Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power Of Two Terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al-Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013

(1)

i

TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S. Pd.) Dosen Pembimbing: Nuryani, M.A.

Oleh

Ika Setiowati

109013000055

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

v

2012/2013”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Nuryani, S.Pd., M.A.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif

teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Penelitian ini

dilakukan di SMP Islam Al Syukro Universal pada siswa kelas VIII. Permasalahan yang muncul adalah penggunaan teknik pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakter siswa dan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam memberikan tanggapan masih tergolong rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan

permasalahan pada pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the

power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi eksperimen dengan desain

penelitian Control group Pretest and Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik purposive sampling dan diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas

eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the

power of two dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan memberikan tanggapan pada kemenarikan kutipan novel remaja yang disampaikan secara lisan. Dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel (10,66 >

2,12). Maka hipotesis akhir atau H1 diterima. Nilai rata-rata kemampuan siswa setelah

diajarkan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two (posttest)

lebih tinggi daripada nilai rata-rata sebelum diajarkan menggunakan teknik the power of

two (pretest). Nilai rata-rata pretest yang diperoleh yaitu 58,29 sedangkan nilai rata-rata posttest adalah 74,82. Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif teknik the power of

two berpengaruh terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP

Islam Al Syukro Universal.


(6)

vi

SMP Islam Al-Syukro Universal Ciputat Academic Year 2012/2013”. Department of Education Indonesian Language and Literature Faculty Tarbiyah dan Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta. Advisior: Nuryani, S.Pd., M.A.

This research aims to determain the influence of active learning strategy the power of two tecniques on students the ability give responses. The research was conducted at SMP Islam Al Syukro Universal grade VIII. The problem that arises is the use of learning techniques that were not appropriate to the character of the students and the students speaking ability especially in responding is still relatively low. Based on these problems, the authors formulate the problem on the influence of active learning strategies (active learning) of the power of two techniques of the ability give responses in the VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal.

The method used in this research is quasi-experimental research design with Contol group pretest and posttest design. Sampling was done by purposive sampling technique and obtained two class as a samples is experimental class who teach using active learning strategy the power of two tecniques and control class who teach using conventinal. The research instrument of this test the ability to give responses to quote for attractiveness teeneger novel orally delivered. From the calculation of hypothesis testing using t-test, the value of t calculate > t table (10,66> 2,12). Then the final hypothesis or H1 can be accepted. The average value of ability students who after taught using active learning strategy the power of two tecniques (posttest) is higher than average value before using the power of two tecniques (pretest). The average value obtained pretest is 58,29 while the average posttest score was 74,82. Thus, active learning strategy the power of two tecniques have influential on ability give of students responses VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal.


(7)

vii

ini dapat terselesaikan dengan baik. Selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka adanya bimbingan pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Nuryani, S.Pd. M.A. dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing

penulis, selalu memberikan motivasi, serta rela meluangkan waktunya sampai penyusunan skripsi ini selesai.

5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakutlas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan serta sebagai media untuk sumber referensi penulis.

7. Bapak Fauzan Budi. C, S.T. kepala SMP Islam Al Syukro Universal yang telah

banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

8. Seluruh staff dan guru SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya Ibu Wiwi

Adawiyah, S.Pd.I. guru pamong Bahasa Indonesia yang telah memberikan dukungan moril dan ide kepada penulis selama proses penelitian.


(8)

viii

motivasi, dan menghibur ketika penulis sedang mengalami kesulitan.

11.Desy Listyaningrum dan Siti Nurfitriani sebagai sahabat sekaligus pemberi

motivasi dan semangat bagi penulis.

12.Siswa-siswi SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya kelas VIII A dan VIII

B.

13.Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga Allah Swt dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 12 Juli 2013


(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH...iii

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS...iv

ABSTRAK...v

ABSTRACT...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Hakikat Strategi Pembelajaran ... 8

2. Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning) ... 16

3. Hakikat Teknik The Power of Two...19

4. Hakikat Tanggapan ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ...39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode dan Desain Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data... ... 46


(10)

x

D. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 64

E. Analisis Data Angket... ... 84

F. Intepretasi Data... ... 88

G.Pembahasan Penelitian... ... 89

BAB V PENUTUP ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran .. ... 92

DAFTAR PUSTAKA...93 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

xi

Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Berdasarkan

Skala Penilaian

Tabel 4.1 Profil SMP Islam Al Syukro Universal

Tabel 4.2 Pendidik SMP Islam Al-Syukro Universal

Tabel 4.3 Nama-nama Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Syukro Universal

Tabel 4.4 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII A

Tabel 4.5 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII B

Tabel 4.6 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

Tabel 4.7 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas

Kontrol)

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas

Eksperimen)

Tabel 4.10 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan

Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Kontrol)

Tabel 4.11 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan

Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Eksperimen)

Tabel 4.12 Analisis Data Hasil Angket

Tabel 4.13 Hasil Analisis Pengolahan Angket Penggunaan Teknik The Power of


(12)

xii

Lampiran 2 Naskah Kutipan Novel Remaja

Lampiran 3 Denah Tempat Duduk Kelas Eksperimen

Lampiran 4 Denah Tempat Duduk Kelas Kontrol

Lampiran 5 Hasil Wawancara

Lampiran 6 Data Angket Siswa

Lampiran 7 Data Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen

Lampiran 8 Data Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen

Lampiran 9 Tabel Z

Lampiran 10 Tabel Uji-t

Lampiran 11 Daftar Kritis Uji Liliefors


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan suatu individu yang selanjutnya berujung pada maju dan mundurnya suatu bangsa. Pendidikan yang baik memungkinkan dapat mengembangkan kemampuan siswa secara optimal dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi maupun kebutuhan masyarakat.

Perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini, menuntut perlunya mengubah pola pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif. Pembelajaran di Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvensional masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah misalnya, ceramah dan pemberian tugas yang sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa.

Pembelajaran menggunakan metode ceramah merupakan suatu pembelajaran dimana peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa. Selain itu, guru kurang memperhatikan individu siswa, guru tetapi lebih menitikberatkan pada kelas. Akibatnya, daya pikir siswa kurang berkembang, minat, dan motivasinya terhadap pelajaran pun berkurang. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab ketidakterarikan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Padahal bahasa Indonesia memiliki peranan


(14)

yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi saja melainkan untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia.

Dalam konteks persekolahan, bahasa digunakan para siswa untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Mengingat fungsi penting pembelajaran bahasa, sudah selayaknya pembelajaran bahasa di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan harus diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa.

Namun, berbagai tradisi lama dalam melaksanakan pembelajaran bahasa masih kerap dijumpai di sekolah-sekolah. Bukti nyata dari kondisi ini adalah masih banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan hanya berorientasi menyampaikan pengetahuan kepada para siswa. Atas dasar pemikiran ini, guru banyak memilih metode ceramah atau penugasan dalam menyampaikan materi kepada siswa. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton, kurang merangsang perkembangan potensi anak, dan kurang memotivasi anak untuk berprestasi sehingga berdampak terhadap rendahnya kompetensi siswa serta bermuara pada ketidaktercapainya tujuan pendidikan. Kondisi pembelajaran yang tidak dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang tepat dan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan serta karakteristik siswa ini, merupakan kondisi pembelajaran yang tidak bermutu dan dapat membuat siswa menjadi pasif dalam belajar. Guna menciptakan pembelajaran yang bermutu dan mampu mengaktifkan siswa, seorang guru hendaknya senantiasa belajar untuk mengajar dengan berbagai metode dan teknik belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, dikenal empat aspek keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam pembelajaran bahasa, salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini menempati kedudukan yang penting karena merupakan ciri dari kemampuan komunikatif siswa. Namun, diakui atau tidak, pembelajaran berbicara yang selama ini terjadi di sekolah masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Hal ini tercermin


(15)

dari masih banyaknya guru yang memperlakukan sama antara pembelajaran berbicara dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran berbicara yang kurang baik ini, biasanya terjadi karena guru lebih menekankan kemampuan penampilan siswa dan tidak disertai latihan agar siswa mampu menyusun idenya sendiri.

