Pengaruh Defisiensi Vitamin A Pada Mata.
ABSTRAK
Defisiensi vitamin A masih merupakan masalah nasional di Indonesia, dikarenakan beberapa faktor yaitu ketidaktahuan dan ketidak mengertian dari masyarakat, kurangnya penerangan yang diberikan ke masyarakat luas, dan kemiskinan hidup rakyat Indonesia.
Definisi
vitamin A pada mata disebut xeroftalmia. Insidens tertinggi ditemukan pada anak usia 2-5 tahun.Defisiensi vitamin A terdiri dari gejala klinis yaitu: rabun senja, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea. Stadium ini reversibel sedangkan ulcus kornea
dan
keratomalasia merupakan stadium irreversible karena dapat menyebabkan kebutaan total pada mata.Diagnosis ditemkan kadar serum vitamin A lebih rendah dari harga normal 50-70 IU/L.
Pengobatan xeroftalmia dengan memberikan vitamin A pada hari pertama dosis 200.000 SI atau dosis 100.000 SI intramuscular. Pada hari kedua diberikan dosis 200.000 SI vitamin A peroral. Sebelum dipulangkan atau gejala klinis memburuk atau dalam 2-4 minggu saat diagnosa ditegakkan berikan dosis 300.000 vitamin A SI peroral.
Pencegahan dini ialah dengan memberikan makanan yang kaya vitamin A. Beri dosis massive vitamin A 200,000 IU dalam bentuk emulsi dua kali dalam setahun atau dosis 300.000
IU
dalam satu kali setahun. Berikan dosis vitamin A 100.000IU
pada setiap 6 bulan pada anak usia 2-5 tahun walaupun tidak menunjukkan defisiensi vitamin A.(2)
ABSTRACT
Vitamin A dificiency still becomes a national problem in Indonesia, because of several factors : there are many people who don’t know and don’t understand about it, the information about vitamin A is not widely known in our country, and because of the poverty of Indonesian people.
Vitamin A deficiency of the eye is called xeroftalmia. The highhest incidency is usually found in 2-5 years old children.
Vitamin A deficiency consists of clinical signs such as : night blindness, xerosis conjunctiva, bitot spot, xerosis cornea. These stadiums are reversible, meanwhile ulcus cornea and keratomalacia are irreversible, because it can cause total blindness.
Diagnosis was found
if
the serum value of vitamin A is lower than normal value of 50- 70 UI/L.The treatment of xeroftalmia is given by the vitamin A on the first day diagnosis, with a dosage of 200.000 UI or 100.000 UI intramusculuar. On the second day, give 200.000 UI vitamin A orally. Before the patient is permitted to go home or the clinical signs are worse or in 2-4 weeks after diagnosis, give the vitamin A 200.000 UI orally.
In the early prevention we can give food rich in vitamin A. Give a massive dose of vitamin A 200.000 UI emulsion 2 times a year or 300.000 UI once a year. Give the vitamin A 100.000 UI every 4 months to the children at the of age of 2-5 years old, although they don’t show a deficiency of vitamin A.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR DIAGRAM viii
DAFTAR ISI ix
BAB I
.
PENDAHULUAN 11.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. IDENTIFIKASI MASAL
AH
21.3. MAKSUD DAN TUJUAN 2
1.4.
KEGUNAAN
STUDI PUST AKA 31.5. METODOLOGI STUDI PUST AKA 3
1.6. LOKASI DAN WAKTU 3
BAB II. TINJAUAN PUSTA
KA
42.1. SEJARAH 2.2. SIFAT KIMIA
2.3. SATUAN YANG DIG UNAKAN
2.4. ABSORBSI, TRANSPORTASI DAN METABOLISME 2.5. FUNGSI VITAMIN A PADA PENGLIHAT AN
2.6. ANGKA KECUKUPAN GIZI YANGDIANJ URKAN 2.7. SUMBER
2.8. PENGARUH DEFISIENSI VITAMIN A PADA MATA 2.9. PATOLOGI
2.9. GAMBARAN KLINIS 2.11. DIAGNOSIS 4 4 5 6 9 11 12 14 16 16 18
(4)
2.12. PENGOBATAN 18
2.13.PENCEGAHAN DANPENANGGULANG AN 20
BAB
.
III.
