Hubungan antara pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Psikologi USD - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN

BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  Disusun oleh : Andina Prilajeng Nugraheni

  NIM : 069114085

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  

HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR NEGATIF DAN

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA

MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA

DHARMA YOGYAKARTA

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  Disusun oleh : Andina Prilajeng Nugraheni

  NIM : 069114085

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

MOTTO

  “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang

  

kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah

  menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

  (Markus 11:224) Saat ku merasa tak berdaya. Saat ku merasa tak

ada jalan keluar. Namun Tuhan tetap memberikan

secercah cahaya kasih Nya untuk ku. Sehingga aku tak

merasa sendirian memanggul salib kehidupan ini. (Andina Prilajeng Nugraheni) Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan

kecemasan adalah kemampuan memilih pikiran yang

tepat. Orang akan menjadi lebih damai bila yang

dipikirkan adalah jalan keluar masalah. (Mario Teguh) Tugas kita bukanlahh untuk berhasil. Tugas kita

adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba

itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil. (Mario Teguh)

  

Kupersembahkan karya ini untuk:

  ♫ The only one my luvly Jesus Christ Bunda Maria yang menjadi pengantara ku dalam

  doa, sehingga terkabulnya permohonan ini

  ♫ Almarhum Papi ku tercinta FX. Suwandi yang selalu

  mendoakan ku di surga

  ♫ Mami ku tercinta Enny Sugiarti yang dengan sabar

  selalu mendoakan dan mendukung setiap langkahku

  ♫ Kakak ku tersayang yang selalu mensupport aku Luvly Abie (Yah) yang selalu mendorongku agar cepet

  lulus ^_^

  ♫ Semua orang yang mengasihi dan mendukung ku selama ini. Love you all.

  

HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN

BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Andina Prilajeng Nugraheni

  

ABSTRAK

Andina Prilajeng Nugraheni (2010). Hubungan antara Pola Pikir Negatif dan

Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata

  

Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola pikir negatif

dan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Pola pikir negatif diidentifikasikan sebagai variabel bebas, sedangkan kecemasan

berbicara di depan umum diidentifikasikan sebagai variabel tergantung. Subjek dalam penelitian

ini adalah 100 mahasiswa psikologi universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Metode pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan dua skala pengukuran

model Likert: yaitu skala pola pikir negatif dan skala kecemasan berbicara di depan umum yang

disusun sendiri oleh penulis berdasarkan negative cognitive triad Beck (1985) dan aspek-aspek

kecemasan berbicara di depan umum Rogers (2004). Koefisien reliabilitas pada skala pola pikir

negatif sebesar 0.943 dan pada skala kecemasan berbicara di depan umum sebesar 0.932. Data

penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi

yang diperoleh sebesar 0,776 dengan probabilitas 0,000 (p< 0,01). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara

pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Kata kunci : pola pikir negatif, kecemasan berbicara di depan umum.

  

THE RELATION BETWEEN MINDSET AND PUBLIC SPEAKING

ANXIETY ON COLLEGE STUDENTS FACULTY OF PSYCHOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

Andina Prilajeng Nugraheni

  

ABSTRACT

Prilajeng, Andina (2010). Relation between Mindset with Public Speaking Anxiety.

  

Yogyakarta : Faculty of Psychology Sanata Dharma University. This research is to find out the

relation between mindset and public speaking anxiety on college students faculty of psychology

Sanata Dharma university. Mindset as independent variable. Public speaking anxiety was

dependent variable. The subject of this research were one hundred college students faculty of

Psychology Sanata Dharma university. This research use purposive sampling technique and two

measuring instrument that are scale of mindset from Beck’s theory (1985) and scale of public

speaking from Roger’s theory (2004). This result of reliability scale test for mindset are 0,943 and

for public speaking anxiety are 0,932 This research data is analysed with the technique of Product

Moment from Pearson. Obtained correlation coefficient 0,776 with probability 0,000 (p< 0,01).