Kondisi lain yang lebih parah adalah bahwa pembelajaran berbicara terkadang tidak dilaksanakan guru. Siswa lebih banyak dilatih menulis dan membaca sehingga kemampuan berbicara menjadi sangat rendah. Guru tidak pernah secara intens membina dan melatih siswa berbicara. Seolah-olah bagi guru pembelajaran berbicara cukup dilakukan dengan cara membaca teks di depan kelas dan guru lupa bagaimana melatih agar mereka benar-benar mampu berbicara dengan baik. Padahal seharusnya guru memberikan bimbingan, permodelan, dan strategi yang dibutuhkan siswa agar terampil berbicara.

Pembelajaran berbicara sering terabaikan karena guru lebih banyak melatih siswa membaca dan menulis. Hal ini terbukti saat peneliti melihat nilai rata-rata menulis siswa mencapai 80 dan berbanding terbalik dengan nilai berbicara mereka yang rata-rata hanya 60. Ini disebabkan karena masih adanya anggapan sebagian besar guru bahwa kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang akan diujikan secara nasional dalam ujian nasional. Padahal jika disadari bersama, walaupun kemampuan berbicara bukanlah bagian dari ujian nasional, namun kemampuan berbicara merupakan atribut siswa yang akan digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kesan masyarakat jika siswa yang berpendidikan saja tidak terampil dalam berbicara.

Permasalahan yang peneliti jumpai di sekolah menengah pertama, khususnya pada keterampilan berbicara adalah kurangnya kemampuan siswa dalam bertanya dan memberikan tanggapan baik pada bacaan yang mereka baca atau informasi yang mereka dengar. Banyak siswa yang mengalami kesulitan saat akan menuangkan idenya ke dalam ucapan dan mereka cenderung lebih suka menuangkannya ke dalam tulisan di selembar kertas


(16)

daripada diungkapkan. Kurang mampunya siswa dalam memberikan tanggapan melalui ucapan disebabkan karena jarangnya siswa berlatih untuk mengemukakan pendapat, sehingga saat disuruh memberikan tanggapan mereka terlihat kurang percaya diri dengan jawabannya, kurang mampu mengemukakan tanggapan dengan bahasa yang baik, dan pemilihan teknik pembelajaran berbicara yang kurang tepat. Ketidakmampuan siswa dalam memberikan tanggapan terlihat ketika siswa belajar memberikan tanggapan yang berkenaan dengan kemenarikan pada kutipan novel remaja yang dibaca.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu mendengar, melihat, berpikir, mengajukan pertanyaan, dan membahasanya dengan siswa lain. Hal ini dilakukan supaya siswa bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan membantu siswa untuk lebih percaya diri dalam mengungkapkan ide di depan teman dan gurunya.

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan dan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan peserta didik. Kedudukan peserta didik dalam kurikulum KTSP menuntut peserta didik untuk secara aktif mencari tahu pengetahuan yang dipelajari. Namun, kendalanya masih banyak siswa yang pasif atau kurang aktif terhadap pelajaran, sehingga diperlukan strategi untuk membuat siswa tersebut aktif guna menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

Strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran merupakan strategi yang melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru dan menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima ceramah dari guru layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Di sini guru juga dituntut berpikir kreatif untuk mampu menciptakan suasana menarik tanpa membuat bosan dalam proses belajar mengajar. Perlunya pembelajaran aktif dalam pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan kadar


(17)

keaktifan siswa dalam belajar merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran serta hasil pembelajaran.

Berbagai uraian di atas menandakan perlunya usaha untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran yakni dengan menerapkan strategi

pembelajaran aktif teknik the power of two (kekuatan berdua) dalam proses

pembelajaran khusunya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam

memberikan tanggapan. Strategi pembelajaran aktif teknik the power of two

merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan bersama. Karenanya dua orang atau dua siswa lebih baik daripada satu.

Lebih lanjut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two

terhadap kemampuan berbicara siswa khusunya dalam memberikan tanggapan dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang

berjudul ―Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Al-Syukro Universal

Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013‖

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah yang masih timbul dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dengan

menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.

2. Minimnya strategi dan teknik pembelajaran yang dimiliki guru.

3. Kemampuan berbicara siswa masih tergolong rendah khususnya dalam

memberi tanggapan melalui ucapan.

4. Siswa cenderung lebih suka memberi tanggapan dalam bentuk tulisan.

5. Keterampilan berbicara masih diabaikan para guru dengan berbagai

alasan yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar berbicara.


(18)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif (active

learning) teknik The Power of Two.

2. Kemampuan berbicara khususnya memberikan tanggapan pada

kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)

3. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Al Syukro

Ciputat tahun ajaran 2012/2013.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning)

teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa

kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013?

E.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik

the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut:

1. Secara teoretis

Secara teoretis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan pembelajaran bahasa khususnya mengenai


(19)

keterampilan berbahasa (berbicara) dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan bahasa Indonesia.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:

a. Peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan berbagai teknik dalam kegiatan pembelajaran serta mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan strategi ini.

b. Guru

Dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya kemampuan memberikan tanggapan di masa yang akan datang, membantu guru dalam menentukan strategi dan teknik yang kreatif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, dan mampu menarik perhatian siswa.

c. Siswa

Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki keretampilan berbicara dengan baik dan kemampuan dalam memberikan tanggapan.

d. Lembaga

Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya dalam peningkatan mutu lulusannya dengan menggunakan teknik-teknik pembelajaran yang baik dan meningkatkan profesionalisme guru dalam mendidik siswa.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoretis

1.

Hakikat Strategi Pembelajaran

a.

Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran yang memuat alternatif yang harus dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka perencanaan pembelajaran.

Menurut Gagne strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk

berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.1 Artinya,

bahwa proses pembelajaran yang dilakukan seseorang (peserta didik) akan menyebabkan mereka berpikir secara unik untuk dapat menganalisis dan memecahkan masalah di dalam mengambil sebuah keputusan.

J.R David dalam Teaching Strategis for College Class Room

mengemukakan “a plan method, or series of activities designed to

achieves a particular educational goal“. Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang

direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.2 Hal-hal yang

akan dilaksanakan dirancang terlebih dahulu dengan menentukan sebuah kegiatan dan menyiapkan metode atau perangkat lain guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan startegi tertentu diperlukan metode pengajaran misalnya metode ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, dan lain-lain.

Hal ini sependapat dengan Gerlach dan Elly yang menyatakan bahwa strategi adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan

1

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 3.

