PENGARUH PENGGUNAAN MODUL DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 8 MEDAN.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL DAN MOTIVASI

BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI DI SMA NEGERI 8 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh:

SURIA PARDAMEAN PANGARIBUAN

NIM : 8136122056

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRACT

SURIA PARDAMEAN PANGARIBUAN. The Influence of The Use of Module and Achievement Motivation Against Biology Learning Outcomes in SMA Negeri 8 Medan. Thesis: Graduate Program, State University of Medan, 2015.

This study aimedto determine: (1) the influence of the use of modules and textbooks with inquiry learning strategy on learning outcomes of biology, (2) the influence of high achievement motivation and low achievement motivation toward learning outcomes biology, and (3) the interaction between the use of learning media (modules and textbooks) and achievement motivation on learning outcomes biology. The population in this research is all students of the tenth grade of SMA Negeri 8 Medan with 351 students. The sampling technique is done by cluster random sampling with 91 students, which was consisted of 45 students of X-2 as the experimental class that taught with the use of textbooks and 46 students of X-5 as the treatment class that taught with use of module. The research methods used is quasi experimental with 2x2 factorial design. Measurement of achievement motivation using a questionnaire with the reliability of 0.927 and measuring learning outcomes biology using tests with reliability 0.906. Technique analyse data use the two way ANOVA testing at significance level α = 0.05, followed by Scheffe test. The results showed that: (1) biology learning outcomes are taught used of the module with inquiry learning strategy is higher than the biology of learning outcomes that taught used of textbook with inquiry learning strategy, with Fcount = 11.77 > Ftable = 3.95; (2) biology learning outcomes that have high achievement motivation is higher than the biology learning outcomes that have low achievement motivation, with Fcount = 39.74 > F table = 3.95; and (3) there is an interaction between the use of learning media (modules and textbooks) and achievement motivation toward biology learning outcomes, with Fcount = 10.63 > Ftable = 3.95. Thus the results of this study indicate that the use of modules with inquiry learning strategy is more appropriately used for students who has high achievement motivation, while the use of textbooks with inquiry learning strategy is more appropriately used for students who has low achievement motivation. Key word : module, inquiry learning strategy, achievement motivation, biology


(6)

ii

ABSTRAK

SURIA PARDAMEAN PANGARIBUAN. Pengaruh Penggunaan Modul dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 8 Medan. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunaan modul dan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar biologi, (2) pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah terhadap hasil belajar biologi, dan (3) Interaksi antara penggunaan media pembelajaran (modul dan buku teks pelajaran) dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar biologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 8 Medan yang berjumlah 351 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 91 siswa yang terdiri dari 45 siswa kelas X-2 sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan buku teks pelajaran dan 46 siswa kelas X-5 sebagai kelas perlakuan yang diajar dengan menggunakan modul. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Pengukuran motivasi berprestasi menggunakan angket dengan reliabilitas 0,927 dan pengukuran hasil belajar biologi menggunakan tes dengan reliabilitas 0,906. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf signifikan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil belajar biologi yang diajar menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari pada hasil belajar biologi yang diajar menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri, dengan Fhitung = 11,77 > Ftabel = 3,95; (2) hasil belajar biologi yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih tinggi dari pada hasil belajar biologi yang memiliki motivasi berprestasi rendah, dengan Fhitung = 39,74 > Ftabel = 3,95; dan (3) terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran (modul dan buku teks pelajaran) dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar biologi siswa, dengan Fhitung = 10,63 > Ftabel = 3,95. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tepat digunakan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sedangkan penggunaan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tepat digunakan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

Kata Kunci : modul, strategi pembelajaran inkuiri, motivasi berprestasi, hasil belajar biologi


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang memberikan kekuatan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul “Pengaruh Penggunaan Modul dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 8 Medan”. Penulisan tesis dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan.

Dalam proses penulisan tesis ini penulis dengan segala keterbatasannya menghadapi kendala dan tantangan, namun berkat arahan, dorongan dan inovasi dari berbagai pihak, penulis dapat mencapai gelar Magister Pendidikan.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd dan Dr. Hamonangan Tambunan, M.Pd, sebagai pembimbing yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd, Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd dan Dr. Hasruddin, M.Pd selaku narasumber yang memberikan masukan-masukan guna perbaikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis ingin mengungkapkan bahwa kesempatan untuk mengikuti studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan adalah sesuatu yang sangat berharga. Untuk ini penulis ucapkan terima kasih kepada Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan : Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Asisten Direktur I : Dr. Arif Rahman, M.Pd, Asisten Direktur II : Prof. Dr. Sahat Siagian,


(8)

iv

M.Pd, Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan : Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, dan Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan : Dr. R. Mursid, M.Pd, atas segala bantuan dalam memenuhi persyaratan-persyaratan akademis dan proses penyelesaian administrasi.

Proses pengumpulan data tesis ini, penulis mendapat izin dan dukungan dari Kepala SMA Negeri 8 Medan, Drs. Sudirman, S.P,M.Si, guru biologi SMA Negeri 8 Medan : Nursita Purba, S.Pd dan Ratna Tarigan, S.Pd serta seluruh guru-guru SMA Negeri 8 Medan yang telah membantu memberikan kesempatan informasi data dari hasil pelaksanaan penelitian.

Keinginan penulis untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan ini sangat mendapat dukungan moril, material dan doa dari Ayahanda dan Ibunda. Secara khusus kepada istri tercinta Mesrawati Purba dan putriku tersayang Nadine Callysta Pangaribuan, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungannya. Selanjutnya keceriaan dalam mengikuti perkuliahan adalah berkah persahabatan yang sangat indah dari teman-teman di Program Pascasarjana Angkatan XXIII Program Studi Teknologi Pendidikan di Kelas B. Terima kasih atas kebersamaan kita dalam melewati hari-hari yang penuh dengan tugas.

