DOCRPIJM ca8e4e8885 BAB IV4. BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

IV
RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

Di Dalam Bab Ini Akan Dijabarkan Tentang Skenario
Pengembangan Wilayah Dan Skenario Pengembangan
Infrastruktur Wilayah Di Kabupaten Aceh Jaya

4.1.

SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN ACEH JAYA

4.1.1. Arahan Struktur Ruang Kabupaten Aceh Jaya
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satusama lain yang
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.
Fungsi dari rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah:
a.

Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan
layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam
wilayah kabupaten; dan


b.

Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama
pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
a.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b.

Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung
kegiatan sosial ekonomi;

c.

Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan


d.

Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
a.

Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi,
dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

b.

Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kabupaten bersangkutan; dan

c.

Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi
ketentuan sebagai berikut:

1.

Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta
pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten
yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah Pusat dan pemerintah
provinsi;

2.

Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan
lingkungan (PPL); dan

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 2

3.

Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait
menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.


d.

Memuat pusat-pusat kegiatan selain dengan ketentuan sebagai berikut:
1.

Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL
(dengan notasi PKLp);

2.

Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan
(PPK); dan

3.

Pusat kegiatan yang akan dijadikan PKLp harus ditetapkan sebagai kawasan strategis
kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan
pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi
kriteria PKL.


e.

Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai
sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Berbagai aspek perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan pusat-pusat kegiatan di

wilayah kabupaten mengingat pusat-pusat kegiatan merupakan simpul pelayanan sosial, budaya,
ekonomi dan administrasi masyarakat. Pusat-pusat kegiatan yang dimaksud

adalah Pusat

Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang terdapat di wilayah kabupaten serta pusat kegiatan yang
menjadi kewenangan kabupaten yaitu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lokal
(PPL).
Fungsi dan peran kawasan perkotaan di masing-masing ibukota kecamatan atau pusatpusat pengembangan pada dasarnya sebagai berikut:
1.


Fungsi tempat pasar (market-place function) bagi barang dan jasa konsumsi dan investasi.
Selain itu juga sebagai tempat pemasaran dan pengolahan hasil pertanian;

2.

Fungsi transaksi finansial berupa kemudahan kredit untuk investasi pada wilayah-wilayah
pengembangan;

3.

Fungsi penyediaan pelayanan pengembangan pertanian; dan

4.

Fungsi pelayanan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, komunikasi,
keamanan, ibadah, rekreasi, administratif, dan lain-lain.
Selanjutnya kelengkapan dalam penyediaan prasarana dan sarana baik sosial maupun

ekonomi pada dasarnya bergantung pada hirarki kota yang bersangkutan.


DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 3

Selain itu juga terdapat fungsi kota sebagai pusat administrasi pemerintahan yang mempunyai
sifat pelayanan hirarkis menurut status administrasi (ibukota kabupaten, dan ibukota kecamatan).
Penentuan fungsi kota ini didasari oleh kelengkapan fasiltas pusat pelayanannya yang
akan dikembangkan di tiap kota. Adapun fungsi yang lain didasari oleh alasan tertentu, yaitu:


Fungsi pusat pelayanan sosial dan ekonomi bagi wilayah belakang dari keberadaan kota
tersebut sebagai pusat pengumpul atau simpul kegiatan perdagangan; dan



Fungsi pusat komunikasi dan hubungan dilihat dari keberadaan transportasi utama dan akses
ke jaringan transportasi utama.
Jika fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan, maka akan terjadi interaksi langsung antara

wilayah pedesaan dengan pusat regional. Hal ini akan menimbulkan banyak ketidakefisienan,

seperti dalam ongkos transport, kapasitas dan pemenuhan kebutuhan pelayanan, dan lain-lain
yang pada akhirnya akan menghambat perkembangan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat itu
sendiri.
Sistem perjenjangan struktur ruang menetapkan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai
hirarki tertinggi yang memberikan pelayanan pada pusat kegiatan yang berada pada hirarki
dibawahnya, yaitu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Begitu pula Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
memberikan pelayanan pada pusat kegiatan yang berada pada hirarki di bawahnya, yaitu Pusat
Kegiatan Lokal (PKL).
Pusat-pusat di dalam struktur ruang wilayah kabupaten yang diharapkan mendorong
terbentuknya pola pemanfaatan ruang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.

Struktur ruang kabupaten mengadopsi pusat-pusat kegiatan yang kewenangan penetapannya
berada pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi (PKN, PKW, PKSN dan PKL) yang
berada di wilayah kabupaten bersangkutan.

b.

Menetapkan Pusat-pusat Pelayanan yang wewenangnya berada pada pemerintah kabupaten,
yaitu :


c.



Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan



Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Dapat mempromosikan suatu pusat permukiman di wilayah kabupaten untuk menjadi PKL di
kemudian hari, di luar PKL yang sudah ditetapkan di dalam RTRW Provinsi.
Penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lokal (PPL) merupakan

kewenangan kabupaten sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing
kawasan.
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 4


Hasil analisis dan pertimbangan kriteria-kriteria penentuan pusat-pusat kegiatan maka rencana
sistem pusat kegiatan di Kabupaten Aceh Jaya adalah sebagai berikut:
(1)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Penetapan
PKL merupakan kewenangan Provinsi, sehingga berdasarkan RTRW Aceh ditetapkan PKL di
Kabupaten Aceh Aceh Jaya berupa PKL Kota Calang di Kecamatan Krueng Sabee.
Fungsi utama dari PKL Kota Calang adalah sebagai pusat perdagangan, jasa, pelayanan
sosial, umum skala kabupaten dan pusat pemerintahan.

