Pengaruh model pemeblajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa; studi quasi eksperimen di SMPN 48 Jakarta
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
(Studi Quasi Eksperimen di SMPN 48 Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
DINI RAHMAWATI
105016300581
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRACT
Dini Rahmawati, "The influence of Project-Based Learning Model to the Student Physics Achievement.", Physics education Studies Program, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya’ and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
The aims of this research was to determine the influence of project-based learning model to the student physic achievement. This research has been done at SMPN 48 Jakarta, on March-April 2010. The method in the this research is quasi-experiment. We used sample divided into experiment and control classes. Experiment class used multiple choice test instrument (0-1 score), with 20 question and 4 alternative answers.The results of this research are tasted through a statistical tes of “t”. Based on calculations obtained for tcount value was 2.79 greater than 2.00 at ttable level L = 0.05 of significance. It can be concluded that Ha stating that there is influence between project based-learning to the student physic achievement. It means that alternative hypothesis (Ha).
(6)
ABSTRAK
Dini Rahmawati, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret–April 2010 di SMPN 48 Jakarta. Metode Penelitian yang digunakan adalah Kuasi-Eksperimen. Sampel diambil dua kelas, menggunakan cluster samplingdan dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dengan skor 0-1 sebanyak 20 soal dan 4 pilihan jawaban. Hasil penelitian ini diuji dengan melalui statistik uji “t”. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,79 ternyata lebih besar dari t tabel sebesar 2.00 pada taraf signifikasi L= 0,05. Sehingga Hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa diterima.
(7)
i
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas terucap selain syukur hanyalah untuk Allah SWT yang telah banyak mengaruniai penulis dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Tak lupa shalawat beserta salam tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembuka gerbang gelap jahiliahan menuju jalan yang penuh cahaya dengan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof Dr. Dede Rosyada, M.A., Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA.
3. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, pembimbing I dan Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
4. Seluruh dosen Jurusan IPA yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. 5. Kepala Sekolah, Guru, dan Staf di SMP Negeri 48 Jakarta yang telah
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Lukman Hadi Purnomo dan Tutun Hasanah yang telah memberikan segalanya kepada penulis baik moril maupun materil serta curahan kasih sayang yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
(8)
ii
7. Saudara-saudaraku, aa dan ade yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
8. Teman-teman VDA (Vian,Dian,Ari, Arum, Ana, Ela) dan teman-temanku di kelas IPA Fisika angkatan 2005, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas persahabatan dan dukungannya, semoga kita kompak selalu
9. Yang jauh disana, Mas Lilik Hernawan, terimakasih dukungannya selama ini. 10. Teman seperjuangan, Dian, Sunarto, Sulaeman, terimakasih dukungannya.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirabbil’alaminatas rahmat, karunia, dan ridha-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Jakarta, Mei 2011
(9)
iii DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………... i
Daftar Isi ……… iii
Daftar Tabel ………... vi
Daftar Gambar ………... vii
Daftar Lampiran ……… viii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar BelakangMasalah………. 1
B. Identifikasi Masalah………... 3
C. Pembatasan Masalah……….. 4
D. Perumusan Masalah……… 4
E. Tujuan Penelitian ………... 4
F. Manfaat Penelitian ………. 4
BAB II DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGUJIAN HIPOTESIS………... 6
A. Deskripsi Teoretik...……….. 6
1. Konstruktivisme…………. ………... 6
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek……….. 9
a. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek ………... 9
b. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Proyek ………… 12
c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ……… 13
d. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek ………. 15
e. Peranan Pengajar dalam Pembelajaran Berbasis Proyek .. 21
f. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ………. 20
g. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek ………. 22
h. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Pembelajaran Konvensional ………... 24
3.Hakikat Hasil Belajar Fisika ……….. 24
a. Hakikat Belajar………. 26
(10)
iv
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar……….. 28
d. Pengertian Hasil Belajar Fisika……….. 31
4.Hakikat Bunyi………. 31
a. Pengertian Bunyi………... 31
b. Sifat-sifat Bunyi………... 32
c. Cepat Rambat Bunyi……… ……… 32
d. Pengaruh Suhu Terhadap Cepat Rambat Bunyi…………. 32
e. Perambatan Bunyi Pada Berbagai Zat……… 33
f. Jenis-jenis Bunyi………. 33
g. Resonansi Bunyi……… 34
h. ManfaatPemantulan Bunyi……… 35
B. Penelitian yang Relevan………... 35
C. Kerangka Pikir……… 38
D. Pengajuan Hipotesis ……….. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 41
A. Waktu dan Tempat Penelitian………... 41
B. Metode Penelitian……….. 41
C. Populasi dan Sampel………. 42
D. Variabel Penelitian……… 42
E. Prosedur Penelitian……… 43
F. Instrumen Penelitian……….. 44
G. Teknik Analis Data……… 49
H. Hipotesis Statistik……….. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 53
A. Deskripsi Data………... 53
B. Teknik Analis Data……… 58
C. Pembahasan………... 61
D. Keterbatasan Penelitian………. 63
BAB V PENUTUP………….………. 64
A. Kesimpulan ………. ……….. 64
(11)
v
DAFTAR PUSTAKA……….. 66
(12)
vi DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian……….. 41
Tabel 3.2Klasifikasi Tingkat Kesukaran………. 45
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Beda………. 48
Tabel 3.4 Klasifikasi N-Gain……….. 52
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data HasilPretest………. 53
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data HasilPosttest…………... 55
Tabel 4.3 Data Mean N-Gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen…………... 56
Tabel 4.4 Kategori Nilai N-Gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen……….. 57
Tabel 4.5 Uji Normalitas HasilPretest……….. 58
Tabel 4.6 Uji Normalitas HasilPosttest………. 58
Tabel 4.7 Perhitungan Uji Homogenitas HasilPretest……….. 59
Tabel 4.8 Perhitungan Uji Homogenitas HasilPosttest………. 59
(13)
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian………... 44
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Frekuensi HasilPretest……….. 54 Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Frekuensi HasilPosttest………. 55
(14)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen penelitian
A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar………. 68
A.2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar……….. 83
A.3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar. 92 A.4Validitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar………... 93
A.5 Realibilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar………... 94
A.6Tingkat Kesukaran Instrumen penelitian Tes Hasil Belajar…………... 97
A.7Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar……. 98
A.8Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar…. 99 A.9 Soal instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang Dipakai dalam Penelitian……… 100
A.10 Kunci Jawaban Soal Penelitian Tes Hasil Belajar……….... 105
B. Perangkat Pembelajaran B.1 RPP Kelompok Eksperimen……… 106
a. RPPPertemuan Pertama………. 106
b. RPP Pertemuan Kedua………... 109
c. RPP Pertemuan Ketiga………... 112
d. RPP Pertemuan Keempat………... 115
B.2 RPP Kelompok Kontrol……….. 118
a. RPP Pertemuan Pertama………. 118
b. RPP Pertemuan Kedua………... 121
c. RPP Pertemuan Ketiga………... 123
d. RPP Pertemuan Keempat………... 125
B.3 Lembar Kerja Siswa a. LKS Pertemuan Pertama……… 126
a. LKS Pertemuan Kedua……….. 127
b. LKS Pertemuan ketiga………... 129
(15)
ix C. Uji Analisis Data
