BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM de103ee5c0 BAB IX11. B 9 Pembiayaan RPI2JM BS

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
9.1

Petunjuk Umum

Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004, diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Kebijakan tersebut membawa angin perubahan
yang cukup mendasar terutama dalam sistem perencanaan pembangunan dan
penganggaran daerah. Kondisi ini menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam
pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek anggaran, akuntansi dan pemeriksaan.
Serangkaian perubahan tersebut mengarahkan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan
konsep money follow function, yaitu pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis,
efektif, efisien, transparan, dan akuntabel yang diimplementasikan dalam system anggaran

berbasis kinerja. Dalam konsep ini mengandung tiga elemen yang harus dilakukan
pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publiknya, yaitu (1) secara
ekonomis dapat meminimalisir pengeluaran atau belanja yang digunakan; (2) efisiensi
untuk mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal; dan (3) efektivitas untuk
mencapai target yang ditetapkan. Penganggaran terhadap kegiatan pembangunan sudah
selayaknya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Hal ini menuntut pengelolaan
keuangan daerah, diarahkan dan dikelola berazaskan :
1.

Fungsi otorisasi, sebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan;

2.

Fungsi Perencanaan, menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan;

3.

Fungsi


pengawasan,

menjadi

pedoman

untuk

menilai

apakah

kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
4.

Fungsi alokasi, mengarahkan anggaran daerah untuk menciptakan lapangan kerja,
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatan efesiensi

dan efektifitas perekonomian;

5.

Fungsi distribusi, yaitu kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan;

6.

Fungsi stabilisasi, menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM


Berdasarkan sejumlah fungsi tersebut, penyusunan pendapatan dan belanja daerah harus
merujuk kepada sejumlah norma dan prinsip anggaran sebagai pedoman dan kerangka
acuan dalam penyusunannya. Sejumlah norma dan prinsip tersebut meliputi:
1.

Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran Daerah: merupakan syarat utama untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab. Sebagai
instrument evaluasi pencapaian kinerja dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam
mensejahterakan rakyat, maka APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas
tentang tujuan, sasaran dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan dan
atau program;

2.

Disiplin Anggaran: program harus disusun dengan berorientasi pada kebutuhan
masyarakat tanpa meningalkan keseimbangan dan pelayanan masyarakat. Oleh karena
itu penyusunan anggaran dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat
waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.


3.

Keadilan Anggaran: pendapatan pada hakekatnya diperoleh melalui mekanisme pajak
dan retribusi atau beban lainnya yang dipikul segenap lapisan masyarakat. Untuk itu
pemerintahwajib mengalokasikan penggunaannya secara adil dan merata berdasarkan
pertimbangan yang objektif agar dapat dinikmati seluruh kelompok masyarakat, tanpa
dikriminasi dalam pemberian pelayanan;

4.

Efisiensi dan Efektivitas Anggaran: dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan
sebaikmungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
secara optimal guna kepentingan masyarakat. Perencanaan perlu ditetapkan secara
jelas arah dan tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu
kegiatan yangdiprogramkan.

Tuntunan akuntabilitas publik mengharuskan pemerintah daerah tidak hanya melakukan
vertical reporting, tetapi lebih penting daripada itu juga melakukan horizontal reporting
sebagai bentuk pertanggung jawaban kinerja pemerintah daerah kepada masyarakat.
Bentuk pertanggung jawaban publik meliputi beberapa hal mendasar, yaitu akuntabilitas,

regulasi daerah, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan.
Akuntabilitas regulasi daerah terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan lain dalam penggunaan sumberdaya publik. Akuntabilitas proses terkait
dengan apakah prosedur yang digunakan telah memberikan pelayanan publik yang cepat,
reponsif dan murah. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

yang ditetapkan feasible dan reliable, serta apakah pemerintah daerah telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil optimal dengan biaya
minimal. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintahan
terhadap kebijakan politik yang diambil pemerintah dan lembaga legislatif.
9.1.1 Komponen Penerimaan Pendapatan

Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Pendapatan Daerah bersumber dari: Pendapatan
Asli Daerah; Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan. Komponen penerimaan daerah
tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
a). Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah
untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai
perwujudan Desentralisasi.
(1)

PAD bersumber dari :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain PAD yang sah.

