PERBANDINGAN ANTARA TANGKISAN DUA DENGAN TANGKISAN DELAPAN TERHADAPAN KETEPATAN TUSUKAN RIPOSTE PADA ATLET ANGGAR JENIS SENJATA DEGEN: Studi Deskriptif pada Atlet Klub SFC Kab. Tasikmalaya.
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PERBANDINGAN ANTARA TANGKISAN DUA DENGAN TANGKISAN DELAPAN TERHADAP KETEPATAN TUSUKAN RIPOSTE PADA
ATLET ANGGAR JENIS SENJATA DEGEN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh: Andi Yanto
0900020
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
PERBANDINGAN ANTARA TANGKISAN DUA DENGAN TANGKISAN DELAPAN TERHADAP KETEPATAN TUSUKAN RIPOSTE PADA ATLET
ANGGAR JENIS SENJATA DEGEN
Oleh Andi Yanto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagai dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
©Andi Yanto2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : ANDI YANTO
NIM : 0900020
Jurusan : PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
Judul : PERBANDINGAN ANTARA TANGKISAN DUA
DENGAN TANGKISAN DELAPAN TERHADAP KETEPATAN TUSUKAN RIPOSTE PADA ATLET ANGGAR JENIS SENJATA DEGEN.
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
(Drs. H. Hadi Sartono, M.Pd.) NIP. 196001131987031001
Pembimbing II
( Dr. Mulyana, M.Pd.) NIP. 197108041998021001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan
(Dr. R. Boyke M., M.Pd.) NIP. 196210231989031001
(4)
ABSTRAK
PERBANDINGAN ANTARA TANGKISAN DUA DENGAN TANGKISAN DELAPAN TERHADAPAN KETEPATAN TUSUKAN RIPOSTE PADA
ATLET ANGGAR JENIS SENJATA DEGEN
(Studi Deskriptif pada Atlet Klub SFC Kab. Tasikmalaya) ANDI YANTO
Pembimbing: 1. Drs. H. Hadi Sartono, M.Pd 2. Dr. Mulyana, M.Pd
Melalui skripsi ini penulis ingin mendeskripsikan bahwa teknik tangkisan dua lebih efektif terhadap ketepatan tusukan riposte pada atlet anggar jenis senjata degen. Karena dalam teknik tangkisan dua waktu dan tenaga yang diperlukan relatif sedikit, ujung senjata lawan ditekan jauh keluar bidang sasaran serta lebih mudah dalam pelaksanaannya. Untuk mencapai prestasi maksimal atlet anggar jenis senjata degen memerlukan teknik tangkisan yang tepat untuk melakukan riposte, karena itu diperlukan teknik tangkisan yang efektif dan efisien hasilnya untuk melakukan riposte. Bertolak dari itu, maka penulis ingin mengetahui: 1. Apakah teknik tangkisan dua efektif terhadap ketepatan tusukan riposte? 2. Apakah teknik tangkisan delapan efektif terhadap ketepatan tusukan riposte? 3. Manakah yang lebih efektif hasilnya terhadap tusukan riposte apabila senjata lawan mengarah kebagian badan bawah sebelah luar? Metoda penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi yang digunakan adalah atlet yang pernah mengikuti KEJURNAS yang ada di Klub. SFC Kab. Tasikmalaya sebanyak sepuluh orang dan menggunakan teknik Sampling Purposive. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah Tes Kuhadja (keteptan tusukan riposte). Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data dapat diketahui bahwa teknik tangkisan dua lebih efektif dibandingkan dengan teknik tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte apabila senjata lawan mengarah kebagian badan bawah sebelah luar.
Penulis merekomendasikan adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrument/item tes lain pada setiap variabel.
*MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA ANGKATAN 2009
(5)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Batasan Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Olahraga Anggar ... 9
(6)
C. Batasan Bidang Sasaran ... 17
D. Analisis Teknik Tangkisan ... 27
E. Efektifitas Teknik Tangkisan Dua Dengan Teknik Tangkisan Delapan Ditinjau Dari Mekanika Gerak ... 33
F. Anggapan Dasar ... 36
G. Hipotesis ... 38
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39
B. Variabel Dan Desain Penelitian ... 40
C. Populasi Dan Sampel ... 42
D. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 43
E. Instrumen Penelitian ... 44
F. Prosedur Pengelolaan Data Dan Analisis Data ... 46
BAB IV. HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Pengolahan dan Analisis Data ... 50
B. Diskusi Penemuan ... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran-saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 61
(7)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anggar adalah senibudaya olahraga beladiri dengan menggunakan senjata yang menekankan pada teknik kemampuan seperti memarang, menusuk atau menangkis. Dalam olahraga anggar dikenal ada tiga jenis senjata, yaitu floret (foil), degen (epee), dan sabel (sabre). Setiap senjata memiliki perbedaan baik dalam bentuk, bidang sasaran dan karakteristik khas teknik tangkisan serta pegangan.
Degen (epee) adalah salah satu jenis nomor senjata anggar yang dipakai khusus untuk menusuk. Pada senjata degen pedangnya relatif besar berbentuk huruf V dengan pelindung tangan ( kom ) pada senjata ini bundarnya jauh lebih besar dari pada senjata floret. Untuk bidang sasaran degen yaitu seluruh tubuh termasuk kepala, lengan, dan tungkai. Hal ini di jelaskan oleh Gaugler (1983:274) bahwa: “In epee fencing the entire body from head to foot is valid target”. Dari kutipan tersebut maksudnya adalah pada olahraga anggar jenis senjata degen sasarannya seluruh tubuh dari mulai kepala sampai kaki merupakan sasaran yang sah.
Di dalam olahraga anggar khususnya di nomor senjata degen terdapat beberapa teknik yang harus di kuasai, salah satunya adalah teknik tangkisan. Tangkisan dalam olahraga anggar merupakan usaha pertahanan yang dilakukan untuk menggagalkan serangan lawan dengan cara mengalihkan arah tusukan
(8)
lawan keluar dari bidang sasaran. Sebagaimana yang di jelaskan oleh Anderson (1970:62) bahwa “… the parry is finished when the attack is clear of the target …” maksudnya bahwa tangkisan adalah mengalihkan arah sasaran lawan keluar dari bidang sasaran. Kemudian menurut Faidillah Kurniawan (1996:59) bahwa:
“Menangkis dapat digambarkan sebagai suatu gerak bertahan dengan memagari yang secara sukses membelokkan suatu serangan pedang/senjata dari area target, mencegah suatu sentuhan sah”.
Dalam menangkis untuk cabang olahraga anggar khususnya nomor senjata degen, Tangkisan yang benar tidak hanya menggagalkan serangan lawan tetapi juga harus dapat melakukan serangan balasan atau riposte. Sebagaimana yang di jelaskan oleh Gaugler (1983:279) bahwa “The riposte is the thrust delivered immediately after the adversary’s attack has been parried”. Dari kutipan tersebut maksudnya adalah serangan balasan atau riposte merupakan serangan yang dilakukan dengan seketika setelah serangan dari musuh senjatanya di elakan atau di tangkis terlebih dahulu.
Untuk itu dalam cabang olahraga anggar dalam masalah teknik memegang peranan yang besar pada penampilan, sebab gerakan teknik yang tidak terkontrol dan terkoreksi akan meyebabkan faktor ketepatan kurang efektif, baik untuk serangan maupun riposte atau serangan balasan. Sedangkan untuk jenis senjata degen ketepatan tusukan sangat menentukan untuk mendapatkan suatu poin karena degen merupakan jenis senjata menusuk dengan seluruh tubuh termasuk kepala, badan, lengan dan tungkai.
(9)
3
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebagaimana yang di jelaskan Sajoto (1988:59) menjelaskan bahwa:
“Ketepatan atau accuracy adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran, sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus di kenai.”
Terdapat delapan teknik tangkisan dalam cabang olahraga anggar, khusunya di nomor senjata degen, yang berfungsi melindungi empat bagian bidang sasaran. Artinya setiap satu bidang sasaran dilindungi oleh dua teknik tangkisan. Pada dasarnya perbedaaan teknik tangkisan yang satu dengan yang lainnya terletak pada sikap lengan yang memegang senjata yang disesuaikan dengan fungsinya untuk melindungi bagian-bagian bidang sasaran.