2 Isjoni, Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 2.


(21)

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.3 Singkat kata, bahwa strategi adalah cara-cara terpilih yang digunakan oleh seorang guru dalam rangka menyampaikan pelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Joni yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana kondusif kepada siswa dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran.4 Memberikan suasana kondusif di

sini adalah suasana yang aman, nyaman, dan aktif guna tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Jika suasana belajar kondusif atau mendukung maka tujuan pembelajaran pun akan mudah tercapai.

Romiszowski mengatakan bahwa strategi adalah sebagai titik pandang dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih

khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan.5 Di dalam strategi, rencana,

taktik, dan latihan sangat diperlukan untuk menjalankan metode pembelajaran yang telah ditentukan sehingga strategi dapat dijalankan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Zain strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan.6 Dalam proses pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai

pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara singkat, dijelaskan bahwa strategi merupakan pola umum kegiatan siswa dan guru yang diciptakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

3 Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h. 88.

4

Ibid.

5

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), Cet. I, h. 18.

6

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 5.


(22)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa strategi adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pembelajaran merupakan terjemahan dari “intruction”. Hal ini diungkapkan oleh Gagne yang menyatakan bahwa “intruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”.7 Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi pembelajar dalam mempermudah mempelajari sesuatu.

Di dalam proses pembelajaran terdapat peristiwa saling

mempengaruhi antara pengetahuan guru terhadap pengetahuan siswa. Proses saling mempengaruhi saat belajar tersebut membuat siswa menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dengan berbagai macam media pembelajaran yang digunakan.

Pembelajaran menurut Hernawan pada hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa

dengan siswa.8 Bentuk komunikasi transaksional tersebut dapat diterima,

dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Artinya, bahwa sebuah proses pembelajaran itu terjadi jika ada pemahaman dan timbal balik antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Apabila dalam proses pembelajaran siswa telah mampu memahami apa yang mereka pelajari berarti komunikasi transaksional tersebut dapat dikatakan berhasil.

Menurut Sanjaya, pembelajaran diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa

7

Wina, Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 27.

8


(23)

seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk

mencapai tujuan belajar tertentu.9

Sebagai proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan kegiatan guru atau kegiatan siswa saja. Lingkungan dan potensi yang dimiliki siswa seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sangat mendukung tercapaiannya tujuan yang dikehendaki. Peran aktif siswa dan guru dalam proses pembelajaran sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu pembelajaran.

Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10 Interaksi

seseorang dalam lingkungan di sekitar dapat memberikan pengalaman yang nantinya akan mampu memberikan perubahan perilaku kepada dirinya ke arah yang lebih positif. Pengalaman tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh orang tersebut. Di sini lingkungan sangat memberikan pengaruh besar dalam pembelajaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan

belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.11 Peserta

didik diberikan cara-cara mudah oleh guru supaya mereka mampu memahami pelajaran yang telah disampaikan serta mampu belajar secara aktif dan mudah. Cara atau metode yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

9

Sanjaya, Op. Cit., h. 26.

10

Hernawan, Loc. Cit.

11


(24)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan susana lingkungan kelas yang aman, nyaman, aktif, inovatif, kreatif, dan efektif dalam melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Terciptanya suasana lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif akan membuat siswa lebih fokus untuk belajar dan hal ini sangat membantu guru dalam mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.12 Untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif seorang guru dan siswa harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik, aktif dan optimal. Tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien apabila dalam melakukan pembelajaran, waktu, dan faktor pendukung lain telah diperhitungkan dengan baik agar tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.

Kozna menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran

tertentu.13 Seorang pendidik atau guru harus mampu memilih kegiatan

yang sesuai dengan tujuan dan dapat memberikan fasilitas pendukung serta bantuan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Senada dengan pendapat di atas, Uno mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses

pembelajaran.14 Pemilihan kegiatan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan kondisi, situasi, sumber belajar, kebutuhan, dan

12

Sanjaya, Op.Cit., h. 187.

13

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 1.

14


(25)

karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran adalah seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran tertentu.15 Prosedur atau cara-cara yang

digunakan guru dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang pada akhirnya akan menimbulkan hasil belajar bagi siswa itu sendiri. Strategi pembelajaran di sini tidak hanya sebatas prosedur atau tahapan saja, melainkan termasuk pengaturan materi atau paket program pembelajaran.

Menurut Wiranaputra, strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran.16

Artinya, bahwa strategi pembelajaran berisi gambaran awal atau cara-cara yang disusun secara-cara berurutan oleh pendidik dan berfungsi sebagai pendoman perencanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang ditentukan.

Darmansyah menjelaskan lebih terperinci bahwa strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran, dan pengelola kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya

efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.17 Isi dan cara penyampaian

dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus diorganisasikan secara sistematis, efektif, dan efisien.

Hal tersebut senada dengan Gerlach dan Ely yang menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran

15

Ibid.,h. 1.

16

Iskandarwassid, Op. Cit., h. 6.

17


(26)

tertentu.18 Seorang guru di sekolah hendaknya mampu memilih cara-cara yang akan digunakan dirinya untuk menyampaikan materi pembelajaran di kelas supaya materi dapat disampaikan dengan baik dan siswa mampu menerima serta memahaminya.

Abizar mengartikan strategi pembelajaran sebagai pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dengan tujuan utama agar pemerolehan pengetahuan

oleh siswa lebih optimal.19 Artinya, bahwa strategi pembelajaran

merupakan prosedur yang masih bersifat umum dan luas yang digunakan untuk menambah pengetahuan siswa secara optimal. Dalam melaksanakan strategi pembelajaran, seorang guru membutuhkan metode yang sesuai dengan strategi pembelajaran yang dipilih. Perancangan metode tersebut dilakukan agar peserta didik mampu mengerjakan hal-hal yang harus mereka kerjakan dengan baik dan optimal.

Jika seorang guru telah mampu merancang strategi pembelajaran, maka ia akan mudah memilih dan menentukan metode yang tepat untuk menjalankan strategi pembelajaran tersebut. Ketepatan pemilihan metode mampu membantu siswa menangkap informasi pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa strategi pembelajaran adalah rencana kegiatan belajar yang dirancang oleh guru dan dilakukan oleh siswa dengan memilih metode yang memungkinkan pembelajaran yang efektif dalam upaya penambahan informasi dan pengetahuan baru demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditentukan.

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan dalam

pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan, sedangkan upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

18

Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ITC, (Yogyakarta: Skripta Media Creative, 2012), Cet. I, h. 57.

19


(27)

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, maka dibutuhkan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

Selain strategi dan metode, ada istilah teknik dan taktik. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.

b.

Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran

Hamruni menjelaskan ada empat prinsip penggunaan strategi

pembelajaran, yaitu:20

1) Berorientasi pada tujuan (kompetensi)

Segala aktivitas guru dan peserta didik, harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.

2) Aktivitas

Belajar bukan kegiatan menghafal sejumlah informasi. Belajar adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus mampu mendorong aktivitas peserta didik.

3) Individualitas

Mengajar merupakan usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Meskipun seseorang mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin seseorang capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.

20


(28)

4) Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik dan bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja melainkan mengembangkan kemampuan afektif juga psikomotorik.

Prinsip-prinsip di atas pada dasarnya menekankan pada strategi pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Seorang guru harus mampu mengemas strategi pembelajaran aktif untuk menyampaikan materi yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

2.

Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning)

a.