(2)

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kota kecamatan yang
mempunyai potensi untuk berfungsi sebagai pusat jasa, pusat koleksi dan distribusi, dan
simpul transportasi dengan skala pelayanan desa-desa dalam satu kecamatan yang
merupakan kota kecil/ibukota kecamatan. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) ditetapkan di:


(3)

a.

PPK Lamno Kecamatan Jaya; dan

b.

PPK Keudee Teunom Kecamatan Teunom.

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Kawasan yang memiliki kriteria sebagai
PPL adalah pusat mukim yang berada di kawasan perdesaan. Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL) di Kabupaten Aceh Jaya di tetapkan di :
a.

PPL Kuta Bahagia berada di Kecamatan Indra Jaya;

b.

PPL Lhok Kruet berada di Kecamatan Sampoiniet;

c.

PPL Fajar berada di Kecamatan Darul Hikmah;

d.

PPL Lageun berada di Kecamatan Setia Bakti;

e.

PPL Keude Panga berada Kecamatan Panga; dan

f.

PPL Tuwie Kareung berada di Kecamatan Pasie raya.

4.1.2. Arahan Pemanfaatan Ruang/Pola Ruang Kabupaten Aceh Jaya
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 5

4.1.2.1. Kawasan Lindung
mengacu pada penjelasan undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
RTRW Kabupaten membagi kawasan lindung menjadi:
1.

Kawasan hutan lindung.

2.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan air.

3.

Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau.

4.

Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya meliputi, kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan.

5.

Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.

6.

Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana
alam geologi.

7.

Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan
koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

Sesuai RTRWK Aceh Jaya luas kawasan lindung di Kabupaten Aceh Jaya seluas 177,977.00 Ha.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini.
Tabel 4.1.

Rencana Kawasan Lindung Di Kabupaten Aceh Jaya

No.

Jenis Penggunaan

Luas (Ha)

Persen (%)

165,253.51

42.67

67.07

0.02

251.93

0.07

36.11

0.01

Sungai

2,732.09

0.71

Sempadan Pantai

1,226.13

0.32

1

Hutan Lindung

2

Hutan Kota

3

Ruang terbuka hijau

4

Sempadan Danau

5
6

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 6

7

Sempadan Sungai

8

aset sumber daya air
Jumlah

8,352.58

2.16

57.59

0.01

177,977.01

45.96

Sumber: RTRW Kabupaten Aceh jaya Tahun 2014-2034.

Berdasarkan penjelasan di atas kawasan lindung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.

Kawasan Hutan Lindung.
Keputusan Presiden No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

menjelaskan bahwa kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan lindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur
tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Untuk mendapatkan kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan di
Kabupaten Aceh Jaya terkait dengan kehutanan, maka penyelenggaraan kehutanan dilakukan
oleh pemerintah dengan mempertimbangkan dan memperhatikan hak masyarakat hukum adat
yang ada pada masing-masing wilayah. Walaupun penyelenggaraan berada ditangan pemerintah
tetapi masyarakat dapat menggunakan kawasan hutan untuk fungsi-fungsi lain sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan hutan lindung di Kabupaten Aceh Jaya dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Aceh Jaya

No.

Kecamatan

Luas Hutan Lindung
(Ha)

Persen (%)

1

Jaya

21,646.17

5.59

2

Indra Jaya

13,566.26

3.50

3

Sampoiniet

24,065.66

6.21

4

Darul Hikmah

22,279.74

5.75

5

Setia Bakti

13,273.02

3.43

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 7

6

Krueng Sabee

37,473.73

9.68

7

Panga

11,123.01

2.87

8

Pasie Raya

18,617.14

4.81

9

Teunom

3,208.79

0.83

Jumlah

165,253.51

42.67

Sumber: RTRWK Aceh jaya Tahun 2014-2034.

b.

Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terdapat

di Kabupaten Aceh Jaya yaitu kawasan bergambut/resapan air yang termasuk kedalam kawasan
lindung dalam kawasan hutan, kawasan tersebut seluas 414.14 Ha, berada

di Kecamatan

Sampoiniet.
c.

Kawasan Perlindungan Setempat.
Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan-kawasan khusus setempat seperti sepadan pantai, sepadan sungai, sekitar
danau, sekitar mata air dan kawasan ruang terbuka hijau.
Berdasarkan analisis terhadap kondisi lahan di Kabupaten Aceh Jaya, khususnya areal
sepadan pantai, sepadan sungai, sekitar danau, dan kawasan ruang terbuka hijau ditetapkan
sebagai kawasan perlindungan setempat.
Untuk lebih jelasnya kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat pada
Tabel 4.3.

Tabel 4.3.
Kawasan Perlindungan Setempat di Kabupaten Aceh Jaya

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 8

Sepadan Sungai
No

1.

Sekitar Danau

Kecamatan

Darul
Hikmah

2.

Indra Jaya

3.

Jaya

4.

Sepadan Pantai

Krueng
Sabee

Kota

Luas

Persen

Luas

Persen

Luas

Persen

Luas

Persen

(Ha)

(%)

(Ha)

(%)

(Ha)

(%)

(Ha)

(%)

1,117.55

0.29

64.68

0.02

948.07

0.24

194.73

0.05

1.05

0.00

1,111.65

0.29

166.54

0.04

60.93

0.02

1,903.23

0.49

82.05

0.02

229.04

0.06

336.97

0.09

123.49

0.03

1,194.36

0.31

246.13

0.06

27.99

0.01

5.

Panga

6.

Sampoiniet

7.

Pasie Raya

630.88

0.16

8.

Setia Bakti

182.13

0.05

159.00

9.

Teunom

927.73

0.24

189.51

Jumlah

RTH/ Hutan

8,352.58

2.16 1,226.13

6.12

0.00

0.04

5.79

0.00

0.05

24.20

0.01

0.32 36.11

0.01 319.01

0.08

Sumber: RTRWK Aceh Jaya Tahun 2014-2034.

d.