  

This research result indicate that the hypothesis accepted. This means there is significant positivity

relation between mindset with public speaking anxiety on college students faculty of psychology

Sanata Dharma university. Keywords : mindset, public speaking anxiety

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur atas rahmat dan berkat Tuhan Yesus Kristus yang diberikan pada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. Di saat penulis sudah menyerah dan merasa semua yang dilakukan itu sia-sia, namun kuasa dan kasih Tuhan tetap mengalir, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skiripsi ini

  Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini karena adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Atas semuanya itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan cinta kasihNya kepada penulis, serta berkat terkabulnya doa ini atas perantara Bunda Maria.

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 3. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan saran serta kritik kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Minto Istono, S.Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik 5.

  Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi yang telah banyak memberikan pengetahuan dan saran tentang persoalan statistik

  6. Bapak V. Didik Suryo H, S.Psi., M.Si yang banyak membantu penulis dalam

  7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang belum disebut. Terima kasih atas bimbingannya dalam proses belajar psikologi selama 4 tahun ini. Tak lupa khususnya Bu Ari, Bu Tanti, dan Bu Silvy terimakasih ya bu karena sudah mengijinkan penulis masuk kelas untuk ambil data penelitian.

8. Seluruh staf non akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma :

  Pak Gie yang selalu ceria memberikan senyum yang hangat dan ramah kepada kami. Penulis pasti akan selalu merindukan senyum pak Gie yang dapat menentramkan hati (^_^). Mas Gandung yang selalu ramah memberikan pelayanan di sekretariat, Mas Mujai yang selalu bersedia membantu kami semua dalam mata kuliah tes-tes psikologi. Tetap ceria ya mas. Penulis pasti kangen mendengar suaranya Mas Muj yang aduhai saat nyayi, hehehehe…. Mas Doni yang setia menjaga ruang baca dan membantu ngurus-ngurus viewer.

  Terimakasih ya mas….

  9. Almarhum Bapak yang terkasih. Terimakasih ya pak atas cintanya yang selalu diberikan kepada penulis. Akhirnya putrimu ini bisa mendapat gelar sarjana psikologi, sesuai dengan harapan bapak. Penulis sangat merindukanmu Pak. Love you so much….. Terimakasih juga buat Mami atas cintanya, pengorbanannya dan dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar sarjana yang sangat dimimpikan selama ini. Maaf ya Mi kalau putrimu ini selalu menyusahkan Mami. Love you so much.

  10. My only one brother, Mas Wowok. Terimakasih ya mas atas cintanya, dukungan dan bimbingannya selama ini. Love you…. Hayuks mas segera menyusul lulus (^_^).

  11. My luvly, Abie (Yah)…Terimakasih atas cintanya selama setahun ini dan dorongannya agar penulis cepat lulus. Nah sekarang giliran Yah ya yang

   )

  harus kerja keras biar cepet lulus. I’ll waiting for u. Love you ( 12. Mbak Nia luvlynya mas Tenang. Makasih ya mbak atas doa dan dorongannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ayuks mbak kapan kita ke pantai, rencana buat double date (^_^) 13. Spicy girl yang bola bali pecah. Kapan niy rekrut lagi..? Hehehehe…..

  Trimakasih ya atas keceriaan kalian. Thiya, Cece Mee, Didi, Nita, Thea dan dua pembokat (Bekti & Inem) yang selalu kompak melayani kami, Xixixixii… Buat Nita Kentir makasih ya dah jadi partner penelitian, suka duka kita jalani bersama, walaupun badai menghadang tetap kita terjang terus sampai titik darah penghabisan (alay mode on, hahahahaha…) Buat Thea tumpah ruah, makasih ya atas supportnya selama ini. Semangat ya nyelesein skripswiitnya, sampai ketemu di panggung bulan April 2011, hahahahaha…… Buat Bekti makasih ya dah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Makasih juga buat tumpangan tidurnya ya, ditunggu lowh kontrak di Casa Grande, pasti tiap hari aku nginep disana sekalian nemenin kamu, so swiit kan (^_^). Buat Didi semangat cari kerja di Jakarta ya, jangan lupain kita lowh kalo ada lowongan kerja yang mapan hehehehe…Buat Thiya, Cece Mee, n Inem ayukz smangat ngerjain skripswitna. Kalian pasti bisa..!! Merdeka…!! (alay again…Hihihihi…)

  14. Keluarga Semarang mbah kokang, budhe, bulek-bulek, om-om, dan saudara- saudara lainnya terimakasih ya atas cinta, doa, dan dorongannya kepada penulis selama ini. Love you all…..

