PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN: studi eksperimen kuasi di smp negeri 1 kemang, kabupaten bogor, jawa-barat.

(1)

KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa-Barat)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Dalam Bidang Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Oleh:

CATUR NURROCHMAN OKTAVIAN NIM. 1308082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa-Barat)

Oleh

Catur Nurrochman Oktavian

S.Pd FKIP Universitas Sebelas Maret, 1997

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Sekolah PascaSarjana

© Catur Nurrochman Oktavian 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

v

ABSTRAK

Catur Nurrochman Oktavian (1308082). Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS Untuk Mengembangkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan (Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor). Pembimbing Thesis: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. Thesis Program Studi Pendidikan IPS (P.IPS) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2015.

Penelitian ini didasari oleh masalah kurang pedulinya siswa terhadap lingkungan. Menanamkan kesadaran dan tanggung jawab akan kepedulian lingkungan salah satu langkahnya adalah melalui pembelajaran IPS. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan efektifitas model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran IPS di kelas eksperimen dan penggunaan model berbasis masalah di kelas kontrol untuk mengembangkan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi (quasi experiment). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel sebanyak dua kelas, yaitu kelas VII-9 sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol. Data penelitian dikumpulkan melalui angket skala sikap, hasil pengamatan (observasi), dan wawancara. Hasil uji hipotesis penelitian memberikan kesimpulan: (1) Terdapat perbedaan sikap kepedulian terhadap lingkungan yang signifikan atas pengukuran awal (pre-tes) dan pengukuran akhir (pos-tes) setelah mengikuti pembelajaran di kelas eksperimen; (2). Terdapat perbedaan sikap kepedulian terhadap lingkungan yang signifikan atas pengukuran awal (pre-tes) dan pengukuran akhir (pos-tes) setelah mengikuti pembelajaran di kelas kontrol; (3). Tidak terdapat perbedaan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan nampak meningkat setelah mengikuti pembelajaran diantaranya terlihat dari munculnya kedisiplinan dalam membuang sampah di tempatnya, penghijauan kelas, kerja bakti membersihkan coretan di meja dan dinding kelas, dan aktif dalam menjalankan piket kelas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat respon positif dari siswa, karena pembelajaran berbasis proyek memberikan tugas-tugas proyek yang menantang, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa percaya diri serta mengasah daya kreatifitas. Aktifitas siswa dalam pembelajaran meningkat, terlihat dari keterlibatan siswa secara aktif dan mandiri dalam penyelesaian tugas-tugas proyek selama proses pembelajaran. Guru merespon positif dan memandang bahwa proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek memiliki keunggulan-keunggulan diantaranya yaitu: dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru tentang sintaks model pembelajaran yang inovatif, dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan guru dalam mengelola, mengorganisasikan, dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Kendala-kendala yang ditemui dalam implementasi model pembelajaran berbasis proyek adalah membutuhkan alokasi waktu dan persiapan guru yang cukup lama agar dapat berjalan dengan baik. Selain itu, keterampilan dan cara pandang guru terhadap model pembelajaran yang inovatif juga amat diperlukan agar implementasi model berjalan efektif.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Kepedulian Lingkungan, Pembelajaran IPS


(6)

vi

ABSTRACT

Catur Nurrochman Oktavian, (1308082). The Implementation of Project-Based

Learning Model in Social Studies Teaching and Learning to Develop Students’ Environmental Awareness (A Quasi-Experimental Study in SMP Negeri 1 Kemang, Bogor Regency). Thesis Supervisor: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani,

MS. A Thesis for the Study Program of Social Sciences Education, the School of

Postgraduate Studies, Indonesia University of Education. 2015.

The research was prompted by students’ lack of environmental awareness.

Cultivating concern and responsibility for environmental awareness can be carried out through social studies teaching and learning. In general, the research aimed to see differences in the effectiveness of project-based learning model in social studies teaching and learning in the experimental class and the use of problem-based learning model in the

control class to develop students’ environmental awareness. It employed quantitative

approach with quasi-experimental method. The design used was Non-Equivalent Pretest-Posttest Control Group Design. The population of this research included all seventh graders of SMP Negeri (State Junior Secondary School) 1 Kemang, Bogor Regency. Sample was taken for two classes, namely class VII-9 as the experimental class, and class VII-5 as the control class. Data were collected through attitude-scale questionnaires, observation, and interview. The test of the research hypothesis reveals the following: (1) There was a significant difference in environmental awareness between pre-test and post-test after teaching and learning in the experimental class; (2) There was a significant difference in environmental awareness between pre-test and post-test after teaching and learning in the control class; (3) There was no difference in environmental awareness between students of the experimental and control classes. Students’ environmental awareness appeared to improve after teaching and learning, as can be observed from their discipline in putting trash to its place, communal work to clean up scribbles on the desk and classroom walls, and active participation in keeping the classroom clean. The research results also show positive responses from students because project-based learning gives project assignments that provided them with opportunities to develop their

confidence and hone their creativity. Students’ activity in teaching and learning increased, as observed from their active involvement and independence in completing the projects during the teaching and learning process. Teachers responded positively and viewed that social studies teaching and learning process implementing project-based model had more

advantages, namely: It could improve teachers’ knowledge and understanding of the

syntax of innovative learning models and improve their abilities and skills in managing, organizing, and conducting instruction in the classroom. The obstacles encountered in the implementation of this project-based learning model were time allocation and the long

preparation for teachers in order for the model to work well. In addition, teachers’ view

and skills of innovative learning models are highly needed for effective model implementation.

Keywords: Project-Based Learning Model, Environmental Awareness, Social Studies Teaching and Learning


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR FOTO ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Dalam IPS ... B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... D. Peran IPS dalam Mengembangkan Kepedulian Terhadap Lingkungan ... E. Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan

1. Sikap ... 2. Pengertian Lingkungan ... 3. Kepedulian Terhadap Lingkungan ...

i ii iii iv v vi vii viii xi xiv xvi xvii xviii 1 16 18 18 19 20 30 38 42 49 50 Halaman 52


(8)

F. Penelitian Yang Relevan ... 60

G. Kerangka Pemikiran dan Penerapan Sintaks Model Pembelajaran 1. Kerangka Pemikiran ... 63

2. Sintaks Model Pembelajaran ... 64

3. Hipotesis ... 65

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 67

B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 68

C. Desain Penelitian ... 69

D. Definisi Operasional Variabel ... 70

E. Instrumen Penelitian ... 71

F. Prosedur dan Alur Penelitian 1. Prosedur Penelitian ... 74

2. Alur Penelitian ... 77

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner... 78

2. Observasi Langsung ... 82

3. Wawancara ... 82

H. Teknik Analisis Data ... 83

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 85

2. Deskripsi Data Penelitian a. Kondisi Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

b. Deskripsi Data Pre-Tes dan Pos-Tes Sikap Kepedulian terhadap Lingkungan di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 1). Uji Normalitas Data Pre-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92

2). Uji Normalitas Data Pos-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 94


(9)

3). Uji Homogenitas Data Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 96 c. Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

1). Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek... 98 2). Proses Pembelajaran di Kelas Kontrol

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 103 d. Perbedaan Peningkatan (gain) Hasil Pengukuran Awal

(pre-tes) dan Pengukuran Akhir (pos-tes) Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 106 B. Analisis Data Penelitian ... 110

1. Uji Hipotesis Hasil Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Kepedulian Siswa

Terhadap Lingkungan ... 111 2. Kendala-Kendala Dalam Implementasi Model Pembelajaran

Berbasis Proyek ... 114 3. Respon Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 117 4. Keterbatasan Penelitian ... 122 C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam

Pembelajaran IPS Tentang Lingkungan ... 123 2. Pengembangan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan ... 135

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 139 B. Implikasi ... 141 C. Rekomendasi ... 143


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 2.2

Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah ... Penerapan Sintaks Model Pembelajaran Dalam Penelitian ...

41 64 3.1 Desain Penelitian Non-Equivalent Pre-Test & Post-Test Control

Group Design... 69

3.2 Indikator Variabel Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 72

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 72

3.4 Distribusi Item Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 73

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 79

3.6 Kriteria Reliabilitas Tes ... 81

3.7 Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Penelitian ... 82

3.8 Klasifikasi Gain ... 84

4.1. Perolehan Nilai rata-rata UAS IPS Semester Ganjil Kelas VII SMPN 1 Kemang Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 87

4.2 Profil Singkat Guru-Guru IPS di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87

4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pre-Tes Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 93

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pos-Tes Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan ... 95

4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pre-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97 4.6

4.7

Hasil Uji Homogenitas Data Pos-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Rata-rata Skor Pre-Tes dan Pos-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...

