotografi yang begitu besar sehingga tidak memungkinkan untuk dibawa ke sebuah acara pernikahan , Sehingga orang mulai berpindah ke studio foto untuk membuat sebuah foto pernikahan, meskipun tidak secara resmi namun inilah awal tumbuhnya fotografi pre wedding.
Pada tahun 1990 perkembangan kamera digital mulai meluas sejak kodak memproduksi sebuah alat yang dapat merubah kamera konvensional menjadi kamera digital, dengan cara alat tersebut diletakkan pada bagian belakang kamera tempat di mana film berada , jadi kamera tersebut tidak lagi merekam dengan menggunakan film
melainkan sebuah media perekam digital atau yang sekarang dikenal dengan nama memory card. Pada awal tahun 1900 mulai dikenalkan
film warna, namun kualitasnya masih begitu jelek. Warnanya yang tidak tajam serta gambarnya juga kadang memudar. Tahun 1936 sebuah perusahaan film dari Jerman yaitu agfa mengeluarkan film
warna Neue, yang merupakan bentuk awal dari film modern saat ini. Saat itu pula merupakan perubahan dari fotografi pernikahan yang
(19)
commit to user
fotogafi pernikahan (http://sejarah-weddng-fotografi.com, diakses 25/04/2012).
Pre wedding di Indonesia telah menjadi tren bagi pasangan yang akan menikah. Di Indonesia bisa di bilang merupakan negara yang mempopulerkan konsep ini, Karena di masyarakat yang tinggal di belahan dunia barat mengenal fotografi pre wedding dengan istilah spesifik yang diberi nama engagement photography. Di negara barat,
engagement photography adalah momen spesifik tepat menjelang upacara atau resepsi pernikahan, saat pengantin dirias, panitia sibuk mondar-mandir, keluarga besar tampak siaga, dan segala persiapan acara diatur sedemikian rupa. Sedangkan di masyarakat kita, pre wedding adalah kegiatan jauh sebelum hari-H, ketika pasangan hanya ingin mengabadikan moment saat mereka berdua (Ardiyanto Nugraha, 2011:9).
b. Jenis Foto Pre Wedding
Foto pre wedding sendiri berdasarkan tempat pemotretannya dibagi dalam dua kategori, yaitu foto pre wedding in door dan out door.
1) Pre wedding in door
Pre wedding adalah fotografi pre wedding yang dilakukan di dalam studio foto. Kelebihan dari pre wedding in door adalah kita dapat membuat setting tempat dan pengaturan lighting sesuai keinginan sehingga mampu membuat suasana yang sesuai
(20)
imajinasi kita. Kemudian lighting studio mampu kita rekayasa, misalnya seberapa terang cahaya yang ingin kita berikan kepada objek, arah cahaya juga bisa diatur sendiri. Walaupun dalam pemakaian lighting studio membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun dengan melakukan foto pre wedding di studio kreatifitas dalam membuat setting studio dapat kita atur sendiri sesuai konsep dan imajinasi kita.
2) Pre wedding out door
Pre wedding out door adalah fotografi pre wedding yang dilakukan di luar ruangan. Beberapa tempat yang sering dijadikan tempat pemotretan antara lain di pegunungan, pantai, gedung-gedung tua, tempat bersejarah, danau, tempat ibadah, dan lain-lain. Kelebihan fotografi out door adalah tidak perlu menyeting tempat namun tinggal memanfaatkan apa yang sudah ada, seseorang tinggal mengatur komposisi pengambilan gambar, seperti mengatur komposisi yang sudah ada di lokasi tersebut. Sedangkan kekurangan dari fotografi out door adalah kita tidak bisa mengatur intensitas cahaya maupun arah datang cahaya karena kita menggunakan sumber cahaya alami, yaitu sinar matahari. Namun hal tersebut dapat kita siasati dengan melakukan survey lokasi sehingga kita mampu menentukan waktu serta tempat pemotretan dengan tepat sehingga sesuai dengan yang kita harapkan.
(21)
commit to user
Selain pemilihan tempat yang harus diperhitungkan dalam pembuatan fotografi pre wedding adalah kostum. Kostum yang biasa digunakan adalah gaun, kebaya, dress untuk calon mempelai wanita, sedangkan untuk laki-laki biasanya jas, kemeja, kaus berkerah dan lain-lain. Namun semua itu kembali lagi ke konsep yang akan digunakan dalam pengambilan foto pre wedding.
Properti pendukung juga sangat berperan penting misalnya bunga, syal, balon, payung, gitar dan lain-lain. Selain memperindah gambar, properti pendukung juga mampu memberikan aksen tersendiri bagi karya fotografi pre wedding.
B. PENUNJANG FOTOGRAFI PREWEDDING
1. Costum
Pemilihan costum untuk fotografi pre wedding sangat berperan penting dalam sebuah konsep pre wedding. Karena dapat menentukan penampilan pasangan agar lebih terlihat terkonsep dan terlihat berbeda dari sebelumnya.
2. Make up
Make up merupakan kompenen penting dalam fotografi pre
wedding. Karena dapat digunakan untuk mengubah wajah seseorang sesuai dengan kebutuhan agar memunculkan kelebihan dan kekurangan pada
(22)
wajah. Tujuan make up adalah mengoreksi penampilan wajah sesuai dengan konsep yang digunakan.
3. Tata Rambut atau Hair Style
Tatanan rambut juga harus menunjang penampilan saat pengambilan foto akan menjadi daya tarik tersendiri bagi mata yang memandang. Tatanan rambut dapat diaplikasikan di berbagai macam variasi. Namun, bagi pasangan kekasih yang ingin mengabadiakan
moment pre wedding sebaiknya menata rambut sesuai dengan konsep yang digunakan.
4. Properti
Penggunaan properti dalam fotografi pre wedding dilakukan agar konsep yang diinginkan lebih pasti antara model pre wedding dan properti sesuai yang diharapkan. Selain itu properti dapat berfungsi sebagai pelengkap konsep dalam pemotretan pre wedding tersebut. 5. Memilih lokasi
Memilih lokasi merupakan kebutuhan yang utama setelah menentukan konsep foto pre wedding. Pemilihan lokasi untuk dijadikan pengambilan foto pre wedding sangat penting untuk kebutuhan pemotretan. Tujuan memilih lokasi adalah untuk menguasai medan suatu tempat agar kita tahu sudut-sudut pemotretan mana yang terbaik.