(2)

Lain-lain PAD yang sah meliputi:
a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan

b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi :
a. Pajak Propinsi terdiri atas :
1)

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

2)

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air

3)


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

4)

RPI2-JM

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

b. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas :
1)

Pajak Hotel


2)

Pajak Restoran

3)

Pajak Hiburan

4)

Pajak Reklame

5)

Pajak Penerangan Jalan

6)

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C


7)

Pajak Parkir

c. Retribusi, dirinci menjadi :
1)

Retribusi Jasa Umum

2)

Retribusi Jasa Usaha

3)

Retribusi Perijinan Tertentu

b) Dana Perimbangan
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu
sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
efisien

dalam

rangka

pendanaan

penyelenggaraan

Desentralisasi,

dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan
penyelenggaraan Dekon-sentrasi dan Tugas Pembantuan.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan
subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan
Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memper-hatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai
kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan
pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan
pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan imerupakan sistem
transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan
fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana
Perimbangan terdiri atas : Dana Bagi Hasil; Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi
Khusus.
Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
1.

Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas :
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

2.

Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari :
a. kehutanan
b. pertambangan umum
c. perikanan
d. pertambangan minyak bumi
e. pertambangan gas bumi
f. pertambangan panas bumi.

Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurangkurangnya 26 (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang
ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah
fiskal dan alokasi dasar.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019



RPI2-JM

Celah Fiskal
Celah fiskal

adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal

Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah
untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara
lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan
infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk
merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan
publik di setiap Daerah. Karena itu kebutuhan pendanaan diukur berdasarkan :


jumlah penduduk



luas wilayah



Indeks Kemahalan Konstruksi



Produk Domestik Regional Bruto per kapita



Indeks Pembangunan Manusia.

Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas
penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan
Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai
berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antarDaerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan
aktivitas perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh
output produksi kotor dalam suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia
merupakan variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan
penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan
Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal
dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi
dan kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan
fiskal Daerah dan kapasitas fiskal Daerah.

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan
perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU
seluruh daerah provinsi. Bobot daerah provinsi

merupakan perbandingan

antara celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

seluruh daerah provinsi. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah
kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/kota. Bobot
daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan dan

total celah fiskal seluruh daerah

kabupaten/kota.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU
sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai
negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi
dasar setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah
fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar
tidak menerima DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas
fiskal diperoleh dari lembaga statistik pemerintah atau lembaga pemerintah
yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.


Alokasi Dasar
Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah
tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian
Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan
DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan
saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi

daerah.

Hasil

penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masingmasing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari DAU Daerah yang bersangkutan.
Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan.

Alokasi DAU secara proporsional menggunakan rumus sebagai berikut:

Besarnya DAU masingmasing daerah

=

Bobot daerah bersangkutan
Jumlah bobot seluruh daerah

x

Jumlah
DAU untuk daerah

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.
DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus
sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian
Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan
keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan,
pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.
Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan
kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk
melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka
pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi
dengan belanja pegawai.
Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut :
Kemampuan Keuangan
Daerah

=

Penerimaan
Umum APBD

_

Belanja
pegawai

Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH – DBHR)
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHR = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah
Belanja Pegawai = Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah

Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah.
Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk
rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan.
Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan
perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi
standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional
yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Dana Pendamping
Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurangkurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan
dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan
menyediakan Dana Pendamping
c). Lain-lain Pendapatan
Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh
pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah.
Lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Hibah
adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga
asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau
perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa,
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah yang
bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah dituangkan dalam
suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan
sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan penggunaan
hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan
mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang
tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah
yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar
biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada
Daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis
keuangan berkepanjangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan
tidak dapat diatasi melalui APBD.
Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas ditetapkan oleh
Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9-9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

d). Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah
bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan
Pemerintahan Daerah.
Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan
perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 (enam
puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan. Menteri Keuangan
menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara
keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran Berikutnya.
Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak
luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi administratif berupa
penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri
Keuangan.
Pinjaman Daerah bersumber dari :
a. Pemerintah
b. Pemerintah Daerah lain
c. lembaga keuangan bank dan bukan bank
e. masyarakat.
Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah

diberikan melalui Menteri

Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah
diterbitkan melalui pasar modal. Jenis Pinjaman terdiri atas :
 Pinjaman Jangka Pendek
 Pinjaman Jangka Menengah
 Pinjaman Jangka Panjang.
Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang
atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak termasuk kredit
jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat barang dan atau
jasa dimaksud diterima.
Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak
melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman Jangka
Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,
bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai
dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.
Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan
umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Panjang diperguna-kan
untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka
Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapat persetujuan DPRD.
Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya.
b. Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan
oleh Pemerintah
c. Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari
Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.
Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan
Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik
Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi
Daerah.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

9.1.2 Komponen Pengeluaran Belanja
Komponen pengeluaran belanja terdiri dari :
1. Belanja Operasi
2. Belanja Modal
3. Tranfer ke Desa/kelurahan
4. Belanja tak Terduga.
Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi :
1.