97


(11)

Halaman H

4.8 Hasil Analisis Data Pre-Tes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 107

4.9 N-gain Skor Pre-Tes dan Pos-Tes Kelas Eksperimen ... 108

4.10 Hasil Uji Paired Samples T-Test pada Kelas Eksperimen ... 111

4.11 Hasil Uji Paired Samples T-Test pada Kelas Kontrol ... 112

4.12 Hasil Uji Independent Samples T-Test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 113

4.13 Alasan Siswa Menyukai Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Pembelajaran IPS di Kelas Eksperimen ... 119

4.14 Respon Siswa Terhadap Pemberian Tugas-Tugas Menantang Dalam Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Pembelajaran IPS di Kelas Eksperimen ... 120

4.15 Respon Siswa Tentang Kegunaan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS di Kelas Eksperimen ... 121 Tabel


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Ciri-ciri Model Mengajar ... 22 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan

Konstruktivisme ... 27 2.3 Kerangka Pemikiran ... 63 3.1 Alur Penelitian ... 77


(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Grafik Normalitas Data Pre-Tes Kelas Eksperimen ... 93

4.2 Grafik Normalitas Data Pre-Tes Kelas Kontrol ... 94

4.3 Grafik Normalitas Data Pos-Tes Kelas Eksperimen ... 95

4.4 Grafik Normalitas Data Pos-Tes Kelas Kontrol ... 96


(14)

DAFTAR FOTO

Foto Halaman

4.1 Keadaan Kelas Pada Observasi Awal ... 91 4.2 Kegiatan Proses Pembelajaran Berbasis Proyek di Kelas

Eksperimen ... 100 4.3 Contoh Produk Karya Siswa Hasil Pembelajaran Berbasis Proyek. 102 4.4 Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas Kontrol ... 105


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya kemajuan pembangunan suatu negara tidak hanya dilihat dari kemajuan pembangunan secara fisik, namun dilihat pula dari pembangunan sumber daya manusia. Untuk memiliki sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan negara membutuhkan peran penting dari pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ali dkk (2009, hlm.1) bahwa “pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi negara untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan juga bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki”. Pendidikan sebagai sebuah proses pembudayaan yang menjadikan manusia memiliki pengetahuan, sikap dan nilai, serta mendapatkan keterampilan yang akan dibutuhkan dalam kehidupan.

Pendidikan yang berkualitas tidak hanya berorientasi kepada capaian-capaian aspek kognitif saja, melainkan berfokus juga kepada pengembangan aspek sikap dan nilai, serta aspek keterampilan. Pendidikan sebagai bentuk perwujudan kebudayaan manusia harus mampu menggerakkan dan mendukung pembangunan di masa depan. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi peserta didik secara komprehensif, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan kehidupan yang semakin kompleks.

Pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus berfungsi untuk menghasilkan para lulusan sesuai kompetensi yang diharapkan, sebagaimana amanat dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 mengenai Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(16)

Mencermati rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, terdapat keinginan besar dari bangsa ini agar kegiatan pendidikan melahirkan insan-insan yang memiliki keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohaninya, sebagai gambaran manusia Indonesia seutuhnya.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dimaknai bahwa pada hakekatnya pendidikan adalah sebagai upaya dari manusia untuk menghasilkan insan-insan yang berkualitas agar mampu menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Persoalan–persoalan kehidupan manusia dilihat dari konteks sosial kian hari bertambah banyak, dan semakin kompleks. Bahkan akhir – akhir ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia dan semakin terbatasnya sumber–sumber penghidupan manusia, membuat kehidupan manusia semakin kompleks, kompetitif, dan menjadi tidak menentu. Hal ini terjadi bukan hanya karena keterbatasan manusia secara fisik yang disebabkan jumlah dan kepadatan penduduk, tetapi juga persaingan hidup secara sosial semakin sulit.

Manusia dalam kehidupannya, sebagai mahluk sosial baik secara individu maupun kelompok tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Corak hubungan antara manusia dengan lingkungannya mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia. Perubahan dan perkembangan ini juga yang membuat manusia dihadapkan pada berbagai persoalan sosial dalam kehidupannya.

Salah satu persoalan dalam kehidupan manusia adalah permasalahan tentang lingkungan. Manusia amat berperan penting dalam persoalan yang muncul akibat nteraksinya dengan lingkungan, karena manusia sebagai pelaku maupun penderita dikarenakan permasalahan yang timbul dari kerusakan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar dalam menanggulangi permasalahan lingkungan berhubungan erat dengan penanganan sikap dan perilaku manusia sebagai ujung pangkalnya. Kerusakan lingkungan disebabkan perilaku manusia, sedangkan perilaku manusia terhadap lingkungan timbul berdasarkan atas kesadaran yang digerakkan oleh sistem nilai yang dianut dan diyakini seseorang.


(17)

Secara psikologis, dimensi manusia terbagi atas kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam menggerakkan semua aktifitas dalam kehidupannya maka manusia tidak bisa berdasarkan salah satu aspek saja. Untuk mewujudkan suatu perilaku yang peduli pada lingkungan harus dibangun kesadaran dari sikap yang merupakan sisi mentalitas manusia. Keyakinan, sikap, dan nilai merupakan bagian dari aspek afektif yang penting difokuskan terlebih dahulu karena memicu kesadaran dan menggerakkan untuk munculnya perilaku.

Menurut para ahli pendidikan lingkungan, kebanyakan orang tidak menggunakan kesadaran lingkungan mereka untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan. Untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam bersikap dan berperilaku yang peduli terhadap lingkungannya, maka peran pendidikan lingkungan amatlah penting. Pendidikan lingkungan merupakan proses yang ditumbuhkan sepanjang hayat dan sekolah memiliki peran mengambil salah satu bagian dari proses tersebut yang diterapkan melalui pendekatan interdisipliner dan holistik. Hal ini sebagaimana kesepakatan umum yang dituangkan dalam Tbilisi Report Recommendation (Palmer & Neal, 1994) dimana beberapa butir kesepatan tersebut diantaranya bahwa pendidikan lingkungan adalah proses sepanjang hayat, interdisiplin dan holistik dalam penerapannya, pendekatan pendidikan dibandingkan materi, perhatian terhadap keterkaitan dan keterhubungan antara manusia dan sistem alam, mendorong partisipasi dalam pembelajaran.

Peningkatan pengetahuan dan pembinaan sikap serta perilaku terhadap kepedulian lingkungan harus ditumbuhkan sejak dini dalam pendidikan lingkungan yang dapat diterapkan melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran nyata yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Penanaman karakter kepedulian lingkungan kepada siswa menekankan bagaimana agar siswa selaku peserta didik memiliki moral dan etika yang terinternalisasi dalam sikap dan perilaku sehari harinya baik di sekolah maupun di lingkungan lainnya. Pembentukan budaya dan karakter berupa kepedulian terhadap lingkungan menjadi perhatian pula dalam pendidikan di Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Pusat Kurikulum (2010, hlm. 10) berikut ini.

Kepedulian lingkungan di Indonesia merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kepedulian lingkungan dideskripsikan oleh sikap dan tindakan yang selalu berupaya


(18)

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Menanamkan kesadaran dan tanggung jawab akan kepedulian lingkungan tidak hanya dalam bentuk pendidikan lingkungan yang berdiri sendiri secara tunggal dan parsial melainkan dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran dan salah satunya adalah dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata pelajaran IPS merupakan salah satu bagian dari kurikulum sekolah yang materinya diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial yang mempelajari gejala-gejala kehidupan yang cukup luas, karena mencakup masalah-masalah kehidupan manusia di masyarakat dan interaksinya dengan lingkungan kehidupannya.

Dalam sepuluh tema social studies atau IPS (ten thematic strands in social studies) yang dirumuskan secara formal oleh National Council for the Social Studies (NCSS, 1993, hlm.23) salah satunya adalah Manusia, Tempat, dan Lingkungan (People, Places, and Environtment). Berdasarkan salah satu tema pokok IPS tersebut peserta didik dapat terbantu mengembangkan pandangan spasial dan perspektif geografi di lingkungannya. Manusia dalam kehidupannya, sebagai mahluk sosial baik secara individu maupun kelompok tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Hubungan antara manusia dan lingkungannya merupakan aspek yang ditelaah dalam pendidikan mengenai lingkungan. Pendidikan lingkungan yang diterapkan dalam mata pelajaran sekolah termasuk dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk membangun dan mengembangkan kompetensi siswa melalui transfer pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga diharapkan siswa memiliki kemampuan (skill) dalam bersikap dan bersahabat terhadap lingkungan.