(23)
commit to user
C. PERMAINAN TRADISIONAL
Permainan tradisional sebagian besar berupa permainan anak itu adalah merupakan bagian dari folklore atau cerita rakyat, disamping cerita rakyat, lagu-lagu rakyat dan tari-tarian rakyat. Sedangkan permainan tradisional itu adalah suatu hasil budaya masyarakat, yang berasal dari jaman dahulu, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laki perempuan, kaya miskin, rakyat bangsawan dengan tiada bedanya. Permainan tradisional bukanlah hanya sekedar alat penghibur hati, sekedar penyegar pikiran, atau sekedar sarana olahraga. Tetapi memiliki latar belakang yang bercorak rekreaktif, kompetitif, paedagogis, magis dan religius.
Permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat trampil, ulet, tangkas, cekatan dan lain sebagainya. Permainan tradisional yang masih dikenal masyarakat, antara lain:
1. Dhakon
Permainan dhakon atau congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang yang biasanya perempuan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75cm dan lebar 15cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Di antara keduanya terdapat lubang yang lebih kecil dari induknya berdiameter kira-kira 5cm. Setiap deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah.
(24)
commit to user
Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bagian sisi milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang yang dilalui termasuk lubang induk milik kita atau lubang induk sebelah kiri kecuali lubang induk milik lawan, jika biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian lain maka bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir jatuh ke lubang yang kosong. Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang terdapat di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang induk miliknya.
Permainan dhakon bukan hanya sekedar mengalahkan lawan dengan menjatuhkan biji-bijian ke dalam lubang dhakon, tetapi permainan ini mempunyai makna kecerdasan berhitung sangat diperlukan dalam suatu permainan (Sukirman Dharmamulya, 2005:128).
(http://www.google.com/refrensi/247-permainan-anak-tradisional.html diakses tanggal 24 febuari 2012)
(25)
commit to user
2. Egrang bathok
Selain mengenal egrang dari bambu, anak-anak masyarakat Jawa masa lalu juga mengenal egrang bathok. Egrang jenis terakhir ini dibuat dari bahan dasar tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau
dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Dolanan egrang bathok tidak terbatas untuk dimainkan oleh anak laki-laki, tetapi juga kadang dipakai untuk bermain anak perempuan. Permainannya pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan ke atas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan.
Permainan engrang bathok bukan sekedar permainan individu atau kelompok yang biasa dipakai untuk perlombaan. Namun, dibutuhkan ketangkasan dan kecepatan dalam berjalan memainkan engrang bathok ini. Pada saat ini permainan ini sudah sangat jarang dijumpai di lingkungan masyarakat jawa. Belum tentu juga pasar tradisional ini menjual alat permainan ini. Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-permainan tradisional, termasuk dolanan egrang bathok. Namun paling tidak generasi tua saat ini bisa mengenalkan kepada generasi muda sekarang. Tentu dengan harapan agar generasi muda sekarang bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa menghargai karya
(26)
dan identitas bangsanya sendiri walaupun teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana.
(http://www.google.com/10-permainan-tradisional-anak-indonesia_files/10-permainan-tradisional-anak-indonesia.htm diakses pada tanggal 14 April 2012)
3. Bekelan
Bekelan merupakan salah satu permainan yang menggunakan
media bola kecil terbuat dari karet yang dapat menghasilkan daya pantul jika dilemparkan, dan ditambah beberapa biji buah tertentu ataupun biasanya menggunakan kwuk atau suatu nama jenis kerang kecil yang mati dikeringkan sebagai alat untuk memainkan permainan tersebut sebanyak duabelas atau delapanbelas buah, biasanya dalam jumlah kelipatan enam. Permainan ini dimainkan di atas lantai yang cukup datar dengan jumlah pemain dua sampai lima orang atau lebih dan dapat dilakukan sendiri atau berkelompok. Untuk memainkan permainan ini diperlukan keahlian dan kelincahan untuk menangkap bola setelah dipantulkan, permainan ini juga memerlukan pengaturan waktu dan strategi yang tepat. Juga yang didapat dari permainan ini yaitu menimbulkan sikap lebih cekatan.
(27)
commit to user
(http://www.google.com/10-permainan-tradisional-anak-indonesia_files/10-permainan-tradisional-anak-indonesia.htm diakses pada tanggal 14 April 2012)
4. Gasingan
Gasingan adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan keseimbangan pada suatu titik. Gasingan merupakan suatu mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk ramalan nasib.
Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, ada juga yang dibuat dari plastik, bambu atau bahan-bahan lainnya. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda tergantung pada lengan yang memainkan.
Permainan ini dimainkan di atas tanah atau lantai yang datar agar saat gasing mulai dimainkan, gasing dapat berputar sesuai dengan poros dan keseimbangan pada suatu titik. Untuk memainkan permainan ini memerlukan pengaturan strategi yang tepat agar gasing dapat dapat berputar lama. Selain itu, diperlukan tenaga untuk menarik tali pada gasing agar dapat berputar lama.
(28)
commit to user
(http://www.google.com/refrensi/247-permainan-anak-tradisional_files/a_003.htm diakses pada tanggal 24 febuari 2012)
5. Yoyo
Yoyo adalah suatu permainan yang tersusun dari dua cakram
berukuran sama, biasanya terbuat dari plastik, kayu atau logam yang dihubungkan dengan suatu sumbu, di mana tergulung tali yang digunakan. Satu ujung tali terikat pada sumbu, sedangkan satu ujung lainnya bebas dan biasanya diberi kaitan. Permainan yoyo adalah salah satu permainan yang populer.
Yoyo dimainkan dengan mengaitkan ujung bebas tali pada jari tengah, memegang yoyo, dan melemparkannya ke bawah dengan gerakan mulus. Dengan menggerakan pergelangan tangan, yoyo dapat dikembalikan ke tangan pemain, di mana tali akan kembali tergulung dalam celah sumbu.