2.

3.

4.

Belanja Operasi
-

Belanja Pegawai

-

Belanja Barang

-

Belanja Bunga

-

Belanja Subsidi

-

Belanja Hibah

-

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Modal
-

Belanja Tanah

-

Belanja Peralatan dan mesin

-

Belanja Gedung dan bangunan

-

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

-

Belanja Aset Tetatp Lainnya

-

Belanja Aset Lainnya

Transfer ke Desa/Kelurahan
-

Bagi hasil Pajak

-

Bagi Hasil Retribusi

-

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Belanja tak Terduga

Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut :
1.

Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam
meningkatkan kualitas kehidupam masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan :
a.

pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan

b.

fasilitas sosial

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

c.
2.

3.

RPI2-JM

fasilitas umum

Belanja daerah disusun berdasarkan


standar pelayanan minimal



standar analisis belanja



standar harga



tolok ukur kinerja

Belanja DPRD meliputi :
a.

penghasilan pimpinan dan anggota DPRD

b.

tunjangan kesehatan

c.

uang jasa pengabdian

d.

belanja pebubjang kegiatan DPRD

Anggaran tersebut harus mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan
aspek keadailan dan kepatutan.
4.

Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah
Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus mencerminkan
efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan dan kepatutan.

9.1.3 Komponen Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan Pembiayaan
a. Penggunaan SILPA

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

b. Pencairan dana Cadangan
c. Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat
d. Pinjaman dalam Negeri – Pemda lain
e. Pinjaman dalam Negeri – bank
f. Pinjaman dalam Negeri – Non bank
g. Pinjaman dalam Negeri – Obligasi
h. Pinjaman dalam Negeri – Lainnya
i. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara
J. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Daerah
k. Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya
2. Pengeluaran pembiayaan
a. Pembentukan dana cadangan
b. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat
c. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya
d. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank
e. Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak
f. Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi
g. Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya
h. Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara
i. Pemberian Pinjaman kepada Persusahaan Daerah
j. Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya
9.2

Profil Keuangan Kabupaten

9.2.1

Keuangan Daerah

9.2.1.1 Pendapatan Daerah
Selama kurun waktu antara tahun 2007-2010, Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten
Bengkulu Selatan seluruhnya berjumlah Rp. 1,472,116,505,832.44 terdiri dari Pendapatan
Asli Daerah Rp. 67,079,841,152.44 atau sekitar 4,56 persen, dana perimbangan Rp.
1,345,721,440,270.00 atau sekitar 91,41 persen dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar
Rp. 59,315,224,410.00 atau sekitar 4,03 persen. Dari kondisi ini terlihat dengan jelas
bahwa komposisi pendapatan daerah tersebut masih menunjukkan ketergantungan daerah
yang cukup besar terhadap pemerintah pusat.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Tabel 9.1.
Pendapatan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2007 s/d 2010
Uraian