KESIMPULAN DAN SARAN 213.1. KESIMPULAN 21
3.2. S A R A N 22
BAB.IV.DAFTAR PUSTA
KA
24(5)
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1 .
2 . Angka kecukupan yang dianjurkan untuk vitamin A 11
3 . 4 .
Satuan vitamin A dan ekivalenya 6
Nilai vitamin A dalam berbagai bahan makanan 13 Jadwal pengobatan xeroftalmia sesuai klasifikasi WHO 1982 19
(6)
DAFTAR DIAGRAM
Gambar Halaman
1 .
2. Peranan vitamin A dalam penyesuaian cahaya remang.. .10
Alur transport vitamin A didalam tubuh.. .8
(7)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia sekarang ini masih mengalami krisis moneter yang berkepanjangan. Banyak yang kehilangan pekerjaan dan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak. Semua ini berdampak pada penghasilan keluarga yang semakin berkurang, malah banyak pula kehilangan penghasilan.
Akibatnya penduduk Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan diperkirakan 49,8 juta jiwa dan merupakan 24,2 YO dari total penduduk Indonesia
pada tahun 1998, jumlah ini akan semakin meningkat sampai tahun mendatang . Akibat krisis moneter dan kemiskinan masyarakat, j umlah balita yang mengalami kekurangan gizi meningkat sebanyak 8,1 I persen pada tahun 1999. Menurut WHO kebutaan sebanyak 3 juta jiwa anak akibat kurang vitamin A pada tahun 1992 di Indonesia ialah 0,35 YO X1B ( bercak bitot ), X2/X3 ( xerosis korneal
Keratomalasia ) dan XS ( parut Kornea ) yaitu 0 %. Kurang vitamin A merupakan masalah nasional saat ini karena ditemukan X1B > 0,5 YO. Saat ini
pada tahap subklinik ditemukan 50,O % anak balita menunjukkan kadar serum
vitamin A rendah yaitu 20
Penyebab masalah kurang vitamin A adalah kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang makanan yang mengandung vitamin Anak balita mengalami gejala klinis dari ringan sampai berat yaitu kebutaan akibat defisiensi vitamin A pada mata. Jika tidak segera diobati maka kebutaan akan berpengaruh pada anak di usia sekolah dan juga akan membebani keluarga dan masyarakat sekitarnya. Sehingga masalah ini perlu diperhatikan dan sangat perlu kerj asama
(8)
dari berbagai instansi kesehatan, pemerintah , non pemerintah, baik dalam bidang ekonomi , politik dan masyarakat itu sendiri.
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, yang dikenal sebagai Vitamin A berfungsi sebagai pembentukan dan pemeliharaan kesehatan gigi, tulang, jaringan lunak, membrane mukosa dan kulit serta pada penglihatan. Beta karoten memiliki antioxidant yang merupakan prekursor yang penting dari vitamin A yang berasal dari tumbuhan.
2
Defisiensi vitamin A pada mata disebut xeroftalmia. Defisiensi vitamin A banyak menyerang usia anak-anak umur 2-5 tahun yang membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit hususnya adalah kelainan mata. 3
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Apakah sumber bahan makanan yang mengandung vitamin A perlu dikomsumsi sebagai pencegahan terhadap defisiensi vitamin A pada mata pada usia anak umur 2 - 5 tahun ?
Apakah dalam tiaptiap sumber bahan makanan mengandung kadar vitamin A?
Kelainan mata apa yang terjadi akibat defisiensi vitamin A? Mengapa dapat terjadi defisiensi vitamin A?
Berapakah dosis vitamin A yang dapat diberikan untuk pencegahan kelainan mata akibat defisiensi vitamin A dan berapa dosis pengobatan nya ?
1.3. MAKSUD
DAN
TUJUANTuj uan khusus adalah sangat perlunya mengkomsumsi bahan makanan yang mengandung vitamin A yang dikenal sebagai karoten untuk mencegah defisiensi vitamin A pada mata pada usia anak umur 2 - 5 tahun. Dosis vitamin A diberikan
(9)
50.000 IU/kg bb tidak melebihi 300.000
IU
yang diberikan 100.000IU
setiap minggu. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kelainan pada mata yaitu xeroftafmia. Sumber vitamin A dapat berasal dari nabati dan hewani. 2,3Tujuan umum makalah ini adalah untuk membantu masyarakat mengetahui pentingnya mengkomsumsi vitamin A sejak dini dan resiko akibat defisiensi vitamin A pada mata pada usia anak 2 - 5 tahun.