Secara faktual, sebagian besar guru kurang menyadari dan memahami muatan lingkungan dalam pembelajaran IPS merupakan salah satu bagian dari sepuluh tema pokok social studies berdasarkan acuan dari NCSS seperti telah tersebut di atas. IPS yang membahas manusia dan interaksinya terhadap lingkungan juga menjadi salah satu tema bahasan mata pelajaran IPS seperti yang termuat dalam kurikulum 2013. Tema ini menjadi salah satu bagian penting dalam konteks pengembangan ilmu pengetahuan yang berwawasan ekologis dengan


(19)

membekali siswa pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekologis.

Pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah tidak begitu nampak dijumpai hasilnya di kehidupan nyata baik yang terlihat di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Indikasi ini nampak dari berbagai permasalahan lingkungan yang berakar dari sikap dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari yang tidak menghargai dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat disebabkan bahwa penerapan pendidikan lingkungan masih belum aplikatif dalam penyelesaian permasalahan lingkungan yang terjadi, sebagaimana dikemukakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia (2004) yang menyatakan bahwa materi dan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup tidak aplikatif, kurang mendukung penyelesaian permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi di daerah masing-masing.

Terkait dengan pendidikan nilai, sekolah sebagai wahana berlangsungnya pendidikan nilai namun pada kenyataannya belum mampu mewujudkan perilaku siswa sesuai nilai-nilai yang diharapkan sebagai hasil dari suatu pendidikan. Indikasinya dapat terlihat dalam berbagai hal diantaranya adalah perilaku membuang sampah sembarangan (tidak pada tempatnya) yang mengakibatkan lingkungan kotor, partisipasi siswa yang masih rendah dalam kegiatan-kegiatan menjaga lingkungan, belum terbentuknya kesadaran pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

Salah satu bentuk pendidikan nilai untuk menanamkan karakter moral pada diri siswa terdapat dalam pendidikan tentang lingkungan yang dapat terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran termasuk mata pelajaran IPS. Pada pendidikan tentang lingkungan terdapat penanaman nilai sebagai pembentukan karakter pada diri siswa yang seiring sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk menanamkan karakter dalam diri siswa melalui pendidikan lingkungan masih ditemui berbagai kelemahan diantaranya pendidikan di lingkungan yang diberikan kepada siswa lebih dominan pada muatan pengetahuan yang tidak aplikatif sehingga siswa tidak dapat membangun dan memahami makna yang mendalam dari hakikat menjaga peduli, dan melestarikan lingkungan. Selain itu pendidikan lingkungan tidak dikaitkan dengan permasalahan riil dan memuat hal-hal yang


(20)

praktis dari kehidupan nyata di sekitar siswa. Kelemahan-kelemahan yang muncul dalam pendidikan untuk menanamkan karakter di pendidikan lingkungan tidak terlepas dari lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Hal ini mengakibatkan penanaman nilai untuk membentuk karakter siswa melalui materi pelajaran bermuatan lingkungan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional belum tercapai dengan optimal.

Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan pendidikan lingkungan selaras dengan tujuan pendidikan nasional tersebut dan memperhatikan pula perkembangan global saat ini, menuntut dunia pendidikan terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu mengubah konsep berpikirnya. Menurut Suyono & Hariyanto (2012, hlm.4) “masa depan yang kian tidak menentu dengan berbagai tantangan melekatnya yang dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-21 memiliki implikasi luas dan mendalam terhadap berbagai macam rangsangan pengajaran dan teknik pembelajaran”. Hal tersebut terkait dengan tugas dan kewajiban moral guru untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan dan untuk memacu siswa agar lebih kreatif, inovatif, fleksibel, dan adaptif dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Sehubungan hal itu, maka faktor guru sangat penting karena guru berperan sangat strategis dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hal ini membawa konsekuensi bagi guru untuk semakin menyadari bahwa model, metode, dan strategi pembelajaran yang umumnya dilakukan secara konvensional tidak akan cukup membantu siswa. Untuk menjadikan siswa kreatif, inovatif, dan adaptif, maka guru dituntut untuk inovatif, kreatif, dan adaptif serta mampu membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas, di mana terjadi interaksi belajar mengajar yang efektif dan multiarah. Dalam pembelajaran yang multiarah, guru mengajar sekaligus belajar, peserta didik belajar sekaligus menjadi pengajar bagi temannya.

Dalam belajar terdapat proses kegiatan mental peserta didik yang dilakukan secara sadar agar memiliki bekal produktif dan kreatif dalam memenuhi dan mempertahankan kehidupannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Uno (2009, hlm.54) yaitu:


(21)

Dalam mempertahankan kehidupannya, manusia harus mempunyai bekal kecakapan hidup (skill of life), yang dapat diperoleh melalui berbagai proses belajar, seperti belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be myself), dan belajar untuk hidup bersama (learning to life together). Keempat jenis belajar tersebut harus dilakukan manusia, jika ingin tetap survive dalam kehidupannya. Dalam kegiatan belajar, terdapat proses interaksi dengan pengajar, dan lingkungan belajar sebagaimana yang disampaikan oleh Uno (2009) tentang pembelajaran yaitu sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.

Dalam prakteknya bahwa pembelajaran sebagai suatu proses pendidikan masih ditemui berbagai kelemahan-kelemahan baik dari faktor guru maupun siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Al Muchtar (2014) pembelajaran sebagai suatu proses pendidikan sering muncul berbagai kelemahan antara lain; suasana belajar yang kaku dan terpusat pada satu arah (one way) dari guru ke siswa, sehingga kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif dalam belajar, budaya belajar lebih ditandai oleh hapalan daripada budaya berpikir. Adanya kelemahan-kelemahan tersebut dikarenakan guru menguasai proses pembelajarannya dengan menggunakan metode yang monoton, yaitu hanya mengandalkan metode ceramah dalam pelaksanaannya. Seperti yang dikemukakan oleh Somantri (2001, hlm. 39) “pendekatan ekspositori sangat menguasai keseluruhan proses belajar mengajar”. Apabila pembelajaran yang terjadi di sekolah masih berorientasi pada ceramah guru, dan siswa hanya dijadikan objek saja, maka akan banyak siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, dan membosankan dengan duduk berjam-jam mencurahkan perhatian serta pikiran pada pokok bahasan yang diajarkan dan tidak ada upaya aktif untuk mendapatkan ilmu dan memperoleh prestasi belajar yang baik.

Jika guru dalam mengajar hanya menggunakan metode yang monoton maka tujuan pembelajaran sebagai upaya mengubah sikap dan perilaku siswa tidak tercapai. Menurut Maftuh dan Makah A.K. (2007, hlm 30) bahwa:

Mengajar adalah suatu proses perubahan perilaku, oleh karena itu pengajar harus: a). Menciptakan berbagai kesempatan kepada siswa untuk menerima


(22)

dan mengenali informasi baru. b). Berupaya membimbing siswa ke arah perolehan perilaku baru (yaitu bagaimana cara belajar, melaksanakan, dan belajar merasakan.

Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku untuk menghasilkan perubahan pada diri siswa, sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar, yang mencakup kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan), baik yang merupakan efek bersifat langsung (instructional effects) maupun tidak langsung atau bawaan (nurturant effects).

Dalam pembelajaran IPS tidak terlepas dari berbagai kelemahan-kelemahan pembelajaran yang dilakukan guru. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman yang dilakukan, teknik ceramah adalah yang paling mudah dan umumnya dilakukan oleh guru sejak dulu. Namun untuk masa mendatang teknik ini sebaiknya tidak terlalu banyak digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Somantri (2001, hlm. 216) sebagai berikut.

Sikap propagandis dan teknik ceramah adalah yang paling mudah (juga lazim) dilakukan, tetapi sebaiknya metode ini jangan terlalu banyak digunakan. Teknik mengajar ini kurang edukatif, sebab selain membiasakan siswa belajar pasif, juga tidak mendorong berkembangnya berbagai jenis berpikir yang (akan) sangat diperlukan dalam masyarakat era Indonesia Baru.