Pengertian Pembelajaran aktif

Pembelajaran aktif sudah menjadi bagian penting dari proses pembelajaran di sekolah. Di berbagai sekolah, guru disarankan untuk mengemas pembelajaran dengan strategi-strategi pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan karakter peserta didik.

Menurut Hakiim, pembelajaran aktif adalah kegiatan mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata

pelajaran yang dipelajarinya.21 Siswa diberikan kesempatan untuk lebih

aktif mempelajari materi pelajaran, sehingga pengetahuan atau informasi yang diperoleh akan lebih lama diingat dan disimpan. Selain itu, siswa juga mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan mampu menarik kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Di sini guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

Pembelajaran aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Peserta didik yang pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah dipelajari.

21


(29)

Oleh sebab itu, diperlukan perangkat untuk mengikat informasi baru tersebut dan mengikatnya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan. Filosof Cina, Konfusius mengatakan:

“ Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”22

Pernyataan di atas menekankan pentingnya belajar aktif agar pembelajaran yang seseorang lakukan di sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan tersebut sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran karena mereka lebih banyak mendengar dari pada mempraktekannya. Secara singkat, bahwa pembelajaran aktif cenderung lebih membuat peserta didik lebih mengingat materi pelajaran, sedangkan pembelajaran pasif membuat peserta didik mudah melupakan materi pelajaran.

Pembelajaran aktif menurut Arifin adalah pembelajaran yang

menuntut keaktifan peserta didik dan guru.23 Di dalam proses

pembelajaran yang dituntut untuk aktif bukan hanya siswa melainkan guru juga harus aktif karena keduanya memiliki peran masing-masing yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Misalnya, peran aktif siswa dalam memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Orlich mengungkapkan active learning encompasses a wide range of

teaching strategies, all of which engage the learner in the actual

22

Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Aktif, terjemahan dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nusa Media, 2006), Cet. III, h. 23.

23


(30)

instruction that takes place.24 Menurut pengertian ini, belajar aktif meliputi berbagai strategi pengajaran, yang semuanya melibatkan pelajar dalam instruksi yang sebenarnya terjadi. Pembelajaran aktif membutuhkan strategi yang mampu melibatkan keaktifan guru dan siswa guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar.

b.

Karakteristik Pembelajaran Aktif

Menurut Bonwell pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut:25

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian

informasi oleh pengajar, melainkan pada pengembangan

keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.

2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi

mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan

dengan materi.

4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,

menganalisis, dan melakukan evaluasi.

5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses

pembelajaran.

24

Orlich, dkk, Teaching Strategies: A Guide to Effective Intruction, (USA: Wadsworth, 2000). h. 40.

25


(31)

Menurut Arifin, ciri utama strategi pembelajaran aktif adalah keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik maupun psikis untuk

mengikuti proses pembelajaran.26 Keadaan peserta didik di dalam kelas

harus merasa enjoy, nyaman, gembira, dan tidak merasa terkekan, tegang,

maupun menakutkan. Jika suasana tersebut tercipta dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran aktif pun akan mudah dilaksanakan.

Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran aktif adalah mengembangkan sikap kritis, analitis, dan aktif bagi peserta didik dalam memberikan umpan balik materi yang telah diajarkan dengan rasa nyaman, gembira, dan tidak ada tekanan.

3.

Hakikat Teknik The Power of Two

a.

Pengertian Teknik The Power of Two

Salah satu hal yang berkaitan dengan prosefionalisme guru adalah

komitmennya yaitu seorang guru berkomitmen untuk selalu

memperbaharui dan juga meningkatkan kemampuannya dalam suatu proses bertindak dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang masih konvensional dengan hanya berpusat pada guru harus diperbaharui dengan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan kegiatan antar siswa atau peserta didik.

Teknik the power of two merupakan teknik yang dirancang untuk

menghindari pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata (teacher

centered). Di sini peserta didik dituntut untuk aktif dan belajar dengan sesama temannya sehingga guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran semata.

Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode.27 Misalnya, cara yang bagaimana

26

Ibid., h. 60.

27

Ian Konjo Ipass, Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Model, dan Strategi Pembelajaran, diunduh dari ( http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/pengertian-pendekatan-metode-teknik.html), pada 6 Juni 2013 pukul 20.00 WIB.


(32)

yang harus dilakukan agar metode diskusi yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seorang melakukan proses diskusi sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi terlebih dahulu.

Menurut Darmansyah, teknik adalah sebuah cara khas yang operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam

metode.28 Teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau upaya

yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Gerlach dan Ely teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah

tujuan yang ingin dicapai.29 Alat atau media yang dipilih oleh guru dalam

mewujudkan tindakan nyata guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. The power of two berarti kekuatan dua (kepala/pikiran). Artinya bahwa strategi pembelajaran aktif ini menekankan untuk berpikir dua

orang dalam menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru.30 Dalam

teknik ini, siswa dibuat berkolaborasi dengan pasangannya atau membentuk suatu kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa guna menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru. Berpikir dua kepala atau dua orang jauh lebih baik daripada berpikir sendiri-sendiri karena dengan adanya pasangan atau teman belajar seorang siswa mampu berbagi pendapat, percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya, dan mampu

menyelesaikan masalah bersama. Dalam teknik the power of two setiap

pasangan kelompok dibuat berdasarkan heterogenitas, karena

keanekaragaman pengetahuan yang dimiliki siswa dapat saling melengkapi artinya siswa diajarkan untuk berinteraksi serta bekerja sama. Seperti yang dikemukakan oleh Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan:

Dalam pelaksanaan strategi ini, guru hendaknya mengetahui tingkat perbedaan kemampuan setiap peserta didik, sehingga dalam diskusi tersebar peserta didik yang pandai atau aktif dengan peserta didik yang biasanya pasif berbicara. Semua peserta didik dianjurkan

28

Iskandarwassid, Op. Cit., h. 41.

29

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 2.

30


(33)

untuk menyampaikan pendapatnya kemudian hasil diskusi berdua

dipresentasikan di depan kelas maupun ditulis di papan tulis.31

Jadi, dalam pelaksanaan teknik the power of two, kelompok diskusi

peserta didik akan lebih baik jika dibagi oleh guru dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Artinya, satu kelompok terdiri atas dua siswa, satu siswa dipilih karena memiliki kemampuan berbicara yang kurang dan satu siswa lainnya dipilih karena memiliki kemampuan berbicara yang lebih dalam menyampaikan pendapat khususnya dalam mememberikan tanggapan.

Sebelum pelaksanaan teknik the power of two setiap peserta didik

dapat membaca terlebih dulu materi yang akan didiskusikan, sehingga ada pengetahuan awal yang akan dikembangkan dalam diskusi. Dikutip dari

Silberman teknik the power of two digunakan untuk meningkatkan

pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi, bahwa dua kepada

adalah lebih baik daripada satu.32 Teknik ini memiliki prinsip bahwa

berpikir berdua lebih baik dari pada berpikir sendiri.

Pembelajaran menggunakan teknik the power of two membuat siswa

mendominasi aktifitas belajar. Hal ini terjadi karena teknik the power of

two mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting

serta manfaat sinergi dari dua orang. Teknik the power of two merupakan

pembelajaran yang efektif karena dalam belajar berkelompok hanya terdiri

dari dua siswa saja (berpasangan). Teknik the power of two tidak hanya

memberi kesempatan kepada siswa berpasangan (berdu-dua) dalam

kelompok kecil, tetapi teknik the power of two juga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu, dimana setiap siswa menghubungkan materi barunya dengan materi atau pemahaman yang telah dimilikinya. Hal tersebut menjadikan siswa memiliki tanggung jawab secara individu sekaligus kelompok.

