PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STUDENT Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Pada Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 5 Surakarta Tahun

(1)

SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

PUBLIKASI ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:

BAGUS WAHYONO A 310 070 213

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012


(2)

(3)

(4)

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TEKNIK STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 Bagus Wahyono

A 310 70 213

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan pemanfaatan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta, (2) mengetahui pemanfaatan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Objek dalam penelitian ini adalah Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif teknik student teams achievement divisions (STAD) untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 5 Surakarta Tahun ajaran 2011/2012. Data dalam penelitian ini berupa hasil dari pemanfaatan model STAD yang diterapkan pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 5 Surakarta. Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik Tes, observasi, dokumentasi, wawancara.

Berdasarkan analisis struktur dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta, ada peningkatan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik pembelajaran STAD dari siklus I sampai siklus II. Penerapan metode STAD dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Penerapan metode STAD terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan April 2012.

Peningkatan kemampuan menulis narasi dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta melalui 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II mengalami peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi pada siklus I dan siklus II yang terbukti dengan tercapainya semua indikator pembelajaran yang telah direncanakan.


(5)

A. PENDAHULUAN

Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk lainnya. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan, bahasa merupakan pembeda dengan mahluk lainnya, bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa seseorang. Pamuju (2001: 148) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan lainnya.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan, 2006:4). Menulis juga merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang- kurangnya ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, di antaranya: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi tulisan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya (dalam http://re-serchengines.com/2011.html).

Ciri yang menonjol dari belajar kooperatif model STAD terletak pada pola belajarnya yang bersifat imitatif, interaksi berbahasa dalam konteks masyarakat yang luas dimodifikasikan dalam kelompok-kelompok yang kecil. Dalam kelompok kecil itu, siswa dituntut saling ketergantungan positif, saling komunikasi, saling bekerja sama, dan bertanggung jawab. Suasana itu menciptakan saling bertanya dan merespons pertanyaan di antara siswa secara langsung. Lewat bertanya dan merespons pertanyaan, menjadi perangsang bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan kebahasaannya dalam berbagai kombinasi untuk mengungkapkan pikirannya.

Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah perlu dilakukannya upaya pemanfaatan model pembelajaran kooperatif teknik Student Teams Achevement Divisions (STAD) untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 5 Surakarta.

B. METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas, sesuai dengan pendapat Kemmis dan Tagart dalam Aqib (2006:12) penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian yang dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru ekonomi, dan peneliti di lingkumgan sekolah. Proses penelitian berbentuk siklus yang mengacu pada pendapat Aqib (2006:26). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Tiap siklus memiliki serangkaian langkah yang membentuk sepiral, dimana setiap langkah memiliki empat tahap yang terdiri dari: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).


(6)

2

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum SMP Negeri 5 Surakarta A. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 5 Surakarta

Sejarah SMP Negeri 5 Surakarta dimulai saat terjadi revolusi fisik (1945-1948), bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya terhadap bangsa Belanda yang hendak menjajah bangsa Indonesia kembali. Para pelajar dan mahasiswa terjun ke medan perang untuk membela Negara yang diduduki oleh penjajah. Sekelompok mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) yang ada di Surakarta, karena belum dapat melaksanakan kuliahnya berusaha mendidik bangsanya melalui lembaga sekolah. Mereka mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tanggal 1 Desember 1945 di Kampung Kauman sebelah utara Masjid Besar Surakarta (Arsip SMP Negeri 5 Surakarta Tahun 2012).

Bulan Mei 1950 tersiar berita bahwa Belanda akan meninggalkan daerah Surakarta dan Yogyakarta, maka Bapak Slamet Martadinata selaku kepala perwakilan sementara di Surakarta berkenan membuka Sekolah Menengah Pertama Negeri yaitu, SMP N 1, SMP N 2, SMP N 3, dan SMP N 4 Surakarta. SMP yang sudah ada belum mencukupi kebutuhan padahal para pelajar perlu kembali ke sekolah, agar dapat menampungnya pemerintah perlu membuka 2 SMP Negeri lagi.).

Akhirnya SMP Negeri 5 Surakarta mendapatkan gedung sekolah di depan Istana Mangkunegaran sampai sekarang. Adapun yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah SMP Negeri 5 Surakarta, yaitu (Arsip SMP Negeri 5 Surakarta Tahun 2012):

a. Bapak Sadikin Prawiradiharjo (1950 – 1960) b. Bapak Dei Kon Han (1960 – 1963) c. Bapak Ismahun (1963 – 1967) d. Bapak R.M. Hardiyatmo (1967 – 1972) e. Bapak Mulyadi, B.A (1972 – 1973) f. Bapak Rf. Rahulo Mangun K. (1973 – 1975) g. Bapak Sundoko, B.A (1975 – 1983) h. Bapak KS. Broto Atmojo (1983 – 1991) i. Bapak Drs. Sukardji Atmowiloto (1991 – 1995) j. Bapak Drs. Katri Djatmiko (1995 – 2002) k. Ibu Dra. Muryati (2002 – 2010) l. Bapak Djoko Trismono, M.Pd (2010 – Sekarang) B. Visi dan Misi