C.1 Hasil PenelitianPretestKelompok Kontrol dan Eksperimen…………. 133 a. Data Hasil PenelitianSkor PretestKelompok Kontrol……….. 133 b. Tahapan pembuatan Tabel Distribusi FrekuensiPretestKelompok
Kontrol………... 134
c. Persiapan Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPretestKelompok
Kontrol………... 135
d. Tabel Perhitungan Uji NormalitasPretestKelompok Kontrol…….. 136 e. Langkah Perhitungan Uji Normalitas LilieforsPretestKelompok
Kontrol………... 137
f. Data Hasil Penelitian SkorPretestKelompok Eksperimen………… 138 g. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi FrekuensiPretestKelompok
Eksperimen……… 139
h. Persiapan Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPretestKelompok
Eksperimen……… 140
i. Tabel Perhitungan Uji NormalitasPretestKelompok Eksperimen… 141 j. Langkah Perhitungan Uji Normalitas LilieforsPretestKelompok
Eksperimen……… 142
k. Uji HomogenitasPretest……… 143
l. Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-tPretest………. 144 C.2 Hasil PenelitianPosttestKelompok Kontrol dan Eksperimen
a. Data Hasil Penelitian SkorPosttest kelompok Kontrol………. 145 b. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi FrekuensiPosttestKelompok
Kontrol………. 146
c. Persiapan Uji Normalitas dan UJi HomogenitasPosttestKelompok
Kontrol………... 147
d. Tabel Perhitungan Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPosttest
Kelompok Kontrol………... 148
e. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Posttest Kelompok
Kontrol………. 149
(16)
x
g. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok
Eksperimen……….. 152
h. Persiapan Uji Normalitas dan UJi Homogenitas Posttest Kelompok
Eksperimen……….. 153
i. Tabel Perhitungan Uji NormalitasPosttestKelompok Eksperimen…... 154 j. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Posttest Kelompok
Eksperimen……….. 155
k. Uji HomogenitasPosttest………... 157 l. Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-tPosttest……… 158 C.3 Hasil PenelitianN-GainKelompok Kontrol dan Eksperimen
a. Data Hasil Penelitian SkorN-GainKelompok Kontrol……….. 159 b. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelompok
Kontrol………. 160
c. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain Kelompok
Kontrol………. 161
d. Tabel Perhitungan Uji NormalitasN-GainKelompok Kontrol……….. 162 e. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors N-Gain Kelompok
Kontrol………. 163
f. Data Hasil Penelitian SkorN-GainKelompok Eksperimen……… 164 g. Tahapan Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelompok
Eksperimen……….. 165
h. Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas N-Gain Kelompok
Eksperimen……….. 166
i. Tabel Perhitungan Uji NormalitasN-GainKelompok Eksperimen…… 167 j. Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors N-Gain Kelompok
Eksperimen……….. 168
k. Uji HomogenitasN-Gain……… 169
l. Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-tN-Gain………. 170 D. Daftar Tabel
D.1 Tabel Harga Kritik dari rProduct Moment………... 171
(17)
xi
D.3 Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors………... 174
D.4 Tabel Distribusi F……….. 175
D.5 Tabel Nilai “t”………... 177
E. Surat Keterangan E.1 Surat BimbinganSkripsi………. 178
E.2 Surat Permohonan Izin Penelitian………... 179
E.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………... 180
(18)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung terus menerus. Kegiatan mengajar tersebut diselenggarakan pada semua jenis dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Oleh sebab itu sudah sepantasnya pembangunan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang dilakukan oleh pemerintah agar dapat melahirkan generasi bangsa yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi.
Salah satu bentuk evaluasi yang dipakai untuk mengukur tercapainya tujuan belajar adalah melalui Ujian Akhir Nasional (UAN) yang berganti nama menjadi Ujian Nasional (UN). Sejak diberlakukannya sistem ini pada tahun 2003, standar nilai kelulusan terus meningkat. Tahun 2007 standar kelulusan UN sebesar 5,0 menjadi 5,5 pada tahun 2009. Dalam konferensi pers pada Mei 2010 lalu, Mendiknas menyebutkan bahwa angka kelulusan UN di Sekolah Menengah (SMP) tahun 2010 menurun cukup signifikan dibanding UN 2009. DKI Jakarta yang selama ini menjadi barometer pendidikan nasional pun mencatat hasil UN tidak menggembirakan dan masuk dalam salah satu propinsi yang memiliki angka ketidaklulusan yang tertinggi (28,97%). Kecenderungan penurunan angka kelulusan salah satunya adalah karena adanya proses belajar yang tidak efektif yang diakibatkan oleh ketidakmampuan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, fasilitas pendidikan minim, juga ketidakmampuan siswa dalam menyerap pelajaran.1
Hingga kini ilmu fisika masih dinilai sebagai pelajaran yang sulit untuk dikuasai dan membosankan. Oleh karena itu, perlu ada suatu strategi yang dapat
1
Suryana,Hasil UN Tingkat SMP Juga Jeblok, http://suryana77.wordpress.com/2010/05/06/hasil-un-tingkat-smp-juga-jeblok/, 6 Mei 2010.
(19)
menimbulkan minat para siswa untuk mempelajari ilmu fisika serta menumbuhkan satu kesadaran bahwa fisika merupakan pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
Hakikat belajar sains tentu saja tidak cukup sekadar mengingat dan memahami konsep seperti yang ditemukan atau dilakukan oleh para ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Proses penemuan konsep yang melibatkan keterampilan-keterampilan yang mendasar melalui percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan laboratorium.
Pembelajaran fisika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah selama ini ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa (teacher centered). Pembelajaran yang terjadi hanya melakukan perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa dan terkadang guru lebih terfokus pada penghapalan rumus-rumus saja. Akibatnya, siswa menjadi terbebani dan tidak mampu mengaplikasikan rumus tersebut untuk memecahkan persoalan. Selama ini guru hanya mengenal metode ceramah saja yang bisa dilakukan untuk semua tipe atau karakteristik materi pelajaran. Padahal tidaklah demikian, materi fisika berbeda-beda, untuk mengatasi permasalahan tersebut guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik.2
Menurut the buck institute yang dikutip dalam Project-Based Learning for health careers pathway, the san mateo county office of educationdalam challenge 2000 multimedia project website, memberikan beberapa alasan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran proyek:
2
Waras Khamdi, Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, http//lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajran-berbasis-proyek-model-potensial-yntuk-peningkatan-mutu-pembelajaran/,h4
(20)
1. Project based learning, mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka,
2. Project based learning, memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara interdisiplinaritas dimana siswa menerapkan dan mengintegrasikan isi dari setiap disiplin dan segala spek dalam dunia nyata
3. Project based learning, memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk mengembankan hubungan mereka, dimana guru berperan sebagai fasilitator.
4. Project based learning Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun hubungan satu sama lain.3
Salah satu materi yang dibahas dalam fisika adalah ’Bunyi’ yang membahas
mengenai pengertian bunyi. Proses pembelajaran materi tersebut dapat menggunakan model pembelajaran berbasis proyek karena dalam proses pembelajaran siswa dapat berinteraksi langsung dengan objek pembelajaran, yang selama ini hanya diajarkan teori-teori saja tetapi praktek langsung.
Dari uraian di atas, penulis dapat melihat keunggulan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek memegang peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran fisika. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membahas model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika terutama mengenai
materi pelajaran yang terkait dengan ’Bunyi’, Maka dari latar belakang masalah tersebut, skripsi ini diberikan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Masih banyak siswa menilai bahwa ilmu fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk diketahui dan dipahami.