6. Tiga jadi
Menilik dari namanya, jelas bahwa permainan tradisional ini memang menyerap dari bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jawa, berarti
(29)
commit to user
ini hampir mirip dengan permainan tradisional Jawa lainnya seperti mul-mulan dan bas-basan.
Permainan Tiga Satu adalah sebuah permainan ringan, mudah, dan sederhana. Bisa dimainkan di halaman rumah maupun di luar rumah, asalkan tempatnya teduh. Lantai biasanya tempat yang paling cocok. Namun jika terpaksa dimainkan di atas tanah juga tidak masalah. Walaupun permainan ini cukup mudah dan tidak menguras tenaga bagi yang bermain, namun membutuhkan konsentrasi dan taktik yang jitu. Dalam permainan ini ada pemain yang kalah dan menang. Satu permainan Tiga Jadi cukup dilakukan oleh dua anak yang saling berhadap-hadapan. Alat yang dibutuhkan untuk bermain ini pun juga cukup sederhana, karena hanya mengambil dari benda-benda alam sekitar, seperti biji buah atau kecik, kerikil, kreweng, dan semacamnya. Kadang pula memakain sobekan kertas, kardus, dan semacamnya. Setiap anak yang bermain, sebaiknya mencari tiga buah gacuk atau alat bermain yang sama, misalnya kalau krikil, krikil semua. Pemain lain bisa menggunakan kecik semua. Tujuannya agar dalam permainan mudah membedakan gacuk sendiri dengan gacuk lawan.
Untuk memainkan permainan ini diperlukan pengaturan strategi yang tepat, kesabaran dan ketelatenan. Selain itu kedua pemain harus membuat kesepakatan agar dalam bermain bersikap positif dan tidak curang.
(30)
commit to user
(http://www.google.com/10-permainan-tradisional-anak-indonesia_files/0.htm diakses pada tanggal 22 April 2012)
7. Ancak-ancak alis
Satu lagi permainan tradisional masyarakat jawa yang sering dimainkan oleh anak-anak tanpa harus membutuhkan peralatan tetap, yaitu
ancak-ancak alis. Di zaman dulu, sebelum kemerdekaan bangsa indonesia, permainan yang di iringi dengan lagu-lagu dolanan ini terkenal di berbagai wilayah pedesaan di masyarakat pertanian jawa. Dolanan ini biasa dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan sebaya. Tetapi kadang pula anak-anak yang lebih besar pada jaman dulu masih suka memainkan dolanan ini.
Permainan ini hanya memerlukan sebidang tanah sesuai dengan jumlah pemain. Semakin banyak pemain semakin luas arena permainan yang dibutuhkan. Di luar itu tidak diperlukan perlengkapan apa-apa. Selain itu permainan ini menggunakan lagu pengiring tanpa instrumental.
Para pemain baik laki-laki maupun perempuan berkumpul satu tempat yang telah ditentukan. Setelah siap pililah dua orang di antara mereka, misal A dan B untuk berperan sebagai petani. Syarat-syarat umum
(31)
commit to user
kuat dan sama besar. Kedua petani tersebut kemudian memisahkan diri untuk mengadakan perundingan yang tidak boleh diketahui oleh pemain lainnya. Dalam perundingan tersebut mereka memilih nama untuk dirinya masing-masing. Nama ini biasanya merupakan nama alat-alat petani misalnya, garu, pacul, luku, arit dan sebagainya. Setelah menemukan nama bagi mereka masing-masing, mereka kembali berkumpul dengan pemain lainnya.
Permainan di mulai. Kedua petani A dan B berdiri berhadapan, misalnya berdiri menghadap utara dan selatan. Keempat tangan mereka diangkat ke atas dan keempat telapak tangannya saling menempel sehingga seolah-olah membentuk sebuah pintu gapura. Kedua petani tersebut selalu menggerakan tangannya dan saling bertepuk satu dengan lainnya sambil menyanyikan lagu ancak-ancak alis.
Permainan ancak-ancak alis memang harus membutuhkan kesabaran karena memerlukan waktu yang lama. Selain itu memerlukan kekompakan dan kebersamaan dalam bermain, agar permainan menyenangkan.
(http://www.google.com/10-permainan-tradisional-anak-indonesia_files/10-permainan-tradisional-anak-indonesia_data/tf.htm diakses pada tanggal 14 April 2012)
(32)
D. TARGET MARKET
Target market dari perancangan Fotografi Pre wedding dengan konsep permainan tradisional ini meliputi:
1. Segmentasi Geografis
Tersegmen pada masyarakat yang berada di kawasan negara Indonesia. 2. Segmentasi Demogafis
a. Umur : 17-35 tahun
b. Jenis Kelamin : Perempuan dan laki-laki c. Pekerjaan : Semua jenis pekerjaan d. Pendidikan : SMU dan perguruan tinggi
e. Sosial Ekonomi : Kalangan menengah dan menengah atas 3. Segmentasi Psikografis
Secara Psikografis tertuju pada para pasangan yang ingin membuat foto pre wedding dengan menggunakan konsep yang berbeda yaitu dengan konsep permainan tradisional agar terkesan lebih unik, creative, berbeda, sederhana dan tradisional. selain itu juga dapat mengingatkan kita bahwa permainan tradisional ini sudah mulai terpinggirkan terutama di kota-kota besar.
4. Segmentasi Perilaku
Mampu menjadi konsep fotografi pre wedding yang paling digemari oleh para pasangan yang ingin membuat foto pre wedding.
(33)
commit to user
Merasa terkesan menggunakan konsep permainan tradisional sebagai fotografi pre wedding.
Merasa senang ketika menggunakan alat dan cara permainan tradisional.
E. TARGET AUDIENCE
Target audience adalah siapa saja yang nantinya akan melihat hasil karya foto ini. Seluruh masyarakat yang berumur 17-35 tahun terutama masyarakat yang menyukai fotografi, khususnya yang tertarik dengan foto pre wedding.
F. KOMPARASI
1. Alvin photography
Alvin photography memiliki system untuk menjaga kualitas produk seni yang dihasilkan. Konsep yang ditawarkan unik, kreatif, dan tidak monoton, dengan hasil yang optimal dan berkualitas. Alvin photography selalu memperhatikan dan mempersiapkan setiap detail
untuk mendukung pemotretan.