Akhir kata tidak ada hasil kerja yang sempurna tetapi kesempurnaan itu adalah proses yang panjang, semoga tesis ini sebagai suatu karya akademik bermanfaat bagi peningkatan proses pembelajaran.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Suria Pardamean Pangaribuan NIM. 8136122056


(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 12

1.4 Perumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 13

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 15

2.1. Kajian Teoretis ... 15

2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Biologi ... 15

2.1.2 Hakikat Modul dan Buku Teks Pelajaran... 20

2.1.3 Hakikat Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 35

2.1.4 Hakikat Motivasi Berprestasi ... 47

2.2. Penelitian yang Relevan ... 51

2.3. Kerangka Berpikir ... 52

2.4. Pengajuan Hipotesis ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 57

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

3.3 Metode dan Rancangan Penelitian ... 58

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 59

3.5 Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... 61

3.6 Pengontrolan Perlakuan ... 62

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 64

3.8 Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ... 66

3.9 Teknik Analisis Data ... 72

3.10 Hipotesis Statistik ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 74

4.1. Deskripsi Data ... 74

4.2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 86

4.3. Pengujian Hipotesis ... 89

4.4. Pembahasan Hasil penelitian... 96


(10)

vi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 104

5.1 Simpulan ... 104

5.2 Implikasi ... 104

5.3 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Perolehan skor literasi sains Indonesia dibandingkan negara-

negara lain berdasarkan hasil studi PISA ... 3

Tabel 1.2 Persentase skor siswa Indonesia dalam pembelajaran sains tahun 2012 ... 4

Tabel 2.1 Model Strategi Pembelajaran ... 38

Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen Desain Faktorial 2 x 2 ... 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Biologi ... 65

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Motivasi berprestasi ... 66

Tabel 4.1. Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajar Menggunakan Modul dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 74

Tabel 4.2. Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajar Menggunakan Buku Teks Pelajaran dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... 76

Tabel 4.3. Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Motivasi Berprestasi Tinggi ... 77

Tabel 4.4. Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Motivasi Berprestasi Rendah ... 79

Tabel 4.5. Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajar Menggunakan Modul dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Motivasi Berprestasi Tinggi ... 80

Tabel 4.6. Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajar Menggunakan Modul dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Motivasi Berprestasi Rendah ... 82

Tabel 4.7. Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajar Menggunakan Buku Teks Pelajaran dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Motivasi Berprestasi Tinggi ... 83

Tabel 4.8. Hasil Belajar Biologi Siswa yang Diajar Menggunakan Buku Teks Pelajaran dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Motivasi Berprestasi Rendah ... 85

Tabel 4.9. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Biologi ... 86

Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Media Pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... 87

Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Sampel Motivasi Berprestasi Tinggi dan Motivasi Berprestasi Tinggi ... 88

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Interaksi Penggunaan Media Pembelajaran (Modul dan Buku Teks Pelajaran) dan Motivasi Berprestasi ... 89

Tabel 4.13. Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 90

Tabel 4.14. Ringkasan Anava Faktorial 2x2 ... 90


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Variabel Pembelajaran ... 36

Gambar 4.1. Histogram hasil belajar biologi siswa yang diajar

menggunakan modul dengan strategi pembelajaran

inkuiri ... 75

Gambar 4.2. Histogram hasil belajar biologi siswa yang diajar

menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi

pembelajaran inkuiri ... 76

Gambar 4.3. Histogram hasil belajar biologi siswa yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi ... 78

Gambar 4.4. Histogram hasil belajar biologi siswa yang memiliki

motivasi berprestasi rendah ... 79

Gambar 4.5. Histogram hasil belajar biologi siswa yang diajar

menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri

dan motivasi berprestasi tinggi ... 81

Gambar 4.6. Histogram hasil belajar biologi siswa yang diajar

menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri

dan motivasi berprestasi rendah ... 82

Gambar 4.7. Histogram hasil belajar biologi siswa yang diajar

menggunakan buku teks dengan strategi pembelajaran

inkuiri dan motivasi berprestasi tinggi ... 84

Gambar 4.8. Histogram hasil belajar biologi siswa yang diajar

menggunakan buku teks dengan strategi pembelajaran

inkuiri dan motivasi berprestasi rendah ... 85

Gambar 4.9. Interaksi Penggunaan Modul dan Buku Teks Pelajaran

dengan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar


(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 115

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 120

Lampiran 3 Modul ... 131

Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar Biologi ... 207

Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar ... 217

Lampiran 6 Instrumen Angket Motivasi Berprestasi ... 223

Lampiran 7 Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi ... 225

Lampiran 8 Hasil Analisis Data Penelitian ... 229

Lampiran 9 Perhitungan Uji Normalitas Data ... 249

Lampiran 10 Perhitungan Uji Homogenitas Data ... 258

Lampiran 11 Pengujian Hipotesis ... 261

Lampiran 12 Pengujian Uji Lanjut ... 265


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam undang-undang ini juga tertuang pengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pada pasal 26 ayat 2 disebutkan bahwa pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Proses pendidikan di sekolah diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, sehingga sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta peserta didik. Hamalik (2012: 77) menyatakan terdapat tujuh komponen


(15)

2 dalam proses pembelajaran yaitu (1) tujuan pendidikan dan pembelajaran; (2) peserta didik; (3) tenaga kependidikan khususnya guru; (4) perencanaan pengajaran; (5) strategi pembelajaran; (6) media pengajaran; dan (7) evaluasi pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan secara terus-menerus dengan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan adalah berkaitan dengan guru, yaitu dengan lahirnya Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yang pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Upaya tersebut dipertegas kembali dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20 yang mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan materi pembelajaran. Kemudian melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses, antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dimana salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP dikembangkan untuk mengatasi masalah umum yang terjadi di dunia pendidikan di Indonesia yaitu lemahnya proses belajar dan

pembelajaran yang masih didominasi oleh guru (teacher centered). Melalui KTSP


(16)

3 metode, media, sistem evaluasi dan model pembelajaran yang selaras dengan kondisi perkembangan, namun belum memberikan hasil yang maksimal.