SMP Negeri 5 Surakarta mempunyai luas tanah 2820 m2 dan luas bangunannya 2363 m2, dengan status milik sendiri. SMP Negeri 5 Surakarta memiliki Visi “Unggul dalam prestasi, santun, dalam perilaku dan agamis”. Sedangkan Misi dari SMP Negeri 5 Surakarta ada 5 yaitu (Arsip SMP Negeri 5 Surakarta Tahun 2012):

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b. Menumbuhkan etos kerja secara efektif kepada seluruh elemen sekolah untuk berprestasi secara optimal.

c. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.


(7)

d. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya serta penghayatan terhadap budaya bangsanya, sehingga menjadi sumber pedoman kearifan perilaku.

e. Menerapkan manajemen partisipasif yang melibatkan seluruh elemen warga sekolah dan stake holder sekolah.

C. Keadaan Guru dan Siswa

SMP Negeri 5 Surakarta mempunyai guru sebanyak 48 orang, guru yang sudah pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 43 orang, sedangkan yang non PNS atau GTT adalah 5 orang.

Tabel 4.1. Keadaan Guru SMP Negeri 5 Surakarta Jumlah Guru

Tingkat Pendidikan

D1 D2 D3 S-1

48 2 3 11 32

Sumber: Arsip SMP Negeri 5 Surakarta Tahun 2012 Jumlah siswa per kelas di SMP Negeri 5 Surakarta adalah: a. Kelas VII sebanyak 214 siswa

b. Kelas VIII sebanyak 209 siswa c. Kelas IX sebanyak 212 siswa

SMP Negeri 5 Surakarta memiliki 18 ruang kelas. Setiap kelas rata-rata ditempati oleh 35 – 36 orang siswa dan memiliki luas yang berbeda. 2. Kondisi Awal

Penelitian ini dilaksanakan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi menulis narasi. Hasil yang disajikan pada bab ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas yang telah diperoleh dari hasil tes kemampuan menulis narasi. Hasilnya meliputi kemampuan menulis narasi pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hasil prasiklus adalah hasil tes kemampuan menulis narasi sebelum pembelajaran. Hasil siklus I dan siklus II adalah hasil kemampuan menulis narasi setelah pembelajaran dengan metode STAD (Student Teams Achevement Divisions).

3. Siklus I

Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi.

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 3 April 2012 di ruang tamu SMP Negeri 5 Surakarta. Peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia berdiskusi berdasarkan hasil deskripsi survai awal bahwa kemampuan menulis narasi siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta yang masih tergolong rendah. Diskusi yang dilakukan untuk manyamakan persepsi mengenai penelitian yang akan dilakukan, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran STAD.


(8)

4

Kemudian menentukan beberapa hal pokok sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I ini. Adapun beberapa hal pokok yang harus diperhatikan sebagai berikut.

a. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus pertama sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan.

c. Guru dan peneliti menyiapkan lembar penilaian siswa berupa instrumen penelitian.

d. Guru menyiapkan lembar penilaian didasarkan aspek-aspek penilaian naskah narasi, yakni aspek kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata, dan kemampuan memadukan hubungan antar kalimat

e. Guru dan peneliti menyusun pedoman untuk mengamati keaktifan, kerja sama, kekompakan, dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

f. Guru dan peneliti melakukan pembentukan kelompok STAD dengan memperhatikan nilai hasil menulis narasi pada prasiklus.

g. Guru dan peneliti menentukan waktu dan jadwal pelaksanaan siklus I. Berdasarkan pertimbangan jadwal pelajaran bahasa Indonesia. Akhirnya disepakati penelitian hanya akan dilakukan 2 jam pelajaran setiap siklus. Pertemuan tersebut menyepakati bahwa pelaksanaan pada siklus I akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 8 April 2012. Sebelum melaksanakan tindakan maka siswa dibagi ke dalam 6 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa..

2. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan rancangan siklus I berlangsung pada hari Selasa, 8 April 2012 di ruang kelas VII A SMP Negeri 5 Surakarta. Pembelajaran berlangsung 2 x 40 menit setiap siklus. Dalam pelaksanaan, peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran dan mencatat hal-hal yang terjadi serta mendokumentasikannya.

