EXPRESSIVE WRITING TREATMENT UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO.

(1)

EXPRESSIVE WRITING TREATMENT

UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

OCTAVIA HAIRIN NIM: B53213066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Octavia Hairin (B53213066), Expressive Writing Treatment Untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif Pada Siswa SMP di Desa Segoro Tambak Kab. Sidoarjo Jawa Timur.

Fokus penelitian skripsi ini ada dua, yaitu 1) bagaimana prosesExpressive

Writing Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa

Segoro Tambak-Sidoarjo. 2) bagaimana hasil dari proses Expressive Writing

Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro

Tambak Sedati Sidoarjo.

Expressive Writing Treatement yang dimaksud adalah suatu cara atau

upaya pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada seseorang ke dalam bentuk lambang bahasa, melalui tulisan tangan sedangkan Ekspresi Emosi Negatif adalah adalah suatu reaksi atau pernyataan pikiran dan perasaan seseorang yang memiliki perwujudan kurang baik atau menyimpang secara eksternal baik secara wajah, vokal, sikap maupun gerak tubuh.

Metode penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan eksplorasi dan verifikasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Expressive Writing Treatment. Metode ini kemudian diimplementasikan pada

klien yang mengalami Ekspresi Emosi Negatif. Pada penelitian ini, data diperoleh melalui eksplorasi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Proses konseling dilakukan sesuai dengan tahapan konseling yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. pada pemberian treatment, menggunakan Expressive Writing melalui 4 tahap yaitu 1)

recognation/initial writing,tahap klien menulis bebas tentang segala perasaannya,

baik tentang keluarga, sekolah maupun teman, 2) examination/ exercise writing, tahap klien dipersilahkan menulis tentang peritiwa tertentu yang meliputi 3 sesi. Sesi menulis masa lalu, masa depan dan masa sekarang, 3) juxtaposition, tahap merefleksikan tulisan-tulisan klien sehingga klien mendapatkan penegtahuan-pengetahaun baru tentang dirinya, 4) application to the self. Tahap mengaplikasikan pengetahuan baru dan kesepakatan oleh klien dengan peneliti.

Hasil dari proses Expressive Writing Treatmentmenunjukkan bahwa klien yang mengalami ekspresi emosi negatif terdapat adanya perubahan tingkah laku ditandai dengan berkurangnya waktu durasi marah dan cara-cara atau bentuk ekspresi emosi negatif klien semakin rendah.

Kata Kunci: Bimbingan dan Konseling Islam, Expressive Writing Treatment, Ekspresi Emosi Negatif


(7)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PENGESAHAN MOTTO PERSEMBAHAN

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Konsep... 8

F. Metode Penelitian... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 10

2. Subyek Penelitian... 11

3. Jenis dan Sumber Data... 12

4. Tahap-tahap Penelitian... 13

5. Teknik Pengumpulan Data... 14

6. Teknik Analisis Data... 16

7. Teknik Keabsahan Data... 18

G. Sistematika Pembahasan... 18

BAB II: EXPRESSIVE WRITING TREATMENT DAN EKSPRESI EMOSI NEGATIF A. Expressive Writing Treatment... 20

1. PengertianExpressive Writing Treatment... 20

2. ManfaatExpressive Writing Treatment... 22

3. MekanismeExpressive Writing Treatment... 25

4. Perkembangan Intruksi... 30

5.Expressive Writing Treatmentdan Psikoterapi... 31

B. Ekspresi Emosi Negatif... 34

1. Pengertian Ekspresi Emosi Negatif... 34

2. Ciri-ciri Ekspresi Emosi Negatif... 37

3. Proses Terjadinya Emosi Negatif... 41

4. Faktor Stabilitas Emosi... 45


(8)

Bab III: IMPLEMENTASI EXPRESSIVE WRITING TREATMENTUNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO

A. Ekspresi Emosi Negatif pada Remaja di Desa Segoro Tambak Sedati

Sidoarjo... 49

1. Biodata Klien... 50

2. Lokasi Penelitian... 50

3. Deskripsi Masalah Klien... 50

B. Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 55

1. Proses Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 56

a. Identifikasi Masalah... 57

b. Diagnosa... 57

c. Prognosa... 57

d.Treatement... 59

e. Evaluasi/Follow Up...71

C. Hasil Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 73

BAB IV: ANALISIS IMPLEMENTASI EXPRESSIVE WRITING TREATMENT UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REAMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO A. Analisis Proses Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... ... 74

B. Analisis Hasil Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo ... 84

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan... 87

B. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 TahapanExpressive Writing Treatment... 30

Tabel 3.1 Uraian Sikap yang Harus Dihindari... 66

Tabel 3.2 Aktivitas Klien... 67

Tabel 3.3 RefleksiPositive Ways... 68

Tabel 3.4 Aplikasi Jadwal Aktivitas Sehari-hari... 69

Tabel 3.5Aplikasi Positive Ways... 70

Tabel 4.1 Analisis Proses Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 75

Tabel 4.2 AnalisisTingkat Keberhasilan Expressive Writing Treatment Terhadap Perubahan Diri... 80


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 TahapanExpressive Writing Treatment... 60 Gambar 3.2 Sesi Examination... 69


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diberitakan oleh majalah Tempo, Bogor. Rabu, 04 September 2014 pukul 04:28 WIB. AR 15 tahun siswa SMP di kabupaten Bogor Jawa Barat, tega membunuh teman sekelasnya, Vindi Desi, 14 tahun, teman sekelompok belajarnya itu meludahinya sehingga membuat AR tersinggung.

Kapolsek mengatakan, kasus pembunuhan oleh siswa kelas II SMP PGRI tersebut terjadi, Sabtu 31 Agustus 2013 Siang. Pelaku saat itu mengajak korban pulang bersama menggunakan sepeda motor. Mereka pun berboncengan dengan motor, kata dia.

Namun, ternyata, Sepeda Motor yang dikemudikan pelaku, membawa korban ke daerah kosong di sekitar Komplek AL RT 03/08, Desa Pasir Angin, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Pelaku sempat menanyakan perihal kenapa korban meludahi dirinya saat mendapat jadwal piket kelompoknya.

Korban yang merasa tidak terima dengan pertanyaan itu, langsung marah-marah dan kemudian kedua pelajar kelas II SMP tersebut itupun cekcok. Pelaku tidak tahan lalu ia memukul dengan tangan, tidak puas memukul korban menggunakan balok kayu yang kemudian mencekiknya hingga lemas. AR kemudian meninggalkan korban yang lemas setelah dicekik. AR yang panik membuang tubuh temannya itu ke parit yang berada sekitar 50 meter dari tempat kejadian. Setelah membuang tubuh korban,


(12)

pelaku lalu membawa tas korban dan balok yang digunakan untuk memukul temannya, kata dia.1

Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh para remaja terhadap orang-orang dekatnya disebabkan karena emosi negatif yang tidak dapat dikendalikan. Hari demi hari angka kriminalitas ini semakin meningkat. Tidak jarang kasus kekerasan antar teman, perkelahian, tawuran pelajar ini terjadi. Emosi-emosi negatif yang dialami oleh remaja di ekspresikan dalam bentuk kekerasan.

Kekerasan bisa berupa apa saja termasuk membentak, mengancam, mendominasi dan lain sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Mindanao

Peacebuilding Institute (MPI) bahwa ternyata violence juga mencakup dari

setiap emosional, verbal, fisik, pribadi, interpersonal, kelembagaan, perilaku sosial yang struktural, atau suatu kondisi yang mendominasi, mengurangi, dehumanisasi atau menghancurkan diri kita sendiri maupun orang lain.2Ekspresi emosi negatif yang diekspresikan dalam bentuk kekerasan ini harus segera ditangani.

Ekspresi emosi negatif ini juga dialami oleh remaja di desa Segoro

Tambak yang berumur 16 tahun. Sebut saja si “A”. Setiap merasa dirinya

terganggu atau keinginannya tidak terpenuhi ia akan membanting, melempar, membuang, memecahkan bahkan sampai membakar benda-benda disekitarnya. Ia akan menghentikan perbuatannya jika keinginannya sudah

dipenuhi. Perilaku si “A” ini terjadi sejak ia masih kecil sekitar umur 4 tahun. 1

https://www.tempo.co/read/news/2014/09/04/064510084/diludahi-siswa-SMO-Bunuh-Teman-Sekelas.

2


(13)

Selama perjalanan dari umur 4 tahun sampai 15 tahun, perilaku tersebut masih sering muncul. Pernah suatu hari ia bertengkar dengan kakaknya karena suatu candaan. Si A tersinggung lalu memukul kakaknya. Kemudian keduanya saling berbalas pukulan hingga berujung pada sebuah garpu. Garpu yang ia tusukkan kepada lengan kiri kakaknya. Akibatnya biaya dokter yang harus ditanggung.

Perlu kita sadari bersama. setiap orang adalah penanggungjawab utama atas segala yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Setiap orang secara tidak sengaja turut mengambil andil penting bagi pembentukan lingkungan kita. karena kepribadian manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor3 penting yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan/ sekolah dan lingkungan sosial.4

Interaksi dengan lingkungan sekitar akan memengaruhi kondisi emosional manusia. Karena kepribadian manusia dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan/ sekolah dan lingkungan sosial.5

Emosi memiliki peranan penting dalam kehidupan individu khususnya dalam hal ini adalah remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dan perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan hormonal yang dialami oleh remaja menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan stabilitas emosi pada remaja. Selain perubahan hormonal,

3

Elizabeth B. Hurlock,Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), hal. 55 4

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hal.195

5


(14)

problema lingkungan, problema akademik, dan pengaruh kebudayaan juga memengaruhi perkembangan stabilitas emosi.

