Efek hepatoprotektif pemberian infusa herba mimosa pigra l. selama enam hari pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

EFEK HEPATOPROTEKTIF PEMBERIAN
INFUSA HERBA Mimosa pigra L. SELAMA ENAM HARI
PADA TIKUS JANTAN
TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan Oleh:
Cornelia Melinda
NIM: 108114109

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

EFEK HEPATOPROTEKTIF PEMBERIAN
INFUSA HERBA Mimosa pigra L. SELAMA ENAM HARI
PADA TIKUS JANTAN
TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan Oleh:
Cornelia Melinda

NIM: 108114109

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi berkat luar biasa dalam hidupku,
menopangku ketika terjatuh, dan memberikan pengharapan tanpa henti.
Bapak Rio Nugroho, Ibu Maria Mulyani Sri Suprapti,

keluarga besar S.Y. Moelyono, dan Sastro Soemardjo yang telah memberikan
motivasi, perhatian, kasih sayang, serta doa.
Ignatius Bagas Rumekso, ST., dan teman-teman yang selalu
memberikan semangat,
Almamaterku yang tercinta.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEK
HEPATOPROTEKTIF PEMBERIAN INFUSA HERBA Mimosa pigra L.
SELAMA ENAM HARI PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI KARBON
TETRAKLORIDA” yang disusun untuk memenuhi persyaratan memeperoleh
gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) Universitas Sanara

Dharma Yogyakarta yang dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis karena bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
hendak mengucapkan terimakasih kepada:
1.

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Ipang Djunarko M. Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi, atas
segala kesabaran untuk selalu membimbing, memberi motivasi, dan memberi
masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3.

Bapak Dr. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji Skripsi atas
masukannya demi kemajuan skripsi ini.

4.


Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji Skripsi atas
masukannya demi kemajuan skripsi ini.

5.

Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi terdahulu dan Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku Kepala
Laboratorium Fakultas Farmasi saat ini yang telah memberikan izin dalam

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi, FarmakognosiFitokimia,dan Kimia Analisis sehingga skripsi ini dapat selesai.

6.

Bapak Supardjiman selaku laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi,
Bapak Heru selaku laboran Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika,
Bapak Kayatno selaku laboran Laboratorium Biokimia, Bapak Wagiran
selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Bapak Andri selaku
laboran Kebun Obat, Bapak Suparlan selaku laboran Laboratorium Kimia
Organik, dan Bapak Kunto selaku laboran Laboratorium Kimia Analisis atas
segala bantuan serta kerjasamanya selama di laboratorium.

7.

Tim Skripsi Mimosa pigra L. yaitu Lukas Surya Wijaya, S.Farm. dan Kelvin
Nugroho yang senantiasa membantu, memberikan masukan, mengalami suka
duka bersama selama pengerjaan skripsi ini.

8.

Sahabat-sahabat penulis, Juana Merianti Simanjuntak, Brigitta Lynda
Rakasiwi, Maria Malida Vernandes Sasadara, Hans Gani, Clara Niken Dwi

Haryani, Theresia Tri Hastuti, anggota kelas FKK B 2010, mahasiswamahasiswi Fakultas Farmasi angkatan 2010 yang membantu penulis dalam
penelitian serta penyusunan skripsi ini.

9.

Tim PKM-P 2013 (Solar Friends), Restu Indra Gumelar, ST., Kristoforus
Ade Yulianta, ST., Ida Bagus Murdhi, ST., Permana Panji, ST., yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

10. Kelompok 34 KKN Dliring periode 22 Desember 2013 – 29 Januari 2014,
Citra Ayu Wulandari, Cassanova M. Muwa, Kartika Violita, Nia Christie N.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


Lie, Teresia S. Astri Bandur, Georgius Rocky Agasi, Margareta Ajeng K., B.
Gracia Chandra, Yulius Dony yang memberikan semangat kepada penulis.
11. Mudika Santo Markus wilayah Mlati Utara, Paroki St.Aloysius Gonzaga
Mlati atas doa dan semangatnya untuk penulis.
12. Seluruh dosen, dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta selama proses perkuliahan hingga diselesaikannya skripsi ini.
13.

Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis

menerima kritik dan saran dari banyak pihak agar skripsi ini lebih baik. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan memberikan informasi yang berarti
bagi pembaca.
Yogyakarta,

Penulis


ix

2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................

iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH

..............................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................

vi

PRAKATA ..............................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xvii

INTISARI ..............................................................................................

xviii

ABSTRACT ..............................................................................................

xix

BAB I. Pengantar ....................................................................................

1

A. Latar Belakang ............................................................................

1

1. Perumusan masalah ...............................................................

4

2. Keaslian penelitian ................................................................

4

3. Manfaat penelitian .................................................................

5

B. Tujuan Penelitian ........................................................................

5

1. Tujuan umum ........................................................................

5

2. Tujuan khusus .......................................................................

5

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II. Penelaahan Pustaka ...................................................................

6

A. Anatomi dan Fisiologi Hati .........................................................

6

B. Kerusakan Hati ............................................................................

9

C. Hepatotoksisitas ..........................................................................

12

D. Karbon Tetraklorida ....................................................................

13

E. Mimosa pigra L. ..........................................................................

15

1. Morfologi ..............................................................................

15

2. Klasifikasi tanaman ...............................................................

16

3. Nama lain ..............................................................................

16

4. Habitat ...................................................................................

16

5. Kandungan kimia ..................................................................

17

6. Kegunaan...............................................................................

17

F. Silybum marianum ......................................................................

18

G. Infundasi ......................................................................................

19

H. Metode Uji Hepatotoksik ............................................................

20

I. Landasan Teori ............................................................................

21

J. Hipotesis......................................................................................

22

BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................

23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................

23

B. Variabel Penelitian ................................................................

23

C. Definisi Operasional..............................................................

24

D. Bahan Penelitian....................................................................

24

E. Alat Penelitian .......................................................................

26

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

F. Tata Cara Penelitian ..............................................................

26

1. Determinasi tanaman .......................................................

26

2. Pengumpulan bahan uji ...................................................

27

a. Hewan uji ..................................................................

