UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN

SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memeperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Elin Budiarti

0900988

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode The Power Of Two dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung”. Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah, karena kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPS 1 ini rendah. Hal ini terlihat pada saat siswa mengajukan pertanyaan, pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang sudah ada dalam buku cetak, begitu pun dengan jawabannya yang sebenarnya sudah ada dalam buku cetak tersebut. Siswa belum bisa menentukan keterkaitan antara peristiwa sejarah yang satu dengan peristiwa sejarah lainnya. Siswa terlihat kesulitan dalam menentukan kesimpulan dan memberikan pendapat. Selain itu, iswa masih kebingungan dalam menentukan sebab-akibat dari permasalahan tersebut. Siswa belum bisa memahami apa yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut dan akibat yang ditimbulkannya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart. Metode penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan tindakan (Action), Observasi (Observe), dan refleksi (reflect), sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tugas (pertanyaan), dimana observasi yang dilakukan observasi terbuka dan tugas atau pertanyaan sebagai salah satu bagian dari metode The Power Of Two untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan pertanyaan untuk setiap siklusnya dibuat bervariatif agar siswa tidak bosan. Adapun pertanyaannya berupa cari kata, membuat peta konsep, LKS, dan menjawab pertanyaan setelah menonton film yang berjudul “Wali Songo”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode The Power Of Two dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Hal ini terlihat dalam setiap siklusnya mengalami perbaikan dan peningkatan baik dalam kemampuan berpikir kritis menjawab pertanyaan maupun mengemukakan jawaban di depan teman-temannya secara berpasangan yang merupakan bagian dari metode The Power Of Two. Maka upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode The

Power Of Two dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1

Bandung ini dapat disimpulkan berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang sebelumnya rendah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi saran atau rekomendasi serta bahan pertimbangan bagi guru maupun sekolah yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif pada proses pembelajaran di kelas, dimana siswa tidak lagi mengajukan pertanyaan yang jawabannya sudah ada dalam buku cetak mereka, akan tetapi dengan menerapkan metode The Power Of Two siswa dapat diberikan beberapa pertanyaan dalam berbagai bentuk seperti pada penelitian ini sehingga kemampuan berpikir siswa meningkat dan siswa terbiasa atau memiliki kemampuan berpikir untuk mengkritis peristiwa-peristiwa sejarah.


(3)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Oleh: Elin Budiarti¹

ABSTRACT

The reseach is done in XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. The principal purpose of the reseach increase ability of critical thinking student in teaching history, because critical thinking in the class XI IPS 1 are low. The method of reseach uses reseach of action classroom with design reseach from Kemmis and Mc. Taggart. The urgency of this research is “How to Improve students critical thinking ability Through The Power Of the Two Methods in the study of History

in XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung?”. Acording to researching that have been done, its result to aplly of The Power of Two method can increase ability of critical thinking of student. So it is seen in every cycle there are inprovement and raising in ability critical thinking to answer the question or to express answering in front of their friend. Beside it, the result of the research can be suggestion or recommendation and judgement material for teacher or headmaster can be create teaching situasion for the student active in learning in the class, where the student can not answer that the answering has been in the printing book, but with the application The Power of Two method, the student can be given some question in every kinds like in the research, up to thinking ability of student increase and students usual or have ability to think for critical history event.


(4)

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah, karena kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPS 1 ini rendah. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan

Mc. Taggart. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode The Power Of

Two dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung?”.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode The Power Of Two dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat dalam setiap siklusnya mengalami perbaikan dan peningkatan baik dalam kemampuan berpikir kritis menjawab pertanyaan maupun mengemukakan jawaban di depan teman-temannya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi saran atau rekomendasi serta bahan pertimbangan bagi guru maupun sekolah yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif pada proses pembelajaran di kelas, dimana siswa tidak lagi mengajukan pertanyaan yang jawabannya sudah ada dalam buku cetak mereka, akan tetapi dengan menerapkan metode The Power Of Two siswa dapat diberikan beberapa pertanyaan dalam berbagai bentuk seperti pada penelitian ini sehingga kemampuan berpikir siswa meningkat dan siswa terbiasa atau memiliki kemampuan berpikir untuk mengkritis peristiwa-peristiwa sejarah.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Struktur Organisai ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1Kemampuan Berpikir Kritis ... 9

2.1.1 Pengertian Berpikir Kritis... 9

2.1.2 Kemampuan Berpikir Kritis ... 11

2.1.3 Indikator-indikator Berpikir Kritis ... 12

2.2Metode Pembelajaran Cooperative Learning... 15

2.3Metode Pembelajaran The Power of Two ... 17

2.4Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah ... 22

2.5Metode The Power of Two Sebagai Salah Satu Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... 24

BAB III METODOLOGI PEELITIAN 3.1Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 26

3.2Desain Penelitian ... 27

3.3Metode Penelitian ... 31

3.4Definisi Operasional ... 32

3.4.1 Metode The Power of Two ... 32

3.4.2 Kemampuan Berpikir kritis ... 34

3.5Instrumen Penelitian ... 36

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.6.1 Observasi ... 37

3.6.2 Studi Dokumentasi ... 37

3.6.3 Wawancara ... 38

3.7Analisis Data ... 38

3.7.1 Data Kuantitatif ... 38


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum SMA PGII 1 Bandung ... 40

4.1.1 Kondisi Sekolah SMA PGII 1 Bandung ... 40

4.1.2 Kondisi Siswa di Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung ... 41

4.2 Merencanakan Perencanaan Penerapan Metode The Power of Two Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis Siswa ... 41

4.2.1 Langkah-Langkah Perencanaan ... 41

4.2.2 Deskripsi Silabus dan RPP ... 44

4.3 Penerapan Metode The Power of Two Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis Siswa ... 48

4.3.1 Deskripsi Tahapan Tiap Siklus ... 48

4.3.1.1 Siklus 1 ... 48

4.3.1.2 Siklus 2 ... 60

4.3.1.3 Siklus 3 ... 77

4.3.1.4 Siklus 4 ... 90

4.3.2 Analisis Kegiatan Pelaksanaan dan Tahapan ... 103

4.3.2.1 Kegiatan Pendahuluan ... 104

4.3.2.2 Kegiatan Inti ... 105

4.3.2.3 Kegiatan Penutup ... 106

4.3.3 Analisis Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode The Power of Two Dalam Pembelajaran Sejarah106 4.4 Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Penerapan Metode The Power of Two Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Beserta Solusinya ... 121

4.4.1 Kendala-Kendala Yang Dihadapi ... 121

4.4.2 Solusi ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan ... 124

5.2Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Berpikir kritis merupakan salah satu cara untuk melatih siswa berpikir dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran sejarah. Dengan berpikir kritis siswa dituntut untuk memahami serta mempelajari sejarah dengan benar, sehingga pengetahuan siswa berkembang dan tidak hanya terpaku pada penjelasan yang diberikan oleh guru dan buku sumber yang dimiliki siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Mutaqin (Jaja, 2012:58 ):

Berpikir Kritis merupakan Kegiatan menganalisis ide – ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan menumbuhkannya ke arah yang lebih sempurna.