Remaja memiliki emosi yang fluktuatif dan mudah meledak karena emosi bersifat aktif dan reaktif. Remaja yang mengekspresikan emosi dengan cara negatif membutuhkan dukungan kematangan perkembangan dan penalaran moral yang baik. Penalaran yang dimaksud adalah pengetahuan atau wawasan mengenai hubungan antara diri dengan orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan secara khusus agar remaja mampu mengendalikan emosi dengan benar, sehingga emosi-emosi negatif remaja dapat diekspresikan dengan baik.

Pemberian bantuan Bimbingan dan Konseling Islam diwujudkan dalam bentukExpressive Writing Treatement. Expressive Writing Treatement adalah merupakan sebuah upaya atau cara pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada seseorang ke dalam bentuk lambang bahasa melalui tulisan tangan. Tujuan

dari Expressive Writing Treatement untuk mengungkapkan pengalaman

emosional dan mengurangi stress yang dirasakan individu sehingga dapat membantu memperbaiki kesehatan fisik, menjernihkan pikiran, memperbaiki perilaku dan menstabilkan emosi.6

Expressive Writing Treatement ini sebagai wadah remaja untuk

membantu mengungkapkan ekspresi-ekspresi emosi yang dirasakan seseorang, membantu mengungkapkan emosi dengan tepat, mampu

6

Qanitatin dkk,Pengaruh Katarsis dalam Menulis Ekspresif Se bagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa,Jurnal Psikologi UNDIP vol. 9, No. 1, 2011. Hal. 25


(15)

menyesuaikan perilaku serta perasaan yang ditampilkan oleh lingkungan sekitar.

Peneliti akan menjadikan Expressive Writing Treatment ini sebagai fokus penelitian.dan remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo sebagai obyek penelitiannya. Peneliti mencoba menggunakan Expressive Writing untuk mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Si ‘A’, remaja di desa Segoro

Tambak Sedati Sidoarjo.

Expressive Writing ini digunakan oleh peneliti sebagai media ekpresi

klien untuk mengekspresikan segala emosi yang ia rasakan selama ini. Peneliti menggali permasalahan klien dari isi tulisan dan melihat perubahan perkembangan isi tulisan dari hari ke hari oleh klien. oleh sebab itu, peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul Expressive Writing Treatment

untuk mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Remaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosesExpressive Writing Treatmentdalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil dari proses Expressive Writing Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo?


(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses Expressive Writing Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo?

2. Mengetahui hasil dari proses Expressive Writing Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo?

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis, Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dan pedoman aplikatif oleh konselor Islam, psikolog, orang tua, tenaga pendidik ataupun para transformer akhlak untuk memperoleh kehidupan yang bermartabat dan berbudi pekerti luhur baik secara preventif, kuratif dan developmen. selain itu hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan kepada lingkungan pendidikan, keluarga, dan lembaga pengembangan.

Sedangkan secara teoritis, hasil penelitian ini diasumsikan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Civitas akademika Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, utamanya untuk program studi strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai koleksi rujukan di perpustakaan, selain itu dapat dijadikan sebagai khazanah peradaban


(17)

keilmuan Bimbingan Konseling Islam terutama untuk peneliti yang hendak meneliti dan mengkaji kembali dalam ranah yang berbeda, sehingga dapat ditindak lanjuti kembali di masa mendatang

1. Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan rujukan dalam mengembangkan dan mentransformasikan kepribadian, mental dan akhlaq anak terkhusus pada proses konseling dan konselor Islam. Seperti di lingkungan sekolah, lembaga penitipan anak, dan institusi pengembangan anak.

2. Penulis pribadi

Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman emosional yang luar biasa, membuka cakrawala paradigma baru, dan menambah pengetahuan biodiversitas manusia. Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi penulis, konselor Islam, Pekerja sosial untuk membantu klien dalam menangani berbagai masalah sekaligus menambah nilai-nilai positif dalam kehidupan penulis.

3. Para mahasiswa program studi strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling Islam

Hasil penelitian ini bagi para mahasiswa program studi strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling Islam dapat dijadikan sebagai tambahan keilmuan, rujukan dan dapat dijadikan referensi atau penelitian lanjutan tugas akhir perkuliahan.


(18)

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari pemaknaan ganda dari penulisan proposal ini, maka perlu dijelaskan definisi konsep dan batasan masalahnya, sebagaimana berikut:

1. Expressive Writing Treatment

Expressive Writing merupakan teknik dari Expressive Therapy

yang dikembangkan oleh Pearson dan Nolan sejak tahun 1987.7tokoh dari

Expressive Writingini adalah Pennebeker.

Expressive Writing merupakan ungkapan terdalam dari pikiran

dan perasaan atau kegiatan menuliskan pikiran dan perasaan terdalam tentang suatu peristiwa traumatis atau pengalaman emosi yang pernah dialami. Seperti yang diungkapkan oleh Pennebeker dalam karyanya Handbook of Low-Cost Interventions to Promote Physical and Mental

Health: Theory Reasearch and Practice, Expressive Writing adalah ‘one’s

deepest thoughts and feelings about trouble’.8

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

Expressive Writing yang dimaksud penulis adalah suatu cara atau upaya

pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada anak ke dalam bentuk lambang bahasa, melalui tulisan tangan.

7

James Pennebeker dan John Evans,Expressive Writing: Words That Heal,(New York, University of Texas, 2008), hal. 2.

8

James W. Pennebeker dkk, Handbook of Low-Cost Interventions to Promote Physical and Mental Health: Theory Reasearch and Practic,(Texas, University Of Texas, 2008), hal. 10


(19)

2. Ekspresi Emosi Negatif

Ekspresi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dsb); pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.9

Kata emosi berasal dari bahasa Prancis emotion, dari kata

emoivoir, yang berarti kegembiraan. Emosi merupakan penyebab

munculnya reaksi emosi. Seperti yang dikatakan oleh Lahey dalam karya Anisa Rahmadani bahwasanya emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang menyebabkan munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun hanya dapat dilihat dari ekspresi dan perilakunya saja.10

Pernyataan ini juga sependapat dengan Prezz yang dikutip oleh Anisa bahwa emosi adalah reaksi tubuh saat menghadapi situasi tertentu.11

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) negatif adalah tidak pasti; tidak tentu tanpa pernyataan; jawabannya masih belum positif, kurang baik; menyimpang dari ukuran umum: lingkungan dapat mengakibatkan pengaruh.12

9

Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline V.1.5 10

Anisa Rahmadani,Efektivitas Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Emosi,Vol. 5 No. 35. 2013, (repository.upi.edu), hal. 5

11

Anisa Rahmadani,Efektivitas Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Emosi,hal. 7

12


(20)

Emosi negatif adalah emosi yang selalu identik dengan perasaan yang tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.13

Yang dimaksud penulis dari ekspresi emosi negatif adalah suatu reaksi atau pernyataan pikiran dan perasaan seseorang yang memiliki perwujudan kurang baik atau menyimpang secara eksternal baik secara wajah, vokal, sikap maupun gerak tubuh.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di lapangan (field research) dengan tujuan eksplorasi dan verifikasi.

Seperti yang dikatakan oleh Arief Furchan yang dikutip oleh Dwi Lestari menyatakan penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, menurut pendapat kami pendekatan ini langsung menunjukkan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subjek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.14

13

Anisa Rahmadani, Efektivitas Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Emosi, hal. 10

14

Yesi Dwi Lestari,Manajemen Sekolah Berbasis Akselerasi, Jurnal UI, Vol.1 no, 28. 2013 (Repository.upi.edu), hal. 55


(21)

Penelitian kualitatif deskriptif bersifat induktif. Sutrisno mengatakan bahwa berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang khusus, konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.15

Desain penelitian pada penelitian kualitatif di rancang untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam terhadap situasi sosial tertentu, hal ini ini sependapat dengan Nana Syaodih yang berpendapat bahwa penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.16

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan eksplorasi terhadap

Expressive Writing yang kemudian diverifikasi dengan konsep Expressive

Therapy dengan mengaplikasikan atau praktek bersama dengan klien

secara langsung. Selanjutnya, penulis mendeskripsikan proses dan hasil dari bimbingan dan konseling yang penulis lakukan terhadap klien yang mengalami problem ekspresi emosi negatif.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian kualitatif yaitu informan atau subyek utama yang akan diteliti. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono dalam penelitian

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 1987), hal 42.

16

Nana Syaodih,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung, PT. Refika Aditama, 2007), hal. 99


(22)

kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia manusia sebagai instrumen penelitian utama karena segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.17

Subyek dalam penelitian ini yaitu remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang akan penulis gali yaitu dari subyek penelitian itu sendiri dan lingkungan eksternal dari subyek utama penelitian. Seperti yang dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.18

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data. Sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumadi Suryabrata dalam bukunya

Metode Penelitian mengungkapkan bahwa sumber data primer yaitu data

yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dan sumber pertamanya.19sedangkan untuk data sekunder Sumadi Suryabrata berpendapat sumber data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.20

Dalam hal ini, sumber data primer adalah klien yang mengalami problem Ekspresi Emosi Negatif, sekaligus sebagai subyek penelitian.