2. Pembelajaran fisika masih ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan aktivitas siswa (teacher centered).
3
(21)
3. Pembelajaran fisika hanya menekankan pada perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa tidak sesuai dengan prinsip dan hakikat fisika itu sendiri (transfer of knowledge).
C. Pembatasan Masalah
Hasil belajar ada tiga aspek yaitu aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik. Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif yang meliputi jenjang ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4).
D. Rumusan Masalah
Mengacu pada identifikasi masalah maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi guru, agar dapat membuka wawasan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam pencapaian hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat mengalami perubahan paradigma tentang belajar sehingga memunculkan semangat dalam dirinya yang berakibat pada pencapaian hasil belajar yang optimal.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam melakukan perbaikan-perbaikan pendekatan pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peran serta guru.
(22)
4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.
(23)
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teorotik
1. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme muncul sebagai alternatif terhadap pendekatan objektivitas yang kurang melibatkan, mengikutsertakan dan membimbing peserta didik untuk aktif belajar. Dasar dari pandangan konstruktivisme adalah anggapan bahwa dalam proses belajar (a) murid-murid tidak menerima begitu saja pengetahuan yang didapatkan mereka dan menyimpannya di kepala, melainkan mereka menerima informasi dari dunia sekelilingnya, kemudian membangun pandangan mereka sendiri tentang pengetahuan yang mereka dapatkan, dan (b) semua pengetahuan disimpan dan digunakan oleh setiap orang melalui pengalaman yang berhubungan dengan ranah pengetahuan tertentu. Konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah dalam menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.4
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dengan menggunakan pengalaman dan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Konsep dasar dari konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan itu tidak dapat dialihkan dari pikiran guru ke pikiran siswa secara utuh tetapi dibangun sendiri oleh peserta didik di dalam kepalanya lebih tepatnya dalam struktur kognitifnya. Konstruktivisme menganggap bahwa peserta didik mulai dari usia kanak-kanak
4
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistis. (Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2007), h 13
(24)
sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan danperistiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya.5
Model konstruktivisme menjelaskan bahwa, pengetahuan tidak pernah dapat diamati secara leluasa. Kenyataannya pengetahuan mestilah diperoleh dari kesadaran seseorang; pengetahuan tidak dapat ditransfer (dipindahkan) dari seseorang kepada orang lain seperti ketika orang mengisi sebuah tong kosong. Pengetahuan tidak seperti kegiatan psikologis lainnya yang dapat digambarkan secara kimia. Selain itu pengetahuan membutuhkan satu kepercayaan (comitment) seseorang dalam mempertanyakan, menjelaskan, dan uji penjelasan sebagai pengabsahannya.6
Menurut konsep konstruktivisme, pengetahuan seseorang bersifat temporer, terus berkembang dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan itu tidak pernah berhenti berkembang. Pengetahuan dalam diri seseorang terbentuk ketika mengalami berbagai macam konflik. Melalui perspektif ini belajar dapat dipahami sebagai proses terbentuknya konflik kognitif yang bergulir dengan sendirinya dalam diri seseorang ketika yang bersangkutan memperoleh pengalaman konkrit, wacana kolaborasi dan kegiatan melakukan refleksi.
Salah satu teori belajar konstruktivisme yang terkenal adalah teori perkembangan Piaget. Teori ini biasa disebut dengan teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget, tingkat perkembangan intelektual atau kognitif anak meliputi empat tingkatan, yaitu: a) tingkat sensorik motoris (0-2 tahun), b) tingkat pra-operasional (2-7 tahun), c) tingkat pra-operasional konkret (7-11 tahun), dan d) tingkat operasi formal (11 tahun–ke atas).7
Berdasarkan kategori di atas siswa pada jenjang pendidikan SMP berada pada tingkat operasi formal, yang memiliki sifat antara lain: pola berpikirnya sudah sistematis, mampu memecahkan masalah dengan berpikir secara hipotesis, deduktif, rasional, abstrak, dan reflektif mengevaluasi informasi. Dari pandangan
5
Paulina Pannen, Konstruktivisme dalam Pembelajaran, (Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka, 2001), h.3
6
Marja Sinurat, Jurnal Teknologi Pendidikan, vol.5, no.3, Desember 2005 , Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, h.86
7
(25)
Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak, dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun perkembangan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.8
Konstruktivisme merupakan teori yang paling mendasar tentang bagaimana siswa mempelajarinya. Siswa membangun pemahaman dan pengetahuan mereka melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ketika siswa mengalami pengalaman yang baru, siswa harus menerima itu dengan ide sebelumnya dan pengalaman yang mereka dapat. Untuk itu, siswa harus membangun pikiran mereka dan menilai tentang apa yang mereka ketahui.
Menurut konstruktivisme belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya berkembang. Proses tersebut bercirikan:
a. Belajar berarti membentuk makna.
b. Konstruksi berarti merupakan proses terus menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih merupakan suatu proses pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya.
f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang telah diketahui siswa: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.9
Dengan demikian belajar menurut konstruktivisme bukanlah kegiatan memindahkan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang berasal dari pemahaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan guru.
8
Muhammad Bani Sukron, Jurnal Widyatama, vol.2, no.4, Desember 2005Pengembangan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains,h.21
9
(26)
2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek a. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project-Based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan berdasarkan pengalaman siswa dalam beraktifitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya.
Berikut pengertianProject-Based Learningmenurut beberapa ahli adalah : 1) PBL adalah model pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman
pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupan siswa.
2) PBL adalah model komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar siswa melakukan riset terhadap permasalahan nyata.
3) PBL adalah model yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas siswa.
4) PBL adalaha model pembelajaran yang berpusat pada aktifitas siswa, mengajak siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.10
Model pembelajaran berbasis proyek dapat dipandang sebagai salah satu model penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan mereflesikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk pengalaman pemberdayaan pengetahuan (meaning making process). Selain itu siswa juga untuk mengalami
tahap pembelajaran yang disebut sebagai “Interactive Research Cycle” yang
10
Michael M. Grant, Getting A Grip on Project Based-Learning: Theory, cases and recomandations,(North Carolina: Meredian A middle School Computer Technologies Journal, vol 5, 2002), h. 1-3.
(27)
terdiri dari tahap pertanyaan, perencanaan, pengumpulan data, mensintesis pengetahuan, dan evaluasi.11
Jadi, dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa untuk dapat memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan investigasi yang mendalam tentang suatu masalah dan mencari suatu solusi yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan proyek, sehingga siswa mengalami proses pembelajarn yang bermakna dengan membangun pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran berbasis proyek juga dikatakan sebagai model pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Dalam pembelajaran berbasis proyek ini berfokus pada pembelajaran yang terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi dalam pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas yang bermakna lainnya, dan memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa.