27

b. Herba Mimosa pigra L. .............................................

27

3. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam olive oil...

27

4. Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L. ......................

27

5. Penetapan dosis infusa herba Mimosa pigra L. ..............

28

6. Pembuatan suspensi ekstrak Silimarin ............................

28

7. Uji pendahuluan ..............................................................

28

a. Penetapan dosis hepatotoksin....................................

28

b. Penetapan waktu cuplikan darah ...............................

29

c. Penetapan waktu pemberian infusa herba
Mimosa pigra L. ........................................................

29

8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .......................

29

9. Pembuatan serum ............................................................

30

10. Penetapan aktifitas ALT dan AST ..................................

30

11. Analisis hasil ...................................................................

31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................

33

A. Penyiapan Bahan .........................................................................

33

1. Hasil determinasi tanaman ....................................................

33

2. Pembuatan infusa herba Mimosa pigra L. ............................

34

B. Uji Pendahuluan ..........................................................................

35

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Penetapan dosis hepatotoksin................................................

35

2. Penetapan dosis infusa herba Mimosa pigra L. ....................

36

3. Penentuan dosis kontrol positif silimarin ..............................

36

4. Penentuan waktu pencuplikan darah .....................................

37

C. Efek Hepatoprotektif Infusa Herba Mimosa pigra L.
Terhadap Tikus Jantan ................................................................

42

1. Kontrol negatif ......................................................................

45

2. Kontrol hepatotoksin .............................................................

46

3. Kontrol infusa Mimosa pigra L. ...........................................

47

4. Efek hepatoprotektor berdasarkan perhitungan
% hepatoprotektif .................................................................

48

D. Rangkuman Pembahasan ............................................................

54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

57

A. Kesimpulan .................................................................................

57

B. Saran ............................................................................................

57

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

58

LAMPIRAN ............................................................................................

62

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................

116

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel I.

Kadar serum ALT setelah dilakukan pemberian
karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/KgBB pada
rentang waktu 24, 48, dan 72 jam ........................................

Tabel II.

37

Perbedaan peningkatan kadar serum ALT setelah
pemberian karbon tetraklorida dengan dosis
2 mL/KgBB pada rentang waktu 24, 48, dan 72 jam ...........

39

Tabel III. Kadar serum AST setelah dilakukan pemberian
karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/KgBB
pada rentang waktu 24, 48, dan 72 jam ................................

39

Tabel IV. Perbedaan peningkatan kadar serum ALT setelah
pemberian karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/KgBB
pada rentang waktu 24, 48, dan 72 jam ................................
Tabel V.

41

Pengaruh perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dilihat
dari aktifitas serum ALT dan AST pada berbagai peringkat
dosis terhadap hepatotoksin karbon tetraklorida ..................

42

Tabel VI. Hasil uji statistik aktifitas serum ALT tikus jantan pada
perlakuan berbagai peringkat dosis infusa
herba Mimosa pigra L. .........................................................

43

Tabel VII. Hasil uji statistik aktifitas serum AST tikus jantan pada
perlakuan berbagai peringkat dosis infusa
herba Mimosa pigra L. .........................................................
Tabel VIII. Aktifitas kadar serum ALT pada jam ke-0 dibandingkan

xiv

44

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

jam ke-24 ..............................................................................

45

Tabel IX. Aktifitas kadar serum AST pada jam ke-0 dibandingkan
Jam ke-24 .............................................................................

xv

45

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Metabolit karbon tetraklorida dan formasi metabolit
reaktif ...................................................................................

14

Gambar 2. Tumbuhan putri malu ...........................................................

15

Gambar 3. 1. Tritofan; 2. Mirisitrin; 3. Kuersetin 3-O-heksosa;
4. Kuersetin 3-O-heksosa; 5. Kuersetin 3-O-pentosa;
6. Kuersitrin; 7. Kamferol 3-O-desoksiheksosa ....................

17

Gambar 4. Diagram batang rata-rata kadar serum ALT setelah
dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan
dosis 2 mL/KgBB pada rentang waktu 24, 48,
dan 72 jam ............................................................................

38

Gambar 5. Diagram batang rata-rata kadar serum AST setelah
dilakukan pemberian karbon tetraklorida dengan
dosis 2 mL/KgBB pada rentang waktu 24, 48,
dan 72 jam ............................................................................

40

Gambar 6. Diagram batang aktifitas serum ALT tikus jantan
pada perlakuan berbagai peringkat dosis infusa herba
Mimosa pigra L. ...................................................................

43

Gambar 7. Diagram batang aktifitas serum AST tikus jantan
pada perlakuan berbagai peringkat dosis infusa herba
Mimosa pigra L. ...................................................................

xvi

44

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Foto infusa herba Mimosa pigra L. ...............................

63

Lampiran 2.

Foto suspensi silimarin dalam CMC-Na 1% .................

63

Lampiran 3.

Surat tanaman Mimosa pigra L. ....................................

64

Lampiran 4.

Surat ethical clearence ..................................................

65

Lampiran 5.

Hasil analisis statistik data ALT dan AST pada
uji pendahuluan waktu pencuplikan darah hewan
uji setelah induksi karbon tetraklorida (2 mL/KgBB) ...

Lampiran 6.

Hasil statistik data ALT dan AST pada kelompok
kontrol olive oil dosis 2 mL/KgBB ...............................

Lampiran 7.

66

76

Hasil statistik data serum ALT kontrol hepatotoksin
(CCl4), kontrol negatif (olive oil), kontrol infusa
herba Mimosa pigra L., kontrol positif Silimarin,
perlakuan infusa herba Mimosa pigra L.
(dosis 1,26; 1,89; 2,835 g/KgBB) ..................................

Lampiran 8.

