PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM DENGAN METODE PRAKTIKUM DAN PENDEKATAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 01

A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 06

C. Pembatasan Masalah ... 07

D. Tujuan Penelitian... 07

E. Manfaat Penelitian... 08

F. Penjelasan Istilah ... 09

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Keterampilan Berpikir kritis... 11

B. Metode Praktikum ... 15

C. Inkuiri ... 19

D. Deskripsi Materi Hidrolisis Garam ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Subjek Penelitian ... 33

C. Alur penelitian ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Metode Praktikum dengan Pendekatan Inkuiri... 44

B. Perkembangan keterampilan Berpikir kritis Siswa. ... 60

1. Indikator Memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi ... 72

2. Indikator Menyatakan argumen sesuai dengan kebutuhan ... 74

3. Indikator Menganalisis persamaan dan perbedaan ... 76

4. Indikator Memilih kesimpulan ... 77

5. Indikator Memilih generalisasi ... 80

6. Indikator Menganalisis Data ... 81

7. Indikator Mendeduksi secara logis... 82

8. Indikator Menginterpretasi secara tepat ... 84

9. Indikator Mengevaluasi berdasarkan fakta ... 85


(2)

11.Indikator Memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan ... 88

12.Indikator Menentukan jalan keluar ... 90

C. Respon Guru dan siswa terhadap Implementasi pembelajaran Hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan Inkuiri. .... 92

1. Tanggapan Guru ... 92

2. Tanggapan siswa ... 94

BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan... 96

B. Saran ... 97


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 13

Tabel 3.1. Interpretasi Validitas ... 37

Tabel 3.2. Hasil Uji Coba Validitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 37

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas ... 38

Tabel 3.4. Tafsiran Indeks Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.5. Hasil Uji Coba Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 39

Tabel 3.6. Tafsiran Harga Indeks Kesukaran ... 40

Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Taraf Kesukaran Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 40

Tabel 3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 42

Tabel 3.9. Klasifikasi N-gain ... 43

Tabel 3.10. Penafsiran Data Kulaitatif ... 43

Tabel 4.1. Perekembangan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Secara Keseluruhan ... 61

Tabel 4.2. Hasil N-Gain Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kategori Tinggi, Sedang, Rendah ... 62

Tabel 4.3. Hasil N-Gain Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada kelas dengan Metode Praktikum dan Inkuiri Terstruktur ... 62

Tabel 4.4. Hasil N-Gain Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada kelas dengan Metode Praktikum dan Inkuiri Terbimbing ... 64

Tabel 4.5. Uji Homogenitas N-Gain ... 69

Tabel 4.6. Uji Normalitas berdasarkan nilai N-Gain ... 69

Tabel 4.7. Uji t ... 70

Tabel 4.8. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Memformulasikan Pertanyaan yang Mengarahkan pada Investigasi ... 73

Tabel 4.9. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Menyatakan Argumen Sesuai Kebutuhan ... 75

Tabel 4.10. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Menganalisis Persamaan dan Perbedaan ... 76

Tabel 4.11. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Memilih Kesimpulan ... 78

Tabel 4.12. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Memilih Generalisasi ... 80

Tabel 4.13. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Menganalisis Data ... 81

Tabel 4.14. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Mendeduksi Secara Logis. 83 Tabel 4.15. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Menginterpretasi Secara Tepat ... 84

Tabel 4.16. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Mengevaluasi Berdasarkan Fakta ... 86

Tabel 4.17. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Memberikan Alternatif Lain ... 87

Tabel 4.18. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Memilih Kemungkinan yang Akan dilaksanakan ... 88


(4)

Tabel 4.19. Perkembangan KBK siswa pada Indikator Memilih Kemungkinan yang Akan dilaksanakan ... 91

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Contoh Bentuk Inkuiri ... 23 Gambar 3.1. Design pretes postes group design ... 32 Gambar 3.2. Alur penelitian ... 34 Gambar 4.1. Perkembangan masing-masing indikator KBK pada kelas dengan

Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... 66 Gambar 4.2. Perkembangan masing-masing indikator KBK pada kelas dengan

Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri Terbimbing ... 67 Gambar 4.3. Perbandingan Perkembangan KBK siswa pada kelas dengan

Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri Terstruktur dan

Pendekatan Inkuiri Terbimbing ... 68 Gambar 4.4. Perkembangan KBK siswa pada indikator Menarik Kesimpulan

pada kelas dengan Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri

Terstruktur ... 78 Gambar 4.5. Perkembangan KBK siswa pada indikator Menarik Kesimpulan

pada kelas dengan Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri

Terbimbing ... 79 Gambar 4.6. Perkembangan KBK siswa pada indikator Memilih Kemungkinan

yang akan dilaksanakan pada kelas dengan Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri Terstruktur ... 89 Gambar 4.7. Perkembangan KBK siswa pada indikator Memilih Kemungkinana

yang akan dilaksanakan pada kelas dengan Metode Praktikum dan Pendekatan Inkuiri Terbimbing ... 89