  15. Keluarga Jogja dan Bandung makasih ya atas doa dan supportnya selama ini.

  16. Temen-temen deketku Dinda, Resti, dan Indra makasih ya dah kasih semangat, dan menjadi sahabat yang baik bagi penulis. Moga kita selalu bisa menjaga hubungan baik ya. Amin 17. Buat Sisri dan Megot yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga atas kebersamaan kalian selama

  2 tahun di mantan kos kita yang tercinta. Suka duka kita jalani bersama sampai-sampai digosipin tetangga-tetangga depan dan sebelah. Susah siy ya

  

  jadi artis, sering digosipin, hahahaha…. Pokoknya lope you all 18. Keluarga Solo yang gaul (ada budhe gaul, om n tante Toto, dan si pintar) terimakasih atas dukungan dan kekompakan kalian ya. Kapan-kapan maen ke satu titik Solo lagi dey….Tunggu kedatangan Andin + Nita ya…. Hehehehehe…..

  19. Mahasiswa universitas Sanata Dharma Yogyakarta terimakasih atas bantuan dan partisipasi kalian semua dalam pengambilan data ini.

  20. Mahasiswa psikologi angkatan 2006, terimakasih ya atas supportnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

  ……………………………………………………………. i

  HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

  ……………………..ii

  HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

  ……………………………………...iii

  HALAMAN MOTTO

  …………………………………………………………..iv

  HALAMAN PERSEMBAHAN

  ………………………………………………...v

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  ………………………...vi

  ABSTRAK

  ……………………………………………………………………...vii

  ABSTRACT

  ……………...…………………………………………………… viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

  …...………. ix

  KATA PENGANTAR

  ………………………………………………………….. x

  DAFTAR ISI

  ………………………………………………………………….. xv

  DAFTAR TABEL

  ……..……………………………………………………. xviii

  BAB I PENDAHULUAN

  ………………………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 6 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 6 D.

  Manfaat Penelitian…………………………………………………… 6 1.

  Manfaat Teoritis……………………………………………… 6 2. Manfaat Praktis………………………………………………. 7

  BAB II TINJAUAN TEORITIS

  ……………………………………………… 8

1. Kecemasan………………………………………………………. 8 2.

  Kecemasan Berbicara di Depan Umum………………………….10 3. Komponen Berbicara di Depan Umum…………………………. 12 4. Faktor –faktor Kecemasan Berbicara di Depan Umum………….13 B. Pola Pikir Negatif…………………………………………………… 16 1.

  Pengertian Pola Pikir Negatif…………………………………… 16 2. Komponen Pola Pikir Negatif…………………………………... 19 C. Hubungan Pola Pikir Negatif dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum…………………………………………………….. 21

  D.

  Hipotesis……………………………………………………………. 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

  …………………………………… 26 A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 26 B. Variabel Penelitian………………………………………………….. 26 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………… 26 D.

  Subjek Penelitian……………………………………………………. 28 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………………….. 32 1.

  Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum………………….. 35 2. Skala Pola Pikir Negatif………………………………………… 36 F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas…………………………….. 38 1.

  Validitas Alat Tes……………………………………………….. 38 2. Seleksi Item……………………………………………………... 40 a.

  Kecemasan Berbicara di Depan Umum…………………….. 41

3. Reliabilitas………………………………………………………. 45 G.

  Metode Analisis Data……………………………………………….. 46 H. Prosedur Penelitian………………………………………………….. 46

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  …………………… 48 A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian………………………………. 48 B. Deskripsi Subjek ……………………………………………………. 49 C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………… 50 D.

  Analisis Data Penelitian…………………………………………….. 54 1.

  Uji Asumsi………………………………………………………. 54 a.