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), hal. 306.

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), hal. 129

19

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 101

20


(23)

Sedangkan untuk data sekunder antara lain ialah buku-buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang relevan baik secara cetak maupun elektronik. 4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Penetapan desain atau model penelitian.

Dalam hal ini dimulai dengan pembuatan proposal penelitian yang selanjutnya diujikan kepada dosen penguji, sehingga diperoleh suatu desain dan model penelitian yang disetujui.

b. Pencarian data pokok

Pencarian data mulai dilakukan dengan cara eksplorasi dan menganalisa konsep Expressive Writing dan Ekspresi Emosi Negatif sebagai bekal pengetahuan mengimplementasikantreatmenttersebut. c. Praktek lapangan

Selanjutnya mempraktekan konsep Expressive Writing tersebut kepada klien yang mengalami problem ekspresi emosi negatif.

d. Pencarian pengetahuan kontekstual

Dalam hal ini, penulis melakukan eksplorasi, verifikasi dan reduksi atas data-data yang terkumpul dari proses konseling sehingga diperoleh hasil penelitian yang objektif.

e. Penulisan laporan penelitian

Dari data yang telah didapatkan, kemudian dianalisis dengan analisis induktif dan dicatat dalam laporan penelitian.


(24)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang pnting dalam suatu penelitian. Menurut Sumadi Suryabrata adalah pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.21

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah triangulasi, yaitu pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Senada dengan pendapat Moelong, yang mengatakant triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama dengan teknik pemerikaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.22

Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi, wawancara dan juga dokumentasi.

Observasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang mewajibkan peneliti untuk langsung terjun ke lapangan atau subyek penelitian.

Sependapat dengan pernyataan Djam’an Satori dan Aan Komariah

yang mengatakan bahwa metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati 21

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,Hal. 103 22

Lexy J. Moelong,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 330


(25)

hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.23

Dalam hal ini, peneliti sebagai obervan aktif untuk mengumpulkan data. Perihal yang akan diobservasi yaitu perilaku subyek penelitian baik verbal maupun non verbal, ekspresi-ekspresi emosi negatif yang keluar, ekspresi ucapan atau perkataan yang muncul saat emosi negatif itu muncul, komunikasi antara ayah, ibu dan saudara dengan klien, pola asuh antara ayah, ibu saudara dengan klien, kondisi hubungan keluarga, kondisi hubungan antar individu keluarga dirumah, komunikasi antar teman sebaya, komunikasi dengan para guru, interaksi subyek penelitian dengan lingkungan keluarga, interaksi dengan lingkungan pendidikan dan interaksi dengan teman dan lingkungan sosialnya.

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan responden penelitian. Mohamad Ali mengemukakan bahwa wawancara merupakan salah salah satu cara tanya jawab baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan sumber data.24

Hal ini juga dikatakan oleh beberapa ahli, salah satunya dikemukakan oleh Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah)

mendefiniskan bahwa wawancara salah satu bagian proses pengumpulan data

23

A’an Djam’an Sa23 A’an Djam’an Satori dan Komariah, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta: 2011) hal. 104

24

Mohamad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 83


(26)

atau informasi yang melalui tatap muka antar pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewer).25

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terstruktur, tidak terstruktur dan semi terstruktur kepada subyek penelitan, dan lingkungan eksternal dari subyek penelitian meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan sosial.

Wawancara meliputi perihal tentang ekspresi emosi yang dilakukan saat marah, interaksi kepada ayah, ibu dan saudara saat marah, komunikasi saat ekspresi emosi negatif muncul, perasaan yang dialami saat emosi negatif muncul, sasaran ekspresi emosi negatif, kondisi pikiran saat emosi negatif muncul, penyebab kemarahan dan penyelesaian kemarahan.

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung. Artinya sebagai pendukung atau alat bukti dalam suatu penelitian. Menurut Robert C. Bodgan dalam Sugiyono, mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar. Karya-karya monumental dari seseorang.26

Dalam hal ini peneiti akan mendokumentasikan data-data selama proses konseling, perubahan perkembangan isi tulisan dari subyek penelitian dan perubahan perkembangan perilaku subyek penelitian.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting yang menentukan dalam suatu penelitian. Analisis data merupakan suatu rangkaian

25A’an Djam’an Satori dan Komariah,

Metode Penelitia,.hal, 100 26


(27)

kegiatan mengurutkan, mengklasifikasikan, dan memberi kode sehingga didapatkan suatu data temuan berdasarkan masalah yang diteliti.

Lexy J. Moelong berpendapat analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis sebagaimana disarankan oleh data.27

Dalam proses analisis data, peneliti menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Burhan Bungin mengatakan (dalam buku Analisis Data

Penelitian Kualitatif), Reduksi data adalah mengikhtiarka hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya berdasarkan konsep, kategori dan tema tertentu. Data display adalah mengorganisasikan data dalam bentuk yang lebih utuh, yang berbentuk sketsa, sinopsis, matrik atau bentuk lain, hingga selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan.28

Maka dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data yang diperoleh dari ekplorasi Expressive Writing sehingga ditemukan hipotesis yang kemudian dapat diterapkan kepada klien yang memiliki problem ekspresi emosi negatif secara berulang-ulang, dan ternyata jika hipotesis diterima maka proses konseling menggunakan Expessive Writing untuk mengatasi ekspresi emosi negatif bisa ditindaklanjuti.

27

Lexy J. Moelong,Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 88. 28

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatf; Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal 70.


(28)

I. Teknik Keabsahan Data

Upaya untuk menjamin validitas dan reliabilitas data penelitian, maka penulis mengupayakan:

a. Triangulasi

Dalam upaya uji validitas, maka dilakukan pula teknik triangulasi. Penulis menggabungkan semua data yang telah terkumpul baik dari observasi, wawancara maupun dokumentasi kemudian mencari data-data yang sama dalam berbagai sumber yang berbeda.

b. Meningkatkan ketekunan

Penulis akan melakukan dengan cara mencari referensi-referensi terkait, mengecek kembali data-data yang terkumpul dan melakukan penelitian secara lebih teliti dan kontinu.

c. Re-Check data

Penulis mengecek kembali data-data yang telah dikelompokkan lalu ditulis untuk bahan pelaporan.

G. Sistematika Pembahasan

BAB I. Pendahuluan. Bagian ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metodologi penitian, dan sistematika pembahasan

BAB II . Expressive Writing dan problem ekspresi emosi negatif. Bagian ini berisikan teori-teori tentang Expressive Writing serta problema ekspresi emosi negatif.


(29)

BAB III. Problema dan Proses; Implementasi ExpressiveWriting dalam mengatasi Ekspresi Emosi Negatif. Bagian ini berisikan penyajian data hasil penelitian, yaitu pelaksanaan dan hasil dari implementasi Expressive

Writingdalam menangani klien yang mengalami ekspresi emosi negatif.

BAB IV. Analisis Problema dan Proses; implementasi Expressive

Writing dalam mengatasi problem Ekspresi Emosi Negatif. Bagian ini

berisikan analisis dari data yang disajikan berkenaan dengan proses dan hasil

dari Expressive Writing terhadap problem Ekpresi Emosi negatif yang

dialami klien dan proses konseling, kelemahan dan kelebihan dari proses konseling dengan menggunakan Expressive Writing yang dilakukan, dan prospek mendatang yang dianggap penting.

BAB V. Penutup. Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.


(30)

BAB II

EXPRESSIVE WRITING TREATMENT

DAN EKSPRESI EMOSI NEGATIF A. Expressive Writing Treatment

1. PengertianExpressive Writing Treatment

Expressive Writingpertama kali dicetuskan oleh Pennebeker pada

tahun 1989. Pennebeker yang merupakan seorang professor di bidang Psikologi Sosial banyak meneliti manfaat dari kegiatan menulis. Pada awal penelitiannya, Pennbeker meneliti manfaat menulis pada klien dengan gangguan Post Traumatic and Stress Disorder. Kemudian Pennebeker memperluas penemuannya dengan melakukan eksperimen bidang psikososial, yaitu mengenai relasi sosial dan hubungan romantis1.

Expressive Writing adalah menulis mengenai suatu hal yang

sangat emosional tanpa memperhatikan tata bahasa maupun diksi.

Expressive Writingmerupakan suatu proses katarsis karena dalam proses

menulis, individu diminta menulis perasaan terdalam dan melibatkan emosinya dalam membuat cerita.