Kawasan Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya
Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Aceh Jaya yaitu kawasan cagar

budaya dan ilmu pengetahuan. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalanpeninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional, serta keanekaragaman
bentukan geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman
kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Sesuai dengan kriteria penetapan kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu, “Tempat
serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan
bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan”, maka dapat dikembangkan sebagai kawasan lindung.

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 9

Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Aceh Jaya yaitu kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan berupa Makam Poteumeureuhom yang berada di Kecamatan Jaya
dan Rencana pembuatan TUGU Tsunami di setiap kecamatan di Kabupaten Aceh Jaya.
e.

Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari kawasan

rawan erosi, kawasan rawan Banjir, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan tsunami,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan angin puting beliung, kawasan kebakaran lahan dan hutan
dan kawasan rawan gajah.
f.

Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi merupakan kawasan yang memiliki keunikan baik dari jenis

bebatuan, bentang alam, proses geologi maupun kawasan imbuhan air tanah. Untuk kawasan
lindung geologi yang ada di Kabupaten Aceh Jaya terdiri atas kawasan lindung geologi yaitu
kawasan imbuhan air tanah seluas 40.444,60 Ha dan kawasan rawan bencana alam geologi yaitu
kawasan rawan gerakan tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Aceh jaya.
g.

Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya yang terdapat di Kabupaten Aceh Jaya adalah kawasan yang terdiri dari:
(1)

(2)

Kawasan terumbu karang, meliputi:
a.

Pantai Kecamatan Jaya dan pulau di sekitarnya.

b.

Pantai Kecamatan Indra Jaya dan pulau di sekitarnya.

c.

Pantai Kecamatan Sampoiniet dan pulau di sekitarnya.

d.

Pantai Kecamatan Darul Hikmah dan pulau di sekitarnya.

e.

Pantai Kecamatan Setia Bakti dan pulau di sekitarnya.

f.

Pantai Kecamatan Krueng Sabee dan pulau di sekitarnya.

Kawasan konservasi laut seluas 2,998.77 Ha, meliputi:
a.

Pengembangan Kawasan Peudhiet Laot (KPL) Lhok Kuala Daya di Kecamatan Jaya.

b.

Pengembangan Kawasan Ramah Lingkungan (KRL) Lhok Rigaih di Kecamatan Setia Bakti.

4.1.2.2.

Kawasan Budidaya
Kawasan budi daya menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Pentaan Ruang

serta Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN adalah wilayah yang ditetapkan

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 10

dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16/PRT/M/2009 menjelaskan bahwa
kawasan budi daya terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
2. Kawasan peruntukan pertanian;
3. Kawasan peruntukan perikanan;
4. Kawasan peruntukan pertambangan;
5. Kawasan peruntukan industri;
6. Kawasan peruntukan pariwisata;
7. Kawasan peruntukan permukiman; dan
8. Kawasan peruntukan lainnya.
a. Kawasan peruntukan hutan produksi.
Undag-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah No 10
Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan menjelaskan
bahwa hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan. Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Aceh Jaya berupa hutan produksi
terbatas dan hutan produksi tetap sebaran kawasan tersebut meliputi :
1)

Hutan produksi terbatas seluas 70,137.50 Ha, meliputi:
a) Kecamatan Jaya seluas 10,168.10 Ha;
b) Kecamatan Indra Jaya seluas 2,2154.52 Ha;
c) Kecamatan Sampoiniet seluas 3,065.10 Ha ;
d) Kecamatan Darul Hikmah seluas 6,274.34 Ha;
e) Kecamatan Setia Bakti seluas 10,586.01 Ha;
f) Kecamatan Krueng Sabee seluas 16,520.35 Ha;
g) Kecamatan Panga seluas 20,273.02 Ha;
h) Kecamatan Pasie Raya seluas 19.50 Ha; dan
i) Kecamatan Teunom seluas 1,076.55 Ha.

2)

Hutan produksi tetap seluas 13,509.79 Ha, meliputi :
a) Kecamatan Jaya seluas 2,068.94 Ha;
b) Kecamatan Indra Jaya seluas 5,183.90 Ha;
c) Kecamatan Setia Bakti seluas 2,604.76 Ha;
d) Kecamatan Krueng Sabee seluas 2,567.36 Ha; dan

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 11

e) Kecamatan Panga seluas 1,086.62 Ha.
b.

Kawasan peruntukan pertanian.
Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Aceh Jaya dibagi menjadi 5 (lima) bagian

yaitu kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan pertanian hortikultura, kawasan perkebunan,
kawasan peternakan dan kawasan pertanian terpadu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut.
NO
1

Jenis Penggunaan

Luas (Ha)

Pertanian
-Pertanian lahan basah

7,819.05

-Pertanian lahan kering

46,725.64

-Lahan pertanian pangan berkelanjutan

3,890.83

2

Holtikultura

7,539.89

3

Perkebunan
-Perkebunan besar

28,018.96

-Perkebunan rakyat

15,395.90

4

Peternakan

4

Pertanian terpadu

610.36
626

Sumber RTRW Aceh Jaya 2014-2034
c.

Kawasan peruntukan perikanan
Perikanan berdasarkan Undang-Undang No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.
Undang-Undang juga menjelaskan bahwa kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun merupakan perikanan
tangkap termasuk di dalamnya kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Dengan adanya
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 12

rencana kawasan minapolitan di Kabupaten Aceh Jaya maka Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan menjelaskan bahwa kawasan minapolitan
adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra
produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan
pendukung lainnya.
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Aceh jaya meliputi perikanan tangkap dan
budi daya perikanan meliputi:
1.