Model Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran fisika atau sains dimana siswa dalam kelompok diminta membuat atau melakukan suatu proyek bersama, dan mempresentasikan hasil dari proyek itu. Dan proyek ini sendiri diharapkan lebih bersifat membuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat dengan prinsip fisika. Biasanya proyeknya lebih baik bersifat interdisipliner; bukan hanya konsep fisika, tetapi juga sains yang lain yang terkait dan nilai kemanusiaan yang lain.12
Model proyek ini adalah gabungan dari berbagai model pembelajaran seperti belajar bersama, dan lain-lain. Pembelajaran model proyek ini bersifat
11
Agus Sampurno, Penerapan Metode Belajar Aktif dan Pembelajaran Berbasis Proyek,( Jakarta : PT.Rineka Cipta),h.52
12
Agus Sampurno, http:guru kreatif.wordpress.com 2007/09/18/penerapan-metode-belajar-aktif-dalam-pembelajaran-berbasis-proyek/#more-22,h.1
(28)
kontruktivis, yaitu siswa, juga bersifat multiple intelligence, karena siswa menggunakan berbagai intelegensi dalam melakukan proyek yang dilakukan seperti intelegensi matematis-logis, ruang-visual, kinestetik, interpersonal, linguistik, lingkungan, dan lain-lain.13
Model ini biasanya menarik untuk siswa karena biasanyan dilakukan diluar kelas bahkan di luar sekolah, dan berlaku untuk beberapa waktu; bukan terbatas pada satu jam sekolah. Banyak hal dapat didapat dari proyek ini antara lain :
1) Mengerti prinsip fisika lebih mendalam karena melakukan sesuatu 2) Kerjasama dengan teman lebih baik karena melakukan bersama 3) Ada keuntungan yaitu memperoleh hasil dari proyek sendiri.14
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi.
Model Pendekatan proyek merupakan salah satu dari model-model pembelajaran yang membantu siswa menggali informasi, ide-ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan cara-cara menepresikan diri sendiri dengan melihat proyek-proyek yang telah disediakan oleh guru. Selain itu guru juga mengajari bagaimana cara menemukan ide-ide yang berkaitan dengan proyek yang tersedia. Salah satu strategi mengajar yang menekankan keaktifan siswa adalah metode pendekatan proyek. Menurut teori belajar ini, siswa di dalam proses belajar membangun pengetahuaanya sendiri melalui interaksi atas apa yang sudah dimiliki dengan lingkungannya pada situasi baru. Model pembelajaran pendekatan proyek memberi kesempatan kepada siswa untuk menguji gagasannya,
13
Martins yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. (Pamulang : Gaung Persada Pers),2004, h.76
14
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika. (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma), h.126-127
(29)
mengemukakan pendapat berdasarkan pengetahuan awal yang sudah dimiliki sebelumnya dan pengetahuan yang di dapat selama proses belajar berlangsung.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori belajar konstruktivistik. Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.15
b. Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek dilandaskan pada teori yang dipaparkan oleh beberapa ahli, yaitu :
1) John Dewey dan kelas demokratis
Metode proyek berasal dari gagasan John Dewwey tentang konsep
“Learning by doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan
tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu tujuan. Pada John Dewwey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan di mana sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Dewwey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan soaial. Dewwey dan kill Patrick mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri.16
15
http://waraskamdi.com/content/view/52/16,3 Juni 2010
16
(30)
2) Peaget, Vygotsky dan Kontuktrivisme
Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme. Pada konsep inilah dasar pijak pembelajaran berbasis proyek diletakkan. Piaget mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Vygotsky, seperti halnya Piaget percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang, ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman tersebut. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu mengaitkan pengetahuan baru. Namun berbeda dengan Piaget tentang perkembangan intelektual setiap individu yang tanpa memandang latar konteks social. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.17
c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek memiliki lima karakteristik yang merupakan ciri yang dapat membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan model pembelajaran lain, yaitu :
1) Centrality, proyek sebagai pusat atau sentral.
2) Driving Question, Project-Based Learning difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
3) Conscrutive Investigations, proyek harus disesuaikan dengan kemampuan siswa dan proyek yang dijalankan harus memberikan keterampilan dan pengetahuan baru bagi siswa.
17
H.S. Wrigley, Knowledge in Action :The Promise of Project-Based Learning, Focus and Basic, vol.2,Th.2003, h.3
(31)
4) Autonomy, aktifitas siswa sangat penting, siswa sebagai pemberi keputusan dan berperan sebagai pencari solusi (Problem solver).
5) Realisme, kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya atau dunia nyata. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap professional.18
Lima karakteristik dari pembelajaran berbasis proyek yaitu Centrality, Driving Questions, Constructive Investigations, Autonomy, dan Realisme adalah karakter yang harus ada dalam model pembelajaran ini. Karakter ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek mengutamakan aktivitas siswa dalam menghimpun konsep dan pengetahuannya. Lima karakter ini membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan model pembelajaran lainnya.
Model pembelajaran berbasis proyek sering disamakan dengan model lain, seperti model pembelajaran berbasis masalah. Antara dua model tersebut memang memiliki tahap pembelajaran yang hampir sama. Namun, yang membedakan adalah dalam Project Based-learning harus ada proses pembuatan atau pelaksanaan proyek yang sifatnya autentik, konstruktif, dan siswa harus mempelajari keterampilan dasar yang baru dan mengalami peningkatan pengetahuan.19
Proyek merupakan pusat atau sentral dari model pembelajaran ini, oleh karena itu pengerjaan proyek harus terlebih dahulu direncanakan dengan matang. Selain itu, proyek juga harus memiliki karakteristik seperti dibawah ini :
1) Authenticity, proyek harus sesuai dengan permasalahan dan realistik.
2) Academy rigor, proyek harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan dan mengaplikasikan penegtahuan dan keterampilannya, siswa menggunakan metode penelitian ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan menyelesaikan masalah.
18
John W. Thomas,A Review of Research on Project-Based Learning,(California : The Autodesk Foundation,2000),h.3-9
19
Regie Stites, Evaluation of Project Based Learning, (Illnois : Mathematics and Science Academy, 2009), h.3
(32)
3) Applied Learning, proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada peningktan keterampilan menyelesaikan masalah.
4) Adult Relationship, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertemu dan mengobservasi dari ahli yang sesuai dengan bidang masalah.
5) Assesment, penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan hasil atau produk pembelajaran. Hasil akhir dapat berupa presentasi, pameran, portofolio atau laporan.20
MenurutThe Buck Institutuyang dikutip dalamProject Based-Learning for Health Carees Pathwaypembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik : 1) Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerjas.
2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. 3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.
5) Siswa yang mwlakukan evaluasi secara kontinu.
6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan. 7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.21
d. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, dijalankan dengan melalui beberapa tahap pembelajaran atau langkah-langkah kerja. Belum ada ketetapan baku untuk menjalankan tahap-tahap pembelajaran berbasis proyek, namun pada umumnya didasarkan dan mencontoh pada tahap pembelajaran konstruktivisme. Langkah-langkah pembelajaran dalamProject-Based Learning atau pembelajaran Berbasis Proyek sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation(2005) terdiri dari :
21
(33)
1) Start With the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa serta memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
2) Design a Plan for the Project
Perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa, dalam menentukan aturan main pengerjaan proyek. Pada tahap ini guru membantu siswa untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan materi dan permasalahannya.
3) Create a Schedule
Tahap ketika guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam meneyelesaikan proyek.
4) Monitor the Students and the Progress of the Project
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek.
5) Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standard an tujuan belajar.
6) Evaluasi the Experince
Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir proyek yang sudah dijalankan.22
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan proses evaluasi baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
22
The George Lucas Educational Foun dation,Instructional Module Project-Based Learning,htpp//www.edutopia.org.modules/PBL/whatpbl.php.2005
(34)
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pembelajaran.
Tahapan pembelajaran yang dikemukakan di atas menunjukan kerja sama antara guru dan siswa, yang saling memberikan kontribusi dalam proses pembelajaran. Tahapan dalam model pembelajaran berbasis proyek memang belum ada bentuk bakunya. Tahapan pembelajaran berbasis proyek juga didasarkan pada tahap pembelajaran berbasis masalah, yang terdiri dari tujuh fase, yaitu :
1) Good Description, fase dalam menampilkan masalah untuk dipecahkan dan menetapkan tujuan.