(5)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Perangkat pembelajaran

A.1. Silabus ... 106

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 107

A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 131

Lampiran B. Instrumen Penelitian B.1. Soal tes keterampilan berpikir kritis siswa ... 150

B.2. Angket siswa ... 155

B.3. Pedoman wawancara ... 158

B.4. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ... 160

Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen Tes C.1. Soal uji coba ... 167

C.2. Hasil validasi ahli (jugment) ... 173

C.3. Hasil analisis butir soal uji coba ... 188

Lampiran D. Hasil Pengolahan Data Tes D.1. Hasil pretest posttest tes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terstruktur ... 199

D.2. Hasil pretest posttest tes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri tebimbing ... 200

D.3. Data N-gain tes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terstruktur ... 201

D.4. Data N-gain tes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terbimbing ... 202

D.5. Data N-gain tiap indikator tes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terstruktur ... 203

D.6. Data N-gain tiap indikator tes keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terbimbing ... 228

D.7. Hasil uji normalitas dan homogenitas ... 231

D.8. Hasil uji-t ... 234

D.9. Hasil angket ... 239

D.10. Hasil observasi ... 240

D.11. Hasil wawancara ... 248

Lampiran E. Dokumentasi E.1. Foto kegiatan penelitian ... 254

E.2. Surat ijin melakukan penelitian ... 260


(6)

(7)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini perkembangannya sangat cepat, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Peningkatan kualitas sumber daya manusia memiliki kaitan yang erat dengan mutu pendidikan. Harus diakui bahwa pendidikan adalah mata rantai utama dalam proses peningkatan sumber daya manusia.

Saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih belum menunjukkan kontribusi yang baik dalam peningkatan sumber daya manusia. Rendahnya kualitas output pendidikan dapat dilihat dari hasil survey Human Development Index (HDI), Indonesia berada pada urutan ke-109 dari 174 negara. Selain itu menurut UNESCO salah satu badan PBB yang menangani tentang pendidikan, peringkat Indonesia dalam dunia pendidikan adalah peringkat ke-62 dari 130 negara di dunia. Penyebab rendahnya mutu pendidikan salah satunya adalah pengelolaan pendidikan yang kurang profesional.

Pendidikan sains adalah salah satu bagian dari pendidikan yang memiliki potensi besar dan peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Walaupun demikian, pendidikan sains dirasa kurang dimanfaatkan dengan baik. Hal ini terlihat dari masih banyak yang menganggap pembelajaran sains adalah pembelajaran yang rumit dan terkesan abstrak.


(8)

Dalam pembelajaran sains di indonesia, seringkali siswa dituntut banyak mempelajari konsep dan prinsip sains secara hafalan. Cara pembelajaran seperti ini menghasilkan siswa yang hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan tanpa makna, padahal banyak konsep ataupun prinsip sains yang perlu dipelajari secara bermakna. Belajar bukan hanya sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir (Sanjaya, 2008). Pada kenyataannya pembelajaran yang dilakukan di sekolah kurang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga siswa tidak mempunyai kemampuan untuk bertanya dan berpikir, yang mengakibatkan kemampuan berpikirnya kurang terpacu. Suatu proses pembelajaran yang melibatkan proses berpikir kritis akan membentuk seseorang menjadi dewasa dan akan menghasilkan sumber daya manusia yang siap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Wilson (dikutip dalam Muhfahroyin, 2009) mengemukakan beberapa alasan tentang pentingnya keterampilan berpikir kritis yaitu :

1. Pengetahuan yang didasarkan pada hafalan telah dideskritkan, individu tidak akan dapat menyimpan ilmu pengetahuan dalam ingatan mereka untuk penggunaan yang akan datang.

2. Informasi menyebar luas begitu pesat sehingga tiap individu membutuhkan kemampuan untuk dapat mengenali permasalahan dalam konteks yang berbeda pada waktu yang berbeda pula.

3. Kompleksitas pekerjaan modern menuntut staf pemikir yang mampu menunjukkan pemahaman dan membuat keputusan dalam dunia kerja.


(9)

4. Masyarakat modern membutuhkan individu-individu untuk menggabungkan informasi yang berasal dari berbagai sumber dan membuat keputusan.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut dapat disimpulkan keterampilan berpikir kritis mampu menyelesaikan masalah jangka panjang dan tidak hanya terpaku pada ingatan jangka pendek.