(http://www.facebook.com/konsep-alvin-photography diakses tanggal 24 april 2012)
(34)
commit to user
23
BAB III
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Karya
Pada proses penyusunan konsep karya yang rencananya dibuat oleh penulis melalui media komunikasi visual, penulis memiliki dasar pemikiran atau konsep bagaimana mempromosikan Coffee Table Book Fotografi pre wedding
dengan Konsep permainan tradisional pada khalayak umum, yaitu dengan menonjolkan penyajian yang diaplikasikan dalam mendesain media promosi yang menarik. Dapat terlebih dahulu menentukan antara lain:
1. Pendekatan Kreatif
Strategi konsep Coffee Table Book Fotografi pre wedding dengan Konsep permainan tradisional menggunakan pendekatan information dan emotional. Pendekatan information digunakan untuk menyampaikan informasi berupa keterangan permainan tradisional. sedangkan, emotional secara psikologis
diterapkan karena dengan adanya Coffee Table Book ini, dapat menarik para calon konsumen.
2. Positioning
Positioning yaitu mengacu pada tindakan diferensiasi sebuah merek di dalam pikiran para konsumen terhadap dan melebihi para pesaing dalam hal atribut-atribut dan manfaat-manfaat yang ditawarkan dan tidak ditawarkan oleh merek (Keegan dan Green, 2005:250)
(35)
commit to user
Positioning adalah menempatkan sebuah produk atau jasa untuk mendapatkan posisi yang baik di mata konsumen. Positioning merupakan strategi penempatan diri dalam upaya mewujudkan apa yang telah menjadi tujuannya, yaitu dengan memperkenalkan keberadaan Coffee Table Book Fotografi pre weddinng dengan Konsep permainan tradisional kepada khalayak sebagai
Coffee Table Book yang mampu memotivasi sepasang kekasih agar dapat menciptakan konsep pre wedding sendiri. Maka itu, positioning adalah menempatkan Coffee Table Book Fotografi pre wedding dengan Konsep permainan tradisional dengan menampilkan tema yang berbeda dan tetap menonjolkan kesan klasik.
3. Unique Selling Preposition (USP)
Unique Selling Preposition (USP) yang memiliki definisi faktor atau pertimbangan yang disajikan oleh penjual sebagai alasan bahwa satu produk atau layanan berbeda dari dan lebih baik dari pada kompetisi (kutipan dalam www.enterpreneur.com, diakses 16/04/2012).
Ciri khas yang membedakan Coffee Table Book fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional ini, dengan yang lainnya adalah pengkaryaannya yang memakai tema permainan tradisional dan berkarakter klasik.
(36)
commit to user
B. Konsep Perancangan
Pada perancangan karya Tugas akhir ini suatu strategi perancangan diperlukan suatu pemikiran atau gagasan yang tepat untuk dapat direalisasikan menjadi sebuah media promosi yang komunikatif dan efektif. Dalam hal ini fotografi sebagai media promosi diartikan bahwa fotografi dipakai sebagai ilustrasi dan bisa menjangkau target audience yang didukung oleh berbagai unsur grafis, seperti: typografi, ilustrasi, warna dan unsur-unsur pendukung lainnya, sehingga fungsi dari promosi karya fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional pada masyarakat umum dapat digemari dan menjadikan nilai seni yang artistik. Ada beberapa pokok pemikiran yang mengacu pada pola dukungan dalam menciptakan desain secara menyeluruh. Unsur pendukung tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Strategi Visual
Untuk memaksimalkan hasil karya perlu didukung dengan penggunaan unsur-unsur pokok visual, seperti typography, layout, warna serta unsur pendukung lainnya dan diterapkan pada media yang tepat.
a. Typography
Typography disini berkaitan erat dengan pemilihan jenis huruf yang akan digunakan dalam merancang iklan media komunikasi visual, sehingga mampu tampil menarik dan akan mudah menyiratkan pesan atau gagasan yang akan disampaikan. Typography yang baik mengarah pada keterbacaan dan menariknya desain huruf tertentu
(37)
commit to user
sehingga dapat menciptakan karakter atau karakteristik produk yang bersangkutan ( Frank Jefkins 1996:248). Huruf yang digunakan adalah:
1. Curlz MT
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 0123456789
Pemilihan typography ini karena memiliki karakter dekoratif, karena berupa garis lengkung organik selain itu, terkesan periang apa adanya, menyenangkan, tidak kaku dan bersahabat. Sehingga, dapat memperkuat tema foto yang akan ditampilkan.
2. Kunstler Script
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz 0123456789
Pemilihan typography ini karena memiliki karakter dekoratif yang unik, karena bentuknya menyerupai tulisan tangan, seperti goresan kuas atau pena kaligrafi. Sehingga dapat memperkuat desain foto.
3. Arial
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss
(38)
commit to user Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz
0123456789
Pemilihan typography ini dimaksutkan untuk mempermudah pembaca media iklan yang berukuran kecil, karena dengan menggunakan jenis typography seperti ini keterbacaannya tidak terlalu sulit.
b. Ilustrasi
Pada sebuah media promosi tentunya harus terdapat sebuah ilustrasi untuk lebih memperjelas apa yang hendak disampaikan kepada masyarakat. Ilustrasi harus benar-benar menarik untuk memenuhi fungsinya sebagaidaya tarik, maka ilustrasi harus dominan.
Ilustrasi fotografi disini lebih menekankan pada pose model, cara memainkan alat permainan tradisional serta suasana yang tercipta saat pemotretan berlangsung.
c. Warna
Warna merupakan representasi bahasa komunikasi yang disampaikan lewat indera pengelihatan. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan pengelihatan, sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat (Adi Kusrianto, 2007:46), sehingga unsur warna memiliki unsur penting dalam sebuah promosi karena warna merupakan salah satu cara tersampaikannya pesan melalui komunikasi visual. Oleh karena itu perancangan warna pada media promosi ditentukan
(39)
commit to user
beberapa sebab yaitu kesesuaian dengan tema. Beberapa yang digunakan adalah:
1. Warna coklat tua
C: 63 M: 71 Y: 69 K:81
Warna ini mencerminkan kekuatan, dalam, elegan, klasik dan mahal.