2007

2008

2009

2010

16.089.927.571,44

16.824.790.616,00

18.084.688.998,00

16.080.433.967,00

1.146.649.000,00

1.534.654.000,00

1.585.322.000,00

1.713.070.000,00

11.389.638.395,00

11.340.193.360,00

11.299.841.360,00

9.425.362.760,00

828.089.306,44

925.391.256,00

1.901.699.483,00

1.679.852.207,00

PENDAPATAN
1

Pendapatan Asli Daerah

a

Pajak Daerah

b

Retribusi Daerah

c

Hasil Pengelolaan Keuangan
Yang Dipisahkan

d

Lain-lain PAD yang Sah

2

Dana Perimbangan

a

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan
Pajak

b

2.725.550.870,00

3.024.552.000,00

3.297.826.155,00

3.262.149.000,00

315.097.000.000,00

350.487.920.000,00

340.219.666.000,00

339.916.854.270,00

15.807.000.000,00

17.519.780.000,00

17.589.000.000,00

18.453.045.270,00

DAU

243.370.000.000,00

267.650.140.000,00

272.434.666.000,00

285.481.509.000,00

c

DAK

56.920.000.000,00

65.318.000.000,00

50.196.000.000,00

35.982.300.000,00

3

Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah

3.606.577.000,00

11.649.238.200,00

3.606.577.000,00

40.452.832.210,00

a

Hibah

0,00

2.500.000.000,00

0,00

0,00

b

Dana Darurat

0,00

1.500.000.000,00

0,00

0,00

c

Dana Bagi Hasil Pajak Dari
Propinsi dan Pemda Lainnya

3.606.577.000,00

4.000.000.000,00

3.606.577.000,00

7.496.420.972,00

d

Bantuan Keuangan dari Propinsi
atau Pemda Lainnya

0,00

0,00

0,00

19.226.137.200,00

e

Dana Penyesuaian dan Otonomi
Daerah

0,00

3.649.238.200,00

0,00

13.730.274.038,00

334.793.504.571,44

378.961.948.816,00

362.304.354.998,00

396.450.120.447,00

Jumlah Pendapatan

Sumber : RPJMD Kab. Bengkulu Selatan 2010 - 2015

Pertumbuhan pendapatan daerah selama kurun waktu tahun 2007-2010 bersifat fluktuatif,
mengalami pertumbuhan yang positif namun ada juga terjadi pertumbuhan negatif. Pada
tahun 2008 terjadi pertumbuhan positif dari tahun 2007. Namun pada tahun 2009 terjadi
pertumbuhan negatif, dan pada tahun 2010 terjadi pertumbuhan positif meskipun tidak
begitu signifikan. Pola pertumbuhan Pendapatan Daerah ini dipengaruhi oleh banyak
faktor dimana salah satunya adalah bahwa Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan belum
menggali potensi dan peluang pendapatan secara optimal.
Kondisi ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi dengan usaha
keras agar komposisi perimbangan antara pendapatan asli daerah (PAD) dengan
pendapatan dari pusat mencapai titik keseimbangan (equilibrium) di masa yang akan
datang. Pendapatan daerah tertinggi diperoleh Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 15

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

2010, meskipun tidak terlalu signifikan pertumbuhannya dari tahun-tahun sebelumnya
namun pertumbuhan yang positif ini mampu memberikan kontribusi yang cukup terhadap
upaya pembangunan daerah. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009
yang disebabkan oleh menurunnya pos-pos penyumbang pendapatan. Selain itu juga
dipengaruhi oleh kondisi Kabupaten Bengkulu Selatan yang pada tahun 2009 masih
disibukkan dengan permasalahan pemilihan kepala daerah.
Dikarenakan masih belum begitu tingginya kemampuan fiskal Kabupaten Bengkulu
Selatan di dalam membiayai pembangunan daerah, maka perlu diambil kebijakankebijakan guna meningkatkan pendapatan daerah seperti :
1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik intensifikasi maupun ekstensifikasi
dengan menggali dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan yang sudah ada
maupun sumber-sumber penerimaan baru.
2. Kebijakan dalam meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat/wajib pajak.
3. Membangun sistem dan prosedur adminstrasi pelayanan perpajakan dan retribusi yang
nyaman dan sederhana.
4. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta profesionalisme sumber daya
manusia (SDM) aparatur.
5. Meningkatkan dana dari Pusat diluar DAU dan DAK ke Daerah
9.2.1.2 Pengeluaran Daerah
Pengelolaan belanja daerah sangat erat kaitannya dengan sistem manajemen keuangan
daerah, sistem penganggaran maupun sistem akuntansi. Seiring dengan dilakukannya
penyempurnaan di bidang keuangan, masyarakat semakin menuntut adanya keuangan
public secara transparan, sehingga tercipta akuntabilitas publik (public accountability)
dengan mendasarkan pada prinsip value for money. Disamping itu, pengelolaan belanja
daerah harus berlandaskan anggaran kinerja (performance budget) yaitu belanja daerah
yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan
publik. Oleh karena itu, arah penggelolaan belanja daerah harus digunakan sebesarbesarnya untuk kepentingan public terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung,
dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah (work better and cost less) melalui
pendekatan kinerja (performance oriented). Disamping itu pengeluaran daerah harus
mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi terkait, mendasarkan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 16

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

pada standar analisa belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan
minimal serta memperhatikan prinsip value for money. Identifikasi belanja pengeluaran
akan dibedakan menurut belanja langsung dan tidak langsung guna meningkatkan aspek
transparansi.