Adapun urutan pelaksanaan pembelajaran STAD yang telah dirancang peneliti dan guru pada pertemuan pertama (Selasa, 8 April 2012) adalah sebagai berikut:

a. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada siswa tentang pengalaman mereka tentang menulis narasi. Hal ini berkaitan dengan kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi teks narasi b. Guru melakukan pembentukan kelompok sesuai dengan kesepakatan yang

telah ditentukan sebelumnya yang beranggotakan 6 siswa

c. Guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan menulis narasi dan memberikan contoh naskah narasi.

d. Guru membuka tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan.


(9)

e. Tugas tim, guru memberikan kuis kepada masing-masing tim untuk menyusun kerangka naskah narasi berdasarkan tema yang telah disediakan.

f. Guru menugaskan kepada tiap tim untuk mengembangkan kerangka naskah narasi yang telah dibuat sebelumnya

g. Tugas individu, guru membagikan tugas kepada masing-masing siswa dalam kelompok.

h. Setiap anggota tim harus mengembangkan plot menjadi 1 – 2 paragraf narasi

i. Siswa dengan anggota kelompoknya bekerja sesuai dengan strategi pembelajaran STAD, yaitu siswa yang mendapat soal (plot) yang sama agar bergabung dengan siswa kelompok lain untuk melakukan pembahasan.

j. Setelah itu masing-masing siswa kembali ke kelompok semula untuk menyampaikan hasil kerja mereka kepada kelompok semula. Di dalam kelompok tersebut mereka berdiskusi saling memberi dan menerima laporan atas hasil kerja mereka masing-masing.

k. Laporan disusun dan digunakan untuk presentasi. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan yang lain menanggapi atas hasil kerja tersebut.

l. Guru meminta perwakilan tim membacakan salah satu hasil kerangka naskah narasinya.

m. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan

n. Guru bersama siswa mengevaluasi dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah berlangsung.

3. Observasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran menulis narasi dengan metode STAD yang berlangsung di kelas VII A SMP Negeri 5 Surakarta. Tabel 4.6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis narasi pada Siklus I

No Aspek Penilaian

Frekuensi siswa yang menunjukkan aktivitas

yang dimaksud %

1 Minat 19 52,8

2 Keaktifan 18 50,0

3 Kerja sama 21 58,3

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan persentase tiap aspek keaktifan dalam siklus I sebagai berikut.

a. Siswa yang berminat terhadap kegiatan menulis narasi adalah sebesar sebanyak 19 siswa (52,8%), sedangkan 17 siswa lainnya menunjukkan sikap kurang berminat atau kurang tertarik mengikuti pelajaran.

b. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti kegiatan tanya jawab sebanyak 18 siswa (50%), sedangkan 18 siswa kurang


(10)

6

memperhatikan. Siswa yang kurang memperhatikan tersebut biasanya asyik dengan kegiatannya sendiri.

c. Siswa yang bekerja sama dengan kelompok masing-masing sebanyak 21 siswa (58,3%), sedangkan 15 siswa kurang bekerja sama. Mereka lebih suka diam atau mengerjakan sendiri.

Berikut hasil penilaian terhadap kualitas hasil kemampuan menulis narasi siswa pada siklus I.

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Narasi pada Siklus I

No Aspek Penilaian Skor Nilai Kategori 1 Kemampuan mengayakan kalimat 3,14 78,5 Baik 2 Kemampuan membangun alur cerita 2,83 70,8 Cukup

3

Kemampuan menghadirkan

fakta-fakta selengkapnya 3,00 75,0 Baik

4

Kemampuan menyajikan peristiwa

lewat kata 2,89 72,2 Cukup

5

Kemampuan memadukan hubungan

antar kalimat 2,81 70,1 Cukup

Rata-rata 2,93 73,3 Cukup

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan menulis narasi pada siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 73,3. Angka ini masih di bawah KKM (75), artinya kemampuan siswa dalam menulis narasi belum optimal. Adapun pencapaian masing-masing anak dalam kemampuan menulis narasi dijelaskan tabel berikut.

Tabel 4.8. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Narasi pada Siklus I Kategori Interval Nilai Frekuensi % Sangat baik 85 – 100 0 0,0

Baik 75 – 84 7 19,4

Cukup 60 – 74 25 69,4

Kurang 40 – 59 4 11,1

Sangat Kurang 0 – 39 0 0,0

Jumlah 36 100,0

Data pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa tes kemampuan siswa dalam menulis narasi dengan metode STAD pada siklus I. Kategori baik


(11)

hanya dicapai oleh 7 orang siswa atau 19,4% dengan nilai antara 75-84. Kategori cukup baik sebanyak 25 siswa atau sebesar 69,4% dengan nilai antara 60-74. Kategori kurang sebanyak 4 orang siswa atau 11,1% dengan nilai antara 40-59. Sementara itu, pada siklus I ini tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai kategori sangat kurang.