Pada kenyataannya sikap pemain anggar adalah menyamping dalam posisi sikap sedia, keadaan demikian akan mengakibatkan serangan lawan banyak mengarah pada bidang sasaran bagian badan yang terdekat untuk di serang. Salah satunya bidang sasaran yang sering menjadi arah tusukan lawan adalah bidang bagian bawah badan, bagian tersebut termasuk pada bagian bidang sasaran bawah sebelah luar.
Terdapat dua teknik tangkisan yang biasa digunakan untuk menangkis serangan lawan yang mengarah pada bidang sasaran bagian bawah sebelah luar. Tangkisan yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini mengenai teknik tangisan dua dengan teknik tangkisan delapan.
Dari kedua teknik tersebut terdapat perbedaan, yaitu teknik tangkisan dua dilakukan dengan sikap pronasi dengan lengan di tekuk sedikit dan ujung senjata berada di daerah sasaran. Tangan sambil menekan senjata lawan keluar dari
(10)
bidang sasaran. Sedangkan teknik tangisan delapan dilakukan dalam sikap supinasi dengan lengan lurus di depan bagian luar, kemudian meluruskan tangan sambil menekan senjata lawan keluar dari bidang sasaran.
Oleh karena itu peniliti mengambil tangkisan dua dan tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte didasarkan kepada banyaknya atlet-atlet anggar yang menggunakan tangkisan delapan untuk melindungi bidang sasaran bagian bawah sebelah luar. Sedangkan untuk melindungi bidang sasaran bagian bawah sebelah luar masih ada teknik tangkisan dua yang dapat di gunakan untuk menangkis senjata lawan yang mengarah ke bidang sasaran bagian bawah sebelah luar. Maka dari itu peneliti tertarik untuk membandingkan tangkisan dua dengan tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menganggap penting untuk diangkat dalam bentuk penelitian, khususnya penelitian mengenai teknik tangkisan dua dan teknik tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte pada atlet anggar jenis senjata degen. Oleh sebab itu, peneliti berkeinginan untuk meneliti kedua tangkisan tersebut yang nantinya akan menghasilkan data dan informasi yang lebih jelas dan menguntungkan.
(11)
5
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbandingan antara tangkisan dua dengan tangkisan delepan terhadap ketepatan tusukan riposte pada atlet anggar jenis senjata degen. Penulis menganggap masalah ini perlu untuk diteliti dan yang menjadi permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah teknik tangkisan dua efektif terhadap ketepatan tusukan riposte ? 2. Apakah teknik tangkisan delapan efektif terhadap ketepatan tusukan riposte ? 3. Manakah yang lebih efektif hasilnya terhadap ketepatan tusukan riposte
apabila senjata lawan mengarah kebagian badan bawah sebelah luar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui efektifitas teknik tangkisan dua terhadap ketepatan tusukan riposte pada atlet anggar jenis senjata degen.
2. Ingin mengetahui efektifitas pengaruh teknik tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte pada atlet anggar jenis senjata degen.
3. Ingin mengetahui teknik tangkisan manakah yang lebih efektif terhadap ketepatan tusukan riposte, antara teknik tangkisan dua dengan teknik tangkisan delapan yang mengarah pada bidang sasaran badan bagian bawah sebelah luar.
(12)
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, penulis harapkan mempunyai kegunaan yaitu sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti mengenai penggunaan teknik tangkisan yang berfungsi melindungi bidang sasaran bagian bawah sebelah luar.
2. Secara praktis dapat menjadi acuan bagi para atlet dan pelatih anggar untuk menggunakan teknik tangkisan yang sesuai dan hasilnya efektif dalam meningkatkan prestasi olahraga anggar jenis senjata degen.
E. Batasan Penelitian
Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Ruang lingkup penelititan adalah teknik tangkisan dua dan teknik tangkisan delapan serta pengaruhnya terhadap ketepatan tusukan riposte.
2. Jenis senjata yang digunakan adalah jenis senjata degen.
3. Populasi dan sampel penelitian ini adalah atlet klub. SFC Kab. Tasikmalaya 4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskripfif.