Selama kurun waktu 2007-2010, Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan
seluruhnya berjumlah Rp. 1,612,092,427,961.26 dengan komposisi belanja tidak langsung
sebesar Rp. 891,679,568,122.25 atau sekitar 55,31% dari total belanja dan belanja
langsung sebesar Rp. 720,412,859,839.01 atau sekitar 44,69%.
Tabel 9.2
Belanja Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2007 s/d 2010
Uraian

2007

2008

2009

2010

1

Belanja Tidak Langsung

158.146.104.555,86

199.080.400.230,65

249.179.762.679,16

285.273.300.656,58

a

Belanja Pegawai

145.871.790.400,00

169.830.216.108,00

220.392.121.815,00

239.982.406.500,58

b

Belanja Bunga

0,00

0,00

0,00

0,00

c

Belanja Subsidi

0,00

200.000.000,00

0,00

0,00

d

Belanja Hibah

800.000.000,00

15.540.185.000,00

11.027.000.000,00

33.278.940.000,00

e

Belanja Bantuan Sosial

5.579.861.000,00

6.340.000.000,00

8.655.000.000,00

8.610.166.200,00

f

Belanja Bagi Hasil

0,00

0,00

0,00

0,00

g

Belanja Bantuan Keuangan

3.893.850.000,00

5.132.000.000,00

5.831.200.000,00

1.688.620.000,00

h

Belanja Tidak Tetap / Tak
Terduga

2.000.603.155,86

2.037.999.122,65

3.274.440.864,16

1,713.167.956,00

2

Belanja Langsung

212.036.519.260,00

223.746.487.879,01

148.048.641.030,00

136.581.211.670,00

a

Belanja Pegawai

27.909.735.900,00

24.781.612.196,00

0,00

26.162.271.200,00

b

Belanja Barang dan Jasa

c

Belanja Modal

3

Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Jumlah Belanja

59.219.840.029,00

72.007.547.464,00

69.212.330.380,00

64.282.047.450,00

124.906.943.331,00

126.957.328.219,01

78.836.310.650,00

46.136.893.020,00

3.606.577.000,00

11.649.238.200,00

3.606.577.000,00

40.452.832.210,00

370.182.623.816,86

422.826.888.109,66

397.228.403.709,00

421.854.512.326,58

Sumber : RPJMD Kab. Bengkulu Selatan 2010 - 2015

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan belanja APBD Kabupaten Bengkulu
Selatan dari tahun 2007-2010 bersifat fluktuatif. Dimana pada tahun 2007 terdapat
pertumbuhan yang negatif, namun kemudian terjadi pertumbuhan yang positif dan sangat
besar pada tahun 2008. Selanjutnya pertumbuhan yang negatif terjadi lagi pada tahun 2009
dan akhirnya meningkat lagi menjadi positif walaupun nilai pertumbuhannya cukup kecil.
Pola pertumbuhan sebagian besar berasal dari belanja bunga, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan komponen belanja