  Uji Normalitas………………………………………………. 54 b. Uji Linearitas………………………………………………... 55 2. Uji Hipotesis Hubungan………………………………………… 56 E. Pembahasan…………………………………………………………. 58

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

  ……………………………………… 62 A. Kesimpulan ……………………...…………………………………..62 B. Saran ………………………………………………………………...62

DAFTAR PUSTAKA

  ……………………………………………………….....64

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 7 : Blue Print Skala Pola Pikir Negatif Setelah Uji Coba (Proporsional Jumlah)

  ……………………………………...55 Tabel 13 : Hasil Uji Linearitas

  Umum……………………………………………………………...53 Tabel 12 : Hasil Uji Normalitas Sebaran

  Distribusi Skor Pola Pikir Negatif………………......52 Tabel 11 : Kategori dan Distribusi Skor Kecemasan Berbicara di Depan

  …………………………………………...50 Tabel 10 : Kategori dan

  ……………………………………………..49 Tabel 9 : Hasil Analisis Deskriptif

  ……………………………………………...46 Tabel 8 : Data Subjek Penelitian

  Pola Pikir Negatif …………………………………………………..45

  Tabel 1 : Pemberian Skor Skala ………………………………………………35

  …………………………...44 Tabel 6 : Distribusi Aitem Proporsional Sahih dan Gugur pada Skala

  Tabel 5 : Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum Setelah Uji Coba Proporsional Jumlah)

  Skala Kecemasan Berbicara di Depan ……………………………..43

  …………....38 Tabel 4 : Distribusi Aitem Proporsional Sahih dan Gugur pada

  ………………………………………………….36 Tabel 3 : Blue Print Skala Pola Pikir Negatif Sebelum Uji Coba

  Tabel 2 : Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum Sebelum Uji Coba

  ………………………………………………...56 Tabel 14 : Hasil Uji Korelasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Elliot, Kratochwill, Littlefield, Cook, dan Trevers, (2000) menyatakan bahwa

  komunikasi memegang peranan dalam pemantapan pembelajaran dan perilaku yang diharapkan, hubungan interpersonal antara guru dengan siswa, penyampaian instruksi, bertanya, memuji dan umpan balik individu. Selanjutnya Arismunandar (dalam Fransiska 2007) mengemukakan bahwa komunikasi dan interaksi di dalam kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan.

  Bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat proses belajar di kelas antara lain bertanya pada dosen, presentasi tugas, dan diskusi kelompok. Semua kegiatan tersebut menuntut mahasiswa untuk berbicara dan mengemukakan pendapat atau ide-ide secara lisan di depan orang banyak. Begitu juga pada mahasiswa psikologi Sanata Dharma, dimana sebagai calon psikolog, mahasiswa harus memiliki kemampuan yang baik untuk berbicara di depan umum. Hal ini dikarenakan para lulusan psikologi dalam dunia kerjanya seringkali berhadapan dengan banyak orang. Bidang pekerjaan yang dapat digeluti oleh para lulusan psikologi antara lain sebagai

  trainer , konsultan, staf pengajar, maupun pembicara dalam suatu program peneliti, dan Human Resource Development (HRD) pun membutuhkan ketrampilan berbicara di depan umum. Misalnya seorang HRD juga memiliki tugas mempresentasikan hasil kerjanya ketika rapat perusahaan berlangsung. Maka dari itu sebagai seorang HRD harus memiliki ketrampilan untuk berbicara di depan umum.

  Metode pembelajaran yang seringkali diterapkan pada Fakultas Psikologi Sanata Dharma adalah diskusi kelompok dan presentasi di depan kelas, baik secara kelompok maupun perorangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih para mahasiswa berbicara di depan orang banyak, sehingga dapat menjadi bekal untuk menggeluti bidang kerja yang nanti digelutinya setelah lulus kuliah. Akan tetapi tak jarang mahasiswa mengalami kecemasan berbicara di depan umum baik pada saat diskusi kelompok, bertanya pada dosen, maupun presentasi di depan kelas (hasil pengamatan dari penulis pada bulan Februari 2010). Hal ini juga didukung dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Mereka mengungkapkan bahwa mereka merasa grogi dan takut ketika melakukan presentasi di kelas. Ciri-ciri kecemasan yang mereka alami ini antara lain denyut jantung yang berdetak kencang, tangan terasa dingin, dan merasa deg-

  degan .

  Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa saat berbicara di depan umum merupakan salah satu hambatan komunikasi (communication

  apprehension ). Burgoon dan Ruffner (1978) dalam bu

  ku “Human yang tepat untuk menggambarkan reaksi negatif dalam bentuk kecemasan yang dialami seseorang dalam pengalaman komunikasinya, misalnya kecemasan berbicara di muka umum.

