PENGARUH MUTU PELAYANAN PENDIDIK TERHADAP CITRA SEKOLAH :Studi Korelasional pada Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung.

(1)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Batasan Masalah ... 5

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 7

1.6Asumsi ... 8

1.7Daftar Istilah ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep Mutu ... 10

2.1.1 Definisi Mutu ... 10

2.1.2 Mutu dalam Pendidikan ... 11

2.2Konsep Pelayanan ... 15

2.2.1 Definisi Pelayanan ... 15

2.2.2 Mutu Pelayanan ... 16

2.2.3 Mutu Pelayanan Pendidik ... 21

2.3Konsep Citra ... 22

2.4Kerangka Pemikiran ... 25


(2)

viii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian ... 32

3.2Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang digunakan ... 32

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 34

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik sampling ... 36

3.2.4.1 Populasi ... 36

3.2.4.2 Sampel ... 37

3.2.4.3 Teknik Sampling ... 39

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.2.6 Validitas dan Reliabilitas Data ... 41

3.2.7 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 60

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 63

4.2.1 Mutu Pelayanan Pendidik ... 63

4.2.2 Citra Sekolah ... 79

4.3 Pengujian Hipotesis ... 93

4.3.1 Pengujian Asumsi ... 93

4.3.1.1 Uji Normalitas dan Linieritas ... 93

4.3.1.2 Uji Multikolinieritas ... 96

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 97

4.3.2 Hasil pengujian Hipotesis ... 98

4.3.2.1 Pengaruh Status Akreditasi terhadap Mutu Pelayanan Pendidik ... 98

4.3.2.2 Pengaruh Status Akreditasi terhadap Citra Sekolah ... 101

4.3.2.3 Hubungan antara Mutu Pelayanan Pendidk dengan Citra Sekolah ... 103

4.3.2.4 Pengaruh Mutu Pelayanan Pendidik terhadap Citra Sekolah ... 105


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 114 5.2Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118 LAMPIRAN


(4)

x

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 34

3.2 Data SMA di Kota Bandar Lampung ... 37

3.3 Jumlah Sekolah Menengah Atas yang Terambil Sebagai Sampel ... 39

3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 43

3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Sub variabel Instrumen Penelitian ... 45

3.6 Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi ... 50

4.1 Jumlah SMA di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Status Akreditasi ... 60

4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Asal sekolah ... 61

4.3 Kategori Penilaian ... 63

4.4 Nilai Mutu Pelayanan Pendidik SMA di Kota Bandar Lampung Berdasarkan Persepsi yang Diberikan Siswa ... 65

4.5 Deskripsi Data Nilai Mutu Pelayanan Pendidik ... 66

4.6 Rata-rata Nilai Mutu Pelayanan Pendidik Berdasarkan Kelompok Akreditasi ... 67

4.7 Capaian Mutu Dimensi Responsiveness Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 75

4.8 Capaian Mutu Dimensi Reliability berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 77

4.9 Nilai Citra Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung ... 80

4.10 Deskripsi Nilai Variabel Citra Sekolah ... 81

4.11 Capaian Nilai Variabel Citra Sekolah Berdasarkan Kelompok Status Akreditasi Sekolah ... 82


(5)

4.13 Nilai Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes

Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 85

4.14 Capaian Nilai Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 86

4.15 Nilai Dimensi People and Relationship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 87

4.16 Capaian Nilai Dimensi People and Relationship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 88

4.17 Nilai Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 89

4.18 Capaian Nilai Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 90

4.19 Nilai Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 91

4.20 Capaian Nilai Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 92

4.21 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 92

4.22 Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan (4.1) ... 97

4.23 Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan (4.2) ... 97

4.24 Analisis Varian untuk Mutu Pelayanan Pendidik ... 99

4.25 Uji Scheffe untuk Mutu pelayanan Pendidik ... 100

4.26 Analisis Varian untuk Citra Sekolah ... 101

4.27 Uji Scheffe untuk Variabel Citra sekolah ... 102

4.28 Koefisien Korelasi antara Mutu Pelayanan Pendidik dan Citra Sekolah ... 103

4.29 Hasil Uji Koefisien Regresi antara Mutu Pelayanan Pendidik dan Citra Sekolah ... 106

4.30 Koefisien Determinasi ... 106


(6)

4.32 Koefisien Regresi Menggunakan Dummy Variabel ... 108 4.33 Koefisien Determinasi ... 108 4.34 Analisis Varian (ANAVA) ... 109


(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Komponen Pembangun Citra Sekolah ... 4 2.1 Orientasi Perusahaan Terhadap Pelanggan ... 19 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Mutu Pelayanan Pendidik Terhadap

Citra Sekolah ... 28 2.3 Paradigma Penelitian Pengaruh Mutu Pelayanan Pendidik Terhadap

Citra Sekolah ... 29 4.1 Jumlah Sekolah Berdasarkan Jumlah Kuesioner yang Valid ... 62 4.2 Sebaran Nilai Mutu Pelayanan Pendidik SMA di Kota Bandar

Lampung ... 67 4.3 Kategori Mutu untuk Variabel Mutu Pelayanan Pendidik ... 68 4.4 Rata-rata Nilai Komponen Pembangun pada Variabel Mutu Pelayanan

Pendidik ... 69 4.5 Nilai Rata-rata Mutu Pelayanan Pendidik di Sekolah-sekolah di Kota

Bandar Lampung ... 70 4.6 Capaian Mutu Layanan Pendidik pada Dimensi Tangible ... 72 4.7 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Tangible Berdasarkan Status

Akreditasinya ... 72 4.8 Capaian Mutu Layanan Pendidik pada Dimensi Empathy ... 73 4.9 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Empathy Berdasarkan Status

Akreditasinya ... 74 4.10 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Responsiveness Berdasarkan Status

Akreditasi Sekolah ... 75 4.11 Capaian Mutu Respon Pendidik Berdasarkan Status Akreditasi

Sekolah ... 76 4.12 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Reliability Berdasarkan Status


(8)

4.13 Capaian Mutu Reliability Pendidik Berdasarkan Status Akreditasi

Sekolah ... 78

4.14 Nilai Rata-rata Mutu Dimensi Assurance Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 79

4.15 Capaian Nilai Citra Sekolah Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 82

4.16 Rata-rata Nilai Komponen Pembangun Citra Sekolah ... 83

4.17 Rata-rata Nilai Citra Sekolah Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 85

4.18 Nilai Rata-rata Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 86

4.19 Capaian Nilai Dimensi Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 86

4.20 Nilai Rata-rata Komponen People and Relationship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 88

4.21 Capaian Nilai Dimensi People and Relationaship Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 89

4.22 Nilai Rata-rata Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 90

4.23 Capaian Nilai Dimensi Values and Programs Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 91

4.24 Nilai Rata-rata Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 91

4.25 Capaian Nilai Dimensi Corporate Credibility Berdasarkan Status Akreditasi Sekolah ... 92

4.26 Diagram Pencar Model Persamaan (4.1) ... 95

4.27 Diagram Pencar untuk Model Persamaan (4.2) ... 95


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu tersebut. Salah satunya adalah dengan mendaftarkan anaknya ke sekolah-sekolah yang dianggap memiliki mutu yang baik, walaupun terkadang pemilihan sekolah-sekolah yang bermutu didasarkan hanya kepada opini yang berkembang di masyarakat sekitarnya, dan bukan dari hasil sebuah survei atau pendapat para ahli.

Opini masyarakat tentang sekolah yang bermutu, seringkali didasarkan kepada hal-hal yang tampak secara fisik. Kriteria yang umum dijadikan dasar dalam pemilihan sekolah yang bermutu antara lain fasilitas/gedung yang megah, nilai para lulusannya, jumlah lulusannya yang diterima di PTN/PTS besar, dan banyaknya siswa yang mendaftar setiap tahunnya. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat sekolah yang bermutu tentu akan menghasilkan lulusan yang bermutu. Selain itu, fasilitas yang memadai (lengkap) akan mempengaruhi mutu proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah (Hamalik, 2001: 117).