(13)
7
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Definisi Operasional
Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda, sehingga bisa menimbulkan suatu kekeliruan dan kesalahan pengertian penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis menjelaskan istilah-istilah-istilah-istilah sebagai berikut:
Tangkisan adalah usaha pertahanan yang dilakukan untuk menggagalkan serangan lawan dengan cara mengalihkan arah tusukan lawan agar keluar dari bidang sasaran. Selanjutnya Anderson (1970:62) menjelaskan bahwa “… the parry is finished when the attack is clear of the target …” maksudnya bahwa tangkisan adalah mengalihkan arah sasaran lawan keluar dari bidang sasaran. Jadi intinya dalam menangkis usahakan ujung senjata lawan harus menempel dengan kom supaya senjata lawan dengan mudah dapat dialihkan dari bidang sasaran, khususnya untuk jenis senjata degen. Kemudian menurut Faidillah Kurniawan (1996:59) bahwa: “Menangkis dapat digambarkan sebagai suatu gerak bertahan dengan memagari yang secara sukses membelokkan suatu serangan pedang/senjata dari area target, mencegah suatu sentuhan sah”.
Teknik tangkisan dua yaitu salah satu teknik tangkisan dilakukan dengan sikap pronasi dengan lengan di tekuk sedikit dan ujung senjata berada di daerah sasaran, kemudian tangan sambil menekan senjata lawan keluar dari bidang sasaran,
Teknik tangisan delapan yaitu salah satu teknik tangkisan yang dilakukan dalam sikap supinasi dengan lengan lurus di depan bagian luar, kemudian meluruskan tangan sambil menekan senjata lawan keluar dari bidang sasaran.
(14)
Degen/Epee. Menurut Fadillah Kurniawan (1996: 34) adalah merupakan salah satu jenis senjata anggar yang dipakai khusus untukmenusuk.
Riposte. Menurut Gaugler (1983:279) bahwa “The riposte is the thrust delivered immediately after the adversary’s attack has been parried”. Serangan balasan atau riposte merupakan serangan yang dilakukan dengan seketika setelah serangan dari musuh senjatanya di elakan atau di tangkis terlebih dahulu.
Ketepatan adalah kemampuan seorang atlet anggar dalam penguasaan gerakan untuk mengendalikan ujung senjata terhadap bidang sasaran saat melakukan serangan.
Tusukan adalah salah satu teknik dalam permainan anggar untuk mendapatkan nilai.
Efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Olahraga anggar adalah senibudaya olahraga beladiri yang menggunakan senjata berupa pedang anggar yang dimainkan dengan cara menusuk, memotong dan menangkis. Teknik dasar olahraga anggar meliputi teknik siap (on guard position) dan bergerak (movement and distance).
(15)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. Mengenai pengertian metode penelitian, Sugiyono (2009:2) menjelaskan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupaka cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2010:3) “… Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain – lain yang sudah di sebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode deskriptif dapat digunakan untuk memecahkan masalah dari suatu penyelidikan yang ditempuh dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan penelitian dan dapat menggambarkan keadaan yang terjadi dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum yang jelas, sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan fenomena yang diteliti.
