T2 912011026 BAB III

(1)

60 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data lapangan guna

penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia sebagai instrumen (alat) utama penelitian. Hanya manusia sebagai alat penelitian yang dapat menyesuaikan diri dengan

kenyataan-kenyataan dilapangan dan dapat

berhubungan dengan responden atau objek lain serta mampu memahami kaitan berbagai kenyataan

dilapangan (Moeloeng, 1989). Sedangkan metode

penelitian dalam penulisan ini, menggunakan metode penelitian deskriptif, yang dimengerti sebagai metode

penelitian yang mendeskripsikan atau yang


(2)

61

(Moeloeng, 1989), kemudian dengan perspektif

interpretative secara induktif (Mulyana 2010).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi penelitian ini adalah jemaat anggota Klasis Klasis Letti Moa Lakor. Populasi ini dipilih karena tiap Jemaat memiliki dan mengelola asetnya secara otonom.

Sampel menurut Indriantoro dan Supomo (1999:121) adalah sebagian dari populasi dimaksud yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah empat jemaat yang ada di Klasis Letti Moa Lakor. Kuota sampel tersebut dipilih dengan metode

non probabilistik dengan tujuan tertentu (Purposive


(3)

62

pengelolaan aset jemaat-jemaat dengan tipologi jemaat menurut tingkat kemajuan ekonominya, dua jemaat kelas satu, satu jemaat kelas dua dan satu jemaat kelas tiga, karena yang masuk kategori kelas satu adalah jemaat yang pengembangan ekonomi jemaatnya maju. Kelas dua adalah jemaat yang ekonomi jemaat belum mapan dan kelas tiga adalah jemaat yang masuk dalam jemaat yang masih tertinggal dalam hal sumber daya manusia maupun dalam pengembangan ekonomi jemaatnya.

3.3 Pengumpulan dan Analisis Data

Sumber data diperoleh dari sumber data primer yang dikumpulkan dengan teknik (a). Pengamatan (observation) yaitu, melihat langsung dilokasi penelitian, (b). Wawancara (Interview) yang

dilakukan adalah wawancara terbuka dan

terstruktur. Wawancara terbuka ialah orang yang diwawancarai (Informan) tahu bahwa ia sedang


(4)

63

diwawancarai serta tujuan dari wawacara tersebut, sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan lebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara yang disusun atas dasar permasalahan. Informan dalam penelitian ini adalah Majelis Jemaat (Pendeta, Penatua, Diaken) dan anggota jemaat yang mengelola aset-aset milik gereja. Data yang terkumpul tersebut dianalisis dengan teknik analisis dengan cara mendeskripsikan data kemudian data diinterpretasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mengungkap fenomena sosial tertentu. Sehingga, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan dan diharapkan dapat memperoleh hasil yang nanti dapat

dikembangkan sebagai implikasi managerial


(5)

64 3.4 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Gereja Protestan Maluku Klasis Pulau-pulau Letti Moa Lakor dan fokusnya pada empat jemaat yaitu Jemaat Werwaru, Jemaat Patti, Jemaat Serwaru dan Jemaat Tomra.

3.4.1Gambaran Umum Organisasi

GPM merupakan persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tubuh Kristus, buah karya Roh Kudus, yang melaksanakan misinya dalam pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah di bumi, merupakan penampakan Gereja yang Esa, Kudus, Katolik atau Am dan rasuli. GPM adalah keluarga Allah dengan beranekaragam suku dan

budaya yang merupakan kekayaan yang

dianugerahkan Tuhan untuk mengekspresikan

imannya dalam kesaksian dan pelayanan gereja yang transformatif. Ia mewujudkan dirinya sebagai jemaat-jemaat yang tersebar di Provinsi Maluku dan Maluku


(6)

65

Utara, Klasis-klasis di seluruh Maluku dan Maluku Utara yang berjumlah dua puluh enam Klasis dengan jumlah jemaat tujuh ratus dua puluh empat dan Sinodenya berpusat di Ambon. Jemaat, Klasis dan Sinode, masing-masing dan bersama-sama merupakan perwujudan GPM sebagai satu gereja yang utuh dan lengkap.

Sinode adalah badan pengambilan keputusan tertinggi dalam jenjang kepemimpinan GPM, Klasis adalah kesatuan wilayah GPM yang meliputi sejumlah Jemaat yang terbentuk sebagai respons

gereja terhadap tantangan geografis demi

memperlancar penyelenggaraan pelayanan gereja. Jemaat adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus pada suatu tempat dan lingkungan secara teritorial dan transteritorial tertentu dalam wilayah pelayanan GPM (Tata Gereja Protestan Maluku, 2010).