Ketuntasan hasil belajar yang berupa kemampuan siswa dalam menulis narasi mencapai 73,3%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa ketuntasan hasil menulis narasi masih berada di bawah persentase batas indikator keberhasilan sebesar 75%. Dapat dikatakan pula bahwa kemampuan menulis narasi siswa masih perlu ditingkatkan.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka dapat diidentifikasi beberapa kelemahan yang terdapat dalam setiap indikator kemampuan menulis narasi sebagai berikut.

a. Kemampuan Mengayakan Kalimat

Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran bahwa masih banyak naskah narasi siswa yang belum memenuhi kriteria kemampuan mengayakan kalimat, baik dari pengembangan gagasam, penulisan kalimat, maupun pengembangan kosa kata.

b. Kemampuan Membangun Alur Cerita

Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran bahwa masih banyak naskah narasi siswa yang belum memenuhi kriteria, yaitu kemampuan siswa dalam menyusun peristiwa secara kronologis, logis, dan menarik. c. Kemampuan Menghadirkan Fakta-Fakta Selengkapnya

Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran bahwa masih banyak naskah narasi siswa yang belum memenuhi kriteria, yaitu siswa kuang mampu dalam menampilkan tokoh dan latar peristiwa.

d. Kemampuan Menyajikan Peristiwa Lewat Kata

Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran bahwa masih banyak naskah narasi siswa yang belum memenuhi kriteria, yaitu siswa kurang runtut daam menuangkan gagasan ke dalam paragraf.

e. Kemampuan Memadukan Hubungan Antar Kalimat

Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran bahwa masih banyak naskah narasi siswa yang belum memenuhi kriteria, yaitu siswa kurang runtut daam menuangkan gagasan ke dalam paragraf.

Beberapa kekurangan dalam penulisan naskah narasi siswa tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Guru terlalu banyak berada di depan kelas, saat memberikan penjelasan kepada siswa.

b. Guru tidak memberi penghargaan/pujian terhadap siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru sehingga tidak dapat memancing antu-siasme siswa lain untuk menjawab pertanyaan.

c. Guru kurang memberi peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan kurang aktif dalam kegiatan kelompok


(12)

8

d. Guru harus memberikan penekanan lebih pada pengertian naskah narasi. e. Guru harus lebih aktif dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam

pelaksanaan pengembangan plot narasi

Pelaksanaan siklus I dengan metode STAD masih menimbulkan kebingungan pada siswa. Saat itu kegiatan di dalam kelas sedikit tidak teratur, perhatian dan konsentrasi siswa kurang. Hal ini terlihat saat guru menyanyakan “apakah kalian pernah mengarang?” sampai pertanyaan yang diajukakan itu berkali-kali, siswa hanya diam. Ketika guru menegaskan pertanyaannya ”Anak-anak apa kalian pernah mengarang?”. Beberapa siswa baru menanggapi. Setelah pembelajaran selesai dilangsungkan wawancara, ada siswa yang mengaku lebih senang dengan pembelajaran yang baru dialaminya, yaitu dengan kelompok STAD. Tetapi masih ada siswa yang merasa bingung karena mereka terbiasa mengarang duduk dibangku masing-masing.

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dapat diambil beberapa hal yang perlu dijadikan refleksi utuk mempernbaiki di siklus berikutnya. Beberepa hal tersebut sebagai berikut.

1) Guru terlalu banyak berada di depan kelas, saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru harus sering memantau masing-masing anggota tim dengan memberikan bimbingan dan pengarahan. Di sisi lain, sebaiknya guru tidak hanya memposisikan diri di depan kelas ketika menyampaikan materi maupun menunjuk siswa. Guru juga harus memperhatikan siswa yang duduk di belakang sehingga mereka juga merasa diperhatikan. Dengan memperhatikan semua siswa, keatifan siswa yang duduk di depan maupun belakang akan muncul.

2) Guru tidak memberi penghargaan/pujian terhadap siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru sehingga tidak dapat memancing antusiasme siswa lain untuk menjawab pertanyaan. Sebaiknya setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa, guru memberikan penghargaan berupa pujian agar siswa lebih bersemangat untuk menjawab. Pujian bisa berupa kata-kata seperti bagus, bagus sekali, atau pintar dengan diiringi senyuman. Dengan memberi pujian siswa akan lebih berse-mangat mengikuti pelajaran

3) Guru kurang memberi peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Guru harus memperingatkan siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dengan serius, sehingga siswa tidak akan mengulangi kekurangannya.

4) Guru harus meberikan penekan lebih pada pengertian naskah narasi, dan langkah-langkah mengarang karena bagian ini banyak yang keliru. Siswa masih harus diberipengetahuan lebih mendalam tentang ejaan, tanda baca, tanda baca.

5) Guru harus lebih aktif memberikan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan paragraf narasi.

4. Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Jumat 18 April 2012 dan peneliti berdiskusi untuk menentukan beberepa hal yang masih kurang pada siklus I. Perencanaan tindakan siklus II ini tidak berbeda jauh dengan siklus sebelumnya. Guru dan peneliti lebih menekankan pada


(13)

skenario pembelajaran. Setelah sebelumnya melakukan refleksi bersama tentang kekurangan pada siklus I.

Pada pertemuan itu disepakati bahwa pelaksanaaan siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012. Pembelajaran akan lebih difokuskan pada pemberian materi, yang merupakan kekurangan yang timbul pada siklus I pemberian materi. Kelompok STAD seperti kegiatan pembelajaran sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah guru dan peneliti, bagi siswa juga tidak perlu menyesuaikan diri lagi dengan kelompoknya. Adapun beberapa hal pokok yang harus diperhatikan pada siklus II adalah.

a. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan.

c. Guru dan peneliti menyiapkan lembar penilaian siswa berupa instrumen penelitian.

d. Guru menyiapkan lembar penilaian didasarkan aspek-aspek penilaian naskah narasi, yakni aspek kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata, dan memadukan hubungan antar kalimat

e. Guru dan peneliti menyusun pedoman untuk mengamati keaktifan, kerja sama, kekompakan, dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

f. Guru dan peneliti melakukan pembentukan kelompok STAD dengan memperhatikan nilai hasil menulis narasi pada prasiklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran dimulai pada pukul 07.30 WIB. Siswa langsung masuk ke kelas berdoa kemudian di depan kelas guru mengabsen siswa.

Adapun pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti dan guru dalam siklus II adalah sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan salam.

b. Guru meminta siswa berkelompok sesuai kelompoknya sebelumnya. c. Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. d. Guru menyampaikan materi tentang menulis narasi.

e. Guru membuka tanya jawab dengan materi yang telah disampaikan. f. Guru bersama-sama siswa mencermati contoh naskah narasi.

g. Guru menugaskan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kerangka narasi secara individu sesuai dengan nomor soal yang diperoleh untuk kemudian digabungkan dengan hasil kerja kelompok.

h. Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok siswa mengevaluasi hasil pekerjaan teman dalam satu kelompok

i. Guru menyisyaratkan kepada siswa bahwa keberhasilan kelompok hanya dapat diraih melalui ketekunan anggotanya.


(14)

10

j. Guru membimbing dan mengamati secara bergiliran setiap kelompok. Setelah siswa selesai mengerjakan tugasnya, kemudian kembali ke kelompok semula untuk memberikan informasi kepada siswa lain dalam kelompoknya sendiri.

k. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk membacakan hasil naskah narasi di depan kelas.

l. Guru melakukan refleksi dan menutup pertemuan.

3. Observasi

Observasi pada siklus II dilaksanakan saat pembelajaran menulis narasi dengan motede STAD yang berlansung. Sebagaimana pada siklus I, di siklus II ini peneliti juga hanya berperan sebagai partisipan pasif. Peneliti hanya mengamati jalannya proses pembelajaran. Seperti pada siklus I ini tampak lebih tenang dan teratur. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan metode STAD. Minat, keaktifan dan kerja sama kelompok mulai baik, terutama saat diminta berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Mereka menyimak teman mereka yang mengutarakan pendapat hal ini berbeda dengan siklus I mereka masih berdiskusi tentang hal lain. Hampir semua siswa dapat menggunakan waktu dengan efektif dan efisien. Mereka bisa mengumpulkan semua dengan tepat waktu. Secara rinci berikut disajikan tabel penilaian proses pembelajaran pada siklus II ini. Tabel 4.9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II

No Aspek Penilaian

Frekuensi siswa yang menunjukkan aktivitas

yang dimaksud %

1 Minat 31 86,1

2 Keaktifan 29 80,6

3 Kerja sama 32 88,9

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan persentase tiap aspek keaktifan dalam siklus II adalah sebagai berikut.

1) Siswa yang berminat terhadap kegiatan menulis narasi sebanyak 31 siswa (86,1%), sedangkan 5 siswa lainnya menunjukkan sikap kurang berminat atau kurang tertarik mengikuti pelajaran.

2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti kegiatan tanya jawab sebanyak 29 siswa (80,6%), sedangkan 7 lainnya kurang memperhatikan

3) Siswa yang bekerja sama dengan kelompok masing-masing adalah sebanyak 32 siswa (88,9%), sedangkan 4 lainnya lebih suka diam atau mengerjakan sendiri.

Selain ditujukan terhadap proses, penilaian juga ditujukan kepada hasil kerja siswa yang dilihat dari lima aspek, yakni kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata, dan


(15)

kemampuan memadukan hubungan antar kalimat. Berikut hasil penilaian terhadap kualitas hasil kemampuan menulis narasi siswa pada siklus II.

