ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG

  1 (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 2 Zainal Abidin Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Abstrak

  Penelitian ini dilakukan pada usaha budidaya ikan bandeng di tambak yang berlokasi di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik survey, sedangkan penentuan sampel menggunakan

  purposive sampling. Pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara. Dari hasil

  penelitian analisis finansiil jangka pendek dan jangka panjang pada luas tambak 1 Ha diperoleh nilai RC Ratio sebesar 1,54; keuntungan sebesar Rp. Rp. 21.279.600,00; rentabilitas 53,59 per tahun; BEP sales sebesar Rp. 13.074.889,00 dan BEP unit 1.089,57; NPV sebesar Rp. 119.423.856,10; Net BC Ratio sebesar 31,84; IRR sebesar 550%; Payback Periode selama 1 tahun 3 bulan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan bandeng di tambak di Sedati, Sidoarjo adalah layak secara finansial jangka pendek maupun jangka panjang, Kata kunci : Profitabilitas, budidaya, ikan bandeng, tambak.

  Pengantar

  Jawa Timur merupakan propinsi dengan tambak terluas di Indonesia. Tahun 2000 tambak Jawa Timur tercatat seluas 53.423 ha atau 15% dari luas tambak di tanah air (BPS, 2002). Sementara itu, berdasarkan laporan Dinas Statistik Propinsi Jawa Timur (2003), pusat tambak di Jawa Timur terletak di Kabupaten Gresik dan Sidoarjo dengan persentase luas tambak masing- masing 38,44% dan 32,17% dari luas tambak Jawa Timur. Lebih dari 60% tambak di wilayah Sidoarjo adalah tambak ikan bandeng. Selama sepuluh tahun terakhir (1990-2003) pertumbuhan luas tambak maupun produksinya memiliki trend yang positif. Dari tahun 1990-2000 luas tambak tumbuh 2,97% rata-rata per tahun sedangkan pertumbuhan produksi tambak 3,16%. Sementara itu produktivitas tambak berfluktuasi dari tahun ke tahun tetapi berkisar pada angka 700-800 kg per Ha. Dengan demikian, usaha budidaya ikan bandeng di Kecamatan Sedati memiliki potensi lahan tambak dan pertumbuhan produksi positif yang mampu berkontribusi terhadap produksi ikan bandeng Jawa Timur. Untuk mengetahui sejauh mana kelayakan finansial usaha tersebut dari sisi 1 pengembangan investasi jangka pendek maupun panjang, perlu dilakukan analisis profitabilitas. 2 Makalah dipresentasikan pada Semnaskan 2010 di UGM Yogyakarta, 24 Juli 2010.

  Staf Pengajar pada PS Sosial Ekonomi Perikanan FPIK-UB, Malang. Email: abidin_sepub@yahoo.com.

  Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner atau pertanyaan sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Effendi, S. & Singarimbun, 1989). Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sampel atau responden yang diambil sebanyak 5 orang pemilik usaha budidaya ikan bandeng dari total populasi 8 orang. Penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara penentuan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006), yaitu dalam penelitian ini responden terpilih atas dasar skala usaha yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara. Menurut Marzuki (2002), observasi adalah metode pengumpulan data primer yang meliputi proses pencatatan pola perilaku subyek, obyek, atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti sedangkan wawancara yaitu komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat pertama kalinya, diperoleh secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada masing-masing responden. Adapun data sekunder adalah data yang pengumpulan, pencatatan, dan penentuan spesifikasinya dilakukan bukan oleh pemakai, namun oleh pihak lain. Analisa data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

  Hasil dan Pembahasan

  Usaha tambak ikan bandeng di Kecamatan Sedati ini sebelumnya merupakan kawasan usaha tambak pembesaran udang windu. Namun seiring berjalannya waktu usaha udang windu di daerah ini mengalami kegagalan. Produksi udang windu ini mengalami penurunan sehingga petambak di Kecamatan Sedati ini beralih untuk mengganti tambak udang windu mereka menjadi tambak ikan bandeng. Usaha budidaya ikan bandeng di daerah ini mulai ada sejak tahun 1990-an, dimana usaha ini dilakukan pada tahap pembesaran. Siklus pembesaran ikan bandeng ini membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan untuk masa satu kali panen.