(7)

66

Klasis Letti Moa Lakor berada di wilayah Kota Kabupaten Maluku Barat Daya, dan memiliki dua puluh tujuh jemaat. Sinode mengklasifikasi jemaat dalam kategori kelas yaitu kelas satu, dua dan tiga. Khusus di klasis Letti Moa Lakor, Jemaat kategori kelas satu berjumlah lima jemaat, kelas dua ada sebelas jemaat dan kelas tiga ada sepuluh jemaat. 3.4.2Ketenagaan

GPM berketetapan hati dalam memelihara,

membina dan mengembangkan struktur dan fungsi

kepemimpinan gereja yang menganut sistem

Presbiterial Sinodal secara dinamis, kritis dan kreatif yang menekankan pada, jemaat sebagai fokus pelayanan gereja sebab jemaat merupakan lokus utama dari perjuangan untuk mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Jemaat-jemaat tidak berjalan sendiri melainkan berada dalam suatu gerak berjalan bersama (sun hodos) dalam Klasis-klasis dan


(8)

67

kehidupan gereja atas dasar kasih yang

mempersekutukan, membarui dan membangun. Hubungan yang selaras, serasi, utuh, terpadu, dan dinamis dalam penyelenggaraan pelayanan gereja selalu dibangun dan dikembangkan antara Jemaat, Klasis dan Sinode.

Organisasi GPM memiliki anggota lima ratus dua puluh empat ribu empat ratus tiga jiwa dan tenaga pegawai organik seribu tiga ratus tujuh orang yang terdiri dari seribu dua belas pendeta dan penginjil serta dua ratus lima puluh sembilan orang pegawai non pendeta. Penetapan dan rincian perangkat kepengurusan Jemaat, Klasis dan Sinode beserta tugas, wewenang dan tanggung jawab diatur dalam peraturan pokok dan ditetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode GPM untuk memimpin dan mengarahkan pelayanan, dan untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus.


(9)

68

Pimpinan Jemaat adalah majelis jemaat yang diketuai oleh seorang pendeta dan penginjil yang diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Pekerja Harian Sinode. Majelis jemaat terdiri dari pendeta dan penginjil, penatua-penatua dan diaken-diaken. Tugas dan tanggung jawab majelis jemaat adalah melaksanakan pekabaran injil dan melengkapi warga jemaat bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus. Melayani ibadah jemaat, pemberitaan Firman Allah dan sakramen kudus. Menjalankan disiplin gerejawi dan pelayanan penggembalaan

(pastoral). Melaksanakan pendidikan umum,

pelayanan kasih, keadilan, perdamaian, serta

pelestarian lingkungan hidup. Melaksanakan

katekisasi dan pendidikan agama kristen dari pendidikan usia dini sampai ke perguruan tinggi, membina kemandirian berteologi, kemandirian daya

dan dana. Menyelenggarakan dan memimpin


(10)

69

secara teratur, terencana dan berkesinambungan.

Mengelola, mengawasi dan mempertanggung

jawabkan pemanfaatan keuangan dan harta milik GPM yang dikelola oleh jemaat sesuai peraturan

perbendaharaan gereja yang berlaku. Rincian

susunan tugas dan tanggung jawab setiap perangkat kepengurusan pelayanan majelis jemaat diatur dan ditetapkan oleh Persidangan Majelis Pekerja Lengkap Sinode.

Kepegawaian gereja adalah salah satu sumber

daya gerejawi yang berfungsi sebagai aparat

pelaksana untuk menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan gereja di setiap jenjang kepemimpinan

gereja yang merupakan satu kesatuan

ketatalaksanaan (management). Tugas dan wewenang

dalam menetapkan gaji dari pegawai dan dalam menempatkan pendeta dan penginjil dalam Klasis serta Jemaat dalam wilayah pelayanan GPM. Semua yang telah ditetapkan akan disahkan dalam sidang


(11)

70

tertinggi dalam jenjang kepemimpinan GPM yaitu Sidang Sinode.

3.4.3Kebijakan Aset

Aset gereja meliputi aset ruang dan dana. Aset ruang terdiri dari lahan dan ternak sedangkan aset dana diperoleh dari persembahan langsung dari warga jemaat.

Aset gereja dikelola oleh majelis jemaat dan warga jemaat, hasilnya dimasukan dalam kas jemaat dan dipergunakan untuk pengembangan serta

pemberdayaan ekonomi jemaat. Hasil dari

pengelolaan aset berupa dana akan dibagi 69% untuk pengembangan pelayanan kepada warga jemaat dan 30% untuk Sinode (Pembayaran gaji pegawai dan lainnya) serta 1% untuk Yayasan milik GPM.

GPM meningkatkan kemandirian dana melalui

penguatan ekonomi anggota jemaat dan usaha-usaha lainnya yang sah. Uang dan barang milik gereja


(12)

71

dikelola secara adil, tertib, transparan, dan

akuntabel demi pengembangan misi gereja secara utuh. Sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban perbendaharaan gereja ditetapkan setiap tahun dengan peraturan gereja.


(1)

66

Klasis Letti Moa Lakor berada di wilayah Kota Kabupaten Maluku Barat Daya, dan memiliki dua puluh tujuh jemaat. Sinode mengklasifikasi jemaat dalam kategori kelas yaitu kelas satu, dua dan tiga. Khusus di klasis Letti Moa Lakor, Jemaat kategori kelas satu berjumlah lima jemaat, kelas dua ada sebelas jemaat dan kelas tiga ada sepuluh jemaat.

