PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PENOLAKAN DAN PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA DENGAN NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.DAN N0 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. - Test Repository

  

PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PENOLAKAN

DAN PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA DENGAN NO

068/Pdt.P/2017/PA.Sal.DAN N0 040/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Agus Alwi

NIM: 21211007

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PENOLAKAN

DAN PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA DENGAN NO

068/Pdt.P/2017/PA.Sal.DAN N0 040/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Agus Alwi

NIM: 21211007

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

  Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, Arahan dan koreksi, maka Naskah skripsi mahasiswa: Nama : Agus Alwi NIM : 21211007 Judul :PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP

  PENOLAKAN DAN PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA DENGAN NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. DAN N0 040/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

  Salatiga, 14 Agustus 2018 Pembimbing, Prof. Dr. H.Muh. Zuhri, M.A.

  NIP. 196102101987031006 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Agus Alwi NIM : 21211007 Jurusan : Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga Islam) Fakultas

  : Syari’ah Judul Skripsi :PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP

  PENOLAKAN DAN PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA DENGAN NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. DAN N0 040/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 14 agustus 2018 Yang menyatakan Agus Alwi 21211007

KEMENTRIAN AGAMA RI

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH JL. Nakula Sadewa V No. 9 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PENOLAKAN DAN

  

PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG DI PENGADILAN

AGAMA SALATIGA DENGAN NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.DAN N0

040/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  Oleh: Agus Alwi

  21211007 Telah dipertahankan di depan sidang m unaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga, pada tanggal hari Senin tanggal 3 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji :Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  ………….... Sekretaris Sidang : Prof. Dr. H.Muh. Zuhri, M.A.

  ………….... Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si. ...................... Penguji II : Farkhani, S.H., S.HI., M.H. ......................

  Salatiga, 3 September 2018 Dekan Fakultas Syari

  ’ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP 19670115 199803 2 002

  

MOTTO

“Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan

engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta

terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan,

tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan. ”

  

(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

ٍمْىَقِب ُ َّاللَّ َداَرَأ اَذِإَو ْمِهِسُفْنَأِب اَم اوُرِّيَغُي ىَّتَح ٍمْىَقِب اَم ُرِّيَغُي لا َ َّاللَّ َّنِإ

لاَو ْنِم ِهِنوُد ْنِم ْمُهَل اَمَو ُهَل َّدَرَم لاَف اًءىُس

  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

  Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia .”

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan Kepada kedua orang tua, istri dan Anak karena dengan kasih sayangnya , motivasi dan do’anya berkat beliaulah penulis dapat terus bejuang meneruskan kuliah untuk meraih cita-cita. Saudara saudaraku yang selalu menyemangatiku tatkala mereka hadir di saat menghadapi beratnya tantangan perjalanan hidup sekaligus proses kuliah hingga kelulusan. Teman-teman sekaligus sahabat satu angkatan AS - Non Reguler tahun 2011 IAIN Salatiga yang selalu saling mendukung baik susah maupun senang.

  Sahabat karib dari berbagai lulusan pondok pesantren dan Institusi pendidikan tinggi lainnya yang selalu memberi motivasi serta bertukar ilmu sehingga penulis dapat teus berjuang hingga lulus.

KATA PENGANTAR

  Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang hak, memberi petunjuk kepada segenap manusia kejalan kebaikan, untuk kehidupan di dunia dan keselamatan di akhirat. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, semoga pada akhir kelak kita termasuk kedalam umatnya yang mendapat syafaatnya.

  Ahamdulillah dengan rasa syukur penulis, skripsi dengan judul: PERBANDINGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PENOLAKAN DAN PENERIMAAN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA DENGAN NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.DAN N0 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. ini telah selesai. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1).dalam Ilmu Syari’ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M, Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  3. Bapak Syukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS) IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  4. Bapak Prof. Dr. H.Muh. Zuhri, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku dosen syariah yang membantu membukakan pintu untuk penulis sehingga dapat melanjutkan kuliah di IAIN Salatiga.

6. Para Dosen Syari’ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do’a selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  7. Teman-teman mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyyah baik Non-Reguler dan Reguler khususnya angkatan tahun 2011 yang sangat berarti dalam dukungannya kepada penulis selama masa kuliah.

  8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi ini sebagaimana disebutkan di atas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.