Expressive Writing merupakan sebuah proses terapi dengan

menggunakan metode menulis ekspresif untuk mengungkapkan pengalaman emosional dan mengurangi stress yang dirasakan individu sehingga dapat membantu memperbaiki kesehatan fisik, menjernihkan

1

Sindiro, Lidwiana Florentiana, Efektivitas Expressive Wrting Sebagai Reduktor Psychological Distress, Universitas Sanata Dharma. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016), hal. 96


(31)

pikiran, memperbaiki perilaku dan menstabilkan emosi. Ekspresif emosional merupakan ekspresi natural dari emosi yang sebenarnya.2

Menulis menurut Depdikbud3 diartikan sebagai melahirkan pikiran atau perasaan melalui tulisan. Ekspresif diartikan sebagai kemampuan untuk menggambarkan perasaan/isi hati/emosi dengan tepat. Emosi diartikan sebagai sesuatu yang diartikan dengan ekspresi emosi. Jadi,Expressive Writingmengungkapkan isi pikirkan atau perasaan yang dialami oleh seseorang melalui tulisan tangan.

Menurut Abraham Maslow, jika semua kebutuhan dasar kita telah terpenuhi, maka kita akan menunjukkan dorongan yang kuat untuk pengakuan diri. Jika dorongan itu terhambat, maka akan terjadi pengekangan.4

Menurut Pennebeker, mengungkapkan bahwa “penerjemahan

pengalaman (pahit) ke dalam bahasa akan mengubah cara orang berpikir mengenai pengalaman itu.Expressive Writingmenyediakan peluang bagi individu untuk memantulkan perasaannya secara emosional dalam bentuk peningkatan penggunaan kata-kata penyampaian emosi selama interaksi sosial, peningkatan penyampaian emosi tersebut akan meningkatkan

perbaikan dalam stabilitas hubungan”.5

2

Qanitatin dkk, Pengaruh Katarsis dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa,Jurnal Psikologi UNDIP vol. 9, No. 1, 2011. hal. 25

3

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi MarahPada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012, hal. 115

4

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah Pada Remaja,hal. 136

5

J.W Pennebeker, Writing About Emotional Experiences as a Therapeutic Process Psychological Science, 8.1997. hal. 162


(32)

Freud juga berpendapat (dalam Murti)Expressive Writing adalah membicarakan pengalaman yang menggusarkan atau kejadian traumatis mengenai emosi yang tersembunyi untuk mendapatkan wawasan dan cara penyelesaian dari trauma.6

Expressive Writing Treatment dianggap mampu mereduksi stres

karena saat individu berhasil mengeluarkan emosi-emosi negatifnya (perasaan sedih, kecewa, duka) ke dalam tulisan, individu tersebut dapat mulai merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori, memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari psikosomatik.

Expressive Writing Treatmentyang dimaksud oleh peneliti adalah

suatu cara atau upaya pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada seseorang ke dalam bentuk lambang bahasa melalui tulisan tangan.

2. ManfaatExpressive Writing Treatment

Manfaat Expressive Writing dalam jangka panjang diungkapkan oleh Baikie dan Wilhelm “the immediate impact of expressive writing is usually a short-term increase in distres, negative mood and physical

symptoms, and a decrease in positive mood compare with controls

6

Murti, Dahlia Reyza, Pengaruh Expressive Writing terhadap Penurunan Depresi Pada Remaja SMK di Surabaya, Vol. 1, No.02 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2013, hal. 98


(33)

Expressive writing partisipants also rate their writing as significantly

more personal, meaningful and emotional.7

Pemaparan Bikie dan Wilhelm di atas dapat dipahami bahwa efek jangka panjang dari Expressive Writing diantaranya yaitu: berkurangnya stress akan meminimalisir kunjungan ke dokter, memperbaiki fungsi sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, memperbaiki fungsi-paru-paru, memperbaiki fungsi hati, memperbaiki suasana hati, meningkatnya kesejahteraan psikologis, menurunkan gejala depresi dan menurunkan trauma.

Secara kognitif, Expressive Writing membantu individu mengingat dan meningkatkan kapasitas otak.8 Dalam hal lain, Park dan Ramirez menemukan bahwa kecemasan yang dirasakan siswa pada saat menjelang ujian dan setelah ujian, dapat direduksi dengan Expressive

Writing. Expressive Writing juga dapat memperbaiki dalam hal

kehidupan interaksi sosial seseorang.

Menurut Pennebeker dan Chung yang dikutip Marieta,Expressive

Writing memiliki beberapa tujuan yaitu:

a. Merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku b. Membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung

bahan kimia 7

Baikie dan Wilhelm, Emotional and Physical Health Benefits of Expressive Writing. Journal Continuing Prfessional Development,11. 2005. hal. 338-346

8

Sindiro, Lidwiana Florentiana, Efektivitas Expressive Wrting Sebagai Reduktor Psychological Distress, Universitas Sanata Dharma. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016), hal. 18


(34)

c. Mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat terapi d. Hubungan sosial semakin baik dengan masyarakat.9

Hal ini sepada yang dikatakan oleh Fikri, dengan Expressive

Writing dapat dijadikan sebagai media penyembuhan dan peningkatan

kesehatan mental. Secara umum, manfaat diantaranya ialah:

a. Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain dalam bentuk tulisan dan literatur lain.

b. Meningkatkan kreatifitas, ekspresi dan harga diri. c. Memperkuat kemampuan komunikasi dan interpersonal.

d. Mengekspresikan emosi yang berlebihan (katarsis) yang menurunkan ketegangan.

e. Meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan beradaptasi.10

Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa menulis pengalaman emosional mempunyai manfaat yang besar sebagai media terapeutik dalam beberapa permaslahan klinis. Terapi menulis mampu meningkatkan perawatan diri bagi individu yang mengalami kesedihan mendalam karena menulis digunakan sebagai media untuk membuka diri sehingga individu tersebut lebih mampu untuk melakukan rawat diri yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Pennebeker dan Wilhelm membuktikan bahwa terapi Expressive Writing dinilai baik dan 9

Marieta Rahmawati, Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Vol.2, No.2, (Malang, Jurnal IlmiahPsikologi Terapan, 2014) UMM. hal. 282

10

Fikri, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif terhadap Emosi Marah pada Remaja, hal. 130


(35)

bermanfaat oleh para peserta karena mampu mengurangi kecemasan dan perbaikan suasana hati.

Manfaat dari Expressive Writing Treatment ini banyak memberikan dampak positif bagi psikis mau pun fisik. Expressive

Writing Treatmentberpengaruh baik bagi kesejahteraan psikis seseorang;

mengurangi kecemasan, perbaikan suasana hati, dan menurunkan ketegangan sehingga dalam jangka panjang berakibat baik bagi kesehatan tubuh.

3. MekanismeExpressive Writing Treatment

Mekanisme dari proses terapeutik menulis ekspresif ini sebenarnya sama dengan mekanisme terapi-terapi yang lain, yaitu berorientasi pada penyingkapan (disclosure) pengalaman-pengalaman emosional. Pengakuan dan penyingkapan diri merupakan proses dasar yang muncul dalam psikoterapi, dan secara ilmiah muncul dalam interaksi sosial yang dianggap manfaat secara psikologis dan bahkan fisik. Penyingkapan masalah pribadi memiliki nilai terapeutik yang menakjubkan dalam dan pada dirinya sendiri.

Expressive Writing Treatment sangat sederhana. Yaitu dengan

cara menuliskan hal yang sangat emosional tanpa mempedulikan tata bahasa dan diksi dalam waktu 20-35 menit. Kegiatan ini dapat dilakukan seminggu 4 kali selama 4-5 minggu. Hasil dari Expressive Writing tidak diperkenankan untuk dibaca kembali akan tetapi disimpan dan dibuka ketika dikehendaki saja.


(36)

Menurut pendapat lain, beberapa penelitian berbeda dalam penggunaan durasi menulis, 10-30 menit waktu menulis. kemudian subjek diminta masuk ke dalam ruangan dan diminta untuk menulis tentang bagaimana subjek menggunakan waktunya sehari-hari hingga pengalaman dalam kehidupannya, tentang perasaan-perasaannya kepada orang-orang disekitarnya, tentang masa lalu, masa sekarang dan impiannya, hingga konflik pribadinya. Dengan durasi 10-30 menit dalam 3 atau 5 hari hingga 4 minggu.11

Pendapat lain mengatakan bahwa mekanisme Expressive Writing ini subjek diminta untuk menyampaikan bagaimana perasaannya melalui tulisan dan kemudian merefleksikannya. Kemudian disisipi unsur spiritual melalui refleksi pengalaman di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sepanjang rentang tersebut, subjek akan diminta untuk menuliskan apa saja hal menyenangkan yang telah ia dapatkan dan hal apa saja hal yang traumatis yang terjadi pada diriya. Sisi spiritual digali dengan cara merefleksikan hubungan antara pengalaman emosional dan keyakinan subjek terhadap Tuhan yang mengatur segala kehidupannya.12

Mekanisme menurut pendapat lain juga mengatakan bahwa partisipan menulis pengalaman traumatis dalam hidupnya, waktu pelaksanaan 3-4 hari berturut-turut atau lebih sesuai tujuan penelitian dengan durasi 15-30 menit setiap kali menulis, tidak ada umpan balik

11

Marieta Rahmawati,Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, hal. 280

12

Yudi Kurniawan, Spiritual-Emotional Writing Therapy Pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang dengan Gejala Somatis. UII Yogyakarta,Vol. 12 No. 2, 2014, hal. 145.