B. Variabel Dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian
(16)
Mengenai pengertian variabel, Sugiyono (2009:38) menjelaskan bahwa
“… variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel-variabel yang
diselidiki adalah teknik tangkisan dua dan teknik tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditentukan, maka terdapat dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Mengenai variabel tersebut, Sugiyono (2009:39) mengemukakan bahwa:
a. variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahnnya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. variabel dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Untuk variabel bebas dilambangkan dengan notasi (X), sedangkan variabel terikat dilambangkan dengan notasi (Y). Adapun variabel-variabel yang menjadi pokok pada penelitian ini adalah :
1. Teknik tangkisan dua sebagai variabel bebas ke-satu (X1). 2. Teknik tangkisan delapan sebagai variabel bebas ke-dua (X2). 3. Ketepatan tusukan riposte sebagai varibel terikat (Y)
(17)
41
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rencana dan rancangan penelitian yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nasution (2003 : 23) bahwa “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara menggumpulkan data dan menganalisis data agar data dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi
dengan tujuan penelitian itu.” Adapun untuk memberikan kelancaran dalam
pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian sebagai berikut :
Desain penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Gambar 1.3 Desain Penelitian
Keterangan:
X1 : Tes tangkisan dua X2 : Tes tangkisan delapan Y : Ketepatan tusukan riposte
X
1
X
2
(18)
Sedangkan langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:
Gambar 2.3
Langkah-langkah Penelitian
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek dalam seluruh penelitian, seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
POPULASI
SAMPEL
Pengumpulan Data Melalui Tes Teknik Tangkisan Dua Dan Teknik Tangkisan Tangkisan Delapalan Terhadap Ketepatan Tusukan Reposte
PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA
(19)
43
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kesimpulannya”. Kemudian Arikunto (2011:173) menjelaskan bahwa “Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi pada penelitian ini adalah atlet klub SFC kab. Tasikmalaya yang pernah ikut KEJURNAS, alasan penulis memilih atlet yang pernah KEJURNAS sebagai populasi adalah karena atlet tersebut sudah dapat menguasai teknik-tenik dengan baik, kondisi fisik yang bagus dan jam terbang mereka yang sudah banyak mengikuti kejuaraan-kejuaraan anggar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian subjek yang diambil dari keseluruhan populasi dan mewakili populasi tersebut. Mengenai sampel Sugiyono (2009:82) menjelasakan “ Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Kemudian Arikunto (2011:174) menjelasan “… Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang atlet anggar nomor degen klub SFC kab. Tasikmalaya yang pernah ikut KEJURNAS dari jumlah populasi 25 orang. Mengenai teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis adalah dengan cara sampel purposive. Mengenai sampel purposive Sugiyono (2009:85) menjelaskan “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
D. Tempat Dan Waktu Penelitian
Untuk jadwal pelaksanan tes dan pengukuran dalam penelitian yang akan dilakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti, untuk tempat penulis
(20)
rencanakan di klub SFC Kab. Tasikmalaya, sedangkan penelitiannya tanggal 23 Januari 2013.
E. Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat untuk mengumpulkan data. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 136) sebagai berikut:
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Alat yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah tes Kuhajda riposte yaitu tes yang telah dibakukan untuk mengukur ketepatan riposte. Bentuk tes ini mempunyai tingkat validitas 0,98 dan reabilitas 0,82-0,95 untuk mengukur ketepatan riposte. (Collins, 1978:168).
Adapun cara pelaksanaan tesnya, yaitu atlet coba berdiri dalam posisi sikap sedia pada garis batas yang telah ditentukan. Pada saat ada aba-aba “Ya” atlet melakukan gerakan teknik tangkisan pada alat yang berupa tiang kayu yang telah disiapkan sebagi pengganti lawan, selanjutnya menusukan senjata kearah sasaran yang tersedia. Setiap atlet diberi lima kali kesempatan tusukan untuk setiap teknik tangkisan. Untuk lima kali kesempatan waktu maksimal yang diberikan 10 detik. Alasan digunakannya waktu 10 detik karena sistem energi yang digunakan ketika melakukan riposte adalah ATP-PC yang hanya mampu bertahan kurang lebih 10 detik. Sebelum melakukan tes riposte semua kelompok
(21)
45
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
percobaan melakukan gerakan yang sama dalam pemanasan, sedangkan alat-alat yang diguanakn dalam pengetesan adalah alat yang sama untuk semua atlet. Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Senjata 2. Popi 3. Stop wacth 4. Kapur tulis
Adapun bentuk tes Kuhadja tersebut penulis deskripsikan dalam bentuk gambar di bawah ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9
X
Gambar 3.3 Tes Sasaran Kuhajda
(22)
Keterangan :
X = tempat tongkat (bambu)
Hitam (135 cm) = garis batas kaki depan Coklat (195 cm) = garis batas kaki belakang
Jarak antara garis penunjuk ke tempat tongkat = 17,5 cm Jarak antara tongkat ke batas kaki depan = 72 cm Tinggi titik pusat sasaran dari lanti = 112,5 cm
Sasaran terdiri dari 10 lingkaran. Lingkaran tengah mempunyai diameter 2,5 cm, lingkaran berikutnya kea rah luar ditambah 2,5 cm tiap lingkaran dan lingkaran paling luar mempunyai diameter 25 cm.