2. Warna kuning pastel
C: 1 M: 1 Y: 28 K: 0
Warna ini dapat mencerminkan sensual, modern dan menjadi hidup.
3. Warna coklat muda
C: 21 M: 28 Y: 100 K: 10
Warna ini menimbulkan warna sederhana, membawa irama klasik, berkarakter kuat untuk warna tradisional.
4. Warna putih
(40)
commit to user
Warna ini mencerminkan kesucian, kebersihan dan ketidak bersalahan.
2. Strategi Verbal
a. Kepala berita (headline)
Headline disebut juga sebagai judul atau kepala tulisan. Headline
dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya. Suatu headline dapat memberikan rangsangan dan ketertarikan pada pembaca agar bisa diminati dan dinikmati pembaca. Headline yang digunakan adalah “Unique and Different” yang mencitrakan agar sepasang kekasih bisa menampilakan akspresi senang pada momment-momment saat bersama melalui media permainan tradisional.
b. Penjelasan Kepala Berita (sub headline)
Sub headline disebut juga sub judul headline merupakan pernyataan tertulis untuk sedikit menjelaskan headline dan merupakan jembatan penghubung antara headline dan body copy. Kalimat dalam suatu sub headline lebih jelas dan lebih menarik agar mudah dicerna oleh konsumen. Sub headline yang digunakan adalah
“Mengabadikan kebersamaan melalui permainan tradisional”. sub headline ini digunakan agar lebih mempertegas headline sehingga tujuan promosi dapat dengan baik kepada khalayak umum.
(41)
commit to user
c. Teks atau body copy
Body copy merupakan kalimat-kalimat teks iklan yang akan mengemukakan uraian pesan-pesan produk yang bersangkutan.
Bodycopy berfungsi menerangkan tentang produk sebenarnya yang yang dapat dipertanggungjawabkan.
C. Media Plan dan Placement
Media adalah segala sarana komunikasi yang dipakai untuk mengantarkan dan menyebarluaskan pesan-pesan pada iklan. Strategi media yang diperlukan agar pesan-pesan yang disampaikan dapat dirancang dan dilakukan dengan baik. Maka promosi tersebut harus tepat dan terselesaikan dengan mempertimbangkan:
1. Media lini atas (Above the line)
Menurut Frank Jefkins (1996:86) media lini atas adalah media iklan luar ruangan yang mengharuskan membayar komisi ke pihak tertentu. Sarana media komunikasi massa yang menjadi sarana media lini atas antara lain berupa iklan surat kabar, majalah, televisi.
2. Media lini bawah (Below the line media)
Merupakan jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya komisi, walaupun bersifat komersial tetapi tidak terikat kontrak atau sewa tanah. Terdiri dari seluruh media selain media di atas, seperti kalender, sticker, cutting, leaflet.
(42)
commit to user
1. Media lini atas a. Surat kabar
Merupakan iklan yang berisi informasi tentang produk yang ditawarkan. Surat kabar merupakan media yang memiliki segmentasi pembaca dan daya jangkau area yang luas. Sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengetahui keberadaan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional melalui coffee table book.
1) Desain media
Desain iklan koran ini menggunakan warna hitam putih yang isinya berupa penjelasan isi dari coffee table book ini.
2) Penempatan media
Surat kabar kompas dengan spesifikasi iklan dimuat pada
space iklan 2 kolom (38 x 120 mm) dan dimuat selama 1 minggu.
b. Iklan majalah
Majalah adalah salah satu jenis dari media massa. Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-tulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah. Majalah biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya terdapat tulisan, di dalam majalah juga
(43)
commit to user
ada gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik.
1) Desain media
Desain iklan majalah ini menggunakan warna klasik yang isinya berupa penjelasan isi dari coffee table book ini
2) Penempatan media
Majalah wedding, seperti the wedding dan weddingku. 2. Media lini bawah
a. Coffee table book
1) Desain media
Coffee table book ini berisi tentang pre wedding dengan berbagai konsep permainan tradisional. Dengan tebal buku 15
sheet dengan ukuran 15x40cm. 2) Penempatan media
Penempatan media ini di studio foto b. Poster
Poster merupakan media yang mempunyai karakteristik penekanan visual yang terlatak pada illustrasinya. Keunggulan poster adalah kemampuannya untuk menampilkan ilustrasi visual dan warna yang menarik.
(44)
commit to user
1) Desain media
Desain poster ini hanya berisi penjelasan mengenai coffee table book fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional.
2) Penempatan media
Media poster ini nantinya ditempelkan di mall, salon, butik.
c. X-banner
1) Alasan pemilihan media
Sebagai informasi adanya pameran Coffee Table Book Fotografi
pre wedding dengan Konsep permainan tradisional. 2) Konsep
Dibuat dengan ilustrasi simple dengan body text penjelasan tentang acara pameran.
3) Placement
Dipakai ketika open pameran. 1. Merchandise
a. Stiker
1) Alasan pemilihan media
Karena daya jangkauannya yang cukup luas, fleksibel, dan dapat dipasang di mana saja. Proses penyebaran dan distribusinya cukup mudah.
(45)
commit to user
2) Konsep
Konsep dari stiker ini adalah lebih menonjolkan dari head line
yang akan disampaikan kepada khalayak.
3) Placement
Dibagi-bagikan pada saat diadakan pameran Coffee Table Book
Fotografi pre wedding dengan Konsep permainan tradisional.
b. Pin
1) Alasan pemilihan media karena selain sebagai media promosi yang efektif, pin juga bisa dijadikan aksesoris.
2) Konsep
Konsep dari pin ini adalah lebih menonjolkan dari head line yang akan disampaikan kepada khalayak.
3) Placement
Digunakan sebagai door prize saat pameran. c. Gantungan kunci
1) Alasan pemilihan media
Benda yang sering digunakan sehari-hari secara tidak langsung. 2) Konsep
Desain simple dengan menonjolkan headline fotografi pre wedding
dengan konsep permainan tradisional.
3) Placement
(46)
commit to user
d. Calender
1) Alasan pemilihan media
Media promosi yang dapat digunakan sehari-hari dan dapat bermanfaat bagi semua orang.