Guru dapat memadukan metode ceramah dengan metode lain agar bervariasi. Namun meskipun guru dengan pendekatan yang lain, terkadang dalam penyajian ceramah menggunakan metode ceramah bervariasi, tetapi unsur ceramahnya tidak mendominasi keseluruhan metode.

Dalam pembelajaran IPS di kelas yang hanya berfokus pada penggunaan buku teks untuk mengejar target kurikulum yang harus dicapai, maka cenderung akan mengabaikan penciptaan suatu suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Orientasi pengembangan pembelajaran yang berfokus pada hasil akhir nilai terutama aspek kognitif tingkat rendah akan mengabaikan pengembangan proses belajar yang bermakna.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Al Muchtar (2013, hlm.97), bahwa “penelitian tentang evaluasi IPS menemukan orientasi pengembangan evaluasi lebih banyak pada aspek hasil belajar daripada proses belajar. Berdasarkan analisis dari muatan dan aspek yang dievaluasi menunjukkan lebih banyak menekankan pada aspek kognitif tingkat rendah”. Karena mengutamakan


(23)

hasil belajar dari aspek pengetahuan saja, maka dalam proses belajar kurang diperhatikan pengembangan aspek lainnya seperti sikap maupun keterampilan. Oleh karena aspek pengetahuan saja yang menjadi penekanan dalam pembelajaran mengakibatkan aspek sikap dan keterampilan siswa tidak muncul dan berkembang, sehingga tidak heran muncul sikap dan perilaku siswa di sekolah yang kurang baik seperti tingkat kedisiplinan, kerjasama, saling menghormati yang rendah.

Adanya kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran IPS dikemukakan pula oleh Maryani (2008, hlm.3) sebagai berikut.

(1) adanya anggapan IPS merupakan second class tidak memerlukan kemampuan yang tinggi dan cenderung santai dalam belajar. (2) IPS sering kali dianggap jurusan yang sulit mendapat jaminan masa depan dan sulit mendapat pekerjaan yang lebih prestisius di masyarakat (3) Pembelajaran IPS sarat dengan hafalan sejumlah materi (4) Melemahnya nasionalisme, banyaknya penyimpangan sosial saat ini seperti tawuran, korupsi, hedonisme, disintegrasi bangsa, ketidakramahan terhadap lingkungan. Terdapatnya kelemahan pembelajaran IPS seperti tersebut di atas, tidak terlepas dari kurangnya penggunaan sumber daya dan model pembelajaran lain yang inovatif oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dominasi sumber daya pembelajaran yang digunakan adalah buku teks dan penggunaan ceramah sebagai satu satunya metode dalam pembelajaran. Gunawan (2013) mengemukakan pula problematika pembelajaran IPS diantaranya sebagian besar guru IPS belum terampil menggunakan beberapa model mengajar seperti cooperative learning, inquiry, problem solving dan lain sebagainya. Kurangnya guru dalam menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan strategi yang bervariasi dalam proses pembelajaran, akan berdampak siswa kurang tertarik mengikuti proses belajar dan memiliki anggapan pelajaran IPS adalah pelajaran “lunak” membutuhkan hapalan yang dalam waktu singkat sebelum menghadapi tes atau ujian. Anggapan ini akan hilang apabila terdapat perubahan orientasi guru dalam pembelajaran IPS dan memahami pembelajaran IPS yang powerful dan bermakna melalui penggunaan model dan strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran IPS yang powerful akan membantu siswa mengembangkan pemahaman tentang pendidikan menjadi warga negara yang baik. Menurut Supardan (2014, hlm.51) “social studies (IPS) pada dasarnya untuk membantu


(24)

anak didik agar kelak menjadi warga negara yang baik, mampu mengambil keputusan rasional dan melahirkan tindakan-tindakan dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat”.

Interaksi guru dan siswa merupakan inti proses pembelajaran, hal ini dapat terjadi apabila guru mempunyai dua kompetensi, yakni kompetensi substansi materi pembelajaran dan kompetensi metodologi pembelajaran. Kompetensi tersebut akan mempengaruhi efektifitas proses pembelajaran. Dalam rangkaian proses pembelajaran, pemilihan dan penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat akan sangat membantu guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara khusus maupun mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum. Guru berperan penting dalam bertugas menciptakan pembelajaran IPS yang efektif, mengembangkan potensi siswa tidak hanya dalam aspek kognitif saja melainkan aspek lainnya seperti sikap, dan keterampilan. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Somantri (2001, hlm.85) bahwa “Tugas Pendidikan IPS adalah mengembangkan secara seimbang aspek-aspek kecerdasan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial agar sumber daya manusia Indonesia dapat digolongkan pada sumberdaya manusia yang bisa diperbaharui (renewable human resources)”. Dimensi pembelajaran IPS yang meliputi pengetahuan, sikap dan nilai, keterampilan serta tindakan aksi sosial akan terwujud apabila guru pada saat menjalankan pembelajaran di kelas sebagai bentuk tugas profesionalnya menggunakan model-model pembelajaran dan metode yang tepat dan inovatif sehingga pembelajaran IPS akan menjadi bermakna, dan menarik minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di kelas.

Melalui pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang inovatif diharapkan peserta didik dalam proses pembelajaran IPS tidak menempatkan konsep IPS untuk dihapal semata yang bertumpu pada aspek pengetahuan saja melainkan menempatkan IPS sesuai dengan pengertian dan tujuan IPS yaitu sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan peserta didik sebagai warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik,


(25)

berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

Menurut kurikulum 2013, model-model pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan saintifik mutlak harus dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran dan berpusat kepada siswa (student centered) diantaranya adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran penemuan (discovery learning).

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang berbasis pada siswa (student centre) dapat digunakan dan dipilih oleh guru sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang akan memberikan “warna” baru dalam pembelajaran dari yang umumnya cenderung konvensional. Menurut George Lucas Educational Foundation (2005) bahwa Project-based learning is a dynamic approach to teaching in which student explore real world problems and challenges. With this type of active and engaged learning, students are inspired to obtain a deeper knowledge of the subjects they’re studying. Melalui pembelajaran berbasis proyek yang merupakan salah satu pendekatan dinamis dalam pembelajaran, siswa mengeksplorasi permasalahan dan tantangan di dunia nyata sehingga siswa lebih lama memiliki daya ingat dan pemahaman terhadap yang mereka pelajari. Dengan pembelajaran berbasis proyek yang termasuk jenis pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka siswa akan terinspirasi untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam mata pelajaran yang mereka pelajari.

Menurut Boss & Krauss (2007) pembelajaran berbasis proyek adalah strategi tertentu untuk mengubah atau membalikkan wajah kelas tradisional. Maksudnya adalah melalui pembelajaran ini, maka pembelajaran di kelas yang umumnya menggunakan pembelajaran konvensional menjadi lebih inovatif. Lebih lanjut dikemukakan oleh Boss & Krauss (2007, hlm 12) “In project-based learning. Students investigate open-ended questions and apply their knowledge to produce authentic products. Projects typically allow for student choice, setting the stage for active learning and teamwork”. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa melakukan investigasi (penyelidikan) melalui pertanyaan terbuka,


(26)

menerapkan pengetahuan untuk menghasilkan produk. Selain itu dalam pembelajaran ini “disetting” siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran dengan bekerja sama dalam satu kelompok. Fokus pembelajaran berbasis proyek bertujuan agar siswa dalam pembelajaran dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui proses penyelidikan yang terstruktur dan menghasilkan produk berbeda dengan pembelajaran tradisional yang sekedar mendapat teori-teori yang dihapal saja.

Peserta didik belajar dengan terlibat dalam proyek-proyek dunia nyata dan setiap aspek perubahan pengalaman mereka. Pembelajaran model ini juga menyebabkan pergeseran peran guru tidak lagi sebagai ahli menyampaikan konten, atau hanya membagikan informasi dalam potongan yang kecil. Penerapan model pembelajaran ini dapat menjadikan suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan sehingga siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih peka terhadap lingkungan dikarenakan siswa lebih aktif dalam belajar, menghadapi kondisi riil dalam kehidupan dan menghasilkan produk/karya tidak sebatas pada menghapal teori atau menerima informasi saja.