Pengembangan Keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh pengalaman-pengalaman dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis, (Lipmen dalam Science Education Program, 2008). Kimia sebagai salah satu mata pelajaran sains diharapkan dapat dijadikan ajang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Namun, proses pembelajaran kimia di lapangan yang sebagian besar menggunakan metode ceramah menyebabkan siswa berperan pasif dan cenderung hanya sebagai penerima ilmu pengetahuan. Rendahnya keterlibatan siswa dalam aktifitas pembelajaran di sekolah, menyebabkan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Maka dari itu peneliti mencoba untuk menerapkan metode praktikum dengan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Kegiatan praktikum merupakan langkah nyata pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran, termasuk pembelajaran kimia.


(10)

Namun, Hodson dikutip dalam Hofstein (2005) mengklaim bahwa kegiatan praktikum tidak akan berhasil bila tidak ada proses berpikir dan tujuan yang jelas. Hodson menyarankan praktikum dirancang sedemikian rupa dimana siswa memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka. Inkuiri adalah salah satu bentuk pembelajaran yang cocok dengan pergeseran paradigma dari pembelajaran behavioristik menuju pembelajaran konstruktivistik tersebut. Pembelajaran inkuiri lebih menekankan siswa untuk menemukan konsep melalui percobaan di laboratorium yang menggunakan langkah-langkah ilmiah dibantu dengan petunjuk praktikum.

Penelitian mengenai inkuiri telah banyak dilakukan, salah satunya Menurut Kuhne (dalam Alberta, 2004) bahwa model inkuiri akan membuat siswa menjadi lebih kreatif, berpikir positif dan bebas berekspresi. Hal tersebut berlaku menyeluruh pada semua siswa walaupun setiap individu membutuhkan perhatian yang berbeda selama proses inkuiri. Menurut Suchman (dalam Dirgantara, 2008) melalui inkuiri diharapkan siswa dapat sampai pada pertanyaan mengapa sesuatu itu terjadi seperti yang mereka alami, mereka lakukan dan peroleh melalui proses pengolahan data secara logis dan dapat membangun cara berpikir untuk menemukan jawaban.

Penelitian tesis yang dilakukan oleh Sidharta (2005) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri pada materi asam basa dapat meningkatkan pemahaman konsep, mengembangkan kemampuan berpikir kreatif serta mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Akhyani (2008) juga menunjukkan keberhasilannya dalam pembelajaran inkuiri pada materi


(11)

kesetimbangan, hasilnya menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian tesis Octaviana (2009) menyimpulkan bahwa siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains yang signifikan pada konsep hasil kali kelarutan melalui pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam Jurnal Procedia Social and Behavioral Sciences oleh Zhou Qing, Guo Jing, Wang Yan (2010) menyimpulkan keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui pendekatan pembelajaran aktif seperti praktikum berbasis inkuiri. Kelompok eksperimen menunjukkan keterampilan berpikir kritis lebih tinggi sebelum dan setelah perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Liu Yazhuan, Wang Ting, Ma Junping (2010) menyimpulkan, kelompok eksperimen menunjukkan keterampilan berpikir kritis lebih tinggi sebelum dan setelah perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Disposisi berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui pendekatan pembelajaran aktif seperti praktikum berbasis inkuiri.

Metode praktikum dengan pendekatan inkuiri diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena dalam praktikum ini siswa dilibatkan secara aktif dari mulai identifikasi masalah, perumusan hipotesis, perancangan eksperimen, sampai pembuatan kesimpulan. Asumsi ini didasarkan pada hasil penelitian Schlenker dalam Marimuthu (2004) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktivitas siswa dalam berpikir dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.


(12)

Didasari oleh beberapa hal yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Hidrolisis Garam Dengan Metode Praktikum Dan Pendekatan Inkuiri Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini yaitu: “Pembelajaran Hidrolisis Garam Dengan Metode Praktikum Dan Pendekatan Inkuiri Dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pembelajaran hidrolisis garam melalui metode praktikum dengan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa?

2. Keterampilan berpikir kritis apa yang paling potensial dikembangkan melalui pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri?

3. Bagaimana pandangan guru dan siswa terhadap pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa?


(13)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Keterampilan berpikir Kritis yang diteliti adalah keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985), meliputi : (a) memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi; (b) menyatakan argumen sesuai kebutuhan; (c) menganalisis persamaan dan perbedaan; (d) menarik kesimpulan; (e) mendeduksi secara logis; (f) mengevaluasi berdasarkan fakta; (g) memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan; (h) membuat generalisasi; (i) menganalisis data; (j) menginterpretasi secara tepat; (k) memberikan alternatif lain; dan (l) menentukan jalan keluar.

2. Pendekatan inkuiri yang diterapkan yaitu pendekatan inkuiri terstruktur dan pendekatan inkuiri terbimbing

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi pembelajaran hidrolisis garam melalui metode praktikum dengan pendekatan inkuiri menggunakan keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan.


(14)

2. Mengetahui keterampilan berpikir kritis apa yang paling potensial dikembangkan melalui pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri.