Hasil studi Program for International Student Assessment (PISA)

menunjukkan sistem pendidikan Indonesia masih sangat rendah. Untuk literasi sains, pelajar Indonesia berada di peringkat terbawah. PISA merupakan studi internasional kemampuan literasi membaca, matematika, dan sains yang

diselenggarakan Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) untuk siswa usia 15 tahun. Indonesia sendiri sudah mengikuti studi ini sejak tahun 2000. PISA digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang nantinya akan dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan pendidikan nasional. Hasil studi PISA pada mata pelajaran sains siswa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perolehan skor literasi sains Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan hasil studi PISA

Tahun

Studi Skor rata-rata Indonesia Skor rata-rata internasional Indonesia Peringkat Jumlah negara peserta studi

2000 393 500 38 41

2003 395 500 38 40

2006 393 500 50 57

2009 383 500 60 65

2012 382 500 64 65

Sumber : Diolah dari http://litbang.kemdikbud.go.id

Pada tahun 2012 hasil pembelajaran siswa Indonesia dalam bidang sains berada pada peringkat 64 dengan skor 382. Secara terperinci hasil studi PISA 2012 membagi peringkat pembelajaran sains dalam tujuh tingkatan/level. Persentase skor dapat dilihat pada Tabel 1.2.


(17)

4 Tabel 1.2 Persentase skor siswa Indonesia dalam pembelajaran sains tahun 2012

Peringkat siswa Rentang Skor Persentase SE

Dibawah level 1 < 334,94 24,7 2.0

Level 1 334, 94 – 409,54 41,9 1,4

Level 2 409,54 – 484,14 26,3 1,5

Level 3 484,14 - 558.73 6,5 1,0

Level 4 558.73 - 633.33 0,6 0,3

Level 5 633.33 - 707.93 0,0 C

Level 6 > 707.93 0,0 C

Sumber : Diolah dari PISA 2012 (edisi Revisi OECD 2014)

Biologi merupakan cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu atau memahami alam secara sistematik, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu penemuan. Dalam pembelajaran biologi, sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun emosional. Mata pelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang menyulitkan bagi siswa, hal ini berdampak pada sulitnya siswa menerima pembelajaran yang telah diajarkan oleh guru sehingga hasil belajar biologi siswa masih rendah dan masih jauh dari harapan. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa proses belajar mengajar belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, dimana hasil nilai rata-rata mata pelajaran biologi masih di bawah standar ketuntasan minimal yang ditetapkan. Terdapat hambatan yang ditemukan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus dicarikan solusinya.

Menurut Wardiman (2001: 18) bahwa rendahnya minat dan hasil belajar siswa dalam ilmu eksakta karena proses pembelajaran kurang mendukung pemahaman anak didik, yaitu terlalu banyak hafalan, hanya terpaku dari buku


(18)

5 panduan yang ada dan kurang dilengkapi dengan praktek di lapangan. Strategi pembelajaran yang kurang sesuai atau kurang mendukung, bahkan relatif monoton dan kurang bervariasi dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. oleh karena itu dalam menerapkan strategi pembelajaran seharusnya diperhatikan apakah strategi pembelajaran yang digunakan efektif, dapat menarik perhatian dan meningkatkan minat belajar siswa.

Menurut Sumarna seperti dikutip Wasis (2006: 2) kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan

nyata (real world). Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan pembelajaran

di kelas yang tidak berusaha mengaitkan konten materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, dan hukum kemudian biasa dihafalkan, bukan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru, dimana kedudukan guru sangat pentingnya dalam proses pembelajaran. Selain itu, faktor yang sangat menentukan hasil belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain. Dalam pembelajaran


(19)

6 motivasi berprestasi berperan penting dalam menunjang keberhasilan, seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat cenderung akan melakukan berbagai upaya untuk dapat menguasai bidang yang dipelajarinya, sehingga peran motivasi berprestasi menjadi penting bagi siswa dalam mempersiapkan proses pembelajaran.

Perolehan prestasi belajar tidak lepas dari motivasi, khususnya motivasi berprestasi. Motivasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Menurut Lee dan Brophy seperti dikutip Ekici (2010: 2141), motivasi merupakan salah satu komponen yang paling penting untuk mengkonfigurasi informasi dalam pikiran. White dalam Santrock (2011) menambahkan bahwa motivasi berprestasi adalah ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka serta memproses informasi secara efisien. Motivasi berprestasi mendorong orang untuk berkeinginan lebih sukses dan melakukan prestasi serupa pada kondisi yang lain. Hal tersebut oleh didukung dengan penelitian yang dilakukan Palupi dan Wrastari (2013) bahwa ditemukan adanya korelasi yang kuat antara motivasi dengan prestasi siswa.

Hasil penelitian Akpan dan Umobong (2013) menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi memiliki dampak yang besar pada keterlibatan akademis, ketika siswa termotivasi, mereka menjadi terlibat dalam pekerjaan akademis yang akhirnya menghasilkan prestasi akademik yang baik atau mencapai kesuksesan. Menurut Johnson (2014: 6), prestasi yang rendah dalam pembelajaran biologi kemungkinan sebagian disebabkan dari rendahnya motivasi, sehingga pendidik


(20)

7 memerlukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan motivasi siswa.

Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar guru diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu diperlukan suatu situasi pembelajaran yang interaktif dan komunikatif yang dapat melibatkan partisipasi aktif siswa dan melatih siswa belajar secara mandiri, yang tentu saja sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif bila seluruh komponen pembelajaran saling mendukung dalam mencapai tujuan.

Penggunaan strategi pembelajaran di dalam implementasi kurikulum sangat bergantung kepada hakikat mata pelajaran itu sendiri. Tidak terdapat satu pun strategi pembelajaran yang cocok untuk segala mata pelajaran. Oleh karena karena itu pemilihan dan penerapan sebuah strategi pembelajaran harus didasarkan kepada pertimbangan hakikat tujuan dan isi mata pelajaran yang diajarkan.

Selain penggunaan strategi, pembelajaran biologi yang efektif juga tidak lepas dari ketersediaan sarana, media belajar, dan pemilihan bahan ajar yang tepat oleh guru. Salah satu bahan ajar yang dapat dijadikan pendukung kegiatan belajar siswa ialah modul. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar dalam proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.


(21)

8 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 8 Medan, selama ini siswa hanya berpegang pada buku cetak dan LKS untuk dijadikan sebagai sumber belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan bahan ajar berupa buku paket dan LKS untuk membantu seluruh siswa dalam proses pembelajaran belum menunjukkan hasil belajar yang maksimal. Buku paket dan LKS yang digunakan guru mata pelajaran biologi diperoleh dari penerbit buku tertentu.

Buku teks bersifat umum karena dibuat untuk keperluan umum, sehingga siswa memerlukan bantuan orang lain seperti guru untuk menjelaskan isi buku tersebut. Menurut Purwanto, dkk (2007) dari segi sifat penyajiannya, buku cenderung informatif dan sajian materi ajarnya memiliki cakupan luas dan umum, sehingga komunikasi berlangsung satu arah dan siswa memiliki kecenderungan untuk pasif. Dengan karakter tersebut, buku kurang memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran mandiri.

Mempertimbangkan kenyataan di SMA Negeri 8 Medan perlu dicari alternatif memberdayakan guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya proses pembelajaran biologi. Salah satu alternatif ialah pembelajaran dengan menggunakan modul. Modul sebagai salah satu bahan ajar yang memungkinkan siswa untuk belajar sendiri tanpa terlalu bergantung pada guru yang selama ini sebagai pemberi informasi. Siswa juga dapat belajar tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Dengan menggunakan modul guru-guru akan merasa "terpaksa" mengikuti dan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang di dalam modul. Di samping itu guru-guru akan sedikit diringankan dalam hal keharusan membuat persiapan harian, karena persiapan harian secara


(22)

9 otomatis sudah menjadi bagian dari modul. Hal lain yang menjadi dasar pertimbangan pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan modul ialah kemampuan dan kecepatan belajar siswa yang beragam. Dengan pengajaran klasikal dapat memungkinkan siswa yang cepat belajar merasa bosan dan siswa yang lamban belajar merasa didesak-desak, sehingga kedua kelompok siswa tersebut akan mejadi kecewa. Akibatnya, proses belajar tidak terjadi secara baik dan hasilnya tidak menggembirakan.

Dengan menggunakan modul siswa diberi kesempatan belajar secara individual, kelompok, dan juga klasikal. Dengan variasi pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan motivasi dan aktivitas belajar siswa akan lebih meningkat. Pada bahan ajar modul disajikan materi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam belajar dan berisi latihan-latihan soal untuk melatih kemampuan siswa. Modul juga menyajikan kunci jawaban agar siswa dapat menilai sendiri kemampuannya. Bahan ajar modul dapat membantu siswa belajar sendiri, baik di sekolah maupun di rumah. Penggunaan bahan ajar modul diharapkan dapat membangkitkan minat belajar siswa dan siswa menjadi lebih aktif untuk belajar secara mandiri. Terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan hasil belajar siswa lebih baik.

Berlangsungnya proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan ditentukan oleh penggunaan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu upaya mengembangkan kreativitas belajar yang dilakukan oleh pendidik. Strategi pembelajaran pada dasarnya menekankan pentingnya belajar melalui proses untuk memperoleh pemahaman. Kemp seperti dikutip Sanjaya (2006: 126) menjelaskan


(23)

10 bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pendidik dapat menggunakan, memilih, dan menentukan strategi pembelajaran agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat mengembangkan kemampuan siswa adalah strategi pembelajaran inkuiri.

Hasil penelitian Olteanu, et al. (2014) menyimpulkan bahwa modul sains

terpadu dalam mata pelajaran sains dapat membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep di mata pelajaran yang berbeda dan membuat koneksi dalam area subyek tertentu. Integrasi ilmu yang berbeda dapat membantu peserta didik untuk menghubungkan konsep yang berbeda, topik dan hubungan eksplisit antara berbagai disiplin ilmu sains. Implementasi dari modul dapat terlaksana dengan baik ketika adanya umpan balik yang positif dari siswa.

Hasil penelitian Ali, R. et al. (2010) yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi

Islamabad Pakistan menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan modul lebih efektif dalam proses belajar mengajar biologi. Di dalam pembelajaran menggunakan modul, siswa diberikan kesempatan belajar dengan kecepatan mereka sendiri, sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan. Hal yang sama juga disimpulkan Sadiq dan Zamir (2014), mengajar dengan modul lebih efektif dalam proses belajar mengajar dibandingkan dengan metode pengajaran biasa karena dalam pendekatan modul siswa belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Hasil penelitian Irwan dan Marlina (2014) juga menyatakan bahwa hasil belajar biologi siswa yang menggunakan modul lebih tinggi dibandingkan dengan hasil


(24)

11 belajar siswa yang diajar dengan menggunakan buku teks pada materi keanekaragaman hayati.