(37)

yang diberikan, partisipan bebas menulis pengalaman traumatis yang pernah dialami, dan efek langsung yang dirasakan oleh sebagian partisipan ketika mengingat pengalaman traumatisnya antara lain menangis atau sangat marah.13

Pennebeker juga menunjukkan syarat tulisan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisisExpressive Writing.

a. Semakin banyak penggunaan kata-kata yng beremosi positif seperti bahagia, cinta, baik dan tertawa.

b. Kata-kata dengan kandungan emosi negatif yang jumlahnya sedang (tidak banyak atau sedikit) seperti marah, terluka, buruk.

c. Menggunakan lebih banyak kata-kata kognitif pada hari terakhir seperti pemikiran kausal (sebab, akibat, alasan) dan wawasan/refleksi diri (memahami, menyadari mengetahui)

d. Membangun kisah yang jelas, koheren, dan terorganisir dengan baik pada hari terakhir melakukanExpressive Writing.14

Setelah membahas mekanisme pelaksanaan Expressive Writing, berikut rincian dari aplikasi Expressive Writing, hynes dan Hynes, dan Thompson membagiExpressive Writingke dalam empat tahap yakni:

a. Recognation/initial writing

Tahap ini merupakan tahap pembuka yang berisi kegiatan membangun kenyamanan sekaligus juga menulis. Tahap ini

13

Murti, Reyza Dahlia,Pengaruh Expressive Writing Terhadap Penurunan Depresi Pada Remaja SMK di Surabaya,hal. 96

14

J. W, Pennebeker,Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi, (Bandung, Mizan, 2002), hal 87


(38)

bertujuan untuk membuka imajinasi, memfokuskan pikiran, relaksasi dan menghilangkan ketakutan yang mungkin muncul pada diri klien, serta mengevaluasi kondisi mood atau konsentrasi klien. Klien diberi kesempatan untuk menulis dengan bebas kata-kata, frase, atau mengungkapkan hal lain yang muncul dalam pikiran tanpa perencanaan dan arahan. Selain menulis, sesi ini juga dapat dimulai dengan pemanasan, gerakan sederhana, atau memutar suatu music instrumentalia. Tahap ini berlangsung selama 6 menit.

b. Examination/writing exercise

Tahap ini bertujuan untuk mengeksplorasi reaksi klien terhadap suatu situasi tertentu.Writing exercise ini merupakan tahap dimana proses menulis dilakukan. Instruksi yang diberikan untuk menulis, bervariasi sekitar 10-20 menit setiap sesi. Jumlah pertemuan berkisar 3-5 sesi secara berturut-turut.

Cakupan topik tulisan juga dapat diperluas menjadi peristiwa yang emosional yang lebih umum atau peristiwa spesifik yang dialami individu, seperti saat di diagnosa oleh seorang dokter. Selain itu topik tidak hanya berkaitan tentang topik di masa lalu dan di masa depan saj atetapi juga di masa depan.

c. Juxtaposition/feedback

Tahapan ini merupakan sarana refleksi yang mendorong pemerolehan kesadaran baru yang menginspirasi perilaku, sikap, nilai yang baru serta membuat individu memperoleh pemahaman


(39)

yang lebih dalam tentang dirinya. Tulisan yang sudah dibuat klien, direfleksikan atau dikembangkan, disempurnakan dan didiskusikan bersama. Hal pokok yang dapat digali pada tahap ini adalah bagaimana perasaan penulis saat menyelesaikan tugas menulis atau saat membaca. Pada tahap ini klien mendapatkan pengetahuan baru kemudian diaplikasikan dan berlanut pada kesepakatan antara klien dengan peneliti atas perubahan tingkah laku yang akan dilakukan dikemudian hari.

d. Application to the self

Pada tahap terakhir ini, klien didorong untuk mengaplikasian pengetahuan barunya dalam dunia nyata. Konselor atau terapis membantu klien mengintegrasikan apa yang telah dipelajari selama sesi menulis dengan merefleksikan kembali apa yang mesti diubah dan diperbaiki dan mana ynag perlu dipertahankan.selain itu juga dilakukan refleksi tentang manfaat menulis bagi klien. Konselor juga perlu menanyakan apakah klien merasakan ketidaknyamanan atau bantuan tambahan untuk mengatasi masalah sebagai akibat dari proses menulis yang mereka itu.15

TahapanExpressive Writing Treatmentdapat diuraikan dengan lebih sederhana sebagaimana berikut.

15

Reni Susanti Dkk,Pengaruh Expressive Writing TherapyTerhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Berbicara di Muka Umum Pada Mahasiswa, Jurnal Psikologi, Vol. 9, No.2, 2013, hal. 121


(40)

Tabel 2.1. TahapanExpressive Writing Treatment

NO Tahapan Uraian Kegiatan Waktu

1. Recognation Menulis bebas 6-45 menit 2. Examination Menulis dengan topik tertentu 10-60 menit 3. Juxtaposition Merefleksikan tulisan 20-60 menit 4. Application to the

self

Mengaplikasikan pengetahuan baru 10 menit

Mekanisme pelaksanaan Expressive Writing Treatment yang dilakukan peneliti yaitu subyek diminta untuk menuliskan pengalaman kehidupan sehari-sehari. Menuliskan bagaimana interaksi dengan lingkungan sekitarnya; keluarga, teman, tetangga. Tulisan tersebut berisi tentang perjalanan hidupnya di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan kemudian subyek menulis cita, impian dan apa yang subyek inginkan. Kemudian subyek diminta menuliskan pengalaman yang paling menyedihkan dan pengalaman yang paling menyedihkan. Lalu subyek diminta untuk menuliskan nikmat yang sudah diterima oleh Allah kepada dirinya. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut dalam seminggu selama 5 minggu.

4. Perkembangan intruksi

Perkembangan instruksi Expressive Writing pertama kali dibuat oleh Pennebeker dan bersifat umum serta berfokus pada permasalahan trauma. Kemudian perkembangan instruksi ini dikembangkan oleh EW. King.


(41)

Penemuan King menghasilkan bahwa menuliskan topik secara spesifik seperti life-goal membuat individu bepikir jernih, menjadi peka dengan dirinya sendiri, dan membantu proses memutuskan nilai atau prinsip hidup. Menulis dengan menentukan satu topik yang spesifik, individu menemukan cerita yang lebih konstruktif dan masuk akal, sehingga muncul keyakinan dan optimisme dalam diri individu ketika mengalami yang sejenis16.

Peneliti akan menggunakan cara ini yaitu dengan menentukan satu topik yang spesifik setiap 15 menit pertama. Kemudian akan berlanjut berganti topik setiap 15 menit kemudian. Proses ini akan dilakukan terus menerus dan setelah beberapa pertemuan proses refleksi dan perubahan diri akan dilakukan.

5. Expressive Writing Treatmentdan Psikoterapi

PenggunaanExpressive Writing Treatment bisa dijadikan sebagai warna baru dalam hal psikoterapi karena tujuan dari psikoterapis sendiri yaitu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran klien mengenai masalahnya serta dapat membicarakan masalah tersebut dengan orang lain17sehingga pola pikir klien dapat berubah menjadi lebih adaptif.18

Dalam kerangka kuratif, ada dua cara yang populer dalam proses psikoterapi, yaitu meminta klien berbicara dan menulis. Bicara dan

16

Sindiro, Lidwiana Florentiana, Efektivitas Expressive Wrting Sebagai Reduktor Psychological Distress, Universitas Sanata Dharma. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016), hal. 94

17

J. W, Pennebeker,Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi, (Bandung, Mizan, 2013), hal. 105

18

J. W, Pennebeker,Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi, hal. 110


(42)

menulis merupakan salah satu cara terapeutik sekaligus katarsis19. Konseling dengan perpaduan Expressive Writing Treatment merupakan perpaduan yang efektif untuk mengatasi problema.

Paez dan Gonzales menyatakan bahwa menulis merupakan proses

Reframing. Reframing juga terjadi pada saat konseling. reframing pada

klien yang melakukanExpressive Writingterjadi ketika klien menuliskan

Stressor dan mengalami proses rekognisi. Karena menulis merupakan

odel psikoterapi yang melibatkan proses kognitif dan penyadaran.20 Menulis dipercaya mempunyai kedudukan yang setara dengan psikoterapi karena memiliki aspek pengungkapan masalah. Dalam hal pengungkapan masalah, menulis mempuyai esensi yang sama dengan dzikir. Menurut Primadona dalam skripsinya Pengaruh Dzikir terhadap Kadar Hormon T4 (Tettraidotironin) pada Qori di Liningkungan IPTIQ Jakarta bahwa dzikir ada 4 macam yaitu: 1) dzikir pikir; 2) dzikir lisan; 3) dzikir qalb; 4) dzikir amal. Yang memiliki esensi yang sama yaitu dzikir pikir. Dzikir pikir yaitu mengingat Allah dengan cara memikirkan, menelaah dan merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah maupun ayat

kauniyah ciptaan-Nya. Allah menganjurkan hambanya untuk berfikir

seperti dalam surah Ali Imran ayat 19121:

19

J. W, Pennebeker,Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi, (Bandung, Mizan, 2005), hal. 121

20

A.G, Brand,Writing as Conseling Elementary Scool Guide Conseling,1987, hal.270 21

Skripsi, Primadona, Pengaruh Dzikir terhadap Kadar Hormon T4 (Tettraidotironin) pada Qori di Liningkungan IPTIQ Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, 2010, hal. 67.