3. Mengidentifikasi pendapat guru dan siswa terhadap pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan kimia .Beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran kimia, khususnya pada konsep hidrolisis garam.

2. Bagi guru dan calon pendidik, diharapkan dapat menambah wawasan baru tentang pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri. Diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi dalam memperbaiki proses pembelajaran kimia sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi informasi pendidikan dalam upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat berfungsi sebagai bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.


(15)

4. Bagi peneliti, dapat dijadikan landasan berpijak untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat keberhasilan siswa dengan menggunakan metode lain yang bervariasi.

F. Penjelasan Istilah

1. Keterampilan berpikir kritis merupakan kegiatan mental yang bersifat reflektif yang difokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang diyakini atau dilakukan (Ennis dalam Suprapto, 2007)..

2. Metode praktikum atau eksperimen adalah suatu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan inkuiri siswa dan dapat menunjang proses belajar siswa untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan (Arifin et al (2003).

3. Level pendekatan inkuiri berdasarkan (Herron, M.D, 1971).

Level pertama ialah pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), yaitu kegiatan inkuiri dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.

Level kedua ialah inkuiri terbimbing (guided inquiry), dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik,


(16)

pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Level ketiga dapat dikatakan sebagai inkuiri penuh karena pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan.


(17)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode weak-eksperimen dengan pre-post test design. Dalam desain ini sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kedua-duanya kelompok eksperimen. Kedua kelompok ini diberi tes awal sebelum perlakuan. Kemudian kelompok eksperimen pertama diberikan pembelajaran dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terstruktur, sedangkan kelompok eksperimen ke dua diberikan pembelajaran dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terbimbing. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok ini diberikan tes akhir. Soal untuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) merupakan soal yang sama. Skema dari desain penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3 .1

Design Pretes postes Group Design

Keterangan :

O1 : Pre-tes, yaitu tes yang dilakukan sebelum pembelajaran untuk

mengetahui kemampuan awal siswa

Kelompok eksperimen 1 O1 X1 O2


(18)

X1 : Perlakuan berupa pembelajaran melalui metode praktikum dan

inkuiri terstruktur

X2 : Perlakuan berupa pembelajaran melalui metode praktikum dan

inkuiri terbimbing

O2 : Post-tes, yaitu tes yang dilakukan setelah pembelajaran untuk mengetahui

hasil dari perlakuan tersebut

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI pada salah satu SMAN di Kabupaten Cianjur. Sekolah ini dipilih dari beberapa sekolah yang ada di kabupaten Cianjur karena sekolah ini sudah berstandar internasional dengan fasilitas laboratorium yang cukup lengkap dan memiliki siswa yang berkemampuan di atas rata-rata. Penelitian dilakukan pada dua kelas, kelas pertama dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terstruktur dengan jumlah siswa 37 orang dan kelas lainnya dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terbimbing dengan jumlah siswa 40 orang. Pemilihan kedua kelas menggunakan Purposive sampling.


(19)

C. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Kajian Keterampilan Berpikir Kritis

Kajian standar isi Hidrolisis Garam

Kajian Metode Praktikum dan Pendekatan inkuiri

Analisis indikator KBK

Validasi Pembuatan RPP

Pre Test Pembelajaran dengan

metode praktikum dan Pendekatan Inkuiri

terstruktur

Observasi

Pembuatan instrumen penelitian

Revisi dan Uji coba

Pembelajaran dengan metode praktikum dan

Pendekatan Inkuiri terbimbing

Pengembangan prosedur praktikum

Penyusunan Lembar kerja siswa (LKS)

Revisi LKS

Angket dan wawancara

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Post Test


(20)

Berdasarkan gambar diatas, pada dasarnya penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

a. Tahap Persiapan

1) Menganalisis indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis yang sudah dimodivikasi oleh Aryana dalam Suprapto (2007)

2) Menganalisis materi Hidrolisis garam berdasarkan standar isi

3) Melakukan kajian teori mengenai metode praktikum dan pendekatan inkuiri 4) Analisis indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan

melalui pembelajaran ini

5) Menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP

6) Melakukan pengembangan prosedur praktikum dengan pendekatan Inkuiri 7) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) dengan menerapkan tahapan Inkuiri 8) Membuat instrumen penelitian berupa tes tertulis KBK

9) Membuat pedoman angket, observasi dan wawancara

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelasanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Memberikan pretes berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda beralasan 2) Melaksanakan proses pembelajaran melaului metode praktikum dengan

praktikum dan inkuiri terstruktur dan metode praktikum dengan praktikum inkuiri terbimbing

3) Melaksanakan postes pada siswa untuk mengetahui penguasaan keterampilan berpikir kritisnya


(21)

4) Memberikan angket kepada siswa 5) Wawancara dengan siswa dan guru.

6) Pengurusan surat keterangan telah melaksanakan penelitian pada sekolah yang diteliti.