2)Specify Criteria, fase dalam menentukan kriteria memecahkan masalah solusi, dan menetukan fokus yang akan dicapai, dan kemampuan apa yang akan dicapai.
3)Background Knowledge, fase untuk menentukan pengetahuan atau konsep yang dibutuhkan, dan mencari informasi kepada ahlinya.
4)Generate ideas, generalisasi konsep dan menyusun hipotesis.
5)Implement Solution, fase dalam mencari dan mengimplementasikan solusi serta membandingkannya dengan solusi lain.
6) Reflect, mengevaluasi seluruh proses pembelajaran mulai dari proses, solusi, dan produk.
7) Generalize, fase untuk menyusun konsep, mengeeralisasi fakta dan pengetahuan menjadi teori.23
Tahap pembelajaran berbasis masalah di atas merupakan salah satu teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun tahapan pembelajaran berbasis proyek. Dalam tahapan pembelajaran berbasis masalah, siswa lebih difokuskan untuk merumuskan solusi dan mengimplementasikannya terhadap konsep lain. Tahapan yang digunakan oleh peneliti adalah tahapan secara umum, yang digunakan dan dicontohkan juga oleh Mike Carbonaro dalam proses pembelajaran proyek lingkungan, yaitu :
23
Frank Kurzel and Michelle Rath, Project Based Learning and Learning Enviroments,
(35)
1) Engage,tahap awal untuk menstimulus siswa dalam mengetahui konsep yang sudah dipahami dan tahap ketika guru memberikan pertanyaan essensial yang memacu siswa untuk berfikir.
2) Explore, kegiatan untuk mencari materi dan sumber informasi sebagai referensi dalam menyelesaikan masalah dan membuat jadwal kerja.
3) Investigate, membandingkan dan memfokuskan solusi yang akan digunakan dalam memecahkan masalah.
4) Create, tahap pembuatan atau pengimplementasian solusi dan tahap dalam menghasilkan suatu produk atau karya.
5) Share,tahap presentasi produk atau karya.
6) Evaluation, tahap evaluasi atau penilaian proses dan hasil belajar.24
Tahap pembelajaran yang terdiri dariengage, explore, investigate, create, share,danevaluationmenekankan proses belajar pada aktivitas siswa. Dalam tiap tahap pelaksanaannya siswa harus lebih aktif dalam proses belajar. Siswa merumuskan informasi dan solusi serta harus dapat menyelesaikan hasil akhir, bisa dalam bentuk produk, presentasi, dan lainnya.
e. Peranan Pengajar dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
Selama berlangsungnya proses pembelajaran berbasis proyek siswa akan mendapat bimbingan dari guru ataupun narasumber lain, yang peranannya adalah sebagai berikut :
1) Mengajar kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman.
2) Memastikan bahwa sebelum mulai setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman-temannya mendengarkan, dan seseorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi.
3) Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok.
4) Memastikan bahwa sesi diskusi kelompok diakhiri dengan self-evaluation.
5) Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan.
6) Memonitor jalannya diskusi dan membuat catatan tentang berbagai masalah yang munculdalam proses belajar, serta mengajar agar proses
24
(36)
belajar terus berlangsung, agar tidak ada tahapan dalam proses belajar yang dilewati atau diabaikan dan agar tiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat.
7) Menjaga motivasi siswa dengan mempertahankan unsure tantangan dalam penyelesaian tugas dan juga mempertahankan untuk mendorong siswa keluar dari kesulitannya.25
Peranan pengajar dalam proses pembelajaran berbasis proyek dari penjelasan yang dijabarkan diatas menunjukkan bahwa pengajar lebih diutamakan berperan sebagai pendamping dan fasilitator. Pengajar harus dapat menjaga proses pembelajaran tetap berlangsung aktif dan terkontrol, walaupun pengajar tidak memiliki otoritas penuh terhadap pengerjaan proyek. Pengajar harus memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan dan saran yang membangunserta membuat proses evaluasi yang baik dan autentik.26
f. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Penggunaan model pemebelajaran berbasis proyek dapat memberikan keuntungan bagi siswa, guru, dan perkembangan kualitas sekolah, seperti yang disebutkan dibawah ini :
1) Mempersiapkan siswa menghadapi dan berkembang sesuai dengan dunia nyata.
2) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting.
3) Menghubungkan pembelajaran di sekolah dengan dunia nyata. Dengan melaksanakan proyek siswa tidak hanya menghafal fakta, namun menghubungkan dan berpikir bagaimana mengaplikasikan ilmu yang dimiliki ke dalam dunia nyata.
4) Membentuk sikap kerja siswa. Dalam mengerjakan proyek siswa diajak untuk saling mendengarkan pendapat dan bernegosiasi untuk mencari solusi.
5) Meningkatkan kemampuan kemampuan komunikasi dan social. 6) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
25
Jennifer Railsback, Project Based-Instruction: Creating Excitement for Learning, (Oregon : Northwest Regional educational Laboratory, 2002), h.23-24
26
(37)
7) Meningkatkan keterampilan siswa untuk menggunakan informasi dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki.
8) Meningkatkan kepercayaan diri siswa.
9) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan teknologi dalam belajar.27 Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran berbasi proyek. Guru di Whasington State menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam kelas matematika dan sains melaporkan bahwa muridnya lebih memiliki semangat belajar ketika mengerjakan proyek. Namun, masih ada kelemahan dan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek, seperti wauktu dan biaya yang lebih banyak dibutuhkan. Bahkan untuk mencapai proses pembelajaran yang maksimal dalam mengimplementasikan Project-Based Learning, diperlukan desain khusus untuk kelas atau sekolah yang menggunakannya. Tahap pembelajaran dalam model pembelajaran proyek ini selalu mengikutsertakan presentasi atau performance, maka dibutuhkan disain sekolah dan kelas yang lebih efektif dan dinamis.28
Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada kelas atau sekolah. Desain khusus untuk sekolah dapat diwujudkan jika keadaan memang ideal. Namun, jika sekolah belum bisa mewujudkan desain kelas atau sekolah yang sesuai dengan karakter pembelajaran berbasis proyek, maka guru atau staf sekolah yang lain dapat memaksimalkan fasilitas yang ada ataupun menyesuaikan dengan kemampuan sekolah dan kemampuan murid. Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, walaupun keadaan terbatas, guru dapat memotivasi siswa dan bermotivasi agar pembelajaran yang bermakna dapat terwujud.29
27
Ibid, h.26-27
28
Mike Carbonaro,Op Cit,h.5
29
(38)
g. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Foundation for the road ahead, keuntungan menggunakan pembelajaran proyek adalah :
1) Meningkatkan motivasi. Sebelum menggunakan pembelajaran proyek kebanyakan sisa menolak menggunakan banyak waktu dan sulit untuk dimintai partisipasinya untuk melakukan proyek.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian untuk meningkatkan keterampilan kognitif siswa amat dibutuhkan dalam tugas-tugas yang memerlukan pemecahan masalah dan instruksional yang spesifik tentang bagaimana memecahkan masalah.
3) Meningkatkan keterampilan penelitian kepustakaan. Kebanyakn proyek yang dikerjakan siswa membutuhkan sejumlah sumber informasi seperti buku-buku teks, dan kamus-kamus. Informasi teknologi termasuk sumber informasi utama yaitu komputer, cd rom, dan internet.