  Salatiga, 14 Agustus 2018 Penulis Agus Alwi

  

ABSTRAK

  Alwi, Agus. 2018, Perbandingan Putusan Hakim TerhadapPenolakan Dan

  Penerimaan Pengajuan Status Anak Kandung Di Pengadilan Agama Salatiga Dengan No068/Pdt.P/2017/PA.Sal.Dan No 040/Pdt.P/2017/PA.Sal . Skripsi

  Jurusan Syari’ah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah (AS), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H.Muh. Zuhri, M.A.

  Kata Kunci : Putusan, Hakim, Anak Kandung

  Akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan hukum. Akibat banyaknya anak yang tidak memiliki akte kelahiran banyak anak kehilangan haknya untuk mendapatkan pendidikan maupun jaminan sosial lainnya.

  Penelitian ini membahas tentang dasar yang dipergunakan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara Nomor 040/Pdt.P/2017/PA.Sal dan putusan nomor 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. Tentang anak kandung.Bahwa berdasarkan dari kedua kasus tersebut terdapat perbedaan putusan oleh hakim tentang penetapan permohonan asal usul anak, padahal menurut penulis pernikahan yang dilakukan oleh kedua pasangan tersebut sama-sama pernikahan dibawah tangan, dan sama-sama melahirkan anak sebelum pernikahanya di catatkan di KUA setempat .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Dasar yang dipergunakan hakim mengabulkan permohonan No. 040/pdt.P/2017/PA.Sal. adalah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 46/PUU-VIII/2010 tanggal 27 Februari 2010 dan dalil fiqhiyah kitab Al-Fiqh Al-islami Wa Adilatuhu jilid V halaman 690. Dan dasar yang dipergunakan hakim memutus perkara No.068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  adalah karena

  minimal kelahiran anak dari

  dalil hukum Islam yang memberi batasan

  perkawinan ibunya adalah 6 bulan berdasarkan bunyi ayat Al-Quran dalam surat Lukman ayat 14 dan surat Al-Ahqaf ayat 15. Dan yang terakhir penulis menyimpulkan bahwa Anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah dalam hal ini dianggap Zina maka anak hanya bisa dinasabkan pada ibu kandungnya sedangkan Anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah ( tidak dicatatkan di KUA) tapi melakukan pernikahan adat atau nikah tradisional dapat ditetapkan nasabnya sebagai anak dari suami istri yang bersangkutan .

  DAFTAR ISI

  Hal Lembar Berlogo ...................................................................................... i Nota Pembimbing.................................................................................... ii Pernyataan Keaslian Tulisan................................................................... iii Lembar Pengesahan................................................................................ iv Motto ...................................................................................................... v Persembahan .......................................................................................... vi Kata Pengantar........................................................................................ vii Abstrak x

  Daftar Isi................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN.................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah..................................................

  1 B. Rumusan Masalah............................................................

  5 C. Tujuan Penelitian.............................................................

  6 D. Kegunaan Penelitian.......................................................

  6 E. Telaah Pustaka ...............................................................

  7 F. Penegasan Istilah ...........................................................

  9 G. Metode Penelitian ..........................................................

  10

  H. Sistematika Pembahasan ...............................................

  12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  14 A. Ketentuan Umum Tentang Perkawinan ..................................

  16

  1. Pengertian Perkawinan ...................................................... 16

  2. Tujuan Pernikahan Untuk Sakinah........................................ 22 ` 3.

  Tujuan Pernikahan untuk Mawaddah Dan Warohmah…… 23

  B. Pengertian Anak.......................................................................... 24 1.

  Anak Sah ………….. ........................................................... 27 2. Anak Tidak Sah ….. ............................................................. 30 3. Iddah ………………............................................................ 31 4. Nasab……………………..................................................... 33

  BAB III PUTUSAN PERMOHONAN IZIN PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNGno 068/ Pdt.P/2017/PA.Sal. dan no 040/Pdt.P/2017PA.Sal …………………………………….……………………………….. 36

  A. Profil Pengadilan Salatiga..............................................................36

  B. Kasus Putusan permohanan izin pengajuan Status Anak Kandung No 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG PENGAJUAN STATUS ANAK KANDUNG NO 068/Pdt.P/2017/PA.Sal DAN NO 040/Pdt.Pdt.P/2017/PA.SaL. ………………………………………63

  A.

   Analisis Putusan No. 40P dan No. 68P. di Pengadilan Agama

  Saalatiga Dengan Perundang-undangan Di Indonesia ………. 63 B.