Penjelasan diatas menegaskan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam menganalisis ide – ide atau gagasan lalu memilih dan mengidentifikasi untuk menghasilkan suatu keputusan. Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan berpikir untuk melatih seseorang dalam memahami dan menganalisis suatu masalah sampai dengan memecahkan masalah tersebut dan menggali informasi dari berbagai sumber. Berpikir kritis sangat penting dalam pembelajaran, karena berkaitan dengan pendidikan modern. Berikut salah satu satu pertimbangan berpikir kritis dalam pendidikan modern (Tilaar, 2011:17):

Berpikir kritis merupakan tujuan yang ideal dalam pendidikan karena

mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaannya.

Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan kedewasaan bukan berarti memberikan kepada mereka sesuatu yang telah siap tetapi mengikutsertakan peserta didik di dalam pemenuhan perkembangan dirinya sendiri dan arah dari perkembangannya sendiri (self-direction).

Pemaparan di atas mengenai berpikir kritis merupakan tujuan ideal dalam pendidikan modern terutama dalam pembelajaran sejarah. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengenai tujuan mengenai


(8)

(http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454829/pembelajaran%20sejarah, diunduh 11 Februari 2013) yaitu sebagai berikut :

1. Membangun kesadaran akan pentingnya waktu (time) yang mengalami sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta-fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan (sejarah).

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

4. Menumbuhkan pemahaman terhadap peserta didik bahwa proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui proses sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.

5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik bahwa mereka menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang harus memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah airnya yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kegiatan dan lapangan pengabdian.

Berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah di atas mengenai berpikir kritis

yang berbunyi “Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta-fakta

sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi

keilmuan (sejarah)”, pembelajaran sejarah diharapkan dapat melatih dan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga peserta didik mampu menggali dan memahami dari setiap peristiwa sejarah dengan baik berdasarkan pendekatan ilmiah.

Pada kenyataannya kondisi di lapangan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pembelajaran sejarah rendah. Kondisi ini dapat dilihat ketika peneliti melakukan observasi di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Peneliti melihat beberapa hal yang menjadi kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Pertama, ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahaminya, siswa banyak yang mengajukan pertanyaan tetapi pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang sudah ada dalam buku cetak, begitu pun dengan jawabannya yang sebenarnya sudah ada dalam


(9)

buku cetak tersebut. Sehingga tanpa harus dijawab oleh guru pun siswa sudah bisa menjawabnya sendiri dengan melihat pada buku cetak yang siswa miliki.

Kedua, siswa belum bisa menentukan keterkaitan antara peristiwa sejarah

yang satu dengan peristiwa sejarah lainnya. Hal ini terlihat ketika guru memberikan suatu pertanyaan kepada siswa untuk menghubungkan peristiwa sejarah satu dengan peristiwa sejarah lainnya, namun siswa terlihat kesulitan untuk menjawabnya. Ketiga, siswa terlihat kesulitan dalam menentukan kesimpulan dan memberikan pendapat. Hal ini terlihat ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas. Siswa dengan lancar menjelaskan kesimpulan dari materi tersebut, namun penjelasannya bukan berdasarkan hasil pemikirannya sendiri tetapi siswa menjelaskan kembali materi yang sudah dijelaskan oleh guru. Keempat, ketika guru memberikan suatu permasalahan, siswa masih kebingungan dalam menentukan sebab-akibat dari permasalahan tersebut. Siswa belum bisa memahami apa yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut dan akibat yang ditimbulkannya.

Permasalahan-permasalahan di atas menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah, karena siswa terbiasa diberikan pertanyaan yang bersifat faktual. Sehingga ketika siswa diberikan pertanyaan – pertanyaan yang mendorong untuk berpikir, siswa terlihat kesulitan dalam menjawabnya. Pembelajaran sejarah hendaknya tidak dimaknai dengan mata pelajaran menghafal, karena dengan pembelajaran sejarah siswa harus memahami secara benar mengenai makna serta nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah. Untuk itu hendaknya guru memperhatikan jenis pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mencoba memecahkannya dengan menggunakan metode The Power of Two sebagai solusinya. Metode The

Power of Two merupakan metode yang memberikan pertanyaan – pertanyaan tingkat tinggi dan menggali pengetahuan siswa. Melalui penerapan Metode The

Power of Two dalam pembelajaran sejarah, guru dapat mengembangkan


(10)

menuntut siswa untuk berpikir kritis. Dalam menjawab pertanyaan tersebut siswa akan mencari sendiri informasi dari berbagai sumber atau belajar dari siswa lain.

Metode The Power of Two ini dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang lain, membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, serta meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

Melalui penerapan metode The Power of Two Guru dapat melihat langsung bagaimana proses siswa dalam menyelesaikan pertanyaan – pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga pada saat proses pembelajaran inilah guru dapat melihat kendala yang dihadapi pada saat pembelajaran, selain itu juga guru akan mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang lain. Metode The Power of Two juga dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir serta siswa bisa bekerja sama dengan siswa lain.