4) Meningkatkan kemampuan kolaborasi. Yang dibutuhkan bekerja dalam sebuah kelompok bagi siswa adalah keterampilan dan berkomunikasi.
5) Meningkatkan sumber keterampilam manajemen. Bagian yang menjadikan pembelajaran bebas adalah dalam mengambil tanggung jawab untuk melengkapi tugas-tugas yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran proyek yang baik memberikan kegiatan instruksi siswa dalam mengatur proyek mereka, dan mengalokasi waktu dan sumber-sumber lainnya seperti perlengkapan untuk melengkapi tugas-tugas yang sudah terjadwal.30
Agar proyek sungguh menarik siswa untuk melakukan dan dapat menambah kedalaman dari pengetahuan mereka, maka beberapa sifat proyek perlu diperhatikan dalam memilih.
1) Proyek harus menantang siswa untuk melakukan dan menyelesaikan.
2) Hasilnya memang sungguh ada gunanya baik untuk masyarakat dan untuk siswa sendiri.
30
Anonim,Fondation for the road ahead : Project Based-Learning and information technology.
(39)
3) Proyek itu tidak terlalu mudah sehingga menantang; tetapi tidak terlalu sulit sehingga dapat diselesaikan.
4) Proyek itu ada unsurnya membuat sesuat atau meneliti sesuatu yang belum biasa dilakukan.
5) Dalam proyek sendiri dimungkinkan beberapa siswa bekerja sama secara intensif.
6) Tentu proyek mengandung prinsip atau nilai fisika, diutamakan membutuhkan beberapa ata banyak pendekatan.
7) Sebaiknya proyeknya bersifat multidisiplin, interdisipliner, sehingga lebih kaya dan siswa dapat mengerti persoalannya secara menyeluruh.31
h. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran berbasis proyek memiliki perbedaan yang nyata dengan pembelajaran bersifat konvensional, antra lain :
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Pembelajaran Konvensional ASPEK PENDIDIKAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PEMBELAJARAN KONVENSIONAL Fokus kurikulum Kedalaman pemahaman Cakupan isi
Pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip
Pengetahuan tentang fakta-fakta
Pengembangan
keterampilan pemecahan masalah kompleks
Belajar keterampilan
“building-block” dalam
isolasi Lingkup dan
Urutan
Mengikuti minat siswa Mengikuti urutan kurikulum secara ketat Unit-unit besar terbentuk
dari problem dan isu yang
Berjalan dari blok ke blok atau unit ke unit
31
(40)
kompleks
Meluas, fokus
interdisipliner
Memuat, fokus berbasis disiplin
Peranan guru Penyedia sumber belajar dan partisipan di dalam kegiatan belajar
Penceramah dan direktur pembelajaran
Pembimbing/partner Ahli Fokus pengukuran Proses dan produk Produk
Pencapaian yang nyata Skor tes Unjuk kerja standard dan
kemauan dari waktu ke waktu
Membandingkan dengan yang lain
Demonstrasi pemahaman Reproduksi informasi Bahan-Bahan
Pembelajaran
Langsung sumber-sumber asli : bahan-bahan tercetak, interview, dokumen, dll
Teks, ceramah, dan presentasi
Data dan bahan
dikembangkan oleh siswa
Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan guru
Penggunaan teknologi
Utama integral Penyokong, periferal Diarahkan siswa Dijalankan guru
Kegunaan untuk
memperluas persentasi siswa atau penguatan kemampuan siswa
Kegunaan untuk
perluasaan persentasi guru
Konteks kelas Siswa bekerja dalam kelompok
Siswa bekerja sendiri
Siswa kolaboratif satu dengan yang lainnya
Siswa berkompetisi satu dengan yang lainnya Siswa mengkonstruksi, Siswa menerima informasi
(41)
berkonstribusi, dan melakukan sintesis informasi
dan guru
Peranan siswa Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oelh diri sendiri
Menjalankan perintah guru
Pepenyaji, integrator, dan penyaji ide
Pengingat dan pengulang fakta
Siswa menentukan tugas mereka sendiri dan bekerja secara independen dalam waktu yang besar
Siswa menerima dan menyelesaikan tugas-tugas laporan pendek
Tujuan jangka pendek
Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang kompleks
Pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi
Tujuan jangka panjang
Dalam pengetahuan Luas pengetahuan Lulusan yang berwatak dan
terampil m engembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hayat.
Lulusan yang memiliki pengertahuan yang berhasil pada tes standard pencapaian belajar
Perbedaan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendeketan pembelajaran yang bersifat tradsional terlihat dalam beberapa aspek, antara lain dari aspek peranan guru dan siswa, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa dan guru bekerja sama dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai partner bagi siswa. Kemudian dalam pembelajaran berbasis proyek proses pembelajaran ditekankan pada aktifitas siswa untuk berhasil menyelesaikan tes atau ujian, tetapi menyiapkan siswa kepada dunia nyata, dan memberikan kesempetan siswa untuk mengembangkan diri dan pengetahuannya32
32
(42)
3. Hakikat Hasil Belajar Fisika a. Hakikat Belajar
Belajar adalah “perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalamanatau latihan yang diperkuat”.33.
Belajar adalah “hasil perubahan mental yang terus menerus sebagaimana kita membuat makna dari pengalaman kita”34.
Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang.35 belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.
Dalam psikologi proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu.36 Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Menurut Slameto belajar adalah “peoses memanusiakan manusia, dimana
hanya belajarlah manusia menemukan dirinya dalam relasinya dengan sesame,
lingkungan dan juga dengan sang pencipta”.37
33
Tata Sudjana,Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, di akses pada 22 Januari 2010, Di http: // Belajar.htm
34 Depdiknas
, Strategi Pembelajaran MIPA.( Direktorat tenaga kependidikan Direktorat jenderal Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Departemen pendidikan nasional, 2008.), h. 24.
35
Zikri Neni, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), Cet. 1, h.76
36
Muhibbin Syah,Op.Cit., h.111
37
Slameto,Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semeste,(Jakarta: Bumi Aksara, 1991, h. 5
(43)
M. Dalyono mendefinisikan belajar adalah “suatu usaha perbuatan yang dilakukan sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya”.38
Belajar adalah “kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.39
Dengan demikian berhasil atau tidaknya tujuan dari belajar tesebut sangat tergantung terhadap proses dalam pembelajaran yang dilaksanakn oleh guru.
Dalam bukunya berjudul Psikologi Pengajaran, W. S. Winkel menyebutkan
bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai serta sikap”.
Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia, karena sebagai mahluk sosial dan berbudaya memerlukan perkembangan yang baik antara dirinya dan lingkungannya, sehingga dengan belajar manusia bisa mengembangkan dirinya. Sebelum menguraikan definisi belajar, maka dijelaskan dahulu konsep belajar. Dalam kamus bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian.