80

Hasil statistik data serum AST kontrol hepatotoksin
(CCl4), kontrol negatif (olive oil), kontrol infusa
herba Mimosa pigra L., kontrol positif Silimarin,
perlakuan infusa herba Mimosa pigra L.

Lampiran 9.

(dosis 1,26; 1,89; 2,835 g/KgBB) ..................................

97

Perhitungan % hepatoprotektif ......................................

114

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif infusa herba
Mimosa pigra L. selama enam hari dan dosis optimum sebagai hepatoprotektor
pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan acak
lengkap pola searah yang dilakukan dengan membagi 35 ekor tikus umur 2-3
bulan dan berat 130-200 gram. Kelompok I diberikan CCl4 dosis 2 mL/kg BB
secara intraperitoneal sebagai kontrol hepatotoksin. Kelompok II diberi olive oil
selama 6 hari berturut-turut secara intraperitoneal sebagai kontrol negatif.
Kelompok III diberi infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/kg BB sebagai
kontrol infusa selama 6 hari berturut-turut secara per oral. Kelompok IV diberikan
suspensi ekstrak silimarin dosis 25 mg/kg BB secara per oral selama 6 hari
berturut-turut kemudian pada hari ke-7 diberikan 2 mL/kgBB CCl4 dalam olive oil
dengan perbandingan 1:1 secara intra peritonial. Setelah 24 jam perlakuan, tikus
kelompok I-IV diukur aktivitas serum ALT dan AST. Kelompok V-VII diberi
infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,260; 1,890; 2,835 g/kg BB secara per oral
selama 6 hari berturut-turut kemudian hari ke-7 diberikan 2 mL/kgBB karbon
tetraklorida dalam olive oil dengan perbandingan 1:1 secara intraperitoneal. Hari
ke-8 diambil darahnya melalui vena orbitalis lalu diukur aktivitas serum ALT dan
AST. Analisis data serum ALT dan AST menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
untuk melihat distribusi data, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk
mengetahui perbedaan kadar serum ALT dan AST antar kelompok.
Hasil persentase hepatoprotektif dari kadar ALT dosis V-VII secara
berturut-turut adalah 29,14; 6,38; dan 80,84% sedangkan hasil kadar AST
berturut-turut 30,79; 16,67; dan 104,25%. Dosis optimum infusa herba Mimosa
pigra L. adalah 2,835 g/kgBB.
Kata kunci : Mimosa pigra L., hepatoprotektif, infusa, karbon tetraklorida.

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
This study aimed to determine the ability of administration infundation
Mimosa pigra L. herb as hepatoprotector for six days and optimum dose in male
rats induced carbon tetrachloride.
This research was experimental pure with complete randomized design
conducted in the same direction by dividing 35 rats aged 2-3 months and weighed
130 – 200 grams. The first group was given CCl4 2 mL/KgBW intraperitoneally
as hepatotoxin control. Group II was given olive oil for 6 consecutive days
intraperitoneally as negative control. Group III was given infundation of Mimosa
pigra L. herb dose 2.835 g/kgBW as infundation control for 6 consecutive days
orally. Group IV was given a suspension of Silymarin extract dose 25 mg/KgBW
p.o. for 6 consecutive days and then on 7th day rats was given 2 mL/ kgBW CCl4
diluted in olive oil with 1:1 ratio intraperitonially. Twenty-four hours later, the
ALT and AST serum activity from groups I-IV were measured. Group V-VII
were given infundation of Mimosa pigra L. herb dose 1.260; 1.890;
2.835 g/kgBW p.o. for 6 consecutive days and then on 7th day given 2 mL/KgBW
of carbon tetrachloride diluted in olive oil intraperitoneally with 1:1 ratio. The
blood was collected from orbital sinus eye on the 8th day and then ALT and AST
serum activity were measured. Analysis of ALT and AST serum activity used
Kolmogorov-Smirnov test to look at the distribution of the data, followed by the
Mann-Whitney test to determine differences in ALT and AST serum activity
between groups.
After calculating percentage of hepatoprotective effect, the
hepatoprotective effect percentages of ALT activity from group V – VII were
29.14; 6.38; and 80.84% respectively. The results of the hepatoprotective effect
precentages for AST activity were 30.79; 16.67; and 104.25% respectively. The
optimum dose of infusion of Mimosa pigra L. herb was 2.835 g/KgBB.
Keywords: Mimosa pigra L., hepatoprotective, infusion,carbon tetrachloride.

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Organ intestinal paling besar dalam tubuh manusia adalah hati. Hati
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, karena dapat menyediakan
secara tetap metabolit dan bahan-bahan pembentuk yang kaya energi bagi
organisme seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu dapat melakukan
biosintesis senyawa-senyawa dalam tubuh agar dapat diekskresikan, serta
detoksifikasi senyawa-senyawa toksik melalui biotransformasi. Obat dan toksin
dimodifikasi oleh hati menjadi inaktif atau larut air dengan dikonjugasikan dengan
senyawa kimia lain sehingga dapat diekskresikan melalui ginjal.
Mengingat pentingnya organ hati dalam tubuh, maka kita harus
memberikan perhatian yang besar terhadap penanggulangan penyakit pada hati.
Dewasa ini, banyak muncul kejadian hepatotoksisitas yang dikarenakan oleh
reaksi obat yang tidak dikehendaki. Hasil penelitian periode 2006 – Februari 2009
pada pasien terapi antituberkulosis di RSUD Tangerang tahun 2010 ditemukan
kejadian hepatotoksisitas sebesar 38,2% dari 55 pasien berdasarkan adanya
peningkatan kadar AST/ALT serum. Kemudian penelitian di Rumah Sakit
London Inggris, seseorang yang mengalami hepatotoksisitas apabila mengalami
peningkatan kadar ALT/AST sebanyak tiga kali lipat dari batas normal.
Pada 103 pasien (24 orang Asia, 46 orang hitam Afrika, 22 orang Eropa, dan
11 orang yang lain) yang menjalani pengobatan anti-tuberkolosis selama 1 tahun

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2
periode 1 Juni 2006 – 31 Mei 2007. Dari 79% pasien yang melakukan test
Hepatitis B diperoleh hasil 9% pasien positif, lalu 77% pasien melakukan test
Hepatitis C diperoleh hasil 9% pasien positif. Kemudian dari 94 orang terdapat
15% (14 orang) kejadian hepatotoksisitas, 10% (9 orang) mengalami peningkatan
kadar ALT/AST sebanyak 5 kali lipat dari batas normal (Walker et al., 2009).
Melihat banyaknya kasus hepatotoksisitas, dibutuhkan senyawa yang
dapat berperan sebagai hepatoprotektor. Masyarakat kurang percaya dengan obat
jadi melainkan lebih banyak mengkonsumsi obat herbal atau yang berasal dari
tanaman karena mudah didapat.
Dalam penelitian ini penulis memilih tanaman Mimosa pigra L. sebagai
tanaman yang diyakini memiliki senyawa sebagai hepatoprotektor karena
mengandung mimosin dan asam pipekolinat (Apriyanto, Susanti, dan Linawati,
2000). Namun penelitian terbaru oleh Syamsudin, Rizikiyan, dan Darmono (2006)
mengatakan bahwa mimosin dapat menghambat biosintesis protein dengan
melakukan antagonis dengan tirosin, sehingga kemungkinan efek hepatoprotektif
bukan berasal dari mimosin. Efek hepatoprotektif mengacu dari penelitian
Rakatomalala et al. (2013), ekstrak hidrometanolik Mimosa pigra L. mengandung
flavonoid yaitu mirisitrin dan kuersetin yang bertindak sebagai antioksidan untuk
membersihkan radikal bebas dalam tubuh, menurunkan tekanan arteri pulmonari,
dan sebagai antiinflamasi. Selain itu ekstrak etanol herba Mimosa pigra L.
memiliki kemampuan sebagai antibakteri (Mbatchou, Ayebila, dan Apea, 2011).
Pada penelitian ini digunakan infusa herba Mimosa pigra L. karena pada
penelitian Apriyanto, dkk., (2000) dan Wijaya (2013) mengenai efek

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3
antihepatotoksik juga menggunakan infusa herba Mimosa pigra L.. Selain itu,
infusa lebih mudah diaplikasikan ke masyarakat luas karena pembuatannya
hampir sama seperti merebus dan meskipun cara pengolahannya sederhana tetapi
dapat mengambil banyak senyawa aktif di dalamnya.
Pada penelitian Apriyanto, dkk. (2000) digunakan paracetamol sebagai
senyawa model yang mengakibatkan kerusakan hati pada tikus yaitu nekrosis,
namun dalam penelitian ini digunakan CCl4 sebagai senyawa model. Penggunaan
CCl4 ini dipilih karena CCl4 memberikan kerusakan sel hati yaitu perlemakan hati.
Perlemakan hati terjadi akibat metabolisme CCl4 oleh sitokrom P450 yang
menghasilkan radikal triklorometil. Trikolorometil dengan oksigen akan
membentuk radikal triklorometil peroksi (CCl3O2) yang dapat menyerang lipid
membran endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas
triklorometil. Selanjutnya, triklorometil peroksi akan menyebabkan peroksidasi
lipid, sehingga mengganggu homeostasis Ca2+ dan akhirnya menyebabkan
kematian sel.
Asam lemak penyusun membran sel khusunya asam lemak rantai panjang
tak jenuh sangat rentan terhadap radikal bebas, jumlahnya akan berkurang dalam
fosfolipid membran retikulum endoplasmik, sebanding dengan jumlah CCl4 yang
diinduksikan. Pemberian CCl4 dalam dosis tinggi dapat merusak retikulum
endoplasmik, mengakumulasi lipid, mengurangi sintesis protein, mengacaukan
proses oksidasi, menurunkan berat badan, dan menyebabkan pembengkakan hati.
Pemberian jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis sentrilobular dan
degenerasi lemak hati.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4
Tikus jantan diberi praperlakuan infusa herba Mimosa pigra L. kemudian
diinduksi CCl4 untuk dilihat kerusakan hati dan seberapa besar infusa herba
Mimosa pigra L. dapat menekan kerusakan sel hati tersebut berdasarkan kadar
AST dan ALT dari serum darah tikus jantan.
1. Perumusan masalah
a. Apakah infusa herba Mimosa pigra L. memiliki kemampuan sebagai
senyawa hepatoprotektif terhadap tikus jantan yang terinduksi CCl4?
b. Berapakah dosis optimum agar infusa herba Mimosa pigra L. memberikan
efek hepatoprotektif paling baik?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Mimosa pigra L. yaitu Efek
Hepatoprotektif Rebusan Herba Putri Malu (Mimosa pigra L.) pada Tikus
Terangsang Parasetamol oleh Apriyanto, dkk. (2000). Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa infusa herba Mimosa pigra L. memiliki kemampuan
sebagai hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi oleh paracetamol.
Penelitian yang dilakukan oleh Rakatomalala, et al. (2013) mendapatkan hasil
bahwa ekstrak hidrometanolik daun Mimosa pigra L. dapat menurunkan tekanan
arteri pulmonari, sebagai antioksidan serta antiinflamasi. Ekstrak etanol herba
Mimosa pigra L. juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri pada penelitian
yang dilakukan oleh Mbatchou, et al. (2011) dan aktivitas infusa Mimosa pigra L.
sebagai antihepatotoksik juga sudah diteliti oleh Wijaya (2013) dengan hasil
terbukti memiliki kemampuan sebagai antihepatotoksik pada tikus jantan
terinduksi CCl4 dengan dosis optimum sebesar 1,26 g/KgBB.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5
Sejauh pengamatan penulis, penelitian dengan judul “Efek Hepatoprotektif
Infusa Herba Mimosa pigra L. Selama Enam Hari pada Tikus Jantan Terinduksi
Karbon Tetraklorida” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Memberikan pengetahuan dalam bidang farmasi mengenai obat herbal
sebagai hepatoprotektif dalam mencegah perlemakan hati akibat induksi
CCl4.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi mengenai dosis optimum infusa herba Mimosa pigra
L. sebagai hepatoprotektif.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui tanaman sebagai senyawa hepatoprotektif pada tikus jantan
yang terinduksi CCl4.
2.

Tujuan khusus
a. Mengetahui kemampuan infusa herba Mimosa pigra L. sebagai senyawa
hepatoprotektif terhadap tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida.
b. Mengetahui dosis optimum infusa herba Mimosa pigra L. sebagai

hepatoprotektif terhadap tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati adalah organ terbesar, mencapai 2% - 3% dari berat badan. Hati
terletak di kuadran kanan atas dari rongga perut bawah hemidiafragma, dilindungi
oleh tulang rusuk (Sherif, Misih, dan Bloomston, 2010). Hati memiliki berat
sekitar 1400 g pada orang dewasa dan dibungkus oleh suatu fibrosa.
Secara anatomis hati terdiri dari lobus kanan yang besar, dan lobus kiri
yang kecil. Keduanya dipisahkan di antero-superior oleh ligamentum falsiforme
dan di postero-inferior oleh fisura untuk ligamentum venosum dan ligamentum
teres. Pada klasifikasi anatomis, lobus kanan terdiri dari lobus kaudatus dan lobus
kuadratus. Akan tetapi secara fungsional lobus kaudatus dan sebagian besar lobus
kuadratus merupakan bagian dari lobus kiri karena mendapat darah dari arteri
hepatika sinistra dan aliran empedunya menuju duktus hepatika sinistra. Oleh
karenanya, klasifikasi fungsional hepar menyatakan bahwa batas antara lobus
kanan dan kiri terletak pada bidang vertikal yang berjalan ke posterior dari
kandung empedu menuju vena kava inferior (Faiz dan Moffat, 2002). Setiap lobus
dibagi oleh jaringan penghubung menjadi kurang lebih 100.000 lobulus sebagai
unit dasar fungsional hati. Diameter lobulus sebesar 1 mm, jajaran lobulus
dipisahkan satu sama lain oleh septum interlobuler. Hepatosit pada lobulus hati
membentuk jajaran piringan tidak merata yang tersusun seperti jari-jari pada roda,
diantara hepatosit terdapat kapiler yang menjulur ke vena sentral disebut sinusoid

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

(Martini, 2004). Di bagian dalam sinusoid ini terdapat sel yang berfungsi untuk
menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang melewatinya dalam darah. Sel
ini disebut sel Kupffer (Sherwood, 2007).
Hati menerima hampir sekitar 1500 ml darah per menit melalui vena
portal dan arteri hepatica (McPhee dan Ganong, 2005). Sel-sel hepar yang
disebut hepatosit mendapat suplai darah dari vena porta hepatica yang kaya akan
makanan dan tidak mengandung oksigen, namun terkadang bersifat toksik; serta
dari arteria hepatica yang mengandung oksigen (Wibowo dan Paryana, 2009).
Produk dari pencernaan yang diabsorbsi ke dalam kapiler darah di intestinal tidak
secara langsung masuk ke sirkulasi seluruh tubuh melainkan dihantarkan terlebih
dahulu ke dalam hati. Pembuluh kapiler pada saluran pencernaan mengalir ke
dalam vena porta hepatica dengan membawa darah menuju kapiler di hati. Untuk
menerima darah vena dari intestinal, hati juga menerima darah arteri melalui
arteri hepatica (Fox, 2004).
Fungsi utama hati adalah metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009),
aktifitas hati dalam fungsinya dalam regulasi metabolisme adalah sebagai berikut:
1. Metabolisme karbohidrat
Hati dapat menstabilkan kadar gula darah kurang lebih sebesar 90 mg/dL.
Jika kadar gula darah menurun, hepatosit dapat memecah glikogen cadangan dan
mengeluarkan glukosa ke aliran darah, serta dapat mensintesis glukosa dari
karbohidrat lain dari asam amino yang tersedia. Sintesis glukosa dari komponen
lain disebut glukoneogenesis. Jika kadar gula darah meningkat, hepatosit
menghilangkan glukosa dari aliran darah ataupun tempat penyimpanan yang lain

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

sebagai glikogen, atau menggunakannya untuk mensintesis lipid yang dapat
disimpan di jaringan yang lain atau hati (Martini, 2004).
2. Metabolisme lipid
Mengatur regulasi sirkulasi kadar trigliserida, asam lemak, dan kolestrol.
Apabila kadarnya menurun, hati akan memecah cadangan lipid dan dikeluarkan ke
aliran

darah.

Jika

kadarnya

meningkat,

lipid

akan

dihilangkan

dari

penyimpanannya, karena sebagian besar lipid diabsorbsi melalui saluran
pencernaan yang melewati sirkulasi portal hepatika, maka regulasi hanya dapat
terjadi setelah kadar lipid meningkat pada seluruh sirkulasi (Martini, 2004).
3. Metabolisme asam amino
Hati dapat menurunkan peningkatan jumlah asam amino dalam sirkulasi
darah. Asam amino dapat digunakan untuk mensintesis protein atau dapat diubah
menjadi glukosa ataupun lipid untuk cadangan energi (Martini, 2004).
4. Detoksifikasi
Menghilangkan substansi yang merugikan bagi tubuh seperti alkohol dan
obat (Cohen dan Wood, 2000).
5. Penyimpanan vitamin
Vitamin yang dapat larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan vitamin B12
dapat diabsorbsi dari darah dan disimpan di dalam hati (Martini, 2004).
6. Penyimpanan mineral
Hati dapat mengubah cadangan besi menjadi ferritin dan menyimpan
protein ion kompleks tersebut (Martini, 2004).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

7. Inaktivasi obat
Hati dapat menghilangkan dan memecah sirkulasi obat tanpa
menurunkan durasi dari efeknya (Martini, 2004).
Seperti banyak organ di tubuh, hati normalnya memiliki kapasitas
cadangan yang besar untuk berbagai reaksi kimia yang dijalankannya dan
kemampuan untuk membentuk kembali sel dengan tingkat deferensiasi sempurna
sehingga dapat pulih total setelah cedera akut (McPhee dan Ganong, 2005).

B. Kerusakan Hati
Hepatotoksik merupakan kerusakan hati yang berhubungan dengan
rusaknya fungsi hati karena paparan obat atau agen non-infeksi lainnya (Navarro,
Senior, 2006). Agen hepatotoksik dapt bereaksi dengan komponen seluler dasar
dan dapat menyebabkan induksi hampir seluruh tipe lesi (luka) pada hati
(Grattaglino, Bonfrate, Wang, dan Portincasa, 2009).
Macam-macam kerusakan hati bergantung pada agen toksik, kekerasan
intoksikasi, dan apakah jenis pejanan akut atau kronis. Hepatotoksisitas terjadi
akibat kerusakan fungsi hepatosit, kerusakan hati tersebut antara lain steatosis
(perlemakan hati), kolestasis, fibrosis, dan nekrosis/apoptosis. Ketika sel hati
rusak maka enzim hati yang spesifik dikeluarkan, yaitu alanin aminotransferase
(ALT), aspartat aminotransferase (AST), dan alkalin fosfatase (ALP) ke dalam
darah (Hodgson, 2010).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Secara morfologi, hati merupakan organ sederhana dengan respon yang
terbatas terhadap suatu cedera. Berikut adalah respon umum hati pada cedera
tersebut:
1. Degenerasi dan akumulasi intraseluler
Kerusakan akibat gangguan toksik atau imunologik dapat menyebabkan
pembengkakan hepatosit. Pembengkakan derajat sedang, masih bersifat
reversibel. Untuk kerusakan yang lebih parah (degenerasi balon), hepatosit
membengkak disertai penggumpalan organel sitoplasma dan terbentuknya ruangruang jerni yang besar. Akumulasi butir lemak trigliserida di dalam hepatosit
dikenal sebagai steatosis. Butir-butir kecil yang tidak mendesak nukleus disebut
steatosis mikrovisikel, sedangkan butiran besar yang mendesak nukleus dikenal
dengan steatosis makrovisikel. Kedua steatosis baik steatosis mikrovisikel
maupun makrovisikel dapat dijumpai pada perlemakan hati alkoholik. Di kelainan
tersebut, steatosis menyerang hampir seluruh hepatosit (Kumar, Abbas, dan
Fausto, 2009).
2. Nekrosis dan apoptosis
Gangguan signifikan pada hati dapat menyebabkan nekrosis hepatosit.
Pada nekrosis koagulatif iskemik, sel hati menjadi kurang terwarnai dan inti sel
umumnya lisis (Kumar, et al., 2009). Nekrosis merupakan hilangnya viabilitas sel
yang bersifat irreversible, hal ini dapat ditunjukkan dengan hilangnya fungsi sel
yang normal. Nekrosis adalah kerusakan hati akut yang terjadi pada sebagian
hepatosit ataupun seluruh lobus (massive necrosis). Pada bagian yang terjadi
nekrosis, terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan terjadi respon imun

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

berupa infiltrasi neutrofil pada bagian yang rusak (Hodgson, 2010). Pada
kematian sel apoptotik, hepatosi-hepatosit berkumpul dan menjadi sel-sel yang
mengkerut, piknotik, dan sangat eusinofilik disertai nukleus yang terfragmentasi.
3. Inflamasi
Cedera hati yang menyebabkan influks sel radang akut atau kronik disebut
hepatitis. Nekrosis hepatosit kronik atau iskemik akan memebangkitkan reaksi
peradangan. Untuk cedera akibat toksik, peradangan dapat mendahului terjadinya
inflamasi. Kerusakan sel hati penyaji antigen akibat limfosit sitotoksik merupakan
mekanisme umum kerusakan hati, terutama pada infeksi virus. Hepatosit yang
telah mati tidak memicu peradangan secara sendiri. Sel Kupffer dan monosit
darah yang direkrut ke hati akan menelan fragmen-fragmen sel apoptotik dalam
beberapa jam, dan membentuk gumpalan sel radang (Kumar, et al., 2009).
4. Regenerasi
Regenerasi terjadi pada semua penyakit hati, kecuali penyakit hati yang
paling parah. Proliferasi hepatoseluler ditandai mitosis, menebalnya korda
hepatosit, dan juga disorganisasi struktur parenkim. Unit kanalis Hering-duktulus
empedu merupakan suatu kompartemen cadangan pengganti pada cedera parenkin
yang parah. Jika unit ini diaktifkan, muncul struktur mirip duktulus empedu dalam
jumlah besar (reaksi duktulus). Kompartemen ini juga berproliferasi jika terjadi
suatu obstruksi saluran empedu besar. Jika terjadi nekrosis hepatoseluler yang
meninggalkan kerangka jaringan ikat yang masih utuh, struktur hati dapat pulih
hampir sempurna meskipun nekrosisnya masif atau sub-masif (Kumar, Abbas,
dan Fausto, 2009).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

5. Fibrosis
Jaringan fibrosa terbentuk sebgai respon terhadap peradangan atau
kerusakan toksik langsung pada hati. Apabila terjadi fibrosis, hati akan terbagi
menjadi nodul-nodul hepatosit proliferatif yang dikelilingi oleh jaringan parut
yang disebut sirosis (Kumar, et al., 2009).
Steatosis merupakan akumulasi lemak terutama trigliserid yang tidak
normal pada hepatosit akibat uptake ekstra hepatik tsigliserid dengan sekresi
hepatik pada trigliserid yang berisi lipopretein dan katabolisme asam lemak yang
tidak seimbang (Hodgson, 2010). Steatosis atau perlemakan hati dapat dianggap
sebagai jenis cedera sitotoksik, tetapi juga dapat menjadi kerusakan hati kronis
(Davis dan William, 2003).
Penyakit hati dapat bersifat reversibel atau ireversibel. Penyakit hati yang
bersifat reversibel berasal langsung dari kerusakan akut sel fungsional hati,
terutama hepatosit, tanpa gangguan kemampuan hati untuk melakukan regenerasi.
Penyakit hati yang bersifat ireversibel adalah sirosis, akibat alkohol atau pejanan
obat. Massa hepatosit dan kapasitas cadangan fungsional hati yang berkurang,
mengakibatkan hati lebih peka terhadap cedera hati akut (McPhee dan Ganong,
2005).

C. Hepatotoksisitas
Klasifikasi hepatotoksisitas secara primer didasarkan pada pola kejadian
dan

morfologi

histopatologi.

Hepatotoksisitas

intrinsik

merupakan

hepatotoksisitas yang umum terjadi, bergantung pada dosis, dan dapat dilihat pada

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

manusia serta hewan uji. Hepatotoksisitas idiosinkratik ditunjukkan pada
perubahan metabolisme yang ditemukan pada gen pemetabolisme obat (Hodgson,
2010). Pada hepatotoksik intrinsik bergantung pada dosis sublethal (Roth dan
Ganey, 2010).
Hepatotoksisitas idiosinkratik dibagi menjadi dua yaitu alergi dan nonalergi. Reaksi idiosinkratik alergi melibatkan partisipasi sistem imun adaptif,
sedangkan reaksi idiosinkratik non alergi dibedakan berdasarkan ada tidaknya
reaksi hipersensitivitas. Hepatotoksik idiosinkratik hanya dapat terjadi pada
sebagian kecil individu yang terpapar suatu obat, faktor lingkungan dan genetik
sangat mempengaruhi (Kaplowitz, 2005).

D. Karbon Tetraklorida
Kerusakan sel dapat diinisiasi oleh beberapa mekanisme antara lain
penghambatan enzim, pengurangan metabolit atau kofaktor, pengurangan ATP,
interaksi dengan reseptor, peningkatan intraseluler kalsium, pembentukan
metabolit aktif, dan perubahan membran sel. Banyak faktor, termasuk obat dapat
menyebabkan kerusakan sel melalui mekanisme aktifasi metabolit pada tingkatan
yang lebih tinggi seperti radikal bebas, karbon, dan nitro akibat stres oksidatif
(Hodgson, 2010).
Karbon tetraklorida (Gambar 1) cepat diabsorbsi melalui rute apa saja
pada manusia dan hewan. Setelah diabsorbsi, karbon tetraklorida didistribusikan
diantara jaringan terutama yang memiliki banyak timbunan lipid. CCl4
dimetabolisme di hati, paru-paru, dan jaringan lain yang terdapat CYP450.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

Metabolisme CCl4 secara luas dilakukan penelitian in vivo dan in vitro pada
mamalia. Tahap awal biotransformasi dari karbon tetraklorida adalah reduksi
dehalogenisasi: pembelahan ikatan klorida karbon menjadi ion klorida dan radikal
triklorometil (EPA, 2010). Triklorometil radikal (CCl3*) dapat berikatan kovalen
dengan protein atupun lipid menyebabkan kerusakan membran (Klaassen, 2001).

Gambar 1. Metabolit karbon tetraklorida dan formasi metabolit reaktif
(Hodgson, 2010).
Karbon tetraklorida (CCl4) sudah diteliti secara luas mengenai biokimia,
patologi, dan hepatotoksin. CCl4 dirubah menjadi radikal bebas triklorometil
(CCl3*) oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1). Triklorometil dengan oksigen akan
membentuk radikal triklorometilperoxi yang dapat menyerang lipid membran
retikulum endoplasmik dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas
triklorometil. Selanjutnya triklorometilperoxi menyebabkan proksidasi lipid
sehingga mengganggu homeostasis Ca2+, dan akhirnya menyebabkan kematian
sel. Nekrosis yang terjadi karena CCl4 paling parah terjadi pada centrilobular sel
hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi yang
bertanggung jawab mengaktifkan CCl4 (Hodgson, 2010). Pada umumnya
peroksidasi lipid disebabkan oleh metabolit reaktif radikal bebas melalui tiga
tahap reaksi, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi (Donatus, 2001).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

E. Mimosa pigra L.

Gambar 2. Tumbuhan putri malu.

1. Morfologi
Mimosa pigra L. (Gambar 2) memiliki tangkai yang bercabang-cabang
dan dapat tumbuh hingga mencapai dua meter, terkadang juga dapat mencapai
enam meter dengan umur maksimal lima tahun. Mimosa pigra L. merupakan
tanaman yang berwarna hijau, daunnya sensitif dan berbentuk menyirip dua
bertingkat, memiliki duri berukuran tujuh milimeter yang terdapat di bagian
bawah tangkai, batang, dan petiolet (tangkai daun). Mimosa pigra L. memiliki
100 bunga yang berbentuk bulat berwarna merah muda. Mimosa pigra L. bersifat
androdioecious, yaitu ada yang memiliki bunga jantan saja dan ada yang memiliki
bunga hermafrodit. Setiap bunga memiliki delapan benangsari yang panjang dan
pendek. Polong Mimosa pigra L. berukuran lima belas sentimeter, berbentuk datar
dan berbulu, tumbuh berkelompok di ujung batang. Setiap polong berisi delapan
sampai dua puluh empat biji yang berukuran 5 x 2,4 mm dan berat 0,09 mg.
Buahnya matang dalam waktu tiga bulan kemudia akan pecah (Binggeli, 2005).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

2. Klasifikasi tanaman
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Fabales

Familia

: Fabaceae

Sub Familia

: Mimosoideae

Genus

: Mimosa

Spesies

: Mimosa pigra Linn (CABI, 2014).

Author

: Carolus Linnaeus

3. Nama lain
Mimosa asperata L., Mimosa asperata (Wild) Humb. Et Bonpl., Mimosa
hispida Willd, Mimosa pallida Humb. & Bonpl. Ex Willd, Mimosa pellita Humb.
& Bonpl. Ex Willd., Mimosa pigra var. Pigra (A. Gray ex Torr); B. L. Turner,
Mimosa polycantha Willd (CABI, 2014).
4. Habitat
Di Costa Rica Mimosa pigra L. banyak ditemukan di tepi sungai besar, di
tepi danau, dan di pinggir jalan. Di Australia Mimosa pigra L. tersebar di padang
rumput, sawah kosong, dan kebun (Binggeli, 2005). Mimosa pigra L. ditemukan
di daerah tropis dengan curah hujan > 750 mm per tahun. Di Sri Lanka Mimosa
pigra L. ditemukan di dataran tinggi, 500 m diatas permukaan laut (CABI, 2014).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

5. Kandungan kimia
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mbatchou, et al. (2011) kandungan
kimia yang terdapat pada Mimosa pigra L. antara lain adalah alkaloid, asam
amino, antrakuinon, flavonoid, glikosida, saponin, steroid, tanin, dan terpenoid.
Penelitian yang dilakukan oleh Rakatomalala, et al. (2013) dilaporkan
ekstrak hidrometanolik daun Mimosa pigra L. mengandung senyawa seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. 1. Triptofan; 2. Mirisitrin; 3. Kuersetin 3-O-heksosa;
4. Kuersetin 3-O-heksosa; 5. Kuarsetin 3-O-pentosa; 6. Kuersitrin;
7. Kaempferol 3-O-desoksiheksosa.
6. Kegunaan
Di Afrika, Mimosa pigra L. digunakan sebagai obat tradisional seperti
tonik, obat diare, gonorrhoea, dan keracunan. Orang-orang di Zambia, serbuk
akar Mimosa pigra L. ditaburkan pada luka penderita lepra. Akarnya dapat
dimanfaatkan sebagai afrodisiak (obat kuat) oleh beberapa orang, namun dapat
juga sebagai penenang. Biji Mimosa pigra L. digunakan untuk emetik,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

ekspektoran, dan untuk gangguan pada gigi sedangkan daunnya sebagai pencahar
dan tonic. Di Malaysia Mimosa pigra L. untuk mengobati gigitan ular, kemudian
digunakan juga sebagai pupuk hijau, pagar hidup, dan bahan bakar (CABI, 2014).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Apriyanto, dkk. (2001) infusa herba
Mimosa pigra L. memiliki potensi sebagai hepatoprotektif pada tikus jantan.
Ekstrak metanol herba Mimosa pigra L. juga memiliki kemampuan sebagai
antibakteri pada penelitian yang dilakukan oleh Mbatchou, et al. (2011)
menggunakan Salmonella typhi. Selanjutnya, ekstrak hidrometanolik daun
Mimosa pigra L. dapat menurunkan tekanan arteri pulmonari, sebagai antioksidan
serta antiinflamasi (Rakatomalala, et al., 2013).
Selain itu, infusa herba Mimosa pigra L. dengan dosis 1,26 g/KgBB juga
memiliki aktivitas antihepatotoksik pada tikus jantan (Wijaya, 2013).

F. Silybum marianum
Silybum marianum atau yang biasa disebut milk thistle merupakan obat
tradisional untuk penyakit hati yang sudah dipakai sejak ratusan tahun yang lalu.
Milk thistle adalah tanaman asli Eropa namun juga ditemukan di Amerika Serikat,
dapat tumbuh pada tanah berbatu dan berpasir serta mampu berkembang hingga
3-10meter dengan batang yang tegak dan besar. Tepi daunnya berduri, bila
daunnya rusak akan mengeluarkan getah berwarna putih susu. Musim
berbunganya pada bulan Juni hingga Agustus, setiap batang terdapat bunga
berwarna ungu dan besar. Buahnya berwarna coklat mengkilap dan berwarna
keabu-abuan (Kumar, et al., 2009).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Silybum marianum mengandung silimarin yang terdiri dari flavanolignan
silibin, silidianin, dan silikristin. Silibin merupakan kandungan yang paling aktif
secara biologis. Silimarin ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada buah Silybum
marianum, namun juga ditemukan pada bagian daun dan biji. Bijinya
mengandung betain, trimetil glisin, dan asam lemak essensial yang bermanfaat
sebagai hepatoprotektif dan anti inflamasi (Kumar, et al., 2009). Mekanisme
utama

dari

silimarin

sebagai

hepatoprotektif

adalah

antioksidatif,

imunomodulator, anti inflamasi, dan anti fibrosis (Domitrovic, Jakovac, dan
Blagojevic, 2011).

G. Infundasi
Metode infundasi digunakan untuk menyari kandungan aktif dari
simplisia yang larut dalam air panas. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari
yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga sari yang
diperoleh dengan cara ini harus segera diproses sebelum 24 jam. Cara ini sangat
sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Pada umumnya
proses dimulai dengan membasahi simplisia dengan air dua kali bobot bahan,
untuk bunga empat kali bobot bahan dan untuk karagen sepuluh kali bobot bahan.
Bahan baku ditambah dengan air, pada umumnya jika tidak dinyatakan lain
diperlukan 100 bagian air untuk 10 bagian bahan kemudian dipanaskan selama
1 menit pada suhu 0

untuk infusa atau 0 menit untuk dekokta. en arian

dilakukan pada saat cairan masih panas kecuali bahan yang mengandung minyak
atsiri (BPOM RI, 2013).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTID

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Efek hepatoprotektif jangka pendek infusa biji atung (Parinarium glaberimum Hassk) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 2 66

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Efek antihepatotoksik infusa herba mimosa pigra L. terhadap tikus putih jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 145

Efek hepatoprotektif jangka panjang infusa biji atung (Parinarum glaberimum Hassk.) pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida

0 0 63

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 1 109

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT AST tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 0 123

Efek antihepatotoksik infusa herba mimosa pigra L. terhadap tikus putih jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 143

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 106