Berikut hasil penilaian terhadap kualitas hasil kemampuan menulis narasi siswa pada siklus II.

Tabel 4.10. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Narasi pada Siklus II No Aspek Penilaian Skor Nilai Kategori

1

Kemampuan mengayakan kalimat

3,31 82,6 Baik

2

Kemampuan membangun alur cerita

3,61 90,3 Sangat Baik

3

Kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya

3,47 86,8 Sangat Baik

4

Kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata

3,50 87,5 Sangat Baik

5

Kemampuan memadukan hubungan antar kalimat

3,44 86,1 Sangat Baik

Rata-rata 3,47 86,7 Sangat Baik

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan menulis narasi pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 86,7. Pencapaian ini sudah melebihi nilai (75), artinya kemampuan siswa dalam menulis narasi sudah tercapai.

Ketuntasan hasil belajar yang berupa kemampuan siswa dalam menulis narasi mencapai 86,7%. Hal tersebut terlihat dari hasil menulis narasi dan dihitung dari rata-rata penilaian dari lima indikator kemampuan menulis narasi.

4. Refleksi

Pada siklus II ini terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai dari kelima indikator. Refleksi atas naskah narasi siswa ditinjau dari indikato kemampuan menulis narasi adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Mengayakan Kalimat

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam pengayaan kalimat mulai menunjukkan kemajuan. Beberapa kesalahan dalam penulisan kalimat maupun pengembangan kosa kata pada siklus I telah dapat diatasi.

b. Kemampuan Membangun Alur Cerita

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam menulis narasi mulai menunjukkan peningkatan. Naskah


(16)

12

narasi siswa sudah memenuhi kriteria, yaitu mampu dalam menyusun peristiwa secara kronologis, logis, dan menarik.

c. Kemampuan Menghadirkan Fakta-Fakta Selengkapnya

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa naskah narasi siswa sudah menunjukkan kemajuan. Siswa sudah mampu menampilkan tokoh dan latar peristiwa dengan baik.

d. Kemampuan Menyajikan Peristiwa Lewat Kata

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam menyajikan peristiwa mulai menunjukkan peningkatan. Siswa sudah runtut dalam menuangkan gagasan ke dalam paragraf.

e. Kemampuan Memadukan Hubungan Antar Kalimat

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan memadukan kalimat mulai menunjukkan peningkatan. Beberapa kesalahan siswa yaitu kuang runtut daam menuangkan gagasan ke dalam paragraf sudah dapat diatasi.

Berdasarkan obeservasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran menulis narasi dengan metode STAD siklus II, diperoleh gambaran mengenai beberapa kemajuan tentang kemampuan menulis narasi masih ada beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I sebagian besar telah teratasi pada siklus II. Kelemahan-kelemahan yang telah dapat diatasi dan masih harus tetap dilakukan pada siklus III diantaranya sebagai berikut:

a. Guru sudah memonitor seluruh siswa ketika berdiskusi, baik siswa yang duduk di depan maupun yang duduk di belakang. Guru tidak lagi hanya berdiri di depan, tetapi juga berjalan keliling kelas. Hal tersebut tetap perlu dilakukan pada siklus III agar tidak terjadi kesalahan lagi seperti pada siklus I.

b. Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru. Guru juga tetap memberi penghargaan kepada siwa yang kurang berhasil dalam menjawab pertanyaan. Hal ini tetap perlu dilakukan agar mereka tetap bersemangat dalam menanggapi pertanyaan dari guru.

c. Guru sudah memberi motivasi kepada siswa bahwa mereka bisa me-raih prestasi yang lebih baik jika mereka memperhatikan dan ber-sungguh-sungguh. Pemberian motivasi ini tetap pelu dilakukan agar siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas, proses pembelajaran menulis narasi menggunakan metode STAD di kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta sudah mencapai target. Secara keseluruhan, proses pembelajaran berlangsung dengan lancar. Peningkatan indikator penilaian pada siklus I dan siklus II dapat dilihat berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah diaraih.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran ini sudah tercapai secara tuntas (kemampuan menulis narasi sudah optimal). Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.


(17)

D. SIMPULAN

Berdasarkan dari analisis dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada peningkatan kualiatas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan minat, keaktifan, dan kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Ada peningkatan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan indikator kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan

3. peristiwa lewat kata, dan kemampuan memadukan hubungan antar kalimat. Hasil penilaian kondisi awal hanya mencapai rata-rata 61,5 kemudian meningkat menjadi 73,3 pada siklus I dan menjadi 86,7 pada siklus II.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bumi Aksara


(1)

skenario pembelajaran. Setelah sebelumnya melakukan refleksi bersama tentang kekurangan pada siklus I.

