DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI POSITIF SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS KOTA METRO- LAMPUNG TAHUN 20102011 DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbi

  DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI POSITIF SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS KOTA METRO- LAMPUNG TAHUN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun Oleh:

Yuliana Dwi Kristanti

061114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI POSITIF SISWA KELAS VIII

SMP XAVERIUS KOTA METRO- LAMPUNG TAHUN 2010/2011

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Disusun Oleh:

Yuliana Dwi Kristanti

061114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

MOTTO

“Mengapa engkau tertekan hai jiwaku dan mengapa engkau gelisah di dalam

  

diriku ? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-nya,

penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:12)

  

“Dengan amat sangat aku mengharapkan Tuhan, Dia mengindahkan daku dan

) mendengarkan seruanku” (Mazmur 40:2

  J angan Pernah Mengerjakan Sesuatu dengan Kesombongan Tetapi Kerjakanlah dengan Kerendahan Hati dan Semangat

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini untuk:

™ Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang selalu menyertaiku, mendampingi, dan

memberiku kekuatan serta pengharapan,

  

™ Roh Kudus dan Malaikat yang selalu melindungi dan menuntun setiap langkah

yang saya tempuh,

  ™ Kedua orang tuaku Bpk. Y. Ngadiyono dan Ibu An. Sri Wahyuni

™ Kakakku Christina Meliyana Wati dan Setya Wahyudi yang sudah memberi

dukungan kepada saya,

  ™ Adikku L.Yudi Kristianto yang sudah mendukung saya, ™ Teman-temanku yang sudah memberikan dukungan kepada saya.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yuliana Dwi Kristanti Nomor Mahasiswa : 061114010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI SISWA KELAS VIII

SMP XAVERIUS METRO LAMPUNG TAHUN 2010/2011

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

  

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kapantingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun member

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 12 April 2011 Yang menyatakan (Yuliana Dwi Kristanti)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 April 2011 Penulis

Yuliana Dwi Kristanti

  

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI POSITIF

SISWA KELAS VIII SMP XAVERIUS KOTA METRO, LAMPUNG

TAHUN 2010/2011

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

  

Yuliana Dwi Kristanti

Universitas Sanata Dharma, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri positif siswa

kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung tahun 2010/2011 dan implikasinya

terhadap penyusunan topik-topik bimbingan klasikal. Masalah dari penelitian ini

adalah guru Bimbingan dan Konseling di sekolah SMP Xaverius Metro mengalami

kesulitan dalam membuat program bimbingan yang sesuai dengan permasalahan yang

dihadapi oleh siswa khususnya permasalahan konsep diri.

  Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-

Lampung tahun 2010/2011, yang berjumlah 60 siswa. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 60 butir item pernyataan, terbagi

menjadi enam aspek yaitu fisik, personal, prestasi, moral, sosial, dan keluarga. Teknik

analisa data yang digunakan adalah dengan membuat tabulasi data, menghitung skor

rata-rata siswa, menghitung skor rata-rata setiap butir item pernyataan pada

kuesioner, dan menentukan kategori diagnosis berdasarkan penggolongan subjek

tingkat konsep diri yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsep diri positif yang dimiliki

oleh siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung tahun 2009/2011 adalah

tinggi. Hasil ini diketahui melalui perhitungan skor rata-rata siswa yang menunjukkan

45 siswa (75%) berada dalam kategori tinggi, 15 siswa (25%) berada dalam kategori

sedang dan tidak ada atau 0% berada pada kategori rendah.

  

ABSTRACT

THE POSITIVE SELF-CONCEPT DESCRIPTION

OF CLASS VIII STUDENTS OF XAVERIUS JUNIOR HIGH SCHOOL,

METRO CITY, LAMPUNG, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS

  

IMPLICATION TO THE PROPOSED CLASSROOM GUIDANCE TOPICS

Yuliana Dwi Kristanti

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2011

The study aimed to find out the positive self concept description of class VIII

students of Xaverius Junior High School, Metro city, Lampung and its implications to

the proposed classroom guidance topics. The problem of the study was that the

guidance and counseling teacher at Xaverius Junior High School, Metro City had

some problems in composing the apropriate guidance program to solve problems

experienced by the students, especially about problem of self concept.