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap penyelesaian, dilakukan beberapa tahap yaitu: 1) Mengolah data hasil penelitian.

2) Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

3) Menarik kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian pendidikan, instrumen merupakan alat utama dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Instrumen penelitian yang telah dibuat berjumlah 16 soal. Instrumen penelitian yang telah dibuat tidak terlepas dari konsep-konsep utama yang ada pada materi Hidrolisis garam. Instrumen tes hasil belajar yang telah dibuat sebelum validasi dapat dilihat pada (lampiran C1).

Tes ini kemudian dijudgement oleh 3 orang ahli (lampiran C2) kemudian direvisi lagi sesuai saran dari penjudgement dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran C3. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui perkembangan


(22)

keterampilan berpikir kritis dan representasi ilmu kimia siswa terhadap konsep hidrolisis garam. Sebelum soal-soal yang disusun digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan analisis soal yang berkaitan dengan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kemudahan soal.

a. Validitas

Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut.

Pada penelitian ini untuk menghitung validitas item butir soal digunakan program Anates V4. Penafsiran nilai validitas dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan data hasil uji coba validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.1. Interpretasi Validitas Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < r11 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r11 0,80 Tinggi

0,40 < r11 0,60 Cukup

0,20 < r11 0,40 Rendah

0,00 < r11 0,20 Sangat Rendah

Tabel 3.2. Hasil Ujicoba validitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa No

soal

Validitas No

Soal

Validitas

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,069 Sangat rendah 9 0,423 cukup

2 0,509 cukup 19 0,363 rendah

3 0,047 Sangat rendah 11 0,386 rendah

4 0,464 cukup 12 0,492 cukup

5 0,393 rendah 13 0,439 cukup

6 0,688 tinggi 14 0,549 cukup

7 0,493 cukup 15 0,584 cukup


(23)

b. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Istilah lain untuk reliabilitas adalah keterandalan. Jika alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi, maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama dalam kondisi yang sama akan menghasilkan informasi yang sama atau mendekati sama. Reliabilitas seringkali disebut derajat konsistensi (keajegan). Setelah dilakukan uji reliabilitas soal, nilai reliabilitas yang dihasilkan yaitu 0,74 ini berarti soal yang telah diuji coba mempunyai reliabilitas yang tinggi. Untuk menghitung reliabilitas soal digunakan program Anates V4. Adapun kriteria reliabilitas suatu test menurut Arikunto adalah:

Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas

Nilai Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah c. Daya Pembeda

Daya pembeda dapat digunakan untuk melihat kemampuan soal yang dapat membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, dalam penelitian ini dilakukan dengan Anates V4 Program. Kriteria yang digunakan untuk menentukan indeks daya pembeda menurut Arikunto (2008) adalah sebagai berikut:


(24)

Tabel 3.4. Tafsiran Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kategori

D > 0,40 butir sangat baik

0,30< D ≤ 0,40 butir baik 0,20 < D ≤ 0,30 butir cukup

D ≤ 0,20 butir jelek

Adapun hasil analisis daya pembeda butir soal dari masing-masing tes disajikan pada Tabel 3.5 :

Tabel 3.5. Hasil Uji coba Daya Pembeda Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa No

soal

Daya Pembeda No

Soal

Daya Pembeda

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,00 jelek 9 0,44 Sangat baik

2 0,44 Sangat baik 19 0,48 Sangat baik

3 0,03 jelek 11 0,44 Sangat baik

4 0,40 baik 12 0,55 Sangat baik

5 0,55 Sangat baik 13 0,55 Sangat baik

6 0,66 Sangat baik 14 0,33 baik

7 0,37 cukup 15 0,55 Sangat baik

8 0,48 Sangat baik 16 0,37 baik

d. Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indek kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks keuskaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Pada penelitian ini untuk menghitung taraf kesukaran butir soal soal digunakan program Anates V4. Kriteria acuan tingkat kesukaran menurut Arikunto (2008) dapat dilihat pada Tabel 3.6 :


(25)

Tabel 3.6. Tafsiran Harga Indeks Kesukaran Indeks Kemudahan Tafsiran

0,00 – 0,24 Sukar

0,25 – 0,75 Sedang

0,76 – 1,00 Mudah

Adapun hasil analisis taraf kesukaran butir soal dari masing-masing tes disajikan pada Tabel 3.7 :

Tabel 3.7. Hasil Uji coba Taraf Kesukaran Soal Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

No soal

Taraf Kesukaran No

Soal

Taraf kesukaran

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,22 sukar 9 0,44 sedang

2 0,62 sedang 19 0,50 sedang

3 0,05 sukar 11 0,44 sedang

4 0,35 sedang 12 0,38 sedang

5 0,38 sedang 13 0,50 sedang

6 0,40 sedang 14 0,50 sedang

7 0,40 sedang 15 0,35 sedang

8 0,64 sedang 16 0,63 sedang

Soal tes yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan soal pilihan ganda beralasan sebanyak 12 soal. Pada penelitian ini sebelum soal tes digunakan untuk pre-tes dan post-tes, terlebih dahulu soal tes diujikan kepada siswa yang sudah belajar materi hidrolisis garam. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui reliabilitas soal tes serta daya pembeda (D) dan taraf kemudahan soal (F) dari masing-masing soal tes.