1.4.
KEGUNAAN
STUDI PUSTAKAMencari dan mengumpulkan informasi dan berbagai sumber studi pustaka mengenai defisiensi vitamin A pada mata dan membantu masyarakat untuk mengetahui betapa pentingnya vitamin A dikomsumsi sejak dini dan resikonya pada anak usia balita.
1.5. METODOLOGI Metodologi studi pustaka.
1.6. LOKASI DAN WAKTU
Perpustakaan Fakultas Kedokteran Maranatha dan perpustakaan Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung.
(10)
BAB
III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Sumber bahan makanan yang mengandung vitamin A sangat perlu dan bermanfaat untuk dikomsumsi oleh balita sebagai pencegahan terhadap defisiensi vitamin A.
Bahan makanan mengandung kadar vitamin A yang berbeda-beda, normal kebutuhan vitamin A yang dikomsumsi oleh tubuh 5000 - 7000 IU dalam
keadaan tubuh yang sehat.
Defisiensi vitamin A disebut xeroftalmia dengan gejala yang ringan sampai berat. Gejala ringan : buta senja ( night blindness ), xerosis
konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, xerosis dengan ulcus kornea atau keratomalasia, parut ( scar ) xeroftalmia, fundus xeroftalmia dan gejala paling berat adalah kebutaan.
Pengaruh defisiensi vitamin A tejadi karena ketidaktahuan masyarakat karena pendidikannya yang kurang, tidak ada penerangan mengenai manfaat vitamin A, kepercayaan masyarakat , krisis ekonomi, tidak tahu makanan apa saja yang mengandung vitamin A.
Pencegahan dini defisiensi vitamin A dengan memberikan sumber makanan yang mengandung vitamin A pangan hewani dan pangan nabati pada usia balita. Memberikan minyak kelapa sawit kurang lebih 4 cc sehari pada balita, sehingga frekwensi defisiensi vitamin A menurun dan serum vitamin A meningkat dengan nyata. Beri massive dose vitamin A 200.000.UI dalam bentuk emulsi dua kali dalam setahun pada anak-anak balita atau 300.000 UI dalam setahun akan memberikan perlindungan terhadap kekurangan vitamin A. Memanfaatkan karoten dengan memberikan makanan yang mengandung karoten atau memberikan sejumlah vitamin A melalui garam komsumsi. Diberikan vitamin A dose
(11)
100.000 unit setiap 6 bulan pada anak-anak balita walaupun tidak menunjukan kekurangan vitamin A.
Pengobatan sesuai kriteria WHO tahun 1982 yaitu segera setelah diagnosis ditegakkan diberi: 200.000 SI vitamin A peroral atau 100.000 SI intramuscular. Hari ke 2: 200.000 SI vitamin A peroral . Sebelum dipulangkan atau klinis memburuk atau 2-4 minggu dari saat diagnosa dtegakkan : 200.000 SI vitamin Aperoral.
3.2. SARAN
Untuk mencegah kebutaan usia balita yang merupakan gejala berat dari penyakit xeroftalmia. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu:
Mencari dan mengenali gejala defisiensi vitamin A pada mata.
Pengobatan segera anak balita dengan vitamin A yang disertai gejala xeroftalmia.
Pengobatan semua anak usia balita yang disertai penyakit seperti campak
( measles ), diarrhrea persisten , cacar air ( chicken pox ) dan malnutrisi. Pencegahan defisiensi vitamin A dengan intake vitamin A bagi ibu hamil, bayi dan anak-anak.
Perlunya kerjasama di berbagai lintas sektoral yaitu departemen kesehatan khususnya dalam program puskesmas dan posyandu, pemerintahan yang khususnya politik dan ekonomi, organisasi non pemerintah untuk mencegah defisiensi vitamin A dan mengobatinya sehingga anak usia balita dengan defisiensi vitamin A semakin menurun .
(12)
Semua langkah ini akan membantu mencegah dan mengobati xeroftalmia sebelum semuanya menjadi berat dan tidak dapat diobati lagi. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan manfaat vitamin A yang sangat penting bagi anak usia balita. Bersyukur pada Tuhan karena pemberian vitamin A dosis 100.000 unit setiap 6 bulan pada anak balita walaupun tidak menunjukan kekurangan vitamin A melalui program pemberian imunisasi di Puskesmas dan Posyandu selama bulan Febuari dan Agustus di beberapa lokasi yang masih dapat terjangkau. Tapi alangkah sangat baiknya jika sampai ke daerah pendalaman, yang selama ini belum tercapai. Pendidikan dan penerangan juga sangat penting diberikan pada masyarakat, agar mereka mengerti dan memahami kebutuhan gizi anak mereka sendiri .
(13)
BAB
lV
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.Bening kliping. P emimpin mendatang anak kurang gizi. Kesehatan. edisi 92. minggu I. january 2000.
Matsier A.S. Vitamin A dalam Prinsip dasar ilmu gizi. 2001; 153-156: Ilyas S. Difeisiensi vitamin A. 2000; 135-137.
Olson J.A. Vitamin A dalam Nasoetion A.H. , Darwin. Pengetahuan gizi muktahir vitamin A . cetakan 2. 1991; 3-43.
Donald S. Mc laren, Burman D. Textbook of Pediatic nurition. Ney york. Stare F. J., Mc. Williams. M. Living nutition. 1984 ; 177-178: 221: 265: 381: 610.
Voughan D. , Asbuny t. General opthalmology. 1980; 465-487. Vitamin A . copyright bookman pres. 1998. htpp//www. yahoo.com.
Padi trasgenik dengan vitamin dan zat besi. 1 Agustus 1999. htpp//www. yahoo.com.
162: 303-307.
1976 ; 13:80: 148-154.
10. Markum A.H. Defisiensi vitamin A dalam buku Ajar Kesehatan Anak. 1 1, Luke B. Principle of nutrition and therapy. 1984; 135-1 4 1 : 15 1
12. Web MD health. Vitamin A dalam vitamins and other nutrition. 1999. 13. Soetiotomo A. D. Ilmu gizi. 1987; 101-1 14.
14. Ilyas S. Sari ilmupenyakit mata. FKUI. 1981; 202-204.
15. Donald S. Mc Laren, Burman D. Keracunan dan kekurangan vitamin A. 16. Hassan R., Alatal H. Buku kuliah Ilmu kesehatan difisiensi vitamin A, 17. Vaughan D. , Asbuny T. General opthalmology. 9 1980; 465-487. 18. International Eye Foundation. Chillhood blindness and vitamin A . 2000.
htpp//www. yahoo.com.
19. Chandra S., Wagh R.N. Experinces with the school health in Tribal villages of Easterni of Mahatastra, India, three aspect. 2000. htpp//www. yahoo. com.
20. Akbar P.A. Xerophthalmia dalam kumpulan kuliah Ilmu Mata. UNPAD. 2 1. Gilberth C. Preventing blindness, chillhood blindness. Unit departement of Preventing Opthalmplogy. Institute of opthalmology, bath street,. London ECV V9WL, UK. 1999. yahoo.com.
22. Etjang I. Ilmu kesehatan masyarakat. Pt Citra Aditya Bakti. Bandung. 23. Adler. Textbook of Opthalmology, Xerophthalmia. 7
FKUI.1996; 122: 171-174.
htpp//www. yahoo.com.
1986; 22-40.
xeropthalmia. FKUI. 1998; 344-247.
1990; 1446- 1456.
1993; 123-125.
(14)
24. International Eye Foundation. Xerophthalmia. 2000. htpp//www. 25. Lowrence C. A. , Turney M. dkk. Medical diagnosis and threatment. . 26. Vaughan D. , Asburry T. Othalmology umum. jilid I. 1992; 54-55. 27. World Health Organization. The global vision health crisis avoidable
blindnesss, vitamin A difisiency. Lighthouse International. 1999. htpp//www. yahoo.com.
28. Thomson Micromedex Health care. Vitamin A systemic. 2000. htpp//www. yahoo. com.
29. Duncan : Diseuse of metabolism. 1969; 1280-1286.
30. Adam. Vitamin A . 2000. htpp//www.yahoo.com yahoo.com.
1995; 167: 1071-1072.