31

Ibid.

32


(34)

b.

Langkah-langkah Teknik The Power of Two

Menurut Arifin, langkah-langkah teknik pembelajaran aktif the power

of two, meliputi:33

1) Guru menentukan topik yang akan dipelajari.

2) Guru menyampaikan pertanyaan kepada semua peserta didik.

3) Peserta didik dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan secara

individual.

4) Setelah itu, peserta didik diminta sharing (diskusi) pendapat dengan

teman duduk di sampingnya (berdua)

5) Guru melakukan elisitasi (semua hasil diskusi peserta didik di papan

tulis).

6) Guru melakukan klarifikasi dari hasil diskusi peserta didik.

Mengutip dari Muttaqien, prosedur teknik the power of two adalah

sebagai berikut:34

1) Berikan siswa pertanyaan atau beberapa pertanyaan yang memerlukan

perenungan dan pemikiran.

2) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan.

3) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi

sebuah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.

4) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap

pertanyaan, memperbaiki tiap jawaban perseorangan.

5) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan

jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di depan kelas.

Secara singkat, langkah-langkah the power of two dimulai dari

penentuan topik, membuat pertanyaan, berpikir untuk menjawab pertanyaan secara individual, mendiskusikan dengan teman, kemudian

33

Arifin, Op. Cit, h. 66.

34


(35)

menyampaikan hasil diskusi. Dalam menyampaikan hasil diskusi dapat dilakukan dengan menuliskan di papan tulis atau dipresentasikan di depan kelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara khususnya kemampuan memberikan tanggapan, maka hasil diskusi diungkapkan secara lisan dan dipresentasikan di depan kelas oleh kedua siswa.

c.

Kelebihan dan Kekurangan Teknik The Power of Two

Teknik the power of two memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:35

1) Kelebihan Teknik The Power of Two

Terdapat beberapa kelebihan atau keuntungan dalam teknik the power

of two, diantaranya:

a) Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dan belajar dari siswa lain.

b) Meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir.

c) Siswa lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas.

d) Melatih siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain.

e) Mengembangkan kemampuan dalam menemukan ide, atau

gagasan kemudian membandingkan dengan orang lain.

f) Meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya.

2) Kekurangan Teknik The Power of Two

Di samping memiliki kelebihan, strategi pembelajaran the power

of two juga memiliki kekurangan diantaranya:

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

35

Irsyadul Albaab, The Power of Two, diunduh dari

(http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/29/the-power-of-two-465865.html), pada 30 November 2012 pukul 21.00 WIB.


(36)

b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan fasilitas alat dan biaya.

c) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Jadi, teknik the power of two memiliki kelebihan dalam menambah

kepercayaan siswa dalam berpikir, memudahkan siswa dalam menemukan informasi, meningkatkan motivasi belajar, dan mampu melatih siswa untuk

bekerja sama dengan siswa lain. Namun, teknik the power of two juga

memiliki beberapa kekurangan yakni membutuhkan banyak tenaga, pemikiran, biaya, dan waktu. Tetapi jika dilihat secara teliti, kelebihan

yang didapat dari penggunaan teknik the power of two lebih banyak

dibandingkan dengan kekurangannya.

Pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra dalam proses berpikir dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga dengan demikian memungkinkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Salah satunya dengan strategi pembelajran aktif

teknik the power of two. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi

pembelajaran aktif teknik the power of two tersebut, penulis

membandingkan dengan metode ceramah. Metode ceramah merupakan cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau

penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.36 Metode ini memiliki

beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:37

1) Kelebihan

a) Guru mudah menguasai kelas

b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas

c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar

d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya

e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

36

Djamarah, Op. Cit., h. 97

37


(37)

2) Kekurangan

a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

b) Siswa dengan kemampuan visual yang tinggi akan sulit menerima

meteri pengajaran dibandingkan siswa dengan kemampuan aditif yang tinggi.

c) Jika metode ini selalu digunakan dan memakai waktu lama maka

akan membosankan bagi siswa.

d) Guru sulit menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya.

e) Menyebabkan siswa menjadi pasif

Dari penjelasan tersebut, kelebihan dari metode ceramah lebih dominan dirasakan oleh guru daripada siswa. Hal itu terjadi karena di sini guru menjadi pusat kegiatan pembelajaran yang membuat siswa bosan dalam belajar, menjadi verbalsime, kurang tertarik untuk belajar, dan membuat siswa menjadi pasif di kelas.

4.

Hakikat Tanggapan

a.

Pengertian Tanggapan

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara adalah dapat dilakukan dengan memberikan tanggapan terhadap sebuah bacaan. Memberikan tanggapan khusunya secara lisan dapat membantu siswa untuk berani berbicara di hadapan teman dan gurunya dan ini sangat membantu siswa terampil dalam berbicara.

Tanggapan menurut Bigot adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan

setelah kita melakukan pengamatan.38 Artinya, bahwa tanggapan

merupakan informasi yang didapatkan dari proses mengamati yang hasilnya akan disimpan dalam ingatan.

38

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. XIII, h. 36.


(38)

Pengertian tersebut senada dengan Linschoten yang mengemukakan bahwa menanggap adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi

primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.39 Menanggapi

dilakukan dengan mengingat, melakukan, atau meniru kembali perbuatan pada suatu objek yang telah diamati tanpa hadirnya objek tersebut. Misalnya setelah seseorang membaca novel atau kutipan novel, ia akan menemukan hal menarik di dalam novel tersebut, kemudian orang tersebut akan mengingat kemenarikan itu dan langsung menanggapi kemenarikan novel tanpa kehadiran novel di depannya atau tanpa membaca ulang novel tersebut.

Hal ini juga diungkapkan oleh Sabri bahwa tanggapan adalah

bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah seseorang amati/kenali.40

Suatu kejadian atau apa yang pernah dilihat atau diamati secara langsung atau tidak langsung akan tersimpan di memori otak seseorang. Setelah itu, kejadian tersebut suatu ketika akan teringat kembali pada benak seseorang yang timbul dari alam bawah sadar dan ini membuat seseorang mereproduksinya kembali.

Menurut Herbart, tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau

menimbulkan keseimbangan, ataupun merintangi atau merusak

keseimbangan. Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan.41

Kekuatan psikologis yang mampu menimbulkan keseimbangan merupakan kekuatan positif yang akan menimbulkan rasa senang dan mampu menjadi penggerak tingkah laku manusia sedangkan tanggapan sebagai kekuatan psikologis yang merusak keseimbangan cenderung memancing atau mempertahankan rasa tidak senang seseorang terhadap sesuatu hal yang telah diamati.

39

Ibid.

40

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 60.

41


(39)

Setelah seseorang mengamati sesuatu objek, maka ia baru akan mampu menanggapi objek tersebut. Secara tidak sadar itu merupakan proses tanggapan seseorang untuk menyukai atau tidak menyukai suatu objek.

Menurut Soemanto tanggapan didefinisikan sebagai bayangan yang

menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.42 Kesan tersebut menjadi

kesadaran yang nantinya dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan datang. Setelah seseorang mengamati sebuah objek maka orang tersebut akan menghasilkan bayangan yang kemudian akan dikembangkan dan dihubungkan pada masa yang telah dialami dan menjadi antisipasi di kemudian hari.