Metode The Power of Two yang dijelaskan diatas pada perkembangannya akan dihubungkan dan disesuaikan dengan konsep berpikir kritis yang ungkapkan oleh Fisher (https://furahasekai.wordpress.com/2011/10/06/kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-matematika/, diunduh 9 Maret 2013), yaitu menganalisis,

mengurutkan, dan memutuskan. Ketiga indikator berpikir kritis dari Fisher inilah

yang akan menjadi dasar dalam membuat pertanyaan – pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa. Dengan demikian, siswa akan terbiasa untuk menganalisis suatu pernyataan atau masalah, selain itu juga siswa dapat mengurutkan sebab – akibat dari suatu permasalahan atau peristiwa, dan siswa harus mampu memutuskan suatu pertimbangan berdasarkan cukup bukti baik secara berpasangan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Metode The Power of Two ini penilaiannya bukan hanya dari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa, tetapi juga menggunakan rubrik yang menjadi dasar untuk penilaian siswa sekaligus menjadi


(11)

dasar pengukuran untuk mencapai tujuan meningkatkan berpikir kritis siswa terhadap pembelajaran sejarah. Dengan guru memberikan pertanyaan – pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir dan rubrik sebagai penilaiannya

diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pembelajaran sejarah. Berdasarkan uraian di atas mendorong ketertarikan peneliti untuk mengambil judul penelitian yaitu “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode The Power Of Two dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung ”.

1.2RUMUSAN MASALAH

Dari judul penelitian yang penulis ajukan, penulis membatasi kajiannya dalam satu rumusan masalah besar yaitu “Bagaimana Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Metode The Power Of Two dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung?”

Dari rumusan masalah tersebut penulis akan membatasi dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran sejarah melalui Metode The

Power Of Two (Kekuatan Dua Kepala) untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 di SMA PGII 1 Bandung?

2. Bagaimana guru menerapkan Metode The Power Of Two (Kekuatan Dua Kepala) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 di SMA PGII 1 Bandung?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam menerapkan Metode The Power Of Two (Kekuatan Dua Kepala) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 di SMA PGII 1 Bandung?


(12)

1.3TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas, yaitu sebagai berikut :

1. Mengkaji perencanaan pembelajaran sejarah melalui Metode The Power Of

Two (Kekuatan Dua Kepala) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa kelas XI IPS 1 di SMA PGII 1 Bandung.

2. Mendeskripsikan pelaksanaan langkah – langkah pembelajaran sejarah melalui Metode The Power Of Two (Kekuatan Dua Kepala) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 di SMA PGII 1 Bandung. 3. Mendeskripsikan upaya – upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala

dalam menerapkan Metode The Power Of Two (Kekuatan Dua Kepala) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 di SMA PGII 1 Bandung.

1.4MANFAAT PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan serta keterampilan dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar sehingga tidak menggunakan metode ceramah saja dan mata pelajaran sejarah pun tidak dimaknai sebagai mata pelajaran yang perlu hapalan.

2. Bagi siswa, dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan Metode The Power Of Two dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang dapat menggali pengetahuannya dalam pembelajaran sejarah. 3. Bagi guru, dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan

hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan strategi efektif dalam pembelajaran sejarah serta digunakan sebagai referensi dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran sejarah. Sehingga guru dapat menggunakan Metode The Power Of Two untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(13)

4. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran sejarah di SMA PGII 1 Bandung.

1.5STRUKTUR ORGANISASI

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini penulis memaparkan secara garis besar masalah yang dikaji. Adapun di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II memaparkan variabel-variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini memaparkan mengenai Metodologi Penelitian. Dalam kajian ini meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik dan pengumpulan data, analisis data serta uji validitas data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab IV ini memaparkan hasil penelitian lebih mendalam mengenai masalah yang menjadi kajian peneliti yang diperoleh selama penelitian dilakukan serta analisisnya.

BAB V KESIMPULAN

Bab V kesimpulan dan saran yang merupakan keputusan yang dihasilkan oleh penulis sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi identitas – identitas buku baik berupa sumber buku, artikel maupun sumber internet yang digunakan oleh penulis sebagai sumber rujukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Kumpulan – kumpulan dokumen peneliti dalam melakukan proses penelitian untuk penulisan skripsi ini.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini memaparkan mengenai Metodologi Penelitian. Dalam kajian ini meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik dan pengumpulan data, analisis data serta uji validitas data.

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Siswa kelas XI IPS 1 berjumlah 21 orang siswa yang terdiri dari delapan orang siswa laki-laki dan tiga belas orang perempuan. Kelas XI IPS 1 ini memiliki ruangan dengan luas 19 m² yang terletak di lantai 2 menghadap ke arah lapangan upacara. Dalam ruangan kelas XI IPS 1 ini juga dilengkapi alat-alat seperti whiteboard, spidol, penghapus, infocus, sound system, loker untuk tempat penyimpanan buku-buku dan tas siswa, tempat sampah, sapu, meja dan kursi guru dan siswa-siswa. Kelas XI IPS 1 memiliki peralatan yang cukup lengkap.

Lokasi peneliti dalam melakukan penelitian yaitu di SMA PGII I Bandung. Guru atau yang menjadi sebagai mitra dengan peneliti yaitu Ibu Dra. Eeng Suhaeni. SMA PGII I Bandung ini terletak di Jln. Panatayuda No.2 Bandung 40132. Peneliti memilih kelas XI IPS 1 yang berjumlah 21 orang siswa sebagai subyek penelitian karena guru sejarah sebagai mitra peneliti merekomendasikan kelas XI IPS 1 yang dijadikan sebagai subyek penelitian dan juga materi di kelas ini sesuai dengan materi yang akan diteliti oleh peneliti. Dibawah ini terdapat denah SMA PGII 1 Bandung yang menyatu dengan SMP PGII 1 Bandung.


(16)

Gambar 3.1 Denah SMA dan SMP PGII 1 Bandung

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah desain penelitian model Kemmis dan MC Taggart. Adapun gambar desainnya Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008:66) sebagai berikut:


(17)

Gambar 3.2 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

Alasan peneliti mengambil desain penelitian tindakan kelas model Kemiss dan Mc Taggart ini alur dan langkah – langkah penelitian yang harus dilakukannya sangat praktis dan sistematis sehingga dapat memudahkan penelitian yang akan dilakukan peneliti dan metode yang diterapkan dalam melakukan penelitiannya juga tidak terlalu rumit serta tidak harus ada uji coba dulu. Desain model Kemis dan Mc Taggart ini menggunakan empat tahapan dalam satu siklus yang mempunyai kegiatan Perencanaan (plan), Tindakan (act), Observasi (observ), dan Refleksi (reflect). Langkah – langkah tersebut dijelaskan Sukardi (2011:213), yaitu sebagai berikut :

1. Rencana (plan)

Rencana merupakan serangkaian tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat terlihat dan rintangan yang tersembunyi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih

Refleksi

Observasi

Tindakan 1 Rencana

tindakan

Rencana tindak Pra

Rencana tindakan 3 Observasi

Observasi

Refleksi Refleksi

Tindakan 2

Tindakan 3


(18)

menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam proses belajar mengajar dan mengenal rintangan yang sebenarnya. Pada penelitian ini untuk melakukan tindakan, rencana yang disusun oleh peneliti bersama mitra adalah sebagai berikut:

a) Meminta kesediaan guru mitra untuk menjadi kolaborator peneliti dalam melakukan penelitian

b) Menentukan kelas yang akan diteliti dan waktu penelitian

c) Menentukan materi yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan

saat pembelajaran dalam melakukan penelitian dengan dosen pembimbing dan guru mitra

e) Merencanakan format penilaian yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

f) Merencanakan untuk pengolahan data dari hasil yang diperoleh peneliti daam melakukan penelitian

2. Tindakan (act)

Tindakan dalam penelitian ini harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur.Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun yaitu melakukan tindakan yang sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun.

b) Mengoptimalkan penggunaan metode The Power of Two dalam kegiatan belajar mengajar.

c) Memberikan pertanyaan - pertanyaan kepada siswa yang telah dibuat oleh guru dalam bentuk cari kata, membuat peta konsep, LKS, dan melihat film. d) Mempersiapkan instrument penilaian yang berupa format pedoman

penilaian penerapan metode The Power of Two dan juga format penilaian berpikir kritis.


(19)

e) Melakukan diskusi balikan dengan mitra peneliti, agar mengetahui kekurangan dalam menerapkan metode The Power of Two untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah f) Melaksanakan pengolahan data

3. Pengamatan (observe)

Observasi pada penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunhyai beberapa macam unggulan seperti memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti, yang disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan. Seperti dalam perencanaan, observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan. Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan:

a) Observasi atau Pengamatan terhadap keadaan kelas yang akan diteliti. b) Pengamatan terhadap kesesuaian penggunaan metode The Power of Two

dengan pokok bahasan yang sudah ditentukan sebelumnya.

c) Pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4. Refleksi (reflect)

Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan strategik. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya tindakan terencana. Pada langkah ini peneliti melakukan: a) Kegiatan diskusi balikan dengan mitra dan siswa setelah tindakan

dilakukan.


(20)

3.3 Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam peneltiian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). T Raka Joni (1998, dalam Hasan 2011:73) mengemukakan bahwa PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan – tindakan yang dilakukannya serta untuk memperbaiki kondisi – kondisi dimana praktek – praktek pembelajaran dilakukan. Sedangkan menurut Rapoport (1970, dalam Wiriatmadja 2010:11) mengartikan penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. Maka PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian permasalahan yang terjadi di dalam kelas melalui refleksi diri untuk mengatasi permasalahan melalui tindakan yang telah direncanakan serta memperbaiki persoalan yang terjadi di dalam kelas tersebut.

Metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan metode The Power of Two untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Alasan peneltii mengambil Penelitian Tindakan Kelas ini karena Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang difokuskan di kelas Dengan melibatkan diri di kelas, kita bisa mengetahui peristiwa – peristiwa yang terjadi dikelas tersebut. Dengan demikian kita bisa merubah pelaksanaan proses pembelajaran di kelas ke arah yang lebih baik.


(21)

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Metode The Power of Two

Metode The Power of Two termasuk tipe belajar kooperatif yang merupakan metode belajar dalam kelompok kecil (berpasangan). Metode The Power of Two ini dapat mengembangkan pembelajaran sejarah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan yang dapat menuntut siswa untuk berpikir kritis, selaitu itu juga dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang lain, membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, serta meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

Pelaksanaan di kelas, peneliti menggunakan metode The Power of Two dengan langkah-langkah yang sederhana tidak seperti yang langkah-langkah yang dijelaskan oleh beberapa ahli karena melihat waktu dan tenaga juga disesuaikan dengan kebutuhan di kelas. Adapun langkah-langkah yang peneliti terapkan di kelas yaitu sebagai berikut:

1. Guru menentukan pasangan siswa yang terdiri dari 2 orang.

2. Guru memberikan pertanyaan (lembar kerja) kepada setiap pasangan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir dan menggali pengetahuan siswa.

3. Setiap pasangan harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara berpasangan

4. Setelah siswa secara berpasangan selesai mengerjakan tugasnya, guru menunjuk salah satu siswa (berpasangan) untuk mengungkapkan jawabannya atau hasil kajiannya secara berpasangan didepan teman-temannya

Alat pengumpulan data dari metode ini menggunakan lembar observasi sebagai berikut:

1. Kemampuan kerja sama dalam menjawab pertanyaan secara berpasangan 2. Kemampuan mengemukakan pendapat secara berpasangan

3. Kemampuan mengungkapkan jawabannya di depan teman-temannya secara berpasangan


(22)

Metode The Power of Two ini akan diterapkan di kelas dengan memberikan pertanyaan (lembar kerja) yang berupa :

1. Cari Kata (Tindakan Pertama)

Tindakan pertama yang akan diberikan kepada siswa yaitu cari kata. Cari kata ini salah satu cara untuk melihat sampai sejauh mana kemampuan siswa untuk mengolah materi yang telah disampaikan dengan cara mencari kata-kata pada tabel yang telah disediakan. Cari kata ini dikerjakan secara berpasangan (2 Orang) dan waktu pengerjaannya saat mata pelajaran sejarah. Materinya mengenai Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengerjakaan tugas dalam tindakan satu ini adalah sebagai berikut:

- Secara berpasangan harus mencari kata yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari saat itu

- Secara berpasangan harus menghubungkan kata-kata tersebut sehingga menjadi sebuat kalimat atau paragraf

- Secara berpasangan harus bisa mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dari kerajaan-kerajaan yang ditemukan pada tabel cari kata tersebut

2. Peta Konsep (Tindakan kedua)

Peta konsep ini merupakan tampilan dari suatu gambaran atau bagan tentang konsep-konsep materi sejarah. Peta konsep ini juga akan membantu siswa dalam menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lainnya. Materinya mengenai Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.