Nilai masing-masing lingkaran adalah sebagai berikut:
Lingkaran yang paling luar nilainya 1, lingkaran berikutnya kearah dalam ditambah satu setiap lingakran, lingkaran yang paling dalam yang merupakan pusat dari lingkaran mempunyai nilai 10.
F. Prosedur Pengelolaan Data Dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes merupakan data mentah yang harus diolah dengan menggunakan rumus-rumus statistik agar data dapat ditafsirkan, sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan benar. Berdasarkan hal tesebut, Sedarmayanti (2002: 166) mengatakan bahwa “Analisis data diperlukan agar peneliti dapat mengembangkan kategori dan sebagai perbandingan yang kontras untuk menemukan sesuatu yang mendasar ada memberi gambaran apa
(23)
47
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adanya.” Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan rumus statistik yang
disusun oleh Nurhasan dkk (2008).
Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil tes yang ditempuh adalah : 1. Menghitung rata-rata nilai, dengan menggunakan rumus :
=
n X
Keterangan : : Nilai rata-rata yang dicari X : skor mentah
: Jumlah dari n : Banyak sampel
2. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data atau variabel, dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
S : Simpangan baku yang dicari Σ : Jumlah
1
: Skor yang dicapai seseorang
: Nilai rata-rata n : Banyaknya sampel
3. Menguji homogenitas kelompok sampel
rkecil VariansiTe rbesar VariansiTe F
1
2 1
n X X S(24)
4. Menguji normalitas data, untuk mengetahui apakah data tersebut normal atau tidak, maka harus mengadakan uji normalitas secara non parametrik dengan menggunakan uji Liliefors.
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan X1,X2,...Xn dijadikan bilangan baku 1, 2...n
dengan menggunakan rumus :
S X Xi i
(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel )
b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian menghitung peluang.
Z
iP
Z
iZ
i
F
c.Selanjutnya dihitung proporsi 1,2....n yang lebih kecil atau sama dengan i. Jika ini dinyatakan oleh S (1), maka
n
yang Banyaknya
S i n i
1, 2,...
d. Selisih F
i -S
i kemudian tentukan harga mutlaknya.(25)
49
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau menolak hipotesis nol, bandingkan Lo dengan nilai kritis yang
diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah
tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis diterima.
f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis Lo yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji Leliefors, dengan taraf nyata = 0,05
Kriterianya adalah :
1. Hipotesis diterima apabila Lo < L = Normal 2. Hipotesis ditolak apabila Lo > L = Tidak normal
5. Menghitung signifikasi koefisien korelasi perhitungannya dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis. Menurut Nurhasan (2002 : 43) rumus yang digunakan adalah:
2 1 2 r n r t Keterangan :
t : nilai hitung yang dicari r : koefisien korelasi variabel n : jumlah sampel
6. Pengujian Hipotesis
(26)
Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dan derajat kebosanan kebebasan (dk) = (n1 + n2-2).
(27)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel pada tingkat kepercayaan atau taraf nyata α = 0.05 dengan dk (n1 + n2
– 2) = 18 harga t (0.95) dari daftar distribusi t diperoleh 1.73. Kriteria pengujian adalah, tolak hipotesis / Ho jika t > t1 – α dan terima Ho jika t < t1 –α. Maka t-hitung berada pada daerah penolakan Ho, jadi hipotesis / Ho ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik tangkisan dua lebih efektif dibandingkan dengan teknik tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte apabila senjata lawan mengarah kebagian badan bawah sebelah luar.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka saran yang dapat penulis kemukakan adalah :
1. Dianjurkan agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode eksperimen terhadap atlet pemula.
2. Kepada para pelatih dan atlet, dalam melatih teknik tangkisan dua tidak hanya melatih pada salah satu variasi gerakan saja.
(28)
4. Dari hasil penelitian ini, peneliti harapkan kepada atlet tidak hanya melatih tangkisan dua saja, melainkan teknik tangkisan delapan bisa dilatih agar didalam pertandingan dapat digunakan.