Tanggapan adalah mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati,

gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan.43 Penanggapan pada

umumnya adalah pengalaman menghadirkan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran. Gambaran ingatan dari pengamatan seseorang yang telah diterima kemudian teringat dan dihadirkan kembali dengan sadar.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan seseorang setelah melalui proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan, tanggapan tidak terikat oleh tempat dan waktu (bebas). Tanggapan itu bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi jelaslah bahwa pengamatan merupakan modal dasar dari tanggapan, sedangkan modal dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi penglihatan dan penginderaan lainnya.

42

Ibid.

43

HMPS BK Unikama, “Tanggapan”, diunduh dari

(http://hmpsb.blogspot.com/2012/02/makalah-tentang-pengertian-tanggapan.html), pada 18 Maret 2013 pada 17.30 WIB.


(40)

b.

Macam-macam Tanggapan

Menurut Soemanto tanggapan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:44

1) Tanggapan masa lampau yang dapat disebut sebagai tanggapan

ingatan.

2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan

imajinatif.

3) Tanggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tanggapan

antisipatif.

Menurut Sabri tanggapan dibagi menjadi dua, yaitu tanggapan latent

dan tanggapan aktuil. Tanggapan latent adalah tanggapan-tanggapan

yang ada di dalam bawah sadar seseorang sedangkan tanggapan aktuil

adalah tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran seseorang.45

Sedangkan dari segi bentuknya Sabri membagi tanggapan menjadi dua

macam, yaitu:46

1) Tanggapan kenangan yaitu tanggapan yang hanya sekedar

reproduksi dari pengamatan-pengamatan di masa lampau.

2) Tanggapan khayal yaitu tanggapan yang seolah-olah hasil baru.

Namun, sebenarnya tanggapan khayal tidak sepenuhnya baru, melainkan dapat dibentuk dengan menggunakan kesan/pengalaman lama yang telah disusun oleh daya khayal sebagai sesuatu yang baru.

c.

Tipe-tipe Tanggapan

Tipe tanggapan menurut Sabri dibagi menjadi dua yaitu:47

1) Tipe visuil yaitu tanggapan yang terjadi pada orang yang lebih

mudah atau cenderung untuk menimbulkan tanggapan dari apa yang pernah dilihatnya.

44

Soemanto, Loc. Cit. 45

Sabri, Loc. Cit.

46

Ibid., h. 60-61. 47


(41)

2) Tipe auditif/akustis adalah tanggapan yang terjadi pada orang yang cenderung menimbulkan tanggapan dari apa yang pernah didengarnya.

Menurut penemuan Meumann, pada umumnya kita lebih menguasai tanggapan visuil dari benda-benda sedangkan untuk perkataan-perkataan/verbal kita lebih cenderung menimbulkan tanggapan-tanggapan

auditief atau motoris.48 Artinya, benda-benda yang seseorang lihat mudah

ditanggapi dengan indra penglihatan sedangkan perkataan yang seseorang dengar akan mudah ditanggapi dengan indra pendengaran.

d.

Macam-macam Kemampuan Memberikan Tanggapan

Tanggapan adalah pendapat ataupun reaksi seseorang setelah melihat, mendengar ataupun merasakan sesuatu. Kemampuan memberikan tanggapan meliputi kemampuan memberikan persetujuan, komentar, sanggahan, atau pertanyaan. Semua tanggapan harus disampaikan dengan sopan guna menanggapi suatu permasalahan yang harus disertai jalan keluar (solusi).

1) Menyatakan Komentar dan Persetujuan

Dalam berpikir bersama seseorang hendaknya mampu

menyampaikan tanggapan terhadap suatu pendapat atau argumen dengan menyampaikan komentar atau persetujuan. Ini sangat penting guna menciptakan kondisi yang komunikatif. Dalam menyampaikan

komentar, hendaknya mencermati kriteria berikut ini:49

a) Komentar hendaknya disampaikan dalam uraian yang sistematis,

logis, dan objektif.

b) Komentar selalu terarah pada sasaran yang diinginkan, sehingga

menarik perhatian, memperjelas, serta menginformasikan realitas yang sesungguhnya.

48

Ibid.

49


(42)

c) Kata, kelompok kata, kalimat yang digunakan hendaknya tepat dan lugas agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.

d) Untuk mendukung dan memperkuat komentar dapat dilengkapi

fakta, grafik, gambar, statistik, foto, atau bahkan pendapat para pakar.

Demikian pula dalam menyampaikan persetujuan, hendaknya seseorang menyampaikan persetujuan bukan didasarkan pada aspek-aspek subjektif, tetapi pada objektivitas. Untuk itulah hendaknya seseorang tidak melihat „siapa‟ yang berbicara, tetapi selalu mengacu pada „apa‟ yang dibicarakan atau pokok persoalan.

Adapun hal-hal yang perlu memperhatikan dalam menyampaikan

persetujuan yaitu sebagai berikut:50

a) Persetujuan hendaknya didasarkan pada objektivitas; memang

demikianlah realitasnya. Artinya, ada kesamaan antara gagasan dan kenyataan.

b) Persetujuan hendaknya didasarkan universalitas kebenaran, dilihat

dari aspek luas, sifat, maupun kebenaran. Seseorang

menyampaikan persetujuan karena kebenaran yang disampaikan bersifat universal; berlaku bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

c) Persetujuan yang disampaikan hendaknya dilengkapi dengan data,

fakta, bukti, atau referensi yang berkaitan dan mendukung.

Sedangkan dalam mengungkapkan ketidaksetujuan dalam

menanggapi tidak diperlukan banyak hal, yang diperlukan hanya menjaga kesopanan agar teman yang ditanggapi tidak tersinggung atau marah. Hal senada juga dikemukakan oleh Tony Lynch,

The point to stress here is that expressing disagreement does not require elaborately polite formulae. Depending on the

50


(43)

background and experience of your class, it may be helpful to point out that disagreeing is expected in discussion at all levels of anglophone academic culture, and unlikely to cause offence unless it is angry a personal.51

Pendapat tersebut menyebutkan titik penekanan di sini adalah bahwa mengekspresikan ketidaksetujuan tidak memerlukan rumus kesopanan yang rumit. Tergantung pada latar belakang dan pengalaman siswa. Hal ini mungkin akan membantu untuk menunjukkan ketidaksetujuan dalam diskusi di semua tingkat budaya akademik wilayah berbahasa dan tidak menyebabkan pelanggaran kecuali jika itu kemarahan pribadi. Jadi, latar belakang dan pengalaman siswa dalam berbahasa khususnya kemampuan menyampaikan ketidaksetujuan sangat diperlukan untuk menanggapi suatu hal, melalui penyampaian bahasa yang sopan agar tidak membuat seseorang marah atau tersinggung.

2) Menyampaikan Sanggahan

Dalam proses berpikir bersama, peserta harus berani

menyampaikan sanggahan. Artinya, berani menyampaikan penolakan atas kebenaran, baik menolak kebenaran yang disampaikan secara keseluruhan maupun sebagian kebenaran.

Dengan menyampaikan sanggahan seseorang dihadapkan dengan kedewasaan berpikir. Kedewasaan berpikir hanya mungkin terjadi jika seseorang selalu mempertanyakan, menganalisis, dan membahas realitas yang didengar, dilihat, disaksikan, maupun dirasakan. Dengan menyampaikan sanggahan, berarti seseorang telah menunjukkan sikap, pandangan, ide, gagasan, maupun argumennya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak terjebak dalam

situasi apriori (asal tidak setuju), yaitu:52

51

Kenneth Anderson, Joan Maclean, dan Tony Lynch, Study Speaking, (New York: Cambridge University Press, 2004), Cet. I, h. 157.

52


(44)

a) Bersikap Objektif

Bersikap objektif dalam menyampaikan sanggahan sangat

penting. Bersikap objektif di sini, tidak melihat „siapa‟ yang

dihadapi dan disanggah, melainkan bobot dan nilai kebenaran tersebut. Bersikap objektif, sebagai salah satu dasar sanggahan, akan menjadikan setiap siswa (peserta diskusi) berani menyanggah jika berhadapan dengan argumen, konsep, kesimpulan, yang kontroversial dan tidak benar.

b) Bersikap Rasional

Baik dalam menyampaikan komentar, mengulas,

menyampaikan pertanyaan, maupun dalam menyanggah

hendaknya seseorang bersikap rasional, terlebih dalam

menyampaikan sanggahan, berkaitan dengan hakikat sanggahan yaitu perwujudan sikap. Setiap sanggahan adalah keputusan. Maka, dengan menyanggah berarti seseorang telah memutuskan apakah realitas yang didengar pantas diakui karena sesuai dengan kenyataan atau diingkari karena tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam bersikap rasional, seseorang terlibat dalam realitas sehingga terdorong untuk menganalisis, mempertanyakan, menimbang, dan memutuskan, yang akhirnya memunculkan sanggahan.

Dalam sanggah menyanggah, seseorang harus

memperhatikan aturan atau tata tertib. Ini dimaksudkan agar sanggah menyanggah, sebagai perwujudan proses berpikir bersama, terjadi secara seimbang. Ada dua macam sanggahan yang perlu dicermati oleh orang yang hendak menyanggah, yaitu:53

53


(45)

a. Menolak seluruh kebenaran

Menolak seluruh kebenaran berarti menolak seluruh kebenaran yang dinyatakan. Penolakan ini sering disebut juga sanggahan kontraris.

Contoh:

Seluruh warga Negara Indonesia taat membayar pajak. Pak Jamal adalah orang yang saleh.

Argumen tersebut dapat disanggah secara kontraris atau menolak seluruh kebenaran. Ini terjadi jika tidak sependapat dengan isi dan luas pengertian yang dinyatakan, karena seseorang tahu bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Sanggahan untuk pernyataan di atas adalah:

Seluruh warga Negara Indonesia tidak taat membayar pajak.

Pak Jamal bukan orang yang saleh.

Jika sanggahan tersebut dicermati, seseorang melihat penolakan seluruh kebenaran yang disampaikan. Tentu orang tersebut tidak asal menolak atau asal menyanggah. Sanggahan yang seseorang sampaikan harus didukung data, fakta, bukti, dan keterangan lengkap. Seseorang tidak dapat menolak orang yang menyampaikan gagasan atau argumen, melainkan isi dan luas pengertian yang disampaikan tidak sesuai dengan realitasnya.

b. Menolak Sebagian Kebenaran

Menolak sebagian kebenaran atau sanggahan

kontradiktoris adalah sanggahan yang mengungkap

penolakan sebagian kebenaran dari realitas yang

disampaikan, meskipun secara implisit (tidak dinyatakan) mengikuti sebagian kebenaran realitas. Pada intinya, dalam


(46)

sanggahan kontradiktoris seseorang menolak sebagian kebenaran secara eksplisit, tetapi secara implisit mengakui sebagian kebenaran.

Contoh:

Semua warga Negara Indonesia selalu membayar pajak. Sanggahan kontradiktoris dari argumen tersebut adalah:

Beberapa warga Negara Indonesia tidak selalu membayar

pajak.

Dari contoh tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa sanggahan kontradiktoris dapat digunakan untuk menyanggah segala macam argumen yang tidak proporsional, tidak logis, dan tidak objektif. Tentu saja, sebelum menyanggah seseorang harus memiliki referensi, data, fakta, dan bukti yang akurat. Artinya, bukan hanya didasarkan rasa senang atau tidak senang, melainkan berdasarkan kebenaran yang faktual dan konkret.

3) Menyampaikan Pertanyaan

Sebuah pertanyaan disampaikan untuk menunjukkan sikap seseorang terhadap pokok persoalan dan bukan berarti orang yang

mengajukkan pertanyaan adalah orang yang „bodoh‟. Sering seseorang

melupakan bahwa bertanya merupakan wujud perhatian yang ditunjukan seseorang pada pokok persoalan yang dihadapi, meminta klarifikasi atau kejelasan duduk persoalan setiap masalah, serta adanya interpretasi, persepsi, dan sudut pandang. Sebuah pertanyaan akan dipahami seseorang apabila pertanyaan itu disampaikan dengan baik dan komunikatif. Adapun hal-hal yang harus dicermati dalam

menyampaikan pertanyaan yaitu sebagai berikut:54

54


(47)

a) Pertanyaan hendaknya diajukan dengan sopan.

b) Pertanyaan hendaknya tidak diungkapkan dalam bentuk perintah

atau permintaan.

c) Pertanyaan hendaknya diungkapkan dengan tepat.

d) Usahakan agar pertanyaan diungkapkan dalam bahasa yang baik

dan benar.

e) Pertanyaan hendaknya tidak dikonotasikan sebagai sanggahan.

Dari uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa penyampaian sanggahan persetujuan, atau pertanyaan tidak boleh didasarkan pada emosional, sentimen, tetapi harus berlandaskan pada penalaran yang sehat, jujur, dan terbuka terhadap permasalahan yang muncul dalam proses berpikir bersama.

Dengan memahami teknik penolakan, seseorang akan mampu menunjukan bagian mana yang harus disanggah. Di samping itu, selayaknya seseorang tidak hanya menyanggah dengan menunjukkan kelemahan, melainkan menunjukkan juga jalan keluarnya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar tidak menyinggung perasaan orang lain.

Jadi, kemampuan memberikan tanggapan adalah kemampuan mengungkapkan gambaran yang telah diamati atau diterima sebelumnya, baik berupa sanggahan, komentar, persetujuan, pertanyaan atau penolakan mengenai sesuatu hal.

B.

Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ilmiah dibutuhkan penelitian yang relevan. Hal ini dilakukan supaya hasil penelitian yang dilakukan peneliti lebih baik dan berbeda dari penelitian sebelumnya. Maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas VIII di


(48)

Penelitian pertama dilakukan oleh Desy Bangkit Arihati, mahasiswa

Pendidikan Matematika – UIN Jakarta tahun 2010 dengan judul “ Pengaruh

Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Team Quiz dan Snowball Throwing

Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Metode yang digunakan dalam

penelitian tersebut adalah quasi eksperimen. Sedangkan pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik cluster random sampling.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest siswa yaitu 5,80 dan nilai rata-rata postest siswa yaitu 7, 81, yang artinya terdapat pengaruh rata-rata nilai siswa sebelum

menggunakan teknik team quiz dan snowball throwing dengan sesudah

menggunakan teknik team quiz dan snowball throwing.

Dari pemaparan tersebut, jelaslah bahwa teknik penelitian yang dilakukan Desy Bangkit Arihati tidak sama dengan teknik yang peneliti gunakan pada siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal. Penelitian pertama

menggunakan teknik team quiz dan snowball throwing sedangkan peneliti

menggunakan teknik the power of two. Selain itu, peneliti mengambil sampel

menggunakan teknik purposive sampling sedangkan penelitian pertama

menggunakan teknik cluster randon sampling.

Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Winda Sudirja, mahasiswa

Jurusan Pendidikan Matematika – UIN Jakarta tahun 2011 dengan judul”

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Metode Pengajaran Terbimbing terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada Sub Bab Relasi dan Fungsi”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah quasi eksperimen yaitu dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing dalam satu kelas sebanyak 34 siswa.

Berdasakan nilai rata-rata di kelas eksperimen terdapat peningkatan dari sebelum diberi perlakuan (tes awal) dan sesudah diberi perlakuan (tes akhir), yaitu tes awal di kelas eksperimen sebesar 62,28 dan rata-rata nilai tes akhir sebesar 78,67. Dengan demikian, penggunaan strategi pembelajaran aktif


(49)

metode pengajaran terbimbing memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kemampuan komunikasi siswa.

Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Winda Sudirja berbeda dengan penelitian ini karena Winda menggunakan teknik yang berbeda dari peneliti. Penelitian kedua menggunakan metode

pengajaran terbimbing sedangkan peneliti menggunakan teknik the power of

two.

Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh Ika Apriliyanti dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik The Power of Two terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa strategi dan teknik tersebut mendapatkan hasil yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan strategi pembelajaran aktif

dengan teknik the power of two namun yang berbeda adalah variabel

keduanya, jika peneliti untuk melihat pengaruh terhadap kemampuan memberikan tanggapan, sedangkan penelitian ketiga untuk melihat pengaruh terhadap hasil belajar Matematika. Ketiga penelitan relevan yang telah dilakukan memiliki perbedaan dalam pemilihan teknik dan variabel keduanya.

C.

Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar saat ini masih banyak mengedepankan metode ceramah atau konvensional. Para guru masih menilai bahwa melalui metode ini siswa sudah mengalami proses belajar, sehingga mereka paham terhadap konsep tertentu yang dipelajari. Penggunaan metode konvensional membuat peserta didik menjadi pasif karena hanya guru yang aktif menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan.

Rendahnya aspek keterampilan berbahasa khususnya berbicara tidak terlepas dari strategi pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Strategi pembelajaran harus direncanakan secara matang oleh


(50)

guru dalam proses belajar mengajar. Strategi dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik pengajaran yang bervariasi agar dapat menciptakan kondisi kelas yang dinamis.

Keterampilan berbicara sangatlah penting dimiliki oleh siswa. Keterampilan ini menduduki tempat utama dalam memberi informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern yang mengedepankan kemampuan individual untuk mengekspresikan gagasan sedemikian rupa. Keterampilan berbicara pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan memberikan tanggapan pada sebuah bacaan dan dalam hal ini kutipan novel remaja (asli atau terjemahan). Dengan memberikan tanggapan maka siswa telah belajar bagaimana ia berbicara dan menghubungkan apa yang ia bicarakan dengan informasi yang telah didapat sebelumnya. Jadi, selain belajar meningkatkan kemampuan berbicara, memberi tanggapan juga dapat meningkatkan daya ingat dan pengetahuan siswa.

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Maka sudah sepantasnya belajar mengedepankan peran aktif siswa selama proses pembelajaran, siswa harus merasakan dan melakukan aktivitas belajar seutuhnya. Dengan demikian makna belajar akan lebih tinggi bagi siswa. Hingga akhirnya belajar bukan lagi suatu hal yang membosankan bagi peserta didik. Sebaiknya guru harus berpikir tentang objek penerima pelajaran yaitu peserta didik. Peran aktif peserta didik adalah komponen penting dalam pembelajaran aktif.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi aktif dan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara

adalah strategi pembelajaran aktif teknik the power of two yang merupakan

suatu strategi yang dikembangkan untuk siswa agar lebih aktif dalam berdiskusi dengan temanya dan nantinya akan mendorong keterampilan siswa dalam berbicara khususnya dalam memberikan tanggapan kutipan novel remaja (asli atau terjemahan).


(51)

D.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the

power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013.

H0: tidak terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning)

teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan

siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Syukro yang beralamat di

Jl. Otista Raya Gang H. Maung No.30 Ciputat, kecamatan Pamulang,

Tangerang Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 selama 4 bulan pada bulan Februari sampai dengan Mei.

B.

Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

(eksperimen semu) yaitu penelitian yang melihat dan meneliti akibat setelah subyek diberikan perlakuan pada variabel bebasnya. Karakteristik dari penelitian ini adalah dengan membandingkan dua kelompok yang memiliki subjek yang setara. Kelompok pertama yaitu kelas VIII A sebagai kelas

eksperimen yang proses pembelajarannya menggunakan strategi

pembelajaran aktif teknik the power of two sedangkan kelompok kedua yaitu

kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Kedua kelompok tersebut diberikan pretest untuk mengetahui bagaimana

kemampuan awal siswa dalam memberikan tanggapan sebelum diberi

pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the

power of two pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok tersebut

diberikan skala yang sama berupa skala kemampuan memberikan sebuah tanggapan. Kemudian skor skala yang kedua (terakhir) tersebut dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian sehingga dapat diketahui apakah ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan strategi pembelajaran aktif


(53)

teknik the power of two terhadap kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan.

Untuk menguji apakah kedua kelompok tersebut homogen atau tidak

adalah berdasarkan hasil skala yang diperoleh pada pretest baik pada kelas

eksperimen maupun pada kelas kontrol, penempatan kelompok siswa oleh sekolah disesuaikan rata-rata kemampuan yang dimiliki siswa sehingga diperoleh kemampuan yang sama pada setiap kelasnya baik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol.

Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu control group pretest and posttest

design atau dikenal dengan desain “sebelum dan sesudah” dengan struktur desain sebagai berikut:

Kelompok Eksperimen O1 X O2

Kelompok Kontrol O1 O2

Keterangan:

O1 = tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan

O2 = tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan

X = perlakuan yang diberikan yakni menggunakan teknik the power of

two

C.

Populasi dan Sampel

Populasi atau universe adalah keseluruh objek yang diteliti, baik berupa

orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi.55 Populasi target

dalam penelitian ini adalah siswa SMP Islam Al-Syukro, sedangkan populasi terjangkau yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Islam Al-Syukro yang terdaftar di sekolah tersebut pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

55


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Strategi Belajar Aktif (Active Learning Strategy) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Nurul Hidayah

2 9 100

Pengaruh Pelaksanaan Metode Drill Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Vii Smp Islam Al-Ikhlas Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2011-2012

0 4 104

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V Di MIN 6 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

0 5 186

Efektifitas Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Al Quran Pada Bidang Studi Pai Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

1 14 198

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power Of Two Terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al-Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013

0 20 140

Pengaruh Pembelajaran Outdoor Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas Viii Di Smp Nusantara Plus Tangerang Selatan

3 17 130

Penerapan Strategi Belajar Aktif (Active Learning Strategy) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Nurul Hidayah

0 3 100

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII Smp Muhamadiyah 17 Ciputat Tahun Pelajaran 2012/2013

1 7 128

Perbandingan Kemampuan Pemahaman Matematis Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dan Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Jalaksana

0 0 8