(1)
50.000 IU/kg bb tidak melebihi 300.000 IU yang diberikan 100.000 IU setiap minggu. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kelainan pada mata yaitu xeroftafmia. Sumber vitamin A dapat berasal dari nabati dan hewani. 2,3
Tujuan umum makalah ini adalah untuk membantu masyarakat mengetahui pentingnya mengkomsumsi vitamin A sejak dini dan resiko akibat defisiensi vitamin A pada mata pada usia anak 2 - 5 tahun.
1.4. KEGUNAAN STUDI PUSTAKA
Mencari dan mengumpulkan informasi dan berbagai sumber studi pustaka mengenai defisiensi vitamin A pada mata dan membantu masyarakat untuk mengetahui betapa pentingnya vitamin A dikomsumsi sejak dini dan resikonya pada anak usia balita.
1.5. METODOLOGI Metodologi studi pustaka.
1.6. LOKASI DAN WAKTU
Perpustakaan Fakultas Kedokteran Maranatha dan perpustakaan Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung.
(2)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Sumber bahan makanan yang mengandung vitamin A sangat perlu dan bermanfaat untuk dikomsumsi oleh balita sebagai pencegahan terhadap defisiensi vitamin A.
Bahan makanan mengandung kadar vitamin A yang berbeda-beda, normal kebutuhan vitamin A yang dikomsumsi oleh tubuh 5000 - 7000 IU dalam keadaan tubuh yang sehat.
Defisiensi vitamin A disebut xeroftalmia dengan gejala yang ringan sampai berat. Gejala ringan : buta senja ( night blindness ), xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, xerosis dengan ulcus kornea atau
keratomalasia, parut ( scar ) xeroftalmia, fundus xeroftalmia dan gejala paling berat adalah kebutaan.
Pengaruh defisiensi vitamin A tejadi karena ketidaktahuan masyarakat karena pendidikannya yang kurang, tidak ada penerangan mengenai manfaat vitamin A, kepercayaan masyarakat
,
krisis ekonomi, tidak tahu makanan apa saja yang mengandung vitamin A.Pencegahan dini defisiensi vitamin A dengan memberikan sumber makanan yang mengandung vitamin A pangan hewani dan pangan nabati pada usia balita. Memberikan minyak kelapa sawit kurang lebih 4 cc sehari pada balita, sehingga frekwensi defisiensi vitamin A menurun dan serum vitamin A meningkat dengan nyata. Beri massive dose vitamin A 200.000.UI dalam bentuk emulsi dua kali dalam setahun pada anak-anak balita atau 300.000 UI dalam setahun akan memberikan perlindungan terhadap kekurangan vitamin A. Memanfaatkan karoten dengan memberikan makanan yang mengandung karoten atau memberikan sejumlah vitamin A melalui garam komsumsi. Diberikan vitamin A dose
(3)
100.000 unit setiap 6 bulan pada anak-anak balita walaupun tidak menunjukan kekurangan vitamin A.
Pengobatan sesuai kriteria WHO tahun 1982 yaitu segera setelah diagnosis ditegakkan diberi: 200.000 SI vitamin A peroral atau 100.000 SI
intramuscular. Hari ke 2: 200.000 SI vitamin A peroral . Sebelum dipulangkan atau klinis memburuk atau 2-4 minggu dari saat diagnosa dtegakkan : 200.000 SI vitamin Aperoral.
3.2. SARAN
Untuk mencegah kebutaan usia balita yang merupakan gejala berat dari penyakit
xeroftalmia. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu:
Mencari dan mengenali gejala defisiensi vitamin A pada mata.
Pengobatan segera anak balita dengan vitamin A yang disertai gejala
xeroftalmia.
Pengobatan semua anak usia balita yang disertai penyakit seperti campak ( measles ), diarrhrea persisten , cacar air ( chicken pox ) dan malnutrisi. Pencegahan defisiensi vitamin A dengan intake vitamin A bagi ibu hamil, bayi dan anak-anak.
Perlunya kerjasama di berbagai lintas sektoral yaitu departemen kesehatan khususnya dalam program puskesmas dan posyandu, pemerintahan yang khususnya politik dan ekonomi, organisasi non pemerintah untuk mencegah defisiensi vitamin A dan mengobatinya sehingga anak usia balita dengan defisiensi vitamin A semakin menurun .