  The subjects of the study were 60 students of class VIII of Xaverius Junior

High School Metro City, Lampung, School Year 2010/2011. The research instrument

used in the study was the questionnaire that consisted of 60 items which were divided

into six aspects. The six aspects were physical aspect, personal aspect, achievement

aspect, morality aspect, social aspect and family aspect. The data was analyzed by

doing data tabulation, counting the average score of the students, counting the

average score of each item on the questionnaire, and classifying the subjects based on

their level of self concept (high, moderate and low).

  Result of the data analysis indicated that the class VIII students of Xaverius

Junior High School, Metro City, Lampung, School Year 2010/2011 showed high

level of positive self-concept. This result was based on the findings that 45 students

(75%) were in high level of positive self-concept, 15 students (25%) were in

moderate level of positive self-concept and no student (0%) was in low level of

positive self-concept.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa dan Bunda Maria di Surga, atas segala

berkat dan kasih karunianya yang berlimpah., sehingga terselesaikanlah penulisan

skripsi yang berjudul Deskripsi Tingkat Konsep Diri Positif Siswa kelas VIII SMP

Xaverius Kota Metro-Lampung dan Implikasinya Pada Topik Bimbingan Klasikal .

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

  

1. Dr. M.M.Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program studi Pendidikan Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  

2. Br. Triyono, SJ.,SS, MA, selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga serta mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  

3. Bapak M. Mujiriwanto, S.Pd selaku kepala Sekolah Menengah Pertama Xaverius

Metro, Lampung yang telah memberikan ijin penelitian.

  

4. Ibu Antonia Asih selaku guru Bimbingan dan Konseling yang telah membantu,

meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meneliti siswa kelas dua Sekolah Menengah Pertama Xaverius Metro, Lampung.

  

5. Seluruh siswa kelas VIII tahun 2010/2011 Sekolah Menengah Pertama Xaverius

Metro, Lampung yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

  

6. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Y. Ngadiyono dan ibu Anastasia Sri Wahyuni

yang selalu memberikan dukungan baik material maupun spiritual serta kasih sayang dan perhatian.

  

7. Kakakku tersayang Christina Meliyana Wati dan Setya Wahyudi terima kasih atas

dukungan, dan perhatiannya selama ini.

  

8. Adikku tersayang Leonardus Yudi Kristianto terima kasih atas dukungannya

selama ini.

  

9. Sr. Ety OSU, Sr. Kori OSU, dan Sr. Yati OSU serta teman-teman di Pondok

Angela terima kasih atas dukungan, perhatian, doa, kebersamaan serta persaudaraan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan

baik, untuk Gabe, Nicke, Lusi, dan Lia terima kasih untuk semua dukungannya.

  

10. Semua teman-teman dan suster se kelasku di program Bimbingan dan Konseling

2006, atas perhatian dan dukungannya selama ini, untuk Mia, Sr. Ety OSU, dan teman-teman yang lain.

  

11. Teman-teman seperjuangan yang sama-sama menulis skripsi dan saling bantu

membantu untuk mengatasi kesulitan yang ada selama menulis skripsi ini Lina, Nevi, dan Ayu.

  12. Semua pihak yang telah membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam

penulisan skripsi ini. Namun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

  Penulis Yuliana Dwi Kristanti

DAFTAR ISI

  

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………… iii

HALAMAN MOTO …………………………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH … vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………… vii

ABSTRAK ……………………………………………………………………….. viii

ABSTRACT ……………………………………………………………………… ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. xiii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………... xvii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1 B. Perumusan Masalah ………………………………………………... 4 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………………. 4 E. Batasan Istilah ……………………………………………………… 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………… 7

A. Konsep Diri …………………………………………………………. 7

  1. Pengertian Konsep Diri ………………………………………….. 7

  2. Pembentukan Konsep Diri …………………………………….. 8

  3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ……………… 10

  4. Ciri Konsep Diri yang Positif …………………………………. 14

  5. Aspek-Aspek Konsep Diri ……………………………………... 15

B. Remaja …………………………………………………………….. 20

  1. Pengertian Remaja …………………………………………….. 20

  2. Perkembangan Konsep Diri Remaja …………………………… 21

C. Bimbingan ………………………………………………………….. 22

  1. Pengertian Bimbingan …………………………………………. 22

  2. Bimbingan di Sekolah ………………………………………….. 23

  3. Jenis-Jenis Bimbingan …………………………………………. 25

D. Bimbingan Klasikal dan Pengembangan Konsep Diri Siswa ……… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….. 30 A. Jenis Penelitian …………………………………………………….. 30 B. Subyek Penelitian ………………………………………………….. 30 C. Instrumen Penelitian ……………………………………………….. 31 D. Validitas dan Reliabilitas ……………………………………………34