Pada pertemuan itu disepakati bahwa pelaksanaaan siklus II akan dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012. Pembelajaran akan lebih difokuskan pada pemberian materi, yang merupakan kekurangan yang timbul pada siklus I pemberian materi. Kelompok STAD seperti kegiatan pembelajaran sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah guru dan peneliti, bagi siswa juga tidak perlu menyesuaikan diri lagi dengan kelompoknya. Adapun beberapa hal pokok yang harus diperhatikan pada siklus II adalah.

a. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan.

c. Guru dan peneliti menyiapkan lembar penilaian siswa berupa instrumen penelitian.

d. Guru menyiapkan lembar penilaian didasarkan aspek-aspek penilaian naskah narasi, yakni aspek kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata, dan memadukan hubungan antar kalimat

e. Guru dan peneliti menyusun pedoman untuk mengamati keaktifan, kerja sama, kekompakan, dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

f. Guru dan peneliti melakukan pembentukan kelompok STAD dengan memperhatikan nilai hasil menulis narasi pada prasiklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran dimulai pada pukul 07.30 WIB. Siswa langsung masuk ke kelas berdoa kemudian di depan kelas guru mengabsen siswa.

Adapun pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti dan guru dalam siklus II adalah sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan salam.

b. Guru meminta siswa berkelompok sesuai kelompoknya sebelumnya. c. Guru mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan penghargaan. d. Guru menyampaikan materi tentang menulis narasi.

e. Guru membuka tanya jawab dengan materi yang telah disampaikan. f. Guru bersama-sama siswa mencermati contoh naskah narasi.

g. Guru menugaskan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kerangka narasi secara individu sesuai dengan nomor soal yang diperoleh untuk kemudian digabungkan dengan hasil kerja kelompok.

h. Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok siswa mengevaluasi hasil pekerjaan teman dalam satu kelompok

i. Guru menyisyaratkan kepada siswa bahwa keberhasilan kelompok hanya dapat diraih melalui ketekunan anggotanya.


(2)

j. Guru membimbing dan mengamati secara bergiliran setiap kelompok. Setelah siswa selesai mengerjakan tugasnya, kemudian kembali ke kelompok semula untuk memberikan informasi kepada siswa lain dalam kelompoknya sendiri.

k. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk membacakan hasil naskah narasi di depan kelas.

l. Guru melakukan refleksi dan menutup pertemuan.

3. Observasi

Observasi pada siklus II dilaksanakan saat pembelajaran menulis narasi dengan motede STAD yang berlansung. Sebagaimana pada siklus I, di siklus II ini peneliti juga hanya berperan sebagai partisipan pasif. Peneliti hanya mengamati jalannya proses pembelajaran. Seperti pada siklus I ini tampak lebih tenang dan teratur. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan menggunakan metode STAD. Minat, keaktifan dan kerja sama kelompok mulai baik, terutama saat diminta berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Mereka menyimak teman mereka yang mengutarakan pendapat hal ini berbeda dengan siklus I mereka masih berdiskusi tentang hal lain. Hampir semua siswa dapat menggunakan waktu dengan efektif dan efisien. Mereka bisa mengumpulkan semua dengan tepat waktu. Secara rinci berikut disajikan tabel penilaian proses pembelajaran pada siklus II ini. Tabel 4.9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Narasi pada Siklus II

No Aspek Penilaian

Frekuensi siswa yang menunjukkan aktivitas

yang dimaksud %

1 Minat 31 86,1

2 Keaktifan 29 80,6

3 Kerja sama 32 88,9

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan persentase tiap aspek keaktifan dalam siklus II adalah sebagai berikut.

1) Siswa yang berminat terhadap kegiatan menulis narasi sebanyak 31 siswa (86,1%), sedangkan 5 siswa lainnya menunjukkan sikap kurang berminat atau kurang tertarik mengikuti pelajaran.

2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan mengikuti kegiatan tanya jawab sebanyak 29 siswa (80,6%), sedangkan 7 lainnya kurang memperhatikan

3) Siswa yang bekerja sama dengan kelompok masing-masing adalah sebanyak 32 siswa (88,9%), sedangkan 4 lainnya lebih suka diam atau mengerjakan sendiri.

Selain ditujukan terhadap proses, penilaian juga ditujukan kepada hasil kerja siswa yang dilihat dari lima aspek, yakni kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata, dan


(3)

kemampuan memadukan hubungan antar kalimat. Berikut hasil penilaian terhadap kualitas hasil kemampuan menulis narasi siswa pada siklus II.

Berikut hasil penilaian terhadap kualitas hasil kemampuan menulis narasi siswa pada siklus II.