Perikanan tangkap meliputi Perairan laut dengan daerah penangkapan ikan, Perairan umum
rawa, Perairan umum danau dan Perairan umum sunga.

2.

Perikanan budi daya seluas 4.192.15 meliputi Kecamatan Jaya seluas 139.43 Ha, Kecamatan
Indra Jaya seluas 88.83 Ha, Kecamatan Sampoiniet seluas 1,005.72 Ha, Kecamatan Darul
Hikmah seluas 84.26 Ha, Kecamatan Setia Bakti seluas 938.46 Ha, Kecamatan Krueng Sabee
seluas 381.64 Ha dan Kecamatan Panga seluas 687.78 Ha.

d.

Kawasan peruntukan pertambangan
Pemerintah dalam mengelola usaha pertambangan mengacu pada Undang-Undang No 4

tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara melalui penetapan Wilayah Pertambangan (WP) yang
terdiri dari Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan
Wilayah Pencadangan Negara (WPN).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2010 tentang Wilayah pertambangan
dijelaskan bahwa Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang
memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi
pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional sedangkan usaha
pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.
Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Aceh Jaya meliputi:
1)

Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam tersebar diseluruh Kecamatan dan IUP
pertambangan seluas 746.99 berada di Kecamatan Krueng Sabee;

2)

Kawasan peruntukan pertambangan non logam tersebar di seluruh kecamatan dalam
wilayah Kabupaten Aceh Jaya;

3)

Kawasan peruntukan pertambangan batuan meliputi:
a.

Pasir batu terdapat di seluruh kecamatan;

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 13

b.

Tanah urug terdapat di seluruh kecamatan;

c.

Batu kali terdapat di seluruh kecamatan; dan

d.

Batu gamping terdapat di seluruh kecamatan.

4)

Kawasan peruntukan pertambangan batubara seluas 247.22 Ha berada di Kecamatan Panga.

5)

Kawasan peruntukan pertambangan radioaktif tersebar di seluruh kecamatan; dan

6)

Kawasan peruntukan pertambangan migas tersebar di seluruh kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Aceh Jaya.

e.

Kawasan peruntukan industri
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 24 Tahan 2009 tentang Kawasan Industri

dijelaskan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh
perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.
Rencana kawasan industri di Kabupaten Aceh Jaya meliputi:
1.

Kawasan peruntukan industri besar terdapat di Mauree Gampong Alue Piet Kecamatan Panga
seluas 671.19 Ha;

2.

Kawasan peruntukan industri sedang terdapat di:
a.

Kecamatan Jaya dengan jenis potensi industri rotan, kayu, coklat, kopi, pala, karet dan
sawit;

b.

Kecamatan Panga dengan potensi industri rotan, kayu, coklat, sawit rakyat, karet;

c.

Kecamatan Pasie Raya dengan potensi industri nilam, rotan, kayu, coklat, sawit rakyat,
karet; dan

d.
3.

Kecamatan Teunom dengan potensi industri sawit.

Kawasan peruntukan industri kecil tersebar di seluruh Kecamatan dalam wilayah Kabupaten
Aceh Jaya.

f.

Kawasan peruntukan pariwisata
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa

pembangunan kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.

Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengetahuan dari konsep hidup
dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan.

2.

Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan local.

3.

Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas.

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 14

4.

Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.

5.

Memberdayakan masyarakat setempat.

6.

Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antar pemangku kepentingan.

7.

Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata.

8.

Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pelaksanaan rencana pembangunan

kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan
alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Disamping itu pengembangan pariwisata di
Kabupaten Aceh Jaya harus mengacu pada daerah tujuan pariwisata yang ditetapkan secara
nasional maupun propinsi.
Daerah tujuan pariwisata disebut juga Destinasi Pariwisata yaitu kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif, dimana didalamnya terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Dasar pertimbangan dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Aceh Jaya, yaitu:
1.

Memperhatikan karakteristik geomorfologis wilayah serta mitigasi bencana.

2.

Terintegrasi secara sektoral dan spasial, mengacu pada rencana dan kebijakan di atasnya,
dan sektor terkait lainnya.

3.

Terkait dengan sektor ekonomi lain yang ada di Kabupaten Aceh Jaya.

Rencana peruntukan kawasan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Aceh jaya terdiri atas:
1.

Objek wisata budaya meliputi:
a. Kecamatan Jaya berupa Seumeuleung;
b. Kecamatan Indra Jaya berupa Batee Kapai Nahkoda Tgk. Maien, Makam Po Meureudhom
Unga dan Makam Tgk. Disayeung;
c. Kecamatan Setia Bakti berupa adat Kenduri Blang;
d. Kecamatan Krueng Sabee berupa Monumen Tsunami 2004 Gampong keutapang, Batee
Putro Meureundam Dewi dan Gunong Carak;
e. Kecamatan Panga berupa adat Kenduri Blang;
f. Kecamatan Teunom berupa Batu Sumpah danTolak Bala.

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 15

2.