  Kegiatan budidaya ikan bandeng di tambak ini meliputi tahap persiapan tambak yang terdiri dari pengolahan tanah, pengeringan tanah, pemupukan, pemberantasan hama dan pengairan. Tahap selanjutnya meliputi penebaran benih, pemberian pakan sampai proses pemanenan ikan bandeng. Tahap berikutnya dapat dirinci sebagai berikut: a). Penebaran benih. Benih ikan bandeng yang dibeli berumur sekitar 1-2 bulan yang berasal dari Gresik dan Lamongan. Jumlah benih yang ditebar dalam setiap hektar tambak adalah 21.111 ekor/tahun.

  b) Pemberian pakan dan pembesaran. Pakan yang diberikan selain pakan alami (plankton), adalah pakan buatan berupa pellet. Pakan pellet yang diberikan adalah merk T-79.

  c) Pemanenan. Pemanenan dilakukan setelah ikan bandeng berumur ± 6-7 bulan dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Kegiatan pemanenan ini dilakukan sebanyak dua kali dalam 1 siklus produksi.

  Tahap pertama pemanenan, ikan bandeng dipanen hanya pada ukuran yang telah ditargetkan yaitu ukuran 3-4 ekor/kg, kemudian pemanenan terhadap ikan bandeng yang tersisa. yang tidak sama pada waktu penebaran (Kardika, A.B., 2008).

  Analisis finansial pada usaha budidaya ikan bandeng ini meliputi permodalan, pembiayaan, produksi dan penerimaan. Selanjutnya dilakukan analisis jangka pendek dan panjang untuk mengetahui profitabilitas usahanya.

  Modal yang digunakan pada usaha ini adalah modal sendiri. Modal investasi sebesar Rp. 3.871.388,00 per Ha tambak, dengan biaya tetap dan biaya tidak tetap per tahun per Ha secara berurutan sebesar Rp. 5.849.400,00 dan Rp. 33.531.000,00, sehingga biaya total yang dikeluarkan untuk proses budidaya ikan bandeng sebesar Rp. 39.380.400,00 per Ha/tahun.

  Produksi yang dihasilkan untuk setiap Ha sebanyak 5.055,00 kg/ tahun. Ukuran ikan bandeng yang siap panen berukuran 3-4 ekor/kg. Jadi, besarnya penerimaan untuk budidaya ikan bandeng di tambak sebesar Rp. 60.660.000,00/Ha/tahun.

  Analisis profitabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha budidaya ikan bandeng di tambak. Analisis profitabilitas ini meliputi analisis jangka pendek dan analisis jangka panjang. Analisis jangka pendek meliputi: a). Revenue Cost Ratio (RC ratio), dalam usaha budidaya ikan bandeng di tambak diperoleh nilai RC Ratio sebesar 1,54. b). Keuntungan yang diperoleh sebesar sebesar Rp. 21.279.600,00. c). Rentabilitas usaha sebesar 53,59%. d). Break

  Event Point (BEP), untuk BEP sales diperoleh nilai sebesar Rp. 13.074.889,00, sedangkan nilai BEP unit sebanyak 1.089,57 kg.

  Dalam analisis jangka panjang harus memperhitungkan adanya biaya penambahan dan penggantian investasi. Nilai re-investasi ini didasarkan pada asumsi bahwa kenaikan harga barang setiap tahun sebesar 5%, sehingga penambahan investasi ini juga ikut mengalami kenaikan. Dari hasil perhitungan nilai sisa re-investasi selama 15 tahun pada usaha budidaya ikan bandeng di tambak sebesar Rp. 2.052.738,10. Analisis jangka panjang pada usaha budidaya ikan bandeng meliputi: a). Net Present Value (NPV), diperoleh nilai sebesar Rp. 119.423.856,10, b). Benefit

  Cost Ratio (BC Ratio) diperoleh nilai sebesar 31,84, c). Internal Rate of Return (IRR) diperoleh nilai sebesar 550%, d). Payback Periods (PP) diketahui selama 1 tahun 3 bulan.

  Analisis jangka panjang berikutnya adalah analisis Sensitivitas, meliputi: a). Jika terjadi kenaikan biaya. Jika terjadi kenaikan biaya sebesar 10% maka hasil yang diperoleh adalah nilai NPV sebesar Rp. 96.396.613,71; Net BC sebesar 25,89; IRR sebesar 448% dan PP selama 1,56 tahun. Dari hasil analisis jangka panjang pada keadaan normal dan jika terjadi kenaikan biaya 10% maka budidaya di tambak ini masih tetap layak untuk dilanjutkembangkan. Namun jika penambahan biaya sebesar 52%, analisis sensitivitas menunjukkan hasil untuk nilai NPV sebesar Rp. 317.804,33; Net BC sebesar 0,91; IRR sebesar 13% dan PP selama 44,05 tahun. Jadi, jika terjadi penambahan biaya pada budidaya di tambak sebesar 52%, maka pada keadaan b). Jika terjadi penurunan benefit.

  Jika terjadi penurunan benefit sebesar 5% didapat nilai NPV sebesar Rp. 101.686.833,47; Net BC sebesar 27,26; IRR sebesar 471% dan PP selama 1,48 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan bandeng di tambak ini masih layak untuk dijalankan. Bila terjadi penurunan benefit pada usaha budidaya ikan bandeng di tambak sebesar 34%, maka diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 1.187.897,80; Net BC sebesar 0.69; IRR sebesar 6% dan PP selama 58,34 tahun.

  Penurunan benefit sebesar 34% pada usaha budidaya ikan bandeng di tambak ini dikatakan tidak layak dikembangkan.

  c). Kenaikan biaya dan penurunan benefit Pada usaha budidaya ikan bandeng di tambak dilakukan asumsi bahwa biaya naik sebesar 5% yang bersamaan dengan penurunan benefit sebesar 5% maka diperoleh nilai analisis jangka panjang untuk NPV sebesar Rp. 90.173.212,27; Net BC sebesar 24,29; IRR sebesar 421% dan PP selama 1,66 tahun. Pada kondisi jika terjadi kenaikan biaya sebesar 5% dan penurunan benefit sebesar 5%, usaha budidaya ikan bandeng ini masih layak. Kenaikan biaya sebesar 22% dan bersamaan dengan penurunan benefit sebesar 20% diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 2.184.167,69; Net BC sebesar 0,43 ; IRR sebesar 5% dan PP selama 92,79 tahun. Keadaan kenaikan biaya 22% bersamaan dengan penurunan benefit sebesar 20% ini dikatakan tidak layak.

  Selain itu, perlu dilakukan analisis risiko terhadap usaha budidaya ikan bandeng di Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Analisis risiko ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha yang dilakukan akan mengalami risiko kerugian. Analisis risiko ini hanya merupakan dugaan atau prediksi terhadap kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hasil perhitungan risiko pada usaha budidaya ikan bandeng di tambak diperoleh nilai rata-rata rentabilitas sebesar 53,59%, dengan fluktuasi nilai rentabilitas sebesar 4,75% dan risiko yang harus ditanggung sebesar 0,08. Hal ini menyebabkan batas bawah nilai rentabilitas adalah 44,09% sehingga dalam 1 tahun usaha budidaya ikan bandeng di tambak harus berani menerima rentabilitas minimum sebesar 44,09%. Batas bawah nilai rentabilitas usaha budidaya ikan bandeng ini masih cukup menguntungkan. Dengan melihat hasil diatas, usaha budidaya ikan bandeng di tambak dikatakan aman dari kerugian.

  Kesimpulan dan Saran

  Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa secara finansial, usaha budidaya di tambak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo menunjukkan indikasi kelayakan usaha. Hal ini ditunjukkan berbagai indikator finansial jangka pendek dan panjang yaitu nilai RC Ratio sebesar 1,54; keuntungan sebesar Rp. 21.279.600,00; rentabilitas 53,59%; BEP sales sebesar Rp. 13.074.889,71 dan BEP unit 1.089,57; NPV sebesar Rp. 119.423.856,10; Net BC Ratio sebesar 31,84; IRR sebesar 550%; Payback Periode selama 1 tahun 3 bulan. Selain itu, pada kondisi jika terjadi kenaikan biaya 10%, penurunan benefit 5%, maupun secara bersamaan jika terjadi kenaikan biaya dan benefit masing-masing 5% ternyata analisis menunjukkan usaha ini masih tetap layak secara finansial.

  Adapun saran yang diberikan adalah agar pemilik usaha dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya dengan kondisi teknis dan pengelolaan setidak-tidaknya seperti pada saat penelitian dilakukan.

  Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

  Effendi, S. & Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survai. Penerbit Pustaka LP3ES. Jakarta. Kardika, A.B. 2008. Praktek Lapang Di Tambak Ikan Bandeng Di Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati-Sidoarjo. Universitas Brawijaya, Malang. 76p.

  Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.