Tabel 4.10. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Narasi pada Siklus II

No Aspek Penilaian Skor Nilai Kategori

1

Kemampuan mengayakan kalimat

3,31 82,6 Baik

2

Kemampuan membangun alur cerita

3,61 90,3 Sangat Baik

3

Kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya

3,47 86,8 Sangat Baik

4

Kemampuan menyajikan peristiwa lewat kata

3,50 87,5 Sangat Baik

5

Kemampuan memadukan hubungan antar kalimat

3,44 86,1 Sangat Baik

Rata-rata 3,47 86,7 Sangat Baik

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan menulis narasi pada siklus II memperoleh nilai rata-rata sebesar 86,7. Pencapaian ini sudah melebihi nilai (75), artinya kemampuan siswa dalam menulis narasi sudah tercapai.

Ketuntasan hasil belajar yang berupa kemampuan siswa dalam menulis narasi mencapai 86,7%. Hal tersebut terlihat dari hasil menulis narasi dan dihitung dari rata-rata penilaian dari lima indikator kemampuan menulis narasi.

4. Refleksi

Pada siklus II ini terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai dari kelima indikator. Refleksi atas naskah narasi siswa ditinjau dari indikato kemampuan menulis narasi adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan Mengayakan Kalimat

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam pengayaan kalimat mulai menunjukkan kemajuan. Beberapa kesalahan dalam penulisan kalimat maupun pengembangan kosa kata pada siklus I telah dapat diatasi.

b. Kemampuan Membangun Alur Cerita

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam menulis narasi mulai menunjukkan peningkatan. Naskah


(4)

narasi siswa sudah memenuhi kriteria, yaitu mampu dalam menyusun peristiwa secara kronologis, logis, dan menarik.

c. Kemampuan Menghadirkan Fakta-Fakta Selengkapnya

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa naskah narasi siswa sudah menunjukkan kemajuan. Siswa sudah mampu menampilkan tokoh dan latar peristiwa dengan baik.

d. Kemampuan Menyajikan Peristiwa Lewat Kata

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan siswa dalam menyajikan peristiwa mulai menunjukkan peningkatan. Siswa sudah runtut dalam menuangkan gagasan ke dalam paragraf.

e. Kemampuan Memadukan Hubungan Antar Kalimat

Hasil observasi pada siklus II diperoleh gambaran bahwa kemampuan memadukan kalimat mulai menunjukkan peningkatan. Beberapa kesalahan siswa yaitu kuang runtut daam menuangkan gagasan ke dalam paragraf sudah dapat diatasi.

Berdasarkan obeservasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran menulis narasi dengan metode STAD siklus II, diperoleh gambaran mengenai beberapa kemajuan tentang kemampuan menulis narasi masih ada beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I sebagian besar telah teratasi pada siklus II. Kelemahan-kelemahan yang telah dapat diatasi dan masih harus tetap dilakukan pada siklus III diantaranya sebagai berikut:

a. Guru sudah memonitor seluruh siswa ketika berdiskusi, baik siswa yang duduk di depan maupun yang duduk di belakang. Guru tidak lagi hanya berdiri di depan, tetapi juga berjalan keliling kelas. Hal tersebut tetap perlu dilakukan pada siklus III agar tidak terjadi kesalahan lagi seperti pada siklus I.

b. Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru. Guru juga tetap memberi penghargaan kepada siwa yang kurang berhasil dalam menjawab pertanyaan. Hal ini tetap perlu dilakukan agar mereka tetap bersemangat dalam menanggapi pertanyaan dari guru.

c. Guru sudah memberi motivasi kepada siswa bahwa mereka bisa me-raih prestasi yang lebih baik jika mereka memperhatikan dan ber-sungguh-sungguh. Pemberian motivasi ini tetap pelu dilakukan agar siswa tetap bersemangat mengikuti pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas, proses pembelajaran menulis narasi menggunakan metode STAD di kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta sudah mencapai target. Secara keseluruhan, proses pembelajaran berlangsung dengan lancar. Peningkatan indikator penilaian pada siklus I dan siklus II dapat dilihat berdasarkan peningkatan hasil belajar yang telah diaraih.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran ini sudah tercapai secara tuntas (kemampuan menulis narasi sudah optimal). Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.


(5)

D. SIMPULAN

Berdasarkan dari analisis dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada peningkatan kualiatas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan minat, keaktifan, dan kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Ada peningkatan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Surakarta. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan indikator kemampuan mengayakan kalimat, kemampuan membangun alur cerita, kemampuan menghadirkan fakta-fakta selengkapnya, kemampuan menyajikan

3. peristiwa lewat kata, dan kemampuan memadukan hubungan antar kalimat. Hasil penilaian kondisi awal hanya mencapai rata-rata 61,5 kemudian meningkat menjadi 73,3 pada siklus I dan menjadi 86,7 pada siklus II.


(6)

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TEMPEL GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 200920

0 3 83

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI.

0 1 12

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STUDENT TEAMS Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Pada Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 5

0 4 12

PENDAHULUAN Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student Teams Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Pada Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 5 8

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA.

0 0 16