Objek wisata alam meliputi:
a. Kecamatan Jaya berupa Eko Wisata Pante Cermin, Pulo Tsunami Ujong Sudheun dan
Gunong Geurute;
b. Kecamatan Indra Jaya meliputi Batu Cap di KM 91, Sungai Hongki, dan Ie Teurjon Batee
Gajah;
c. Kecamatan Sampoiniet berupaIe Jeurengueh (Sarah Deu), Pulo Raya, Krueng No dan Kuala
Bakong, Pantai pasie Saka, Gunong Keumala dan Air Terjun Sp. 4;
d. Kecamatan Darul Hikmah berupa Air terjun Gunung Keumi di Gampong Alue Gajah, Gua
Sayeung Teurbang, Pulo Keuh, Air Terjun Batee Patah dan Layang Terbang di Gampong
Masen;
e. Kecamatan Setia Bakti berupa Kawasan Lhok Geulumpang, Kuala Do (Dawod Jerman),
Pesona Krueng lageun, Pulau Reusam, teluk Rigaih, Rawa Pengapet, Guha Teukabo, Air
Terjun Alue Beb air Terjun Pucok Alue Sampan dan Ujong Baroh Hills;
f. Kecamatan Krueng Sabee berupa Ujong Serangga Gampong Keutapang, Teluk Lhok Kubu,
Teluk Calang, Gunong Bom dan Mon Toejoh;
g. Kecamatan

Panga

berupa

Laot

Bhee,

Pantee

Ceumara

Lancar

Sira,

Aron

Meubanja/Konservasi Penyu, Air Terjun Ceuraceu Alue Tengoh berada di gampong Panton
Kabu dan Alue Abet;
h. Kecamatan Pasie Raya meliputi Tuwi Kareung, Air Terjun, Hutan Alam Ulu Masen dan
Laot Pineng Suasa; dan
i. Kecamatan Teunom berupa Danau Laot Ni Pineng Suasa, Pantai Tulak Bala, Pantai Lampoh
Kawa, Pantai Meutia Lueng Gayo dan Pantai Paya Baro.
3.

Objek wisata khusus atau minat meliputi:
a. Kecamatan Jaya berupa Puncak Geurute Kuliner, Arung Jeram dan Guha Teumiga;
b. Kecamatan Sampoiniet berupa Arung Jeram;
c. Kecamatan Setia Bakti berupa Concrank Hills kuliner, rest Area Aceh Timber Rigaih dan
wisata kuliner di Gampong Babah Ngom;
d. Kecamatan Krueng Sabee berupa Menyelam, TPI Lhok Calang Kuliner dan Panorama Batee
Tutong; dan
e. Kecamatan Pasie Rayaberupa Arung Jeram.

4.

Objek wisata meliputi wilayah pesisir pantai Kabupaten Aceh Jaya.

g.

Kawasan peruntukan permukiman

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 16

Kawasan permukiman menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Berdasarkan Peraturan Meteri Pekerjaan Umum No 41/PRT/M/2007 tentang Pedoaman
Teknis Kawasan Budi daya menjelaskan bahwa karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk
kawasan permukiman yaitu:
1.

Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%).

2.

Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan
jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 L/org/hari – 100 liter/org/hari.

3.

Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

4.

Drainase baik sampai sedang.

5.

Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran
pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

6.

Tidak berada pada kawasan lindung.

7.

Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga.

8.

Menghindari sawah irigasi teknis.

Untuk kriteria dan batasan teknis kawasan permukiman adalah:
1.

Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang
ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya
dukung lingkungan.

2.

Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun
maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

3.

Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan
permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari
bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan
masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

4.

Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah, sistem
pembuangan air hujan, prasarana air bersih, pembuangan sampah serta fasilitas seperti
fasilitas pendidikan, kesehatan, ruang terbuka, perdagangan, peribadatan dan perkatoran.

Di dalam pengembangan kawasan permukiman secara garis besar pola pengembangan
permukiman yang akan dikembangkan tidak jauh berbeda dengan pola yang sudah ada, yaitu :
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 17

1. Mengarahkan perkembangan permukiman ke arah jalan-jalan yang ada, untuk pengembangan
sarana dan prasarana diarahkan pada jalan utama kawasan, kecuali pada jaringan jalan arteri.
Sedangkan untuk sarana hunian (perumahan) diarahkan pada jalan-jalan lingkungan untuk
meningkatkan aksesibilitas.
2. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana permukiman serta meningkatkan akses
antara satu lokasi dengan lokasi lain terutama antara kawasan perdesaan sebagai sentra
produksi dengan perkotaan sebagai koleksi dan distribusi hasil produksi.
3. Dalam upaya mengembangan permukiman baru harus didasarkan pada pembentukan
Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) sesuai dengan peraturan
perundangan yang ditetapkan pemerintah.
4. Menetapkan hirarki pada setiap kawasan permukiman dengan mengikuti kaidah jaringan
hirarkhi desa – kota. Setiap kawasan permukiman harus terangkai dari satu jaringan kawasan
yang menghubungkan antara kawasan dengan strata lebih rendah (kawasan produksi) dengan
kawasan dengan strata lebih tinggi (kawasan distribusi dan konsumsi).
Menurut Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang kawasan perkotaan
adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Beberapa ciri kawasan perkotaan yang dapat dikenali adalah sebagai berikut :
1.

Fisik dan lingkungan terlihat dengan beban fisik yang berat serta pola lingkungan mendua. Di
satu pihak ditemukan lingkungan yang teratur, rapi, bersih dan

nyaman, dipihak lain

ditemukan lingkungan yang kumuh, tidak teratur dan kurang terawat.
2.

Dominasi penggunaan lahan merupakan lahan terbangun.

3.

Ciri ekonomi memperlihatkan kecenderungan ekonomi jasa, perdagangan, industri dan
kegiatan non agraris.

4.

Perkembangan dan kepadatan penduduk tinggi.

5.

Ciri sosial dan kultural menunjukkan adanya kehidupan yang heterogen.

Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Aceh Jaya seluas 2,546.32 Ha, dan tersebar di
Kecamatan Jaya seluas 408.09 Ha, Kecamatan Indra Jaya seluas 13.03 Ha, Kecamatan Setia Bakti
seluas 9.28 Ha, Kecamatan Krueng Sabee seluas 1,772.52 Ha dan Kecamatan Teunom seluas
343.39 Ha.
Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 18

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi. Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan di luar kawasan perkotaan.
Pengelolaan kawasan perdesaan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas kawasan
perdesaan tersebut sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya.
Tujuan pengembangan kawasan permukiman perdesaan adalah untuk meningkatkan
pemerataan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan pengoptimalan sumberdaya yang
tersedia.
Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Aceh Jaya berupa desa-desa yang tidak termasuk
ke dalam ibukota kecamatan seluas 2,959.15 Ha, meliputi :
a.

Kecamatan Jaya seluas 259.22 Ha.

b.

Kecamatan Indra Jaya seluas 192.03 Ha;

c.

Kecamatan Sampoiniet seluas 448.09 Ha;

d.

Kecamatan Darul Hikmah seluas 329.86 Ha;

e.

Kecamatan Setia Bakti seluas 467.55 Ha;

f.

Kecamatan Krueng Sabee seluas 303.18 Ha;

g.

Kecamatan Panga seluas 342.73 Ha;

h.

Kecamatan Pasie Raya seluas 303,30 Ha; dan

i.

Kecamatan Teunom seluas 313.20 Ha.
Kawasan

pemerintah.

perkantoran Pemerintah di Kabupaten Aceh Jaya terdiri atas perkantoran

Peruntukan

kawasan

perkantoran

pemerintah

didasarkan

pada

rencana

pengembangan yang sudah diputuskan sebelum perencanaan ini. kawasan perkantoran
pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya seluas 51.46 Ha terdapat di Dusun Kuala Meurisi Gampong
Keutapang Kecamatan Krueng Sabee.
h.

Kawasan peruntukan lainnya

Rencan Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Aceh Jaya meliputi
1.

Kawasan Pertahanan dan Keamanan terdiri dari Kawasan Tentara Nasional Indonesia dan
Kawasan Polisi Republik Indonesia

2.

Kawasan Transmigrasi terdapat di Kecamatan, Kecamatan Darul Hikmah, Kecamatan Setia
Bakti, Kecamatan Krueng Sabee, Kecamatan Panga, Kecamatan Pasie Raya dan Kecamatan
Teunom.

4.2.

FUNGSI DAN PERAN KOTA

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 19

4.2.1. Wilayah Pengembangan Kota I
Berdasarkan kebijakan Pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya, Kecamatan Jaya mempunyai fungsi dan peranan pokok dalam
pelaksanaan pembangunan sebagai :


Pusat pelayanan kawasan (PPK) berada di kawasan utara kabupaten Aceh Jaya dalam rencana
Tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Jaya yang telah disusun Kota Lamno Kecamatan Jaya
berada pada wilayah pengembangan 1.



Pusat perdagangan dan jasa regional



Pusat pelayanan social



Kawasan pemukiman



Pusat pengembangan pertanian



Dan lain-lain.
Dengan fungsi dan perannya yang demikaian pemerintah mempunyai yang banyak dalam

pembangunan, namun dengan segala keterbatasan yang dimiliki terutama keterbatasan dana dan
tenaga ahli semua keinginan tersebut sulit untuk dicapai, tertitik tolak dari kondisi yang terbatas,
pemerintah berusaha melaksanakan perannya agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, untuk
itulah diperlukan strategi dalam pengembangan pembangunan kota Lamno.
Strategi pengembangan sektoral, pengertian sektoral disini adalah sektor yang tercakup
dalam PDRB, strategi yang di pergunakan dalam mengembangkan suatu daerah pada dasarnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut:


Mengembangkan seluruh sektor secara bersama-sama



Mengembangkan hanya satu sektor saja sebagai sektor yang strategis



Mengembangkan beberapa sektor yang telah ditentukan prioritasnya.
Sektor-sektor strategis tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi sektor unggulan,

sektor basis dan dampak ganda. Ukuran yang dipakai untuk menilai suatu sektor/sub sektor
sebagai sektor unggulan atau sektor basis dengan tingkat (rate) pertumbuhan, kontribusi, nilai LQ,
dan keterkaitan sektor. Yang dimaksud dengan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki
tingkat pertumbuhan di atas rata-rata tingkat pertumbuhan Kota Lamno dan memiliki nilai LQ > 1.
Sedangkan sektor basis adalah sektor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap Kota Lamno
dan memiliki nilai LQ > 1. Sektor dampak ganda adalah sektor yang mempunyai keterkaitan relatif
lebih banyak dengan sektor yang lainnya. Penentuan sektor-sektor unggulan, basis, dan dampak
ganda tersebut nantinya dapat dipakai sebagai arahan bagi penanam modal yang ingin melakukan

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 20

investasi di Kota Lamno. Berdasarkan uraian tersebut, maka sektor dan sub sektor yang dapat
dikatakan sebagai sektor/sub sektor unggulan di Kota Lamno adalah sebagai berikut:


Sektor Pertanian, sub sektor tanaman pangan, perternakan dan perikanan;



Sektor Perdagangan,



Sektor jasa;



Sektor Pengangkutan, dan



Sektor Industri

Kelima sektor di atas mempunyai keterkaitan dengan sektor lainnya. Dengan demikian kriteria
sektor unggulan dapat diuraikan sebgai berikut:


Sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Aceh Jaya;



Sektor yang mempunyai nilai pertumbuhan tinggi



Sektor yang mempunyai peluang untuk ekspor



Mempunyai dampak ganda terhadap sektor lainnya



Sektor basis kecamatan;



Sektor yang direncanakan oleh pemerintah yang akan dikembangkan di Kecamatan Jaya
berdasarkan rencana tata ruang diatasnya.