  1. Validitas …………………………………………………………34

  2. Reliabilitas ………………………………………………………36

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ………………………………………37

1. Uji Validitas ……………………………………………………..37

2. Uji Reliabilitas …………………………………………………. 38

F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 39

  1. Persiapan dan Pelaksanaan …………………………………….. 39

  2. Tahap Pengumpulan Data ……………………………………… 40

  3. Teknik Analasis Data ……………………………………………40

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………... 44

A. Hasil Penelitian ……………………………………………………. 44

  1. Deskripsi Tingkat Konsep Diri Siswa …………………………. 44

  2. Butir-Butir Konsep Diri yang Belum Tercapai oleh para Siswa.. 46

  B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………. 47

  C. Usulan Topik Bimbingan Klasikal ………………………………… 61

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 65

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 65 B. Saran ……………………………………………………………….. 65

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 67

LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 69

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Siswa Setiap Kelas ……………………………………………… 31

Tabel 2. Komposisi Kuesioner Permasalahan Tingkat Konsep Diri Siswa ……… 32

Tabel 3. Hasil Revisi Berdasarkan Pendapat Ahli (expert judgement) ………….. 35

Tabel 4. Patokan Kuesioner Korelasi …………………………………………….. 38

Tabel 5. Kategori Tingkat Konsep Diri Siswa …………………………………… 42

Tabel 6. Skor Rata-Rata Konsep Diri Siswa ……………………………………… 44

Tabel 7. Butir Item yang Memiliki Skor Rendah dan Sedang ……………………. 46

Tabel 8. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal ……………………………… 62

DAFTAR LAMPIRAN

  

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas & Realibilitas …………………………………… 69

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Ujicoba Validitas dan Realibilitas ………………. 72

Lampiran 3. Kuesioner Konsep Diri ………………………………………………. 77

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian Tingkat Konsep Diri Siswa…………………… 86

Lampiran 5. Data Penghitungan Hasil Skor Rata-Rata Butir ……………………... 89

Lampiran 6. Kategori Skor Tingkat Konsep Diri Siswa …………………………… 90

Lampiran 7: GBPP (Garis Besar Program Pelayanan) …………………………….. 91

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ………………………………………………… 97

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tentu memiliki konsep diri. Konsep diri yang dimiliki

  oleh setiap orang itu bisa terbentuk karena adanya pengaruh dari lingkungan (Centi, 1993:16). Adapun lingkungan yang dapat mempengaruhi terbentuknya konsep diri adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya. Namun dari ketiga lingkungan tersebut, lingkungan yang paling utama dan berperan penting dalam membentuk konsep diri seseorang adalah lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga seorang anak akan membentuk konsep diri, informasi yang mereka dapat dan tanggapan dari orang tua akan mereka dengarkan. Apabila dalam lingkungan keluarga anak diperlakukan dengan baik oleh orang tua maka anak akan memiliki konsep diri yang positif. Sebaliknya apabila anak diperlakukan dengan kurang menyenangkan oleh orang tua maka anak akan memiliki konsep diri yang negatif. Orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk perkembangan seorang anak, karena tanggapan dari

orang tua ini akan dijadikan cermin oleh seorang anak untuk melihat dirinya.

  Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar dalam

membentuk konsep diri, karena di dalam lingkungan sekolah seorang anak mulai

  2 bertemu dengan orang lain yaitu guru dan teman sebaya. Seorang guru

akan menjadi contoh bagi siswa, karena siswa menganggap guru adalah orang

yang memiliki teladan. Perlakuan seorang guru terhadap siswa dapat membantu

siswa untuk mengembangkan konsep diri. Apabila guru di sekolah

memperlakukan siswa dengan baik tanpa memilih-milih kemampuan siswa, maka

siswa akan mengembangkan konsep diri yang positif. Tetapi sebaliknya apabila

siswa diperlakukan kurang baik oleh guru seperti guru hanya memperhatikan

siswa yang memiliki kemampuan yang baik saja maka siswa yang merasa tidak

memiliki kemampuan yang baik akan membentuk konsep diri negatif, karena

siswa merasa kurang di perhatikan oleh guru. Lingkungan sekolah ini juga

merupakan tempat yang digunakan untuk bersaing antara siswa satu dengan siswa

yang lain. Apabila seorang siswa memiliki konsep diri yang positif maka siswa

tersebut akan menghadapi persaingan tersebut dengan senang hati. Tetapi bagi

siswa yang memiliki konsep diri negatif persaingan adalah hal yang kurang

menyenangkan karena siswa tersebut merasa tidak memiliki kemampuan yang

sama-sama dengan teman yang lain.