(43)

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Kemudian Allah juga menganjurkan hambanya untuk memanfaatkan akal dalam diri manusia berfirman di dalam surah Al-Hajj ayat 46:

Artinya:

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Perumpamaan dzikir juga pernah diucapkan oleh sahabat Nabi,

Abu Musa ra., Nabi SAW bersabda “perumpamaan dzikir kepada Allah dan orang-orang yang tidak berdzikir kepada Allah, seperti orang yang

hidup dan orang yang mati (HR. Bukhari, Muslim, Baihaqi)”.22

22

Skripsi, Primadona, Pengaruh Dzikir terhadap Kadar Hormon T4 (Tettraidotironin) pada Qori di Liningkungan IPTIQ Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, 2010, hal. 69.


(44)

B. Ekspresi Emosi Negatif

1. Pengertian Ekspresi Emosi Negatif

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini mnyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman yang dikutip Primadona menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh ekspresi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehinga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.23

Chaplin dalam yang dikutip oleh Trianto merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Maramis juga mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks yang berlangsung tidak lama yang mempunyai komponen pda badan dan jiwa individu tersebut.24

Emosi menurut Trianto, menunjukkan perubahan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keprilakuan dan proses fisiologis. Kesadaran apabila seseorang mengetahui makna situasi yang terjadi.25

23

Trianto Safaria,Manajemen Emosi,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 20 24

Trianto Safaria,Manajemen Emosi, hal. 22 25


(45)

Baihaqi mengatakan ekspresi sebagai pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah pikiran.26 Ekspresi bersifat membersihkan, membereskan (katarsis). Karena itu ekpsresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya tanpa ekspresi, hal yang terpendam itu dapat

membahayakan. Dan terkadang menjadi ‘letusan kecil’, seperti perilaku

memaki-maki atau bisa juga terjadi ‘letusan besar, misalnya mengamuk

bahkan membunuh.27

Emosi adalah keadaan internal yang memiliki perwujudan secara eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi adalah orang yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi terekspresikan dalam beragam bentuk.28

Menurut Franken yang dikutip oleh Baihaqi, emosi merupakan hasil interaksi antara faktor subyektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar), dan faktor biologik (proses hormonal). Dengan kata lain, emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya.29

26

Baihaqi, Psikiatri (Konsep dan Gangguan-Gangguan), (Bandung, Refika Aditama, 2005), hal. 111

27

Wangsa, T, Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia,(Jakarta: Oryza, 2010), hal. 138

28

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah pada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012, hal 86

29

Baihaqi, Psikiatri (Konsep dan Gangguan-Gangguan), (Bandung, Refika Aditama, 2005), hal. 105


(46)

Emosi hakikatnya muncul sebagai bentuk pengalaman afektif (senang/tak senang), merangsang individu untuk membangkitkan penjelasan kognitif (menghubungkan sebab-sebab dalam dirinya atau lingkungan), memicu variasi penyesuaian internal (misal: detak jantung meningkat), serta mendatangkan tingkah laku yang sering, tapi tidak selalu, ekspresif (tertawa/menangis), mengarahkan tujuan (membantu/ menolak), dan adaptif mengubah perilaku atau sesuatu yang mengancam kehidupan individu.

Pada dasarnya, arah emosi dasar manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu emosi negatif dan emosi positif. Emosi negatif bersifat destruktif (merusak), baik diri sendiri maupun orang lain. Menurut Goleman, emosi negatif adalah perasaan individu yang dirasakan kurang menyenangkan (ketakutan, kekhawatiran, kecemasa, kebencian, kemarahan)yang berlebihan membuat individu bertindak dan berasumsi negatif pada dirinya sendiri dan orang lain. Dimana ketika kita merasakan emosi negatif ini dampak yang kita rasakan adalah semua menjadi negatif, tidak menyenangkan, dan menyusahkan.30

Sedangkan pengertian emosi negatif itu sendiri merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Biasanya emosi negatif ini berada diluar kewajaran, seperti marah-marah yang tidak terkendali, berkelahi, menangis meraung-raung, tertawa keras

30

Daniel, Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002), hal. 56


(47)

dan terbahak-bahak bahkan timbulnya tindakan kriminal. Umumnya emosi negatif menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu orang yang mengalaminya. Bahkan berdampak pada orang lain dan masyarakat luas. Biasanya orang yang mengalami emosi negatif cenderung lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka, takut, curiga, dan lain sebagainya. Emosi semacam itu akan berdampak buruk bagi yang mengalaminya dan orang lain.31

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekspresi emosi negatif suatu pernyataan batin dan perasaan seseorang yang memiliki perwujudan yang menyimpang secara eksternal baik secara wajah, vokal, sikap, fisiologis maupun gerak tubuh sehingga memengaruhi pikiran dan perilaku individu dalam berhubungan dengan orang lain.

2. Ciri-ciri Ekspresi Emosi Negatif

Dalam kaitanya dengan emosi, kita dapat membagi melihat ekspresi emosi (emotional expression)melalui lima macam:

a. Stratle Responseatau ekspresi terkejut.

Reaksi ini merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan diperoleh sejak lahir, jadi tidak dipengaruhi oleh pengalaman dan diperoleh sejak lahir.

31

Wangsa T, Menghadapi Stres dan Depresi, seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia,hal 199.


(48)

b. Facial and vocal expression(ekspresi wajah dan suara).

Keadaan emosi seseprang dapat dinyatakan melalui wajah dan suara. Melalui perubahan suara dan wajah, kita bisa membedakan orang-orang yang sedang marah, gembira dan sebagainnya. Hanya dengan melihat wajah seseorang, kita bisa menebak emosi yang dialami oleh orang lain tersebut. Kita paham wajah orang yang sedang marah, sedih dan lain sebagainya.32

Nada seseorang akan berubah seiring dengan emosi yang sedang dialamiya. Seseorang yang sedang arah, nada suaranya pasti akan terdengar meninggi. Demikian juga seseorang yang sedang bahagia, ia akan berbicara dengan lepas dan lancar. Sementara itu, seseorang yang sedang mengalami gangguan jiwa dan mengalami kesedihan kemungkinan besar nada suaranya akan terbata-bata atau mungkin tidak berbicara.

c. Posture and gesture(sikap dan gerak tubuh)

Sikap dan gerak tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan emosi. Ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan tempat orang itu hidup dan pendidikan yang didapat dan orang tuanya. Jadi ekspresi emosi dalam sikap dan gerak tubuh ini bisa berlainan sekali pada tiap-tiap orang. Terkadang, kita cukup mengetahui seseorang yang sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Ia akan

32

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi MarahPada Remaja,Jurnal Humanitas, Vol. IX No.2 2012, hal. 71


(49)

menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan yang tidak perlu, sering melakukan kesalahan dan lain sebagainya.

d. Perubahan fisiologis

Saat kita merasakan perubahan sebuah emosi, terdapat perubahan fisiologis yang mengiringinya, baik yang bisa kita rasakan atau tidak. Saat takut kita akan merasa detak jantung yang meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar. Selain itu kita juga merasakan bulu kuduk merinding, otot wajah menengang, berkeringat, dan lain sebagainya. Bahkan pada perubahan tertentu jarang juga diketahui oleh orang lain.33

e. Tindakan-tindakan emosional

Banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengekpresikan emosi yang dialaminya. Ketika emosi marah melanda, terkadang seseorang hanya diam. Diam dianggap sebagai salah satu tindakan yang mencerminkan keadaan emosionalnya. Namun, tidak jarang kita melihat emosi seseorang yang sedang marah dengan membentak, memaki dan memukul. Sementara itu, saat seseorang sedang dirundung kesedihan, ia hanya sanggup mengekspresikan dengan menangis.34

Kondisi emosi negatif dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Emosinya tidak dapat dipresdiksikan (unpredictable)

33

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah Pada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012, hal 201

34

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah Pada Remaja,hal. 201


(50)

b. Tidak dapat atau sulit dikendalikan (uncontrollable) c. Sensitive berlebihan (oversensitiveness)

d. Tidak ada ketetapan (instability)

e. Adanya ketidaktepatan dalam mempersipsikan diri sendiri atau lingkungan (inadequate self and environment perceptions).35

Sedangkan menurut Helmi ada empat ciri-ciri reaksi emosi negatif yang dialami oleh setiap orang. Yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir (kognitif) dan tingkah laku36, antara lain yaitu:

a. Psikologis. Aspek ini lebih dikaitkan pada aspek emosi, sperti mudah marah, sedih, egois, acuh tak acuh, dan mudah tersinggung serta sensitif b. Fisiologis. Biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing,

nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyaeri lambung, gatal-gatal dikulit, ataupun ramut rontok.

c. Proses berpikir (kognitif). Biasanya tampak pada gejala sulit berkonsentrasi, semangat belajar menurun, mudah lupa ataupun sulit mengambil keputusan.

d. Tingkah laku. Para remaja tampak pada perilaku-perilaku menyimpang. Seperti menghindar bertemu dengan temannya, membolos saat sekolah, jail atau suka mengganggu, merokok,tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.