- Setiap pasangan harus mampu membuat peta konsep yang menunjukan keterhubungan antara kerajaan Majapahit dan Sunda Padjajaran

- Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara Majapahit dan Sunda Padjajaran secara berpasangan

- Secara berpasangan harus mampu menarik kesimpulan mengenai

keterhubungan antara kerajaan Majapahit dan Sunda Padjajaran yang menimbulkan perang bubat


(23)

3. LKS (Tindakan Ketiga)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan berupa lembaran-lembaran yang didalamnya berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Dalam LKS ini terdapat beberapa materi dan pertanyaan – pertanyaan yang sesuai dengan materi tersebut. Setiap pasangan harus memilih sumber atau teori mana yang cocok dengan masuknya islam ke Indonesia, kemudian harus mengemukakan pendapat dan alasannya serta menarik kesimpulannya didepan teman-temannya. Materi yang akan dibuat peneliti mengenai Pengaruh

Perkembangan Agama dan Kebudayaan Islam terhadap Masayarakat diberbagai Daerah di Indonesia.

4. Menjawab pertanyaan setelah melihat film (Tindakan Keempat)

Tindakan keempat yaitu resensi film. Ketika siswa mempelajari materi sejarah mengenai Kerjaan-kerajaan Islam dan Interaksi Tradisi Lokal, Hindu-Budha,

dan Islam di Indonesia, terdapat banyak film yang menayangkan islam di Indonesia. Salah satu filmnya itu yang berjudul “WALI SONGO”. Setelah

siswa menonton film tersebut, siswa diberikan pertanyaan yang sudah disediakan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru yaitu siswa harus mampu mengetahui keterkaiatan antara penan pedagang dengan para wali dalam awal proses islamisasi di Indonesia, memberikan pendapat mengenai peranan para wali dalam proses islamisasi, dan mengungkapkan kesimpulan mengenai peranan pedagang dan para wali dalam awal proses islamisasi di Indonesia.

3.4.2 Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan berpikir untuk melatih seseorang dalam memahami dan menganalisis suatu masalah sampai dengan memecahkan masalah tersebut dan menggali informasi dari berbagai sumber. Seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis jika memiliki kriteria kemampuan berpikir kritis yang telah disebutkan di atas.

Indikator berpikir kritis yang digunakan oleh peneliti merujuk pada indikator berpikir kritis menurut Fisher dalam sebuah blog dengan judul


(24)

“Kemampuan Berpikir Kritis dan kreatif Matematika”, yaitu meliputi: 1) Menyatakan kebenaran pertanyaan atau pernyataan. 2) Menganalisis pertanyaan atau pernyataan; 3) Berpikir logis; 4) Mengurutkan, misalnya secara temporal, secara logis, secara sebab akibat; 5) Mengklasifikasi, misalnya gagasan objek-objek; 6) Memutuskan, misalnya apakah cukup bukti; 7) Memprediksi (termasuk membenarkan prediksi); 8) Berteori; 9) Memahami orang lain dan dirinya.

Terdapat sembilan indikator berpikir kritis menurut Fisher, namun peneliti hanya mengambil beberapa indikator karena tidak semua indikator dibutuhkan di dalam kelas. Peneliti mengambil tiga indikator yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan juga sesuai dengan permasalahan yang ada di kelas penelitian serta kurangnya waktu dan tenaga. Ketiga indikator diantaranya yaitu 1) Menganalisis, 2) Mengurutkan, 3) Memutuskan.

1) Menganalisis

- Mampu menjawab pertanyaan dengan jelas secara berpasangan - Memberikan penjelasan sederhana secara berpasangan

- Mampu menentukan keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lain secara berpasangan

- Menentukan satu teori atau sumber secara berpasangan

- Mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan secraa berpasangan 2) Mengurutkan

- Menentukan penyebab dari suatu masalah sampai dengan akibatnya dengan sistematis secara berpasangan

3) Memutuskan

- Tanggungjawab dalam mengerjakan tugas secara berpasangan

- Mengungkapkan alasan atau pendapat – pendapat atas jawaban tersebut secara berpasangan

- Mengungkapkan dan menarik kesimpulan-kesimpulan dari jawaban tersebut secara berpasangan


(25)

3.5 Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Untuk mengumpulkan data yang ada dilapangan dibutuhkan instrumen penelitian sehingga data untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode The Power of Two terkumpul sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun perangkat-perangkat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Lembar observasi merupakan perangkat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan guru selama penelitian ini berlangsung dengan menerapkan metode The Power of Two untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Alasan memilih lembar observasi karena akan memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan hasil penelitian ini dan juga penelitian ini bersifat kualitatif sehingga data dari hasil lembar observasi ini cocok digunakan dalam penelitian ini karena peneliti langsung mengamati atau observasi langsung pada saat proses belajara mengajar di kelas.

2. Tes merupakan perangkat yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui atau untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes esai dimana siswa menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru. Seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya (2011:101) tes esai merupakan bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka, yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusun siswa sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa merupakan pertanyaan yang dapat menggali pengetahuan siswa dan pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir kritis. Pertanyaan tersebut diberikan kepada siswa dalam bentuk cari kata, membuat peta konsep, mengisi

LKS, dan mengisi pertanyaan setelah melihat film yang berjudul “Wali Songo”.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) berupa lembaran-lembaran yang didalamnya berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Dalam LKS yang disusun oleh peneliti ini di dalamnya terdapat beberapa materi dan pertanyaan – pertanyaan yang


(26)

berhubungan dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru dalam proses pembelajaran sejarah di kelas

4. Rubrik digunakan dalam penelitian ini yang berisikan aspek-aspek yang akan menjadi penilaian siswa agar memudahkan peneliti untuk melihat ketercapaian tujuan dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses untuk mendapatkan semua data dari hasil penelitian untuk dianalisis. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dari penelitian ini berupa data hasil lembar observasi dan study dokumentasi yang kemudian data – data tersebut diolah dan di analisis yang menghasilkan data dalam memecahkan permasalahan penelitian. Pengolahan data untuk melihat hasil kemampuan berpikir kritis siswa ini dengan cara memberikan skor pada setiap pertanyaan – pertanyaan yang dijawab oleh para siswa. Data – data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik. Adapun teknik – tekni yang digunakan oleh peneliti yaitu sebagai berikut :

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan atau mengamati segala sesuatu yang terjadi di lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu penggunaan metode The Power of Two pada saat proses pembelajaran sejarah dan juga kemampuan berpikir kritis siswa dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diberikan oleh guru baik menjawab secara perorangan maupun secara berpasangan.