  Lingkungan teman sebaya dapat mempengaruhi terbentuknya konsep

diri. Bagi siswa yang memiliki konsep diri positif mereka tidak mengalami

kesulitan untuk bergaul dengan teman yang lain karena siswa yang memiliki

kemampuan yang sama dengan teman yang lain kehadirannya akan diterima dan

disenangi oleh teman yang lain. Sebaliknya bagi siswa yang tidak memiliki

kemampuan yang sama seperti yang diharapkan oleh teman-teman yang lain, akan

  3

mengalami kesulitan dalam bergaul, yang muncul adalah rasa kurang percaya diri,

minder dan tidak mendapatkan teman. Apabila siswa yang merasa tidak mampu

ini tidak dibantu maka perkembangan dirinya akan terus terhambat.

  Siswa yang memiliki konsep diri negatif inilah yang perlu dibantu

untuk mengembangkan konsep dirinya menjadi positif, sehingga perkembangan

dirinya tidak terhambat. Apabila seorang siswa memiliki konsep diri positif maka

segala sesuatu yang dikerjakan akan menuju kearah keberhasilan, karena

seseorang yang memiliki konsep diri positif berpikir dan merasa dirinya mampu

menyelesaikan semua tugas yang ada dengan baik sesuai dengan kemampuan

yang dimilikinya.

  Penelitian ini dilakukan di SMP Xaverius Lampung. Sekolah ini di pilih

karena dari hasil pengamatan ditemukan bahwa di sekolah SMP Xaverius ini

mengalami kesulitan dalam membuat program bimbingan yang sesuai dengan

permasalahan yang di hadapi oleh siswa khususnya permasalahan konsep diri.

  

Sehingga dapat dilihat bahwa tidak semua siswa memiliki konsep diri positif.

Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah diharapkan perlu membuat program

bimbingan yang sesuai dengan realita permasalahan yang dihadapi oleh siswa di

sekolah SMP Xaverius kota Metro-Lampung, dengan memberikan topik-topik

bimbingan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Sehingga

siswa dapat terbantu untuk mengembangkan konsep diri positif. Sebagai

mahasiswa Bimbingan dan Konseling, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai bagaimana tingkat konsep diri yang dimiliki oleh siswa

  4 kelas VIII SMP Xaverius kota Metro, Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data supaya dapat menyusun topik bimbingan klasikal yang relevan dan efektif.

B. Perumusan Masalah

  1. Bagaimana tingkat konsep diri para siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung ?

  2. Butir-butir konsep diri manakah yang belum tercapai pada diri para siswa kelas

  VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung tahun 2010/2011 ? C.

   Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui tingkat konsep diri siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro- Lampung.

  2. Menyusun topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung sesuai dengan butir-butir konsep diri yang belum tercapai.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Kepala sekolah SMP Xaverius kota Metro-Lampung

  5 Kepala sekolah SMP Xaverius kota Metro-Lampung dapat memperoleh

informasi mengenai permasalahan dalam bidang personal yang dihadapi oleh

siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung, khususnya tentang

konsep diri. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk meningkatkan perkembangan kepribadian para siswa.

  2. Guru Pembimbing Hasil penelitian membantu guru pembimbing untuk memahami konsep diri siswa. Pemahaman tersebut dapat menjadi dasar meningkatkan efektivitas pelayanan kepada para siswa, terutama dalam perkembangan konsep diri yang sehat.

  3. Peneliti Peneliti memperoleh pengalaman untuk belajar menganalisis suatu masalah khususnya tentang konsep diri dan menemukan jenis kegiatan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Pengalaman ini sangat berguna untuk mendewasakan diri dalam rangka untuk menjadi guru BK.

  4. Peneliti lain

Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding peneliti lain

mengenai konsep diri.