Menurut Zikri Neni Iska ”belajar adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.40
Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini akan membentuk sifat dan juga
38
M. Dalyono,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta 1997), Cet. 1, h. 49.
39
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004). Cet 1, h. 59
40
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkunga, (Kizi Brother’s: Jakarta, 2006), h. 76
(44)
sikap siswa yang nantinya akan di aplikasikan oleh siswa kedalam masyarakat tempat dimana siswa tinggal dan menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
Belajar dapat juga diartikan sebagai proses membangun makna dan pemahaman terhadap informasi atau pengalaman, di mana proses tersebut disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Selain itu, sesorang yang semula tidak tahu menjadi tahu dan akan mengalami perkembangan dalam arah kognitif dalam proses belajar. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, Ini berarti berhsil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan hanya bergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan proses pengumpulan atau suatu fakta dan bentuk informasi atau materi pelajaran, belajar merupakan latihan seperti membaca dan menulis.41
Dari beberapa pendapat tentang definisi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar mengharuskan perubahan pada diri seseorang tersbut, karena belajar merupakan kegiatan yang kompleks dengan melalui proses, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep, sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang tersebut kearah yang lebih baik yang meliputi pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan tingkah laku.
b. Definisi Hasil Belajar
Setelah siswa melaksanakan kegiatan atau proses belajar, maka dilaksanakanlah suatu evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar ini dilaksanakan untuk melihat apakah terdapat perubahan atau tidak pada diri siswa, atau pembelajaran yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Bloom yang dikutip oleh Daryanto, Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.42 Sedangkan menurut Muhibin Syah
41
Muhibin Syah, Psikologi Belajar(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Ed ke 3 h. 64.
42
(45)
evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.43
Adapun tujuan diadakanya evaluasi hasil belajar yaitu:
1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam kurun waktu proses belajar tertentu.
2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
3) Untuk mengetahui tigkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. 4) Untuk mngetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan
kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar.
5) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses mengajar-belajar.44
Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.45
Hasil belajar adalah pola-pola perubahan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom, hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,melainkan komprehensif.
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil yang dicapai siswa, tentunya mengharapkan bahwa semua hasil yang diperoleh itu membentuk suatu sistem nilai (value sistem) yang dapat membentuk kepribadian siswa, sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatannya.
Prosedur hasil belajar membantu guru dalam beberapa hal :
1) Menolong siswa dalam memberikan pengetahuan tentang enter behavior siswa.
2) Menolong dalam menetapkan, memperbaiki dan memperjelas tujuan yang realistis bagi tiap siswa.
43
Muhibin Syah,Op.Cit., h. 175
44
Ibid,h. 176-177
45 Trimo
dan Rusatiningsih. ArtikelMeningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing.22 Januari 2010.
(46)
3) Menolong dalam mengevaluasi tingkat pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
4) Menolong dalam menentukan, mengevaluasi dan memperbaiki teknik-teknik mengajarnya.
5) Membantu memperbaiki informasi tentang kesulitan-kesulitan belajar siswa, kemudian dapat dijadikan petunjuk untuk memperbaikinya.46
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa ssendiri.
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa.
Dari berbagai penjelasan di atas motivasi belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut.47 1) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Faktor Fisiologis
Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
46
Nana Sujana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), h.3
46Muhibin
Syah. Op.
47
(47)
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.
Jadi orang yang sehat akan berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri atas kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya, terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran.
Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh siswa tersebut.
b) Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.48
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini terdiri dari faktor-faktor lingkungan.
a) Faktor-Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu49:
48
Muhibbin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, h.131-138
49
(48)
(1) Lingkungan Sosial
Faktor linkingan sosial juga bisa berwujud manusia dan reprentasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa. Lingungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya juga yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat- alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki. (2) Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.
3) Faktor-Faktor Instrumental
Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Banyak psikolog beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu.
(49)
d. Pengertian Hasil Belajar Fisika.
Fisika/IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.50 Mengingat hal tersebut, fisika bukanlah ilmu pengetahuan statis, akan tetapi sebagai ilmu pengetahuan dinamis. Fisika merupakan pengetahuan fisik yang tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran guru kepikiran siswa, dengan kata lain tidak dapat diteruskan dalam bentuk jadi. Setiap siswa harus membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu dan mengalaminya secara langsung. Pada pelajaran fisika harus dikembangkan keterampilan proses IPA, sehingga proses belajar harus fokus pada keterampilan intelektual.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitin ini yang dimaksud hasil belajar fisika siswa adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah melalui proses pengajaran disekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melalui proses belajar pada akhir materi. Asumsinya adalah pengetahuan yang diajar oleh guru pada mata pelajaran fisika dapat diserap secara optimal oleh siswa sehingga hasil belajar siswa dapat menggambarkan hasil pengajaran.
4. Bunyi
a. Pengertian Bunyi
Bunyi yang dapat didengar senantiasa datang dari suatu sumber bunyi yang melakukan getaran dan merambat berupa gelombang bunyi sampai ke telinga kita. Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal, karena terdiri atas rapatan dan regangan. Bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar atau bunyi merupakan hasil getaran.
50
(50)
b. Sifat-Sifat Bunyi
Bunyi memiliki beberpa sifat diantaranya : 1) Bunyi merupakan hasil getaran
2) Bunyi memerlukan zat perantara untuk merambat 3) Bunyi dapat merambat dalam zat padat, zat cair, dan gas 4) Bunyi dapat dipantulkan51
c. Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi diartikan sebagai hasil bagi antara jarak sumber bunyi ke pendengar dan selang waktu yang dibutuhkan bunyi untuk merambat sampai ke pendengar.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : v =
Keterangan : v = cepat rambat bunyi (m/s)
s = jarak sumber bunyi ke pendengar (m)
t = selang waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat sampai ke pendengar
Seperti halnya berlaku untuk gelombang lain, pada gelombang bunyi juga berlaku rumus:
d. Pengaruh Suhu pada Cepat Rambat Bunyi
Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, semakin besar cepat rambat bunyi, sebaliknya semakin rendah suhu udara semakin kecil cepat rambat bunyi.
Berlaku rumus :
e. Perambatan Bunyi pada Berbagai Zat
51
Nunung Nurhayati, Ringkasan dan Bank Soal Sains Fisika Untuk SMP,(Bandung :Yrama Widya),h.101-102
(51)
Bunyi dapat merambat pada zat padat, zat cair, dan gas. Bunyi merambat paling baik dalam zat padat dan yang paling buruk dalam gas.
f. Jenis-Jenis Bunyi
Antara frekuensi dan amplitudo terhadap bunyi mempunyai hubungan yang erat, karena :
1) Frekuensi yang besar akan menghasilkan bunyi yang tinggi, sedangkan frekuensi yang kecil akan menghasilkan bunyi yang rendah.
2) Amplitudo yang bear akan menghasilkan bunyi yang keras, sedangkan amplitudo yang kecil akan menghasilkan bunyi lemah.
Berdasarkan frekuensinya, bunyi dapat digolongkan atas : (1) Bunyi Infrasonik
Bunyi Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya kurang ari 20 Hz (kurang dari 20 getaran tiap detik). Bunyi infrasonik tidak dapat didengar oleh telinga manusia, melainkan hanya dapat didengar oleh beberapa jenis hewan, misalnya : anjing dan jangkrik.
(2) Bunyi Ultrasonik
Bunyi ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya lebih besar dari 20.000 Hz. Bunyi ini tidak dapat didengarkan oleh telinga manusia. Jenis hewan tertentu misalnya kelelawar, ikan lumba-lumba dapat menimbulkan dan menerima bunyi ultrasonik.
Ultrasonik bayak dimanfaatkan manusia, antara lain untuk : (1) Mertakan campuran logam, pada industri logam
(2) Memusnahkan bakteri pada makanan yang akan diawetkan (3) Meratakan campuran susu agar homogen, pabrik susu (4) Alat kontrol jarak jauh (remote control) pada televisi b) Bunyi Audiosonik
Bunyi audiosonik adalah bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia, yaitu yang frekuensinya antara 20-20.000 Hz.