  Analisis Putusan No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal Dan No. 068/Pdt.P/2017/PA.Sal

  Dengan Hukum Islam ……..…………..70 C.

   Tabel persamaan dan perbedaan perbandingan putusan No

  040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017PA.Sal ………..73

  BAB V PENUTUP.......................................................................................... 75 A. Kesimpulan ................................................................................. 75 B. Saran ............................................................................................ 77 Daftar Pustaka .................................................................................... 79 Lampiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang jumlah penduduknya mayoritas beragama Islam, namun sistem hukum negaranya tidak menyatakan sebagai Negara yang

  mempunyai sistem hukum Islam. Akan tetapi keberadaan agama berpengaruh besar terhadap terbentuknya karakter bangsa sekaligus terbentuknya sistem hukum Indonesia yang sebagian mengakomodir dari norma-norma agama. Sebagaimana penerapan Hukum Keluarga di Indonesia seperti halnya bidang pencatatan dalam perkawinan, kewarisan, perwakafan, wasiat dan juga hak-hak anak , baik hak asuh, hak perlindungan anak dan sebagainya (Khusen, 2013:9).

  Anak sebagai generasi penerus bangsa juga menjadi perhatian khusus oleh pemerintah Indonesia. Hal itu terwujud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa tujuan Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. ( Pembukaan UUD 1945)

  Dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan pemerintah negara Indonesia tersebut yaitu memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi anak, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas Pasal 28 B ayat (2) UUD Tahun 1945 ). perlindungan hukum.( Sebagaimana anak yang masih dalam kandugan maupun yang telah dilahirkan berhak mendapatkan perlindugan hukum dari Pemerintah (

  Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar

). Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Salah satu bentuk perlindungan hukum itu adalah setiap anak yang dilahirkan di Indonesia berhak mendapatkan akta kelahiran. Akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan hukum. Akibat banyaknya anak yang tidak memiliki akte kelahiran banyak anak kehilangan haknya untuk mendapatkan pendidikan maupun jaminan sosial lainnya. Dalam penanganan perkara anak yang berhadapan dengan hukum, anak juga sering dirugikan dan kehilangan haknya. Salah satu contoh problematikanya adalah ketika anak tersebut lahir diluar pernikahan yang sah, sehingga menimbulkan permasalahan dalam pembuatan akta kelahiran. Padahal syarat dikeluarkannya akte kelahiran diperoleh dari perkawinan yang dicatatkan (disahkan oleh negara) yang dalam penulisan skripsi ini disebut perkawinan yang dicatat oleh KUA atau kantor urusan agama. Sebagaimana diketahui bahwa Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dijelaskan bahwa syarat sahnya perkawinan yaitu :

1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut masing-masing agamanya

  dan kepercayaannya itu, dan di dalam ayat menyebutkan; 2) tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Melihat pentingnya pencatatan akta kelahiran bagi anak maka setiap anak diharuskan memiliki akta kelahiran, akta kelahiran ini dapat diperoleh apabila perkawinan dilakukan secara sah menurut agama dan perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia. Sah menurut peraturan perundang-undangan maksudnya yaitu perkawinan tersebut di catat di Kantor Urusan Agama kecamatan di tiap-tiap daerah pasangan yang melakukan perkawinan bagi pasangan yang beragama Islam, namun bagi pasangan yang beragama non islam pencatatan perkawinan tersebut dilakukaan di kantor catatan sipil .

  Oleh karena itu pasal 55 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan mengatur mengenai tata cara untuk mendapatkan akta kelahiran anak bagi anak yang tidak dapat memiliki akta kelahiran, tapi masih menimbulkan pertanyaan bagaimana bukti-bukti yang memenuhi syarat. Pasal tersebut menyebutkan :

1. Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang otentik, yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

  2. Bila akta kelahiran tersebut dala ayat (1) pasalini tidak ada maka pengadilan

  dapat mengeluarkan penetapan tentang asal usul seorang anak setelah diadakan pemeriksaaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi syarat.

  3. Atas berdasar ketentuan pengadilan tersebut ayat (2) pasal ini maka instansi

  pencatat kelahiran yang ada dalam daerah hukum pengadilan yang bersangkutan mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersagkutan.