3.6.2 Study Dokumentasi

Studi dokumentasi yang digunakan mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), jawaban-jawaban siswa dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada siswa, lembar observasi kemampuan


(27)

berpikir kritis, lembar observasi metode The Power of Two, dan kehadiran siswa.

3.6.3 Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang – orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal – hal yang dipandang perlu, seperti yang dikemukakan oleh Denzim (Rochiati, 2010:117). Wawancara ini ditujukan kepada siswa mengenai mata pelajaran sejarah dan metode yang diterapkan di kelas penelitian.

Alasan mengambil study dokumentasi karena peneliti akan mengetahui semua data – data siswa yang berhubungan dengan masalah penelitian. Melalui observasi, peneliti akan mengetahui semua situasi atau keadaan yang terjadi di kelas penelitian sehingga urutan – urutan kejadian di kelas tercatat semua dan lengkap untuk data penelitian. Dan wawancara, peneliti ingin mengetahui pendapat siswa mengenai mata pelajaran sejarah dan metode yang diterapkan di kelas penelitian.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu hal yang penting yang dilakukan oleh peneliti. Data perlu diukur agar mermudah peneliti melihat hasil dari penelitiannya.

3.7.1 Data Kuantitatif

Pengolahan data untuk mengukur perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode The Power of Two diolah secara kuantitatif melalui penskoran dan juga menggunakan persentase karena dengan menggunakan persentase peneliti akan mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam setiap siklusnya dan juga peningkatan penerapan metode The Power of Two.

3.7.2 Data Kualitatif


(28)

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data kodifikasi dan kategorisasi data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh data yang telah diperoleh berdasarkan instrument penelitian. Data yang telah terkumpul berdasarkan instrumen penelitian itu diberikan kode – kode, kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap data secara keseluruhan agar memudahkan dalam penyusunan kategorisasi data sehingga hasil penelitian itu bermakna.

2. Validitas Data

Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2010:168-171) mengungkapkan beberapa bentuk validitas yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yaitu :

a. Member Check, pada tahap ini memeriksa kembali keterangan

keterangan atau informasi data yang diperoleh peneliti dengan mitra selama observasi melalui diskusi pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir keseluruhan pelaksanaan.

b. Expert Opinion, pemeriksaan terakhir terhadap hasil penelitian kepada

dosen pembimbing peneliti. Dosen pembimbing akan memberikan arahan atau Judgements terhadap masalah – masalah penelitian ini.

Peneliti dalam validasi data menggunakan member check dan ekspert opinion karena dengan menggunakan member check peneliti akan mengetahui semua keterangan atau informasi yang didapat selama observasi itu tetap (tidak berubah) sehingga data yang didapat itu bisa terperiksa kebenarannya. Selain itu juga dengan menggunakan ekspert opinion untuk mendapatkan atau meminta nasihat – nasihat dari dosen pembimbing peneliti karena dosen pembimbing akan memberikan arahan kepada peneliti sehingga peneliti merasa percaya diri untuk melanjutkan penelitian ini. Peneliti hanya menggunakan member check dan expert opinion karena keduanya merupakan hal yang paling penting dalam penelitian ini dan juga mempertimbangkan keterbatasan waktu dan tenaga.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan hasil akhir penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung dan memberikan rekomenadasi kepada berbagai pihak mengenai hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:

5.1 kesimpulan

Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode The Power Of Two dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:

Pertama, peneliti dengan guru mitra melakukan diskusi mengenai hal-hal

apa saja yang harus dipersiapkan dalam penelitian ini agar penelitian ini berjalan dengan lancar. Hal pertama yang dilakukan dalam tahap perencaaan yaitu peneliti menyusun Silabus yang menjadi acuan untuk proses pembelajaran dan dari silabus, peneliti penyusun rencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP), serta mempersiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam setiap siklusnya. Peneliti juga menyusun pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan siswa untuk berpikir kritis, untuk setiap siklusnya pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dalam bentuk yang berbeda agar siswa tidak bosan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan yang membutuhkan siswa untuk berpikir sesuai dengan metode The Power of Two, guru membentuk siswa kedalam kelompok (pasangan) sehingga kelas terbagi menjadi 10 pasangan, setiap pasangan terdiri dari 2 orang. Untuk menilai kemampuan berpikir kritis dan menilai penerapan metode The Power of Two dalam pembelajaran sejarah baik itu menjawab pertanyaan, kerja sama dengan temannya dalam menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat berdasarkan pemikirannya sendiri ataupun kemampuan siswa untuk mengemukakan jawabannya di depan teman-temannya, peneliti juga menyiapkan alat penilaian agar mengetahui adanya peningkatan dari siklus 1 hingga siklus 4.


(30)

Kedua, tahap kedua yang dilaksanakan oleh peneliti adalah upayan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui metode The Power of Two dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Pelaksanaan ini mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya dan mengacu pada materi pembelajaran yang telah ditentukan. Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung pada awalnya merupakan kelas yang memiliki permasalahan kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan pra-observasi, kelas ini banyak yang mengajukan pertanyaan namun pertanyaan yang diajukan sudah ada dalam buku cetak mereka begitu juga dengan jawabannya. Dalam proses pelaksanaan ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, siswa akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir sesuai dengan metode The Power of Two, dan menjawab pertanyaannya diwajibkan untuk berpasangan. Melalui penerapan metode ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, siswa harus mampu menganalisis suatu permasalahan, menghubungkan satu informasi dengan informasi laiinya, mengidentifiakasi permasalahan, mengemukakan pendapat menurut pemikirannya sendiri, serta mampu menarik kesimpulan dari hasil kajiannnya. Pada pelaksanaan tindakan dalam setiap siklusnya terlihat meningkat ketika siswa mengikuti dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sejarah. Kemampuan berpikir kritis siswa tentunya dapat dilihat berbagai aspek, dan aspek-aspek tersebut untuk setiap siklusnya terus mengalami peningkatan. Aspek-aspek tersebut berupa siswa mampu menganalisis suatu permasalah, mengidentifikasi permasalahan, dan mengemukakan pendapat yang terus mengalami peningkatan setelaha peneliti menerapkan metode The Power of

two. Secara keseluruhan, pelaksanaan proses pembelajaran sejarah, kemampuan

berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung dapat meningkat melalui metode The Power of Two.