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 17

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

langsung yang cenderung mengalami pertumbuhan negatif setiap tahunnya selama periode
2007-2010. Dari kondisi ini menunjukkan fenomena yang menunjukkan ketimpangan
dimana belanja pegawai yang tercakup dalam belanja tidak langsung mengalami
pertumbuhan positif setiap tahunnya, namun belanja untuk pembangunan yang tertampung
dalam belanja langsung justru mengalami pertumbuhan negatif setiap tahunnya. Kondisi
ini harus segera dilakukan evaluasi dan perbaikan sehingga kedepannya pembangunan
semakin meningkat dan masyarakat Kabupaten Bengkulu Selatan semakin maju dan
sejahtera.
9.2.1.3 Neraca Daerah
Dalam hal neraca daerah, yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas. Berdasarkan ketentuan PP 24/2005, Neraca Daerah merupakan
salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan yang
dimaksud sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, selain sebagai kewajiban
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, juga sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif.
Secara teoritis, pentingnya Neraca daerah dalam manajemen pemerintahan daerah adalah:
1. Memberikan informasi kepada manajemen Pemerintahan daerah mengenai likuiditas
keuangan daerah. Artinya Neraca akan memberikan informasi tentang aset-aset
Pemerintah Daerah yang dapat dijadikan uang kas dalam waktu dekat atau dalam satu
tahun anggaran dan kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo dalam satu tahun anggaran
berikutnya.
2. Memberikan informasi kepada manajemen Pemerintah Daerah tentang fleksibilitas
keuangan (financial flexibility) yaitu kemampuan menggunakan aset-aset keuangan
untuk beradaptasi atau menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
3. Mendorong terciptanya tata pemerintahan yang baik (good governance) yaitu
transparan, akuntabel dan partisipatif. Artinya dengan adanya neraca, maka segala
kebijakan yang dibuat oleh manajemen pemda akan tercermin di dalam informasi yang
disajikan secara transparan di dalam Neraca dan masyarakat dapat menilai hasil-hasil
dari kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah sebagaimana yang tercermin dalam
Neraca.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 18

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Perhitungan aset daerah diperlihatkan seperti rumus matematis berikut:

ASSET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Pemerintah Daerah perlu mengetahui kualitas aset yang dimiliki, aset mana yang harus
dipelihara dan mana yang sudah tidak ekonomis lagi sehingga harus dijual atau
dihapuskan. Demikian juga dengan kewajiban, perlu diketahui berapa sebenarnya
kewajiban yang segera jatuh tempo dan belum jatuh tempo, untuk dapat memprediksi
pembayaran atau pembiayaannya. Selanjutnya dari semua itu dapat diketahui apakah
ekuitas dana cenderung menurun atau meningkat setiap tahun, sehingga dengan early
warning system, bila ekuitas menuju ke negatif, akan diketahui bahwa kewajiban lebih
besar daripada aset yang dimiliki pemerintah daerah.
Berdasarkan data Neraca Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2009-2010
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 9.3, secara kumulatif aset yang dimiliki
memperlihatkan peningkatan. Demikian juga halnya dengan jumlah kewajiban jangka
pendek juga meningkat.
9.2.2 Keuangan Perusahaan Daerah
Laporan keuangan perusahaan daerah digunakan untuk mendukung sumber pembiayaan
dalam komponen proyek cost recovery dan telah memiliki BUMD (seperti sektor air
minum, persampahan dan limbah) aspek keuangannya meliputi kondisi existing,
permasalahan, analisa dan proyeksi untuk : 1) Neraca, 2) Rugi/Laga, 3) Arus Dana Kas.
Analisis kapasitas keuangan daerah ini adalah studi mengenai aspek keuangan dalam
rangka penyusunan RPIJM. Analisis digunakan dalam membuat taksiran dana yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten yang meliputi:
1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun.
2. pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.
3. pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.
Dalam pembahasan ini juga diperhatikan hasil total atau produktifitas dan keuntungan
yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan masyarakat
secara menyeluruh tanpa melihat penyedia dana dan masyarakat penerima hasil.
Pembahasan aspek keuangan memperhatikan hasil total atau produktifitas atau keuntungan
yang didapat dari semua yang dipakai dalam proyek-proyek untuk masyarakat yang
menerima hasil proyek tersebut.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 19

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Tabel 9.3
Neraca Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2009 – 2010
No.
1.
1.1.
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5

Uraian
ASET
ASET LANCAR
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Lain –Lain
Persediaan