Berdasarkan kriteria tersebut maka prioritas utama pengembangan sektor ekonomi di Kota
Lamno adalah:


Industri besar, sedang dan rumah tangga;



Pertanian (tanaman pangan, perternakan dan perikanan);



Perdagangan besar dan eceran;



Jasa

Prioritas kedua adalah sektor dan sub-sektor yang berada pada sektor:


Pengangkutan dan komunikasi;



Bangunan dan konstruksi

4.2.1.1. Kebutuhan Air
strategi umum adalah memprioritaskan pelayanan prasarana sesuai dengan prioritas strategi
pengembangan sektoral. Jika terjadi kekurangan untuk pengadaan prasarana maka dibutuhkan upaya
atau taktik pengadaan prasarana yang diakukan oleh swasta dengan melakukan tindakan
menarik/promosi terhadap pihak swasta. Dalam skala regional yang disebut prasarana adalah air,
energi, jaringan jalan, komunikasi, dan permukiman. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan
lapangan, kebutuhan air dan ketersediaan sumber air di Kota Lamno cukup sulit. Masyarakat belum
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 21

terlayani oleh air bersih dari BLUD . Untuk itu strategi pengadaan prasarana untuk pemanfaatan sumber
air diprioritas untuk kebutuhan air pada sektor tersebut dengan tingkat prioritas dan metoda sebagai
berikut :
1.

Pengadaan air untuk sektor perdagangan dan jasa dilakukan terutama oleh pemerintah dalam hal
ini perlu pembangunan kembali BLUD dengan mengambil sumber air baku dari luar wilayah kota
Lamno;

2.

Pengadaan air untuk sektor perumahan dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini BLUD dengan
mengambil sumber air baku dari beberapa sumber air yang ada disekitar Kota Lamno (Bak Paoh
dan Meulha). Selain Sambungan Rumah (SR) pelayanan air dari BLUD kemasyarakat juga dilakukan
dengan pelayanan Hidran Umum (HU).

3.

Untuk sektor yang lainnya sama dengan strategi seperti di atas misalnya untuk fasilitas umum,
seperti pendidikan, peribadatan dan kesehatan diharapkan sudah dapat terlayani oleh BLUD.
Tindakan yang perlu dilakukan dalam strategi pengadaan prasarana air bersih adalah menjadi
kelangsungan sumber air baku yaitu dengan menjaga lingkungan agar siklus air tetap berlangsung.

4.2.1.2. Transportasi
suatu sistem jaringan transportasi yang mengintegrasikan semua pusat-pusat kegiatan sangat
diperlukan keberadaannya dalam mendukung sistem interaksi tersebut. Dalam konteks regional,
daerah Kota Lamno tidak dapat dipisahkan dari sistem kota-kota yang berada di Kabupaten Aceh Jaya
yang merupakan suatu kesatuan sistem kota-kota yang berinteraksi satu dengan yang lainnya. Strategi
pengembangan sistem jaringan jalan raya secara makro dan mikro akan didekati secara kualitatif dan
kuantitatif dimana sasaran sistem jaringan jalan raya yang akan berfungsi melayani :
a. Perjalanan keluar/masuk kecamatan yaitu sebagai suatu sistem jaringan transportasi yang akan
menghubungkan Kota Lamno dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Aceh Jaya atau daerahdaerah lainnya di luar wilayah Kabupaten Aceh Jaya (Aceh Besar).
b. “Through Trip” yaitu perjalanan yang hanya melewati kecamatan sedangkan zona asal dan zona
tujuannya berada diluar Kota Lamno sedangkan “Through Trip” yang dimaksud adalah seluruh
perjalanan.
c. Hal yang terpenting adalah prencanaan sistem jaringan jalan raya di dalam Kecamatan itu sendiri
diharapkan akan dapat melayani kebutuhan pergerakan dari masing-masing kawasan strategis dan
kota-kota utama yang ada baik untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pergerakan orang dan
barang.
Strategi pengembangan transportasi pada dasarnya adalah menghubungkan simpul-simpul produksi
dan distribusi pelayanan. Pengembangan sistem jaringan jalan terdapat 2 bentuk yaitu :
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 22

1. Sistem jaringan Jalan Arteri Primer (JAP) dengan status jalan nasional disusun mengikuti ketentuan
pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan
simpul-simpul jasa distribusi.
2. Sistem jaringan Jalan Kolektor Primer (JKP) dengan status jalan provinsi yang menghubungkan antar
provinsi disusun mengikuti ketentuan peraturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasankawasan yang mempunyai fungsi primer dan fungsi sekunder dan seterusnya sampai ke daerah
permukiman.
Dan strategi pengembangan sistem jaringan jalan Kota Lamno yang terdiri dari : sistem jaringan jalan
primer (arteri primer) dan sistem jaringan jalan sekunder (arteri sekunder dan kolektor sekunder).
Beberapa spesifikasi teknis untuk sistem jaringan jalan tersebut akan dijelaskan berikut ini :
a). Jalan Arteri Primer :
-

Jalan arteri primer (lintas barat Provinsi NAD harus melalui atau menuju kawasan primer dan
dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam

-

Lebar badan jalan tidak boleh lebih kurang dari 8 meter dan harus dilengkapi dengan median.

-

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan dan harus mempunyai
perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan dan lain-lain.

-

Persimpangan pada jalan arteri primer dibatasi secara efisien. Jarak antara jalan masuk/akses
langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter dan persimpangan tersebut harus diatur
dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.

b). Jalan Kolektor Primer
-

Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer dan
dirancang dengan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.

-

Lebar badan jalan tidak boleh kurang dari 7 meter.

-

Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan
pada jam sibuk dan harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka,
lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.