Keberhasilan pembelajaran biologi tidak luput dari berbagai pendukung pembelajaran baik guru, media pembelajaran, sarana dan prasarana. Selain itu, faktor internal dalam diri siswa juga harus diperhatikan dalam proses pembelajaran berupa motivasi berprestasi yang sangat heterogen. Seiring dengan heterogennya motivasi berprestasi siswa tersebut, untuk pencapaian prestasi belajar, guru memerlukan inovasi pembelajaran. Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran, dalam penelitian ini mencoba menggunakan sebuah strategi pembelajaran yang dipadu dengan media pembelajaran berupa modul. Sehingga diharapkan siswa dapat menentukan sendiri cara belajar yang menarik bagi mereka sendiri dan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang dimungkinkan dapat mempengaruhi hasil belajar biologi yaitu strategi pembelajaran inkuiri dengan menggunakan modul dan buku teks pelajaran.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi mata pelajaran biologi karena hanya terpaku dari buku panduan yang ada; (2) kemampuan guru biologi masih perlu ditingkatkan; (3) pembelajaran biologi belum menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan penyelidikan; (4) strategi pembelajaran inkuiri belum pernah dikaitkan dengan motivasi berprestasi siswa di SMA Negeri 8 Medan; dan (5) rendahnya nilai rata-rata hasil belajar biologi.


(25)

12

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian dibatasi pada :

1. Hasil belajar siswa dibatasi pada materi ekosistem dan perubahan

lingkungan di kelas X semester genap SMA Negeri 8 Medan pada ranah kognitif taksonomi Bloom, dengan menggunakan tes hasil belajar yang sudah divalidkan.

2. Penggunaan modul dan buku teks pelajaran pada pembelajaran biologi

dalam penelitian menggunakan strategi pembelajaran inkuiri.

3. Masalah motivasi berprestasi siswa dibatasi pada motivasi berprestasi

tinggi dan motivasi berprestasi rendah.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Apakah hasil belajar biologi yang diajar menggunakan modul dengan

strategi pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari pada hasil belajar biologi yang diajar menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri di SMA Negeri 8 Medan?

2. Apakah hasil belajar biologi siswa yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi lebih tinggi daripada hasil belajar biologi memiliki motivasi berprestasi rendah di SMA Negeri 8 Medan ?

3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan modul dan buku teks

pelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar biologi di SMA Negeri 8 Medan?


(26)

13

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Hasil belajar biologi siswa yang diajar menggunakan modul dengan

strategi pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada hasil belajar biologi siswa yang diajar menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri.

2. Hasil belajar biologi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

lebih tinggi daripada hasil belajar biologi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.

3. Interaksi antara penggunaan modul dan buku teks pelajaran dengan

motivasi berprestasi terhadap hasil belajar biologi.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan modul dan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri pada pelajaran biologi dan motivasi berprestasi serta memberikan sumbangan kepada pembelajaran biologi secara khusus untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa.


(27)

14

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan kepustakaan tentang pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar modul.

b. Guru biologi, sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan

bahan ajar modul dalam mengajar.

c. Siswa, agar lebih meningkatkan motivasi dan prestasi belajar melalui


(28)

104

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar biologi siswa yang diajar menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajar menggunakan buku teks pelajaran strategi pembelajaran inkuiri.

2. Hasil belajar biologi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. 3. Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran (modul dan buku teks pelajaran) dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar biologi. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih tepat diajar menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah lebih tepat diajar menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri.

5.2 Implikasi

Pertama, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar biologi siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pengunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih efektif daripada penggunaan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri. Konsekuensi logis dari pengaruh penerapan


(29)

105

media pembelajaran terhadap hasil belajar biologi berimplikasi kepada guru biologi untuk melaksanakan pembelajaran menggunakan modul. Dengan menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan partisipasi aktif siswa terhadap pembelajaran biologi dan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Implikasi dari penerapan pengunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri bagi para guru dalam pembelajaran biologi di SMA adalah guru diharapkan untuk selalu berupaya memunculkan isu-isu dan memanfaatkan lingkungan sekitar serta berbagai pengalaman siswa selama pembelajaran yang tentunya berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dibahas, oleh karena itu guru diharapkan dapat memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuannya.

Hasil belajar biologi yang diajar menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri terbukti lebih tinggi dari penggunaan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri. Hasil temuan penelitian ini perlu kiranya disosialisasikan kepada para guru yang mengajar mata pelajaran biologi. Sosialiasi temuan penelitian ini dapat dilakukan lewat seminar, lokakarya, atau diklat (pendidikan dan latihan). Upaya sosialisasi hasil temuan penelitian ini dilakukan dengan cara menjadikan hasil temuan ini sebagai bahan makalah baik pada seminar maupun lokakarya tentang penggunaan modul dalam mata pelajaran biologi. Selain itu perlu kiranya diadakan pendidikan dan latihan kepada guru mata pelajaran khususnya guru biologi tentang teknik dan cara penyusunan modul yang dipadukan dengan strategi pembelajaran inkuiri yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran biologi.


(30)

106

Kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa berpengaruh terhadap hasil belajar biologi. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memperoleh hasil belajar biologi lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Konsekuensi logis dari pengaruh motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar biologi siswa berimplikasi pada guru biologi untuk melakukan identifikasi dan prediksi didalam menentukan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa. Apabila motivasi berprestasi siswa dapat dikelompokkan maka guru dapat menerapkan strategi pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa.