Keadaan ini, sering dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah (terutama swasta) dengan membangun gedung yang lengkap dan megah, berupaya dengan berbagai cara untuk meningkatkan nilai lulusannya, serta menggunakan alumninya yang kuliah di PTN/PTS favorit untuk mempromosikan sekolahnya. Sementara pembenahan proses belajar mengajar, yang tidak terlihat secara langsung oleh


(10)

2

masyarakat (orang tua calon siswa), sering luput dari perhatian sekolah-sekolah tersebut.

Perhatian terhadap proses belajar mengajar ini, sering disikapi oleh orang-orang di luar sekolah dengan menawarkan bimbingan belajar, baik secara individual (private) ataupun secara kelembagaan (LBB). Menjamurnya LBB dan

private, secara tidak langsung menjadi sebuah bukti akan kebutuhan siswa yang

belum dapat dipenuhi oleh sekolahnya masing-masing, dalam proses belajar mengajar yang dilakukan, terutama dalam hal kepercayaan siswa terhadap kemampuannya untuk menghadapi ujian di sekolahnya.

Peringkat yang dikeluarkan oleh BAN-S/M, sering luput dari perhatian masyarakat, selain karena kalah oleh opini yang telah terbangun, juga karena kurangnya publikasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah mengenai hasil penilaian BAN-S/M tersebut. Sehingga kecenderungan untuk melihat mutu sekolah dari sisi fasilitas fisik serta jumlah lulusan terus berkembang dan seolah-olah sudah menjadi sebuah kebenaran.

Fenomena seperti ini terjadi di banyak kota di Indonesia, termasuk di Kota Bandar Lampung. Banyak sekolah di Bandar Lampung berusaha menarik minat siswa dan orang tua siswa dengan memperlihatkan fasilitas yang lengkap (ruang kelas yang luas dan bersih, sarana laboratorium dan komputer, dan terkadang koneksi internet) serta jumlah siswa yang lulus setiap tahunnya sebagai poin utama promosi mereka, sementara ketersediaan tenaga pendidik hanya dijelaskan secara sekilas dan hanya dari segi kuantitas dan kualifikasi tenaga pendidik, bukan


(11)

kepada kualitas pengajarannya atau bukti-bukti lainnya yang memperlihatkan kualitasnya dalam peningkatan pengetahuan siswa.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan mutu tenaga pendidik. Pengakuan pemerintah terhadap kualitas pendidik melalui sertifikasi guru, belum memperlihatkan dampaknya pada animo masyarakat dalam melakukan pemilihan sekolah untuk anak-anaknya. Banyak pihak yang meragukan bahwa dengan diraihnya sertifikasi oleh guru, akan menjadi jaminan peningkatan mutunya dalam proses belajar mengajar di sekolah.

1.2Identifikasi Masalah

Sangat sulit untuk memberikan pandangan mengenai sekolah yang bermutu kepada masyarakat secara proporsional, mengingat kurangnya penelitian mengenai mutu sebuah sekolah ditinjau dari kualitas pengajarannya, serta kurangnya publikasi tentang kriteria sebuah sekolah yang bermutu. Citra sebuah sekolah yang seharusnya dibangun dari mutu pelayanannya, terkadang terkalahkan oleh megah dan lengkapnya fasilitas yang ditawarkan. Banyak siswa sekolah-sekolah favorit yang bermutu bukan dari hasil belajar di sekolah, tetapi dari hasil usahanya sendiri di luar sekolah.

Citra sebuah sekolah di mata masyarakat umumnya dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap apa yang telah dicapai oleh sebuah sekolah di masa lalu, serta prospek yang mungkin dapat diperoleh siswa di sekolah di masa yang


(12)

4

akan datang. Secara umum, komponen pembangun citra sebuah sekolah dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses belajar mengajar yang merupakan inti dari adanya sebuah sekolah, seharusnya menjadi perhatian yang serius dalam usaha peningkatan kemampuan siswa untuk dapat memahami materi pelajaran yang diberikan. Sebuah penelitian melaporkan bahwa di sekolah-sekolah terbaik di dunia, kualitas pendidikan di sekolah tidak akan melebihi kualitas guru-gurunya. McKinsey membuktikan bahwa kualitas guru-guru merupakan unsur penting dibandingkan dengan yang lainnya (McKinsey and Company dalam Caldwell, B.J. and Harris, J., 2008: 2).

CITRA SEKOLAH Fasilitas

Mutu Pendidik Mutu

Lulusan

Prestasi Siswa

Jumlah Peminat

Gambar 1.1

Komponen Pembangun Citra Sekolah Kredibilitas


(13)

1.3Batasan Masalah

Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang pendidikan yang sangat krusial di mata masyarakat, terutama peserta didik yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena keberhasilan di jenjang ini akan menentukan bisa tidaknya mereka untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi favorit mereka.

Berdasarkan alasan tersebut, maka penelitian ini mengambil tempat di Kota Bandar Lampung, dengan unit analisis adalah SMA, baik negeri maupun swasta. Sekolah yang diambil adalah sekolah yang memiliki peringkat A, B, dan C, menurut hasil pemeringkatan yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).

Telah dijelaskan di atas, bahwasanya guru merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Kualitas guru yang baik, diharapkan akan dapat menghasilkan lulusan yang berprestasi. Prestasi yang baik dari para lulusannya, tentu akan mengangkat citra sekolah di mata masyarakat, terutama calon siswa dan orang tuanya dalam menentukan pilihan sekolahnya. Oleh karena itu, penulis membatasi variabel penelitian pada mutu pelayanan guru sebagai pendidik di SMA yang terakreditasi A, B, dan C di Kota Bandar Lampung, sebagai faktor yang mempengaruhi citra sekolah.

Citra Sekolah diukur berdasarkan persepsi siswa mengenai sekolahnya. Sedangkan Mutu Pelayanan Guru diambil berdasarkan tingkat kepuasan siswa terhadap pelayanan yang diberikan oleh guru.


(14)

6

1.4Rumusan Masalah

Dominannya pengaruh mutu lulusan dan kelengkapan fasilitas terhadap citra sebuah sekolah di mata masyarakat, sedikit banyak akan berdampak kepada persaingan yang keliru dari sekolah-sekolah yang ada. Ketika sebuah sekolah menjadi tujuan para calon siswa baru, sekolah tersebut secara alamiah akan berusaha menyaring kemampuan siswa yang diterima dengan standar penerimaan yang tinggi.

Proses seleksi yang telah dilakukan sekolah dalam setiap penerimaan siswa baru (PSB), berusaha menjaga kualitas siswa sekolah tersebut. Kualitas siswa yang baik, tentu akan memperingan tugas sekolah dalam upaya mencapai standar kelulusan siswa yang telah ditetapkan pemerintah, dibandingkan dengan sekolah yang memiliki kualitas siswa di bawah. Ketika siswa sebuah sekolah favorit/unggulan lulus dengan predikat yang baik, hal tersebut bukanlah sebuah hal yang aneh ketika melihat riwayat siswa tersebut sebelum masuk ke SMA favorit tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran mutu layanan pendidik di SMA di Kota Bandar Lampung yang diukur berdasarkan persepsi siswanya terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar?

2. Bagaimana gambaran citra SMA di Kota Bandar Lampung yang diukur dari persepsi siswanya didasarkan kepada pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan pengetahuannya terhadap sekolahnya?


(15)

3. Apakah terdapat perbedaan antara Mutu Pelayanan Pendidik di sekolah-sekolah yang terakreditasi A, B, dan C?

4. Apakah ada perbedaan antara Citra Sekolah di sekolah-sekolah yang terakreditasi A, B, dan C?

5. Seberapa besar pengaruh mutu layanan pendidik terhadap citra Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dilakukan penelitian ini, dengan tujuan:

1. Mengetahui gambaran mengenai mutu pelayanan tenaga pendidik di Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung

2. Mengetahui gambaran mengenai Citra Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung

3. Mengetahui apakah mutu pelayanan tenaga pendidik di SMA yang terakreditasi A berbeda dengan sekolah yang terakreditasi B dan C.