JUMLAH ASET LANCAR
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Non Permanen
Investasi Permanen
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG
1.3
ASET TETAP
1.3.1
Tanah
1.3.2
Peralatan dan mesin
1.3.3
Gedung dan bangunan
1.3.4
Jalan, jaringan dan instalasi
1.3.5
Aset tetap lainnya
1.3.6
Konstruksi dalam pengerjaan
1.3.7
Akumulasi penyusutan
JUMLAH ASET TETAP
1.4.
DANA CADANGAN
1.4.1
Dana cadangan
JUMLAH DANA CADANGAN
1.5
ASET LAINNYA
1.5.1
Tagihan piutang penjualan angsuran
1.5.2
Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
1.5.3
Kemitraan dengan pihak ketiga
1.5.4
Aset tak berwujud
1.5.5
Aset lain-lain
JUMLAH ASET LAINNYA
JUMLAH ASET DAERAH
2.
KEWAJIBAN
2.1.
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.1.1
Utang perhitungan pihak ketiga (PFK)
2.1.2
Utang Bunga
2.1.3
Utang Pajak
2.1.4
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
2.1.5
Pendapatan diterima dimuka
2.1.6
Utang Jangka Pendek Lainnya
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
2.2
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
2.2.1
Utang Dalam Negeri
2.2.2
Utang Luar Negeri
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
JUMLAH KEWAJIBAN
3.
EKUITAS DANA
3.1.
EKUITAS DANA LANCAR
3.1.1
SILPA
3.1.2
Cadangan untuk piutang
3.1.3
Cadangan untuk persediaan
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
3.1.4
pendek
3.1.5
Pendapatan yang ditangguhkan
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR
3.2.
EKUITAS DANA INVESTASI
3.2.1
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang
3.2.2
Diinvestasikan dalam aset tetap
3.2.3
Diinvestasikan dlm aset lainnya (Tdk trmasuk dana cadangan)
3.2.4
Dana yang disediakan utk pembayaran hutang jangka panjang
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI
JUMLAH EKUITAS DANA
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
Sumber : RPJMD Kab. Bengkulu Selatan 2010 - 2015
1.2
1.2.1
1.2.2

2010

2009

25.401.154.108,05
0,00
1.770.421.727,00
2.298.097.268,85
2.238.961.844,00
31.708.634.947,90

27.904.391.879,58
0,00
1.384.493.075,00
4.384.493.075,00
1.318.694.541,00
35.091.222.082,91

808.585.991,00
17.473.781.299,00
18.282.367.290,00

808.637.327,00
17.473.781.299,00
18.282.418.626,00

151.843.356.183,00
124.170.618.068,00
319.358.043.661,00
261.350.609.940,00
3.022.708.050,00
1.583.749.000,00
0,00
861.329.084.902,00

151.797.759.500,00
101.209.945.648,00
311.910.598.000,00
245.884.549.000,00
2.674.963.200,00
1.583.749.000,00
0,00
815.061.564.348,00

0,00
0,00

0,00
0,00

42.334.500,00
0,00
0,00
0,00
399.000.000,00
441.334.500,00
911.761.421.639,90

42.334.500,00
0,00
0,00
0,00
0,00
42.334.500,00
868.477.539.556,91

0,00
4.851.541.094,66
0,00
2,877.934.815,18
0,00
800.441.650,00
8.529.917.559,84

0,00
5.138.841.475,11
0,00
2,877.934.815,18
0,00
461.418.731,00
8.478.195.021,29

790.914.936,42
0,00
790.914.936,42
9.320.832.496,26

790.914.936,42
0,00
790.914.936,42
9.269.109.957,71

25.401.154.108,05
4.068.518.995,85
2.238.961.844,00

27.904.391.879,58
5.868.135.662,33
1.318.694.541,00

(8.529.917.559,84)

(8.478.195.021,29)

0,00
23.178.717.388,06

0,00
26.613.027.061,62

18.282.367.290,00
861.329.084.902,00
441.334.500,00
(790.914.936,42)
879.261.871.755,58
902.440.589.143,64
911.761.421.639,90

18.282.418.626,00
815.061.564.348,00
42.334.500,00
(790.914.936,42)
832.595.402.537,58
859.208.429.599,20
868.477.539.556,91

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 20

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

9.3

RPI2-JM

Permasalahan dan Analisis Keuangan

9.3.1 Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten
Dalam analisis kemampuan keuangan daerah, perkembangan penerimaan dan pengeluarannya memungkinkan dilakukan proyeksi lima tahun mendatang. Dalam analisis ini dihitung
perkembangan realisasi pendapatan dan belanja dan dinilai rata-rata perkembangannya.
Kemampuan daerah tercermin dari indikator pertumbuhan pendapatan asli daerah yang
kontinyu yaitu pendapatan pajak dan retribusi. Sedangkan penyediaan dana untuk program
tercermin dari besarnya public saving. Public saving dihitung dari pendapatan dikurangi
belanja wajib. Jumlah ini adalah dana yang siap digunakan untuk melaksanakan programprogram pemerintah daerah.
9.3.2 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
9.3.2.1 Proyeksi Penerimaan
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah di bidang pendapatan pada masa yang akan
datang diupayakan melalui :
1. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah
2. Optimalisasi asset dan kekayaan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan termasuk
memberdayakan BUMD yang sudah ada secara optimal.
3. Melakukan reformasi regulasi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga
dalam pelaksanaan optimalisasi pendapatan mempunyai dasar legalitas yang jelas.
4. Melakukan pendataan dan sosialisasi dalam bidang pendapatan daerah sehingga seluruh
lapisan masyarakat dapat berperan aktif dalam rangka peningkatan pendapatan daerah.
5. Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang Pendapatan dan
sarana dan prasarana pendukung di unit teknis terkait.
9.3.2.2 Proyeksi Belanja Daerah
Belanja Daerah terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak
langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tak terduga dan lainnya.
Sedangkan belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang/jasa dan belanja
modal yang dipergunakan mendanai pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 21