Implikasi dari perbedaan karakteristik siswa dari segi motivasi berprestasi mengisyaratkan kepada guru untuk memilih media pembelajaran harus mempertimbangkan tingkat motivasi berprestasi siswa. Adanya perbedaan motivasi berprestasi siswa ini berimplikasi guru didalam memberikan motivasi, minat dan keaktifan siswa dalam belajar biologi. Bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak menjadi sebuah kesulitan bagi guru dalam memotivasi, membangkitkan minat dan mengaktifkan siswa selama pembelajaran, tetapi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah maka guru memberikan perhatian yang lebih kontinu didalam memberikan motivasi, membangkitkan minat dan keaktifan siswa dalam belajar.

Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi guru biologi untuk memahami siswa agar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah memperoleh hasil belajar minimal sama dengan hasil belajar biologi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan cara mengupayakan pemilihan media pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang tepat dan cocok siswa


(31)

107

yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Oleh karena guru harus mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa, agar semua siswa lebih giat belajar, tidak mudah putus asa, dan memiliki semangat kompetensi yang tinggi.

Ketiga, hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara media pembelajaran (modul dan buku teks pelajaran) dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar biologi siswa. Interaksi tersebut terindikasi dari siswa dengan motivasi berprestasi tinggi yang diajar dengan menggunakan modul mempunyai rata-rata hasil belajar biologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan buku teks pelajaran. Sedangkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah yang diajar dengan menggunakan modul mempunyai rata-rata hasil belajar biologi yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan buku teks pelajaran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tepat digunakan bagi siswa yang memiliki motivasi berpretasi tinggi, sedangkan penggunaan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tepat digunakan bagi siswa yang memiliki motivasi rendah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar biologi dipengaruhi oleh media pembelajaran yang digunakan dan motivasi berprestasi siswa. Modul dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tepat digunakan bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi. Sedangkan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri lebih tepat digunakan bagi siswa yang memiliki motivasi berpretasi rendah untuk meningkatkan hasil belajar biologi. Dalam hal


(32)

108

ini antara guru dan siswa mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan hasil belajar itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai hasil belajar yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu media pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa perlu menjadi perhatian sekaligus.

Guru juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dalam merancang pembelajaran, khususnya dengan menggunakan media pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri. Dalam merancang pembelajaran guru harus memiliki kemampuan dalam memilih media dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, skenario pembelajaran, metode, tempat, sarana dan prasarana yang tersedia. Untuk pengembangan media dan strategi pembelajaran, guru juga harus menambah pengetahuan dan wawasannya dalam bidang perangkat lunak, sehingga guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Temuan penelitian ini juga memberikan implikasi kepada penulis buku atau modul agar kiranya dapat menyajikan strategi pembelajaran inkuiri dalam penerbitan buku teks atau modul sehingga tenaga pengajar dan siswa menemukan strategi pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran biologi. Dengan menggunakan strategi pemebelajaran inkuiri yang diterapkan pada buku teks dan modul dapat mendeskripsikan urutan pembelajaran secara rinci dan mencakup objek mata pelajaran biologi.

Memperhatikan interaksi antara penggunaan media pembelajaran berupa modul dan buku teks pelajaran dengan motivasi berprestasi, maka guru-guru biologi harus lebih bijaksana dalam menentukan media pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri yang dilaksanakan pada siswa SMA. Penggunaan media pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiriyang sesuai dengan


(33)

109

karakteristik siswa membuat kegiatan pembelajaran lebih bermakna sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih efektif, efesien, dan memiliki daya tarik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk memilih penggunaan modul dengan strategi inkuiri dalam pembelajaran. Sesuai dengan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam merancang penggunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan lebih tinggi hasil belajar biologinya jika dibelajarkan menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan lebih tinggi hasil belajar biologinya jika dibelajarkan menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal yaitu :

1. Kepada guru perlu melihat karakteristik siswa didalam menerapkan penggunaan modul dan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri. Bagi guru yang mengajarkan biologi agar dapat menerapkan penggunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk siswa yang memiliki motivasi tinggi dan menerapkan penggunaan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk siswa yang memiliki motivasi rendah.

2. Bagi dinas pendidikan perlu membuat sarana dan prasarana kegiatan dalam meningkatkan kemampuan guru untuk menyusun modul pembelajaran yang


(34)

110

dipadu strategi pembelajaran misalnya melalui seminar, lokakarya, dan pendidikan dan latihan (diklat). Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan guru mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran di tingkat SMA yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa rendah sehingga memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya khususnya pada mata pelajaran biologi.

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan pembelajaran menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri mengharuskan guru menyesuaikan isi materi dan penggunaan waktu jam pelajaran, sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada hasil belajar biologi. 4. Bahan/materi yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada

beberapa materi. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar kiranya diadakan penelitian lebih lanjut, yaitu pada materi lain atau dapat melanjutkan penelitian ini, hal ini sangat penting agar hasil penelitian ini bermanfaat sebagai penyeimbang teori maupun reformasi dunia pendidikan khususnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

5. Dikarenakan tes hasil belajar yang disusun hanya mengukur ranah kognitif, disarankan penelitian lanjutan juga mengukur ranah psikomotorik dan afektif. 6. Dengan memperhatikan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian ini, maka hasil penelitian ini perlu disebarluaskan agar dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran biologi di SMA. Selain itu agar dapat dikaji lebih jauh oleh masyarakat termasuk peneliti dalam menindaklanjuti hasil penelitian ini.


(35)

111

DAFTAR PUSTAKA

Akpan, I.D. dan M.E. Umobong. 2013. Analysis of Achievement Motivation and Academic Engagement of Students in the Nigerian Classroom. Academic Journal of Interdisciplinary Studies MCSER Publishing, Rome-Italy, 2(3): 385-390.

Ali, R., S.R.Gazi, M.S. Khan, S. Hussain, dan Z.T. Faitma. 2010. Effectiveness of Modular Teaching in Biology at Secondary Level. Asian Social Science Journal, 6(9): 49-54.