-

Persimpangan pada jalan kolektor primer harus diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya.

c). Jalan Lokal Primer :
-

Jalan Lokal Primer menghubungkan :


Kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 23



Antar kawasan sekunder kesatu



Kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua



Jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam



Lebar badan jalan tidak boleh kurang dari 7 meter



Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk dan
harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur
lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain.



Persimpangan pada jalan arteri sekunder dibatasi secara efisien. Jarak antara jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 250 meter dan persimpangan
tersebut harus diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu
lintasnya.

d). Jalan Lingkungan Primer :
-

Jalan Lingkungan Primer menghubungkan :


Antar kawasan sekunder kedua



Kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam

-

Lebar badan jalan tidak boleh kurang dari 7 meter

-

Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi dan harus mempunyai perlengkapan jalan secukupnya.

4.2.1.3. Telekomunikasi
Kebutuhan prasarana telekomunikasi yang merupakan prasarana utama bagi sektor industri
diperkirakan dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Industri, perdagangan, dan perkantoran
a. Telepon dan fak

= 1050 m2/sst

b. Telex

= setiap 3 telepon dibutuhkan 1 telex

2. Perumahan, untuk prasarana telepon dengan intensitas 1 sst untuk setiap 100 rumah atau 1 sst
untuk 450 jiwa (1 rumah = 4,5 jiwa). Kebutuhan ini didasarkan atas kemungkinan pelayanan
dengan sistem pelayanan sentral telepon digital atau radio link dalam kapasitas terbatas.
Dalam jangka panjang pemenuhan kebutuhan telekomunikasi dapat dilakukan dengan pembangunan
sentral telepon digital pada pusat-pusat pelayanan di pusat kota dan kawasan strategis.
4.2.1.4. Permukiman
DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 24

strategi pengembangan permukiman diarahkan untuk membentuk desa dan kota, dalam
pengertian desa sebagai pusat atau lingkungan permukiman yang mengelompok dari penduduk yang
melakukan kegiatan pertanian, perikanan, dan industri. Sedangkan kota adalah kelompok permukiman
dari penduduk yang umumnya melakukan kegiatan ekonomi dibidang jasa dan perdagangan.
Pengaturan hirarki permukiman dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan hirarki administrasi
pemerintah yaitu :


Kelompok permukiman setingkat RT dengan jumlah rumah dibawah 30 rumah.



Kelompok permukiman setingkat RW dengan mengelompokkan kelompok permukiman setingkat
RT sebanyak sepuluh.



Kelompok permukiman setingkat desa/gampong dengan mengelompokkan kelompok permukiman
setingkat RW sebanyak sepuluh.



Kelompok permukiman kecamatan dengan mengelompokkan kelompok permukiman setingkat
desa/kelurahan sebanyak enam.

Arahan lokasi pengembangan kawasan perumahan secara fisik pada umumnya harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu:


Tidak terganggu oleh polusi (air, udara dan suara);



Mempunyai kemudahan untuk pencapaian yang relatif baik ke tempat kerja dan pusat-pusat
pelayanan;



Mudah untuk pengembangan intrastruktur yang dibutuhkan (jaringan jalan, jaringan air
minum, jaringan listrik dan jaringan utilitas lainnya).

Sedangkan kebutuhan ruang perumahan penduduk ini pada umumnya ditentukan oleh faktor
sosial, ekonomi, dan budaya setempat, antara lain :


Tingkat pendapatan golongan masyarakat;



Status sosial golongan masyarakat;



Pola budaya masyarakat setempat yang tercermin dari kecenderungan perkembangan
kawasan perumahan penduduk.

Dalam upaya merangsang seluruh aspek-aspek tersebut didalam pengembangan kawasan
perumahan di Kota Lamno, maka kebijaksanaan pola alokasi perumahan ditetapkan sebagai
berikut :

DOKUMEN RPIJM KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2014 - 2018

IV - 25

1. Seluruh lapisan masyarakat penduduk Kota Lamno berhak membangun perumahan yang
layak yang memenuhi unsur-unsur sehat, nyaman dan bebas polusi, tergantung kepada
kemampuan sosial ekonomi masing-masing penduduk;
2. Dalam upaya mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat dan nyaman, maka penyediaan
ruang kawasan pengembangan perumahan diusahakan agar tidak berbaur dengan kegiatan
fungsional yang lain. Bebas polusi mudah bagi pengembangan intrastruktur dan mudah
mencapai tempat kerja dan pusat-pusat pelayanan.
4.2.2. Wilayah Pengembangan Kota II
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) Meliputi Kota calang Kecamatan Krueng Sabee. Dalam sistem
Tata Ruang Provinsi Aceh, Kota Calang ditetapkan sebagai pusat kegiatan local. Dalam rangka
menjalankan peran kota Calang sebagai PKL atau sebagai pusat kabupaten Aceh Jaya dan
sekaligus sebagai pusat jasa dan perdagangan bagi wilayah sekitar maka fasilitas dan kegiatan
yang harus di sediakan adalah:
1. Perdagangan Grosir/Pasar Induk.
2. Perkantoran dan Jasa Komersial Wilayah.
3. Pendidikan Tinggi.
Ketentuan yang sebaiknya harus dipenuhi oleh fasilitas dan pusat kegiatan primer adalah:
1. Berada di jaringan jalan primer yang ada/direncanakan
2. Lahan yang cukup luas (>1.000 meter2)
3. Penyediaan lahan parkir yang sebanding dengan luas kegiatan
4. Pintu masuk tidak langsung berhubungan dengan jalan Arteri Primer.
Lokasi kegiatan primer atau kegiatan yang melayani wilayah Aceh bagian barat di
kecamatan krueng sabee. Kegiatan sekunder merupakan kegiatan atau pelayanan yang berfungsi
melayani kabupaten Aceh Jaya saja, je