SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

STUDI DESKRIPTIF BENTUK – BENTUK KENAKALAN

ANAK PADA AKHIR MASA KANAK – KANAK

DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh:

Kristianto Agus Wibowo

039114013

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

PERSETUJUAN PEMBIMBING

STUDI DESKRIPTIF BENTUK – BENTUK KENAKALAN

ANAK PADA AKHIR MASA KANAK – KANAK DI YOGYAKARTA

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Disusun oleh:

Kristianto Agus Wibowo

NIM: 039114013

Skripsi ini telah disetujui oleh:

  

Pembimbing,

  Children Learn What They Live (by Dorothy Law Nolte) If a child lives with criticsm, he learns to condemn. If a child lives with hostility, he learns to fight.

  If a child lives with ridicule, he learns to be shy. If a child live with shame, he learns to feel guilty. If a child lives with tolerance, he learns to be patient. If a child lives with encouragement, he learns to be confident. If a child lives with praise, he learns to appreciate. If a child lives with fairness, he learns justice. If a child lives with security, he learns to have faith.

  Anak Belajar dari Kehidupannya If a child lives with approval, he learns to like himself.

  Jika anak dibesarkan dengan celaan,

  If a child lives with acceptance and friendship, ia belajar memaki. he learns to find love in the world. Jika anak dibesarkan dengan

  permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan perlakuan sebaik-baiknya, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, Aku adalah orang yang senang belajar tentang kehidupan, Karena waktu hidup di dunia ini terlalu pendek untuk dipelajari dan dialami sendiri, Sehingga aku selalu beruntung dan selalu mencapai kesuksesan...

  Skripsi ini aku persembahkan untuk : Papa dan Mama ku yang ku sayangi

  Kedua adikku, Emma dan Florentina

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah dituliskan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, ………………… Penulis Kristianto Agus Wibowo

  

STUDI DESKRIPTIF BENTUK – BENTUK KENAKALAN

ANAK PADA MASA AKHIR KANAK - KANAK DI YOGYAKARTA

Kristianto Agus W.

  

ABSTRAK

  Perkembangan dan kemajuan jaman dalam berbagai bidang membawa berbagai macam perubahan. Nilai-nilai tradisional masyarakat yang dulu dipegang teguh mulai memudar dan tergantikan oleh nilai-nilai yang baru seperti berubahnya pola keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga inti, melemahnya ikatan kekeluargaan, dan melemahnya pengawasan sosial masyarakat. Perubahan tersebut menimbulkan dampak semakin meningkatnya berbagai permasalahan sosial, salah satunya adalah kenakalan pada anak dan remaja. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan anak pada masa akhir kanak-kanak di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan subjek penelitian berjumlah 100 anak yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pemilihan sekelompok subyek yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Metode pengumpulan data menggunakan skala bentuk kenakalan anak. Metode analisis data dengan melakukan perbandingan antara mean teoritik dengan mean empirik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia akhir di Yogyakarta pada umumnya sudah melakukan berbagai macam kenakalan. Kenakalan yang cenderung dilakukan adalah melanggar aturan, terutama peraturan yang telah dibuat oleh orang tua. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara umum anak pada masa akhir kanak-kanak di Yogyakarta memiliki tingkat kenakalan yang rendah.

  Kata Kunci: Kenakalan Anak, akhir masa kanak-kanak, Bentuk Kenakalan Anak.

STUDY DESCRIPTIVE OF MIDDLE CHILDHOOD DELIQUENCY

  

IN YOGYAKARTA

Kristianto Agus W.

  

ABSTRACT

Furtherance of period has been created a change in various sectors of life. Traditional

values of our society started to disappear and subtituted by another new values, such as reducing

in family member from big family to main family only, fading of family bond, and loose of social

society surveillance. The alteration was bought several problems in our society, which one of them

is children deliquencies, especially middle childhood and adolescent deliquency. In order to knew

about the problem, this research aim the goal towards the form of middle childhood deliquencies

in Yogyakarta. This research was a descriptive study with 100 subject choosen by purposive

sampling data collection technique. This technique choose subject by selection technique based on

a group of subject characteristics or specific traits that are considered to have a close connexion

with the characteristics or traits that have been previously unknown population. Another technique

of data collection was middle childhood deliquencies scale and analysed by mean compared

technique between theoritical mean and empiric mean. The result showed that middle childhood in

Yogyakarta was already made acts of deliquencies. Lean of this deliquencies was collide with

rules, especially rules that made by parents. This research also showed that, generally, middle

childhood deliquencies in Yogyakarta was in low state.