Ketiga, kendala-kendala yang dialami dalam menerapkan metode The Power of Two untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kendala

pertama yang dihadapi oleh peneliti adalah peneliti kesusahan dalam menyusun pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan siswa tidak


(31)

merasa bosan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, padahal hal ini sangat penting karena pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan bagian penerapan dari metode The Power of Two. Oleh karena itu, peneliti menyusun dan mencari suatu masalah yang menarik, serta menyusun pertanyaan dalam bentuk yang variatif sehingga diharapkan siswa akan terdorong untuk mengkajinya. Kendala kedua yaitu pada siklus awal siswa kebingungan dengan penerapan metode The Power

of Two dalam pembelajaran sejarah dan siswa secara berpasangan terlihat tidak

siap untuk mengemukakan jawaban-jawabannya di depan teman-temannya, sehingga guru memberikan pengarahan mengenai penerapan metode tersebut serta memberikan reward kepada siswa yang berinisiatif sendiri untuk mengemukakan jawabannya di depan teman-temannya. Kendala ketiga yaitu dalam memberikan arahan pada siklus 1 karena siswa secara berpasangan belum mampu menjalin kerja sama yang baik dengan temannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut dilakukan agar penerapan metode The

Power of Two dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran sejarah. Dengan demikian, dalam menerapkan metode The Power of

Two untuk meningkatkan berpikir kritis, guru harus benar-benar mempersiapkan

pembelajaran dengan matang agar proses pembelajaran di kelas Power of Two dapat berjalan lancar.

5.2 Rekomendasi

Berikut ini akan dipaparkan beberapa saran dari penulis bagi beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap dengan menerapkan metode The

Power of Two yang memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang

menuntut siswa untuk berpikir dan dalam pengerjaannya secara berpasangan akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA PGII 1 Bandung. Pihak sekolah harus memberikan dukungan dan motivasi kepada guru-guru untuk mengembangkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(32)

Bagi guru, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dijadikan masukan dan inspirasi guru-guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan pemikirannya dalam proses pembelajaran di kelas. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini siswa harus lebih meningkatkankan dan terus melatih kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran sejarah dengan membiasakan mengajukan pertanyaan yang tidak bersifat faktual dan text book tetapi pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas.

Bagi peneliti, peneliti menyadari bahwa penelitian ini bukan penelitian yang sempurna karena mungkin masih banyak kekurangan maka peneliti mengharapkan masukan-masukannya sehingga ketika ada yang melakukan penelitian selanjutnya penelitian ini akan lebih sempurna dan lebih baik lagi.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis paparkan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi pendidikan di Indonesia dan menjadi bahan pertimbangan untuk menerapkan metode The Power of Two dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah lainnya.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal :

Zafri. (2012). “Berfikir Kritis Pembelajaran Sejarah”. Jurnal Diakronika FIS UNP. -

Sumber Buku :

Hasan, H. (2008). Pengembangan Kompetensi Berfikir Kritis Dalam

Pembelajaran Sejarah. -

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Silberman, M. (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Slavin, R. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.

Solihatin, E dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Tilaar, dkk. (2011). Pedagogik Kritis. jakarta: Rineka Cipta.

Wiriaatmadja, R. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Zaini, H. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: insan Madani.

Sumber Skripsi :

Jaelani, Jaja R. (2012). Penerapan Metode Debat untuk Menumbuhkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 23 Bandung). Tidak diterbitkan.

Luthfiani, Y. (2012). Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah

Seagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan Argumentasi Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI). Bandung:


(34)

Sumber Internet :

Tn. (2012). The Power of Two. [Online]. Tersedia:

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html. [15 April 2013]

Tn. (2012). Profil Berfikir Kritis. [Online]. Tersedia:

http://pasukan910.blogspot.com/2012/09/profil-berpikir-kritis.html. [9 Maret 2013].

Tn. (2011). Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematika. [Online]. Tersedia: https://furahasekai.wordpress.com/2011/10/06/kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-matematika/. [9 Maret 2013]

Kamarga, H. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Teknologi Informasi,

Perlukah?. [Online]. Tersedia:

http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454829/pembelajaran%20sejarah. [4 Februari 2013]

Tarmizi. (2009). Strategi Belajar Kekuatan Berdua (The Power of Two) dalam

Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:

http://tarmizi.wordpress.com/2009/02/09/strategi-belajar-kekuatan-berdua-the-power-of-two-dalam-pembelajaran-matematika/. [5 Desember 2012]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan hasil akhir penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung dan memberikan rekomenadasi kepada berbagai pihak mengenai hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini. Adapun kesimpulan dan rekomendasinya adalah sebagai berikut:

5.1 kesimpulan

Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui metode The Power Of Two dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:

Pertama, peneliti dengan guru mitra melakukan diskusi mengenai hal-hal

apa saja yang harus dipersiapkan dalam penelitian ini agar penelitian ini berjalan dengan lancar. Hal pertama yang dilakukan dalam tahap perencaaan yaitu peneliti menyusun Silabus yang menjadi acuan untuk proses pembelajaran dan dari silabus, peneliti penyusun rencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP), serta mempersiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam setiap siklusnya. Peneliti juga menyusun pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan siswa untuk berpikir kritis, untuk setiap siklusnya pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dalam bentuk yang berbeda agar siswa tidak bosan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan yang membutuhkan siswa untuk berpikir sesuai dengan metode The Power of Two, guru membentuk siswa kedalam kelompok (pasangan) sehingga kelas terbagi menjadi 10 pasangan, setiap pasangan terdiri dari 2 orang. Untuk menilai kemampuan berpikir kritis dan menilai penerapan metode The Power of Two dalam pembelajaran sejarah baik itu menjawab pertanyaan, kerja sama dengan temannya dalam menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat berdasarkan pemikirannya sendiri ataupun kemampuan siswa untuk mengemukakan jawabannya di depan teman-temannya, peneliti juga menyiapkan alat penilaian agar mengetahui adanya peningkatan dari siklus 1 hingga siklus 4.