  5. Siswa

Hasil penelitian ini bisa membantu para siswa untuk mengenal dan

meningkatkan konsep diri mereka.

  6

E. Batasan Istilah

  1. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Konsep diri merupakan proses seseorang mulai mengenali sebagian diri mereka mulai dari penampilan fisik, psikologis, prestasi, sosial, moral, dan keluarga.

  2. Tingkat konsep diri adalah tinggi rendah konsep diri yang dimiliki oleh siswa sesuai dengan hasil penelitian atau data yang diperoleh melalui instrumen yang dipakai dalam penelitian ini.

3. Siswa kelas VIII SMP Xaverius kota Metro-Lampung adalah siswa yang bersekolah di SMP Xaverius tahun 2009/2010.

  4. Bimbingan klasikal adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang diberikan kepada para siswa dalam kelompok kelas. Program tersebut dirancang untuk waktu satu semester atau satu tahun.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini memuat uraian mengenai konsep diri, remaja, bimbingan, dan peran bimbingan dalam konsep diri remaja. A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

  Menurut Hurlock (2005), konsep diri adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan, penghargaan, dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri terbentuk dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Tanggapan yang diterima dari orang lain dijadikan cermin bagi individu dalam memandang dan menilai dirinya sendiri.

  Atwater (dalam Desmita 2009:163) mendefinisikan konsep diri sebagai keseluruhan gambaran diri yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan diri. Selanjutnya Atwater mengidentifikasi konsep diri menjadi tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.

  

Burns (dalam Desmita 2009: 164) mendefinisikan konsep diri sebagai

hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Konsep diri

  8

bereaksi atau bertindak, menurut cara tertentu terhadap suatu obyek (manusia atau

bukan manusia).

  Menurut Paul J. Centi (1993:9) konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.

  Konsep diri merupakan gambaran diri yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan (Hendriati 2006:138).

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka yang dimaksud dengan konsep diri adalah gambaran, keyakinan, penghargaan, perasaan dan sikap seseorang terhadap dirinya yang dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan demikian setiap individu memiliki penilaian diri yang berbeda dibandingkan dengan orang lain.

2. Pembentukan Konsep Diri

  Symond (dalam Hendriati 2006:143) mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perspektif. Konsep diri anak berkembang dan terbentuk dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang membentuk konsep diri anak bisa berasal dari keluarga, teman sebaya, atau sekolah.

  9 Lingkungan yang mempunyai pengaruh paling besar dalam

membentuk konsep diri anak adalah keluarga terutama dari orang tua. Informasi

yang diperoleh selama berinteraksi dengan orang tua sungguh mempengaruhi

konsep diri anak. Anak akan mendengarkan apa yang disampaikan orang tua

dan berpikir bahwa apa yang disampaikan itu bersifat baik dan benar. Apabila

sejak kecil diterima, disayang, dan selalu dihargai oleh orang tua, maka anak

akan mengembangkan konsep diri yang positif. Sebaliknya apabila anak ditolak,

dicela dan kurang dihargai oleh orang tua maka anak akan mengembangkan

konsep diri yang negatif. Dengan demikian Orangtua adalah faktor yang paling

utama dalam mempengaruhi konsep diri anak (Tim Pustaka Familia 2006: 26).

  Selain dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, konsep diri juga

dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan teman sebaya. Kehadiran guru sangat

berpengaruh pada kehidupan para siswa. Sikap, tanggapan dan perlakuan guru

mempunyai pengaruh terhadap konsep diri siswa. Siswa yang banyak

diperlakukan buruk oleh guru cenderung akan membentuk konsep diri negatif.

Sebaliknya siswa yang banyak diperhatikan, dipuji, mendapat penghargaan dan

diberi hadiah karena prestasi cenderung lebih mudah membentuk konsep diri

yang positif. Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep

diri siswa (Centi 1993: 19).

  Konsep diri anak juga terbentuk karena pengaruh dari perlakuan teman

sebaya. Pengalaman anak dalam bergaul dengan teman-teman di luar

lingkungan keluarga membantu anak dalam membentuk konsep diri. Konsep

  10 diri anak terbentuk oleh penilaian dan sikap teman-teman selama bergaul. Perlakuan teman dilingkungan bisa menguatkan atau melemahkan konsep diri yang dimiliki oleh anak. Apabila anak merasa bahwa kemampuan yang dimilikinya tidak seperti teman-teman yang lain, dia cenderung akan memiliki konsep diri yang negatif. Sebaliknya, jika anak merasa dirinya memiliki kemampuan yang sama dengan teman lain, maka anak akan memiliki konsep diri yang positif (Centi 1993: 21).