(29)
60
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Bob. (1970). Fencing Based On The Yorkshire Television Series. London: Stanley Paul.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Beaumount, C-L. (1970). Know The Game Fencing. London: Collaburation. Cheriss, E. (2002). Fencing Step to Succses. Amerika Serikat: Human Kinetika. Faidillah, (1992). Mengenal Cabang Olahraga Klasik Anggar.[Online].
Tesedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132313281/BUKU%20MENGEN AL%20OLAHRAGA%20ANGGAR.pdf
Garret. R. Maxwell. How To Improve Your Fencing. America: Recreation Films, INC.
Gaugler, William (1997). The Science Of Fencing. Amerika: Laureate Press. Gaugler, W (1997). The Science Of Fencing. Amerika: Laureate Press.
Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Motorik. FPOK. Bahan Ajar. Bandung. FPOK UPI.
Nurhasanah dkk. (2008). Modul Mata Kuliah Statistika. Bandung. FPOK UPI Sajoto, (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
(30)
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung.
(1)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau menolak hipotesis nol, bandingkan Lo dengan nilai kritis yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis diterima.
f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis Lo yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji Leliefors, dengan taraf nyata = 0,05
Kriterianya adalah :
1. Hipotesis diterima apabila Lo < L = Normal 2. Hipotesis ditolak apabila Lo > L = Tidak normal
5. Menghitung signifikasi koefisien korelasi perhitungannya dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis. Menurut Nurhasan (2002 : 43) rumus yang digunakan adalah:
2 1 2 r n r t Keterangan :
t : nilai hitung yang dicari r : koefisien korelasi variabel n : jumlah sampel
6. Pengujian Hipotesis
(2)
50
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dan derajat kebosanan kebebasan (dk) = (n1 + n2-2).
(3)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel pada tingkat kepercayaan atau taraf nyata α = 0.05 dengan dk (n1 + n2 – 2) = 18 harga t (0.95) dari daftar distribusi t diperoleh 1.73. Kriteria pengujian adalah, tolak hipotesis / Ho jika t > t1 – α dan terima Ho jika t < t1 –α. Maka t-hitung berada pada daerah penolakan Ho, jadi hipotesis / Ho ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik tangkisan dua lebih efektif dibandingkan dengan teknik tangkisan delapan terhadap ketepatan tusukan riposte apabila senjata lawan mengarah kebagian badan bawah sebelah luar.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka saran yang dapat penulis kemukakan adalah :
1. Dianjurkan agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode eksperimen terhadap atlet pemula.
2. Kepada para pelatih dan atlet, dalam melatih teknik tangkisan dua tidak hanya melatih pada salah satu variasi gerakan saja.
(4)
59
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Dari hasil penelitian ini, peneliti harapkan kepada atlet tidak hanya melatih tangkisan dua saja, melainkan teknik tangkisan delapan bisa dilatih agar didalam pertandingan dapat digunakan.
(5)
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Bob. (1970). Fencing Based On The Yorkshire Television Series. London: Stanley Paul.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Beaumount, C-L. (1970). Know The Game Fencing. London: Collaburation. Cheriss, E. (2002). Fencing Step to Succses. Amerika Serikat: Human Kinetika. Faidillah, (1992). Mengenal Cabang Olahraga Klasik Anggar.[Online].
Tesedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132313281/BUKU%20MENGEN AL%20OLAHRAGA%20ANGGAR.pdf
Garret. R. Maxwell. How To Improve Your Fencing. America: Recreation Films, INC.
Gaugler, William (1997). The Science Of Fencing. Amerika: Laureate Press. Gaugler, W (1997). The Science Of Fencing. Amerika: Laureate Press.
Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Motorik. FPOK. Bahan Ajar. Bandung. FPOK UPI.
Nurhasanah dkk. (2008). Modul Mata Kuliah Statistika. Bandung. FPOK UPI Sajoto, (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
(6)
60
Andi Yanto, 2013
Perbandingan Antara Tangkisan Dua Dengan Tangkisan Delapan Terhadap Ketepatan Tusukan Riposte Pada Atlet Anggar Jenis Senjata Degen
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Bandung.