4. Mengetahui apakah citra sekolah di SMA yang terakreditasi A berbeda dengan sekolah yang terakreditasi B dan C.

5. Mengetahui seberapa besar pengaruh antara mutu pelayanan tenaga pendidik dengan citra sekolah di Kota Bandar Lampung


(16)

8

1.6Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mutu pelayanan pendidik diukur berdasarkan pendapat siswa mengenai apa yang telah diterimanya selama kegiatan belajar mengajar di sekolah, dengan berpedoman kepada dimensi Tangible, Empathy, Responsiveness, Responsibility, dan Assurance (selanjutnya ditulis TERRA).

2. Citra sekolah diukur berdasarkan persepsi siswa terhadap sekolahnya, dengan berpedoman kepada dimensi Common product attributes benefits, or

attitudes, People and Relationship, Value and program, dan Credibility.

3. Penilaian yang dilakukan oleh responden terbebas dari intervensi orang lain, baik responden lain maupun guru yang dinilai.

4. Sampel yang diambil mencukupi serta mewakili populasi yang ada. 5. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal.

6. Kesalahan atau kekeliruan dalam proses penelitian, input data, analisis, serta penyajian data, tidak berakibat pada penyimpangan pengambilan keputusan secara signifikan.

1.7Daftar Istilah

Variabel-variabel serta simbol-simbol yang digunakan dalam tesis ini adalah:

1. Variabel Mutu Pelayanan Pendidik, yaitu variabel yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan tenaga pendidik yang ada di sekolah. Variabel ini selanjutnya ditulis ke dalam lambang X. Penilaian Mutu Pelayanan Pendidik


(17)

dilakukan dengan memberikan skor terhadap tingkat kepuasan yang dirasakan siswa terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh tenaga pendidik. Variabel ini dibangun oleh 5 dimensi/komponen/aspek, yang meliputi:

- Tangible, dimensi ini selanjutnya ditulis dengan lambang X1, yang mengartikan bahwa dimensi ini diperlakukan sebagai sub variabel X. - Empathy, dilambangkan dengan X2.

- Responsiveness, dilambangkan dengan X3. - Reliability, dilambangkan dengan X4. - Assurance, dilambangkan dengan X5.

2. Variabel Citra Sekolah, yaitu variabel yang digunakan untuk mengukur persepsi siswa terhadap sekolahnya. Variabel ini selanjutnya ditulis dengan menggunakan simbol Y. Variabel ini dibangun oleh 4 dimensi/aspek/ komponen, meliputi:

- Common Product Attributes, Benefits, or Attitudes, dilambangkan dengan

Y1, merupakan sub variabel dari Y.

- People and Relationship, dilambangkan dengan Y2. - Values and Programs, dilambangkan dengan Y3. - Corporate Credibility, dilambangkan dengan Y4.


(18)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh mutu pelayanan pendidik terhadap Citra Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandar Lampung. Unit analisis pada penelitian ini adalah SMA yang ada di Kota Bandar Lampung, yang telah terakreditasi oleh BAN-S/M, dengan akreditasi A, B, atau C. Permasalahan yang diteliti adalah mutu pelayanan pendidik sebagai variabel bebas (independent

variable) yang meliputi dimensi Tangible, Empathy, Responsiveness, Reliability,

dan Assurance.

Objek yang digunakan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah Citra Sekolah, yang diukur berdasarkan dimensi Common Product Attributes,

Benefits, or Attitudes, People and Relationship, Values and Programs, dan Corporate Credibility. Dari kedua objek penelitian ini, akan dianalisis mengenai

pengaruh mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah pada SMA di Kota Bandar Lampung.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian yang digunakan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan asosiatif. Menurut Sugiyono (2010: 56), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel


(19)

mandiri, baik satu atau lebih variabel independen tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

Penelitian deskriptif disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai mutu pelayanan pendidik di SMA di Kota Bandar Lampung yang memiliki citra yang baik, sedang, dan kurang, yang diwakili oleh akreditasi A, B, dan C yang diperoleh sekolah.

Jenis penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Ada tiga bentuk hubungan dalam penelitian asosiatif, yaitu hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan interaktif/resiprokal/timbal balik (Sugiyono, 2010: 57).

Penelitian ini mengambil bentuk hubungan kausal, yaitu pola hubungan yang bersifat sebab akibat, yang artinya ada variabel independen yang mempengaruhi dan ada variabel dependen yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini akan diuji apakah ada pengaruh dari mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah di SMA di Kota Bandar lampung.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu melalui pengumpulan data di lapangan. Ker Linger dalam Sugiyono (2005: 7) mengemukakan bahwa:

Metode survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut secara acak, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Penelitian yang menggunakan metode survei ini, informasi dari sampel dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk


(20)

34

mengetahui pendapat dari sampel terhadap objek yang sedang diteliti. Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini, maka digunakan cross sectional method yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang) (Husein Umar, 2002: 45).

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel dilakukan untuk menjabarkan variabel ke dalam konsep teori dari variabel yang diteliti, indikator, ukuran, dan skala dari variabel penelitian, yang bertujuan untuk mendefinisikan dan mengukur variabel yang diteliti. Penelitian ini mengambil variabel Mutu Pelayanan Pendidik (variabel independen) dan Citra Sekolah (variabel dependen) sebagai variabel yang diteliti.

Indikator serta skala dari variabel-variabel tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Definisi Dimensi/

Aspek Indikator Skala

No. Item Mutu Pelayanan Pendidik (X) Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh siswa terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik dalam proses belajar mengajar Tangible (Fisik) (X1)

-Kenyamanan ruang

belajar

-Kelengkapan dan

kesiapan media pembelajaran

-Penampilan guru ketika

mengajar

Interval Interval

Interval

1, 2, 3 4, 5

6, 7, 8

Empathy (Perhatian) (X2)

-Perhatian yang diberikan

guru kepada siswa

-Sikap guru terhadap

masalah siswa

-Guru berkomunikasi

secara baik Interval Interval Interval 9, 10 11, 12 13, 14


(21)

Variabel Definisi Dimensi/

Aspek Indikator Skala

No. Item Responsiveness

(Tanggap) (X3)

-Tanggap terhadap

masalah siswa

-Kecepatan respon guru

terhadap masalah siswa

Interval Interval

15, 16 17, 18

Reliability (Andal) (X4)

-Tepat waktu dalam

mengajar

-Kejelasan dalam

mengajar

-Adil dalam pelayanan

Interval Interval Interval 19, 20 21, 22 23, 24 Assurance

(Jaminan) (X5)

-Sikap guru selama di

sekolah

-Kompetensi guru

Interval Interval 25, 26 27, 28 Citra sekolah (Y)

Kesan, pesan, serta gambaran siswa terhadap sekolahnya, didasarkan kepada pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan siswa itu sendiri terhadap sekolahnya

Common product attributes, benefits, or attitudes (Y1)

-Kualitas sekolah

-Inovasi yang

dikembangkan pihak sekolah

Interval Interval

1, 2, 3 4, 5, 6,

7

People and Relationship (Y2)

-Perilaku/sikap guru dan

tenaga kependidikan terhadap siswa

-Komunikasi yang terjalin

antara guru dan tenaga pendidik dengan siswa

Interval Interval 8, 9, 10, 11, 12 13, 14, 15, 16 Values and programs (Y3)

- Program sekolah

- Kebanggaan terhadap

sekolah Interval Interval 17, 18 19, 20 Corporate Credibility (Y4)

-Kompetensi guru, staf

administrasi, dan Kepala Sekolah

Interval 21, 22, 23, 24

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden menggunakan instrumen berupa kuesioner atau yang


(22)

36

lainnya (Husein Umar, 2002: 64), sedangkan untuk mendukung penelitian ini, digunakan juga data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada siswa SMA yang ada di Kota Bandar Lampung yang terambil sebagai sampel penelitian. Data mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah merupakan data primer dalam penelitian ini.

Data sekunder diambil dari data yang telah ada sebelumnya. Data ini diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung serta BAN-S/M, berupa data SMA yang telah terakreditasi hingga tahun 2010, dengan status akreditasi A, B, dan C. Data akreditasi sekolah ini dibutuhkan untuk menentukan jumlah populasi SMA di Kota Bandar Lampung yang telah terakreditasi oleh BAN-S/M, agar dapat menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan.