  Demam panggung dan kecemasan berbicara di depan umum merupakan tipe kecemasan sosial yang umum (Nevid, Rathus, & Greene, 2003). Buss (dalam Mark, 1983) mengklasifikasikan empat tipe dalam kecemasan sosial antara lain perasaan malu karena tidak mampu menghasilkan perilaku yang diharapkan, kecemasan berbicara, keadaan memalukan terhadap pelanggaran sosial yang dilakukan, dan rasa malu karena rendah diri dan menganggap diri negatif. Kecemasan berbicara merupakan ketakutan, ketegangan untuk berbicara di depan para pendengar. Suatu survey acak terhadap 500 penduduk Winnipeg, Manitoba ditemukan bahwa 1 diantara 3 orang mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berbicara di depan umum, yang mempunyai pengaruh buruk yang cukup signifikan terhadap hidup mereka (Nevid, Rathus, & Greene, 2003).

  Kecemasan berbicara di depan umum bersifat subjektif biasanya ditandai dengan gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik yaitu tangan berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan kaki gemetaran. Gejala psikologis adalah takut akan melakukan kesalahan, tingkah laku yang tidak tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik (Matindas, 2003). Individu yang merasa cemas, dalam dirinya akan terjadi gangguan antisipasi atau harapan pada masa yang akan datang. Keadaan ini ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah, dan individu menjadi tidak mampu menemukan penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997).

  Pola pikir seseorang sangat membantu dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan suasana hati (mood) seperti depresi, kecemasan, kemarahan, kepanikan, kecemburuan, rasa bersalah, dan rasa malu. Apabila seseorang memiliki pola pikir yang positif maka individu tersebut dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan suasana hati. Sebaliknya apabila seseorang mempunyai pola pikir yang negatif, maka individu tersebut cenderung menjadi depresi, cemas, panik, dan muncul perasaan bersalah yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi sosialnya. Meskipun berpikir positif bukanlah solusi terhadap berbagai masalah kehidupan, tetapi pemikiran akan membantu menentukan suasana hati yang dialami dalam situasi tertentu.

  Begitu individu mengalami suasana hati tertentu, suasana hati tersebut akan disertai dengan pemikiran lain yang mendukung dan memperkuat suasana hati (Kuncoro, 2004).

  Kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa mayoritas disebabkan oleh pola pikir negatif mereka. Hal ini didukung oleh pernyataan- pernyataan para ahli tentang faktor yang berperan dalam munculnya kecemasan berbicara di depan umum. Guest (dalam Dewi & Andrianto, 2006) mengungkapkan bahwa kecemasan tersebut dapat bersumber dari pola berpikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Nevid et al.

  (2003) dalam bukunya menjelaskan bahwa salah satu faktor yang negatif. Pola pikir yang biasa muncul ketika individu mengalami kecemasan antara lain prediksi berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang irasional, sensitivitas berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusi sinyal-sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah. Williams, Watts, Macleod & Mathews (1990) mengungkapkan bahwa pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum lebih sering disebabkan oleh pikiran individu tersebut yang negatif dan tidak rasional. Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi dan Andrianto (2006) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk populasi lain karena subjek penelitian yang diambil hanya dari mahasiswa FKIP angkatan 2003 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hadi (2000) yang menyatakan bahwa sampel merupakan subset atau bagian dari populasi yang akan diamati, sehingga kesimpulan dari populasi diambil dari kesimpulan yang diperoleh dari sampel.

  Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Osborne (2004) mengungkapkan bahwa kecemasan berbicara muncul karena takut terhadap pendengar yaitu takut ditertawakan orang, takut bahwa dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang akan dikemukakan mungkin tidak pantas untuk dikemukakan, dan takut bahwa perasaan ini muncul karena melemahnya rasa percaya diri sehingga dalam pikiran seseorang muncul pikiran-pikiran negatif mengenai dirinya. Basuki (2003) menyatakan bahwa setiap orang memiliki pola-pola pikiran tertentu dan secara sadar atau tidak sadar mereka berusaha berperilaku untuk mewujudkan apa yang dalam pikirannya itu. Pikiran yang kerdil akan membuat seseorang menjadi kerdil. Seseorang yang sering mengalami musibah, selalu cemas atau selalu memikirkan kecelakaan.