Anderson, L.W., D.R. Krathwohl, P.W. Airasian, K.A. Cruikshank, R.E. Mayer, P.R.Pintrich, dan J. Raths. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Pearson, Allyn & Bacon.

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Atkinson, J.W. dan J.O. Rayner. 1974. Motivation and achievement. Washington, DC: V. H. Winston.

Blessing, I.A. 2014. Effects of Inquiry Strategy on Students’ Science Process Skills in Selected Abstract Concepts in Biology. Journal of Education and Policy Review. 6(1): 42-54.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam

Mengajar. Yogyakarta: Gavamedia.

Dick, W., L. Carey, dan J. Carey. 2005. The Systematic Design of Instruction. New York: Harper Collins Publishers.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ditjen PMPTK. 2008. Strategi pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta:

Depdiknas.


(36)

112 Djiwandono, S.E.W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Ekici, G. 2010. Factors Affecting Biology Lesseon Motivation Of High School Students. Journal Procedia Social and Behavioral Sciences. (Online) Vol 2, sciencedirect.com, diakses 02 Februari 2015.

Fachurrochman, R. 2011. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin, dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, Edisi Khusus (2): 60-69

Gagne, R.M. 1977. The Condition Of Learning. New York : Holt, Rinehart, and Winston.

Greene, H. dan W.T. Petty. 1971. Developing Language Skills in the Elementary Schools. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hancock, D. 2004. Cooperative Learning dan Peer Orientation Effects on Motivation and Achievement. The Journal of Educational Research, 97(3): 159-166.

Hamalik, O. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara. Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Indriyanti, N.Y dan E. Susilowati. 2010. Pengembangan Modul. Makalah. Seminar Pelatihan Pembuatan e-module bagi Guru-guru IPA Biologi SMP se-Kota Surakarta menuju Open Education Resources. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 07 Agustus.

Irwan, N.K dan R. Marlina. 2014. Pengaruh Modul Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keanekaragaman Hayati SMA Negeri 9 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan PembelajaranFKIP Untan, 3(9).

Johnson, M.L. 2014. Achievement Motivation for Introductory College Biology. Journal of Studies in Education, 4(1).

Joyce, B dan M. Weil. 2003. Models of Teaching, Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development, Second Edition. California: Fearon Publishers

Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.


(37)

113 Kustawan, D. 2013. Analisis Hasil Belajar. Bandung: Luxima Metro Media. McClelland, D.C. 1987. Human Motivation. New York: Cambridge University

Press.

Mudlofir, A. 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Perkasa.

Olteanu, R.L, C. Dumitrescu, G.Gorghiu, dan L.M. Gorghiu. 2014. Studying Sciences through the Integrated Science Modules. European Journal of Sustainable Development, 3(3): 35-42.

Palupi, D.R dan A.T. Wrastari. 2013. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(1): 1-6.

Purwanto, A. Rahadi, dan S. Lasmono. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Teknologi Informasi dan

Komunikasi. (online),

(http://issuu.com/download-bse/docs/buku_pengembangan_modul_full. Diakses: 02 Februari 2015).

Purwanto, N. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.

Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status. London: Lawrence Erlabaum Associates Publishers.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sadiq, S dan S. Zamir. 2014. Effectiveness of Modular Approach in Teaching at University Level. Journal of Education and Practice, 5(17): 103-109. Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, J.W. 2011. Educational Psychology, 5th Edition. New York: McGraw-Hill Companies.


(38)

114 Simatupang, R. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Biologi SMA Negeri 17 Medan. Tesis. Medan: Pascasarjana Unimed.

Sjamsuddin, H. 2004. Penulisan Buku Teks Sejarah; Kriteria dan Permasalahannya. Jurnal Pendidikan Sejarah. 1(1): 1-12.

Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suparman, M.A. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga

Supriadie, D dan D. Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Suyadi. 2008. Pengaruh Pembelajaran Penemuan Fisika Pada Kinematika Gerak Lurus Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Tesis. Solo: Pascasarjana UNS.

Tarigan, H.G dan D. Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wardiman. 2001. Menata Masa Depan Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjuan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wasis. 2006. Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains-FisikaSMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 15(1): 1-16.


(1)

karakteristik siswa membuat kegiatan pembelajaran lebih bermakna sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih efektif, efesien, dan memiliki daya tarik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk memilih penggunaan modul dengan strategi inkuiri dalam pembelajaran. Sesuai dengan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam merancang penggunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan lebih tinggi hasil belajar biologinya jika dibelajarkan menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan lebih tinggi hasil belajar biologinya jika dibelajarkan menggunakan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka disarankan beberapa hal yaitu :

1. Kepada guru perlu melihat karakteristik siswa didalam menerapkan penggunaan modul dan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri. Bagi guru yang mengajarkan biologi agar dapat menerapkan penggunaan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk siswa yang memiliki motivasi tinggi dan menerapkan penggunaan buku teks pelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri untuk siswa yang memiliki motivasi rendah.

2. Bagi dinas pendidikan perlu membuat sarana dan prasarana kegiatan dalam meningkatkan kemampuan guru untuk menyusun modul pembelajaran yang


(2)

dipadu strategi pembelajaran misalnya melalui seminar, lokakarya, dan pendidikan dan latihan (diklat). Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan guru mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran di tingkat SMA yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa rendah sehingga memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya khususnya pada mata pelajaran biologi.