  Keywords: Children Deliquencies, Middle Childhood, Form of Children Deliquencies

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAII UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma :

  Nama : Kristianto Agus Wibowo No. Mahasiswa : 039114013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :

  

STUDI DESKRIPTIF BENTUK – BENTUK KENAKALAN

ANAK PADA AKHIR MASA KANAK – KANAK

DI YOGYAKARTA

  

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkal an dat a, m endist ribusi kan secara t erbat as, dan

mempublikasikan di interne atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap

meneantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : ……………….

  Yang menyatakan, (Kristianto Agus Wibowo)

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang

karena berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang disusun untuk

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikolog di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

  Penulis merasa bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan,

bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi

penulis. Karena itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Tuhan dan Bapaku, yang selalu melimpahkan berkat-Nya dan yang selalu setia menemani penulis dalam mengerjakan skripsi ini serta selalu memberikan pengharapan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Pembelajaran hidup yang aku jalani selama ini. Meskipun seringkali aku jatuh dalam menghadapi tantangan hidup, tapi selalu saja ada makna dibalik itu semua dan itulah yang membuat aku semakin bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa dan selalu lebih baik.

  3. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah

  

5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan kesabaran dan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritik, saran dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. “Maaf ya Bu klo saya sering lari dari Ibu karena takut ditagih skripsinya”.

6. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih atas masukan dan bimbingan yang telah diberikan.

  

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama

menjalani studi di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih atas bimbingan dan arahannya selama ini.

  

8. Mas Gandung, Mbak Nani, Mas Mudji, dan Mas Doni yang telah banyak

memberikan bantuan di sekretariat Psikologi, lab, dan Ruang Baca. Terima kasih karena sudah mau direpotin. Buat Pak Gie’ terima kasih buat senyuman dari hati yang selalu diberikan bagi kami semua setiap hari, setiap waktu.

  

9. Mama dan papa, terima kasih buat semua doa, didikan, nasehat, support

dan percaya dengan segala keputusan yang penulis ambil dalam menjalani kehidupan ini. “Maaf ma, pa kalau sering membuat papa dan mama selalu bertanya tentang skripsi, tapi terima kasih karena ga’ bosen Tanya skripsi terus. ” Aku selalu sayang papa dan mama, meskipun tidak pernah terungkap dalam kata-kata.

  

10. Emma dan Oyen kedua adikku yang selalu ngejek aku karena skripsi nya

ga’ selesai-selesai. Thanks a lot buat ejekannya karena itu yang membuat skripsi ini selesai.

  

11. Dede dan Indra, adik, saudara dan teman seperjuangan dalam menjalani

hidup ini. Nunq, adik ipar-ku yang selalu men-support dengan tempe mendoannya sama tahu masaknya yang enak. Terima kasih buat spirit yang telah kalian berikan. Buat Niel, ponakan-ku dan jagoan kecil-ku, terima kasih buat senyumnya yang selalu menyejukkan hati dan membuat- ku jadi bersemangat.

  

12. Pak Hisyam A. Fachri, Master Hypnosys dan Tarot Psikologi, yang telah

banyak mengajarkanku banyak hal tentang hipnoterapi dan tarot psikologi, sehingga aku bisa membantu banyak orang. Semangat Pak Hisyam dalam mencapai impiannya sangat menginspirasi aku. “Terimakasi banyak ya, Pak!”

  

13. Buat “yang pernah hadir” dalam hidupku…thanks buat semua proses

pembelajaran yang sudah dilalui bersama, karena itu semua membuat aku semakin lebih dewasa.

  

14. Buat “yang hadir saat ini” dalam hidupku…semuanya dimulai dengan

indah…dan semua sudah ada waktunya… ^0^

  

15. Teman-teman Wisma Manunggal, Titut yang selalu memberikan support dalam mengerjakan skripsi ini sekaligus teman yang asyik buat “keluar malem” bersama Dody dan Bang Ali yang sekarang sudah ada di Jakarta. kesabarannya. Adie yang men-support-ku dengan sindiran-sindirannya. Yokie, Felix, Happy, Daniel, Abang Rahmat, dan Kadek yang selalu memberikan keceriaan setiap hari, dan juga buat teman-teman lain yang bersedia berbagi apapun di kost. Thanks a lot buat perhatian, canda, tawa dan lelucon-lelucon konyol kalian yang selalu mengisi hari-hariku selama ini…I Love You guys.