(2)

Kedua, tahap kedua yang dilaksanakan oleh peneliti adalah upayan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui metode The Power of Two dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung. Pelaksanaan ini mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya dan mengacu pada materi pembelajaran yang telah ditentukan. Kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung pada awalnya merupakan kelas yang memiliki permasalahan kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan pra-observasi, kelas ini banyak yang mengajukan pertanyaan namun pertanyaan yang diajukan sudah ada dalam buku cetak mereka begitu juga dengan jawabannya. Dalam proses pelaksanaan ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, siswa akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir sesuai dengan metode The Power of Two, dan menjawab pertanyaannya diwajibkan untuk berpasangan. Melalui penerapan metode ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, siswa harus mampu menganalisis suatu permasalahan, menghubungkan satu informasi dengan informasi laiinya, mengidentifiakasi permasalahan, mengemukakan pendapat menurut pemikirannya sendiri, serta mampu menarik kesimpulan dari hasil kajiannnya. Pada pelaksanaan tindakan dalam setiap siklusnya terlihat meningkat ketika siswa mengikuti dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sejarah. Kemampuan berpikir kritis siswa tentunya dapat dilihat berbagai aspek, dan aspek-aspek tersebut untuk setiap siklusnya terus mengalami peningkatan. Aspek-aspek tersebut berupa siswa mampu menganalisis suatu permasalah, mengidentifikasi permasalahan, dan mengemukakan pendapat yang terus mengalami peningkatan setelaha peneliti menerapkan metode The Power of

two. Secara keseluruhan, pelaksanaan proses pembelajaran sejarah, kemampuan

berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 SMA PGII 1 Bandung dapat meningkat melalui metode The Power of Two.

Ketiga, kendala-kendala yang dialami dalam menerapkan metode The Power of Two untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kendala

pertama yang dihadapi oleh peneliti adalah peneliti kesusahan dalam menyusun pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan siswa tidak


(3)

merasa bosan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, padahal hal ini sangat penting karena pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan bagian penerapan dari metode The Power of Two. Oleh karena itu, peneliti menyusun dan mencari suatu masalah yang menarik, serta menyusun pertanyaan dalam bentuk yang variatif sehingga diharapkan siswa akan terdorong untuk mengkajinya. Kendala kedua yaitu pada siklus awal siswa kebingungan dengan penerapan metode The Power

of Two dalam pembelajaran sejarah dan siswa secara berpasangan terlihat tidak

siap untuk mengemukakan jawaban-jawabannya di depan teman-temannya, sehingga guru memberikan pengarahan mengenai penerapan metode tersebut serta memberikan reward kepada siswa yang berinisiatif sendiri untuk mengemukakan jawabannya di depan teman-temannya. Kendala ketiga yaitu dalam memberikan arahan pada siklus 1 karena siswa secara berpasangan belum mampu menjalin kerja sama yang baik dengan temannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal tersebut dilakukan agar penerapan metode The

Power of Two dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran sejarah. Dengan demikian, dalam menerapkan metode The Power of

Two untuk meningkatkan berpikir kritis, guru harus benar-benar mempersiapkan

pembelajaran dengan matang agar proses pembelajaran di kelas Power of Two dapat berjalan lancar.

5.2 Rekomendasi

Berikut ini akan dipaparkan beberapa saran dari penulis bagi beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap dengan menerapkan metode The

Power of Two yang memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang

menuntut siswa untuk berpikir dan dalam pengerjaannya secara berpasangan akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA PGII 1 Bandung. Pihak sekolah harus memberikan dukungan dan motivasi kepada guru-guru untuk mengembangkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(4)

Bagi guru, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dijadikan masukan dan inspirasi guru-guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan pemikirannya dalam proses pembelajaran di kelas. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini siswa harus lebih meningkatkankan dan terus melatih kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran sejarah dengan membiasakan mengajukan pertanyaan yang tidak bersifat faktual dan text book tetapi pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas.

Bagi peneliti, peneliti menyadari bahwa penelitian ini bukan penelitian yang sempurna karena mungkin masih banyak kekurangan maka peneliti mengharapkan masukan-masukannya sehingga ketika ada yang melakukan penelitian selanjutnya penelitian ini akan lebih sempurna dan lebih baik lagi.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis paparkan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi pendidikan di Indonesia dan menjadi bahan pertimbangan untuk menerapkan metode The Power of Two dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal :

Zafri. (2012). “Berfikir Kritis Pembelajaran Sejarah”. Jurnal Diakronika FIS

UNP. -

Sumber Buku :

Hasan, H. (2008). Pengembangan Kompetensi Berfikir Kritis Dalam

Pembelajaran Sejarah. -

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Silberman, M. (2009). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Slavin, R. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks. Solihatin, E dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Tilaar, dkk. (2011). Pedagogik Kritis. jakarta: Rineka Cipta.

Wiriaatmadja, R. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Zaini, H. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: insan Madani.

Sumber Skripsi :

Jaelani, Jaja R. (2012). Penerapan Metode Debat untuk Menumbuhkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Tindakan Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 23 Bandung). Tidak diterbitkan.

Luthfiani, Y. (2012). Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah

Seagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan Argumentasi Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI). Bandung:


(6)

Sumber Internet :

Tn. (2012). The Power of Two. [Online]. Tersedia:

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html. [15 April 2013]

Tn. (2012). Profil Berfikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://pasukan910.blogspot.com/2012/09/profil-berpikir-kritis.html. [9 Maret 2013].

Tn. (2011). Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematika. [Online]. Tersedia: https://furahasekai.wordpress.com/2011/10/06/kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-matematika/. [9 Maret 2013]

Kamarga, H. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Teknologi Informasi,

Perlukah?. [Online]. Tersedia:

http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454829/pembelajaran%20sejarah. [4 Februari 2013]

Tarmizi. (2009). Strategi Belajar Kekuatan Berdua (The Power of Two) dalam

Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:

http://tarmizi.wordpress.com/2009/02/09/strategi-belajar-kekuatan-berdua-the-power-of-two-dalam-pembelajaran-matematika/. [5 Desember 2012]


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power Of Two Terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al-Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013

0 20 140

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Melalui Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa Kelas IV SDN Pasucen 02 Tahun Pelajaran 2013/ 2014

0 2 16

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Melalui Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa Kelas IV SDN Pasucen 02 Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

0 1 6

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Melalui Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa Kelas IV SDN Pasucen 02 Tahun Pelajaran 2013/ 2014

0 1 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif The Power Of Two Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ips Pada Siswa Kelas VIII

0 3 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif The Power Of Two Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Ips Pada Siswa Kelas VIII

0 2 13

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN PENERAPAN METODE PERMAINAN SIMULASI.

2 21 44

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

1 2 50

UPAYA PENERAPAN MODEL BLENDED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH.

0 0 52

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN PENERAPAN METODE PERMAINAN SIMULASI - repository UPI S SEJ 1001450 Title

0 0 3