  Kecemasan yang biasa terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir seseorang yang menganggap dirinya tidak seperti orang lain, menilai diri sendiri begitu tajam sehingga sekilas seseorang tidak berani mencoba sesuatu yang tidak dikuasai dengan sangat sempurna. Bahkan beberapa orang selalu mengingat terus menerus sesuatu yang menakutkan sehingga mereka sering menteror diri mereka sendiri. Sebenarnya semua dapat berjalan dengan lancar apabila seseorang tidak merasa putus asa dan tidak terlalu memikirkan hal-hal menakutkan yang belum terjadi atau memikirkan bahwa dirinya akan gagal (Williams, 2004).

  Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini disebabkan karena kecemasan berbicara di depan umum cenderung dipengaruhi oleh pola pikir negatif orang tersebut. Beck (dalam Santosa, 1988) melalui tesisnya mengemukakan bahwa jika seseorang mengalami kecemasan, maka orang tersebut memiliki pikiran yang tidak logis dan itu sendiri. Maka mahasiswa dapat mengubah pola pikir yang negatif menjadi pola pikir yang rasional, sehingga dapat mencegah terjadinya kecemasan berbicara di depan umum.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi Sanata Dharma? C.

TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi Sanata Dharma.

D. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat teoretis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan psikologi yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa melakukan refleksi yang berkaitan dengan hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum 1. Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan

  bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan juga dapat diartikan sebagai respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman atau jika kecemasan itu datang tanpa ada penyebabnya (Nevid, et

  al , 2003).

  Dalam kamus istilah (Caplin dalam Kartini Kartono, 2002) kecemasan merupakan perasaan campuran antara ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Daradjat (1969) menjelaskan kecemasan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan tekanan batin (konflik).

  Istilah kecemasan mengacu pada perasaan tidak nyaman atau ketakutan, ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tidak menyenangkan (Frorggatt dalam Amir, 2004). Sementara itu Lazarus (dalam Amir, 2004) mendefinisikan kecemasan menjadi 2 arti antara lain: a.

  Kecemasan sebagai respon, digambarkan sebagai suatu pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan serta diikuti dengan perasaan gelisah, bingung, khawatir, dan takut.

  b.

  Kecemasan sebagai intervening variable yaitu kecemasan sebagai

  motivating solution , artinya situasi kecemasan tersebut dapat mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.

  Secara umum, kecemasan dapat dibagi dalam dua kategori, yakni state

  

anxiety dan trait anxiety. Ketakutan yang tidak proporsional terhadap

  situasi tertentu disebut dengan state anxiety. Jenis kecemasan ini merupakan kondisi emosi yang bersifat sementara dan berlangsung untuk situasi tertentu saja. Jenis kecemasan berikutnya adalah trait anxiety. Trait

  

anxiety merupakan jenis kecemasan yang lebih menetap dan menyebar ke

  berbagai aspek kehidupan individu. Individu merasa cemas, kapan dan dimana saja, jika dia menganggap sesuatu yang berbahaya akan menimpa dirinya (Bender, Anastasi & Urbina dalam Amir, 2004). State anxiety tinggi adalah respon individu ketika dihadapkan dengan situasi mengancam. Trait

  

anxiety tinggi merujuk pada kecenderungan umum individu untuk

merespon berbagai situasi (Spielberger dalam Amir, 2004).

  Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu respon berupa perasaan takut, khawatir, gelisah, bingung, dan tidak nyaman yang ditandai dengan gejala fisik dan

2. Kecemasan berbicara di depan umum

  Kecemasan berbicara di depan umum merupakan perasaan takut ketika berbicara di depan sekelompok orang, dan hal ini merupakan sesuatu yang wajar bagi setiap individu (dalam arti semua orang memilikinya), hanya saja satu permasalahan yang harus diselesaikan yaitu bagaimana cara mengontrol kecemasan tersebut (Lucas dalam Anwar, 2009). Kecemasan berbicara di muka umum diistilahkan Devito (dalam Matindas, 2003) dengan speaker apprehension yaitu fenomena berbicara yang berpusat pada pembicara. Menurut APA Dictionary Psychology (2006), kecemasan berbicara di depan umum adalah ketakutan berbicara atau memberikan presentasi di depan umum dan seseorang menganggap bahwa orang lain menilai dirinya negatif dan memalukan.

  Beaty (dalam Opt & Loffredo, 2000) menyebut kecemasan berbicara di depan umum dengan istilah “communication apprehension”.

  Beaty menjelaskan bahwa kecemasan berbicara di depan umum merupakan bentuk dari perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara di depan orang-orang sebagai hasil dari proses belajar sosial. McCroskey (1984) menyebutkan ada empat jenis Communication Apprehension (CA) yaitu CA as a trait, CA in generalized context, CA with generalized people,

  . Kecemasan berbicara di depan umum termasuk dalam jenis

  CA as a state CA in generalized context . Beberapa individu mengalami kecemasan hanya

  pada kondisi tertentu yang menimbulkan kecemasan dalam berkomunikasi. umum berpusat pada pembicara. Konteks yang paling banyak ditemui adalah berbicara di depan umum (public speaking), misalnya memberikan pidato, presentasi di depan kelas, pada saat pertemuan. Individu akan mulai mengalami kecemasan ketika mulai membayangkan sampai berlangsungnya pengalaman berbicara di depan umum. Kecemasan berbicara di depan umum juga termasuk dalam kategori state anxiety. Hal ini disebabkan kecemasan ini bersifat sementara dan berlangsung untuk situasi tertentu saja yaitu ketika seseorang berbicara depan umum.

  Berbicara di depan umum dengan pembicaraan biasa memiliki perbedaan konteks. Konteks pembicaraan biasa, individu merasa aman untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan biasa adalah adanya proses memberi dan menerima, proses komunikasi dua arah (dialog). Pada saat berbicara di depan umum, individu tersebut menjadi pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses komunikasi dalam berbicara di depan umum adalah satu arah (monolog). Ketakutan dan kecemasan berbicara di depan umum ditandai dengan perasaan gelisah dan tertekan (Rogers dalam Anwar, 2009).

  Berdasarkan APA Dictionary Psychology (2006) kecemasan berbicara di depan umum merupakan salah satu bentuk kecemasan sosial.

  Kecemasan sosial adalah ketakutan situasi sosial (antara lain: kecemasan dalam komunikasi interpersonal, melakukan meeting atau berkencan) yang padanya atau berpikiran bahwa orang lain selalu menilai dirinya secara negatif (misalnya: seseorang yang berpikiran bahwa dirinya bodoh).

  Kecemasan berbicara di depan umum bersifat subjektif biasanya ditandai dengan gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik yaitu tangan berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan kaki gemetaran. Gejala psikologis adalah takut akan melakukan kesalahan, tingkah laku yang tidak tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik (Matindas, 2003).

  Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum adalah kecemasan yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada situasi tertentu (saat berbicara di depan umum) dan beranggapan bahwa orang lain menilai dirinya negatif.

  Kecemasan ini biasanya ditandai dengan gejala fisik dan psikologis.

3. Komponen kecemasan berbicara di depan umum

  Rogers (2004) membagi komponen kecemasan berbicara di depan umum menjadi tiga yaitu: a.

  Komponen fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan. Komponen fisik ini meliputi perilaku yang tampak ketika seseorang mengalami kecemasan berbicara di depan umum. Gejala fisik tersebut dapat berbeda tiap orangnya. Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah berbicara terbata-bata, suara yang bergetar, kaki gemetar, berkeringat, sulit untuk bernafas, dan hidung berlendir.

  b.

  Komponen proses mental misalnya: sering mengulang kata atau fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.

  c.

  Komponen emosional meliputi adanya perasaan tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya rasa panik dan rasa malu setelah berakhirnya pembicaraan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum

  Kecemasan berbicara di depan umum dipengaruhi oleh beberapa faktor. McIntyre dan Thivierge (dalam Roarch, 1999) menemukan bahwa ciri umum ektraversi, kestabilan emosi, dan intelektualitas secara signifikan berhubungan dengan kecemasan berbicara di depan umum. Faktor lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum adalah citra raga individu (Triana, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia menunjukkan bahwa semakin positif citra raga individu maka semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan umum. Sebaliknya semakin negatif citra raga individu, maka kecemasan berbicara di depan umum semakin tinggi.