  Dilihat dari pasal tersebut, apabila anak diluar nikah yang tidak memiliki akta kelahiran, maka akta kelahiran mengenai asal usul anak dapat dimintakan penetapannya ke Pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Salatiga. Dalam Penetapan Nomor 040/Pdt.P/2017/PA.Sal penetapan tersebut dimintakan oleh pasangan Sri Pamuji Eko Sudarko Bin Zaenal dan Ony Suciati binti Sardjono (disebut sebagai pemohon I dan pemohon II). Para pemohon mengajukan permohonan penetapan Pengadilan Agama Salatiga karena anak mereka yang bernama Dewangga Yudhistira Alvaronizam tidak mendapatkan akta kelahiran dari Kantor Catatan Sipil. Dalam kasus ini hakim mengabulkan penetapan yang diajukan oleh para pemohon. Kasus yang kedua yang dialami oleh pasangan Andika Cahya Nugraha bin Muh.Jaelani dan Cicik Hermina binti Widodo, permohonan pasangan tersebut ditolak oleh Pengadilan Agama Salatiga dengan nomor penetapan 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  Bahwa berdasarkan dari kedua kasus tersebut terdapat perbedaan putusan oleh hakim tentang penetapan permohonan asal usul anak, padahal menurut penulis pernikahan yang dilakukan oleh kedua pasangan tersebut sama-sama pernikahan yang tidak sah secara hukum nasional, sehingga mengakibatkan perbedaan akibat hukum bagi si anak. Oleh karena itu penulis ingin mengangkat penelitian mengenai status anak yang terlahir dari perkawinan yang hanya sah secara hukum Islam saja atau bisa dikatakan tidak dicatatkan guna mendapatkan akta kelahiran.

  Dari urain di atas tersebut, penulis bermaksud meneliti ,”Analisis

  Perbandingan Putusan Hakim Terhadap Penolakan dan Penerima’an Pengajuan Status Anak Kandung Di Pengadilan Agama Salatiga Dengan No. 68P Dan 40P 2017”.

B. Rumusan masalah

  Berdasarkan konteks latar belakang diatas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah yang diantaranaya adalah sebagai berikut:

  1. Apakah dasar yang dipergunakan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara No 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. Tentang status anak kandung.

  2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penasaban anak yang dihasilkan diluar perkawinan yang sah.

  C. Tujuan penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam memutus dan menolak permohonan izin Status anak kandung di Pengadilan Agama

  2. Untuk mengetahui bagaimana pandagan hukum islam terhadab nasab anak yang dihasilkan diluar perkawinan yang sah.

  3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dasar yang dipergunakan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara No 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  D. Kegunaan peneliti

  Penelitian ini sangat berguna bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya, adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

  1. Secara teoritis

  a. Dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari dan mendalami ilmu Hukum khususnya tentang permohonan status anak kandung di Pengadilan Agama.

  b. Untuk pengembangan ilmu Hukum dan penelitian Hukum serta berguna untuk masukan bagi praktik penyelenggara dibidang Hukum Perkawinan terutama terkait dengan masalah status anak kandug masa kini dan masa yang akan datang. c. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1) Bagi Hakim

  Dapat menerapkan kaidah-kaidah Hukum secara benar dan tepat dalam mempertimbangkan dan menetapkan dasar Hukum yang dipakai dalam permasalahan pengajuan status anak kandung. 2) Bagi Para Pihak

  Dapat menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan pemberian izin status anak kandung. Serta dapat menjadi solusi masalah terkait dengan status anak kandung. 3) Bagi mahasiswa

  Dapat menambah ilmu dan wawasan khususnya mahasiswa jurusan syari’ah.

E. Telaah pustaka

  Fungsi dilakukanya telaah pustaka terhadap skripsi adalah untuk membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan peneliti lain sebelumnya.

  Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu pendefinisian judul secara terperinci, agar dapat diketahui secara jelas dan untuk menghindari kesalahfahaman dan untuk membedakan kajian ini dengan kajian sebelumnya, maka penulis akan sebutkan beberapa studi pustaka tentang pengajuan status anak kandung.

  Futurrahman Djamil dengan judul “Pengakuan Anak Luar Nikah dan Akibat Hukumnya” inti tulisan ini adalah menguraiakan hubumgan timbal balik yang menjadi hak dan kewajiban antara anak luar nikah dengan orang tuanya.

  Sedangkan dalam sekripsi ini yang menjadi pembahasan adalah putusan hakim yang mengesahkan anak lahir di luar nikah menjadi anak sah.