3.4.2Ketenagaan

GPM berketetapan hati dalam memelihara, membina dan mengembangkan struktur dan fungsi kepemimpinan gereja yang menganut sistem Presbiterial Sinodal secara dinamis, kritis dan kreatif yang menekankan pada, jemaat sebagai fokus pelayanan gereja sebab jemaat merupakan lokus utama dari perjuangan untuk mendirikan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Jemaat-jemaat tidak berjalan sendiri melainkan berada dalam suatu gerak berjalan bersama (sun hodos) dalam Klasis-klasis dan satu Sinode. Pengelolaan dan penatalayanan


(2)

67

kehidupan gereja atas dasar kasih yang mempersekutukan, membarui dan membangun. Hubungan yang selaras, serasi, utuh, terpadu, dan dinamis dalam penyelenggaraan pelayanan gereja selalu dibangun dan dikembangkan antara Jemaat, Klasis dan Sinode.

Organisasi GPM memiliki anggota lima ratus dua puluh empat ribu empat ratus tiga jiwa dan tenaga pegawai organik seribu tiga ratus tujuh orang yang terdiri dari seribu dua belas pendeta dan penginjil serta dua ratus lima puluh sembilan orang pegawai non pendeta. Penetapan dan rincian perangkat kepengurusan Jemaat, Klasis dan Sinode beserta tugas, wewenang dan tanggung jawab diatur dalam peraturan pokok dan ditetapkan oleh Majelis Pekerja Harian Sinode GPM untuk memimpin dan mengarahkan pelayanan, dan untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus.


(3)

68

Pimpinan Jemaat adalah majelis jemaat yang diketuai oleh seorang pendeta dan penginjil yang diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Pekerja Harian Sinode. Majelis jemaat terdiri dari pendeta dan penginjil, penatua-penatua dan diaken-diaken. Tugas dan tanggung jawab majelis jemaat adalah melaksanakan pekabaran injil dan melengkapi warga jemaat bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan Tubuh Kristus. Melayani ibadah jemaat, pemberitaan Firman Allah dan sakramen kudus. Menjalankan disiplin gerejawi dan pelayanan penggembalaan (pastoral). Melaksanakan pendidikan umum, pelayanan kasih, keadilan, perdamaian, serta pelestarian lingkungan hidup. Melaksanakan katekisasi dan pendidikan agama kristen dari pendidikan usia dini sampai ke perguruan tinggi, membina kemandirian berteologi, kemandirian daya dan dana. Menyelenggarakan dan memimpin persidangan jemaat, dan rapat-rapat majelis jemaat


(4)

69

secara teratur, terencana dan berkesinambungan. Mengelola, mengawasi dan mempertanggung jawabkan pemanfaatan keuangan dan harta milik GPM yang dikelola oleh jemaat sesuai peraturan perbendaharaan gereja yang berlaku. Rincian susunan tugas dan tanggung jawab setiap perangkat kepengurusan pelayanan majelis jemaat diatur dan ditetapkan oleh Persidangan Majelis Pekerja Lengkap Sinode.

Kepegawaian gereja adalah salah satu sumber daya gerejawi yang berfungsi sebagai aparat pelaksana untuk menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan gereja di setiap jenjang kepemimpinan gereja yang merupakan satu kesatuan ketatalaksanaan (management). Tugas dan wewenang dalam menetapkan gaji dari pegawai dan dalam menempatkan pendeta dan penginjil dalam Klasis serta Jemaat dalam wilayah pelayanan GPM. Semua yang telah ditetapkan akan disahkan dalam sidang


(5)

70

tertinggi dalam jenjang kepemimpinan GPM yaitu Sidang Sinode.

3.4.3Kebijakan Aset

Aset gereja meliputi aset ruang dan dana. Aset ruang terdiri dari lahan dan ternak sedangkan aset dana diperoleh dari persembahan langsung dari warga jemaat.

Aset gereja dikelola oleh majelis jemaat dan warga jemaat, hasilnya dimasukan dalam kas jemaat dan dipergunakan untuk pengembangan serta pemberdayaan ekonomi jemaat. Hasil dari pengelolaan aset berupa dana akan dibagi 69% untuk pengembangan pelayanan kepada warga jemaat dan 30% untuk Sinode (Pembayaran gaji pegawai dan lainnya) serta 1% untuk Yayasan milik GPM.

GPM meningkatkan kemandirian dana melalui penguatan ekonomi anggota jemaat dan usaha-usaha lainnya yang sah. Uang dan barang milik gereja


(6)

71

dikelola secara adil, tertib, transparan, dan akuntabel demi pengembangan misi gereja secara utuh. Sistem pengelolaan dan pertanggungjawaban perbendaharaan gereja ditetapkan setiap tahun dengan peraturan gereja.