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan pembelajaran menggunakan modul dengan strategi pembelajaran inkuiri mengharuskan guru menyesuaikan isi materi dan penggunaan waktu jam pelajaran, sehingga hal ini juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada hasil belajar biologi. 4. Bahan/materi yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada

beberapa materi. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar kiranya diadakan penelitian lebih lanjut, yaitu pada materi lain atau dapat melanjutkan penelitian ini, hal ini sangat penting agar hasil penelitian ini bermanfaat sebagai penyeimbang teori maupun reformasi dunia pendidikan khususnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

5. Dikarenakan tes hasil belajar yang disusun hanya mengukur ranah kognitif, disarankan penelitian lanjutan juga mengukur ranah psikomotorik dan afektif. 6. Dengan memperhatikan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian ini, maka hasil penelitian ini perlu disebarluaskan agar dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran biologi di SMA. Selain itu agar dapat dikaji lebih jauh oleh masyarakat termasuk peneliti dalam menindaklanjuti hasil penelitian ini.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akpan, I.D. dan M.E. Umobong. 2013. Analysis of Achievement Motivation and Academic Engagement of Students in the Nigerian Classroom.

Academic Journal of Interdisciplinary Studies MCSER Publishing,

Rome-Italy, 2(3): 385-390.

Ali, R., S.R.Gazi, M.S. Khan, S. Hussain, dan Z.T. Faitma. 2010. Effectiveness of Modular Teaching in Biology at Secondary Level. Asian Social

Science Journal, 6(9): 49-54.

Anderson, L.W., D.R. Krathwohl, P.W. Airasian, K.A. Cruikshank, R.E. Mayer, P.R.Pintrich, dan J. Raths. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Pearson, Allyn & Bacon.

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi

Aksara.

Atkinson, J.W. dan J.O. Rayner. 1974. Motivation and achievement. Washington,

DC: V. H. Winston.

Blessing, I.A. 2014. Effects of Inquiry Strategy on Students’ Science Process Skills in Selected Abstract Concepts in Biology. Journal of Education

and Policy Review. 6(1): 42-54.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. 2013. Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam

Mengajar. Yogyakarta: Gavamedia.

Dick, W., L. Carey, dan J. Carey. 2005. The Systematic Design of Instruction.

New York: Harper Collins Publishers.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ditjen PMPTK. 2008. Strategi pembelajaran dan Pemilihannya. Jakarta:

Depdiknas.


(4)

Djiwandono, S.E.W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Ekici, G. 2010. Factors Affecting Biology Lesseon Motivation Of High School Students. Journal Procedia Social and Behavioral Sciences. (Online)

Vol 2, sciencedirect.com, diakses 02 Februari 2015.

Fachurrochman, R. 2011. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin, dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Produktif Teknik Kendaraan Ringan Kelas XI. Jurnal

Universitas Pendidikan Indonesia, Edisi Khusus (2): 60-69

Gagne, R.M. 1977. The Condition Of Learning. New York : Holt, Rinehart, and

Winston.

Greene, H. dan W.T. Petty. 1971. Developing Language Skills in the Elementary

Schools. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Hancock, D. 2004. Cooperative Learning dan Peer Orientation Effects on Motivation and Achievement. The Journal of Educational Research,

97(3): 159-166.

Hamalik, O. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Indriyanti, N.Y dan E. Susilowati. 2010. Pengembangan Modul. Makalah.

Seminar Pelatihan Pembuatan e-module bagi Guru-guru IPA Biologi SMP se-Kota Surakarta menuju Open Education Resources. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 07 Agustus.

Irwan, N.K dan R. Marlina. 2014. Pengaruh Modul Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keanekaragaman Hayati SMA Negeri 9 Pontianak.

Jurnal Pendidikan dan PembelajaranFKIP Untan, 3(9).

Johnson, M.L. 2014. Achievement Motivation for Introductory College Biology.

Journal of Studies in Education, 4(1).

Joyce, B dan M. Weil. 2003. Models of Teaching, Fifth Edition. New Jersey:

Pearson Education, Inc.

Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development,

Second Edition. California: Fearon Publishers

Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi. Bandung:


(5)

Kustawan, D. 2013. Analisis Hasil Belajar. Bandung: Luxima Metro Media.

McClelland, D.C. 1987. Human Motivation. New York: Cambridge University

Press.

Mudlofir, A. 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

PT Rajagrafindo Perkasa.

Olteanu, R.L, C. Dumitrescu, G.Gorghiu, dan L.M. Gorghiu. 2014. Studying Sciences through the Integrated Science Modules. European Journal

of Sustainable Development, 3(3): 35-42.

Palupi, D.R dan A.T. Wrastari. 2013. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orangtua Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga Surabaya.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(1): 1-6.

Purwanto, A. Rahadi, dan S. Lasmono. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi. (online), (http://issuu.com/download-bse/docs/buku_pengembangan_modul_full. Diakses: 02 Februari 2015).

Purwanto, N. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.

Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theories and Models: An Overview of

Their Current Status. London: Lawrence Erlabaum Associates

Publishers.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sadiq, S dan S. Zamir. 2014. Effectiveness of Modular Approach in Teaching at University Level. Journal of Education and Practice, 5(17): 103-109.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santrock, J.W. 2011. Educational Psychology, 5th Edition. New York:


(6)

Simatupang, R. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Biologi SMA Negeri 17 Medan. Tesis.

Medan: Pascasarjana Unimed.

Sjamsuddin, H. 2004. Penulisan Buku Teks Sejarah; Kriteria dan Permasalahannya. Jurnal Pendidikan Sejarah. 1(1): 1-12.

Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Rineka Cipta

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suparman, M.A. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga

Supriadie, D dan D. Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Suyadi. 2008. Pengaruh Pembelajaran Penemuan Fisika Pada Kinematika Gerak Lurus Melalui Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi Berprestasi. Tesis. Solo: Pascasarjana

UNS.

Tarigan, H.G dan D. Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.

Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wardiman. 2001. Menata Masa Depan Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjuan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wasis. 2006. Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains-FisikaSMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 15(1): 1-16.