  Skripsi yang membahas mengenai anak di luar nikah, di antaranya adalah: 1. Skripsi yang dibuat oleh Septi Emilia yang bejudul “Permohonan Pengakuan Anak Di Luar Nikah” dalam skripsi ini pemohon mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama Sleman untuk mengesahkan anak yang lahir diluar pernikahan, yang dilakukan oleh pemohon dan termohon serta menasabkanya kepada pemohon. Hasilnya Hakim memutus perkara tersebut bahwa anak yang yang lahir Di luar nikah tersebut di nasabkan kepada ibunya dan keluarga ibunya berdasarkan UU No.1 Tahun 1974 pasal 43 ayat (1) dan KHI pasal 100.

  Perbedaan skripsi Yang di buat oleh Septi Emilia dan skripsi yang di buat oleh penulis adalah dalam skripsi yang dibuat oleh Septi Emilia pertimbangan Hakim dalam memutus berdasarkan UU No.1 Tahun 1974 pasal 43 ayat (1) dan KHI pasal 100 dan skripsi yang dibuat oleh penulis pertimbangan Majelis Hakim adalah dengan putusan MK No 46/PUU-VIII/2010. 2. skripsi yang dibuat oleh Ardian Arista Wardana berjudul Tinjauan Yuridis

  Tentang Pengakuan Anak Luar Kawin Menjadi Anak Sah . Dalam skripsi ini

  penulis membahas anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya saja, namun dapat direvisi dengan putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010. Hasilnya putusan hakim yang mengesahkan anak yang lahir di luar nikah dapat menjadi anak sah secara hukum asalkan dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. skripsi yang dibuat berjudul “Nasab dan Nafkah Bagi anak yang lahir di luar perkawinan (Telaah Ulang Terhadap Pasal 43 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)”. Skripsi ini membahas masalah pentingnya nasab dalam rangka pemeliharaan anak dari kesia siaan dan juga nafkah yang terkesan dinafikan oleh UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 43,dengan alasan anak tersebut lahir di luar perkawinan. Sedangkan dalam sekripsi ini yang menjadi pembahasan adalah putusan hakim yang mengesahkan anak yang lahirdi luar nikah menjadi anak sah.

  Fungsi dilakukanya telaah pustaka terhadap buku-buku dan skripsi-skripsi adalah untuk membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan peneliti lain sebelumnya .

F. Penegasan istilah

  Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisian judul secara terperinci, dengan maksud dapat diketahui secara jelas. Maka penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah judul tentang

  “Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Kota Salatiga Tentang Permohonan Asal Usul Anak”(studi putusan No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal). Istilah-istilah tersebut adalah:

  a. Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa, untuk mengetahui apa sebab- sebabnya dan bagaimana duduk perkaranya (poerwadarminta, 2006:37).

  Analisis mengandung arti suatu uraian pikiran yang mendalam, sistematis, dan rasional (Abdul fatah, 2010:6).

  b. Putusan adalah pernyataan Hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapakan dalam sidang terbuka untuk umum (Arto, 1998:245).

  c. Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan (Farkhani, 2011:80).

G. Metode penelitian

  1. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting. penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library research). Yaitu sebuah penelitian yang menggunakan informasi yang diperoleh dari buku-buku atau terbitan-terbitan resmi pemerintah (Saerozi, 2008:46).

  2. Pendekatan Penelitian

  a. Pendekatan normatif, yaitu dengan mendekati masalah yang akan diteliti dengan mendasarkan pada Al- qur’an, Hadist, Kaidah Fiqih, Serta pendapat ulama’ berkaitan dengan masalah Permohonan Status Anak. b. Pendekatan yuridis, yaitu cara mendekaati masalah yang di teliti dengan mendasarkan pada aturan perudang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi hukum islam (KHI).

  3. Pengumpulan data

  a. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pemgamatan secara langsung ke objek penelitian. Sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penilitian.

  b. Metode Interview, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya- jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan tujuan penyelidikan. Metode interview ini penulis pergunakan sebagai metode penunjang dalam teknik pengumpulan data. Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada majelis hakim yang memutus dua perkara yang dibahas dalam skripsi ini.

  c. Dokumentasi Yaitu cara memperoleh data dengan cara menelusuri dan mempelajari data berupa dokumen terutama dari salinan putusan Pengadilan Agama Salatiga No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. Yang merupakan sebagai data primer.