2) Konsep
Layout yang simple dan menarik.
3) Placement
Digunakan sebagai door prize saat lounching.
e. Goodybag
1) Alasan pemilihan media
Seperti halnya stiker goody bag daya jangkauannya yang cukup luas, fleksibel, dan dapat dipasang di mana saja. Proses penyebaran dan distribusinya cukup mudah.
2) Konsep
Sablon printing menggunakan ilustrasi yang simple dan mencantumkan headline.
3) Placement
(47)
commit to user D. Teknik Pelaksanaan
1. Peralatan yang digunakan dalam proses perancangan adalah:
a. Camera digital
Kamera dengan system bidikan melewati lensa dibantu pantulan dari cermin refleksi, sehingga antara bidikan dan hasilnya tidak mengalami penyimpangan sudut.
Kamera yang digunakan dalam pengerjaan karya fotografi pre wedding
dengan konsep permainan tradisional ini menggunakan camera digital
merk Canon EOS 40D dengan lensa 28-135mm, 18-135mm, 50mm.
Kamera digital ini memiliki berbagai fasilitas sehingga bisa menggunakan berbagai macam teknik dalam proses fotografi.
Spesifikasi camera: memiliki kualitas gambar 10 megapixel sehingga dapat menampilkan gambar dengan bagus.
Kelebihan camera digital: - Dapat diakses dengan cepat - Lebih efisien
- Dapat mengambil gambar sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan - Memungkinkan pengolahhan dan penyuntingan yang jauh lebih
terkontrol
- Memiliki banyak fasilitas sehingga memudahkan dalam pengambilan gambar
(48)
commit to user
b. Reflektor
Reflektor digunakan untuk menghasilkan pantulan sinar sehingga dapat mengenai objek secara tidak langsung. Reflektor terbuat dari gabus, kain putih, atau berwarna emas dan silver. Reflektor mempunyai permukaan yang dapat menghasilkan pantulan yang lembut dan menyebar sehingga sinar yang dipantulkan tersebut tidak terlalu kuat.
c. Komputer
Dalam pengerjaan ini diperlukan seperangkat komputer. Komputer merupakan seperangkat alat yang paling menunjang dalam proses perancangan ini. Agar dalam pengerjaannya lancar, untuk itu diperlukan komputer dengan spesifikasi yang tinggi agar dapat melakukan proses
editing dengan lancar.
2. Software yang digunakan
Software yang digunakan dalam proses perancangan fotografi pre wedding ini antara lain: Adobe photoshop Cs 3, Adobe photoshop lightroom 3 dan Corel Draw X4.
a. Adobe photoshop Cs 3
Photoshop merupakan program pengolahan gambar paling populer.
Memiliki banyak tool yang canggih dan sangat mudah digunakan. Karena itu program photoshop dapat menunjang pengolahan foto maupun desai grafis. Software ini juga memiliki berbagai macam efek yang lebih menarik dan image dapat di simpan dalam berbagai format.
(49)
commit to user
b. Adobe photoshop lightroom 3
Merupakan software pengolahan foto yang masih satu keluarga dengan Abode photoshop. Adobe photoshop lightroom 3 memiliki kemampuan pengolahan warna, pencahayaan dan masih banyak lagi. Penulis menggunakan software ini karena dapat membantu penulis dalam mengatur pewarnaan dan pencahayaan pada foto. Dengan software ini noise yang terjadi karena penggunaan ISO yang tinggi dapat di kurangi (Scott Kelby, 2010: 190).
c. Corel Draw X4
Corel Draw merupakan software pengolahan gambar secara vector
den layouting sebuah desain. Dengan menggunakan corel draw
proses layouting desain promosi media penunjang fotografi pre wedding dapat tercipta dengan baik.
3. Sudut pengambilan gambar
Sudut pengambilan gambar adalah pengambilan foto dengan posisi kamera pada sebuah gambar yang memiliki angle atau sudut gambar yang menarik.
(50)
commit to user
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Pengambilan foto yang digunakan adalah foto yang sudah dipakai dan digabungkan sehingga dapat menjadi yang menarik.
b. Foto 2
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini diambil dengan memanfaatkan cahaya alami dari sinar matahari pada pagi hari. Model dibuat pada 2 kali foto sesi yang berbeda lalu digabungkan menjadi satu halaman pertama tentang isi coffee table book, yaitu tentang penjelasan permainan dhakon.
(51)
commit to user
c. Foto 3
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini diambil dengan memanfaatkan cahaya matahari pada pagi hari. Model diposisikan sedemikian rupa, sehingga kesan yang dibaca dari foto yang disajikan ini adalah kedekatan kedua model dengan latar belakang rumah tradisional.
d. Foto 4
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
(52)
commit to user
3) Kamera
Foto ini diambil dengan memanfaatkan cahaya matahari pada pagi hari. Model diposisikan sejajar, sehingga kesan yang dibaca dari foto yang disajikan ini adalah kedekatan kedua model yang sedang bermain egrang bathok dengan latar belakang bangunan kuno.
e. Foto 5
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini diambil dengan memanfaatkan cahaya matahari pada waktu pagi hari. Pemilihan tempat pengambilan foto di rumah kuno dimaksudkan untuk mendapatkan kesan foto ini adalah tradisional. Dengan menampilkan model berpakaian tradisional namun dengan menggunakan aksesoris sedikit
(53)
commit to user
f. Foto 6
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Memanfaatkan cahaya matahari dipagi hari, foto ini memiliki pencahayaan yang halus, merata dari objek. Dengan permainan tradisional bekel, kedua model menggunakan busana tradisional, pose model diatur sedang memegang bola dan biji bekel dengan saling memandang, sehingga terlihat pengambilan foto ini memiliki kesan mencuri momment saat kedua pasang kekasih sedang bermain.
g. Foto 7
(54)
commit to user
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini memanfaatkan cahaya matahari pada pagi hari. Dengan latar belakang dinding hitam dengan akar pohon yang tertata. Sehingga dapat menampilkan background yang alami. Walaupun pengambilan gambar dilakukan dari depan, wajah
model tetap terlihat sangat ceria dengan pengaturan pose yang sedemikian rupa. Sehingga tidak mengurangi keindahan dari tampilan yang disajikan.
h. Foto 8
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini mengambil setting rumah tradisional modern. Pencahayaan foto ini dilakukan pada sore hari. Dengan olahan
(55)
commit to user
warna sedemikan rupa, sehingga foto ini memiliki karakter tersendiri.
i. Foto 9
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Gambar ini disajikan dengan menggabungkan tiga foto yang digabung menjadi satu dengan latar belakang yang sama. Maksud dari penggabungan tiga foto ini adalah untuk memperkuat kesan yang akan disampaikan. Dengan pose yang sederhana, kesan foto yang ditangkap foto ini adalah sebuah kecerian walaupun deengan menggunaka media permainan tradisional yang sederhana.