16. Teman-teman Golden Betta Jogja, Pak Jhon yang selalu memberikan

  support dalam segala pekerjaan, dan kata-katanya yang selalu terngiang dalam telingaku: ”Yakin…!, Jalankan…!”. Indra, Danang, Ko Ade, dan Willy yang selalu memberikan lelucon-lelucon segar setiap hari. Thanks a lot buat persahabatan, persaudaraan, canda, tawa, dan kekonyolon kalian yang selalu mengisi hari-hariku dalam dua tahun terakhir ini…Persaudaraan ini akan terus ada selamanya.

  

17. Teman-teman Chetoules Production, Wawan, Sekar, Mbak Metty, Ulfa

yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan studiku ditengah- tengah kesibukan memberikan training Hypno Magic Motivation. Semoga Chetoules Production terus eksis, maju, bertumbuh, berkembang, dan selalu semangat untuk memberikan motivasi pada orang banyak.

  

18. Teman-teman dari SubConscio Management, Pak Hisyam A. Fachri, Mas

Zein Hidayat, Puri “Ethride” Maharai, Tri Anggraeni P., Indra Ferdianto yang selalu memberi warna dalam pekerjaanku dan semangat untuk menyelesaikan studiku ditengah-tengah kesibukan memberikan training

  

19. Teman-teman S2 Psikologi UGM yang special pke’ telor: Dima, Verty,

Fanny, Canes yang selalu menemani dan memberiku semangat ketika aku “down” selama mengerjakan skripsi. Terimakasih atas support dan waktu kalian buat direpotin selama aku menyelesaikan skripsi. Big Hug for U All !!! Satu kalimat yang selalu aku ingat: “Aku bukan orang pinter, tp aku orang yang sangat cerdas !!!”

  ☺.

  

20. Teman-teman Psikologi’03 yang sudah sama-sama berjuang dalam

menempuh pendidikan, terima kasih buat pengalaman, dinamika, dan pertemuan selama ini yang membuatku jadi belajar banyak tentang manusia dan kehidupannya.

  

21. Teman-teman Ex-Seminari Mertoyudan angkatan 99/00 “Be Still My

Friends” , baik yang sudah njebling dari jalur imamat maupun yang masih bergulat dengan panggilan, makasih buat dukungan doanya, spirit, dan kebersamaannya selama ini meskipun hanya berhubungan lewat Face

Book dan YM. You always be still my friends and my brothers forever

  

22. Angkringan “Agung” dan Mc.D…dengan adanya kalian cacing diperutku

dapat diatasi waktu tengah malam

☺.

  

23. My Lovely Kharisma dan kompi, yang selama ini selalu setia menemaniku

dalam suka dan duka…”kalian sudah mengalahkan calon istriku!!!

  

24. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu per satu di sini, terima

kasih buat semua dukungan dan perhatiannya.

  

25. Terima kasih pula untuk para pembaca yang rela meluangkan waktu untuk

  Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Karena itu,

penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan dari pembaca yang dapat

membangun dan mengembangkan kemampuan penulis menjadi lebih baik lagi.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca…thanks a

lot

  Penulis, Kristianto Agus Wibowo

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………….… ……... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii

HALAMAN MOTTO…………………………....………………………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….. vi

ABSTRAK.…….………………………………………………………….. vii

ABSTRACT ….……………………………………………..………………. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... ix

KATA PENGANTAR…………………………………………………...... x

DAFTAR ISI.……………………………………………………………... xvi

DAFTAR TABEL...……………………………………………………….. xix

DAFTAR DIAGRAM…………………………………………………….. xx

  

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………….... 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………..5

C. Tujuan Penelitian………………………………………………....... 5

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 6

  

BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………. 7

A. Kenakalan Anak…………………………………………………… 7

  B. Variabel Penelitian………………………………………………… 27

  3. Reliabilitas……………………………………………………... 33

  2. Seleksi Item……………………………………………………. 32

  1. Validitas Isi……………………………………………………. 31

  F. Validitas dan Reliabilitas………………………………………….. 31

  E. Metode dan Alat Penelitian……………………………………….. 29

  D. Subjek Penelitian…………………………………………………... 29

  C. Definisi Operasional……………………………………………….. 27

  27 A. Jenis Penelitian…………………………………………………….. 27

  1. Pengertian Kenakalan Anak…………………………….……... 7

  C. Bentuk-bentuk Kenakalan Anak Pada Masa Akhir Kanak-Kanak... 25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………..