  4. Lokasi dan kehadiran peneliti Lokasi penelitian ini adalah di Pengadilan Agama Salatiga karena setiap masyarakat yang ingin mengajukan status anak harus mendapat ijin dari

  Pengadilan Agama setempat. Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus menjadi pengumpul data. Kehadiran penulis dilapangan sangat diperlukan, Penulis berperan sebagai partisipan penuh membaur dengan subjek atau informan.

  5. Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah diperoleh, kemudian dianalisis menggunakan metode perbandingan Hukum. Metode perbandingan Hukum adalah membandingkan suatu putusan yang satu dengan putusan yang lainnya untuk masalah yang sama dengan mengungkapkan persamaan dan perbedaan.

  Apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Metode ini digunakan untuk membandingkan kesamaan dan perbedaan dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Salatiga menurut Hukum formil dan Hukum Islam dalam menyelesaikan perkara permohonan Asal usul anak, dalam hal ini difokuskan pada Putusan Hakim Pengadilan Agama Salatiga No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sebagi karya ilmiah Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan, maka dalam sistematika penulisan skripsi menggambarkan struktur organisasi penyusunan yang dapat dijelaskan dalam beberapa bab. Adapun sistematika penulisanya sebagai berikut: Bab Pertama adalah Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka,metodoogi dan sistematika Penulisan skripsi.

  Bab Kedua adalah Tinjauan umum tentang Permohonan Penetapan Asal Usul Anak meliputi: Perkawinan, Anak sah, Anak tidak sah, dasar hukum tentang Perkawinan.

  Bab Ketiga Adalah berisi tentang Putusan Permohonan Penetapan status anak kandung Salatiga No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  Terdiri dari sekilas tentang sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Salatiga, visi dan misi Pengadilan Agama Salatiga, struktur organisasi, kompetensi Pengadilan Agama Salatiga, putusan No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. Pertimbangan hakim dalam Putusan No.

  040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.

  Bab Keempat Adalah berisi tentang analisis Putusan No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal.tentang Permohonan Penetapan status anak kandung meliputi: analisi Putusan No.

  040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. analisis syarat alternatif, analisis syarat komulatif, analisis putusan Putusan No. 040/Pdt.P/2017/PA.Sal. dan No 068/Pdt.P/2017/PA.Sal. dengan hukum islam.

  Bab Lima Adalah Penutup yang merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan, saran dan kata penutup.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ketentuan Umum Tentang perkawinan 1. Pengertian perkawinan Telah diketahui bahwa pernikahan adalah merupakan sunatullah, bahwa makhluk yang bernyawa itu di ciptakan berpasang-pasangan, baik laki- lakimaupun perempuan (Q.S.Dzariat:49).

  َ ك َ ل َ َ ك َ ك َ ن تَ ذ َ زَا َ قَ ن َ خَ ل َ ش َ لَ ََ لَ ع َ يَ ن َ نََ َ رَ و َ مََ َ وَ ج َ وَ م َ يَ ء

„‟Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah”.

  Secara Bahasa arti atau pengertian pernikahan adalah al-Jamru dan al- Dhommu yang artinya kumpul. Makna ini disinyalir berasal dari sebuah syair Arab: Wahai orang yang menikah, kesulitan bisa menjadi kemudahan, Allah memanjangkan umurmu untuk bisa berkumpul, yaitu kesulitan bila terbebas, dan kemudahan bila terlepas sisi kanannya." Maksud dari syair diatas adalah bahwa orang yang berusaha menyatukan antara hal yang sulit dan halyang mudah, sesungguhnya ia sedang melakukan sesuatu yang sulit untuk terjadi. Pengertian pernikahan secara maknawi, makna nikah (zawaj) bisa diartikan sebagai aqdu al-tazwiij yang artinyaNikah juga bisa diartikan dengan (wathu' al zawjah) bermakna menyetubuhi isteri, sebagaimana disebutkan oleh beberapa ahli fiqih. Abu Ali al-Qalii berkata: Orang Arab membedakan penempatan kata akad dengan wath'u. Maka ketika mereka mengatakan 'Menikahkan si fulanah', mereka mengarahkan pada maksud aqdu al-tazwiij. Tapi bila mereka mengatakan 'Menikahi isterinya', maka maknanya berkonotasi kepada Jima' dan wath'u."

  Menurut Bachtiar (2004), adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Perkawinan adalah merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.