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbentuk karena adanya pengalaman dan interaksi dengan orang lain di lingkungan. Pengaruh yang paling besar selama pembentukan konsep diri pada anak berasal dari orang tua. Konsep diri positif pada anak akan terbentuk apabila anak merasa dirinya dihargai, disayangi, dipercaya, dan diperhatikan oleh orang lain. Sebalikya konsep diri negatif pada anak akan terbentuk apabila

anak merasa dirinya diremehkan, dicela, dan kurang dihargai oleh orang lain.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

  Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi antara individu dengan orang lain. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak anak ada dalam masa pertumbuhan hingga dewasa. Semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut.

  Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan tindakan yang akan diperbuatnya. Pandangan seseorang tidak hanya meliputi keberhasilan individual,

  11

tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dalam dirinya. Konsep diri adalah inti

dari kepribadian individu.

  Menurut Hendriati (2006:139) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut : a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan, perasaan positif dan perasaan berharga.

  b. Kompetisi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

  

c. Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang

sebenarnya.

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri. Faktor-faktor

yang mempengaruhi konsep diri menurut Hurlock (2005:235) adalah usia

kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, hubungan keluarga, nama dan

julukan, kreatifitas, dan cita-cita.

  a. Usia kematangan.

  Remaja yang matang lebih awal cenderung diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa Situasi usia kematangan membantu anak mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat

menyesuaikan diri dengan baik. Sebaliknya remaja yang matang terlambat

cenderung diperlakukan seperti anak-anak. Hal ini membuat remaja merasa

salah dimengerti dan bernasib kurang baik. Akibatnya remaja cenderung

berperilaku yang sulit di terima orang lain.

  12 b. Penampilan diri.

  Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri, meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang bisa mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian menyenangkan yang bisa menambah dukungan sosial.

  c. Kepatutan Seks.

  Remaja yang memiliki kepatutan seks sesuai dengan jenis kelaminnya dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai

konsep diri yang baik. Sebaliknya remaja yang memiliki ketidakpatutan seks

yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya membuat remaja sadar diri. Hal ini

mengakibatkan remaja berperilaku tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

  d. Hubungan keluarga.

  Remaja yang mempunyai hubungan erat dengan anggota keluarga

akan mengidentifikasi diri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan

pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan

tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.

  e. Teman-teman sebaya.

  Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam

dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan

tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Dan kedua, ia berada dalam

  13 tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri keprbadian yang diakui oleh kelompok.

  f. Kreatifitas.

  Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, cenderung akan mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang sangat penting bagi pembentukan konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.

  g. Cita-cita.

  Remaja yang mempunyai cita-cita tidak realistik akan mengalami

kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-

reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya akan mengalami keberhasilan dari pada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang

lebih besar dan berakibat positif pada pembentukan konsep diri yang baik.

  Konsep diri yang dimiliki oleh individu akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep diri yang dimiliki oleh seorang anak akan berubah sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Apabila berkembang di lingkungan yang baik dan mendukung, maka anak akan memiliki konsep diri positif. Sedangkan apabila berkembang dilingkungan

  14 yang kurang baik dan kurang mendukung, maka anak akan memiliki konsep diri negatif.

4. Ciri Konsep Diri Positif

  Menurut Tjipto (Tim Pustaka Familia 2006:19) seseorang dikatakan memiliki konsep diri positif, apabila mempunyai penghargaan diri yang tinggi.

  Penghargaan terhadap diri akan menentukan seseorang yakin akan kemampuan dirinya untuk meraih keberhasilan. Seseorang akan berusaha dan berjuang mewujudkan konsep diri positif. Misalnya, apabila merasa bahwa dirinya pandai, maka siswa akan belajar tekun dan bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia benar-benar pandai seperti keyakinannya. Siswa tidak mudah putus asa karena mempunyai keyakinan bahwa dirinya akan berhasil karena kepandaiannya.

  Menurut Desmita (2009:164) siswa yang memiliki konsep diri positif mudah untuk mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang positif siswa akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, mampu menerima kegagalan sebagai tantangan, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berpikir dan bersikap secara positif.