  2. Karakteristik Anak Pada Masa Akhir Kanak-Kanak...………… 19

  1. Batasan Anak Pada Masa Akhir Kanak-Kanak...……………… 17

  B. Anak Pada Masa Akhir Kanak-Kanak...……………………………17

  4. Bentuk-bentuk Kenakalan……………………………………... 13

  3. Motif Kenakalan Anak………………………………………… 13

  2. Faktor Penyebab Kenakalan Anak…………………………….. 9

  G. Metode Analisis Data……………………………………………… 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………..

  37 A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………….. 37

B. Hasil Penelitian…………………………………………………….. 38

  1. Data Usia Subjek……………………………………………..... 38

  2. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………39

  3. Perbandingan Mean Antar Bentuk Kenakalan Anak Usia Ahir.. 39

  C. Pembahasan………………………………………………………... 41

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 46

A. Kesimpulan………………………………………………………… 46 B. Keterbatasan……………………………………………………….. 46 C. Saran……………………………………………………………….. 47

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 49

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 52

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blueprint Skala Kenakalan Anak………………………….. 31Tabel 3.2. Distribusi Item Skala Kenakalan Anak Setelah Tryout……. 32Tabel 3.3. Data Empirik………………………………………………. 36Tabel 4.1. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum…………………...39Tabel 4.2. Deskripsi Bentuk Kenakalan Anak usia Akhir…………….. 40

DAFTAR DIAGRAM

  

Diagram 4.1. Deskripsi Usia Subjek……………………………………... 38

Diagram 4.2 Deskripsi Bentuk Kenakalan Anak Usia Akhir……………. 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan jaman dalam berbagai bidang membawa

  

berbagai macam perubahan. Perkembangan dan perubahan teknologi,

modernisasi, globalisasi, komunikasi, dan arus informasi baik melalui media

massa maupun dari media elektronik tidak hanya merubahan kehidupan, tetapi

juga merubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

  Nilai-nilai tradisional masyarakat yang dulu dipegang teguh mulai

memudar dan tergantikan oleh nilai-nilai yang baru seperti berubahnya pola

keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga inti, melemahnya ikatan

kekeluargaan, dan melemahnya pengawasan sosial masyarakat. Perubahan

tersebut menimbulkan dampak semakin meningkatnya berbagai permasalahan

sosial, salah satunya adalah kenakalan pada anak dan remaja.

  Selain intensitasnya meningkat, kenakalan anak sekarang ini sudah

mengarah ke kenakalan anak yang bersinggungan dengan perbuatan kriminal dan

hukum, contohnya perkelahian, kekerasan, pencurian, pornografi, perjudian dan

sebagainya (Mardiya, 2009). Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi

(PUSDATIN) Departemen Sosial tercatat pada tahun 1998 jumlah anak nakal di

Indonesia sebanyak 148.709 jiwa anak, atau kira-kira sebesar 0,3% dari jumlah

penduduk Indonesia yang berusia 8 – 18 tahun. Selanjutnya pada tahun 2004

  2

mengindikasikan makin tingginya angka kenakalan anak dalam kurun waktu

selama 6 tahun (Budiningsih, 2006). Sedangkan dari hasil survei Badan Narkoba

Nasional (BNN) tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan pelajar dan

mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan rata-

rata pada usia 10 tahun (Harsanto, 2007).

  Menurut Regoli (2010), kenakalan sulit untuk didefinisikan. Kriminolog,

pemerintah, dan reformis sosial berusaha untuk mengidentifikasi perilaku

“kenakalan”. Definisi kenakalan dalam arti hukum mungkin dapat sangat berbeda

dari bagaimana masyarakat umum mendefinisikan kenakalan. Kenakalan

merupakan istilah luas yang mencakup beragam bentuk perilaku antisosial anak.