  Dalam hukum perkawinan Islam (munakahat) kata-

  kata “perkawinan” merupakan alih bahasa dari istilah : Nikah ( حاكن) atau zawaj (جاوز): isim dari tazawuj (

  جوست). ( Masreq, 1975:310). Namun menurut pendapat yang sakhih: nikah arti hakekatnya adalah akad ( dan wati / bersenggama ( ءطىلا ) sebagai دقعلا ) arti kiasan atau majasnya.

  Adapun nikah menurut istilah fuqaha adalah sebagai berikut :

a. Suatu akad yang menyebabkan halalnya bermesraan antara suami istri dengan cara yang sudah ditentukan oleh Allah SWT .

b. Nikah menurut Syara’ ialah lafal akad yang sudah terkenal itu yang

  Akad memenuhi syarat dan rukunnya seperti dengan

  Menurut Scholten (Titik Triwulan Tutik, 2006:106), perkawinan ialah suatu persekutuan antara seorang pria dengan seorang wanita yang diakui oleh Negara untuk bersama/bersekutu yang kekal. Esensi dari pengertian tersebut diatas

  pihak atas dasar syari’at. (Arabi,1957:18).

  menghalalkan untuk bersenang-senang diantara masing-masing

  mengandung rukun-rukun syarat-syarat yang telah ditentukan untuk berkumpul.(abu bakar,akhyar:268). Muhammad Abu Zahrah mendefinisikan nikah sebagai akad yang

  Secara istilah arti nikah adalah akad yang telah terkenal yang

  sighat nikah, tazwij atau terjemahanya. (Ghozali, Diklat Fiqih Munakahat:6).

  mengandung

  beberapa rukun dan syarat.

  1. Nikah adalah suatu akad (perjanjian antara pria da n wanita)

  tersebut yaitu:

  kesimpulan adanya unsur- unsur pokok dalam ta’rifta’rif

  ditarik

  Dari beberapa ta’rif yang dikemukakan oleh para fuqaha tersebut di atas dapat

  perbolehkanya persetubuhan dengan (menggunakan) lafal (yang mutlak dari) nikah, tazwij atau terjemahannya.

  c. Nikah m enurut syara’ ialah suatu akad yang mengandung jaminan di

  2. Menghalalkan wati (bersetubuh) yang semula dilarang (haram) 3. adalah, bahwa perkawinan sebagai lembaga hukum, baik karena apa yang ada didalamnya, maupun karena apa yang terdapat didalamnya.

  Berdasarkan berbagai definisi tentang perkawinan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan diakui secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang menjanjikan pelestarian kebudayaan dan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan inter-personal.

  a. Rukun Pernikahan Rukun Nikah adalah bagian terpenting yang menjadi pilar dalam pernikahan dan itu wajib terpenuhi adanya.

  Rukun perkawinan menurut Rasjid (2000 : 382) menyatakan bahwa rukun perkawinan yaitu :

  1. Sighat (akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan,seperti kata wali,”saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama..” Jawab mempelai laki- laki, “Saya terima menikahi....”. Tidak sah akad nikah kecuali dengan lafadz nikah, tazwij, atau terjemahan dari keduanya.

  2. Wali (wali si perempuan).

  Keterangannya adalah sabda Nabi SAW yang artinya “barang siapa diantara yang menikah tidak dengan izin walinya, maka pernikahannya batal”.

  3. Dua orang saksi Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya “tidak sah nikah kecuali dengan wali dua saksi yang adil”.

  4. Kerelaan kedua belah pihak atau tanpa paksaan.

  5. Ada mempelai yang akan menikah.

  b. Syarat Perkawinan Syarat pernikahan adalah dasar sahnya bagi pernikahan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhi maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri. Sedangkan yang dimaksud dengan syarat ialah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi, dan hijab qobul.

  c. Tujuan Pernikahan Dasar tujuan nikah yaitu “ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui“.

  Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

  Melaksanakan sunnah Rasul sebagaimana tersebut dalam hadits Nabi SAW yang artinya :

  “Perkawinan adalah peraturanku, barang siapa yang benci kepada peraturanku, bukanlah ia termasuk umatku. (H.R. Bukhari dan Muslim)“

  

  “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir ”.

  Perkawinan dalam islam juga bertujuan untuk memelihara pandangan mata dan menjaga kehormatan diri sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi SAW Yang Artinya :

  "Dari Abdullah Bin Mas’ud ia berkata, telah berkata kepada kami Rasulullah SAW : Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah sanggup kawin maka hendaklah ia kawin, maka sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh Agama) dan memelihara faraj. Dan barang siapa yang tidak sanggup hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu adalah perisai baginya” (H.R. Buhkari dan Muslim).