Berdasarkan hasil uji coba soal dapat disimpulkan bahwa semua soal yang menjadi instrument penelitian dapat digunakan. Hal ini diperkuat oleh nilai keajegan soalnya (reliabilitas). Berdasarkan tabel 3.2, reliabilitas dari soal-soal


(26)

tersebut setelah dihitung menggunakan suatu formula yaitu rx1x2= 0,74 tergolong

memiliki reliabilitas tinggi. Rincian validitas, daya pembeda, taraf kemudahan dan reabilitas dapat dilihat pada lampiran C.

2. Lembar observasi

Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri. pedoman observasi yang telah dibuat dapat dilihat pada lampiran B3.

3. Angket

Pemberian angket dilakukan untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa mengenai pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri. Validitas isi angket dan kejelasan bahasa yang dipergunakan dalam pertanyaan angket dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dosen pembimbing. Angket yang telah dibuat dapat dilihat pada lampiran B2.

4. Pedoman wawancara

Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru untuk memperoleh data tentang pembelajaran hidrolisis garam, kelebihan dan kekurangan metode praktikum dan pendekatan inkuiri yang tidak terungkap melalui angket. Pedoman wawancara yang telah dibuat dapat dilihat pada lampiran B4.


(27)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan seperti tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.8. Teknik Pengumpulan Data

No. Data Jenis data Sumber

data Keterangan

1. Tes tertulis Pengembangan keterampilan berpikir kritits siswa

Siswa Dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran 2. Observasi Aktivitas siswa selama

kegiatan belajar mengajar

Siswa Dilakukan saat

pembelajaran langsung 3. Angket Tanggapan terhadap

pembelajaran Hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri

Siswa Dilakukan sesudah pembelajaran

4. Wawancara pembelajaran Hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri

Siswa dan guru

Dilakukan sesudah pembelajaran

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Tes Keterampilan Berpikir Krititis Siswa

Instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya diujikan kepada siswa, lalu diperoleh data skor pre-tes dan post-tes siswa. Langkah selanjutnya yaitu menghitung gain dan gain ternormalisasi (n-gain). Gain adalah selisih antara skor post-tes dan pre-tes. N-gain dapat dihitung dengan rumus:

n-gain = � − � �

− � �


(28)

Tingkat perolehan skor n-gain dikategorikan atas 3 kriteria, yaitu:

Tabel 3.9. Klasifikasi n-gain (Hake, 1998)

Kriteria Nilai n-gain

Tinggi  0,7

Sedang 0,3  n-gain  0,7

Rendah  0,3

2. Analisis Angket

Data angket diolah dengan analisis deskriptif. Hasil tanggapan siswa terhadap angket dibuat persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% tanggapan = � ℎ � � � � �� � � ��

� ℎ � � � ℎ � x 100%

Tabel 3.10 Penafsiran Data Kualitatif (Koentjaraningrat ,2001)

Persentase Tafsiran Kualitatif

0% Tak seorang pun

1% - 24% Sebagian kecil 25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian besar 75% - 99% Hampir seluruhnya


(29)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri pada siswa SMA Kelas XI, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri telah sesuai dengan tahapan inkuiri dengan bimbingan guru. Pembelajaran yang dilaksanakan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa serta membantu siswa untuk menemukan konsepnya sendiri. Siswa dapat lebih memahami konspep hidrolisis garam melalui masalah yang berkaitan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari sehingga dapat lebih bermakna bagi siswa.

2. Secara umum, siswa mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis setelah diterapkannya praktikum dengan inkuiri terstruktur sebesar 71,00% dan praktikum dengan inkuiri terbimbing sebesar 74,20%. Peningkatan tertinggi keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri terstruktur terjadi pada keterampilan memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan dengan nilai <g> 90,54% dan peningkatan terendah sebesar 49,48% terjadi pada keterampilan memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi. Sedangkan pada pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum


(30)

dan pendekatan inkuiri terbimbing peningkatan tertinggi keterampilan berpikir kritis siswa terjadi pada keterampilan memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan dengan nilai <g> 90,40% dan peningkatan terendah sebesar 56,15% terjadi pada keterampilan menyatakan argumen sesuai dengan kebutuhan.