Dari pengertian diatas, ciri-ciri dari ekspresi emosi negatif bisa dilihat dari aspek non verbal seseorang meliputi: ekspresi terkejut, raut mimik dan

35

Trianto Safaria,Manajemen Emosi,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 13 36

Chung K.C dan Pennebeker J.W, Variations in the spicing of Expressive Writing Session. British Journal oh Health,13.2008, hal. 15


(51)

vokal, sikap dan gerak tubuh, perubahan fisiologis dan tindakan-tindakan emosional.

3. Proses Terjadinya Emosi Negatif

Menurut pandangan teori kognitif, emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretas kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilaian negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan, atau sebaliknya dalam persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal indah, sesuatu yang mengharukan atau membahagiakan. Intrepretasi yang kita buat atas peristiwa akan mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal. ketika kita menilai sebuah peristiwa secara negatif maka perubahan fisiologis kita pun lebih menjadi negatif begitupun sebaliknya.37

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral positif maupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor, melalui otak dapat diinterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan individu dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang diolah kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh, perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar

37


(52)

air mata, mata menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah.

Franken menjelaskan proses emosi negatif bekerja dalam tubuh dan fikiran seseorang melalui hukum-hukum emosi, diantarnya yaitu:38

a. Hukum makna situasional (Law of Situasional Meaning

Maksud dari hukum situasional adalah situasi harus dngan struktur kognitif yang oleh orang tersebut akan diberikan emosi. Misalnya: jatuh cinta-romantis, kematian-sedih.

b. Hukum Kepedulian(Law of Concern)

Emosi merupakan pengalaman subyektif yang muncu sebagai respon terhadap peristiwa penting bagi tujuan, motivasi dan kepedulian manusia. Misalnya: sseorang ingin menjadi dokter, kalau berhasil muncul kebanggan, tetapi kalau gagal akan muncul rasa malu bahkan bisa rasa stress.

c. Hukum Kebiasaan(The Law of Habituation)

Hukum kebiasaan artinya kecenderungan untuk melanjutkan kebiasaan-kebiasaan baik yang memuaskan atau yang sebaliknya. Mislanya: seseorang puas berhasil mendaki gunung Jayawijaya, kemudian ingin mendaki gunung yang lebih menantang.

d. Hukum Pemeliharaan Momentum Emosiona (The Law Concervation of Emotional Momentum)

38

Baihaqi, Psikiatri (Konsep dan Gangguan-Gangguan), (Bandung, Refika Aditama, 2005), hal. 109-110.


(53)

Maksud dari hukum pemeliharaan momentum emosional yaitu emosi dipelihara oleh peristiwa emosional yang luar biasa. Misalnya:kalau seseorang melihat air gemercik, suara debur sungai, maka ia segera teringat gelombang tsunami yang pernah menerjang keluarganya. Jadi, melihat X membuat teringat X.

e. Hukum Beban Paling Terang(The Law of Lightest Load)

Hukum beban paling terang yaitu ketika eseorang megalami emosi negatif, maka cenderung untuk mencari alternatif lain untuk menginterpretasikan peristiwa itu dalam rangka mereduksi emosinya. Misalkan: melakukan penolakan atau penyangkalan, atau menghibur diri dengan harapan-harapan yang sifatnya khayal.

Menurut pendapat lain, Menurut Goleman tujuan dari aktivasi atau regulasi emosi ini bukan untuk menekan emosi yang akan diekspresikan, tetapi mengendalikan luapan-luapan emosi yang dirasa akan hilang kendali agar kestabilan emosi tetap terjaga. Emosi berlebihan yang meningkat dengan intensitas terlalu lama akan mengoyak kestabilan diri dari individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan individu dalam meregulasi emosi merupakan salah satu indikator dari kecerdasan emosionalnya.

Gross dan Thompson menjelaskan bahwa ada lima point dalam proses regulasi dengan fungsi yang berbeda-beda pada setiap penggunaannya, antara lain:39

39

Goleman, Daniel,Kecerdasan Emosional, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002), hal. 164


(54)

a. Pemilihan kondisi/ situasi, merupakan bentuk dari proses regulasi dimana individu memilih situasi-situasi tertentu agar emosi yang di ekpresikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuannya adalah untuk meminimalisir atau memaksimalkan ekspresi dari emosi yang dirasakan. b. Modifikasi situasi, disini regulasi emosi terjadi dengan mengubah atau

memodifikasi situasi yang menjadi stimulus munculnya emosi. Regulasi emosi yang dilakukan dengan memodifikasi situasi salah satunya dengan merubah suasana tegang yang dirasa akan menstimulus emosi negatif menjadi suasana yang lebih nyaman.

c. Memfokuskan/ menjaga perhatian, dilakukan dengna cara memfokuskan perhatiannya untuk mempengaruhi emosinya dan dilakukan saat usaha regulasi emosi dengan mengubah situasi tidak mungkin dilakukan.

d. Merubah kognitif, adalah bentuk regulasi emosi yang dilakukan dengan merubah pemahaman individu terhadap stimulus yang memicu emosinya. e. Modulasi respon, merupakan regulasi emosi yang dilakukan karena emosi sudah muncul dan mempengaruhi kognitif serta fisik dari individu. Kelima point dalam proses regulasi emosi tersebut digolongkan lagi berdasarkan focus yang dilakukan untuk meregulasi emosi menjadi antecen

t focuseddanresponse-focused.

Pada antecedent-focused, individu akan meregulasi emosi sebelum

emosi tersebut muncul sebagai perilaku atau dengan kata lain individu akan mengelola antiseden atau spectrum emosinya. Yang termasuk dalam antecent-focused adalah pemilihan situasi, modifikasi situasi, focus


(55)

perhatian, dan perubahan kognitif. Response-focusedadalah proses regulasi emosi yang berfokus pada pengelolaan yang terjadi setelah respon digeneralisasi.

4. Faktor Stabilitas Emosi

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi perkembangan ekspresi emosi negatif itu sendiri, yaitu:

a. Usia.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seiring berjalannya usia, semakin dewasa individu semakin adaptif strategi regulasi emosi yang digunakan.

b. Gender atau Jenis kelamin.

Penelitian dilakukan oleh Karista memperlihatkan bahwa perbedaan gender juga berhubungan dengan perbedaan strategi regulasi emosi yang digunakan. Karista menemukan bahwa laki-laki dewasa muda lebih banyak menyalahkan diri sendiri saat meregulasi emosinya, sedangkan perempuan dewasa muda lebih sering menyalahkan orang lain.

Seorang gadis yang berumur 7-17 tahun lebih dapat meluapkan tentang emosi yang menyakitkan dari pada anak laki-laki yang juga seumuran dengannya. Salovey dan Sluyter menyimpulkan bahwa anak perempuan lebih banyak mencari dukungan dan perlindungan dari orang lain untuk meregulasi emosi negative mereka sedangkan anak laki-laki menggunakan latihan fisik untuk meregulasi emosi mereka.


(56)

c. Pola asuh.

Pola asuh orangtua dalam mensosialisasikan perasaan dan pikiran mengenai emosi kepada anaknya pada akhirnya akan mempengaruhi adaptif atau tidaknya strategi regulasi emosi yang digunakan oleh anak mereka.

Menurut Rice affect yang positif antara anggota keluarga bisa bersifat positif maupun negative. Affect yang positif antara anggota keluarga menunjuk pada hubungan yang digolongkan pada emosi seperti kehangatan, kasih sayang, cinta, dan sensitivitas. Dalam hal ini anggota keluarga menunjukkan bahwa masing-masing dari mereka mau mendengarkan perasaan dan mengerti kebutuhan satu sama lain. Sedangkan affect yang negatif digolongkan pada emosi yang “dingin”,

penolakan, dan permusuhan. Sikap yang terjadi antara anggota keluarga adalah mereka saling tidak menyukai bahkan tidak mencintai.

d. Hubungan interpersonal

Salovey dan Sluyter juga mengemukakan bahwa hubungan interpersonal dan individual juga mempengaruhi regulasi emosi. Keduanya berhubungan dan saling mempengaruhi, sehingga emosi meningkat bila individu yang ingin mencapai suatu tujuan berinteraksi dengan lingkungan dan individu lainnya. Biasanya emosi positif meningkat bila individu mencapai tujuannya dan emosi negative meningkat bila individu kesulitan dalam mencapai tujuannya.


(57)

e. Pengetahuan mengenai emosi

Pengetahuan mengenai emosi berhubungan dengan bagaimana orang tua memperkenalkan emosi-emosi tertentu kepada anaknya. Orang tua yang mengajarkan anaknya mengenai emosi yang ia rasakan dan memberikan label terhadap emosi yang dirasakan oleh orang lain , akan dapat membantu mereka melakukan regulasi emosi secara lebih adaptif. f. Perbedaan individual

Adanya perbedaan individual dalam meregulasi emosi, menurut Gross dalam dipengaruhi oleh tujuan, frekuensi, dan kemampuan individu. Tujuan individu dalam meregulasi emosinya dipengaruhi oleh perbedaan individu dalam hal penggantian dari pengalaman emosi, ekspresi dan respon fisiologis dalam situasi tertentu. Frekuensi merujuk pada seberapa sering individu menggunakan strategi-strategi tertentu dalam meregulasi emosinya, sedangkan kemampuan individu berhubungan denagn sejauh mana tingkah laku meregulasi emosi dapat dilakukan individu dapat ditampilkan kepada lingkungan. Sejalan yang dinyatakan oleh G.Garnefski juga menyatakan adanya perbedaan individual dalam penggunaan strategi regulasi emosi secara kognitif, walaupun kapasitas regulasi emosi secara kognitif adalah hal yang umum dimiliki oleh setiap individu.40

40

Nasution I.K. Sress Pada Remaja, (Medan: Publikasi Universitas Sumatra Utara, 2007), hal. 56


(58)

BAB III

IMPLEMENTASIEXPRESSIVE WRITING TREATMENTUNTUK

MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO

A. Ekspresi Emosi Negatif pada Remaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo.

1. Biodata Klien

Nama Lengkap A. U. Q.

Tempat, Tanggal Lahir Sidoarjo, 05 Agustus 2000

Alamat Dadapan 3 kec. Sedati Kab. Sidoarjo Jawa Timur

Agama Islam

Pekerjaan Pelajar

Nama Orang Tua a. Ayah b. Ibu

S. S. Anggota Keluarga

a. Suami b. Anak

-Riwayat Pendidikan MI DARUL ULUM Segoro Tambak MTs. Nurul Huda Kalanganyar SMA Al-Islam Perlaungan

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Segoro Tambak Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo-Jawa Timur.


(1)

ways secara berkala, klien menuliskan sendiri analisis tabel aplikasi

positive ways seperti yang sudah ia lakukan pada saat proses Expressive

Writing.

2. Hasil Expressive Writing Treatment menunjukkan bahwa klien dengan

Ekspresi Emosi Negatif mengalami perubahan tingkah laku yang lebih

baik secara signifikan dari pra konseling hingga pascakonseling.

Sehingga Expressive Writing Treatment dapat dijadikan salah satu

treatment untuk mengatasi Ekspresi Emosi Negatif. Hasil yang paling

signifikan yang dialami oleh klien ialah dari segi durasi ekspresi emosi

negatif dan ekspresi emosi negatif.

Dari segi durasi ekspresi emosi negatif, klien yang sebelumnya

mengalami ekspresi emosi negatif dalam durasi 1-48 jam sekarang klien

mengalami ekspresi emosi negatif dalam durasi 3-45 menit.

Dari segi ekspresi emosi negatif, klien sebelumnya mengalami

ekspresi emosi negatif dari yang membuang, memecahkan, merusak,

membakar dan memukul kini ekspresi emosi negatif klien berubah

menjadi diam, wajah cemberut, menanggapi ejekan dengan candaan, dan

tidak menghiraukan hal-hal yang menjadi pemicu kemarahannya.

B. Saran

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian penulis tentang Expressive

Writing Treatment yag diemplementasikan dalam mengatasi Ekspresi Emosi


(2)

1. Kepada peneliti selanjutnya, adanya penggalian yang lebih mendalam

tentang Expressive Writing yang dikembangkan oleh James Pennebeker

ini, sehingga akan melahirkan banyak modifikasi tahapan maupun

treatment untuk menghadapi berbagai macam klien melalui tulisan

tangan.

2. Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya,

khususnya program studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, untuk mengupgrade dan mengembangkan

terapi atau treatment yang. Yang bisa dilakukan melalui forum kajian

terapi atau treatment dengan tema terapi/treatment tertentu sehingga

terciptanya ajli-ahli terapi yang lahir dari program Studi Bimbingan dan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A’an Djam’an Satori dan Komariah,Metode Penelitian,Bandung: Alfabeta: 2011

A.G, Brand,Writing as Conseling Elementary Scool Guide Conseling,1987

Ali, MohamadPenelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi,Bandung: Angkasa, 1987

Arikunto, Suharsimi,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2013

Baihaqi,Psikiatri (Konsep dan Gangguan-Gangguan),Bandung, Refika Aditama, 2000

Baihaqi,Psikiatri (Konsep dan Gangguan-Gangguan),Bandung, Refika Aditama, 2005

Baikie dan Wilhelm, Emotional and Physical Health Benefits of Expressive Writing.

Journal Continuing Prfessional Development,11. 2005.

Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatf; Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012

Chung K.C dan Pennebeker J.W,Variations in the spicing of Expressive Writing Session.

British Journal oh Health,13.2008

Corey, Gerald,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT. Refika

Aditama, 2013

Dahli, Reyza Murti, Pengaruh Expressive Writing terhadap Penurunan Depresi Pada

Remaja SMK di Surabaya, Vol. 1, No.02 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2013

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, CV.

Toha Putra, 2007

Fikri, H. T,Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap

Emosi MarahPada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012

Goleman, Daniel,Kecerdasan Emosional,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002

Hadi, Sutrisno,Metodologi Research,Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 1987

Hurlock, Elizabet,B,Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1978

James Pennebeker dan John Evans, Expressive Writing: Words That Heal, New York,

University of Texas, 2008

Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline V.1.5

Kurniawan, Yudi, Spiritual-Emotional Writing Therapy Pada Subjek yang Mengalami

Episode Depresif Sedang dengan Gejala Somatis. UII Yogyakarta, Vol. 12 No. 2, 2014


(4)

Lestari, Dwi YusriManajemen Sekolah Berbasis Akselerasi, Jurnal UI, Vol.1 no, 28. 2013

Repository.upi.edu

Lidwiana, Florentiana Sindiro, Efektivitas Expressive Wrting Sebagai Reduktor

Psychological Distress, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016

Materi PelatihanMindanao Peacebuilding Institute(MPI) oleh David Phillips

Moelong, Lexi J,Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002

Nasution I.K,Sress Pada Remaja, Medan: Publikasi Universitas Sumatra Utara, 2007

Pennebeker, James.W, dkk,Handbook of Low-Cost Interventions to Promote Physical and

Mental Health: Theory Reasearch and Practic,(Texas, University Of Texas, 2008

Pennebeker, JW, Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi,

Bandung, Mizan, 2002

Pennebeker, JW, Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi,

Bandung, Mizan, 2005

Pennebeker, JW, Writing About Emotional Experiences as a Therapeutic Process

Psychological Science, 8.1997.

Pennebeker, JW. Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi,

Bandung, Mizan, 2013

Qanitatin dkk,Pengaruh Katarsis dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi

Depresi Ringan Pada Mahasiswa,Jurnal Psikologi UNDIP vol. 9, No. 1, 2011.

Rahmadani, Anisa, Efektivitas Teknik Expressive Writinguntuk Meningkatkan

Kemampuan Pengelolaan Emosi,Vol. 5 No. 35. 2013, repository.upi.edu

Rahmawati, Rahmawati, Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk

Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Vol.2, No.2, Malang, Jurnal IlmiahPsikologi Terapan, 2014

Safaria, Trianto,Manajemen Emosi,Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Skripsi, Primadona, Pengaruh Dzikir terhadap Kadar Hormon T4 (Tettraidotironin) pada

Qori di Liningkungan IPTIQ Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,Bandung: CV. Alfabeta, 2011

Suryabrata, Sumadi,Metodologi Penelitian,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Susanti, Reni, Dkk, Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Berbicara di Muka Umum Pada Mahasiswa, Jurnal Psikologi, Vol. 9, No.2, 2013.


(5)

T, Wangsa,Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia,

Jakarta: Oryza, 2010

Wiramihardja,Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung: Refika Aditama 2012

WAWANCARA

Wawancara kepada bapak Suyono, tanggal 19 Desember 2016, pukul: 09:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada ibu Sutuya, tanggal 19 Desember 2016, pukul: 10:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada bapak Mad, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 09:00 WIB. Di desa Segoro Tambak.

Wawancara kepada bu Sri, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 10:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada bu S, selaku ibu klien, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 11:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada T, selaku kakak klien, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 11:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada bapak S, selaku ayah klien, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 11:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada bapak S, selaku kakak klien, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 11:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada T, Selaku kakak klien, tanggal 19 Desember 2016, pukul: 11:30 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada bu S, selaku ibu klien, tanggal 20 Desember 2016, pukul: 11:30 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada U, selaku subyek penelitian, tanggal 21 Desember 2016, pukul: 09:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada U, selaku subyek penelitian, tanggal 21 Desember 2016, pukul: 09:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada U, selaku subyek penelitian, tanggal 21 Desember 2016, pukul: 09:00 WIB. di desa Segoro Tambak

Observasi peneliti, tanggal 17 Desember 2016, pukul: 14:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada bu S, selaku ibu klien, tanggal 28 Desember 2016, pukul: 09:00 WIB. Di desa Segoro Tambak


(6)

Wawancara kepada bu S, selaku ibu klien, tanggal 28 Desember 2016, pukul:09:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada T, selaku kakak klien, tanggal 28 Desember 2016, pukul:10:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada T, selaku kakak klien, tanggal 28 Desember 2016, pukul:10:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada T, selaku kakak klien, tanggal 28 Desember 2016, pukul:10:00 WIB. di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada F, teman klien, tanggal 29 Desember 2016, pukul:19:00 WIB. di desa Segoro Tambak

Wawancara kepada R, teman klien, tanggal 29 Desember 2016, pukul: 19:00 WIB. Di desa Segoro Tambak

Referensi Web

https://www.tempo.co/read/news/2014/09/04/064510084/diludahi-siswa-SMO-Bunuh-Te man-Sekelas. l