  Selain itu perkawinan dalam islam adalah bertujuan untuk mendapat keturunan yang sah serta sehat jasmani, rohani dan social, memper erat dan memperluas hubungan kekeluargaan serta membangun hari depan individu, keluarga dan masyarakat yang lebih baik.

  Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapatlah kita simpulkan bahwa yang

  menjadi inti pokok dari perkawinan adalah akad (perjanjian), yaitu serah terima antara

  wali calon mempelai perempuan dengan calon mempelai laki-laki.

  Penyerahan dan penerimaan tanggungjawab dalam arti yang luas untuk mencapai satu tujuan perkawinan, telah terjadi pada saat akad nikah itu, disamping penghalalan bercampur antara keduanya sebagai suami istri . Di dalam UU No 1 Tahun 1974 terdapat pangertian tentang perkawinan yaitu:

  Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

  sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan ( Semarang,Aneka kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ilmu,1990:1). Perkawinan adalah merupakan peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan merupakan awal kehidupan baru bagi dua insan yang semula hidup sendiri, kemudian bisa hidup bersama. Dengan

  adanya perkawinan akan

  melahirkan generasi baru dari satu kehidupan tersebut yang nantinya diharapkan akan melanjutkan sistem keluarga yang telah ada sebelumnya.

  Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 mendefenisikan perkawinan yaitu ” perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

  Berdasarkan UU Perkawinan tersebut, dapat diartikan bahwa tujuan perkawinan menurut UU tersebut adalah untuk mencapai bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. Arti bahagia sebenarnya bukan konsep fikih (Hukum Islam). Hal ini sejalan dengan defenisi Sayuti Thalib yaitu perkawinan adalah perjanjian kokoh dan suci antara seorang perempuan dan laki-laki sebagai suami istri untuk membentuk rumah tangga yang bahagia, kasih mengasihi, tentram dan kekal. Sedangkan defenisi kekal itu diambil dari ajaran Katolik Roma, yang mengartikan perkawinan itu adalah sehidup semati. Namun bisa juga diartikan bahwa perkawinan itu harus ada kesetian antara pasangan suami dan istri.

  Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) tujuan perkawinan dij elaskan pada pasal 3 KHI yaitu ” Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah dan wa rahmah. ”

Dokumen yang terkait

ANALISIS PUTUSAN HAKIM Nomor : 3407/Pdt.G/2007/PA.Kab.Mlg. TENTANG SENGKETA WAKAF DI PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MALANG

3 11 23

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HAK ASUH ANAK (STUDI PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURAKARTA NOMOR : 0536PDT.G2012PA.SKA.)

0 0 11

PERBEDAAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BUNTOK DAN PENGADILAN TINGGI AGAMA PALANGKA RAYA TENTANG ANAK KANDUNG SEBAGAI SAKSI DALAM PERKARA PERCERAIAN TESIS Diajukan Untuk Melengkapi dan memenuhi Syarat

0 0 17

PROSEDUR TATA CARA PENGAJUAN PERKARA DI PENGADILAN AGAMA

0 0 11

DAMPAK PENOLAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP HAK ANAK (STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NOMOR : 0077/Pdt.P/2014/PA. SAL) - Test Repository

0 0 86

STATUS ANAK HASIL NIKAH SIRRI SETELAH PUTUSAN IJIN POLIGAMI OLEH HAKIM (Studi Putusan No.0030/Pdt.G/2012/PA Ambarawa) - Test Repository

0 0 87

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA TENTANG POLIGAMI (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA.Amb). - Test Repository

0 0 114

PROBLEMATIKA PUTUSAN PERCERAIAN KARENA SALAH SATU PIHAK MURTAD (STUDI KOMPARATIF PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NO. 138/Pdt.G/2006/PA. SALDAN NO. 0356/Pdt.G/2011/PA. SAL) - Test Repository

0 0 137

PENETAPAN KADAR NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH OLEH HAKIM PADA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (Studi Putusan Cerai Talak Tahun 2017) - Test Repository

0 1 229

PERANAN ADVOKAT DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (TINJAUAN UU NO 18 TAHUN 2003 DAN KODE ETIK TENTANG ADVOKAT) - Test Repository

0 0 81