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi

Sudjana (1997: 66), mengemukakan bahwa populasi merupakan:

Totalitas nilai yang mungkin dari hasil penghitungan atau pengukuran kuantitatif maupun kualitas mengenai karakteristik-karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya.

Johnson and Bhattacharyya (1985: 8) menyatakan Populasi adalah sekumpulan pengukuran (atau catatan beberapa karakteristik kualitatif) dari sejumlah unit dimana kesimpulan dibuat. Sugiyono (2010: 117) mendefinisikan populasi sebagai “wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai


(23)

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Menentukan populasi penelitian merupakan langkah penting dalam sebuah penelitian. Populasi bukan hanya terdiri dari orang, tetapi juga seluruh nilai dari benda-benda yang ada di alam. Populasi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek penelitian.

Populasi sasaran dari penelitian ini adalah SMA di Kota Bandar Lampung yang terakreditasi A, B, atau C. Populasi sasaran adalah populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Penentuan populasi penelitian ini didasarkan atas citra SMA yang telah terbentuk di masyarakat selama ini, yang terwakili oleh predikat akreditasi yang disandang oleh SMA tersebut.

Berikut adalah data SMA di Kota Bandar Lampung berdasarkan kelompok akreditasi yang telah dikeluarkan oleh BAN-S/M.

Tabel 3.2

Data SMA di Kota Bandar Lampung

No. Akreditasi Jumlah Sekolah Jumlah

Negeri Swasta

1 A 5 12 17

2 B 10 14 24

3 C 2 11 13

Total 17 37 54

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung, 2010

3.2.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto S., 2002: 109). Sugiyono (2010: 118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian


(24)

38

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Senada dengan pendapat tersebut, Sudjana (1993: 66) mendefinisikan sampel sebagai sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Alasan penggunaan sampel dalam penelitian antara lain adalah karena adanya masalah biaya, ketelitian dalam penelitian, penghematan waktu, percobaan yang sifatnya merusak, atau populasi yang tak terhingga (Sudjana, 1993: 67).

Sampel yang diambil dalam sebuah penelitian harus representative (mewakili populasinya) agar dapat dipertanggungjawabkan kesimpulannya. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Harun Al-Rasyid (1994: 44), yaitu:

1

Sedangkan n0 dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

N = Jumlah populasi n = Ukuran sampel

n0 = Banyaknya sampel yang diambil dalam setiap unit

S = Simpangan baku untuk variabel yang diteliti dalam populasi dengan menggunakan Deming’s Empirical Rule


(25)

Jumlah Sekolah yang terambil sebagai sampel dari tiap kelompok akreditasi disajikan dalam table berikut:

Tabel 3.3

Jumlah Sekolah Menengah Atas yang Terambil Sebagai Sampel

No. Akreditasi Jumlah Sekolah Jumlah

Negeri Swasta

1 A 5 5 10

2 B 7 8 15

3 C 2 6 8

Total 14 19 33

3.2.4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel. Teknik sampling dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu probability

sampling dan non probability sampling (Sugiyono, 2010: 118). Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah teknik Stratified

Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk

populasi yang berstrata dan memiliki karakter yang cenderung heterogen, sehingga diambil strata-strata yang memiliki anggota yang cenderung homogen dalam strata dan heterogen antar strata.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menentukan SMA yang akan dijadikan sampel adalah pertama-tama kita pisahkan SMA berdasarkan status


(26)

40

akreditasi yang diterimanya, jadi populasi yang ada di bagi ke dalam tiga kelompok sub populasi (stratum), yaitu kelompok SMA yang terakreditasi A (selanjutnya disebut kelompok A), kelompok SMA yang terakreditasi B (kelompok B), dan kelompok SMA yang terakreditasi C (Kelompok C). Langkah selanjutnya adalah pengambilan sampel dari tiap-tiap kelompok. Setiap SMA yang terpilih sebagai sampel, diambil secara acak sejumlah siswa sebagai responden untuk diambil pendapat/persepsinya mengenai mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah tersebut.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang terkumpul diperlukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Teknik pengumpulan data ini merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner/angket, yaitu teknik pengumpulan data primer melalui penyebaran seperangkat kuesioner (daftar pertanyaan) yang dibuat secara tertulis dan disusun sedemikian rupa sehubungan dengan masalah yang sedang diteliti kepada siswa SMA yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini.

2. Pengumpulan data sekunder, berupa data SMA yang ada di Kota Bandar Lampung, serta status akreditasinya, yang diperoleh dari website Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) dan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung.


(27)

3.2.6 Validitas dan Reliabilitas Data

Data memiliki kedudukan yang sangat penting dalam penelitian, karena data merupakan pengembangan dari variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai pembentukan hipotesis, sehingga benar tidaknya data sangat menentukan mutu hasil penelitian. Sementara, benar tidaknya data sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut. Syarat yang harus dimiliki oleh sebuah instrumen yang baik adalah valid dan reliabel.

Validitas sebuah instrumen merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto S., 2002: 145).

Tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk, yang mengorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing item dengan jumlah skor yang diperoleh dari semua pertanyaan/item dalam instrumen (skor total instrumen). Korelasi antara masing-masing skor dengan skor totalnya harus sigifikan. Berdasarkan ukuran statistika, bila ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur atau instrumen tersebut memiliki validitas.

Rumus yang digunakan dalam mengukur validitas sebuah instrumen adalah rumus korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

∑ ∑ ∑


(28)

42

Pengujian keberartian koefisien korelasi (r) dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan uji t sebagai berikut:

√ 2

√1 ; %& 2

Hasil thitung di atas, dibandingkan dengan nilai t yang diperoleh dari tabel, dengan tingkat kekeliruan α = 0,05 dan derajat kebebasan n-2, untuk mengetahui apakah item tersebut valid atau tidak. Sebuah item dikatakan valid jika thitung > ttabel.

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik, atau dengan kaata lain, reliabilitas merupakan tingkat keterandalan suatu instrumen (Arikunto S., 2002).

Pengujian reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

'( 1) *1 ( ∑ +

Keterangan:

ri : Reliabilitas instrumen

k : jumlah item/butir pertanyaan

Si : Varians dari masing-masing item pertanyaan St : Varians total

Keputusan untuk menentukan apakah instrument tersebut reliabel atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai ri dengan nilai rtabel (nilai r


(29)

yang diperoleh dari table) dengan tingkat kekeliruan α dan jumlah sampel n. Instrumen tersebut reliable jika nilai ri > rtabel.

Instrumen penelitian yang telah dibangun berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun pada Tabel 3.1 di atas selanjutnya diujikan kepada 38 responden (siswa Sekolah Menengah Atas), untuk diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai korelasi antara tiap-tiap item dengan nilai totalnya. Nilai thitung yang diperoleh ini kemudian dibandingkan dengan nilai t yang diperoleh dari tabel distribusi t student dengan tingkat kekeliruan 0,05 dan derajat kebebasan 36 (ttabel = t0,05;36 = 1,685). Pengujian tersebut menghasilkan nilai yang tertera dalam table 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Sub Variabel / Dimensi Item Korelasi

( r ) thitung Keterangan Mutu Pelayanan Pendidik (X)

Tangible (X1) 1 0,421 2,786 Valid

2 0,467 3,173 Valid

3 0,522 3,669 Valid

4 0,430 2,855 Valid

5 0,677 5,512 Valid

6 0,575 4,216 Valid

7 0,548 3,931 Valid

8 0,488 3,354 Valid

Empathy (X2) 9 0,610 4,617 Valid

10 0,516 3,618 Valid

11 0,621 4,754 Valid

12 0,611 4,632 Valid

13 0,663 5,308 Valid

14 0,609 4,603 Valid

Responsiveness (X3) 15 0,764 7,101 Valid

16 0,705 5,963 Valid

17 0,737 6,552 Valid

18 0,679 5,550 Valid


(30)

44

Sub Variabel / Dimensi Item Korelasi

( r ) thitung Keterangan

20 0,562 4,078 Valid

21 0,722 6,253 Valid

22 0,648 5,100 Valid

23 0,760 7,024 Valid

24 0,633 4,903 Valid

Assurance (X5) 25 0,592 4,409 Valid

26 0,760 7,012 Valid

27 0,599 4,483 Valid

28 0,610 4,619 Valid

Citra Sekolah (Y)

Common product

attributes, benefits, or attitudes (Y1)

1 0,565 4,106 Valid

2 0,227 1,395 Tidak Valid

3 0,615 4,683 Valid

4 0,680 5,571 Valid

5 0,685 5,640 Valid

6 0,678 5,539 Valid

7 0,691 5,732 Valid

People and relationship

(Y2)

8 0,886 11,475 Valid

9 0,787 7,645 Valid

10 0,741 6,627 Valid

11 0,456 3,076 Valid

12 0,577 4,234 Valid

13 0,731 6,420 Valid

14 0,800 7,986 Valid

15 0,587 4,355 Valid

16 0,739 6,587 Valid

Value and Program (Y3) 17 0,823 8,698 Valid

18 0,597 4,469 Valid

19 0,822 8,648 Valid

20 0,764 7,116 Valid

Credibility (Y4) 21 0,662 5,304 Valid

22 0,552 3,970 Valid

23 0,266 1,656 Tidak Valid

24 0,645 5,058 Valid

Hasil perhitungan di atas memperlihatkan bahwa seluruh item untuk mengukur variabel mutu pelayanan pendidik secara statistika valid. Sementara item untuk mengukur variabel citra sekolah terdapat 2 item yang tidak valid (karena nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel). Item pembangun variabel citra


(31)

sekolah yang tidak valid adalah item nomor 2 dan 23. Item nomor 2 merupakan item pembangun untuk dimensi Common product attributes, benefits, or attitudes (Y1). Sedangkan item nomor 23 merupakan item pembangun untuk dimensi

Corporate Credibility (Y4).

Validitas sub variabel/dimensi yang membangun variabel mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah juga dapat dicari dengan cara yang sama. Hasil analisis Validitas sub variabel dapat dilihat dalam table 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Sub Variabel Instrumen Penelitian Sub variabel Korelasi

( r ) Keterangan

Tangible (X1) 0.830 Valid

Empathy (X2) 0.875 Valid

Responsiveness (X3) 0.863 Valid

Reliability (X4) 0.883 Valid

Assurance (X5) 0.831 Valid

Common product attributes,

benefits, or attitudes (Y1) 0.839

Valid

People and relationship (Y2) 0.925 Valid

Value and Program (Y3) 0.929 Valid

Credibility (Y4) 0.812 Valid

Tabel 3.5 di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi dari sub variabel terhadap variabel yang dibangunnya lebih besar dari 0,7, sehingga dapat dikatakan bahwa sub variabel tersebut merupakan pembangun konstruk yang kuat dari variabel yang dibangunnya.

Penghitungan nilai reliabilitas instrumen (ri) dengan menggunakan Cronbach Alpha dilakukan dengan alat bantu SPSS 17.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas instrumen mutu pelayanan


(32)

46

pendidik adalah sebesar 0,937 dan nilai reliabilitas instrumen citra sekolah adalah sebesar 0,943. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan adalah reliabel.

Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh pada uji coba instrumen yang telah dilakukan, bahwa instrumen ini valid dan reliabel seluruh butirnya, kecuali butir 2 dan butir 23 untuk item variabel Citra Sekolah, maka instrumen ini layak digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data, setelah menghilangkan butir 2 dan butir 23 pada variabel Citra Sekolah.

3.2.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan angket/kuesioner sebagai alat atau instrumen dalam pengumpulan datanya. Angket ini disusun berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian, yang hendak diteliti, untuk mengungkapkan pengaruh yang ditimbulkan oleh mutu pelayanan pendidik (guru) terhadap citra sekolah pada siswa Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung.

Kuesioner yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan format skala semantik differensial (Semantic Differential scale) yang dikembangkan oleh Osgood. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau persepsi responden terhadap suatu masalah. Alternatif jawaban dalam skala ini berbentuk garis kontinum yang diapit oleh dua kutub, yaitu jawaban yang sangat positif di satu sisi dan jawaban yang sangat negatif di seberangnya. Data yang diperoleh dengan menggunakan skala pengukuran ini adalah interval.


(33)

Analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Menyusun data

Kegiatan ini dilakukan untuk mengecek kelengkapan identitas responden serta kelengkapan data/jawaban yang diberikan responden sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Tabulasi data

Tabulasi data dilakukan setelah menyaring dan memisahkan data yang lengkap dengan yang tidak lengkap. Langkah-langkah dalam tabulasi data pada penelitian ini adalah:

a. Memberi skor pada setiap item pertanyaan dalam kuesioner b. Menyusun skor yang diperoleh ke dalam sebuah tabel matrik

c. Menjumlahkan skor pada tiap item, dan merata-ratakannya, dengan cara membagi jumlah skor dengan jumlah responden tiap sekolah

d. Menjumlahkan rata-rata tiap item tersebut di atas, sehingga menjadi nilai dari sekolah.

3. Menganalisis data, yaitu proses pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistika, serta menginterpretasikan hasil analisis agar dapat diperoleh sebuah kesimpulan.

Analisis deskriptif pada penelitian ini, yaitu mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar lampung, dilakukan dengan


(34)

48

membandingkan skor yang diperoleh melalui survei antara sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi A, B, dan C. Langkah-langkah yang ditempuh dalam memperoleh nilai yang digunakan sebagai pembanding adalah sebagai berikut:

1. Data yang telah dikumpulkan dan ditabulasikan ke dalam matriks tabel, dipisahkan berdasarkan status akreditasi yang disandang sekolah.

2. Hitung nilai minimum dan maksimum yang diperoleh tiap kelompok, serta rata-ratanya.

3. Buat kesimpulan mengenai sebaran mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah dari tiap-tiap kelompok akreditasi sekolah.

Analisis deskriptif ini juga digunakan untuk menjawab hipotesis komparatif mengenai nilai mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung yang memiliki akreditasi A, B, dan C. Langkah tambahan yang ditempuh untuk menjawab hipotesis komparatif ini adalah dengan menguji nilai rata-rata mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah yang diperoleh masing-masing kelompok akreditasi sekolah, dengan menggunakan statistik uji beda dua rata-rata.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi linier sederhana, yaitu antara variabel kualitas pelayanan pendidik sebagai variabel bebas (X) dengan variabel citra sekolah sebagai variabel terikat (Y).

Korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara mutu pelayanan pendidik dengan citra sekolah. Mutu pelayanan pendidik yang terdiri atas 5


(35)

dimensi pembangun (Tangible, Empathy, Responsiveness, Reliability, dan

Assurance), diukur tingkat korelasinya dengan variabel citra sekolah, baik sebagai

sebuah variabel mutu pelayanan pendidik maupun sebagai 5 sub variabel pembangunnya.

Ada dua macam hubungan yang mungkin terjadi, yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan variabel X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan atau penurunan nilai X secara umum akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan nilai Y secara signifikan. Sedangkan hubungan negatif terjadi jika kenaikan nilai dari variabel X diikuti oleh penurunan variabel Y, atau sebaliknya, penurunan variabel X, akan diikuti oleh kenaikan nilai variabel Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui kuat atau tidaknya sebuah hubungan dari dua variabel disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi berada dalam interval -1 hingga 1 (-1 ≤ r ≤ 1), yang memiliki arti:

r = -1, menandakan hubungan kedua variabel adalah hubungan sempurna dan negatif (nilai r yang semakin mendekati -1 menandakan hubungan negatif yang sangat kuat, artinya, kenaikan variabel X akan diikuti oleh penurunan variabel Y secara pasti)

r = 1, menyatakan bahwa hubungan antara X dan Y adalah sempurna dan positif (nilai r yang mendekati 1 menandakan bahwa hubungan kedua variabel sangat kuat, artinya, kenaikan nilai variabel X akan diikuti oleh kenaikan nilai variabel Y secara pasti)


(36)

50

r = 0, mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel (nilai r yang semakin mendekati 0, mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah)

Penentuan koefisien korelasi (r) dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi poduk moment dari pearson (Pearson’s product moment

coefficient of correlation) karena penelitian ini menggunakan data yang berskala

interval. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien korelasi r adalah:

,- .. ,-,.