Secara spesifik, setiap negara memiliki pengertian yang berbeda-beda tentang

batasan kenakalan. Di kebanyakan negara, kenakalan didefinisikan sebagai

perilaku yang melanggar kode kriminal dan dilakukan oleh seorang anak yang

belum mencapai usia dewasa, yang biasanya adalah 18 tahun. Selain itu

Departemen Sosial RI (dalam Budiningsih, 2006) memberikan batasan tentang

kenakalan anak, yaitu bahwa anak nakal adalah anak yang mengalami gangguan

dalam perkembangan sosial, mental dan psikologik sehingga berperilaku

menyimpang dari norma-norma masyarakat yang membahayakan bagi dirinya

sendiri, keluarga maupun lingkungannya.

  Salah satu hal yang disinyalir menjadi penyebab munculnya perilaku

kenakalan pada anak adalah seringnya anak melihat tayangan smack down di

televisi. Contohnya, di Bojonegoro, Jawa Timur, seorang murid TK mengalami

  3 Yoga Pratama, bocah berusia 8 tahun murid kelas 2 SD Negeri Banteng Mati

harus dilarikan ke rumah sakit setelah beradu smack down dengan teman

sekolahnya, karena mengalami patah tulang tangan dan kakinya setelah dibanting

oleh temannya. Saat jam istirahat sekolah tiba-tiba korban disergap dan dibanting

oleh salah seorang temannya dengan gaya smack down seperti di tayangan

televisi. Di Bojonegoro, Reza Wildan Pratama siswa TK Pratiwi harus menjalani

perawatan di rumah sakit akibat patah tulang lengan sebelah kiri, karena dibanting

teman sekelasnya dengan gaya smack down saat bermain di jam istirahat sekolah.

  

Selain itu, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Vikroh, seorang bocah kelas 2 SD

mengalami patah tulang di bagian paha dan pinggul akibat meniru aksi smack

down bersama dua teman bermainnya (Indosiar, 2006).

  Anak usia 6 – 11 tahun merupakan periode perkembangan yang kira-kira

setara dengan tahun-tahun sekolah dasar; periode ini kadang-kadang disebut

sebagai “tahun-tahun sekolah dasar.” Pada masa ini anak secara formal

berhubungan dengan dunia dan kebudayaan yang lebih luas. Prestasi menjadi

tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat

(Santrock, 2002).

  Masa ini juga ditandai dengan pertumbuhan fisik yang kuat dan

munculnya kemampuan-kemampuan intelektual yang sangat penting. Ia

memperluas lingkungan kegiatan sosialnya di luar lingkungan keluarga dan

menghadapi pengalaman bersaing. Kegagalan-kegagalan dan penolakan-

penolakan sangat berarti baginya. Dengan bertambahnya perhatian terhadap

  4

prestasi. Minatnya beraneka ragam dan dan pada masa ini bakat-bakatnya yang

laten dapat ditemukan. Anak sering hidup dalam dunia khayalan, tetapi dia sering

menguji khayalannya ini dengan bekerja dan bermain. Anak meniru hidup orang

dewasa dengan tujuan supaya dia dapat mengungkapkan dan memahami peran-

peran orang dewasa dalam masyarakat (Semiun, 2006).

  Anak mulai menemukan dirinya pada masa anak-anak akhir. Ia menyadari

bahwa ia seperti orang lain, mempunyai kebebasan berbuat, berkehendak, dan

kebebasan melakukan apa yang diinginkannya, seperti yang dilakukan ayah dan

ibunya, ataupun orang-orang disekitarnya. Sejak saat itu anak mulai menyadari

bahwa ia memiliki pribadi yang harus dapat berdiri sendiri, tidak harus selalu

tunduk kepada orang lain, tidak harus selalu ikut-ikutan dan tidak harus

bergantung kepada orang lain (Sujanto, 1980).

  Menurut Yustinus (dalam Samiun, 2006), ketika anak memasuki tahun-

tahun akhir masa kanak-kanak biasanya ia mulai bergabung dengan kelompok dan

dia menemukan tempatnya sendiri di antara teman-teman sebayanya. Melalui

proses sosialisasi ini, anak mulai membedakan peran laki-laki dan wanita,

menguji kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan

kemampuan dari kawan-kawannya dan mempelajari beberapa keterampilan sosial

dasar.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penting dilakukan penelitian untuk

mengetahui dan memberikan gambaran mengenai bagaimana bentuk-bentuk

kenakalan anak pada akhir masa kanak-kanak di saat ini. Selain itu, banyaknya

  5

diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang tua dan pendidik tentang

bentuk – bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak pada akhir masa kanak-

kanak.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas, permasalahan penelitian ini adalah

bagaimana bentuk-bentuk kenakalan anak pada akhir masa kanak-kanak di

  Yogyakarta.

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan anak pada akhir masa kanak-kanak di Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai bentuk-bentuk kenakalan anak di akhir masa kanak-kanak saat ini dan dapat digunakan sebagai literatur dalam penelitian yang relevan di masa yang akan datang dalam bidang psikologi, khususnya bidang psikologi perkembangan.

  6

  2. Manfaat praktis: Bagi orang tua dan para pendidik hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan wawasan mengenai bentuk-bentuk kenakalan apa saja yang

terjadi pada akhir masa kanak-kanak, sehingga orang tua dan pendidik dapat

lebih waspada dan dapat mempersiapkan ataupun memberikan tindakan

pencegahan terhadap kenakalan anak pada akhir masa kanak-kanak.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kenakalan Anak

1. Pengertian Kenakalan Anak

  Menurut Sulistyo (2006), kenakalan anak adalah perbuatan yang dinyatakan terlarang yang dilakukan anak karena tidak sesuai dengan perundang-undangan maupun peraturan yang berlaku di masyarakat, yang dianggap mengganggu keamanan, ketentraman, ketertiban di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendapat ini didukung oleh Carson, dkk. (2009) yang berpendapat bahwa kenakalan (delinquency) adalah tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Yang dimaksud anak di bawah umur adalah anak di bawah usia 18 tahun dan anak yang melanggar hukum tersebut disebut sebagai anak nakal (Shoemaker, 2010).

  Delinquency/ delinquent berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, anti sosial, kriminal, pelanggaran aturan, pembuat keributan, pengacau, peneror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.

  Delinquency selalu memiliki konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 22 tahuun (Kartono, 2005).

  Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Beltran (2008). Ia berpendapat bahwa kenakalan merupakan perilaku yang mencakup tindakan

  

seperti perusakan properti, kekerasan terhadap orang lain, dan berbagai

perilaku lain yang bertentangan dengan kebutuhan dan hak orang lain dan

melanggar hukum masyarakat. Kenakalan anak ini mengacu pada tindakan

ilegal yang dilakukan oleh individu-individu di bawah usia 16, 17 atau 18

tahun (tergantung pada hukum negara tempat individu tinggal).

  Departemen Sosial RI (dalam Budiningsih, 2006) memberikan batasan

tentang kenakalan anak sebagai anak yang mengalami gangguan dalam

perkembangan sosial, mental, dan psikologik sehingga ia berperilaku

menyimpang dari norma-norma masyarakat yang membahayakan bagi dirinya

sendiri, kelurga, maupun lingkungannya.

  Secara luas, Gottfredson (2001) mendefinisikan kenakalan sebagai

gangguan perilaku. Gangguan perilaku tersebut dalam skala kecil dapat

dicontohkan seperti memaki guru, menggigit teman sekelas, tidak

mengerjakan PR, terlambat masuk kelas, mencorat-coret dinding sekolah,

menyontek, mengganggu (bullying) teman sekelas, berbohong, berkelahi,

mencuri, bersenang-senang, minum minuman beralkohol, berhubungan seks,

menjual narkoba, menyerang atau merampok orang lain, merusak/ atau

membakar barang orang lain, memperkosa, dan membunuh.

  Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kenakalan anak adalah perilaku anti sosial yang melanggar norma kesusilaan,

hukum, dan ketertiban umum yang dilakukan oleh anak dibawah umur yang

telah ditetapkan oleh undang-undang.

2. Faktor Penyebab Kenakalan Anak

  Kartono (2005) mengungkapkan bahwa ada empat macam faktor yang menjadi penyebab kenakalan anak, yaitu: a. Faktor biologis Kenakalan pada anak-anak dapat muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang atau juga karena cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung:

  1) Melalui gen yang membawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen; dapat juga disebabkan karena tidak adanya gen tertentu yang semuanya dapat memunculkan penyimpangan tingkah laku, dan menjadikan anak melakukan kenakalan secara potensial. 2) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang abnormal, sehingga menghasilkan perilaku nakal.

  3) Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang menimbulkan kenakalan.

  b. Faktor psikogenis Kenakalan merupakan “bentuk penyelesaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal/ sosial dan pola-pola hidup keluarga yang patologis. Anak “mempraktekkan” konflik batinnya untuk mengurangi beban tekanan jiwa mereka sendiri melalui tingkah laku agresif, Impulsif, dan primitif. c. Faktor sosiogenis Penyebab kenakalan anak adalah murni karena faktor sosiologis atau sosial-psikologis. Hal ini disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, atau status sosial.

  d. Faktor subkultur “Kultur” atau “kebudayaan” dalam hal ini menyangkut satu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah laku responsif sendiri yang khas pada anggota-anggota kelompoknya. Sedangkan istilah “sub” mengindikasikan bahwa bentuk “budaya” tadi dapat muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya. Subkultur kenakalan mengaitkan sistem nilai, keyakinan, ambisi-ambisi tertentu yang memotivasi munculnya kenakalan.

  Selain itu, Carson, dkk. (2009) juga menyebutkan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kenakalan anak, yaitu: a. Internal 1) Faktor Genetik

  Meskipun penelitian tentang faktor genetik sebagai penentu perilaku antisosial belum dapat dijadikan acuan, namun beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor genetik memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan tindak kriminalitas. Schulsinger (dalam Carson, dkk, 2009) menemukan bahwa orang tua yang mengalami

  2) Cedera otak Cedera otak dapat menjadikan seseorang kehilangan kontrol diri, sehingga mudah melakukan perbuatan-perbuatan di luar batas terhadap benda dan orang lain.

  3) Gangguan psikologis Ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi depresi akibat luka emosional yang terpendam lama, mengakibatkan seseorang mengungkapkannya dalam sebuah perilaku kenakalan.

  4) Sifat antisosial Anak membenci dan menujukkan sikap permusuhan terhadap lingkungannya karena tidak memiliki kontrol etika. Anak menjadi impulsif, pemberontak, membenci, tidak memiliki perasaan penyesalan atau rasa bersalah, tidak mampu menjalin dan memelihara hubungan interpersonal yang dekat, dan tidak pernah berlajar dari pengalaman.

  5) Penyalahgunaan obat Kenakalan - khususnya pencurian, prostitusi dan tindakan menyerang – terkadang dikaitkan langsung dengan penggunaan alkohol atau narkoba.

  b. Eksternal 1) Perceraian orang tua atau konflik dalam keluarga Konflik orangtua merupakan salah satu penyebab dari keluarga yang orang tua nya bercerai daripada yang orang tua nya meninggal.

  2) Penolakan dari orang tua dan disiplin yang salah Anak yang mengalami penolakan dari orang tua nya mendapatkan pola pendidikan yang salah karena orang tua cenderung tidak memberikan perhatian dan mendidik tidak secara disiplin pada anak, sehingga anak cenderung melakukan kenakalan.

  3) Hubungan diluar keluarga Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hubungan diluar keluarga juga memberikan kontribusi pada kenakalan anak. Anak melakukan kenakalan dikarenakan pengaruh dari teman sebayanyanya atau pun belajar dari lingkungan tempat tinggalnya.

  4) Hubungan dengan teman sebaya Hubungan yang kurang sehat dengan teman sebaya dapat menyebabkan kenakalan. Hal ini terlihat dari seringnya terjadi tindak kenakalan ketika seseorang berada dalam kelompoknya.

  Dari faktor-faktor penyebab kenakalan anak diatas maka dapat

disimpulkan bahwa faktor penyebab kenakalan anak disebabkan oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor biologis atau genetik,

cedera otak, gangguan psikologis, sifat antisosial, dan penyalahgunaan obat.

  

Sedangkan faktor eksternal mencakup perceraian orang tua, penolakan dari

3. Motif Kenakalan Anak

  Kartono (2005) berpendapat bahwa anak melakukan kenakalan karena

adanya motif. Berikut terdapat beberapa motif yang mendorong anak

melakukan kenakalan, yaitu: a. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.

  b. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual.

  c. Salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya.

  d. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru.

  e. Kecenderungan pembawaan yang patologis atau abnormal.

  f. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.

4. Bentuk-bentuk Kenakalan

  Kartono (2005) mengemukakan bentuk-bentuk kenakalan anak, yaitu:

a. Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.

  b. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman sekitar. Perilaku ini bersumber pada kelebihan energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.

  

c. Perkelahian antar kelompok, antar sekolah, antar suku, yang terkadang

menimbulkan korban.