(56)
commit to user
j. Foto 10
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini diambil dengan menggunakan pencahayaan di pagi hari. Kesan yang ditampilkan foto ini kebersamaan dalam bermain, walaupun dalam pengambilan gambar terdapat empat orang anak, tetapi tidak mengurangi kesan pre wedding itu sendiri.
k. Foto 11
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
(57)
commit to user
3) Kamera
Pengambilan foto dilakukan pada pagi hari. Dengan menggabungan dua foto yang dimaksudkan agar lebih terlihat menonjol karena dalam foto ini menampilkan kebersamaan seperti sebuah keluarga yang bahagia. Costum yang digunakan terlihat lebih sederhana sesuai dengan kebutuhan permainan yang sedang dimainkan.
l. Foto 12
m. Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Backgroud
2) Model
3) Kamera
Pemilihan latar belakang rumah tradisional sangat menunjang dalam foto ini, karena tema yang di angkat adalah permainan tiga jadi. Pengambilan gambar ini dilakukan pada pagi hari dengan bantuan sinar matahari. Karakter wajah juga yang diambil pada foto ini sangat menarik.
(58)
commit to user
n. Foto 13
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Foto ini diabil dengan menggunakan pencahayaan pada pagi hari. Kesan yang ditampilkan pada foto ini adalah karakter calon pengantin perempuan yang sangat cocok dalam bermain tiga jadi.
o. Foto 14
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
(59)
commit to user
Pengelohan warna yang lembut dimaksudkan untuk memberi kesan unik pada foto ini. Diambil dengan menggunakan cahaya alami matahari pada waktu sore hari.
Posemodel diatur dengan sedemikian rupa sehingga kedekatan antar model terjalin dengan baik.
p. Foto 15
Sudut pengambilan gambar
Keterangan:
1) Background
2) Model
3) Kamera
Gambar ini menggabungkan dua foto menjadi satu. Hal ini dimaksudkan untuk membuat cerita tentang sepasang kekasih yang sedang memperkenalkan permainan yoyo dengan khas raut muka yang disajikan. Pengambilan foto dilakukan pada sore hari.
(60)
commit to user
49
BAB IV
VISUALISASI
A. Rekomendasi Karya
Materi iklan yang dapat menunjang promosi Fotografi Pre Wedding
dengan Konsep Permainan Tradisional adalah media coffee table book, dengan media penunjang: poster, iklan koran, iklan majalah, x-banner, pin, stiker,
calender dan goodybag.
B. Tumbnail atau Data Teknis Karya 1. Media Lini Bawah
a. Coffee Table Book
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 18mm
Shutter Speed : 1/60sec
Diafragma : f/8
(61)
commit to user
Lighting : Available Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Waduk tempuran Blora, Kraton Surakarta Model : Dinsa, Risca, Bayu, Santi, Rio dan Selpha Typografi : Curlz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) cm
Penempatan media : Coffee Table Book pada cover
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 18mm
Shutter Speed : 1/60sec
Diafragma : f/9
ISO : 400
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
(62)
commit to user
Model : Dinsa dan Risca Typografi : Kunstler Script
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40 x 15) mm
Penempatan media : Coffee Table Book pada hal. 1
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 52mm
Shutter Speed : 1/80 sec
Diafragma : f/7.1
ISO : 400
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
(63)
commit to user
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
Penempatan media : Coffee Table Book pada hal. 2
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 18mm
Shutter Speed : 1/60 sec
Diafragma : f/8
ISO : 400
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Dinsa dan Risca Typografi : Curlz MT
(64)
commit to user
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
Penempatan media : Coffee Table Book pada hal. 3
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 52mm
Shutter Speed : 1/80 sec
Diafragma : f/7.1
ISO : 400
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Pipit dann Santoso Typografi : Curlz MT
(65)
commit to user
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
Penempatan media : Coffee Table Book pada hal. 4
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 50mm
Shutter Speed : 1/250 sec
Diafragma : f/4.5
ISO : 200
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Bayu dan Santi Typografi : Kunstler Script
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
(66)
commit to user
Ukuran : (40x15) mm
Penempatan media : Coffee Table Book pada hal. 5
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 50mm
Shutter Speed : 1/125 sec
Diafragma : f/5.6
ISO : 200
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Bayu dan Santi Typografi : Culrz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
(67)
commit to user
Penempatan media : Coffee Table Book pada hal. 6
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 28mm
Shutter Speed : 1/80 sec
Diafragma : f/10
ISO : 200
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Home Stay Bluron, Blora Model : Rio dan Selpha
Typografi : Kunstler Script
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(68)
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 29mm
Shutter Speed : 1/125sec
Diafragma : f/9
ISO : 200
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Home Stay Bluron, Blora Model : Rio dan Selpha
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(69)
commit to user
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 29mm
Shutter Speed : 1/125sec
Diafragma : f/8
ISO : 400
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Pipit, Santosa, David, Sensen, Manda dan VIVI Typografi : Curlz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(70)
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 19mm
Shutter Speed : 1/125sec
Diafragma : f/7.1
ISO : 400
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Pipit, Santosa, David, Sensen, Manda dan VIVI Typografi : Kunstler Script
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(71)
commit to user
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 18mm