-Variabel X dikatakan berpengaruh terhadap variabel Y secara signifikan jika perubahan yang terjadi dalam variabel X, akan menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai Y. Dengan kata lain, naik atau turunnya nilai X akan membuat nilai Y juga naik atau turun.

Sugiyono (2002: 183) menginterpretasikan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel, yang sering dijadikan patokan dalam penelitian-penelitian, sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(37)

Patokan semacam itu, merupakan oversimplification dari sesuatu yang sebenarnya kompleks, sehingga pedoman tersebut tidak jarang memberikan petunjuk yang menyesatkan sejumlah orang yang terlalu bergantung kepada kebenaran otoritas (Furqon, 2009: 113).

Pengukuran pengaruh dari mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Istilah regresi pertama kali dikemukakan oleh Francis Galton (1822-1911) dalam penelitiannya mengenai pengaruh tinggi badan orang tua terhadap tinggi badan anaknya (Gujarati, D. N., 2004:17). Pearson & Lee (1903) dalam Gujarati (2004:18) memperkuat hukum regresi semesta dari Galton sebagai berikut:

Regression analysis is concerned with the study of the dependence of one variable, the dependent variable, on one or more other variables, the explanatory variables, with a view to estimating and/or predicting the (population) mean or average value of the former in terms of the known or fixed (in repeated sampling) values of the latter.

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana, karena melibatkan hanya dua variabel saja, satu variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah variabel mutu pelayanan pendidik, sedangkan variabel terikat (Y) adalah variabel citra sekolah. Bentuk persamaan regresi linier sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(38)

52

/ / 0

Dimana:

β0 : Intercept atau titik potong pada sumbu ordinat (Y)

β1 : Koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X (besarnya penurunan atau kenaikan Y untuk setiap perubahan satu satuan variaebe X)

εi : Galat prediksi yang terjadi secara acak

Nilai galat prediksi dalam persamaan di atas, merupakan variasi nilai pada variabel Y yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel X. Untuk keperluan analisis, digunakan nilai Y yang diprediksi (predicted Y=Y’=1), sehingga persamaan regresi linier sederhana antara variabel mutu pelayanan pendidik (X) dan variabel citra sekolah (Y) di atas menjadi:

2 /3 /3

Dimana:

Yi’ adalah nilai Y yang diprediksikan berdasarkan nilai X, dan /3 %4 /3 adalah nilai taksiran dari β0 dan β1.

Analisis regresi digunakan untuk menaksir model persamaan regresi di atas, dengan mencari nilai taksiran β0 dan β1. Metode yang digunakan untuk mencari nilai taksiran dari β0 dan β1 adalah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square Method), atau OLS (Ordinary Least Square) yaitu metode yang diperoleh dengan meminimalkan nilai jumlah kuadrat kekeliruan/galat (ε).

Nilai β0 dan β1 pada persamaan regresi linier sederhana dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


(39)

/3 ..

,-,,

/3 5 /3 5

Dimana:

sxy merupakan kovarians (variansi bersama) antara variabel X dan variabel Y, sxx adalah variansi dari variabel X.

sxy dan sxx dapat dicari dengan menggunakan rumus:

.,- ∑ ∑1

dan

.,, ∑ 1

sehingga rumus untuk mencari nilai taksiran β0 dan β1 di atas dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

/3 ∑

/3 ∑ ∑

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis regresi menggunakan metode kuadrat terkecil adalah sebagai berikut:


(40)

54

1. Mencari harga-harga yang diperlukan dalam penghitungan nilai koefisien regresi (koefisien β0 dan koefisien β1), yaitu ∑ Xi , ∑ Yi , ∑ Xi.Yi , dan

∑ Xi2.

2. Memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus nilai taksiran β0 dan β1.

Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y, dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2), yang dapat dihitung menggunakan rumus:

6 ..

,-,,.

--.-- ∑ 1

6 /3 ..

,--- /3

∑ ∑ ∑

∑ ∑

Hasil analisis di atas, perlu diuji signifikansinya. Pengujian signifikansi ini dilakukan dengan menguji hipotesis penelitian yang telah dijabarkan dalam pembahasan sebelumnya. Hipotesis penelitian yang perlu diuji adalah hipotesis komparatif dan hipotesis asosiatif. Sebelum melangkah lebih jauh dengan pengujian hipotesis penelitian ini, perlu dilakukan penjabaran hipotesis ini ke dalam hipotesis statistik. Dalam penelitian ini, hipotesis statistik yang akan diuji adalah:


(41)

1. H0 : µXA = µXB = µXC melawan H1 : Minimal ada satu tanda “=” tidak benar, artinya apakah terdapat perbedaan mutu pelayanan pendidik yang signifikan antara kelompok sekolah yang terakreditasi type A, B, dan C

2. H0 : µYA = µYB = µYC melawan H1 : Minimal ada satu tanda “=” tidak benar, artinya apakah terdapat perbedaan citra sekolah yang signifikan antara kelompok sekolah yang terakreditasi type A, B, dan C

3. H0 : ρA = 0 melawan H1 : ρA > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung yang terakreditasi type A.

4. H0 : ρB = 0 melawan H1 : ρB > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung yang terkareditasi type B.

5. H0 : ρC = 0 melawan H1 : ρC > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung yang terkareditasi type C.

6. H0 : ρ = 0 melawan H1 : ρ > 0, artinya apakah ada hubungan yang positif dari mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung. 7. H0 : β1 = 0 melawan H1 : β1 > 0, yang artinya bahwa terdapat pengaruh yang positif dari variabel mutu pelayanan pendidik terhadap citra sekolah di SMA di Kota Bandar Lampung, atau dengan kata lain, perubahan nilai mutu pelayanan pendidik akan menimbulkan perubahan nilai pada citra sekolahnya secara simultan.


(42)

56

Pengujian hipotesis 1 dan 2 dikenal dengan analisis variansi (ANAVA). Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji F, dengan derajat kebebasan (k-1;n-k), dimana k adalah jumlah kelompok yang diuji (dalam penelitian ini k=3, yaitu kelompok SMA yang terakreditasi A, B, dan C), dan n adalah jumlah sampel secara keseluruhan (n = n1 + n2 + n3). Rumus yang digunakan dalam uji ANAVA ini adalah:

Sumber variasi dk Jumlah Kuadrat (SS)

Rata-rata Kuadrat (MS)

F Antar Kelompok (B)

Dalam Kelompok (W)

k-1 n-k SSB SSW MSB MSW 7 8 7 9

Total (T) n-1 SST - -

Dimana:

: ; ;< = 5>

? =@ A @

8 ; 5 5

A @

9 : 8 ; ;< = 5 >

? =@ A @

7 8 ( 18

7 9 7 9(

Dengan:

5 ∑ ∑A@ =@? =

∑A @


(43)

Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis ini adalah tolak H0 pada taraf kepercayaan 95%, jika F yang diperoleh dari hasil perhitungan di atas lebih besar dari F yang diperoleh dari table, dengan derajat bebas (k-1;n-k) dan tingkat kekeliruan 0,05.

Hipotesis 3 sampai dengan hipotesis 7 diuji dengan menggunakan statistik uji t student. Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis 3 sampai dengan hipotesis 6 adalah:

√ 2

√1 Dimana:

r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya data/sampel

Nilai t yang diperoleh dari hasil perhitungan di atas, selanjutnya ditulis thitung untuk membedakan dengan nilai t yang diperoleh dari table distribusi t student (selanjutnya ditulis ttabel). Nilai ttabel diperoleh dari table distribusi t

student, dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 dan derajat kebebasan n-2.

Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah tolak H0 jika nilai thitung lebih besar dari ttabel. Artinya, jika nilai thitung lebih besar dari ttabel, dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara dua variabel yang diujikan, dengan taraf kepercayaan 95%.

Pengujian hipotesis nomor 7 dilakukan dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut:

/3 .

.,,


(44)

58

Dimana:

. C2

C .-- ..