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

9.4

RPI2-JM

Analisis dan Rencana Pembiayaan

9.4.1 Analisis Pembiayaan
Pembiayaan daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan dapat dikategorikan sebagai
kegiatan investatif berdimensi dalam waktu jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang. Penerimaan pembiayaan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan selama kurun
waktu 2007-2010 adalah sebesar Rp. 147,479,410,981.82, pengeluaran pembiayaan
sebesar Rp. 7,896,911,873.00 dan pembiayaan netto sebesar Rp. 139,582,499,108.82.
Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.4 di bawah ini.
Tabel 9.4
Pertumbuhan Pembiayaan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan
Tahun 2007 - 2010
Uraian

2007

2008

2009

2010

1. Penerimaan Pembiayaan
a

Penerimaan Pembiayaan

0,00

0,00

0,00

11.000.000,00

b

Penggunaan SILPA

c

Hasil Penjualan Kekayaan yang
Dipisahkan

38.498.119.244,42

46.161.851.166,66

34.913.048.711,16

27.867.016.838,58

0,00

0,00

0,00

0,00

d

Penerimaan Pinjaman Daerah

0,00

0,00

0,00

0,00

e

Penerimaan Kembali Pinjaman
Daerah

0,00

0,00

0,00

0,00

f

Penerimaan Piutang Daerah

0,00

0,00

11.000.000,00

26.375.041,00

38.498.119.244,42

46.161.851.166,66

34.924.048.711,16

27.904.391.879,58

0,00

0,00

0,00

0,00

3.100.000.000,00

2.000.000.000,00

0,00

0,00

Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Daerah
2

Pengeluaran Pembiayaan

a

Pembentukan Dana Cadangan

b

Penyertaan Modal

c

Pembayaran Hutang Pokok

0,00

296.911.873,00

0,00

2.500.000.000,00

d

Pemberian Pinjaman ke
Perusahaan

0,00

0,00

0,00

0,00

e

Pemberian Pinjaman Dana
Bergulir

0,00

0,00

0,00

0,00

3.100.000.000,00

2. 296.911.873,00

0,00

2.500.000.000,00

Jumlah Pengeluaran

Sumber : RPJMD Kab. Bengkulu Selatan 2010 - 2015

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

9 - 22

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA
MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

9.4.2 Rencana Pembiayaan
Untuk membiayai kewenangan daerah, PAD (Pendapatan Asli Daerah) idealnya menjadi
sumber pendapatan pokok daerah, karena sumber pendapatan lain bersifat fluktuatif dan
cenderung di luar kontrol kewenangan daerah. Melalui kewenangan yang dimiliki,
pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD, sekaligus tetap memperhatikan
aspek ekonomis, efisiensi, dan netralitas. Sumber pendapatan daerah terdiri dari PAD,
Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Manajemen belanja dearah harus mengacu kepada prinsip transparan dan akuntabilitas,
disiplin anggaran, keadilan anggaran serta efisiensi dan efektifitas anggaran seperti dalam
manajemen pendapatan daerah. Peningkatan pendapatan daerah dapat diperoleh melalui:
 Peningkatan pajak daerah
 Peningkatan restribusi daerah
 Penerimaan pinjaman
 Penjualan obligasi pemerintah daerah
 Hasil privatisasi perusahaan daerah
 Penerimaan kembali pinjaman yang diberikan pihak ketiga
 Penjualan invetasi permaen
 Pencairan dana cadangan
Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal sesuai UU No. 32 Tahun 2004 dan
UU No. 33 Tahun 2004 telah terjadi pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada