Deskripsi tingkat kecemasan berbicara di depan kelas siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

  

DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA

DI DEPAN KELAS SISWA KELAS X & KELAS XI

SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2009/2010

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Disusun oleh : Edeltrada Tian Mahar Tiara

  041114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA

  

DI DEPAN KELAS SISWA KELAS X & KELAS XI

SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2009/2010

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Disusun oleh : Edeltrada Tian Mahar Tiara

  041114035

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 11 November 2010 Penulis

  Edeltarada Tian Mahar Tiara

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Edeltrada Tian Mahar Tiara  Nomor Mahasiswa : 041114035

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS

SISWA KELAS X & KELAS XISMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2009/2010

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 11 November 2010 Yang menyatakan Edeltrada Tian Mahar Tiara

  

MOTTO

  “IA MEMBUAT SEGALA SESUATU INDAH PADA WAKTUNYA, BAHKAN IA MEMBERI KEKELAN DALAM HATI MEREKA.” (PENGKHOTBAH 3:11)

  “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22)

  Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan waktumu bukanlah waktuNya.

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus n Bunda Maria

  Papa tercinta di surga dan Mama tersayang Mas Tato sama mbak Dias

  Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

  ABSTRAK

  

DESKRIPSI TINGKAT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS

SISWA KELAS X & KELAS XI SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2009/2010

  Edeltrada Tian Mahar Tiara Universitas Sanata Dharma

  2010 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa kelas X ketika berbicara di depan kelas, (2) mengungkapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa kelas XI ketika berbicara di depan kelas, dan (3) melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan siswa kelas X dan siswa kelas XI ketika berbicara di depan kelas.

  Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan siswa kelas XI tahun ajaran 2009/2010 SMA Fransiskus Bandar Lampung. Populasi penelitian ini adalah 340 orang dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah 200 orang yang terdiri dari 100 orang siswa kelas X dan 100 orang siswa kelas XI. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik sampling sistematis, karena sampel diambil berdasarkan nomor presensi siswa.

  Alat pengumpulan data untuk penelitian ini adalah kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas ini terdiri dari 29 aitem pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable, dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KDG), dan tidak pernah (TP). Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas memiliki koefisien reliabilitas dengan Cronbach ( ) r = 0,906. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan xx kategorisasi berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Teknik yang digunakan untuk uji daya beda adalah korelasi product moment dari Pearson berdasar Azwar (1999:60) dengan batasan r i Χ ≥ 0,30.

  Hasil penelitian ini adalah: (1) 42 orang (42%) dari 100 orang siswa kelas X memiliki tingkat kecemasan yang rendah ketika mempresentasikan hasil tugas di depan kelas, (2) 50 orang (50%) dari 100 orang siswa kelas XI memiliki tingkat kecemasan yang sangat rendah ketika mempresentasikan hasil tugas di depan kelas, dan (3) tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas antara siswa kelas X dan siswa kelas XI berdasarkan dengan taraf 2 signifikansi 5% dengan d.b. = 1 dan nilai χ tab = 3,841.

  ABSTRACT

  

THE DESCRIPTION OF THE STUDENTS’ ANXIETY LEVEL TO SPEAK

  

IN FRONT OF THE CLASS GRADE X & XI SMA FRANSISKUS

BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEAR 2009/2010

  Edeltrada Tian Mahar Tiara Universitas Sanata Dharma

  2010 This research was descriptive research which was conducted to: (1) reveal the anxiety level experienced by the X grade students to speak in front of the class, (2) reveal the anxiety level experienced by the XI to speak in front of the class and (3) find out any significant differences between the anxiety level of the X and XI grade students to speak in front of the class. The subjects of the research were the X and XI graders of the academic year 2009/2010 SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG. The research population was 340 whereas the research subjects were 200 students which included 100 X and 100 XI grade students. The sampling technique was systematic sampling since the sample was chosen based on the attendance list. The data gathering technique employed was questionnaire about the anxiety to speak in front of the class arranged by the writer. The questionnaire consists of 29 favorable and unfavorable items, four of which were always (SL), often (SR), occasionally (KDG) and never (TP). The questionnaire has coefficient reliability with Cronbach ( ) r = 0,906. The data analysis technique was categorization xx based on normal distribution with Azwar’s continuum’s level (1999:60). The category consists of five levels, namely very low, low, average, high and very high. The technique of the difference experiment was Pearson’s moment product correlation based on Azwar (1999:60) with limit r i Χ ≥ 0,30.

  The research results were: (1) 42 students (42%) out of 100 X grade students had low anxiety level when presenting the tasks results in front of the class, (2) 50 students (50%) out of 100 XI had very low anxiety level when presenting the tasks results in front of the class and (3) no significant differences between the anxiety level of the X and XI grade students to speak in front of the 2 class based on standard significance 5% with d.b.=1 and value χ tab = 3,841.

KATA PENGANTAR

  Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Deskripsi Tingkat Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010”. Penulisan skripsi ini dilakukan guna melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

  2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin untuk penelitian dan menjadi dosen pembimbing skripsi yang selama ini memberikan bimbingan, perhatian, dan dukungan kepada penulis.

  3. Dr. Gendon Barus, M.Si., Dosen Penguji yang telah memberikan koreksi dan masukkan yang sangat berharga untuk perbaikan skripsi ini.

  4. Drs. R.H. Dj Sinurat, MA., Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing Akademik

  5. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A. Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

  6. Para Dosen Program Bimbingan dan Konseling Sanata Dharma yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang berguna bagi penulis selama ini dan untuk dukungan dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  7. Sekertariat Program Bimbingan dan Konseling serta karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam hal keperluan penelitian dan kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

  8. Pihak sekolah SMA Fransiskus Bandar Lampung, khususnya Kepala Sekolah SMA Fransiskus Sr. M. Pauli, FSGM., Bapak Abi dan semua guru serta staff, atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Fransiskus, atas pertolongan dengan penuh kesabaran dan kasih kepada penulis selama proses pengambilan data.

  9. Para guru Bimbingan dan Konseling SMA Fransiskus yaitu Sr. Mariane, Bapak Hiskia, dan Bapak Joko yang telah membantu penulis selama proses pengambilan data untuk skripsi ini.

  10. Para siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung yang telah membantu dalam pengisian kuesioner untuk skripsi.

  11. Papa Yohanes Riyatno yang di surga dan Mama Renate Sri Baryati, orangtuaku tercinta yang dengan penuh cinta dan kasih sayang membesarkan studi di Yogyakarta selama ini. Thank you Papa and Mama, you are the best parents.

  12. Mas Tato dan Mbak Dias tersayang yang selalu mendukung dan memberikan semangat di saat penulis dalam keadaan kurang baik.

  13. Eyang Uti serta semua keluarga besar Papa dan Mama yang selalu memberi semangat dan dukungan sampai penulis lulus kuliah.

  14. I would like to thank Mas Bowo, someone special who has supported the writer during the completion of this thesis.

  15. Teman-teman kuliah angkatan 2004 tanpa terkecuali.

  16. Teman-temanku yang satu bimbingan skripsi yaitu Sr. Briggitta, Trias, dan Sepri terimakasih untuk dukungan, bantuan dan sharing pengalaman selama penulisan skripsi.

  17. Bang Renol, kak Bernat, Lenny, kak Monik dan semua teman-teman persekutuan yang selalu mendukung dalam doa.

  18. Teman-temanku (Retno, Maria, Agnes, Dewi, dan Sinta) yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada ku selama penulisan skripsi.

  19. Semua pihak yang tidak saya sebutkan yang selalu memberikan semangat untuk saya selama pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

DAFTAR ISI

  Halaman Judul …………………………………………………… i Halaman Persetujuan Pembimbing ……………………………..... ii Halaman Pengesahan ……………………………………………. iii Halaman Pernyataan Keaslian Karya …………………………… iv Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi……………………… v Halaman Motto dan Persembahan ……………………………… vi Abstrak ………………………………………………………….. vii Abstract …………………………………………………………. viii Kata Pengantar ………………………………………………….. ix Daftar Isi ………………………………………………………… xii Daftar Tabel ……………………………………………………… xv Daftar Lampiran …………………………………………………. xvi

  BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………. 8 C. Tujuan Penelitian ………………………………………... 9 D. Manfaat Penelitian ………………………………………. 9 E. Batasan Istilah …………………………………………… 9 BAB II Tinjauan Pustaka A. Kecemasan

3. Penyebab-penyebab Kecemasan …………………… 17 4.

  Gejala-gejala Kecemasan …………………………... 21

  B. Kegiatan Presentasi di Sekolah SMA Fransiskus Bandar Lampung ………………………………………..

  28 C. Tinjauan Penelitian Lain yang Relevan tentang berbicara di depan Kelas ………………………………… 30

  BAB III Metodologi Penelitian A. Jenis Penelitian ………………………………………….. 35 B. Subjek Penelitian ………………………………………… 35 C. Populasi dan Sampel

  1. Populasi Penelitian ………………………………….. 35

  2. Sampel Penelitian …………………………………… 36

  D. Instrumen Penelitian

  1. Kuesioner …………………………………………… 37

  2. Validitas dan Reliabilitas …………………………… 40

  3. Uji Daya Diskriminasi/Daya Beda …………………. 42

  4. Uji Coba …………………………………………….. 44

  E. Prosedur Pengumpulan Data

  1. Tahap Persiapan ……………………………………... 48

  2. Tahap Pelaksanaan ………………………………….. 48

  F. Teknik Analisis Data …………………………………….. 49

1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Pada

  Siswa Kelas X SMA Fransiskus Bandar Lampung … 56 2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Pada

  Siswa Kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung … 59 3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

  Antara Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Fransiskus .. 62

  B. Pembahasan Hasil Penelitian

  1. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X ………………………………………

  64

  2. Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas XI ……………………………………..

  66

  3. Perbedaan yang Signifikan Antara Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI SMA Fransiskus ………………………….. 67

  BAB V Penutup A. Ringkasan ……………………………………………….. 70 B. Kesimpulan ………………………………………………. 72 C. Saran ……………………………………………………… 73 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 76 LAMPIRAN ……………………………………………………… 78

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Sebelum Uji Coba dan Penelitian ……………………………………… 39

  Tabel 2 Hasil Uji Coba Skala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 ……………………………………………… 46

  Tabel 3 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 … 52

  Tabel 4 Norma Kategorisasi Skor Aitem Berbicara di Depan Kelas Siswa Kelas X dan Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010 ………. 54

  Tabel 5 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas untuk Siswa Kelas X ……………………………………………………….. 56

  Tabel 6 Gejala-gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden …………………. 57

  Tabel 7 Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan Norma Kategorisasi untuk Siswa Kelas XI ………………………….. 59

  Tabel 8 Gejala-gejala Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan Tingkat Kecemasan dan Jumlah Responden …………………. 60

  Tabel 9 Perhitungan Chi-Kuadrat Tentang Perbedaan Tingkat Kecemasan

  Tahun Ajaran 2009/2010 ……………………………………… 62

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Kecemasan Berbicara di Depan Kelas … 78 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas … 83 Lampiran 3 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas …………………. 87 Lampiran 4 Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

  Siswa Kelas X ………………………………………………… 89 Lampiran 5 Pengkategorian Tingkat Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

  Siswa Kelas XI ……………………………………………….. 91 Lampiran 6 Penskoran Per-aitem Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

  Siswa Kelas X ………………………………………………… 93 Lampiran 7 Penskoran Per-aitem Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

  Siswa Kelas XI ……………………………………………….. 97 Lampiran 8 Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas Berdasarkan

  Gejala dan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas X ……………. 101 Lampiran 9 Pengkategorian Kecemasan Berbicara di Depan Kelas

  Berdasarkan Gejala dan Tingkat Kecemasan Siswa Kelas XI.. 105 Lampiran 10 Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian …………………………... 106 Lampiran 11 Daftar Absensi Siswa Kelas X & Kelas XI …………………. 107 Lampiran 12 Contoh Program Pengolahan Kecemasan Berbicara di Depan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah dalam penelitian. A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal yang memiliki strategi penyampaian materi kepada siswa berupa pengajaran. Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang

  menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2003:201).

  Pada tahun 1994 dan sebelumnya kegiatan belajar mengajar disebut dengan pengajaran. Istilah pengajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di dukung oleh tujuan pendidikan nasional yang tercantum pada pasal 31 ayat 1 UUD 45 yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran serta pemerintah mengusahakan serta menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-undang. Guru dalam kegiatan pengajaran sebagai pusat dari proses belajar mengajar dan siswa sebagai penerima tentang apa yang disampaikan oleh guru. Pada tahun 2006 istilah pengajaran diganti dengan pembelajaran. Istilah pembelajaran muncul sejak adanya sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum yang berdasarkan pada lingkungannya. KTSP juga bisa disebut sebagai kegiatan pembelajaran yang berpusat pada diri siswa.

  Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah proses belajar mengajar yang berdasarkan pada kebutuhan dan minat siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa.

  Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan sebagai pemberi dukungan selama proses pembelajaran berlangsung (Oemar, 2003:201). Dukungan yang dapat diberikan lembaga pendidikan seperti pemberi fasilitas yang dapat mendukung proses pembelajaran yang dialami oleh siswa dan dukungan yang dapat diberikan oleh guru seperti memberikan pendampingan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi siswa benar-benar diajak untuk berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan siswa sendiri yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang siswa alami.

  Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa ini sudah digunakan oleh SMA Fransiskus Bandar Lampung hampir di semua mata pelajaran. Siswa di SMA Fransiskus dalam proses pembelajaran di kelas selalu diajak oleh guru untuk ikut terlibat aktif seperti menjawab pertanyaan dari guru atau menyampaikan pertanyaan kepada guru sehingga nantinya guru dapat mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan.

  Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru pengamatan penulis, masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru karena ceramah paling mudah dilakukan guru. Guru sudah terbiasa dan umumnya belum merasa puas dan berpandangan belum memberikan pengajaran apabila belum menyampaikan materi secara lisan di depan kelas (Sudirman, 1987:113). Metode ceramah yang dipandang mudah dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar dapat memberikan dampak positif dan negatif pada diri siswa. Dampak positif dari metode ceramah adalah membuat siswa menjadi pendengar yang baik, siswa mendapatkan pokok-pokok dari materi pelajaran yang cukup banyak yang telah dirangkum oleh guru, dan siswa mendapatkan pokok-pokok materi pelajaran yang ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai siswa (Sanjaya, 2006:146). Dampak negatif dari metode ceramah adalah materi yang dikuasai oleh siswa hanya terbatas pada materi pelajaran yang dikuasai oleh guru, siswa akan menjadi bosan jika guru kurang mampu menyampaikan materi pelajaran secara menarik, peran serta siswa dalam proses pembelajaran sangat sedikit, dan keberhasilan penguasaan materi pembelajaran pada siswa tidak terukur (Yamin, 2007:154).

  Metode lain yang juga digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode tanya jawab. Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dengan orang yang memberikan informasi. Pemberi informasi adalah seorang ahli atau yang dianggap mengenal dan mengetahui penyampaian bahan mata pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus di jawab, terutama dari guru, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini termasuk metode tertua dan yang banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di sekolah (Sudirman, 1987:118). Metode tanya jawab ini masih digunakan oleh guru sampai sekarang.

  Metode tanya jawab memiliki dampak positif dan dampak negatif dalam diri siswa. Dampak positif metode tanya jawab adalah siswa memiliki keberanian bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami, siswa memiliki keberanian untuk berdiskusi dengan teman yang lain jika ada perbedaan pendapat saat tanya jawab, dan siswa memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya. Dampak negatif dari metode tanya jawab adalah kreativitas siswa dalam berpendapat hanya terbatas pada materi pelajaran yang disampaikan pada saat itu saja dan terkadang siswa mengalami kesalahan dengan membahas materi pelajaran lain yang sedang tidak di bahas saat itu (Yamin, 2007:156).

  Pada kegiatan pembelajaran di kelas metode ceramah dan metode tanya jawab masih sering digunakan oleh guru. Metode ini bila kita lihat dalam kegiatan pembelajaran di kelas lebih banyak memusatkan proses pembelajaran pada guru. Guru lebih banyak memberikan informasi kepada siswa dan siswa menerima informasi yang diberikan guru. Siswa dalam hal ini lebih banyak proses pembelajaran di kelas bukan hanya metode ceramah dan metode tanya jawab, tetapi masih ada metode presentasi (berbicara di depan kelas).

  Metode presentasi merupakan salah satu metode dalam kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk ikut berperan aktif. Peran aktif siswa tersebut dapat dilihat melalui keikutsertaan siswa dengan bertanya tentang materi yang disampaikan saat itu, memberikan pendapat atau masukan kepada teman yang saat itu sedang mempresentasikan materinya, dan menyiapkan materi yang akan dipresentasikan. Presentasi merupakan salah satu bentuk diskusi tentang hasil tugas yang disampaikan kepada teman-teman sekelas dan adanya kesempatan yang diberikan kepada teman-teman sekelas untuk menanggapi hasil tugas yang telah dipresentasikan.

  Metode presentasi dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu presentasi secara individual dan presentasi secara berkelompok. Presentasi secara individual merupakan kegiatan berbicara di depan kelas dimana seorang siswa menyampaikan hasil tugas yang diberikan oleh guru dan siswa lain dapat memberikan tanggapan seperti bertanya atau menyampaikan pendapat tentang hasil tugas yang telah disampaikan. Presentasi secara berkelompok merupakan kegiatan berbicara di depan kelas dimana siswa secara berkelompok menyampaikan hasil tugas yang diberikan oleh guru dan siswa yang lain dapat memberikan respon terhadap hasil tugas yang saat itu dipresentasikan.

  Metode presentasi dapat memberikan dampak positif dan dampak keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat berkaitan dengan materi yang dipresentasikan saat itu, siswa menjadi bisa menghargai pendapat teman lain, dan siswa memiliki keberanian untuk tampil dan berbicara di depan teman-teman sekelas. Dampak negatif dari metode presentasi adalah siswa merasa gugup ketika berbicara di depan teman-teman sekelas, dan siswa akan sulit mengungkapkan pendapat jika kurang menguasai bahan yang akan dipresentasikan.

  Pada tanggal 16 April 2009 peneliti melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling serta guru bidang studi berkaitan dengan kegiatan berbicara di depan kelas dalam mempresentasikan hasil tugas. Menurut guru bimbingan dan konseling kegiatan berbicara di depan kelas sudah digunakan hampir pada semua mata pelajaran di SMA Fransiskus Bandar Lampung. Kegiatan berbicara di depan kelas dalam mempresentasikan hasil tugas dimaksudkan agar siswa terlatih tampil di depan teman-teman sekelas dan orang banyak. Guru bidang studi juga menambahkan bahwa sebelum berbicara di depan kelas dalam menyampaikan hasil tugas siswa diberi kesempatan untuk menyiapkan apa yang akan dipresentasikan agar nantinya siswa tidak mengalami kecemasan ketika mempresentasikan hasil tugas.

  Kegiatan presentasi yang di bahas pada penelitian ini adalah presentasi yang berkaitan dengan hasil tugas. Hasil tugas tersebut akan disampaikan oleh siswa secara individual. Kegiatan presentasi hasil tugas diri siswa meskipun siswa sudah melakukan persiapan. Perasaan cemas yang ada dalam diri siswa ini yang nantinya juga akan di bahas dalam penelitian ini.

  Kecemasan berbeda dengan ketakutan biasa. Ketakutan merupakan respon terhadap rangsangan menakutkan yang terjadi sekarang dan sudah jelas objeknya. Menurut Santrock (2007:529) kecemasan merupakan perasaan dan kegundahan yang belum jelas subjeknya dan tidak menyenangkan. Menurut Freud (1958:432) kecemasan berhubungan dengan kondisi dan mengabaikan objek, sementara ketakutan perhatian diberikan pada objek. Menurut Barlow dkk (Durand dan David H. Barlow, 2006:159) kecemasan adalah keadaan suasana-hati yang berorientasi pada masa yang akan datang, sedangkan ketakutan adalah reaksi emosional langsung terhadap bahaya yang dihadapi saat ini. Menurut pendapat beberapa tokoh tentang kecemasan ini dapat dilihat bahwa adanya perbedaan antara ketakutan dan kecemasan. Respon yang ditunjukan oleh ketakutan lebih bersifat langsung seperti berlari dengan objek yang jelas juga, sedangkan kecemasan respon yang diberikan tidak langsung seperti jantung berdebar-debar dan dengan objek yang kurang jelas.

  Pada penelitian ini yang akan diuraikan bukanlah perbedaan dari kecemasan dan ketakutan, melainkan membahas tentang kecemasan pada diri siswa. Kecemasan yang ingin dilihat dalam penelitian ini adalah kecemasan berbicara di depan kelas dalam kegiatan presentasi hasil tugas secara individual khususnya pada siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar presentasi dalam kegiatan belajar. Kegiatan presentasi ini masih ada pada siswa-siswi kelas XII dan mungkin lebih sering dilakukan dalam kegiatan belajar, namun dalam penelitian ini siswa-siswi kelas XII tidak dipilih sebagai subjek penelitian karena siswa-siswi kelas XII sedang berkonsentrasi belajar untuk persiapan ujian akhir sekolah. SMA Fransiskus Bandar Lampung dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah ini dalam proses pembelajaran menggunakan metode presentasi untuk semua mata pelajaran disamping metode ceramah dan metode tanya jawab. Penelitian ini akan lebih memfokuskan pada kegiatan presentasi hasil tugas dari guru secara individual. Hal ini disebabkan oleh keingintahuan peneliti tentang tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa ketika berbicara di depan kelas, serta melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan yang muncul pada siswa- siswi kelas X dan kelas XI ketika berbicara di depan kelas.

  Penulis berharap agar tulisan yang berkaitan dengan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas dalam kegiatan presentasi secara individual ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca ataupun guru pembimbing yang membaca tulisan ini.

B. Rumusan Masalah

  Masalah pokok di atas dijabarkan menjadi :

  1. Bagaimanakah tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas

  X SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?

  3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010?

  4. Bagaimanakah program bimbingan dan konseling berkaitan dengan pengolahan kecemasan berbicara di depan kelas?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan :

  1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas X SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

  2. Mendeskripsikan tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010.

  3. Mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan berbicara di depan kelas pada siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Fransiskus tahun ajaran 2009/2010.

  4. Program bimbingan dan konseling tentang pengolahan kecemasan berbicara di depan kelas.

  D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini

  1. Bagi guru pembimbing: guru pembimbing mendapat gambaran atau informasi tentang kecemasan yang dialami oleh siswa ketika berbicara di depan teman-teman sekelas dan melalui informasi tersebut guru pembimbing

  2. Bagi siswa: siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk tampil dan berbicara di depan teman-teman sekelas atau orang banyak melalui program bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing.

E. Batasan Istilah

  1. Kecemasan adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa tidak nyaman terhadap kondisi tersebut dan memberikan respon yang kurang baik terhadap kondisi tersebut. Respon tersebut dapat dimunculkan melalui perilaku seperti berbicara menjadi terbata-bata atau gugup, sering berkeringat pada bagian-bagian tertentu seperti telapak tangan, memainkan jari untuk mengurangi rasa gugup dan jantung berdetak lebih cepat.

  2. Berbicara di depan kelas adalah kegiatan pemberian informasi secara lisan kepada teman-teman sekelas. Informasi yang diberikan dalam hal ini merupakan informasi yang berkaitan dengan hasil tugas dan hasil tugas tersebut mendapat tanggapan dari teman-teman sekelas berupa pertanyaan ataupun pernyataan.

  3. Kecemasan berbicara di depan kelas adalah suatu perasaan tidak nyaman ketika berada dan berbicara di depan teman-teman yang ditunjukkan oleh perilaku seperti berbicara terbata-bata, sering menggerakkan jari tangan, mengulang-ulang kata yang sudah diucapkan atau lebih sering berkeringat.

  4. Siswa pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan kelas XI SMA Fransiskus Bandar Lampung tahun ajaran 2009/2010 yang masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan tentang pengertian kecemasan, penyebab kecemasan, gejala kecemasan dan berbicara di depan kelas. A. Kecemasan 1. Pengertian Semua orang dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah mengalami

  berbagai macam perasaan. Perasaan yang dialami bisa berupa perasaan menyenangkan dan perasaan tidak menyenangkan. Perasaan yang menyenangkan itu misalnya perasaan gembira ketika memperoleh nilai yang baik dalam ujian, perasaan bahagia karena lulus ujian dengan prestasi yang baik, perasaan gembira karena lulus tes masuk sekolah favorit, dll. Perasaan tidak menyenangkan misalnya perasaan sedih karena gagal dalam ujian masuk sekolah favorit, perasaan takut ketika akan bertemu dengan guru yang galak, perasaan cemas ketika di minta maju ke depan kelas oleh guru, dll.

  Menurut Zakiah Daradjat (http://dianti-konselor.blogspot.com : 19 Juli 2009) kecemasan adalah manifestasi (perwujudan) dari berbagai proses emosi bercampur aduk, yang terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan atau frustrasi dan pertentangan batin dan konflik. Emosi yang bercampur aduk tersebut misalnya ketika siswa berpandangan bahwa gurunya galak dan manifestasi (perwujudan) dari keinginan siswa untuk menyelesaikan tugas dan rasa takut terhadap guru dengan cara siswa menyelesaikan soal dari guru pada buku tulis siswa sendiri.

  Menurut Spielberg dan Sarason (http://dianti- konselor.blogspot.com : 19 Juli 2009) kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan seperti kegelisahan, kebingungan yang berkaitan dengan aspek subjektif emosi. Kecemasan dalam definisi ini tidak sama dengan kegelisahan. Kegelisahan yang dimaksud dalam definisi kecemasan disini adalah kegelisahan yang disebabkan oleh perasaan cemas pada diri individu. Misalnya siswa merasa gelisah dan kegelisahan siswa dapat diamati melalui sikap siswa yang sibuk memainkan bolpoin ketika akan maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil tugas. Kegelisahan siswa ini disebabkan karena siswa mengalami kecemasan ketika akan maju ke depan kelas.

  Menurut Yul Iskandar (http://dianti-konselor.blogspot.com : 19 Juli 2009) kecemasan merupakan faktor-faktor emosional atau hal-hal yang memberi pengaruh pada emosi yang dimiliki seseorang. Pengaruh emosi yang dimiliki seseorang dalam hal ini seperti prasangka dalam berpikir, mudah tersinggung. Misalnya siswa berpikir bahwa dirinya tidak mampu mengatakan bahwa siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman- teman sekelas disebabkan karena siswa mengalami perasaan cemas sebelum berbicara di depan kelas untuk menyampaikan hasil tugas dan perasaan cemas siswa memberi pengaruh pada pikirin siswa.

  Menurut Akhmad Sudrajat (http://majalahqalam.com : 11 Mei 2010) kecemasan (anxiety) merupakan salah satu emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya terhadap objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi. Tapi jika intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif, justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu kondisi fisik dan psikis individu yang bersangkutan.

  Menurut American Psychiatric Association dan Barlow (Durand dan David H. Barlow, 2006:158) kecemasan (anxiety) adalah keadaan suasana-perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Misalnya seorang siswa yang merasa kaku pada bagian leher di saat siswa tersebut akan maju ke depan kelas dan menyampaiakan hasil tugas yang telah diselesaikan di depan teman-teman dan guru.

  Menurut Ollen (Clerq, 1994:48) kecemasan (anxiety) menunjuk kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang

  (reaksi badan secara fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat, wajah menjadi merah, jantung berdebar-debar, berkeringat).

  Menurut Nevid, dkk (2005:163) kecemasan merupakan suatu keadaan yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif. Maksud dari perasaan aprehensif adalah keadaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Misalnya siswa merasa khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik dari teman-teman sekelas setelah selesai menyampaikan hasil tugas di depan kelas.

  Menurut Sundari (2005:51) kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan emosi seseorang dan dapat memberikan ancaman terhadap kesehatan individu itu sendiri. Maksudnya suatu kondisi yang menyebabkan munculnya perasaan tidak tenang atau gelisah. Misalnya siswa yang merasa gelisah ketika mendekati hari-hari ujian kenaikan kelas. Perasaan gelisah tersebut membuat siswa menjadi tidak memiliki nafsu makan dan akibatnya siswa mengalami gangguan pada pencernaannya.

  Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis mencoba membuat kesimpulan tentang definisi kecemasan. Berdasar pendapat tokoh Spilberg dan Sarason (2009) serta Yul Iskandar (2009), penulis menarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan kondisi dimunculkan oleh seseorang terhadap hal atau kondisi yang sedang dialami oleh seseorang pada saat itu.

2. Jenis-jenis Kecemasan

  Gaundry (Gunartomo, 2002) menyatakan bahwa secara konseptual di dalam kecemasan dikenal sifat kecemasan (trait anxiety) yang menunjukkan keadaan emosional yang relatif menetap dalam diri seseorang dalam menilai situasi dan kondisi yang sama. Kecemasan ini akan dialami oleh seseorang ketika seseorang tersebut menilai keadaan yang pernah dialami sebelumnya sama dengan keadaan yang akan dialami berikutnya, meskipun sebenarnya keadaan yang dihadapi pada waktu yang berikutnya berbeda dengan keadaan yang dialami pada waktu sebelumnya dan kecemasan yang dialami juga berbeda.

  Speilberger (Slameto, 1995) membedakan kecemasan atas dua bagian yaitu: a. Kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya.

  b. Kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang, yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas

  Cattell, Scheier dan Spielberger (Clerq, 1994:49) menggambarkan kecemasan menjadi dua macam yaitu: a.

  State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu. Contohnya siswa menjadi mudah marah ketika siswa merasa cemas karena akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugas. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif.

  b.

  Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan ‘anxiety proneness’ (kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai kecemasan kronis.

  Frued (http://majalahqalam.com : Calvin S. Hall, 1993) membagi kecemasan ke dalam 3 tipe, yaitu: a. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya- bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.

  b. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut jangan-jangan berbagai insting ketakutan terhadap naluri-naluri itu sendiri, tapi terhadap hukuman yang akan menimpa jika suatu naluri dilepaskan. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh seseorang pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang memiliki otoritas. Misalnya siswa memiliki naluri untuk mencontek ketika mengerjakan soal ujian. Bila naluri siswa untuk mencotek tidak dapat siswa kendalikan dengan baik, nantinya siswa akan mendapatkan hukuman dari guru yang saat itu mengetahui bahwa siswa tersebut sedang mencontek saat mengerjakan soal ujian.

  c. Kecemasan moral yaitu berupa rasa takut terhadap suara hati.

  Individu yang memiliki suara hati yang baik, cenderung merasa bersalah atau malu jika berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperoleh seseorang yang pernah melakukan perbuatan yang melanggar norma di masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang memiliki otoritas.

3. Penyebab-penyebab Kecemasan

  Kecemasan dapat dialami oleh siapa pun dan dimana pun,

  (http://majalahqalam.com : 11 Mei 2010) penyebab-penyebab yang membuat siswa merasa cemas di sekolah antara lain: a.

  Faktor kurikulum Target kurikulum dari sekolah yang terlalu tinggi, suasana pembelajaran yang kurang teratur dengan baik (kurang kondusif), pemberian tugas dari guru yang terlalu padat, atau sistem penilaian dari guru yang kurang adil dan penilaian terlalu ketat.

  b.

  Faktor keadaan guru Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa yang kurang bersahabat, guru yang terlalu galak dengan siswa, guru yang judes dan kurang kompeten. Guru yang kurang kompeten maksudnya guru kurang mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan baik.

  c. Faktor kondisi sekolah Penerapan disiplin yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, suasana sekolah yang kurang nyaman, atau sarana belajar yang sangat terbatas.

  Menurut Kartini Kartono (2000:121) penyebab-penyebab kecemasan antara lain: a. Kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi.

  b. Repressi (penekanan) terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna. d.

  Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin.

  Menurut Daradjat (1985) penyebab seseorang mengalami kecemasan karena: a.

  Tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksuil.

  b.

  Merasa diri (fisik) kurang.

Dokumen yang terkait

Deskripsi tingkat penerimaan diri siswa kelas X SMA Budya Wacana Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 1 155

Deskripsi kematangan pribadi siswa kelas X SMA Negeri 1 Srandakan Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

0 0 71

Tingkat kecemasan mahasiswa berbicara di depan umum dan implikasinya terhadap pengembangan program bimbingan peningkatan kepercayaan diri berbicara di depan kelas

5 22 104

Deskripsi minat siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan tahun ajaran 2006/2007 terhadap kegiatan ekstrakurikuler - USD Repository

0 0 98

Deskripsi tingkat konsep diri remaja kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

0 0 107

Tingkat komunikasi siswa dalam kegiatan-kegiatan kelompok para siswa kelas X SMA St. Mikael Sleman tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 74

Tingkat perilaku sosial siswa kelas X SMA St. Yosep Pangkal Pinang Bangka tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 87

Hubungan antara konsep diri dan kecemasan menghadapi pembelajaran matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Theresiana Weleri tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 230

Hubungan antara prokrastinasi akademik dan kecemasan terhadap matematika dengan prestasi belajar siswa SMA Pius Tegal kelas XI Ilmu Sosial tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 1 299

Deskripsi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 91