(4)
Semua langkah ini akan membantu mencegah dan mengobati xeroftalmia
sebelum semuanya menjadi berat dan tidak dapat diobati lagi. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan manfaat vitamin A yang sangat penting bagi anak usia balita. Bersyukur pada Tuhan karena pemberian vitamin A dosis 100.000 unit setiap 6 bulan pada anak balita walaupun tidak menunjukan kekurangan vitamin A melalui program pemberian imunisasi di Puskesmas dan Posyandu selama bulan Febuari dan Agustus di beberapa lokasi yang masih dapat terjangkau. Tapi alangkah sangat baiknya jika sampai ke daerah pendalaman, yang selama ini belum tercapai. Pendidikan dan penerangan juga sangat penting diberikan pada masyarakat, agar mereka mengerti dan memahami kebutuhan gizi anak mereka sendiri .
(5)
BAB lV DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Bening kliping. P emimpin mendatang anak kurang gizi. Kesehatan. edisi 92. minggu I. january 2000.
Matsier A.S. Vitamin A dalam Prinsip dasar ilmu gizi. 2001; 153-156:
Ilyas S. Difeisiensi vitamin A. 2000; 135-137.
Olson J.A. Vitamin A dalam Nasoetion A.H. , Darwin. Pengetahuan gizi muktahir vitamin A . cetakan 2. 1991; 3-43.
Donald S. Mc laren, Burman D. Textbook of Pediatic nurition. Ney york. Stare F. J., Mc. Williams. M. Living nutition. 1984 ; 177-178: 221: 265: 381: 610.
Voughan D. , Asbuny t. General opthalmology. 1980; 465-487. Vitamin A . copyright bookman pres. 1998. htpp//www. yahoo.com.
Padi trasgenik dengan vitamin dan zat besi. 1 Agustus 1999. htpp//www. yahoo.com.
162: 303-307.
1976 ; 13:80: 148-154.
10. Markum A.H. Defisiensi vitamin A dalam buku Ajar Kesehatan Anak.
1 1, Luke B. Principle of nutrition and therapy. 1984; 135-1 4 1 : 15 1
12. Web MD health. Vitamin A dalam vitamins and other nutrition. 1999. 13. Soetiotomo A. D. Ilmu gizi. 1987; 101-1 14.
14. Ilyas S. Sari ilmupenyakit mata. FKUI. 1981; 202-204.
15. Donald S. Mc Laren, Burman D. Keracunan dan kekurangan vitamin A. 16. Hassan R., Alatal
H.
Buku kuliah Ilmu kesehatan difisiensi vitamin A,17. Vaughan D. , Asbuny T. General opthalmology. 9 1980; 465-487. 18. International Eye Foundation. Chillhood blindness and vitamin A . 2000.
htpp//www. yahoo.com.
19. Chandra S., Wagh R.N. Experinces with the school health in Tribal villages of Easterni of Mahatastra, India, three aspect. 2000. htpp//www. yahoo. com.
20. Akbar P.A. Xerophthalmia dalam kumpulan kuliah Ilmu Mata. UNPAD. 2 1. Gilberth C. Preventing blindness, chillhood blindness. Unit departement of Preventing Opthalmplogy. Institute of opthalmology, bath street,. London ECV V9WL, UK. 1999. yahoo.com.
22. Etjang I. Ilmu kesehatan masyarakat. Pt Citra Aditya Bakti. Bandung.
23. Adler. Textbook
of Opthalmology, Xerophthalmia.7
FKUI.1996; 122: 171-174.
htpp//www. yahoo.com.
1986; 22-40.
xeropthalmia. FKUI. 1998; 344-247.
1990; 1446- 1456.
1993; 123-125.
(6)
24. International Eye Foundation. Xerophthalmia. 2000. htpp//www. 25. Lowrence C. A. , Turney
M.
dkk. Medical diagnosis and threatment. . 26. VaughanD.
, Asburry T. Othalmology umum. jilid I. 1992; 54-55. 27. World Health Organization. The global vision health crisis avoidableblindnesss, vitamin A difisiency. Lighthouse International. 1999. htpp//www. yahoo.com.
28. Thomson Micromedex Health care. Vitamin A systemic. 2000. htpp//www. yahoo. com.
29. Duncan : Diseuse of metabolism. 1969; 1280-1286. 30. Adam. Vitamin A . 2000. htpp//www.yahoo.com
yahoo.com.