3. Secara umum, guru dan siswa merespon positif pelaksanaan pembelajaran hidrolisis garam dengan praktikum dan inkuiri yang telah dilakukan. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran menambah minat dan motivasi belajar dalam menemukan konsep sendiri serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, sehingga melalui pembelajaran praktikum dan LKS yang digunakan, siswa lebih memahami konsep-konsep hidrolisis garam.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk diterapkan dalam pembelajaran pada materi hidrolisis garam karena memiliki peranan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Sampel yang digunakan sebaiknya siswa yang memiliki kemampuan rendah agar perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa lebih terlihat.


(31)

3. Agar pembelajaran sains siswa lebih bermakna maka diharapkan metode praktikum dan pendekatan inkuiri dapat diterapkan pada materi atau bidang studi yang sesuai.

4. Siswa hendaknya lebih banyak diberikan latihan-latihan menyatakan argumen sesuai dengan kebutuhan dan memformulasikan pertanyaan yang mengarahkan investigasi agar keterampilan berpikir kritis siswa lebih berkembang.

5. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan agar memperbaiki siswa dan menyempurnakan kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini dengan jalan:

a. Keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan tidak hanya terbatas pada indikator yang dikaji pada tesis ini, tetapi dapat dikembangkan juga sub-indikator untuk materi kimia yang lain.

b. LKS yang dikembangkan sebaiknya dikemas dalam bentuk yang lebih jelas, menarik, dan tidak monoton, agar siswa tidak jenuh dalam mengerjakannya.


(32)

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. Tersedia [online]: http://www.pendidikannetwork.net. [20 Januari 2012]

Akhyani, A. (2008). Model Pembelajran Kesetimbangan Kimia berbasis inkuiri Laboratorium untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Alberta. (2004). Focus On Inquiry. A teacher Guide to Implementing Inquiry. Based Learning. Canada

Amri, S, dan Iif K,A. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif Dalam Kelas. Jakarta : prestasi Pustaka.

Anitah, S., et al., (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta : Universitas terbuka

Arifin, Mulyati. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimisa. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI


(33)

Chang, R. (2005), Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jakarta: Erlangga.

Costa, A. L. (1985). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria

Dahar, R.W.(1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Depdiknas. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Direktorat tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal peningkatan Mutu pendidik dan tenaga kependidikan, Departemen pendidikan nasional.

Dirgantara, Y., Rejeki, S., Setiawan, A., (2008). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahsan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA, 2 (1), 87-97

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Echols, M dan Shadily Hassan. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT Gramedia


(34)

(ed.). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria.

Firman, H.(2007).Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung : Jurusan pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Kritis Dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E.(2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6th Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Gramedia Widiarsa Indonesia

Guo Jing, Zhou Qing, Wang Yan, (2010). Promoting preservice teachers’ critical thinking skills by inquiry-based chemical experiment. Jurnal: Procedia Social and Behavioral Sciences Vol 2

Hake, R.R. 1998, “interactive-engagment versus traditional Methods; A Six Thousand-student Survey of mechanics tes data for introductory physics courses” American Journal of Physic.


(35)

Published by: The University of Chicago Press Article Stable URL:http://www.jstor.org/stable/1084259

Hinricshen, Jolene. (1999). Science Inquiry For The Clasroom. Oregon : Northwest Regional Educational Laboratory.

Hofstein A., Navon O., Kipnis M. And Mamlok-Naaman R. (2005). Developing Students Ability To Ask More And Better Questions Resulting From Inquiry-Type Chemistry Laboratories, Journals of research in science teaaching. 42. 791-806

Ibrahim, Muslimin. (2007). Pembelajaran Inkuiri [Online]. Tersedia : http://www.google.com [10 Januari 2012]

Juremi, S. Dan Ayob, A (2000). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Berpikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains. Tersedia: http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html. [20 januari 2012]

Joyce, B., Weil, M., & calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston : allyn and bacon


(36)

Gramedia

Linda Elder. 2010. Critical Thinking Development: A Stage Theory. CA

Lipman. M. (2003). Athinking In Education 2nd Ed. Cambridge : Cambridge University

Marimuthu, T. (2004). An Insight Into Constructivism And Discovery Inquiry In The Teaching Of Science by Secondary School. Journal of science Learning and Teaching, 6 (4).

Martiningsih. (2007). Team Teaching. Tersedia [online] : (http://martiningsih.blogspot.com). [20 Januari 2012].

Meyers, Chet. (1986). Teaching Critical Thinking. United States Wesley, Longman, Inc.

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kritis. Tersedia [Online] : http://www.muhfahroyin.blogger.com [20 Januari 2012 ]


(37)

Sains Pada Konsep Hasil Kali Kelarutan Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Richard Paul and Linda Elder. (2005) A Miniature Guide For Students On How to Study & Learn. A Discipline, Using Critical Thinking Concepts & Tools. The Foundation of Critical Thinking.California

Roestiyah (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana

Sidharta. A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai WahanaPendidikan Sains Siswa SMP. Tesis SPS UPI Bndung : Tidak Diterbitkan.