,-,,

Nilai t yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t yang diperoleh dari table distribusi t student, dengan tingkat kekeliruan α=0,05 dan derajat kebebasan dk=n-2. Kriteria pengambilan keputusan untuk pengujian ini adalah, tolak H0 jika thitung lebih besar dari ttabel. Jika nilai thitung lbih besar dari nilai ttabel, maka dapat dikatakan bahwa model persamaan regresi di atas dapat diterima secara signifikan. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh status akreditasi terhadap citra sekolah. Status akreditasi yang merupakan variabel yang berisi data kategori, memerlukan perlakuan khusus dalam analisis regresi. Analisis yang digunakan untuk mengikutsertakan variabel kategori adalah analisis regresi dengan menggunakan variabel dummy (variabel boneka). Kriteria pembuatan variabel dummy ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah variabel dummy yang disertakan dalam analisis regresi adalah mengikuti rumus k-1, dimana k adalah jumlah kategori. Status akreditasi yang hendak disertakan dalam analisis memiliki tiga kategori, yaitu A, B, dan C, sehingga variabel dummy yang digunakan adalah 2.


(45)

- Variabel dummy pertama (selanjutnya dilambangkan dengan A), berisi nilai 1 dan 0. Nilai 1 adalah untuk kelompok sekolah yang terakreditasi A, dan 0 untuk kelompok lainnya.

- Variabel dummy kedua (B), memiliki nilai 1 dan 0, dimana nilai 1 adalah untuk kelompok sekolah yang terakreditasi B dan 0 untuk kelompok lainnya.

Persamaan garis regresi untuk kasus ini adalah:

/ / / D /EF 0

Y adalah variabel Citra Sekolah, X Mutu Pelayanan Pendidik, A dan B adalah variabel dummy untuk status akreditasi.


(46)

114 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai mutu pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik serta persepsi siswa mengenai citra sekolahnya pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung adalah:

1. Mutu Pelayanan Pendidik di Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung sudah cukup tinggi berdasarkan persepsi dari para siswa yang telah merasakan bentuk pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik di sekolahnya.

2. Persepsi siswa terhadap citra sekolahnya pada umumnya sudah baik, hanya ada beberapa sekolah yang memperoleh nilai pada kategori sedang untuk sekolah-sekolah yang terakreditasi C. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak meragukan kemampuan sekolahnya, terlepas dari status akreditasi yang disandangnya.

3. Mutu pelayanan yang dibangun berdasarkan lima variabel indikatornya, yaitu

Tangible, Empathy, Responsiveness, reliability, serta Assurance, tidak

didapati adanya perbedaan antara sekolah yang terakreditasi A dengan sekolah yang status akreditasinya B. Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan status akreditasi tidak berpengaruh terhadap mutu pelayanan dari tenaga pendidiknya.


(47)

Berbeda dengan yang terjadi pada kelompok sekolah yang berstatus akreditasi C, sekalipun siswa di sekolah tersebut telah merasa cukup dengan pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik di sekolahnya, tetapi nilainya masih di bawah mutu pelayanan tenaga pendidik yang ada di kelompok sekolah yang berstatus akreditasi A dan B.

4. Hal yang sama juga terjadi pada citra sekolah menurut pendapat peserta didiknya. Peserta didik yang berada di kelompok sekolah yang terakreditasi A dan kelompok sekolah yang terakreditasi B memiliki pandangan yang sama mengenai citra sekolahnya. Mereka sama-sama bangga dengan sekolahnya, sekalipun di beberapa komponen, ada sekolah yang mendapatkan citra yang sedang di mata peserta didiknya. Sedangkan sekolah yang memiliki status akreditasi C memiliki citra yang lebih rendahdibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi A dan B.

5. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Nguyen and Leblanc (TK, 2010) bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi citra sebuah perusahaan adalah dimensi psikologis yang didasarkan atas pengalaman konsumen pada saat berinteraksi dengan perusahaan, maka dalam penelitian ini pun dapat dibuktikan bahwa Citra Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung dipengaruhi oleh Mutu Pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik, sebagai orang yang paling sering berhubungan dengan peserta didik. Pendapat ini sesuai untuk kondisi sekolah secara umum serta untuk sekolah-sekolah yang memiliki status akreditasi A dan B. Sekolah-sekolah yang memiliki status akreditasi C tidak mengikuti teori ini,


(48)

116

dikarenakan peserta didik di sekolah ini sudah menilai rendah terhadap citra sekolahnya yang secara umum memiliki peringkat yang rendah, terbukti dari status akreditasi yang diterimanya.

6. Status akreditasi juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap citra sekolah. Sekolah dengan status akreditasi B memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi A dan C, serta sekolah yang terakreditasi A memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi C. Artinya, status akreditasi A yang disandang oleh sekolah membuat usaha untuk meningkatkan mutu dan citra sekolahnya mengalami penurunan, dibandingkan dengan usaha yang dilakukan oleh sekolah yang terakreditasi B, yang memiliki keinginan yang kuat untuk meraih status akreditasi A.

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan penelitian yang diperoleh setelah melakukan pengujian terhadap hasil penelitian di lapangan, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di Kota Bandar Lampung pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas, dimana penlitian ini dilakukan. Saran-saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Status akreditasi A tentu lebih baik daripada status akreditasi B, tetapi dalam penelitian ini, status akreditasi tidak memberikan pengaruh kepada perbedaan antara mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah. Sekolah-sekolah yang


(49)

memiliki akreditasi A seharusnya memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi B. Sekolah dengan status akreditasi yang lebih tinggi, seharusnya diberikan kemandirian dalam mengelola pembelajaran, serta merubah paradigma berpikir kepada organisasi modern, dimana konsumen atau pelanggan (siswa dan orang tua siswa) berada pada urutan tertinggi dalam nilai dan kepentingan sekolah (Kotler, 2009: 172), disamping peningkatan wawasan pendidik dan tenaga kependidikan mengenai pelayanan prima.

2. Sekolah-sekolah yang status akreditasinya C, berdasarkan penelitian ini memiliki citra yang sedang, walaupun tidak sampai rendah, jelas sangat mengganggu kenyamanan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Citra yang baik, tentu akan memberikan kebanggaan atau loyalitas dari siswa dalam membawa nama sekolah. Sehingga kelompok ini harus melakukan pembenahan terhadap citranya dengan meningkatkan nilai terendah yang diperoleh, yaitu pada dimensi komunikasi dan sikap serta nilai-nilai yang ditanamkan sekolah. Peningkatan komunikasi dan sikap dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan dengan melakukan komunikasi yang efektif terhadap sesama pendidik dan tenaga kependidikan juga kepada siswa. Sementara peningkatan nilai pada dimensi nilai dan program yang dikembangkan sekolah, maka pihak sekolah seharusnya lebih mengutamakan peningkatan nilai-nilai sosial dan moral dari pendidik dan tenaga kependidikan, untuk dapat dijadikan contoh yang baik oleh peserta didik.


(50)

118

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Al-Rasyid, H. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pascasarjana UNPAD.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Caldwell, B. J., & Harris, J. (2009). Why not the Best School? Camberwell: ACER Press.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu

Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2009). Permendiknas Nomor 63 tentang

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2005). PP Nomor 19 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2003). Undang-undang Nomor 20 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gaspersz, V. (1997). Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep Kualitas

dalam Manajemen Bisnis Total . Jakarta: Gramedia.

Gronroos, C. (1990). Service Management and Marketing. Massachussetts: Lexinton Book S, DC.

Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics (4th ed.). New York: McGraw-Hill. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.


(51)

Johnson, R., & Bhattacharyya, G. (1985). Statistics Principles and Methods. Canada: John Wiley & Sons Inc.

Kotler, P., & keller, K. L. (2009). Manajemen pemasaran Jilid 1. (B. Molan, Trans.) Jakarta: PT. Indeks.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran Jilid 2. (B. Molan, Trans.) Jakarta: PT.Indeks.

Kotler, P., Armstrong, G., Saunders, J., & Wong, V. (1999). Principles of

Marketing (2nd Europe ed.). New Jersey: Prentice Hall Inc.

Macaulay, S., & Cook, S. (1997). How to Improve Your Customer Service, Kiat

Meningkatkan Pelayanan Bagi pelanggan. (Y. I. Sambodo, Trans.)