Model pembelajaran berbasis proyek termasuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang menekankan pembelajaran pada keaktifan siswa dalam mempelajari, menemukan, dan membangun makna dari suatu materi pembelajaran. Selain pembelajaran berbasis proyek, terdapat beberapa model pembelajaran lainnya yang berpusat pada keaktifan siswa dalam pembelajaran, diantaranyan adalah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengkontruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah, dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah (Abidin, 2014, hlm. 160). Pembelajaran model ini menjembatani siswa agar memperoleh pengalaman belajar melalui identifikasi suatu masalah dalam kehidupan nyata di sekitar, menyelidikinya, dan memberikan solusi pemecahan masalah dalam konteks belajar. Melalui penerapan model ini, siswa diajak mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) dengan disodorkan permasalahan


(27)

dalam kehidupan nyata dan guru memfasilitasi siswa untuk belajar dengan cara-cara yang relevan dan terhubung dengan masalah tersebut.

Pembelajaran berbasis masalah dalam IPS menekankan pembelajaran bermakna (meaningful learning) yang dimaksudkan agar pembelajaran yang dilakukan memiliki makna dengan menjadikan peserta didik sebagai pusat kegiatan pembelajaran (student centered), sehingga diharapkan siswa aktif melakukan aktifitas belajar melalui belajar mengidentifikasi permasalahan, merumuskannya dan belajar mencari alternatif pemecahannya baik secara individu maupun kelompok dan belajar mengkomunikasikan hasil pemecahan masalah yang berhasil ditemukannya.

Penggunaan model, strategi, pendekatan, metode dan media pembelajaran sangat menentukan keberhasilan meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran termasuk dalam pendidikan tentang lingkungan. Menurut para ahli pendidikan lingkungan, kebanyakan orang tidak menggunakan kesadaran lingkungan mereka untuk berperilaku peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu, para ahli percaya bahwa ada kesenjangan antara "pola kognitif dan perilaku manusia” (Kilinc, 2010, hlm. 495). Diperlukan suatu program berorientasi aksi untuk untuk mengembangkan perilaku peduli lingkungan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Kilinc (2010) bahwa lingkungan belajar berbasis proyek menyebabkan adanya perubahan positif dari guru dan siswa tentang kepedulian terhadap lingkungan. Perilaku mereka meningkat dalam aksi dan aktivitas kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Neni Suharjani (2014) mengemukakan bahwa peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta didik dapat menghasilkan perubahan dalam sikap dan perilaku terhadap lingkungan melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pula oleh Muhaimin (2014), dikemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yang dikembangkan berbasiskan lingkungan hidup lokal efektif untuk meningkatkan kompetensi ekologis siswa berupa aspek pengetahuan, sikap, sedangkan aspek keterampilan dan partisipasi masih membutuhkan proses yang sangat panjang yang membutuhkan komitmen dari berbagai pihak.


(28)

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah efektif dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kedua model pembelajaran ini tergolong dalam pandangan pembelajaran konstruktivistik yang menghendaki siswa membangun dan menemukan makna dari proses pembelajaran yang dilakukan dan siswa lebih aktif dalam melakukan pembelajaran. Peran guru bukan hanya sebagai penyampai materi didepan kelas, namun sebagai fasilitator melalui pelaksanaan serangkaian proses pembelajaran yang dikreasi sedemikian rupa untuk membantu dan mendorong siswa belajar sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kemang Kabupaten Bogor merupakan sekolah yang terletak di daerah Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan daerah tangkapan hujan dan resapan air (reservoir) bagi sekitarnya karena memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan masih banyak ruang terbuka hijau. Letak sekolah yang jauh dari jalan raya utama (+/- 3 km) memiliki lingkungan yang masih relatif “hijau” dan asri. Sekolah ini memiliki karakteristik siswa yang beragam latar belakang sosial ekonominya. Siswa sekolah ini banyak yang berasal dari daerah kecamatan lain yang bertetangga dengan Kecamatan Kemang dan merupakan penduduk pendatang dari Jakarta dan sekitarnya. Hal ini cukup berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa di lingkungan sekolah.

SMP Negeri 1 Kemang memiliki 27 rombongan belajar (rombel) dengan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah 1097 orang, dengan beragam permasalahan yang ditemui terkait tentang sikap dan perilaku siswa terhadap lingkungan diantaranya rendahnya kedisiplinan siswa dalam membuang sampah pada tempatnya. Hal tersebut mengakibatkan lingkungan kelas dan lingkungan sekolah hanya nampak bersih pada pagi hari, namun menjelang istirahat sekolah hingga waktu pulang sekolah, terlihat banyak sampah berserakan. Indikasi lainnya tentang sikap dan perilaku siswa yang masih nampak kurang peduli terhadap lingkungan adalah maraknya perilaku “vandalisme” terlihat dari banyaknya coretan-coretan spidol, tip-ex, pulpen pada beberapa bagian dinding kelas. Selain itu, coretan tip-ex, pulpen juga banyak ditemui di meja dan bangku kelas.


(29)

Meskipun di sekolah sudah disediakan tempat sampah organik dan anorganik di luar kelas, namun siswa nampak belum memanfaatkan sesuai peruntukannya. Masih banyak jenis sampah yang dibuang tidak sesuai dengan tempat peruntukannya. Kebijakan sekolah tentang gerakan kebersihan di sekolah tidak berjalan efektif dan tidak dilaksanakan kembali.

Kenyataan yang dijumpai seperti tersebut di atas, tentu sangat tidak sesuai dengan harapan pencapaian tujuan pendidikan IPS khususnya maupun bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional, mengingat tujuan pendidikan IPS sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan peserta didik sebagai warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif. Dengan menggunakan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dalam pembelajaran IPS di SMPN 1 Kemang Kabupaten Bogor diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap kepedulian terhadap lingkungannya khususnya dalam memahami materi tema dinamika interaksi manusia dengan lingkungannya.

Berdasarkan kompleksnya permasalahan seperti tersebut di atas, mendorong penulis untuk membatasi masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam suatu penelitian dan membuat suatu penelitian yang mengangkat judul sebagai berikut.

“Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS Untuk Mengembangkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan“ (Studi Eksperimen Kuasi di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor). B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.

1. Persoalan–persoalan kehidupan manusia dilihat dari konteks sosial kian hari makin banyak, dan makin kompleks. Bahkan akhir-akhir ini dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia, dan semakin terbatasnya sumber– sumber penghidupan manusia, membuat kehidupan manusia semakin kompleks, kompetitif, dan menjadi tidak menentu. Tidak hanya keterbatasan


(30)

manusia secara fisik, karena kepadatan penduduk, tetapi juga persaingan hidup secara sosial semakin sulit.

2. Dari beragam permasalahan dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah permasalahan lingkungan. Peran manusia sangat penting dalam berinteraksi dengan lingkungan, karena apabila timbul permasalahan yang menyebabkan kerusakan lingkungan, maka manusia yang akan mengalami dan menanggung penderitaan. Dalam menanggulangi masalah lingkungan berhubungan erat dengan penanganan sikap dan perilaku manusia. Peningkatan pengetahuan dan pembinaan sikap serta perilaku peduli terhadap lingkungan harus ditumbuhkan sejak dini dan salah satunya melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Salah satu upaya menanamkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan adalah melalui pembelajaran IPS yang bermakna dengan meningkatkan pengetahuan dan pengembangan sikap kepedulian terhadap lingkungan. 3. Pendidikan IPS berada dalam kerangka tujuan pendidikan nasional. Hal yang

penting dari tujuan pendidikan IPS dalam kerangka pendidikan nasional adalah untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia tidak hanya dari segi kecerdasan pengetahuan saja tetapi dari segi peningkatan keimanan dan ketakwaan. Karena itu bahan pendidikan IPS bukan hanya terdiri dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora saja, tetapi berkaitan pula dengan sifat hakikat keperluan lahir batin manusia dengan pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila dan lingkungan hidup masyarakat.

4. Hubungan antara manusia dan lingkungannya merupakan aspek yang ditelaah dalam pendidikan mengenai lingkungan. Pendidikan lingkungan dapat diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran salah satunya adalah IPS. Salah satu tema pokok IPS adalah manusia dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat membantu peserta didik memahami manusia dalam kehidupannya, sebagai mahluk sosial baik secara individu maupun kelompok yang tidak bisa lepas dari interaksi dengan lingkungannya.

5. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dapat tercermin melalui keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, dan


(31)

sebaliknya ketidakberhasilan pencapaian tujuan dalam pendidikan akan tampak melalui kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran sebagai suatu proses pendidikan, sering muncul berbagai kelemahan antara lain suasana belajar yang kaku dan terpusat pada satu arah sehingga kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar, budaya belajar lebih ditandai oleh hapalan daripada budaya berpikir. Adanya kelemahan-kelemahan tersebut dikarenakan guru menguasai proses pembelajarannya dengan menggunakan metode yang monoton dan kurang inovatif.

6. Dimensi pembelajaran IPS meliputi pengetahuan, sikap dan nilai, keterampilan serta tindakan aksi sosial dapat terwujud apabila guru pada saat menjalankan pembelajaran di kelas menggunakan model-model pembelajaran dan metode yang tepat dan inovatif sehingga pembelajaran IPS akan menjadi bermakna, dan menarik minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran di kelas.

7. Melalui pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang inovatif diharapkan peserta didik dalam proses pembelajaran IPS tidak menempatkan konsep IPS untuk sekedar dihapal semata yang bertumpu pada aspek pengetahuan saja, melainkan menempatkan IPS sesuai dengan pengertian dan tujuan IPS yaitu sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan peserta didik sebagai warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Terdapat Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Pengembangan Sikap Peduli Siswa SMP Terhadap Lingkungan?

Dari rumusan masalah tersebut dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.


(32)

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran awal (pre-test) dan pengukuran akhir (post-test) tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan pada pengukuran akhir (post-test) antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah ?

4. Bagaimanakah respon guru dan siswa serta kendala dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan kepedulian siswa terhadap lingkungan ?

D. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Perbedaan kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek. 2. Perbedaan kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS

di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 3. Perbedaan kepedulian siswa terhadap lingkungan dalam pembelajaran IPS

antara kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis proyek dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 4. Respon guru dan siswa serta kendala dalam penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam pembelajaran IPS untuk pengembangan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis


(33)

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan IPS terutama dalam mengembangkan konsep dan prinsip-prinsip yang relevan tentang implementasi model pembelajaran yang inovatif pada mata pelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru IPS, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan pengetahuan, keterampilan dalam penyusunan rencana program pembelajaran.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga bisa menerima pelajaran secara maksimal. Selain itu, untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas terutama dalam proses pembelajaran IPS.

c. Bagi pemangku kebijakan di Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menetapkan program-program yang dapat mengembangkan kepedulian warga sekolah terhadap kebersihan, keindahan, dan kerapihan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong partisipasi siswa dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sekolah.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experiment). Pendekatan kuantitatif digunakan karena masalah dalam penelitian untuk melihat perbedaan efektifitas model dengan mengujikan satu model pembelajaran proyek dalam pembelajaran IPS di kelas eksperimen dan penggunaan model lain di kelas kontrol. Penelitian ini ingin menguji hipotesis yang diajukan untuk melihat efektifitas penerapan model tertentu, maka pendekatan kuantitatif menjadi pilihan terbaik dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Creswell (2010) masalah-masalah sosial terkadang turut menentukan pendekatan penelitian yang digunakan misalnya mengharuskan (a) identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil, (b) fungsi keterlibatan, atau (c) pemahaman prediksi hasil. Pendekatan kuantitatif ini juga diterapkan untuk menguji suatu teori atau pernyataan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen kuasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya akibat dari “perlakuan” yang dikenakan pada subjek penyelidikan. Menurut John W. Creswell (2008, hlm. 313) “Quasi-experimental designs do not include the use of random assignment. Researchers who employ these design rely instead on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We shall describe some of these techniques as we discuss several quasi-experimental design.” Untuk melaksanakan eksperimen secara murni, maka variabel yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol secara ketat. Pengontrol yang ketat terhadap variabel penelitian hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen yang dilakukan di laboratorium. Mengingat penelitian ini nanti bukan dalam kondisi dalam laboratorium, tetapi dalam kehidupan sehari-hari atau kehidupan sosial sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variabel bebas dan terikat secara ketat, maka metode penelitian ini adalah eksperimen


(35)

semu (Quasi Experiment). Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design.

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 1 Kemang, Kabupaten Bogor yang memiliki 27 Rombongan belajar dengan jumlah siswa sekitar 1134 orang. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pada observasi awal penelitian di sekolah ini, ditemukan beragam permasalahan berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa terhadap lingkungan, seperti kedisiplinan siswa yang rendah dalam membuang sampah. Banyak dijumpai siswa yang membuang sampah tidak pada tempat yang disediakan. Hal tersebut mengakibatkan lingkungan kelas dan lingkungan sekolah nampak bersih hanya pada pagi hari, namun setelah istirahat sekolah hingga waktu pulang sekolah nampak kotor yang terlihat dari banyaknya sampah yang berserakan. Sikap dan perilaku siswa yang kurang peduli terhadap lingkungan juga nampak dari munculnya “vandalisme” dengan banyaknya ditemui coretan-coretan spidol pada beberapa tempat bagian dinding kelas yang. Coretan tip-ex, pulpen juga banyak ditemui di meja dan bangku kelas. Selain hal tersebut, meskipun di sekolah sudah disediakan tempat sampah organik dan anorganik di luar kelas, namun siswa belum nampak memanfaatkan sesuai peruntukannya. Masih banyak jenis sampah yang dibuang tidak sesuai dengan tempat peruntukannya. Kebijakan sekolah tentang gerakan kebersihan di sekolah tidak berjalan efektif dan tidak dilaksanakan kembali.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kemang Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 369 siswa yang terdiri dari 9 kelas. Untuk sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak dua kelas dari seluruh kelas VII. Satu kelas ditentukan sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Untuk menentukan kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini, didasarkan atas nilai rata-rata tes yang diperoleh tiap kelas. Kelas dengan nilai rata-rata yang tidak terpaut jauh dan relatif homogen ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini diambil dari kelompok-kelompok yang telah terbentuk secara alamiah yaitu kelas, dan untuk penentuan sampelnya didasarkan


(36)

atas nilai hasil Ujian Akhir Semester (UAS) semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Dengan pengambilan sampel berdasarkan nilai yang relatif homogen dan memiliki jumlas siswa yang relatif sama, maka diharapkan dapat diperoleh sampel yang representatif. Hal ini sesuai rekomendasi dari Creswell (2010, hlm 220) bahwa “dengan pengacakan (randomization), sampel yang paling representatif akan memungkinkan peneliti melakukan generalisasi terhadap populasi”.

C. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design. Menurut Creswell (2010, hlm 242) rancangan kelompok kontrol (pra tes dan pos tes) nonekuivalen kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada kedua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-tes dan pos-tes. Hanya kelompok A saja yang diberi perlakuan (treatment) sesuai sesuatu yang akan diteliti.

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design. dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Desain Penelitian Non Equivalent Pre Test-Post Test Control Group Design.

Kelompok Tes Awal (Pre-test) Perlakuan Tes Akhir (post-test)

Eksperimen X

M – 1

X

Kontrol X

M - 2 X

Keterangan :

X = Pre tes dan pos tes

M - 1 = Perlakuan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek. M - 2 = Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah


(37)

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini Variabel yang diteliti adalah: (1) Model Pembelajaran Berbasis Proyek. (2) Sikap kepedulian terhadap lingkungan. Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel sebagai berikut.

a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri diantaranya adanya urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); adanya prinsip-prinsip reaksi; sistem sosial; dan sistem pendukung yang merupakan pedoman praktis bagi guru dalam melaksanakan suatu model pembelajaran. Model Pembelajaran berbasis proyek sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang berbasis pada siswa (student centre) merupakan salah satu pendekatan dinamis dalam pembelajaran dengan menggunakan metode proyek/kegiatan sehingga siswa dapat mengeksplorasi permasalahan dan tantangan di dunia nyata dengan melakukan penyelidikan melalui pertanyaan terbuka, menerapkan pengetahuan untuk menghasilkan produk sehingga siswa lebih lama memiliki daya ingat dan pemahaman terhadap yang mereka pelajari. Dengan pembelajaran berbasis proyek yang termasuk jenis pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, maka siswa akan terinspirasi untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Model pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan didesain dengan konstruksi permasalahan lingkungan sekolah terutama dalam konteks kebersihan, keindahan dan kerapihan lingkungan sekolah sebagai basis pembelajaran dengan menganalisis, mengeksplorasi isu, melakukan penyelidikan, menemukan solusi permasalahan, dan menghasilkan produk.

b. Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. (Azwar, 2013, hlm 5). Obyek yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Sikap dikatakan sebagai respon evaluatif, yang akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus (dorongan atau rangsangan) yang menghendaki adanya reaksi individual. Sikap kepedulian terhadap


(38)

lingkungan dapat dikatakan pula sebagai kecenderungan peserta didik untuk bertindak dengan perilaku belajar peserta didik, yang ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru peserta didik untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan tata nilai, dan peristiwa yang berkaitan dengan objek tertentu yaitu kebersihan, keindahan, dan kerapihan lingkungan. Dengan kata lain bahwa sikap peduli lingkungan dimaksudkan sebagai kecenderungan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar yang ditunjukkan melalui pemahaman, perasaan, dan perilaku peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan yang dipelajarinya melalui bentuk reaksi untuk merespon obyek tertentu secara konsisten kepada arah yang mendukung atau tidak mendukung (favorabel), setuju atau tidak setuju terhadap objek tertentu. Objek tertentu yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan sekolah terutama pada aspek kebersihan, keindahan, dan kerapihan lingkungan sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka digunakan beberapa instrumen. Instrumen penelitian ini terdiri dari satu instrumen utama yaitu data sikap peduli terhadap lingkungan menggunakan angket menggunakan skala likert dari skor terendah sampai skor tertinggi dari skor 1 sampai skor 5, dan instrumen penunjang digunakan angket respon guru dan siswa tentang pembelajaran menggunakan proyek, observasi pembelajaran di lingkungan kelas dan sekolah, dan wawancara terhadap guru dan siswa.

Data penunjang akan digunakan untuk mendeskripsikan hasil data penelitian yang diperoleh dari angket sikap peduli terhadap lingkungan. Angket ini diberikan kepada siswa sebagai pengukuran awal (pre-tes) sebelum perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran dan sebagai pengukuran akhir (pos-tes) sesudah pelaksanaan pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Sebelum digunakan angket tersebut akan diujicobakan kepada siswa kelas lain untuk menguji validitas dan reliabilitasnya.


(39)

Adapun operasional variabel dalam angket sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini dijabarkan dalam indikator-indikator variabel penelitian yang dijelaskan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2.

Indikator Variabel Kepedulian Lingkungan

Variabel Indikator Jumlah

Item Alat Ukur Variabel Kepedulian terhadap Lingkungan

a. Menghindarkan dan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan. b. Menghindari tindakan-tindakan yang dapat

menimbulkan pencemaran, merusak kesehatan dan lingkungan

c. Memanfaatkan sumberdaya alam yang renewable (yang dapat diperbaharui) dengan sebaik-baiknya.

d. Memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup di sekolah

e. Respon dan Pemikiran terhadap isu-isu lingkungan hidup di sekolah

11 7 7 3 4 Skala Likert 32 Sumber : Palmer & Neil, 1994; Supardi, 1985.

Sebelum membuat angket untuk mengukur sikap kepedulian lingkungan, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi berdasarkan indikator dan sub-sub indikator pada aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan lingkungan sekolah yang menjadi objek dari pengukuran sikap. Kisi-kisi tersebut dan distribusi item pada angket dijabarkan pada tabel 3.3. dan 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Instrumen Angket Kepedulian Terhadap Lingkungan

Indikator

Aspek Lingkungan

Kebersihan Keindahan Kerapihan

a. Menghindarkan dan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan

- Disiplin Membuang Sampah di tempatnya - Berpartisipasi dalam

penyediaan tempat pembuangan sampah di dalam kelas.

Membantu melaksanakan penghijauan melalui penanaman tanaman di taman-taman di lingkungan sekolah

- Berpartisipasi melakukan kegiatan kerja bakti di lingkungan sekolah b. Menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan

- Memilah sampah organik dan anorganik

- Tidak membuang bahan mengandung plastik dan deterjen ke tanah dan sumber air - Menggunakan bahan-bahan organik sebagai pupuk tanaman - Menjaga sarana dan prasarana sekolah dari aksi coret


(40)

pencemaran, merusak kesehatan dan lingkungan c. Memanfaatkan sumberdaya alam yang renewable (yang dapat diperbaharui) dengan sebaik-baiknya.

- Pembiasaan penggunaan air, kertas, dan energi sesuai keperluan

- Mengurangi penggunaan bungkus makanan dari bahan yang tidak ramah lingkungan (styrofoam, plastik) - Menggunakan bahan bahan daur ulang untuk berbagai pemanfaatan

d. Memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup di sekolah

- Pembiasaan memelihara kebersihan lingkungan sekolah.

- Melaksanakan piket membersihkan kelas dan lingkungan sekolah

- Pembiasaan memelihara kelestarian lingkungan sekolah.

- Selalu merapihkan perlengkapan praktikum/praktek prakarya - Berpartisipasi Membuat taman kelas

e. Respon dan Pemikiran terhadap isu-isu lingkungan hidup di sekolah

- Mengkomunikasikan gagasan dan ide dalam pengelolaan kebersihan lingkungan kelas dan sekolah

- Mengkomunikasikan gagasan dan ide dalam melakukan penghijauan

lingkungan kelas dan sekolah - Mengkam-panyekan gerakan tidak mencoret-coret sarana prasarana sekolah Tabel 3.4.

Distribusi Item Instrumen Angket Sikap Kepedulian Terhadap Lingkungan.

Variabel/indikator No Item Aspek Sikap Total Item Alat

Ukur Kognitif Afektif Konatif

Variabel Kepedulian terhadap Lingkungan

a. Menghindarkan dan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan kerusakan b. Menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan pencemaran, merusak 8, 27 3

5, 9,13

26, 31, 32

1, 2, 4,16, 28

6, 7, 18

10

7

Skala Likert


(41)

kesehatan dan lingkungan c. Memanfaatkan sumberdaya alam yang renewable (yang dapat diperbaharui) dengan sebaik-baiknya.

d. Memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup di sekolah

e. Respon dan Pemikiran terhadap isu-isu lingkungan hidup di sekolah 14, 23 21 24, 25 11, 22, 30 29 20 10,12 15, 17 19 7 4 4

Jumlah item 8 11 13 32

F. Prosedur dan Alur Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menetapkan prosedur sebagai berikut : a. Melakukan studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan observasi di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Dari hasil observasi didapatkan beberapa permasalahan yang diangkat menjadi fokus penelitian ini. Dalam studi pendahuluan juga dilakukan pertemuan dan diskusi dengan kedua calon guru model yang mengajar di kelas yang akan digunakan dalam penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

b. Merumuskan permasalahan

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan hasil observasi awal di lingkungan sekolah. Dari beberapa permasalahan yang ditemui ditetapkan beberapa permasalahan sebagai bahan kajian yang sesuai dengan tema penelitian. Permasalahan yang dijumpai di lapangan berkaitan dengan pembelajaran IPS dan kepedulian siswa terhadap lingkungan.


(42)

c. Melakukan studi literatur

Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis proyek, metode pembelajaran, dan sikap peduli lingkungan. Selain itu, dikumpulkan pula beberapa jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian.

d. Penyusunan Instrumen penelitian dan RPP

Instrumen penelitian disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan dari definisi operasional dalam penelitian ini. Instrumen dalam penelitian ini meliputi angket sikap, angket respon guru dan siswa, pedoman observasi, pedoman wawancara. Selain itu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran model berbasis proyek disusun untuk diterapkan dalam kelas eksperimen dan model pembelajaran berbasis masalah untuk diterapkan di kelas kontrol.

e. Melakukan uji validitas dan Reliabilitas instrumen penelitian

Sebelum digunakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen penelitian dengan mengujicobakan instrumen pada kelas lain. Uji validitas menggunakan korelasi product Moment. Hasil uji validitas instrumen angket sikap kepedulian terhadap lingkungan dapat dilihat pada tabel 3.4. Dalam uji reliabilitas penelitian ini digunakan rumus Cronbach’s Alpha. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini disajikan terdapat pada hlm. 72.

f. Melakukan pretes

Instrumen tes sikap yang telah melakukan uji validitas dan telah direvisi maka layak digunakan untuk pretes. Pre tes dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre tes diberikan di kelas eksperimen sebelum perlakuan (treatment), dan pre tes juga diberikan di kelas kontrol sebelum pelaksanaan pembelajaran.

g. Melakukan Observasi Penerapan model pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Observasi di kelas penelitian dilakukan selama 3 pekan atau 6 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran. Selama penerapan model pembelajaran oleh guru model, dilakukan pengamatan seluruh proses pembelajaran. Sebelum dilaksanakan penerapan model pembelajaran, peneliti bersama kedua guru model melakukan pertemuan untuk berdiskusi


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran: Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung: Refika Aditama.