Suprapto. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran.. Tersedia [online] :

http//supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakan-keterampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran. [18 Januari 2012]


(38)

Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-8. Bandung : Alfabeta

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Usman, U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Kosda Karya

Yahudit, Dori, J. Orit Herscuvit. (1998). Question-Posing Capability as an Alternative Evaluation Method. Analysis of an Environmental case Study.

Zhou Qing, dkk (2010). Promoting Preservice Teachers’ Critical Thinking Disposition by Inquiry-Based Chemical Experiment. Jurnal Procedia Social and Behavioral Sciences Vol 9.


(1)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Chang, R. (2005), Kimia Dasar, Konsep-konsep Inti, Jakarta: Erlangga.

Costa, A. L. (1985). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria

Dahar, R.W.(1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Depdiknas. (2008). Strategi Pembelajaran MIPA. Direktorat tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal peningkatan Mutu pendidik dan tenaga kependidikan, Departemen pendidikan nasional.

Dirgantara, Y., Rejeki, S., Setiawan, A., (2008). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahsan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA, 2 (1), 87-97

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Echols, M dan Shadily Hassan. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta : PT Gramedia


(2)

Ennis, R.H. (2000). “Goals for a Critical Thinking Curriculum”. In Costa, A.L. (ed.). Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia : ASDC Alexandria.

Firman, H.(2007).Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung : Jurusan pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Kritis Dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E.(2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6th Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Gramedia Widiarsa Indonesia

Guo Jing, Zhou Qing, Wang Yan, (2010). Promoting preservice teachers’ critical thinking skills by inquiry-based chemical experiment. Jurnal: Procedia Social and Behavioral Sciences Vol 2

Hake, R.R. 1998, “interactive-engagment versus traditional Methods; A Six Thousand-student Survey of mechanics tes data for introductory physics courses” American Journal of Physic.


(3)

Herron, M.D. (1971). The nature of scientific enquiry. The School Review, Published by: The University of Chicago Press Article Stable URL:http://www.jstor.org/stable/1084259

Hinricshen, Jolene. (1999). Science Inquiry For The Clasroom. Oregon : Northwest Regional Educational Laboratory.

Hofstein A., Navon O., Kipnis M. And Mamlok-Naaman R. (2005). Developing Students Ability To Ask More And Better Questions Resulting From Inquiry-Type Chemistry Laboratories, Journals of research in science teaaching. 42. 791-806

Ibrahim, Muslimin. (2007). Pembelajaran Inkuiri [Online]. Tersedia : http://www.google.com [10 Januari 2012]

Juremi, S. Dan Ayob, A (2000). Menentukan Kesahan Alat Ukur-Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Berpikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains. Tersedia: http://www.geocities.com/drwanrani/Sabaria_Juremi.html. [20 januari 2012]

Joyce, B., Weil, M., & calhoun, E. (2000). Models of Teaching. 6th edition. Boston : allyn and bacon


(4)

Koentjaraningrat. (1981). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Linda Elder. 2010. Critical Thinking Development: A Stage Theory. CA

Lipman. M. (2003). Athinking In Education 2nd Ed. Cambridge : Cambridge University

Marimuthu, T. (2004). An Insight Into Constructivism And Discovery Inquiry In The Teaching Of Science by Secondary School. Journal of science Learning and Teaching, 6 (4).

Martiningsih. (2007). Team Teaching. Tersedia [online] : (http://martiningsih.blogspot.com). [20 Januari 2012].

Meyers, Chet. (1986). Teaching Critical Thinking. United States Wesley, Longman, Inc.

Muhfahroyin. (2009). Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kritis. Tersedia [Online] : http://www.muhfahroyin.blogger.com [20 Januari 2012 ]


(5)

Octaviana. (2009). Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Hasil Kali Kelarutan Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Richard Paul and Linda Elder. (2005) A Miniature Guide For Students On How to Study & Learn. A Discipline, Using Critical Thinking Concepts & Tools. The Foundation of Critical Thinking.California

Roestiyah (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana

Sidharta. A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai WahanaPendidikan Sains Siswa SMP. Tesis SPS UPI Bndung : Tidak Diterbitkan.

Suprapto. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran.. Tersedia [online] :

http//supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakan-keterampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran. [18 Januari 2012]


(6)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-8. Bandung : Alfabeta

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Usman, U. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Kosda Karya

Yahudit, Dori, J. Orit Herscuvit. (1998). Question-Posing Capability as an Alternative Evaluation Method. Analysis of an Environmental case Study.

Zhou Qing, dkk (2010). Promoting Preservice Teachers’ Critical Thinking Disposition by Inquiry-Based Chemical Experiment. Jurnal Procedia Social and Behavioral Sciences Vol 9.