Jakarta: Gramedia.

Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research: An Applied Orientation. New Jersey: Prentice Hall.

Murdick, R. G., Ross, J. E., & Claggett, J. R. (1990). Information Systems for

Modern Management. New Jersey: Prentice Hall.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1990). Delivering Quality

Service, Balancing Customer perceptions and Expectation. New York: the

Free Press.

Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rochaety, E. d. (2005). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Education International.

Sagala, S. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. (2008). Total Quality Management in Education. (A. A. Riyadi, & Fahrurrozi, Trans.) Jogjakarta: IRCiSoD.

Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(52)

120

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional, Layanan Dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Bandung: Mutiara Ilmu.

Sumayang, L. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Suryadi, A. (2010). Teori, Konsep, dan Aplikasi Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Keunggulan. Lokakarya Penulisan Tesis pada Program

Studi Penjaminan Mutu Pendidikan SPS UPI (p. 11). Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sutojo, S. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun LAN. (2003). Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi negara.

Tjiptono, F. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.

Tjiptono, F. (2005). Pemasaran Jasa. Malang: Banyumedia Publishing.

Tjiptono, F., & Chandra, G. (2007). Service, Quality & Satisfaction (2nd ed.). Yogyakarta: Andi Offset.

Umar, H. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Zamroni. (2007). Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.


(1)

115

Berbeda dengan yang terjadi pada kelompok sekolah yang berstatus akreditasi C, sekalipun siswa di sekolah tersebut telah merasa cukup dengan pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik di sekolahnya, tetapi nilainya masih di bawah mutu pelayanan tenaga pendidik yang ada di kelompok sekolah yang berstatus akreditasi A dan B.

4. Hal yang sama juga terjadi pada citra sekolah menurut pendapat peserta didiknya. Peserta didik yang berada di kelompok sekolah yang terakreditasi A dan kelompok sekolah yang terakreditasi B memiliki pandangan yang sama mengenai citra sekolahnya. Mereka sama-sama bangga dengan sekolahnya, sekalipun di beberapa komponen, ada sekolah yang mendapatkan citra yang sedang di mata peserta didiknya. Sedangkan sekolah yang memiliki status akreditasi C memiliki citra yang lebih rendahdibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi A dan B.

5. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Nguyen and Leblanc (TK, 2010) bahwa salah satu komponen yang mempengaruhi citra sebuah perusahaan adalah dimensi psikologis yang didasarkan atas pengalaman konsumen pada saat berinteraksi dengan perusahaan, maka dalam penelitian ini pun dapat dibuktikan bahwa Citra Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Bandar Lampung dipengaruhi oleh Mutu Pelayanan yang diberikan oleh tenaga pendidik, sebagai orang yang paling sering berhubungan dengan peserta didik. Pendapat ini sesuai untuk kondisi sekolah secara umum serta untuk sekolah-sekolah yang memiliki status akreditasi A dan B. Sekolah-sekolah yang memiliki status akreditasi C tidak mengikuti teori ini,


(2)

dikarenakan peserta didik di sekolah ini sudah menilai rendah terhadap citra sekolahnya yang secara umum memiliki peringkat yang rendah, terbukti dari status akreditasi yang diterimanya.

6. Status akreditasi juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap citra sekolah. Sekolah dengan status akreditasi B memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi A dan C, serta sekolah yang terakreditasi A memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan sekolah yang terakreditasi C. Artinya, status akreditasi A yang disandang oleh sekolah membuat usaha untuk meningkatkan mutu dan citra sekolahnya mengalami penurunan, dibandingkan dengan usaha yang dilakukan oleh sekolah yang terakreditasi B, yang memiliki keinginan yang kuat untuk meraih status akreditasi A.

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan penelitian yang diperoleh setelah melakukan pengujian terhadap hasil penelitian di lapangan, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya di Kota Bandar Lampung pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas, dimana penlitian ini dilakukan. Saran-saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Status akreditasi A tentu lebih baik daripada status akreditasi B, tetapi dalam penelitian ini, status akreditasi tidak memberikan pengaruh kepada perbedaan antara mutu pelayanan pendidik dan citra sekolah. Sekolah-sekolah yang


(3)

117

memiliki akreditasi A seharusnya memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi B. Sekolah dengan status akreditasi yang lebih tinggi, seharusnya diberikan kemandirian dalam mengelola pembelajaran, serta merubah paradigma berpikir kepada organisasi modern, dimana konsumen atau pelanggan (siswa dan orang tua siswa) berada pada urutan tertinggi dalam nilai dan kepentingan sekolah (Kotler, 2009: 172), disamping peningkatan wawasan pendidik dan tenaga kependidikan mengenai pelayanan prima.

2. Sekolah-sekolah yang status akreditasinya C, berdasarkan penelitian ini memiliki citra yang sedang, walaupun tidak sampai rendah, jelas sangat mengganggu kenyamanan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Citra yang baik, tentu akan memberikan kebanggaan atau loyalitas dari siswa dalam membawa nama sekolah. Sehingga kelompok ini harus melakukan pembenahan terhadap citranya dengan meningkatkan nilai terendah yang diperoleh, yaitu pada dimensi komunikasi dan sikap serta nilai-nilai yang ditanamkan sekolah. Peningkatan komunikasi dan sikap dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan dengan melakukan komunikasi yang efektif terhadap sesama pendidik dan tenaga kependidikan juga kepada siswa. Sementara peningkatan nilai pada dimensi nilai dan program yang dikembangkan sekolah, maka pihak sekolah seharusnya lebih mengutamakan peningkatan nilai-nilai sosial dan moral dari pendidik dan tenaga kependidikan, untuk dapat dijadikan contoh yang baik oleh peserta didik.


(4)

118

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Al-Rasyid, H. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pascasarjana UNPAD.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Caldwell, B. J., & Harris, J. (2009). Why not the Best School? Camberwell: ACER Press.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional RI. (2009). Permendiknas Nomor 63 tentang

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2005). PP Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2003). Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gaspersz, V. (1997). Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total . Jakarta: Gramedia.

Gronroos, C. (1990). Service Management and Marketing. Massachussetts: Lexinton Book S, DC.

Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics (4th ed.). New York: McGraw-Hill. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.


(5)

119

Johnson, R., & Bhattacharyya, G. (1985). Statistics Principles and Methods. Canada: John Wiley & Sons Inc.

Kotler, P., & keller, K. L. (2009). Manajemen pemasaran Jilid 1. (B. Molan, Trans.) Jakarta: PT. Indeks.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran Jilid 2. (B. Molan, Trans.) Jakarta: PT.Indeks.

Kotler, P., Armstrong, G., Saunders, J., & Wong, V. (1999). Principles of Marketing (2nd Europe ed.). New Jersey: Prentice Hall Inc.

Macaulay, S., & Cook, S. (1997). How to Improve Your Customer Service, Kiat Meningkatkan Pelayanan Bagi pelanggan. (Y. I. Sambodo, Trans.) Jakarta: Gramedia.

Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research: An Applied Orientation. New Jersey: Prentice Hall.

Murdick, R. G., Ross, J. E., & Claggett, J. R. (1990). Information Systems for Modern Management. New Jersey: Prentice Hall.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1990). Delivering Quality Service, Balancing Customer perceptions and Expectation. New York: the Free Press.

Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rochaety, E. d. (2005). Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Education International.

Sagala, S. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. (2008). Total Quality Management in Education. (A. A. Riyadi, & Fahrurrozi, Trans.) Jogjakarta: IRCiSoD.

Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional, Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Bandung: Mutiara Ilmu.

Sumayang, L. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Suryadi, A. (2010). Teori, Konsep, dan Aplikasi Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Keunggulan. Lokakarya Penulisan Tesis pada Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan SPS UPI (p. 11). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sutojo, S. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun LAN. (2003). Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi negara.

Tjiptono, F. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset.

Tjiptono, F. (2005). Pemasaran Jasa. Malang: Banyumedia Publishing.

Tjiptono, F., & Chandra, G. (2007). Service, Quality & Satisfaction (2nd ed.). Yogyakarta: Andi Offset.

Umar, H. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Zamroni. (2007). Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.