Shutter Speed : 1/80sec
Diafragma : f/4.5
ISO : 500
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Dayu dan Kris Typografi : Curlz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(72)
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 18mm
Shutter Speed : 1/80sec
Diafragma : f/5.6
ISO : 500
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Rumah
Model : Dayu dan Kris Typografi : Curlz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(73)
commit to user
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 21mm
Shutter Speed : 1/80sec
Diafragma : f/4
ISO : 250
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Home Stay Bluron, Blora Model : Rio dan Selpha
Typografi : Curlz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(74)
commit to user
Kamera : Canon EOS 40D
Focal Length : 35mm
Shutter Speed : 1/80sec
Diafragma : f/6.3
ISO : 200
Lighting : Availabel Light (matahari) pagi hari
Lokasi : Home Stay Bluron, Blora Model : Rio dan Selpha
Typografi : Curlz MT
Bentuk : Landscape
Visualisasi : Corel Draw X4 dan Adobe Photoshop CS3
Realisasi : Digital Printing
Ukuran : (40x15) mm
(75)
commit to user
b. Poster
Keterangan:
1) Ukuran : 29,7x42 cm
2) Penempatan media : Di pinggir jalan raya, mading
3) Typografi : Kunstler Script
(76)
c. X-benner
Keterangan:
1) Ukuran : 60x160 cm
2) Penempatan media : Di tempat opening pameran 3) Typografi : Kunstler Script
(77)
commit to user 2. Media lini atas, meliputi:
a. Iklan Koran
Keterangan:
1) Ukuran : (76x127)mm 2) Penempatan media : Koran Kompas 3) Typografi : Kunstler Script
(78)
b. Iklan Majalah
Keterangan:
1) Ukuran : 20x27,5 cm
2) Penempatan media : Majalah The Wedding
3) Typografi : Kunstler Script
(79)
commit to user 3. Merchandise
a. Stiker
1) Media Bahan : vinil
2) Ukuran : 8x4 cm
3) Tipografi : Kunstler Script
4) Proses Visualisasi : Coreldraw X4
5) Realisasi : Sablon Printing
(80)
1) Media Bahan : Art paper laminasi
2) Ukuran : 4x4 cm
3) Tipografi : Kunstler Script
4) Proses Visualisasi : Coreldraw X4
5) Realisasi : Sablon Press dan laminasi
c. Gantungan kunci
1) Media Bahan : Achrelic
2) Ukuran : 5x7 cm
3) Tipografi : Kunstler Script
4) Proses Visualisasi : Coreldraw X4 5) Realisasi : Achrelic
(81)
commit to user
(82)
1) Media Bahan : kertas Art paper
2) Ukuran : 21x 14,5 cm
3) Tipografi : Curlz MT
4) Proses Visualisasi : Coreldraw X4
(83)
commit to user
e. Goodybag
1) Media Bahan : Kain blaco 2) Ukuran : 30x25 cm 3) Tipografi : Curlz MT
4) Proses Visual : Coreldraw X4
(84)
commit to user
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab-bab di atas dapat disimpulkan bahwa fotografi pre wedding tidak hanya sekedar menampilkan foto berdua saja dengan konsep yang glamour.
Tetapi fotografi pre wedding bisa diaplikasikan melalui berbagai macam cara dengan konsep unik dan berbeda sehingga bisa menangkap momment kebersamaan.
Fotografi pre wedding sekarang ini berkembang sangat pesat, membuat para fotografer menjadi bersaing untuk mendapatkan konsumen. Sehingga perancangan fotografi Pre Wedding dengan konsep permainan tradisional, penulis memilih Coffee Table Book sebagai sarana promosi kepada konsumen, yang khususnya ingin membuat foto pre wedding. Dalam perancangan fotografi
pre wedding dengan konsep permainan tradisional, penulis dihadapkan dengan berbagai konsep pre wedding yang kini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi pasangan kekasih yang ingin mengabadikan momment kebersamaan melalui fotografi. Dengan coffee table book ini diharapkan dapat memperkenalkan rancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional yang sangat ini menjadi trend.
(85)
commit to user B. Saran
Perancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional dalam proses perancangan, diharapkan dapat di terima dikalangan khalayak masyarakat. Dalam proses perancangan penulis mengalami keteerbatasan lokasi dan media penunjang properti. Oleh karena itu tujuan utama dari perancangan
coffee table book melalui fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional dapat tersampaikan dengan baik.
(1)
1) Media Bahan : Art paper laminasi
2) Ukuran : 4x4 cm
3) Tipografi : Kunstler Script
4) Proses Visualisasi : Coreldraw X4
5) Realisasi : Sablon Press dan laminasi
(2)
commit to user
(3)
1) Media Bahan : kertas Art paper
2) Ukuran : 21x 14,5 cm
(4)
commit to user
e. Goodybag
1) Media Bahan : Kain blaco
2) Ukuran : 30x25 cm
3) Tipografi : Curlz MT
4) Proses Visual : Coreldraw X4
(5)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab-bab di atas dapat disimpulkan bahwa fotografi pre wedding tidak hanya sekedar menampilkan foto berdua saja dengan konsep yang glamour. Tetapi fotografi pre wedding bisa diaplikasikan melalui berbagai macam cara dengan konsep unik dan berbeda sehingga bisa menangkap momment kebersamaan.
Fotografi pre wedding sekarang ini berkembang sangat pesat, membuat para fotografer menjadi bersaing untuk mendapatkan konsumen. Sehingga perancangan fotografi Pre Wedding dengan konsep permainan tradisional, penulis memilih Coffee Table Book sebagai sarana promosi kepada konsumen, yang khususnya ingin membuat foto pre wedding. Dalam perancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional, penulis dihadapkan dengan berbagai konsep pre wedding yang kini menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi pasangan kekasih yang ingin mengabadikan momment kebersamaan melalui fotografi. Dengan coffee table book ini diharapkan dapat memperkenalkan rancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional yang
(6)
commit to user
B. Saran
Perancangan fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional dalam proses perancangan, diharapkan dapat di terima dikalangan khalayak masyarakat. Dalam proses perancangan penulis mengalami keteerbatasan lokasi dan media penunjang properti. Oleh karena itu tujuan utama dari perancangan coffee table book melalui fotografi pre wedding dengan konsep permainan tradisional dapat tersampaikan dengan baik.