(1)
Tabel Perhitungan Normalitas
N-gain Kelompok Kontrol
No. Xi Zi Zt F(Zi) S(Zi)
1 0.07 -1.6495 0.4505 0.0495 0.03 0.0195
2 0.08 -1.5979 0.4505 0.0495 0.07 0.0205
3 0.08 -1.5979 0.4505 0.0495 0.10 0.0505
4 0.11 -1.4433 0.4265 0.0735 0.13 0.0565
5 0.19 -1.0309 0.3531 0.1469 0.17 0.0231
6 0.21 -0.9278 0.3531 0.1469 0.20 0.0531
7 0.21 -0.9278 0.3531 0.1469 0.23 0.0831
8 0.23 -0.8247 0.3023 0.1977 0.27 0.0723
9 0.25 -0.7216 0.2734 0.2266 0.30 0.0734
10 0.25 -0.7216 0.2734 0.2266 0.33 0.1034
11 0.26 -0.6701 0.2422 0.2578 0.37 0.1122
12 0.26 -0.6701 0.2422 0.2578 0.40 0.1422
13 0.28 -0.567 0.2088 0.2912 0.43 0.1388
14 0.33 -0.3093 0.1368 0.3632 0.47 0.1068
15 0.33 -0.3093 0.1368 0.3632 0.50 0.1368
16 0.41 0.10309 0.0596 0.5596 0.53 0.0296
17 0.41 0.10309 0.0596 0.5596 0.57 0.0104
18 0.50 0.56701 0.2088 0.7088 0.60 0.1088
19 0.50 0.56701 0.2088 0.7088 0.63 0.0788
20 0.50 0.56701 0.2088 0.7088 0.67 0.0388
21 0.55 0.82474 0.3023 0.8023 0.70 0.1023
22 0.55 0.82474 0.3023 0.8023 0.73 0.0723
23 0.55 0.82474 0.3023 0.8023 0.77 0.0323
24 0.57 0.92784 0.3289 0.8289 0.80 0.0289
25 0.61 1.13402 0.3749 0.8749 0.83 0.0449
26 0.61 1.13402 0.3749 0.8749 0.87 0.0049
27 0.62 1.18557 0.3944 0.8944 0.90 0.0056
28 0.65 1.34021 0.4115 0.9115 0.93 0.0185
29 0.68 1.49485 0.4394 0.9394 0.97 0.0306
30 0.78 2.01031 0.4798 0.9798 1.00 0.0202
11.63
)
(
)
(
Zi
S
Zi
(2)
Langkah Perhitungan Uji Normalitas Liliefors
N-gain Kelompok Kontrol
H
0= Populasi berdistribusi normal
H
1= Populasi berdistribusi tidak normal
Kriteria Hipotesis :
Tolak H
0jika L
0
L
t, Terima H
0jika L
0
L
t1. Kolom Xi
Data diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar
Contoh : Xi = 0.07
2. Kolom Zi
S
X
Xi
Zi
=194
.
0
39
.
0
07
.
0
= -1.6495
3. Kolom Zt
Nilai Zi dikonsultasikan pada F
tab, misalnya : cari -1.64 diperoleh Zt = 0.4505
4. Kolom F(Zi)
Jika Zi negatif, maka F(Zi) = 0.5 - Zt
Jika Zi positif, maka F(Zi) = 0.5 + Zt
Karena nilai Zi = -1.64 maka F(Zi) = 0.5
–
0.4505 = 0.0495
5. Kolom S(Zi)
S(Zi) =
sponden
Jumlah
sponden
Nomor
Re
Re
=
30
1
=0.03
6. Kolom
F
(
Zi
)
S
(
Zi
)
Merupakan selisih harga mutlak dan selisih F(Zi) dan S(Zi)
)
(
)
(
Zi
S
Zi
F
=(
0
.
0495
0
.
03
)
=0.01957. Menentukan harga terbesar dari harga-harga mutlak selisih tersebut untuk
mendapatkan L
0Dari tabel di atas diperoleh Lo = 0.1368 Kemudian bandingkan L
0dengan L
tyang diambil dari tabel harga kritis liliefors. Dari tabel dapat harga L
tuntuk
n=30 pada taraf signifikansi
= 0.05 adalah 0.1610. Dengan demikian H
0diterima karena L
0kurang dari L
t(0.1368
0.1610). Hal ini berarti data nilai
(3)
Uji Homogenitas N-gain
Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menetapkan Hipotesis
H
0= Varians populasi kedua variabel yang homogen
H
a= Varians populasi kedua variabel yang tidak homogen
2. Bagi data menjadi dua kelompok
3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
4. Tentukan F
hitungdengan rumus :
Keterangan :
F
: Homogenitas
V
b: Varians terbesar
V
k: Varians terkecil
5. Tentukan kriteria pengujiannya :
a. Jika F
hitung
F
tabelmaka H
0diterima, yang berarti varians populasi dari
kedua variabel homogen.
b. Jika F
hitung
F
tebelmaka H
aditerima, yang berarti varians populasi dari
kedua variabel tidak homogen.
Dari langkah-langkah diatas diperoleh :
1. Mencari db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil),
diperoleh :
Db1 (pembilang) = n-1 = 30-1 = 29
Db2 (penyebut)
= n-1 = 30-1 = 29
2. Menentukan nilai F
hitung:
Berdasarkan tabel persiapan homogenitas diperoleh varians terbesar adalah
varians dari kelompok kontrol dan varians terkecil dari kelompok eksperimen,
maka V
b=0.040 dan V
k= 0.038
k b
V
V
F
=
038
.
0
040
.
0
= 1.05
3. Menentukan nilai F
tabel:
Dengan menggunakan tabel distribusi F dengan signifikansi 5% didapat F
tabel= 1.85. Dengan demikian 1.05
1.85, maka data homogen.
k b
V
V
F
(4)
Perhitungan dan Pengujian Hipotesis Uji-t N-gain
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan
langkah-langkah perhitungan :
1. Merumuskan hipotesis
H
0:
1:
2H
a:
1
2Keterangan :
1= Rata-rata N-gain siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis
proyek (kelompok eksperimen)
1= Rata-rata N-gain siswa yang diajar dengan konvensional
(kelompok kontrol)
2. Menentukan kriteria penguji
T
hitung
T
tabelH
0ditolak dan H
0diterima jika T
hitung
T
tabel3. Menentukan uji statistik
2 1 2 1
1
1
n
n
dsg
x
x
t
dengan
2
)
1
(
)
1
(
2 1 2 2 1 1
n
n
V
n
V
n
dsg
Keterangan :
x
1=
rata-rata kelompok eksperimen
x
2=
rata-rata kelompok kontrol
dsg
= nilai standar deviasi gabungan
n
1= jumlah siswa kelompok eksperimen
n
2= jumlah siswa kelompok kontrol
2
)
1
(
)
1
(
2 1 2 2 1 1
n
n
V
n
V
n
dsg
=
2
30
30
038
.
0
)
1
30
(
040
.
0
)
1
30
(
= 0.19
2 1 2 11
1
n
n
dsg
x
x
t
=
30
1
30
1
19
.
0
39
.
0
58
.
0
= 3.877
(5)
4. Menentukan T
tabelDengan menggunakan tabel distribusi t didapat T
tabel= 2.00 pada derajat
kebebasan (dk) = (
n
1+n
2)-2 = (30+30)-2 = 58
Dengan demikian t
hitung
t
tabel(3.877
2.00) maka H
0diterima berarti rata-rata
N-gain
siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sama
dengan rata-rata siswa yang menggunakan konvensional.
(6)