Ali, Mohammad. Dkk (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian I. Ilmu

Pendidikan Teoritis. Bandung: Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI – Imperial Bhakti Utama.

Al Muchtar, Suwarma. (2013). Epistemologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

__________________ (2014). Inovasi dan Transformasi Pembelajaran

Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Azwar, Saifuddin. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boss, Suzie.,& Krauss, Jane. (2007). Reinventing Project Based Learning: Your

Field Guide To Real World Projects In The Digital Age. International

Society for Technology In Education.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi

Kurikulum 2013 Tahun pelajaran 2014/2015. Jakarta: Kemendikbud

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Banks, James. (1990). Teaching Strategies for The Social Studies -- Inquiry,

Valuing, and Decision-Making. Seattle: University of Washington.Addison Wesley Publishing Company.

Brady, Laurie. (1985). Models and Methods Of Teaching. Sydney: Prentice-Hall Of Australia Pty.Ltd

Creswell, John W. (2008). Educational Research, Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Person

Education.

______________________ (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Davis, J. & Cooke, S. (2002). Parents as Partner for Educational Change: The Ashgrove Healthy School Environtment Project. Dalam B.Atweh dkk. (Penyunting), Action Research in Practice : Partnership in Social Justice


(2)

Dewey, J. (1916). Democracy and Education: An Introduction To The Philosophy

of Education. New York: The Macmillan Company.

Dwi Susilo, K. Rachmad. (2012). Sosiologi Lingkungan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Eggen,Paul.&Kauchak,Don.(2012). Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Ketrampilan Berpikir (edisi keenam). Jakarta:

Indeks.

Farris, J. Pamela. (2012). Elementary and Middle School Social Studies: An

Interdisciplinary, Multicultural Approach. Sixth Edition. Illinois: Waveland

Press.Inc.

Gerungan. (2010). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Goleman, Daniel. (2009). Ecological Intelligence: How Knowing The Hidden

Impacts Of What We Buy Can Change Everything. New York: Broadway

Bussines

Gunawan, Rudy. (2013). Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Hermawan, Hendy. (2006). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Citra Praya.

Jarolimek, John., & Parker,Walter.(1993). Social Studies in Elementary

Education. Ninth edition. Seattle: University Of Washington.

Joyce,Bruce.,Weil,M.& Calhoun,E.(2009). Model-model Pengajaran (edisi

kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2004). Kebijakan Pendidikan Lingkungan

Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

Keraf, Sonny. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Sistem

Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius.

Maftuh, Bunyamin. & A.K, Makah. (2007). Model Pembelajaran Pendidikan

Nilai. Bandung: Maulana

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk

Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

National Council for the Social Studies. (1994). The Curriculum Standards for


(3)

Palmer, Joy & Neal, Philip. (1994). The Handbook Of Environmental Education. New York: Routledge.

Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan dan Pendidikan Budaya Karakter

Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Kemendiknas.

Putrawan, I. Made. (2014). Konsep-konsep Dasar Ekologi Dalam Berbagai

Aktivitas Lingkungan. Bandung: Alfabeta

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung: Mulia Mandiri Pers.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Schunk, Dale. (2012). Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setyono, Prabang. (2011). Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan dalam

Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Enviromental Insight Quotient).

Surakarta: UNS Press dan LPP UNS.

Soemarwoto, Otto. (1997). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya & PPS, FPIPS UPI Bandung

Stone, M.K., Barlow, Z dan Capra, F.(2005). Ecological Literacy: Education Our

Children for a Sustainable World. New York: Sierra Club Book.

Sudjana, Nana (1992). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, Nursid. (2012). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan

Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta

Supardan, Dadang. (2014). Pendidikan IPS: Perspektif Filosofi Kurikulum dan

Pembelajaran. Bandung: Program Studi P.IPS Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep

Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syahri, M. (2013). Pembangunan Berkelanjutan: Berbasis Green Moral. Bandung: Widya Aksara Press.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan, Teoritis-Praktis dan Implementasinya.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Uno, Hamzah. (2009). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Wena, M.,(2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi Aksara.

Wiranataputra, S.U. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yulaelawati, Ella. (2007) Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan

Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.

Zevin, Jack. (2007). Social Studies For The Twenty-First Century. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Jurnal

Bywater, Krista. (2014). Investigating the Benefits of Participatory Action Research for Environmental Education. Department of Sociology,

Muhlenberg College, Allentown USA. International Journal of Policy Futures in Education, 12 (7), hlm. 920-930. [Online]. Diakses dari

http://dx.doi.org/10.2304/pfie.2014.12.7.920.

Hake, Richard.R.,(1999). Analyzing Change / Gain Scores. Dept.Of Physics.

Indiana University, 24245 Hatteras Street, Woodland Hills CA 91367 USA.

[online]. Diakses dari www.physics.indiana.edu/~sdi/analyzingchange-gain.pdf.

Kaiser, F.G.,et al.,(1999). Environmental Attitude and Ecological Behaviour.

International Journal of Environmental Psychology, 19 (jevp.1998.0107), hlm.1-19. Diakses dari http://www.idealibrary.com.

Kilinc, A. (2010). Can Project-Based Learning Close The Gap? Turkish Student Teachers And Proenvironmental Behaviours. International Journal Of

Environmental & Science Education, 5 (4), hlm. 495-509. Diakses dari


(5)

Maryani, Enok. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. [online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1960012119 85032-ENOK_MARYANI/KET_SOSIAL.Pdf.

Murniati, B. (2011). Pengaruh Pendekatan Analisis Nilai Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Sikap Kepedulian Peserta Didik. Jurnal Penelitian Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Edisi Khusus, (2), hlm.202-212.

Diakses dari http://www.jurnal.upi.edu.

Pooley, Ann Julie, & O’Connor, Moira. (2000). Environmental Education And

Attitudes : Emotions and Beliefs Are What Is Needed. International Journal

Of Environtment And Behavior, 32 (5), hlm. 711-723. [online]. Diakses dari

www.eab.sagepub.com.

Priyanto, dkk. (2013). Pendidikan Berperspektif Lingkungan Menuju Pembangunan Berkelanjutan (Environmental Perspective Education

Towards Sustainable Development), jurnal Wacana, Universitas Brawijaya, Malang, 16 (1), hlm. 41-51. Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=272807&val=7123&titl e=Pendidikan%20Berperspektif%20Lingkungan%20Menuju%20Pembangu nan%20Berkelanjutan

The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project

Based Learning. [Online]. Diakses di

http://www.edutopia.org/project-based-learning.

Thom Markham. (2003). Handbook Project Based Learning : Second Edition. A

guide to Standards Focused Project Based Learning : For Middle and High School Teacher. [online]. Buck Institute Education. Diakses dari

http://bie.org/shop/product_detail/pbl_handbook#look_inside. Thesis

Kusriyatun. (2014). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

(Project Based Learning) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII Di SMPN 13 Kota Tangerang Selatan. Thesis Prodi Pendidikan IPS. Sekolah Pasca Sarjana


(6)

Rosnenty, Reja. (2010). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber

Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Thesis Prodi Pendidikan IPS. Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan

Suharjani, Neni. (2014). Meningkatkan Pemahaman Materi Pembangunan

Berkelanjutan dalam Pendidikan IPS Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Sebagai Upaya Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan (Green Behaviour). Thesis Prodi Pendidikan IPS. Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan Disertasi

Muhaimin. (2014). Pengembangan Model Problem Based Learning Dalam

Ecopedagogy Untuk Peningkatan Kompetensi Ekologis Mata Pelajaran IPS. Disertasi Prodi Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana. Universitas


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pemeblajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa; studi quasi eksperimen di SMPN 48 Jakarta

0 3 192

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS POSTER : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Pangalengan Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 40

PENGARUH PENDEKATAN ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS TERHADAP SIKAP KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK :Studi Eksperimen Kuasi di kelas VIII SMPN 1 Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.

0 1 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI

0 0 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI

0 0 3

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI

2 9 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI

0 0 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung - repository UPI

0 0 2